Makalah Nematoda

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang

Transcript of Makalah Nematoda

Page 1: Makalah Nematoda

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang

hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan

didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik

(gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus

hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat

uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia

diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan

(anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini

dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan

creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa

dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama

yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik

hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi

antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa

kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung

pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides

stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam

siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan

telur cacing tambang.

Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan

autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat

yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan

adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan

atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada

cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan.

Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta

cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya

mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi

sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths.

A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang

mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-

paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila

infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi

askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus.

Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang

khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari

usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis

Page 2: Makalah Nematoda

dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat

ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja

penderita.

Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub

tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main

tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat

dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang

baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan

mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin,

mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup

memuaskan.

Penyakit filarial cukup populer di negeri ini. Cacing filaria merambat di sekeliling

jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe. Di antara spesies antropofilik yang paling

ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, dan

Loa loa. Dari nematoda itu, menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar

FKUI/RSCM, Brugia dan Wuchereria merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di

Indonesia, sementara Onchocerca dan Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella ozzardi,

Mansonella perstans, serta Mansonella streptocerca, tidak terlalu populer di Indonesia dan

penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah.

Satu konsep mutakhir yang menjadi target pengobata ialah terdapatnya endosimbion

yang terjadi di dalam tubuh filaria. Para pakar Tropical Medicine menemukan terdapat

individu semacam rickettsia yang hidup intraseluler pada setiap stadium Wuchereria,

Mansonella, dan Onchocerca yang dinamakan Wolbachia. Konon, individu ini berhubungan

endosimbiosis sangat erat dengan filaria sehingga dapat dijadikan target kemoterapi

antifilarial.

W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit

sekali mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah

Parasitologi atau Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah

subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan

Karibia. Spesies dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi)

ditemukan di Kepulauan Pasifik dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya

memiliki periodisitas nokturnal dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di

Indonesia. Vektor Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor

Aedes dapat ditemukan di daerah-daerah rural.

Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan

tentu saja Indonesia. Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya

bisa ditemui di kepulauan Timor. Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga

memiliki dua bentuk periodisitas. Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal

ditemukan di daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia. Sedangkan spesies

dengan periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan

Coquilettidia (jarang).

Page 3: Makalah Nematoda

Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui

cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui

saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada

tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang

terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.

Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta

makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang

menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di

sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang

pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema

pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.

Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa yang

merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang

mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga

diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe

secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika

cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar

limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe

bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi

drainase limfe di daerah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :

o Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus dan Jaringan

o Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus dan Jaringan

o Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus dan Jaringan

o Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh

Nematoda Usus dan Jaringan

o Untuk mengetahui epidemiologi penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus dan

Jaringan

Page 4: Makalah Nematoda

BAB II

PEMBAHASAN

Terdapat dua jenis nematoda yang terdapat pada jaringan tubuh manusia, terdiri dari :

A. Nematoda Usus (Nematoda Intestinum)

1. Ascaris lumbricoides

Klasifikasi Ascaris lumbricoides

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernemtea

Ordo : Ascoridida

Super family : Ascoridciidea

Genus : Ascaris

Species : Ascaris lumbricoides

Hospes dan distribusi

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Di manusia, larva

Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya

bertelur. Penyakit yang disebabkannnya disebut Askariasis. Askariasis adalah penyakit

parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan

penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.

Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi

askariasis sekitar 70-80%.

Morfologi

Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm.

Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung

ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang

Page 5: Makalah Nematoda

disebut cincin atau gelang kopulasi. Stadium dewasa cacing ini hidup di rongga usus

muda.

Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur

hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45

mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron.

Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.

Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk

infektif dalam waktu 3 minggu.

Siklus hidup

Usus manusia Cacing Telur Cacing Keluar bersama feses

Tersebar Menempel pada makanan Termakan Menetas Larva

Menembus Usus Aliran Darah Jantung Paru-Paru Kerongkongan

Tertelan Usus Manusia Cacing Dewasa.

Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan

menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung,

atau mulut.

Patologi dan Gejala Klinis

Gejala yangh timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva,

biasanya terjadi pada saat berada diparu-paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa

biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan

seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Efek yang serius terjadi bila

cacing-cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada

keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks atau ke

bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu

tindakan operatif.

Epidemiologi

Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya

antara 60-90%. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan

lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup

Ascaris lumbricoides ini.

Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki

kelembapan tinggi dan pada suhu 25° - 30° C. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi

bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.

Page 6: Makalah Nematoda

2. Enterobius vermicucularis

Klasifikasi Enterobius vermicucularis

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernemtea

Ordo : Oxyurida

Super family : Oxyuroidea

Genus : Enterobius

Species : Enterobius vermicularis

Hospes dan Nama Penyakit

Hospesnya manusia. Nama penyakitnya adalah oksiuriasis atau entrobiasis.

Morfologi

Cacing dewasa berkuran kecil, berwarna putih. Ynag betina jauh lebih besar dari

cacing jantan. Ukuran cacing betina sampai 13 mm, sedangkan yang jantan sampai

sepanjang 5 mm. Di daerah anterior di sekitar leher, kutikulum cacing melebar yang

disebut sayap leher. Esofagus cacing ini juga khas bentuknya oleh karena memiliki

bentuk bulbus esofagus ganda, terdapat 3 buah bibir dan ekor yang melengkung pada

jantan, sedangan betinanya meruncing. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak

11000 butir setiap harinyaselama 2 sampai 3 minggu; sesudah itu cacing betina mati.

Telur bentuk asimetrik ini tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar, dan

berisi larva yang hidup.

Siklus Hidup

Telur tertelan melalui jalan napas menetas di duodenum larva

rabditiform Cacing dewasa di jejunum bagian atas ileum.

Patologi

Page 7: Makalah Nematoda

Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti. Akibatnya

migrasinya ke daerah perianal dan perianeal menimbulkan gatal-gatal yang bila digaruk

dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal-gatal ini juga dapat menyebabkan gangguan

tidur penderita. Kadang-kadang cacingbetina mengadakan migrasi ke daerah vagina dan

tuba falopii sehingga menyebabkan radang ringan di daerah tersebut. Meskipuncacing

seringkalai dijumpai dalam apendiks, akan tetapi jarang menimbulkan apendissitis. Bila

tidak ada reinfeksi, enterobiasis dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena 2-3 minggu

sesudah bertelur, cacing betina akan mati.

Epidemiologi

Cacing kremi tersebar luas di seluruh dunia baik di daerah tropik maupun

subtropik. Di daerah yang bersuhu rendah enterobiasis lebih banyak dijumpai oleh karena

di daerah dingin orang jarang mandi dan tidak sering mengganti pakaian dalam

(Soedarto, 1991).

3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Klasifikasi Necator americanus

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super family : Rhabditoidea

Genus : Necator

Species : Necator americanus

Klasifikasi Ancylostoma duodenale

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernemtea

Ordo : Rhabditida

Super family : Rhabditoidea

Page 8: Makalah Nematoda

Genus : Ancylostoma

Species : Ancylostoma duodenale

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia. Cacing ini tidak mempunyai

Hospes perantara.Tempat hidupnya ada di dalam usus halus terutama jejunum dan

duodenum.Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut Nekatoriasis dan

Ankilostomiasis.

Morfologi

Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira sekitar 9000

butir, sedangkan A.deudenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang

kurang lebih 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya

menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua

jenis cacing ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada

A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik.

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari,

kelurlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh

menjadi larva filoariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8 minggu

di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur

dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform

panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600

mikron.

Siklus Hidup

Telur Larva rabditiform Larva filariform menembus kulit kapiler

darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus.

