Nematoda Darah dan Jaringan

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan kebun binatang parasit terbesar di dunia, dengan salah satu koleksi endemisnya yaitu golongan cacing filaria. Dataran pulau Sumatera serta sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari tahun ke tahun langganan terinfeksi kaki gajah . Penyakit filarial cukup populer di negeri ini. Cacing filaria merambat di sekeliling jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe. Di antara spesies antropofilik yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dari nematoda itu, menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar FKUI/RSCM, Brugia dan Wuchereria merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara Onchocerca volvulus dan Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella ozzardi, Mansonella perstans, serta Mansonella streptocerca, tidak terlalu populer di Indonesia dan penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Filariasis mempengaruhi lebih dari 90 juta orang diseluruh dunia dan ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Setidaknya 21 juta orang terinfeksi Onchocerca volvulus di Afrika khatulistiwa dan fokus di Amerika Tengah dan selatan. Sekitar 3 juta orang di Afrika Tengah yang 1

description

Deskripsi tentang nematoda darah dan jaringan

Transcript of Nematoda Darah dan Jaringan

Page 1: Nematoda Darah dan Jaringan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan kebun binatang parasit terbesar di dunia, dengan salah satu

koleksi endemisnya yaitu golongan cacing filaria. Dataran pulau Sumatera serta

sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari tahun ke tahun langganan

terinfeksi kaki gajah .

Penyakit filarial cukup populer di negeri ini. Cacing filaria merambat di

sekeliling jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe. Di antara spesies antropofilik

yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori,

Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dari nematoda itu, menurut Prof.Dr.Herdiman

Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar FKUI/RSCM, Brugia dan Wuchereria merupakan

spesies terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara Onchocerca volvulus dan

Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella ozzardi, Mansonella perstans, serta

Mansonella streptocerca, tidak terlalu populer di Indonesia dan penyakit yang

ditimbulkan tidak terlalu parah.

Filariasis mempengaruhi lebih dari 90 juta orang diseluruh dunia dan ditemukan

di daerah tropis dan subtropis. Setidaknya 21 juta orang terinfeksi Onchocerca volvulus

di Afrika khatulistiwa dan fokus di Amerika Tengah dan selatan. Sekitar 3 juta orang di

Afrika Tengah yang terinfeksi Loa loa. Pada tahun 1997, Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memulai program untuk menghilangkan filariasis limfatik global sebagai

masalah kesehatan masyarakat (Wayangankar S., 2010).

B. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui klasifikasi dari nematoda parasit darah dan jaringan.

2. Mengetahui morfologi nematoda parasit darah dan jaringan.

3. Mengetahui epidemiologi dan distribusi geografis penyakit yang disebabkan

oleh nematoda parasit darah dan jaringan.

1

Page 2: Nematoda Darah dan Jaringan

4. Mengetahui siklus hidup nematoda parasit darah dan jaringan.

5. Mengetahui patologi penyakit yang disebabkan oleh nematoda parasit darah dan

jaringan.

6. Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh

nematoda parasit darah dan jaringan.

2

Page 3: Nematoda Darah dan Jaringan

BAB II

ISI

Nematoda darah dan jaringan terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,

Brugia timori, Loa-loa, Onchocerca volvulus, Dracunculus medinensis.

A. Wuchereria bancrofti

A.1. Klasifikasi

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernentea

Ordo : Spiruida

Famili : Onchocercidae

Genus : Wuchereria

Species : Wuchereria bancrofti

A.2. Morfologi

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfa. Bentuknya

halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 65-100mm x

0,25mm dan cacing jantan 40mm x 0,1mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria

yang bersarung dengan ukuran 250-300 mikron x 7-8 mikron. Mikrofilaria ini hidup di

dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi

mempunyai periodisitas. Pada umumnya, mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat

periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada

waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam (paru-paru,

jantung, ginjal, dan sebagainya).

A.3. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Wuchereria bancrofti tersebar di daerah tropik dan sub tropik (Asia, Afrika,

Amerika dan Eropa). Filariasis bancrofti dapat dijumpai di perkotaan atau dipedesaan.

Di Indonesia parasit ini lebih sering dijumpai di pedesaan daripada di perkotaan dan

penyebarannya bersifat lokal. Kurang lebih dua puluh juta penduduk Indonesia

bermukim di daerah endemi filariasis bancrofti, malayi detimori dan mereka sewaktu-

3

Page 4: Nematoda Darah dan Jaringan

waktu mungkin dapat ditulari. Kelompok umur dewasa muda merupakan kelompok

penduduk yang paling sering menderita, terutama mereka yang tergolong penduduk

berpenghasilan rendah.

