Platyhelminthes & nematoda

21
Platyhelminthes & Nematoda

description

Pembahasan mengenai platyhelminthes dan nematoda.

Transcript of Platyhelminthes & nematoda

Page 1: Platyhelminthes & nematoda

Platyhelminthes & Nematoda

Page 2: Platyhelminthes & nematoda

Platyhelminthes

Nematoda

Kuis

Perbaikan

Page 3: Platyhelminthes & nematoda

PlatyhelminthesKlasifikasi Ilmiah :

Domain : Eukaryota

Kerajaan : Animalia

Kelas :

1. Turbelarria

2. Trematoda

3. Cestoda

4. Monogenea

Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.

Page 4: Platyhelminthes & nematoda

Ciri-Ciri Platyhelminthes

Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan, Bipalium yang hidup di balik lumut lembap, Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.

Page 5: Platyhelminthes & nematoda

Struktur dan Fungsi Tubuh Platyhelminthes

Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Namun, mesoderm cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.

Page 6: Platyhelminthes & nematoda

Sistem Pencernaan Platyhelminthes Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem

gastrovaskuler, di mana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.

Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

Page 7: Platyhelminthes & nematoda

Sistem Syaraf Platyhelminthes Sistem syaraf tangga tali merupakan

sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.

Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf yang dibedakan menjadi sel saraf sensorik, sel saraf motor, dan sel asosiasi.

Page 8: Platyhelminthes & nematoda

Indera PlatyhelminthesBeberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior. Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoreseptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula, statosista. Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.

Page 9: Platyhelminthes & nematoda

Reproduksi Platyhelminthes

Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.

Page 10: Platyhelminthes & nematoda

Klasifikasi Platyhelminthes Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang

menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.

Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola, Clonorchis, dan Schistosoma.

Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer. Contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata

Page 11: Platyhelminthes & nematoda

Klasifikasi Platyhelminthes Kelas Monogenea merupakan ektoparasit dengan

memakan lendir di permukaan tubuh inangnya (ikan laut, ikan air tawar, amfibi). Mempunyai alat pengait untuk menempel pada inangnya. Contoh: Gyrodactylus salaris

Page 12: Platyhelminthes & nematoda

Siklus Hidup Platyhelminthes Fasciola hepatica

Telur -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporokista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) ->dimakan domba/sapi-> usus -

> hati -> sampai dewasa Chlornosis sinensis

Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa

Page 13: Platyhelminthes & nematoda

Siklus Hidup Platyhelminthes Schistosoma javanicum

Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena

Taenia saginata / Taenia Solium

Proglotid -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces

Page 14: Platyhelminthes & nematoda

Penyakit yang Disebabkan Platyhelminthes

Schistosoma mansoni, penyebab Schistosoma pada manusia.

Salah satu di antaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang.

Page 15: Platyhelminthes & nematoda

Nematoda

Klasifikasi Ilmiah :

Domain : Eukaryota

Kerajaan : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas :

1. Adenophorea

2. Secernentea

Nematoda (dari bahasa Yunani νῆμα (nema): "benang" + -ώδη -ode "seperti") adalah sebuah filum. Disebut juga Nemathelminthes. Filum ini merupakan salah satu filum yang beranggotakan terbanyak. Contohnya adalah cacing tambang, cacing kremi, dan cacing perut.

Page 16: Platyhelminthes & nematoda

Ukuran dan Bentuk Tubuh Nematoda Ukuran tubuh = 1 mm - > 1 m Ukuran cacing betina lebih besar

dibandingkan tubuh jantan Tubuhnya tidak bersegmen, bentuknya

silindris memanjang atau bulat memanjang Bagian anterior atau daerah mulut tampak

simetris radial, dan semakin ke arah posterior membentuk ujung yang meruncing

Page 17: Platyhelminthes & nematoda

Struktur dan Fungsi Tubuh Nematoda Memiliki tiga lapisan embrionik

Rongga tubuh semu

Permukaan tubuh ditutupi katikula yang tebal dan transparan. Biasanya, pada Nematoda yang hidup sebagai parasit katikulanya lebih tebal dibanding cacing yang hidup bebas

Dinding tubuh tersusun dari otot longitudinal

Memiliki sistem pencernaan yang lengkap

Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan

Memiliki alat ekskresi berupa sistem kelenjar dengan saluran maupun tanpa saluran

Memiliki sistem saraf berupa lingkaran saraf yang mengelilingi esofagus, berhubungan dengan enam benang saraf anterior dan empat atau lebih benang saraf posterior

Page 18: Platyhelminthes & nematoda

Cara Reproduksi Nematoda Nematoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya dieses atau gonokoris. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh cacing betina. Telur yang sudah dibuahi akan memiliki cangkang yang

tebal dan keras. Telur menetas menjadi larva yang berbentuk seperti

induknya. Larva mengalami molting hingga empat kali. Sedangkan

cacing tidak mengalami pergantian kulit, akan tetapi tumbuh membesar.

Page 19: Platyhelminthes & nematoda

Kuis1. Sebutkan 4 kelas dalam filum Platyhelminthes!

2. Sebutkan 3 ciri-ciri Platyhelminthes!

3. Sebutkan pengertian hemafrodit!

4. Sebutkan penyakit yang disebabkan oleh Platyhelminthes!

5. Seberapa besar ukuran Nematoda?

6. Apakah Nematoda memiliki sistem pencernaan yang lengkap?

7. Apa yang dimaksud dengan dieses atau gonokoris?

8. Jelaskan cara reproduksi pada nematoda!

9. Larva Nematoda mengalami molting berapa kali?

10. Apa yang dimaksud dengan aselomata?

Page 20: Platyhelminthes & nematoda

Perbaikan1. Di mana habitat Platyhelminthes?

2. Di mana habitat Nematoda?

3. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Nematoda!

4. Apa yang dimaksud dengan endoparasit dan ektoparasit?

5. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Platyhelminthes?

Page 21: Platyhelminthes & nematoda