Patologi

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis.

a. Stadium Larva

Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit

yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.

b. Stadium dewasa

Gejala tergantung pada :

a). Spesies dan jumlah cacing

b). keadaan gizi menderita (Fe dan protein)

Tiap cacing N.americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-

0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia

hipokrom mikrosita. Di samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin

yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi

daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

Page 9: Makalah Nematoda

Epidemiologi

Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia terutama di pedesaan

khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung

behubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defeksi dan

pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik

untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk

N.americanus 28°-32° C, sedangkan untuk A.duodenale 23°-25° C. Untuk menghindari

infeksi salah satu antara lain, dengan memakai alas kaki (sepatu, sandal).

4. Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk)

Klasifikasi Trichuris trichiura

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super family : Ttichinelloidea

Genus : Trichuris

Species : Trichuris trichiura

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkannya disebut

Trikuriasis. Cacing ini lebih sering ditemukan bersama-sama Ascaris lumbricoides.

Cacing dewasa hidup di dalam usus besar manusia, terutama di daerah sekum dan kolon.

Cacing ini juga kadang-kadang ditemukan di apendiks dan ileum (bagian usus palaing

bawah). Bagian distal penyakit yang disebabkan cacing ini disebut Trikuriasis.

Morfologi

Page 10: Makalah Nematoda

Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.

Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh

tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknys membulat

tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.

Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan

semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna

kuning-kekuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).

Siklus Hidup

Cacing dewasa hidup di usus besar manusia telur keluar bersama tinja penderita

di tanah telur menjadi infektif infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya

telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.

Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina

melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi

matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3

samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif

secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui

dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus

bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak

mempunyai siklus paru.

Patologi dan Gejala Klinis

Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga

ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar

di seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang

mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini

memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan

iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di

samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat

menyebabkan anemia.

Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun,

menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom

disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang

sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang

disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi

cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas

atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.

Epidemiologi

Page 11: Makalah Nematoda

Yang penting untuk penyebaran, penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja.

Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan tduh dengan suhu optimum kira-kira 30°C.

Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi.

Frkuensi di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya

berkisar antara 30 – 90 %.

Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah pengobatan penderita

trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan

perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencicu dengan baik

sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai

tinja sebagai pupuk.

5. Strongyloides stercoralis

Klasifikasi Strongyloides stercoralis

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super family : Rhabiditoidea

Genus : Strongyloides

Species : Strongyloides stercoralis

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes utama cacing ini, walaupun ada yang ditemukan pada

hewan. Cacing ini tidak mempunyai hospes perantara.Cacing ini dapat mengakibatkan

penyakit strongilodiasis.

Morfologi

Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum.

Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm.

Cara berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis. Telur bentuk parasitic

Page 12: Makalah Nematoda

diletakkan di mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke

rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.

Siklus Hidup :

Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:

a. Autoinfeksi

Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus di dalam

usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform larva filariform

menembus mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.

b. Siklus Langsung

Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform

dengan bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk

ke dalam peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari

paru, parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan

laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan,

kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.

c. Siklus Tidak Langsung

Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm

x 0.04 mm. Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform

yang kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus

tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan

keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-

negeri tropik beriklim rendah.

Patologi dan gejala Klinis

Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan

creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.

Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan

pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat

menyebabkan rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada

mual dan muntah,diare dan konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang

hidup sebagai parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat

ditemukan di bebagai alat dalam.

Epidemiologi

Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi yang kurang, sanagt

menguntungkan cacing Strongyloides.Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva yaitu,

tanah gembur, berpasir dan humus.Frekuensi di Jakarta pada tahun 1956, sekitar 10-15%,

sekarang jarang ditemukan.Pencegahan yang disebabkan cacing ini, tergantung pada

sanitasi pembuangan tinja dan melindungi kulit dari tanah yang terkontanimasi, misalnya

dengan memakai alas kaki.

