Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara sebagai suatu identitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-unsur negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Rakyat merupakan salah satu unsur wilayah dan unsur pemerintah (Dwiyatmi, 2012). Mereka yang tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilakukan terhadap negaranya. Sebaliknya negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap warganya. Segala sesuatu tentang hak dan kewajiban tersebut sudah diatur oleh negara. Dan demi terwujudnya kesejahteraan setiap warga negara kita harus dapat menyeimbangkan antara hak dan kewajiban (Dwiyatmi, 2012). Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara warga negara dengan negara sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif, produktif, dan demokratis sehingga pola hubungan yang baik antara warga negara dengan negara dapat mendukung kelangsungan hidup bernegara. Perkembangan lingkungan baik global, regional, maupun nasional yang terjadi akhir-akhir ini sangat erat kaitanya dengan upaya bela negara yang menjadi hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Kondisi

Transcript of Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

Page 1: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara sebagai suatu identitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-

unsur negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Rakyat merupakan salah

satu unsur wilayah dan unsur pemerintah (Dwiyatmi, 2012). Mereka yang tinggal di

wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan.

Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Setiap warga negara

mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilakukan terhadap

negaranya. Sebaliknya negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap warganya.

Segala sesuatu tentang hak dan kewajiban tersebut sudah diatur oleh negara. Dan demi

terwujudnya kesejahteraan setiap warga negara kita harus dapat menyeimbangkan

antara hak dan kewajiban (Dwiyatmi, 2012).

Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara warga negara dengan negara

sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif, produktif,

dan demokratis sehingga pola hubungan yang baik antara warga negara dengan negara

dapat mendukung kelangsungan hidup bernegara.

Perkembangan lingkungan baik global, regional, maupun nasional yang terjadi

akhir-akhir ini sangat erat kaitanya dengan upaya bela negara yang menjadi hak dan

kewajiban setiap warga negara Indonesia. Kondisi perkembangan lingkungan sangat

menarik sebagai bahan kajian, terutama apabila dikaitkan dengan sebuah negara, warga

negara maupun upaya bela negara karena pada dasarnya hal ini merupakan peluang dan

sekaligus tantangan bagi ketahanan nasional bangsa Indonesia.

Kesadaran bela negara sejatinya perlu ditumbuhkan dikalangan masyarakat

dalam suatu negara. Hal ini dikarenakan untuk menumbuhkan jiwa memiliki

(nasionalisme) kepada bangsa dan negara serta siap sedia dalam memperjuangkan dan

membela bangsa dari segala ancaman dan kerusakan baik dari dalam dan luar.

Terutama adalah generasi muda yang memiliki kelebihan yang luar biasa dalam diri

mereka.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Negara kewarganegaraan dan bela negara ?

2. Bagaimana upaya warga Negara untuk melakukan bela Negara ?

Page 2: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

1.2. Tujuan

1. Memahami pengertian Negara kewarganegaraan dan bela Negara

2. Bagaimana upaya warga Negara untuk melakukan bela negara

                                                            

Page 3: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Negara Kewarganegaraan

2.1.1 Pengertian Negara

Negara adalah sebuah sistem fungsi dan segenap lembaga Negara dan

rakyatnya yang tersusun menurut tata hukum yang berada dalam suatu

wilayah. Menurut Atmaja (2012), pengertian Negara dapat dibagi menjadi

beberapa pengertian, antara lain :

Negara sebagai organisasi kekuasaan

Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk

mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut.

Pengertian ini dikemukakan oleh Logemann dan Harold J. Laski.

Logemann menyatakan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan yang

bertujuan mengatur masyarakatnya dengan kekuasaannya itu. Negara

sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya merupakan suatu tata

kerja sama untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat atau

bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.

Negara sebagai organisasi politik

Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam

masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu

pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi

politik, negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik atau

merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Sebagai organisasi

politik negara Bidang Tata Negara  berfungsi sebagai alat dari

masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar

manusia dan sekaligus menertibkan serta mengendalikan gejala–gejala

kekuasaan yang muncul dalam masyarakat. Pandangan tersebut nampak

dalam pendapat Roger H. Soltou dan Robert M Mac Iver. Dalam

bukunya “The Modern State”, Robert M Mac Iver menyatakan : “Negara

ialah persekutuan manusia (asosiasi) yang menyelenggarakan penertiban

suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang

diselenggarakan oleh pemerintah yang dilengkapi kekuasaan memaksa.

Page 4: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Menurut RM Mac Iver, walaupun negara merupakan persekutuan

manusia, akan tetapi mempunyai ciri khas yang dapat digunakan untuk

membedakan antara negara dengan persekutuan manusia yang lainnya.