Di daerah Pasifik, mikrofilaria Wuchereria bancrofti mempunyai periodisitas

subperiodik diurna. Mikrofilaria terdapat di dalam darah siang dan malam, tetapi

jumlahnya lebih banyak pada waktu siang. Di Muangthai terdapat suatu daerah yang

mikrofilarianya bersifat subperodik nokturna. Faktor-faktor ang dapat mempengaruhi

periodisitas mikrofilaria adalah kadar zat asam dan zat lemas di dalam darah, aktivitas

hospes, “irama sirkadian”, jenis hospes dan jenis parasit, tetapi secara pasti mekanisme

periodisitas mikrofilaria tersebut belum diketahui.

Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefascitus.

Di pedesaan, vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Biasanya parasit

ini tidak ditularkan oleh nyamuk Mansonia.

A.4. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Wuchereria bancrofti (terlampir).

Daur hidup parasit ini memerlukan waktu sangat panjang. Masa pertumbuhan

parasit di dalam nyamuk kurang lebih dua minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan

tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi diduga kurang lebih 7 bulan, sama dengan

masa pertumbuhan parasit ini di dalam Presbytis. Mikrofilaria yang terisap oleh

nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan

bersarang di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya

menyerupai sosis dan disebut larva stadium 1. Dalam waktu kurang lebih seminggu,

larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan disebut larva

stadium II. Pada hari ke-10 dan selanjutnya, larva ini bertukar kulit sekali lagi, tumbuh

makin panjang dan lebih kurus dan disebut larva stadium III.

Gerak larva stadium III ini sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke

rongga abdomen dan kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila manusia, maka

larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan

4

Page 5: Nematoda Darah dan Jaringan

bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva ini mengalami dua

kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, stadium V atau cacing dewasa.

A.5. Patologi

Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalam dua kelompok. Yang

disebabkan oleh cacing dewasa menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd

dalam stadium akut, disusul dengan obstruktif menahun 10-15 tahun kemudian.

Mikrofilaria yang biasanya tidak menimbulkan kelainan, dalam keadaan tertentu

dapat menyebabkan occult filariasis. Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi

dalam beberapa stadium : stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan

stadium menahun. Ketiga stadium tersebut tumpang tindih, tanpa ada batas yang nyata.

Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat disuatu daerah mungkin berbeda dengan

yang terdapat di daerah lain. Stadium akut ditandai dengan gejala peradangan pada

saluran dan kelenjar limfe, berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd. Gejala

peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung

beberapa hari sampai satu dua minggu lamanya. Yang paling sering dijumpai adalah

peradangan pada sistem limfatik alat kelamin, alat kelamin pria, menimbulkan

funikulitis, epididimitis dan orkitis. Saluran sperma yang meradang, membengkak

menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang

meradang ini menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang

paling sering dijumpai adalah hidrokel. Kadang-kadang dijumpai gejala limfedema dan

elefantiasis yang dapat mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, buah zakar, payudara

dan vulva. Kadang-kadang dapat pula terjadi kiluria.

A.6. Pencegahan dan Pengendalian

Kegiatan pemberantasan meliputi pengobatan, pemberantasan nyamuk dan

penyuluhan. Pengobatan merupakan kegiatan utama dalam pemberantasan filariasis,

yang akan menurunkan ADR (Acute Disease Rate) dan mf rate (microfilarial rate).

Dalam pelaksanaan pemberantasan dengan pengobatan menggunakan DEC ada

beberapa cara yaitu dosis standard, dosis bertahap dan dosis rendah. Dianjurkan

Puskesmas menggunakan dosis rendah yang mampu menurunkan mf ratesampai < 1%.

5

Page 6: Nematoda Darah dan Jaringan

Pelaksanaan melalui peran serta masyarakat dengan prinsip dasa wisma. Penduduk usia

< 2 tahun, hamil, menyusui dan sakit berat ditunda pengobatannya. DEC diberikan

setelah makan dan dalam keadaan istirahat.

1) Dosis standar

Dosis tunggal 5 mg/kgBB; untuk filariasis bancrofti selama 15 hari, dan untuk filariasis

brugia selama 10 hari

2) Dosis bertahap

Dosis tunggal 1 tablet untuk usia > 10 tahun, dan 1/2 tablet untuk usia < 10 tahun pada

hari 14; disusul 5 mg/kgBB pada hari 512 untuk filariasis bancrofti dan pada hari 517

untuk filariasis malayi.