Page 13: Makalah Nematoda

6. Trichinella spiralis (Trichina worm, cacing trichina)

Klasifikasi Trichinella spiralis

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super family : Ttichinelloidea

Genus : Trichinella

Species : Trichinella spiralis

Hospes dan Nama Penyakit

Cacing ini hidup dalam mukosa duodenum, sampai sekum manusia. Selain

menginfeksi manusia, cacing ini juga menginfeksi mamalia lain, seperti tikus, kucing,

anjing, babi, beruang, dll. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut trikinosis,

trikinelosis, dan trikiniasis.

Morfologi

Cacing dewasa sangat halus menyerupai rambut, ujung anterior langsing, mulut

kecil, dan bulat tanpa papel. Cacing jantan panjangnya 1,4-1,6 mm, ujung posteriornya

melengkung ke ventral dan mempunyai umbai berbentuk lobus, tidak mempunyai

spikulum tepi. Dan tidak terdapat vas deferens yang bisa dikeluarkan sehingga da[at

Page 14: Makalah Nematoda

membantu kopulasi. Cacing betina panjangnya 3-4 mm, posteriornya membulat dan

tumpul.

Cacing betina tidak mengeluarkan telur, tetapi mengeluarkan larva (larvipar).

Seekor cacing betina mengeluarkan larva sampai 1500 buah. Panjang larva yang baru

dikeluarkan kurang lebih 80-120 mikron, bagian anterior runcing dan ujungnya

menyerupai tombak.

Siklus Hidup

Siklus hidup alami yang terjadi antara babi dan tikus babi mengandung kista yang

infektif manusia terinfeksi oleh karena makan daging babi atau mamalia lain yang

mengandung kista cacing dewasa hidup di dalam dinding usus larva membentuk

kista di dalam otot bergaris.

Patologi dan Gejala Klinis

Gejala Trikinosis tergantung pada beratnya infeksi disebabkan oleh cacing

stadium dewasa dan stadium larva. Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke

mukosa usus, timbul gejal usus sepertiskit perut diare, mual dan muntah. Masa tunas

gejala usus ini kira-kira 1-2 hari sesudah infeksi.

Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat ini timbul

gejal nyeri otot (mialgia) dan randang otot (miositis) yang disertai demem, eusinofilia

dan hipereosinofilia.

Gejala yang disebakan oleh stadium larva tergantung juga pada alat yang

dihinggapi misalnya, dapat menyebabkan sembab sekitar mata, sakit persendian, gejala

pernafasan dan kelemahan umum. Dapat juga menyebabkan gejala akibat kelainan

jantung dan susunan saraf pusat bila larva T.spiralis tersebar di alat-alat tersebut. Bila

masa akut telah lalu, biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan

dibentuknya kista dalam otot.

Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin

meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8

minggu sebagai akibat kelainan paru, kelainan otak, atau kelainan jantung.

Epideologi

Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan Pasifik

dan Australia. Frekuensi trikinosis pada manusia ditentukan oleh temuan larva dalam

kista di mayat atau melalui tes intrakutan. Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang

penduduknya gemar makan daging babi. Di daerah tropis dan subtropis frekuensi

trikinosis sedikit.

Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau tidak hilangnya penyakit ini

dari babi. Larva dapat dimatikan pada suhu 60-70 derajat celcius, larva tidak mati pada

daging yang diasap dan diasin.

Page 15: Makalah Nematoda

7. Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm)

Klasifikasi Toxocara canis dan Toxocara cati

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernemtea

Ordo : Ascoridida

Super family : Ascoridciidea

Genus : Toxocara

Species : Toxocara canis /cati

Hospes dan Nama Penyakit

Toxocara canis ditemukan pada anjing, sedangkan Toxocara cati ditemukan pada

kucing. Belum pernah ditemukan infeksi campuran pada satu macam hospes. Kadang-

kadang cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara dan

menyebabkan penyakit yang disebut Visceral larva migrans.

Morfologi

Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3.6 – 8.5 cm.

Sedangkan yang betina antara 5.7 – 10 cm. Toxocara cati jantan antara 2.5 – 7.8 cm, yang

betina antara 2.5 – 14 cm. bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada

Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada

Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular

kobra. Bentuk kedua ekor spesies hamper sama, yang jantan ekornya lurus dan

meruncing (digitiform), yang betina bulat meruncing.

