Necator Americanus Fix

16
I. PENDAHULUAN Penyakit infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat, namun kurang mendapat perhatian. Salah satu jenis penyakit cacing adalah infeksi cacing tambang. Cacing tambang adalah golongan cacing yang termasuk dalam Soil-Transmitted Helminths adalah cacing golongan nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif memerlukan tanah dengan kondisi tertentu (Safar, R., 2010). Infeksi cacing jenis ini masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia. Spesies cacing tambang yang banyak ditemukan di Indonesia ialah Necator americanus (Sumanto, 2010). a. Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Nemathelminthes Kelas : Nematoda Sub kelas : Secernentea Ordo : Strongylida Super family : Ancylostomatoidea Family : Ancylostomatidae Genus : Necator Species : Necator americanus (Shiles, 1902)

description

parasitologi

Transcript of Necator Americanus Fix

I. PENDAHULUANPenyakit infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat, namun kurang mendapat perhatian. Salah satu jenis penyakit cacing adalah infeksi cacing tambang. Cacing tambang adalah golongan cacing yang termasuk dalam Soil-Transmitted Helminthsadalah cacing golongan nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif memerlukan tanah dengan kondisi tertentu (Safar, R., 2010). Infeksi cacing jenis ini masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia. Spesies cacing tambang yang banyak ditemukan di Indonesia ialah Necator americanus (Sumanto, 2010).a. KlasifikasiKingdom : AnimaliaPhylum : NemathelminthesKelas : NematodaSub kelas : SecernenteaOrdo : StrongylidaSuper family : AncylostomatoideaFamily : AncylostomatidaeGenus : NecatorSpecies : Necator americanus (Shiles, 1902)b. EpidemiologiCacing tambang pertama kali ditemukan di Mesir 1500 SM yang digambarkan sebagai penyakit jiwa ditandai dengan anemia. Ibnu Sina seorang tabib Persia abad 11 menemukan cacing pada beberapa pasien dan terkait dengan penyakit mereka (Gandahusada,. dkk, 1998).Daerah penyebaran dari Necator americanus terletak antar 30o Lintang Selatan dan 40o Lintang Utara. Melalui karier, cacing ini dapat menyebar lebih ke utara lagi ke daerah-daerah lokal yang mempunyai iklim hampir sama. Sebanyak 50 % wanita di Chiapas, Mexico terinfeksi Necator americanus. Di Ekuador, kejadian infeksi cacing usus ini ditemukan sebanyak 48 % pada anak dengan infeksi cacing tambang sebesar 24,1 %. Jumlah kejadian tidak mengalami penurunan setelah dilakukan pengobatan dengan rentang waktu 9 bulan (Sebastian, M., 2000)Infeksi cacing tambang di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada,. dkk, 2003). Maryanti (2006), yang melakukan studi di di Desa Tegal Badeng Timur, Bali menemukan bahwa penggunaan alas kaki berhubungan dengan kejadian infeksi cacing tambang.II. ISIa. MorfologiCacing dewasa dari spesies Necator americanus berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke belakang. Bentuk kumparan (fusiform) dan berwarna putih keabu - abuan. Cacing betina menghasilkan telur dari 9.000-10.000 setiap harinya, ukuranya mencapai ( 9- 13x 0,35 - 0,6 mm) lebih besar daripada cacing jantan (5 - 11 x 0,3 - 0,45 mm). Spesies cacing tambang dapat dibedakan terutama karena rongga mulutnya dan susunan rusuknya. Cacing ini mempunyai kutikilum yang relatif tebal. Pada ujung posterior terdapat bursa kopulatrik yang dipakai untuk memegang cacing betina selama kopulasi. Bentuk badan Necator americanus biasanya menyerupai huruf S dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi (Soedarto, 1995).Telur telur dari cacing ini berbentuk ovoid dengan kulit yang jernih dengan dinding tipis yang tembus sinar dan mengandung embrio dengan empat blastomer. Telur cacing ambang mempunyai ukuran 74 76 x 36 40 m. Ketika dikeluarkan di dalam usus, telur Necator americanus mengandung satu sel, namun ketika dikeluarkan bersama feses, telur mengandung 4 8 sel. Dalam waktu beberapa jam setelah dikeluarkan dari tubuh manusia akan tumbuh menjadi stadium morula dan kemudian menjadi larva rabditiform (stadium pertama). Terdapat dua stadium larva, yaitu larva rabditiform yang tidak infektif dan larva filariform yang infektif. Larva rabditiform bentuknya agak gemuk dengan panjang sekitar 250 mikron, sedangkan larva filariform yang bentuknya langsing, panjangnya sekitar 600 mikron (Gandahusada, S., dkk., 2003)