3) Dosis rendah

Dosis tunggal 1 tablet untuk usia> 10 tahun, 1/2 tablet untuk usia < 10 tahun, seminggu

sekali selama 40 minggu.

Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas :

1) Pemberantasan nyamuk dewasa

Anopheles : residual indoor spraying

Aedes : aerial spraying

2) Pemberantasan jentik nyamuk

-- Anopheles : Abate 1%

-- Culex : minyak tanah

Mansonia : melenyapkan tanaman air tempatperindukan, mengeringkan rawa dan

saluran air

3) Mencegah gigitan nyamuk

-- Menggunakan kawat nyamuk/kelambu

-- Menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu

dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang

penanggulangan filariasis (Liliana Kurniawan, 1994).

B. Brugia malayi dan Brugia timori

B.1. Klasifikasi

Klasifikasi Brugia malayi

6

Page 7: Nematoda Darah dan Jaringan

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Onchocercidae

Genus : Brugia

Spesies : Brugia malayi

Klasifikasi Brugia timori

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Onchocercidae

Genus : Brugia

Spesies : Brugia timori

B.2. Morfologi

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.

Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Brugia malayi betina

berukuran 55 mm x 0,16 mm, sedangkan yang jantan berukuran 22-23 mm x 0.09 mm.

Brugia timori betina berukuran 21-39 mm x 0,1 mm, sedangkan yang jantan berukuran

13-23 mm x 0,08 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung.

Ukuran mikrofilaria Brugia malayi adalah 200-260 mikron x 8 mikron dan Brugia

timori 280-310 mikron x 7 mikron.

Periodisitas mikrofilaria Brugia malayi adalah periodik nokturna, sub periodik

nokturna atau non periodik, sedangkan mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat

periodik nokturna.

B.3. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Brugia malayi dan Brugia timori hanya terdapat di pedesaan, karena vektornya

tidak dapat berkembang biak di perkotaan. Brugia malayi yang hanya hidup pada

7

Page 8: Nematoda Darah dan Jaringan

manusia dan Brugia timori biasanya terdapat di daerah persawahan, sesuai dengan

tempat perindukan vektornya yaitu Anopheles barbirostris. Brugia malayi yang

terdapat pada manusia dan hewan biasanya terdapat di pinggir pantai atau aliran sungai,

dengan rawa-rawa. Brugia malayi terdapat di Asia (India, Asia Tenggara, Jepang).

Brugia timori hanya terdapat di Indonesia bagian timur yaitu NTT dan Timor-Timur.

Orang yang terkena penyakit ini adalah biasanya petani atau nelayan. Kelompok umur

dewasa muda paling sering terkena penyakit ini, sehingga produktifitas penduduk dapat

berkurang akibat serangan adenolimfangitis yang berulang kali.

B.4. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Brugia malayi/ Brugia Timori (terlampir).

Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles

barbirostris dan yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk

Mansonia. Brugia timori ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris.

Masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia

kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk, kedua parasit ini juga mengalami dua

kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III,

menyerupai perkembangan parasit Wuchereria brancofti. Di dalam tubuh manusia

perkembangan kedua parasit tersebut juga sama dengan perkembangan Wuchereria

bancrofti.

B.5. Patologi

Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis timori. Gejala

klinis kedua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis filariasis bancrofti. Stadium

akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan kelenjar limfe,

yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe

inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di

ladang atau sawah. Limfadenitis biasanya berlangsung antara 2-5 hari dan dapat sembuh

dengan sendirinya, tanpa pengobatan. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe

ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitir retrograd,

yang bersifat khas untuk filariasis. Peradangan pada saluran limfe ini dapat terlihat

8

Page 9: Nematoda Darah dan Jaringan

sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat pula menjalr ke

jaringan sekitarnya, menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini

tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.

Limfademitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada

pangkal paha ini bila sembuh meniggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini

merupakan salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejela dan

komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya. Pada

filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan

filariasis brancofti. Limfedema biasanya menghilang lagi setelah gejala peradangan

menyembuh, tetapi dengan serangan berulang kali, lambat laun pembengkakan tungkai

tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh, akhirnya timbulah

elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial

tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis

brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang

lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali

di daerah filariasis brugia yang bersamaan dengan filariasis bankrofti.