Page 16: Makalah Nematoda

Siklus Hidup

Telur ditelan manusia menetas larva mengembara.

Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat

dalam ususnya di hati.penyakit yang disebabkan larva yang mengembara disebut visceral

larva migrans dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Penyakit tersebut

dapat juga disebabkan oleh larva Nematoda lain.

Epidemiologi

Prevalensi Toxokariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta

masing-masing mencapai 38.3 % dan 26.0 %. Pencegahan dapat dihindarkan dengan cara

melarang anak untuk tidak bermain dengan anjing maupun kucing dan tidak dibiasakan

bermain di tanah.

8. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum

Klasifikasi Strongyloides stercoralis

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super family : Rhabiditoidea

Genus : Strongyloides

Species : Strongyloides stercoralis

Hospes dan Nama Penyakit

Cacing ini hidup di dalam usus halus kucing dan anjing. Pada manusia,

A.braziliense dan A. Caninum menimbulkan kelainan kulit.

Morfologi dan Siklus Hidup

Page 17: Makalah Nematoda

Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. A. braziliense dewasa yang jantan

panjangnya 4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina panjangnya 6,1-8,4 mm. Mulutnya

mempunyai sepasang gigi besar dan sepasans gigi kecil. Cacing jantan mempunyai bursa

kopulatrik kecil dengan rays pendek. A. caninum jantan panjangnya 10 mm dan

betinanya 14 mm. Mulutnya mempunyai 3 pasang gigi besar. Cacing jantan mempunyai

bursa kopulatrik besar dengan rays panjang dan langsing. Secara tidak langsung dapat

terinfeksi larva filariform melalui penetrasi kulit dan selanjutnya larva mengembara di

kulit.

Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang

disebut creeping eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping

eruption adalah suatu dermatitis dengan gambaran khas berupa kelaianan intrakutan

serpiginosa, yang antara lain disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma

caninum. Pada tempat larva filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan

gatal. Dalam beberapa hari terbentuk terowongan intrakutan sempit yang tampak sebagai

garis merah, sedikit menimbul, gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan

larva didalam kulit. Sepanjang garis yang berkelok-kelok terdapat vesikel-vesikel kecil

dan dapat terjadi infeksi sekunder karena kulit di garuk.

Epidemiologi

Kucing dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum.

Penularan bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh

tinja anjing dan kucing.

B. Nematoda Jaringan Tubuh

1. Wuchereria Bancrofi

Hospes dan Nama penyakit

W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti

atau wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan

Page 18: Makalah Nematoda

dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti

tidak terdapat secara alami pada hewan.

Distribusi Geografik

Parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika

Selatan, serta Kepulauan Karibia dan telah tersebar diseluruh Indonesia.

Daur hidup dan morfologi

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe. bentuknya

halus seperti benang dan berwaena putih susu. Yang betina berukuran 65 – 100 m X 0,25

mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang

bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron x 7 – 8 mikron. Mikrofilaria ini hidup di

dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu saja.

Patologi dan gejala klinis

Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalam dua kelompok. Yang

disebabkan cacing dewasa menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd dalam

stadium akut, disusul dengan obstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian.

Miklofilaria yang biasanya tidak menimbulkan kelainan, dalam keadaan tertentu

dapat menyebabkan occult filariasis. Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi

dalam beberapa stadium.