Ciri khas tersebut adalah : kedualatan dan keanggotaan negara bersifat

mengikat dan memaksa.

Negara sebagai organisasi kesusilaan

Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan individu. Menurut

Friedrich Hegel : Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang timbul

sebagai sintesa antara kemerdekaan universal dengan kemerdekaan

individu. Negara adalah organisme dimana setiap individu menjelmakan

dirinya, karena merupakan penjelmaan seluruh individu maka negara

memiliki kekuasaan tertinggi sehingga tidak ada kekuasaan lain yang

lebih tinggi dari negara. Berdasarkan pemikirannya, Hegel tidak

menyetujui adanya : Pemisahan kekuasaan karena pemisahan kekuasaan

akan menyebabkan lenyapnya negara. Pemilihan umum karena negara

bukan merupakan penjelmaan kehendak mayoritas rakyat secara

perseorangan melainkan kehendak kesusilaan. Dengan memperhatikan

pendapat Hegel tersebut, maka ditinjau dari organisasi kesusilaan, negara

dipandang sebagai organisasi yang berhak mengatur tata tertib dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sementara manusia sebagai

penghuninya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.

Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat 

Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian

integral negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk menjalankan

negara. Menurut Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian negara:

Teori Perseorangan (Individualistik)

Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang

disusun berdasarkan perjanjian antar individu yang menjadi

anggota masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk

mewujudkan kepentingan dan kebebasan pribadi. Penganjur teori

ini antara lain : Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques

Rousseau, Herbert Spencer, Harold J Laski.

Page 5: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Teori Golongan (Kelas)

Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas)

yang mempunyai kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk

menindas golongan lain yang kedudukan ekonominya lebih

lemah. Teori golongan diajarkan oleh : Karl Marx, Frederich

Engels, Lenin.

Teori Intergralistik (Persatuan)

Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara

semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota masyarakat

merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara

integralistik merupakan negara yang hendak mengatasi paham

perseorangan dan paham golongan dan negara mengutamakan

kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan

diajarkan oleh : Bendictus de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller.

2.1.2 Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan menunjuk pada seperangkat karakteristik seorang

warga. Krakteristik atau atribut kewarganegaraan itu mencakup :

Perasaan akan identitas

Pemilikkan hak-hak tertentu

Pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai

Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik

Penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar

Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas

atau status dalam lingkup nasional. Memiliki kewargnegaraan berarti

didapatkannya sejumlah hak dan kewajiban yang berlaku timbal balik

dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas negara, sebaliknya negara

memilki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Terkait dengan hak dan

kewajiban ini sahabat, maka seseorang menjadikan ia turut terlibat atau

berpartisipasi dalam kehidupan negaranya. Kewarganegaraan seseorang

juga menjadikan orang tersebut berpartisipasi dengan warga negara lainnya

sehingga tumbuh penerimaan atas nilai-nilai sosial bersama yang ada di

negara tersebut.

Page 6: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Pendapat lain menyatakan kewarganegaraan adalah bentuk identias

yang memungkinkan individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak

dan kewajiban sosial dalam komunitas politik(negara). Dalam kamus maya

Wikipedia juga diutarakan bahwa Kewarganegaraan merupakan

keanggotaan dalam komunitas politik (yang dalam sejarah

perkembangannya diawali pada negara kota, namun sekarang ini telah

berkembang pada keanggotaan suatu negara) yang membawa implikasi

pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik.

Menurut Huda (2010) Pengertian Kewarganegaraan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis

Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya

ikatan hukum antara orang-orang dengan negara atau

kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya ikatan hukum

itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang

tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan.

Tanda dari adanya ikatan hukum seperti akte kelahiran, surat

pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.

Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai

dengan adanya ikatan hukum, tetapi ikatan emosional seperti ikatan

perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, dan lain-lain. Dengan kata

lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan.

2. Kewarganegaran dalam arti formal dan material

Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat

kewarganegaraan dalam sistematika hukum. Masalah

kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga negara berada

pada hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara

dan warga negara semata-mata bersifat publik.

Kewarganegaraan dalam arti material menujuk pada akibat

dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban serta

partisipasi warga negara. Kedudukan seseorang sebagai warga

negara akan berbeda dengan kedudukan seseorag sebagai orang

asing.

Page 7: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut

memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang

bersangutan Orang yang sudah memiiki kewarganegaraan tidak jatuh

pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain tidak berhak

memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga

negaranya.