B.6. Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :

Memakai lotion anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk sebagai vektor.

Rajin membersihkan tempat tinggal dan lingkungan sekitar agar perkembang

biakan nyamuk bisa diatasi.

Gaya hidup yang sehat dan megkonsumsi makanan yang bersih serta bergizi.

Pengendalian biasanya digunakan melalui tahap pengobatan. Hingga sekarang

obat DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang berbagai di beberapa negara di

Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari

selama 10 hari. Efek pengobatan pada filariasis brugia jauh lebih berat bila

dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis brankofti. Untuk

pengobatan masal pemberian dosis standar dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang

dianjurkan adalah pemberian obat rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40

minggu) atau gram DEC 0,2-0,2% selama 9-12 bulan. Pengobatan dengan invermektin

sama dengan filariasis bankrofti. Untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang

9

Page 10: Nematoda Darah dan Jaringan

sempurna, pengobatan ini perlu diulang beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala

peradangan dan limfadema dapat disembuhkan degan pengobatan DEC. Kadang-kadang

elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut, dapat pula diobati dengan DEC.

C. Loa loa

C.1. Klasifikasi

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Spirurida

Ordo : Filariroidea

Famili : Onchocercidae

Genus : Loa

Species : Loa loa

C.2. Morfologi

Cacing dewasa berbentuk benang halus, berwarna putih susu, kepala lancip dan

terdapat papela lateral serta dua pasang pepela submedian. Cacing dewasa hidup dalam

jaringan subkutan, yang betina berukuran 50-70 x 0,5mm dan yang jantan berukuran

30-34 x 0,43 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilia yang beredar pada darah pada

siang hari. Mikrofilarianya mempunyai sarung berukuran 250-300 mikron x6-8,5

mikron dan intinya mencapai ujung ekor. Pada malam hari mikrofilaria berada pada

pembuluh darah paru-paru. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam urin, dahak, sumsum

tulang belakang. Parasit ini ditularkan oleh lalat chrysops.

C.3. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Daerah endemi adalah daerah lalat Chrysops silacea dan Chrysops dimidiata

yang mempunyai tempat perindukan di hutan yang berhujan dengan kelembapan tinggi.

Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan

Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Lalat-lalat ini menyerang

manusia yang sering masuk hutan sehingga penyakitnya lebih banyak ditemukan pada

pria dewasa.

10

Page 11: Nematoda Darah dan Jaringan

C.4. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Loa loa (terlampir).

Mikrofilia mempunyai sarung berukuran 250-300 mikron x6-8,5 mikron, dapat

ditemukan dalam urin, dahak dan kadang-kadang ditemukan dalam cairan sumsum

tulang belakang. Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilia yang beredar

dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga,

mikrofilia tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya.

Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dalam waktu 1 sampai 4 tahun kemudian

berkopulasi dan cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria.

C.5. Patologi

Gejala yang khas dari loaiasis dengan terbentuknya pembengkakan calabar

swelling di sekitar sendi dan lengan atas. Gejala ini disebabkan reaksi allergi terhadap

cacing dewasa yang migrasi ke jaringan subkutan, biasanya timbul setelah tiga minggu.

Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, tetapi tidak sampai

menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing tampak atau dapat dilihat di jaringan

subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak menimbulkan dampak yang serius,

hanya

ditakutkan timbulnya ensefalitis (Nurtjahjo et al., 1994).

Cacing dewasa yang mengembara pada jaringan subkutan dan mikrofilaria yang

beredar dalam darah seringkali tidak menimbulkan gejala. Cacing dewasa dapat

ditemukan di seluruh tubuh dan seringkali menimbulkan gangguan di konjungtiva mata

dan pangkal hidung dengan menimbulkan iritasi pada mata, mata sendat, sakit, pelupuk

mati menjadi bengkak sehingga mengganggu penglihatan. Pada saat-saat tertentu

penderita menjadi hipersensitif terhadap zat sekresi yang dikeluarkan oleh cacing

dewasa dan menyebabkan reaksi radang bersifat temporer. Kelainan yang khas ini

dikenal dengan nama calabar swelling atau fugitive swelling. Pembengkakan jaringan

yang tidak sakit dan nonpitting ini dapat menjadi sebesar telur ayam. Lebih sering

terdapat di tangan, lengan atau sekitarnya. Timbulnya secara spontan dan menghilang

setelah beberapa hari atau seminggu sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap

parasit. Masalah utama adalah bila cacing masuk ke otak dan menyebabkan ensefalitis.