9. Loa-Loa

Morfologi dan Daur Hidup

Cacing Loa loa memiliki tubuh yang sederhana termasuk kepala, badan, dan ekor. Pria

berkisar dari 20mm ke 34mm panjang dan 350μm untuk 430μm luas. Wanita berkisar

dari 20mm ke 70mm panjang dan lebar tentang 425μm. Tiga spesies yang terlibat dalam

siklus hidup termasuk Loa loa parasit, vektor lalat, dan host manusia:

Page 19: Makalah Nematoda

o Sebuah terbang vektor menggigit inang manusia terinfeksi dan microfilariase ingests.

o mikrofilaria pindah ke otot-otot toraks dari tuan rumah terbang.

o Mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama, tahap larva kemudian ketiga.

o Ketiga tahap larva (infeksi) perjalanan ke belalai terbang.

o Sebuah terbang vektor terinfeksi menggigit inang manusia terinfeksi dan larva tahap

ketiga menembus kulit dan memasuki jaringan subkutan manusia.

o Larva tumbuh menjadi orang dewasa, yang memproduksi mikrofilaria yang telah

ditemukan dalam cairan tulang belakang, urin, darah perifer, dan paru-paru.

Patologi dan gejala klinis

Loa loa parasit menginfeksi host manusia dengan perjalanan melalui jaringan

subkutan seperti punggung, dada, pangkal paha, kulit kepala, dan mata. Parasit ini

menyebabkan radang di kulit mana pun mereka bepergian. Jika parasit berhenti di satu

tempat untuk waktu singkat, tuan rumah manusia akan mengalami peradangan lokal yang

dikenal sebagai Calabar bengkak. Ini sering terjadi pada sendi pergelangan tangan dan

pergelangan kaki tetapi menghilang begitu parasit mulai bergerak lagi. Parasit juga dapat

melakukan perjalanan melalui dan menginfeksi mata, menyebabkan pembengkakan mata.

Gejala umum termasuk gatal, nyeri sendi, dan kelelahan.

Diagnosis dan pengobatan

Metode utama dari diagnosis termasuk adanya mikrofilaria di dalam darah,

keberadaan cacing di mata, dan adanya pembengkakan kulit. Operasi pengangkatan

worm dengan mudah dapat dilakukan . Pengobatan umum untuk penyakit ini adalah

penggunaan salah satu dari dua obat: diethylcarbamazine (DEC) atau Ivermectin.

Page 20: Makalah Nematoda

BAB 3

PENUTUP

Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada

Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan

cacing Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth

(Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan

Strongyloides stercoralis) dan yang yang tidak ditularkan melalui tanah (Enterobius

vermicularis dan Trichinella spiralis) (Retno Widyastuti, 2002). Faktor tingginya infeksi cacing

usus di Indonesia disebabkan oleh iklim tropik yang panas dan lembap, pendidikan rendah,

sanitasi lingkungan dan perseorangan buruk, sarana jamban keluarga kurang, pencemaran

lingkungan oleh tinja manusia dan kapadatan penduduk yang tinggi.

Penularan cacing Nematoda parasit usus yaitu:

Telur infektif masuk melalui mulut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura

Larva infektif menembus kulit sehat : Cacing tambang, S.stercoralis

Telur infektif masuk melalui mulut, melalui udara atau secara langsung melalui tangan

penderita : E. vermicularis

Larva infektif masuk mulut bersama daging yang dimakan : T.spiralis.

Kelainan patologik yang ditimbulkan oleh infeksi cacing parasit usus yaitu:

Cacing dewasa dapat menimbulkan : gangguan pecernaan, perdarahan dan anemia, alergi,

obstruksi usus, iritasi usus dan perforasi usus.

Larva cacing dapat menimbulkan : reaksi alergik, kelainan jaringan.

Diagnosis pasti infeksi nematode parasit usus dilakukan melalui:

Pemeriksaan tinja : A.lumbricoides, cacing tambang, S.stercoralis dan T.trichiura.

Pemeriksaan mukosa rektum : T.trichiura

Anal swab : E.vermicularis

Biopsi otot : T.spiralis

W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit sekali

mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi atau

Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan tropis,

meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan

periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik

dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal

dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia. Vektor Culex juga

biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di

daerah-daerah rural.

Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu

saja Indonesia. Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa

Page 21: Makalah Nematoda

ditemui di kepulauan Timor. Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki

dua bentuk periodisitas. Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan

di daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia. Sedangkan spesies dengan

periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia

(jarang).

Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui

cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran

limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat

yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh

darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.