2.2 Bela Negara

2.2.1 Pengertian Bela Negara

Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai

oleh kecintaan kepada negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan

pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi segenap warga negara

sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan

bernegara.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1

menjelaskan bahwa bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh

perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang,

suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan

mempertahankan eksistensi negara tersebut. Bela Negara adalah sikap dan perilaku

warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin

kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya (Dwiyatmi, 2012).

Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep

ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan

yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Tiap-

tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan

Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela

negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban

membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,

hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai

bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.

Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-

olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada

tentara nasional indonesia. Padahal berdasarkan pasal 30 UUD 1945, bela negara

merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara republik indonesia. Bela negara

Page 8: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republic Indonesia

terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dapat

didefinisikan dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh,

secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan

Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa

dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif

dalam memajukan bangsa dan negara.

Menurut Wikipedia (2014), ada lima dasar bela negara yaitu :

1. Cinta tanah air

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara

3. Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara

4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara

5. Memiliki kemampuan awal bela negara

2.2.2 Landasan Hukum Bela Negara

a. Landasan Idiil ; Pancasila

b. Landasan Konstitusional ; UUD 1945 (Amandemen) :

Pasal 27 ayat 1

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

Negara

Pasal 30 (1 &2) ;

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan Negara

Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan melalui Sishankamrata

(TNI sebagai komponen Utama dan Rakyat sebagai komponen

Pendukung).

c. Landasan Operasional ;

Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan

Nusantara dan Keamanan Nasional.

Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok

Perlawanan Rakyat.

Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok

Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1988.

Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan

POLRI.

Page 9: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan

POLRI.

Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.

Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

2.3 Upaya Warga Negara Untuk Bela Negara

Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 tersebut dapat di

simpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan Negara merupakan hak dan kewajiban

setiap Negara Indonesia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap warga Negara

berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara

melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan

yang berlaku.

Menurut Dhyah (2013) Konsep Bela Negara dapat diuraikan secara fisik maupun nonfisik:

Secara Fisik yaitu dengan cara “memanggul bedil” menghadapi serangan atau agresi

musuh. Bela Negara secra fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.

Menurut Undang-undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara , keikutsertaan

warga Negara dalam bela Negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota

Tentara Nasional Indonesia dan pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan

dasar kemiliteran di selenggarakan melalui Program Rakyat Terlatih ( Ratih ) ,

meskipun konsep Rakyat Terlatih ( Ratih ) adalah amanat dari Undang-Undang No.20

Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pertahanan dan Keamanan Negara.

Rakyat Terlatih ( Ratih ) terdiri dari berbagai unsure , seperti Resimen

Mahasiswa ( Menwa ) , Perlawanan Rakyat ( Wanra ) , Pertahanan Sipil ( Hansip ) ,

Mitra Bibinsa , dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda ( OKP ) yang telah mengikuti

Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu

Ketertiban Umum , Perlindungan Masyarakat , Keamanan Rakyat , Perlawanan

Rakyat . Tiga Fungsi yang di sebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau

pada saar terjadinya bencana alam atau darurat sipil , di mana unsur-unsur Rakyat

Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat , sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat

perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsure bantuan tempur bagi pasukan

regular TNI dan terlibat langsung di medan perang.

Bila keadaan ekonomi dan keuangan Negara memungkinkan , dapat pula di

pertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga Negara yang

memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak Negara maju di Barat . Mereka yang

telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional

Indonesia selama waktu tertentu , dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun

Page 10: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

untuk mengikuti latihan atau kursus penyegaran . Dalam keadaan darurat perang ,

mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun

tugas-tugas territorial . Rekutmen dilakukan secara selektif , teratur , dan

berkesinambungan. Penepatan tugas dapat di sesuaikan dengan latar belakang

pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil , misalnya dokter ditempatkan

di Rumah Sakit Tentara , pengacara di Dinas Hukum , akuntan di Bagia Keungan ,

penerbang di Skuadron Angkutan , dan sebagainya.

Secara Nonfisik didefinisikan sebagai “segala upaya untuk mempertahankan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan

bernegara , menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam

memajukan bangsa dan negara”.

Menurut Undang-undang No 3 Tahun 2002 keikutsertaan warga Negara dalam bela

Negara secara nonfisik dapat di selenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan

dan pengabdian sesuai dengan profesi . Berdasarkan hal itu , keterlibatan warga Negara

dalam bela Negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbgaai bentuk , sepanjang

masa dan dalam segala situasi , misalnya dengan cara :

Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti

demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan

kehendak

Menanamkan kecintaan terhadap tanah air , melalui pengabdian yang tulus

kepada masyarakat

Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara dengan berkarya nyata

( bukan retorika )

Ikut berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses pembuatan dan

pelaksanaan kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga–lembaga

negara.

Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.

Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

Memberikan bantuan sosial, memberikan rehabilitasi sosial, mela- kukan

pembinaan kepada fakir miskin.

Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.

Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.

Menciptakan kerukunan umat beragama.

Ikut serta memajukan pendidikan nasional.

Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa.

Memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dll).

Page 11: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Wujud dari upaya bela negara adalah kesiapan dan kerelaan warganegara untuk

berkorban demi mempertahankan kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan

UUD 1945.

2.4 Peran Mahasiswa Dalam Upaya Bela Negara

Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran khusus dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu selain dimungkinkan oleh

kepemilikan pengetahuan yang luas juga oleh kepemilikan nilai-nilai dasar yang menjadi

landasan jati diri intelektualnya. Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya menyatu

dalam setiap teladan hidup dan perjuangan mahasiswa (Agustina, 2014). Menurut Andhita

(2014) Sikap mahasiswa untuk melakukan upaya bela Negara antara lain :

Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju. Sikap tersebut

dapat diwujudkan dengan cara giat belajar dan giat bekerja, optimis terhadap masa

depan, tidak boros dan tidak bergaya hidup mewah, serta menumbuhkan semangat

gemar menabung. mahasiswa harus giat belajar demi meraih masa depan yang

gemilang serta dapat membantu kelangsungan pembangunan Negara .Ilmu yang

melimpah dari para pelajar apabila di amalkan kepada bangsa ini maka akan

membawa perubahan yang besar.

Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha pembangunan.

Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara taat membayar pajak, taat hukum, ikut

serta dalam menjaga keamanan, serta menjaga kehormatan dan martabat bangsa di

hadapan dunia internasional.

Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam masa

pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara sehat jasmani dan

rohani, tahan derita dan tahan uji, selalu tegar menghadapi masalah, cekatan dalam

bertindak, berpendirian teguh, siap menanggung risiko, bertanggung jawab, serta

berani membela kebenaran dan keadilan.

Memiliki semangat dan sikap untuk mengembangkan inovasi (pembaruan) dalam

berbagai hal. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara terbuka terhadap

perubahan, menerima dengan selektif budaya asing, menolak tegas kebudayaan

asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, mengubah pola hidup

dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan sendi-sendi kehidupan yang baik, serta

selalu bangga sebagai bangsa dan warga negara Indonesia.

Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negri maupun diluar negri.

Budaya merupakan harta suatu bangsa dan alangkah bagusnya apabila harta tak

ternilai tersebut dilestarikan.

Page 12: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan dalam komunitas politik

(yang dalam sejarah perkembangannya diawali pada negara kota, namun

sekarang ini telah berkembang pada keanggotaan suatu negara) yang

membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam

politik.

Sedangkan, bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara

yang dijiwai oleh kecintaan kepada negara kesatuan republik indonesia yang

berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa

dan negara. Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi segenap warga

negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat

berbangsa dan bernegara.

Usaha pembelaan dan pertahanan Negara merupakan hak dan kewajiban

setiap Negara Indonesia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap warga

Negara berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang

pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945

dan perundang-undangan yang berlaku.

3.2 Saran

Pembahasan materi kewarganegaraan hendaknya dikaitkan dengan langkah

konkrit warga Negara dalam upaya membela negaranya. Terutama pada

peran warga Negara dalam pembangunan bangsa, agar terwujud cita-cita

bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1

Dwiyatmi, Sri Harini, (2012), Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Atmaja, Dewa Gede. 2012. Ilmu Negara: Sejarah, Konsep Negara dan Kajian

Kenegaraan. Setara Press: Malang.

Huda, Ni’matul. 2010. Ilmu Negara. Rajawali Pers: Jakarta.

Agustina, Emi. 2014. Peran Mahasiswa Dalam Bela Negara. http://emi-

agustina17.blogspot.com/2014/07/makalah-peran-mahasiswa-dalam-bela.html

diakses tanggal 3 Maret 2015

Andhita, Vinkha. 2014. Peran Mahasiswa Dalam Upaya Bela Negara. http://biologi-

tingkatsatu.blogspot.com/2014/01/peran-mahasiswa-dalam-upaya-bela-

negara.html diakses tanggal 3 Maret 2015

Dhyah. 2014. Peran Serta Masyarakat dalam Bela Negara.

https://ghustieubudiyyah.wordpress.com/2013/07/09/peran-serta-masyarakat-

dalam-bela-negara/ diakses tanggal 3 Maret 2015

Wikipedia. 2014. Bela Negara. http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara diakses

tanggal 3 Maret 2015

Page 14: Negara Kewarganegaraan dan Bela Negara

1