11

Page 12: Nematoda Darah dan Jaringan

Cacing dewasa dapat pula ditemukan dalam cairan serebospinal pada orang yang

menderita meningoensefalitis.

C.6. Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :

Menghindari gigitan lalat

Selalu hidup bersih dan sehat agar lalat tidak bisa masuk ke dalam lingkungan

kita.

Pengendalian bisa dilakukan dengan pengobatan. Penyembuhan sempurna

diperoleh jika cacing dewasa dapat dikeluarkan dari dalam jaringan. Reaksi alergi dapat

dikurangi dengan pemberian epinefrin dan antihistamin atau desensitisasi dengan

ekstrak filaria. Obat yang dapat dipergunakan dalam terapi diantaranya adalah DEC,

Suramin dan Ivermektin serta Mebendazole.

D. Onchocerca volvulus

D.1. Klasifikasi

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Onchocercidae

Genus : Onchocerca

Species : Onchocerca volvulus

D.2. Morfologi

Cacing dewasa hidup dalam jaringan ikat melingkar satu dengan yang lainnya

seperti benang kusut dalam benjolan (tumor). Cacing betina berukuran 33,5-50 mm x

270-400 mikron dan cacing jantan 19-42 mm x 130-210 mikron. Bentuknya seperti

kawat berwarna putih, opalesen dan transparan. Cacing betina yang gravid

mengeluarkan mikrofilaria di dalam jaringan subkutan, lalu microfilaria meninggalkan

jaringan subkutan mencari jalan ke kulit. Mikrofilaria mempunyai dua macam ukuran

12

Page 13: Nematoda Darah dan Jaringan

yaitu 285-368 x 6-9 mikron dan 150-287 x 5-7 mikron. Bagian kepala dan ujung ekor

tidak ada inti dan tidak mempunyai sarung.

D.3. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Tempat perindukan vektor (simulium) terdapat di daerah pegunungan yang

mempunyai air sungai yang deras seperti di Afrika Barat, Afrika Timur, Meksiko,

Venezuela, Guatemala, Arabia Selatan dan Yaman. Lalat ini suka menggigit manusia di

sekitar sungai tempat perindukannya. Penyakit ditemukan baik pada orang dewasa

maupun pada anak. Infeksi yang menahun seringkali diakhiri dengan kebutaan.

Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan dengan sungai, makin jauh dari

sungai, kebutaan makin berkurang, oleh karena itu penyakit ini dikenal dengan nama

river blindness. Onkosersiasis tesebar di Afrika, dari Pantai Barat Sieera Leone sampai

ke Kongo, Angola, Sudan dan Afrika Timur. Penyakit ini juga dapat ditemukan di

Amerika Tengah, khususnya di Guatemala dan Meksiko. Pernah juga dilaporkan adanya

kejadian onkosersiasis di Venezuela, Colombia, Suriname, Brazil dan Ekuador.

D.4. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Onchocerca volvulus (terlampir).

Bila lalat Simulium menusuk kulit dan menghisap darah manusia, maka

mikrofilaria akan terisap oleh lalat kemudian mikrofilaria menembus lambung lalat,

masuk ke dalam otot toraks. Setelah 6-8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva

infektif. Larva infektif masuk ke dalam probosis lalat dan dikeluarkakn bila lalat

menghisap darah manusia. Larva masuk lagi ke dalam jaringan ikat menjadi dewasa

dalam tubuh hospes dan mengeluarkan mikrofilia.

D.5. Patologi

Ada dua macam proses patologi yang ditimbulkan oleh parasit ini, pertama oleh

cacing dewasa yang hidup dalam jaringan ikat yang merangsang pembentukan serat-

serat yang mengelilingi cacing dalam jaringan, kedua oleh mikrofilaria yang

dikeluarkan oleh cacing betina dan ketika mikrofilaria beredar dalam jaringan menuju

kulit. Pada umumnya lesi mengenai kulit dan mata. Kelainan yang disebabkan oleh

cacing dewasa merupakan benjolan-benjolan yang dikenal sebagai onkoselkoma dalam

13

Page 14: Nematoda Darah dan Jaringan

jaringan subkutan. Ukuran benjolan bermacam-macam dari yang kecil sampai sebesar

lemon. Jumlah benjolanpun bermacam-macam dari sedikit sampai lebih dari seratus.

Letak benjolan biasanya di atas tonjolan-tonjolan tulang seperti pada skapula, iga,

tengkorak, siku-siku, krista iliaka lutut dan sakrum dan menyebabkan kelainan

kosmetik. Benjolan dapat digerak-gerakan dan tidak terasa sakit. Kelainan yang

ditimbulkan oleh mikrofilia lebih hebat daripada oleh cacing dewasa karena mikrofilaria

dapat menyerang mata dan menimbulkan gangguan pada saraf-saraf optik dan retina

mata. Ada beberapa anggapan tentang patologi kelainan mata yaitu: 1) reaksi mekanik

atau reaksi sekret yang dikeluarkan oleh mikrofilia hidup, 2) toksin yang dihasilkan oleh

mikrofilia mati, 3) toksin dari cacing dewasa dan 4) penderita supersensitif terhadap

parasit. Pertama-tama gejala yang timbul adalah fotofobia, lakrimasi, blefarospasmus,

dan sensari dari benda asing. Kelainan mata lebih banyak ditemukan pada penduduk

dengan banyak benjolan di bagian atas badan. Reaksi radang tidak begitu hebat bila

mikrofilaria masih dalam keadaan hidup tetapi reaksi radang makin hebat bila mikrofilia

banyak yang mati. Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pengobatan. Sering ditemukan

limbidis dengan pigmentasi coklat. Pada kasus menahun dapat terjadi keratitis berbintik,

glaukoma, atrofi, yang berakhir dengan kebutaan. Pruritik dermatitis disebabkan oleh

adanya gerakan mikrofilaria dan toksin yang dilepaskannya disebabkan dalam kulit.

Timbul rash yang berupa lingkaran-lingkaran papel kecil-kecil yang berdiameter 1-3

mm. Kemudian timbul edema kulit, kulit menebal dan terjadi likenifikasi. Kulit

kehilangan selastisitasnya dan menimbulkan keadaan yang disebut hanging groin , yaitu

kulit menggantung dalam lipatan-lipatan di bawah inguinal.

D.6. Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari gigitan lalat, atau dengan

memakai baju yang tebal, bisa juga dengan pemberian obat sebulan sekali selama 3 hari

berturut-turut.

Pengendalian dalam hal ini dilakukan dengan cara pengobatan. Dietilkarbamasin

tidak lagi dipakai mengingat efek sampingnya yang berat. Obat yang dipakai adalah

invermektin baik untuk pengobatan masal maupun selektif.

E. Dracunculus medinensis

14

Page 15: Nematoda Darah dan Jaringan

E.1. Klasifikasi

Phylum: Nemathelminthes

Class : Nematoda

Order : Camallanidae

Family : Dracunculidae

Genus : Dracunculus

Species: Dracunculus medinensis

E.2. Morfologi

Dracunculus medinensis atau cacing Madinah (dulu endemik dikota Madinah,

sekarang dinyatakan sudah musnah dari sana oleh WHO) merupakan parasit pada

manusia dan mamalia di Asia dan Afrika. Larvanya terdapat pada tubuh Cyclops sp.

diperairan tawar. Cacing ini berbentuk silindris dan memanjang  seprti benang.

Permukaan tubuh berwarna putih susu dengan kutikula yang halus. Ujung anterior

berbentuk bulat tumpul sedangkan ujung posterior melengkung membentuk kait.

Memiliki mulut yang kecil dan ujung anteriornya  dikelilingi paling sedikit 10 papila.

Cacing jantan panjangnya 12-29 mm dan lebarnya 0,4 mm Cacing betina panjangnya

500-1200 mm dan lebarnya 0,9-17 mm.

E.3. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Dracunculiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang Dracunculus

medinensis yang menyebabkan rasa sakit, luka kulit meradang dan radang sendi yang

melemahkan.  Infeksi tersebut terjadi sebagian besar pada jalur sempit melintasi

beberapa negara di daerah Afrika Selatan dan di Yaman dan hanya berlangsung pada

musim tertentu. Dranculus medinensis tersebar di Afrika Utara, barat dan Tengah, Asia

Barat daya, Amerika Selatan bagian Timur Laut, Tiongkok, dan yang paling banyak

terdapat di India Barat.

E.4. Siklus Hidup

15

Page 16: Nematoda Darah dan Jaringan

Siklus hidup Dracunculus medinensis akan berlanjut bila manusia atau hospes

terminal lain termakan Cyclops yang mengandung larva stadium tiga. Larva akan keluar

dari Cyclops dengan bantuan cairan lambung penderita. Selanjutnya larva akan

menembus mukosa usus penderita dan bermigrasi melalui dinding saluran pencernaan

menuju jaringan ikat longgar, biasanya jaringan retroperitoneal. Disanalah larva stadium

tiga tersebut berkembang menjadi cacing dewasa, jantan dan betina. Waktu yang

diperlukan untuk proses tersebut sekitar 8-12 bulan. Kopulasi cacing jantan dan betina

juga terjadi di jaringan ikat longgar, bukan di saluran cerna.

Cacing betina yang telah dibuahi/gravid juga mengalami proses pematangan di

jaringan retro-peritoneal. Hampir keseluruhan tubuh cacing betina gravid ini dipenuhi

oleh uterus yang berkembang dan berisi dengan larva stadium pertama. Selanjutnya

cacing tersebut akan bermigrasi ke jaringan subcutan dan permukaan kulit, terutama

bagian tubuh yang banyak kontak dengan air.

Saat ujung kepala cacing betina gravid mencapai kulit, terbentuklah lesi berupa papula.

Hal ini terjadi karena dikeluarkannya sejumlah toksin yang merusak jaringan disekitar

cacing itu berada. Dalam waktu 24 jam, lesi dapat berubah menjadi vesikula tetapi

terkadang dapat pula membesar sampai beberapa hari sebelum menjadi vesikula. Dan

dalam waktu 2 minggu, vesikula tersebut akan pecah dan membentuk ulkus. Uterus

cacing akan keluar melalui bagian terdepan dari dinding vesikula yang pecah dan

kemudian mengeluarkan larva stadium pertama. Proses pengeluaran larva ini

berlangsung sampai beberapa kali hingga semua larva habis dan uterus benar-benar

kosong. Diperkirakan proses ini terjadi selama 3 minggu. Seekor cacing betina gravid

dapat mengeluarkan larva stadium pertama sampai 3 juta ekor. Larva tersebut dapat

bertahan hidup 1-2 minggu, dan akan mati bila tidak dimakan oleh Cyclops.

Larva yang dimakan oleh Cyclops masuk ke dalam saluran pencernaan dan

mengalami dua kali perubahan sampai menjadi bentuk infektif. Proses perubahan ini

memerlukan waktu sekitar 14 hari, pada suhu 26oC dan larva tidak akan menjadi

infektif jika tidak mengalami metamorfosis. Dalam kondisi normal Cyclops dapat

bertahan hidup sampai 3 bulan dan mampu memakan 15-20 larva. Bila Cyclops tidak

dimakan oleh hospes terminal, dengan sendirinya Cyclops dan larva di dalamnya akan

mati. Siklus ini berlangsung terus seperti diatas.

16

Page 17: Nematoda Darah dan Jaringan

Sementara itu, cacing betina gravid yang gagal mencapai permukaan kulit, akan

mati dan mengalami proses pengapsulan di jaringan ikat. Begitu pula cacing jantan

dewasa yang mati akan mengalami proses yang sama (Lambok Siahaan, 2004).

E.5. Patologi

Gejala-gejala diawali ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan

terbentuk pada bukaan. Daerah di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradang,

bengkak, merah, dan menyakitkan.Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa

menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan

ruam yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh setelah cacing dewasa

meninggalkan tubuh. Sekitar 50% orang mengalami infeksi bakteri di sekitar bukaan

karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon di sekitar lepuhan rusak. Bila

cacing tidak sampai dikulit maka akan mengalami disintegrasi / pengapuran.

E.6. Pencegahan dan Pengendalian

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penyaringan air minum melalui kain katun tipis.

2. Merebus air hingga mendidih sebelum  digunakan.

3. Meminum air berklorin membantu mencegah dracunculiasis.

Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengobatan. Biasanya, cacing

dewasa pelan-pelan diangkat lebih dari sehari sampai seminggu dengan memutarnya

pada sebuah batang. Cacing tersebut bisa diangkat dengan cara operasi setelah bius

lokal digunakan, tetapi pada banyak daerah, metode ini tidak tersedia. Orang yang juga

mengalami infeksi bakteri kadangkala diberikan metronidazole untuk mengurangi

peradangan.

17

Page 18: Nematoda Darah dan Jaringan

KESIMPULAN

Nematoda darah dan jaringan terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi

dan Brugia timori, Loa-loa, Onchocerca volvulus dan Dracunculus medinensis .

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, Loa-loa, dan Onchocerca volvulus

dapat menyebabkan filariasis. Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori

dapat menyebabkan penyakit filariasis limfatik. Vektor dari penyakit tersebut adalah

Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia. Wuchereria bancrofti dewasa jika dalam

keadaan hidup akan menyebabkan limfangitis dan akan menyebabkan obstruksi limfatik

jika dalam keadaan mati. Occult filariasis kadang-kadang terjadi akibat larva

Wuchereria bancrofti. Brugia malayi dan Brugia Timori memiliki patogenesis yang

berbeda dengan Wuchereria bancrofti. Elefantiasis pada filariasis brugia hanya

mengenai tungkai bawah lutut dan kadang-kadang lengan bagian bawah. Elefantiasis

tidak terjadi pada alat kelamin, kiluria dan payudara.

Onchocerca volvulus menyebabkan penyakit onchocerciasis yang ditandai

dengan adanya benjolan berukuran 5-25 cm (umumnya lebih dari 3 buah) diseluruh

bagian tubuh (tempat yang terbuka). Komplikasi akan menimbulkan hidrokel,

elefantiasis genital/ kaki dan hanging groin. Infeksi akut dapat menyebabkan kelainan

mata, menimbulkan gangguan pada saraf-saraf optik dan retina mata. Vektor pembawa

onchocerciasis adalah Simulum. Sementara itu, Loa loa menyebabkan penyakit loaiasis

yang tersebar di Afrika Barat dan di Afrika Tengah. Gejala yang khas dari loaiasis

dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar sendi dan lengan atas.

Cacing dewasa yang mengembara pada jaringan subkutan dan mikrofilaria yang beredar

dalam darah seringkali tidak menimbulkan gejala. Vektor pembawa loaiasis adalah

Chrisops.

Dracunculus medinensis menyebabkan dracunculiasis yang menyebabkan rasa

sakit, luka kulit meradang dan radang sendi yang melemahkan. Gejala-gejala diawali

ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan terbentuk pada bukaan. Daerah

di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradang-bengkak, merah, dan menyakitkan.

Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa menyebabkan reaksi alergi, yang bisa

mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan ruam yang gatal.

18

Page 19: Nematoda Darah dan Jaringan

Upaya pencegahan dan pengendalian dari penyakit-penyakit yang disebabkan

oleh nematoda darah dan jaringan diantaranya dengan melakukan pengendalian vektor,

pemindahan nodul, terapi obat antifilariasis dan edukasi. Obat yang dapat digunakan

diantaranya DEC, Ivermektin, Suranin dan Mebendazol.

19

Page 20: Nematoda Darah dan Jaringan

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, Srisasi,dkk, 2004, Parasitologi Kedokteran Edisi III , balai

Penerbit FKUI, Jakarta

http://emedicine.medscape.com/article/217776-media, Filariasis, Oleh

Siddharth Wayangankar, diakses tanggal 9 Maret 2011

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3547/1/parasitologi-lambok.pdf,

Dracunculiasis: Suatu Infeksi nematoda Jaringan, Oleh Lambok Siahaan, diakses

tanggal 13 Maret 2011

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05FilariasisAspekKlinis96.pdf/

05FilariasisAspekKlinis96.html, Filariasis- Aspek klinis, diagnosis, pengobatan dan

pemberantasannya , oleh Lilianan kurniawan, Pusat Penelitian Penyakit Menular,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen kesehatan RI, diakses

tanggal 9 maret 2011

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12Filariasis92.pdf/12Filariasis92.html,

Filariasis, Siklus Hidup dan Diagnosis Laboratorium, Nurtjahjo dan Ida Aju Brahma

Dewi, diakses tanggal 9 Maret 2011

Prianto, Juni L., P.U., Tjahaya dan Darwanto, 1994, Atlas Parasitologi

Kedokteran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Staf Pengajar FKUI, 1998, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta

20

Page 21: Nematoda Darah dan Jaringan

LAMPIRAN

Gambar siklus hidup Wuchereria bancrofti

Gambar siklus hidup Brugia malayi

21

Page 22: Nematoda Darah dan Jaringan

Gambar siklus hidup Loa loa

Gambar siklus hidup Loa loa

Gambar siklus hidup Onchocerca volvulus

22

Page 23: Nematoda Darah dan Jaringan

Gambar Siklus Hidup Dracunculus medinensis

23

Page 24: Nematoda Darah dan Jaringan

24