(a)(b)Gambar 1. (a). Telur Necator americanus (b). Cacing dewasa Necator americanus (Soedarto, 1995)

b. Siklus HidupPada siklus hidup Necator americanus, larva stadium I menetas dari telur dalam waktu 24-48 jam. Keadaan yang paling baik untuk cacing ini ialah kelembaban tinggi, teduh, suhu panas (>25C) dan tanah yang lepas berpasir. Larva stadium I secara aktif makan bahan organik dan bakteri dalam tanah dan mengalami pergantian kulit 2 kali yang pertama pada hari ketiga dan sekali pada hari kelima. Larva stadium III atau larva filariform terbungkus dalam sarung dan tidak makan, tapi bergerak aktif. Larva stadium III N.americanus dapat dibedakan dari larva A.duodenale. (Zaman dkk, 1982)

Gambar : Siklus hidup cacing tambang (Necator americanus) (Zaman dkk, 1988)Manusia sebagai hospes satu-satunya diinfeksi oleh cacing tambang (Necator americanus) berawal dari larva filariform adalah bentuk infektif parasit, yang dapat memulai infeksi dengan cara menembus kulit. Sesudah masuk ke dalam jaringan, masuk ke peredaran darah dan kemudian masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru, larva tumbuh dan menembus alveolus, masuk ke saluran pernapasan. Larva kemudian bergerak ke trakea dan tertelan bersama ludah, masuk ke dalam saluran pencernaan dan melekat pada mukosa usus halus, kemudian tumbuh menjadi cacing dewasa. Cacing bertina mulai bertelur 5-7 minggu setelah infeksi. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 14 tahun. (Zaman dkk, 1982)

c. Patofisiologi dan Gejala UmumInfeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau tanpa gejala sama sekali. Pada infeksi yang berat, kelainan patologi yang terjadi, disebabkan oleh tiga fase sebagai berikut (Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984): Fase cutaneus, yaitu cutaneus larva migrans, berupa efek larva yang menembus kulit. Larva ini menyebabkan dermatitis yang disebut Ground itch. Timbul rasa nyeri dan gatal pada tempat penetrasi. Fase pulmonary, berupa efek yang disebabkan oleh migrasi larva dari pembuluh darah kapiler ke alveolus. Larva ini menyebabkan batuk kering, asma yang disertai dengan wheezing dan demam. Fase intestinal, berupa efek yang disebabkan oleh perlekatan cacing dewasa pada mukosa usus halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi usus halus menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang berdarah dan berlendir. Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah darah yang hilang per hari per satu ekor cacing adalah 0,03 mL pada infeksi Necator americanus. Jumlah darah yang hilang setiap harinya adalah 2 mL/1000 telur/gram tinja pada infeksi Necator americanus. Pada anak, infeksi cacing ini dapat menganggu pertumbuhan fisik dan mentalGejala umumnya menderita cacing tambang diantaranya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun, dan anemia merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi. Di samping itu juga terdapat eosinofilia (Departemen Kesehatan RI, 2006)d. DiagnosaGejala klinis biasanya tidak spesifik sehingga untuk menegakkan diagnosis infeksi cacing tambang perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk dapat menemukan telur cacing didalam tinja ataupun menemukan larva cacing tambang di dalam biakan atau pada tinja yang sudah agak lama. (Natadisastra, 2009)Pemeriksaan langsung pulasan tinja untuk telur cacing tambang memberikan penilaian kualitatif infeksi. Pulasan tebal kato memberikan teknik sederhana untuk penetuan jumlah infeksi, tetapi karena telur cacing tambang menghilang dalam preparat setelah 1 jam, pemeriksaan segera pulasan ini merupakan keharusan. Infeksi telur cacing tambang ringan mungkin memerlukan penggunaan teknik konsentrasi untuk mendeteksi telur dalam tinja. Teknik zink-sulfat atau formlineter dapat digunakan. (Behrman, dkk., 2000 )e. PengobatanPengobatan secara berkala dengan obat antelmintik golongan benzimidazol pada anak usia sekolah dasar dapat mengurangi dan menjaga cacing-cacing tersebut berada pada kondisi yang tidak dapat menimbulkan penyakit (Bundy dkk, 2006). Obat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate (Combantrin, Pyrantin), Mebendazole (Vermox, Vermina, Vircid), Albendazole. (Departemen Kesehatan RI, 2006).Pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan memberikan hasil yang cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut. (Sutanto,. dkk, 2008)f. Cara Pencegahan dan PembrantasanCara mencegah terinfeksinya cacing tambang dengan cara menggunakan alas kaki (sandal atau sepatu) karena jika larva pada stadium III menyentuh kulit manusia antara 2 jari kaki atau dorsum pedis, melalui folikel rambut, pori pori kulit ataupun kulit yang rusak, larva secara aktif dapat menembus kulit dan masuk ke dalam kapiler darah dan terbawa oleh aliran darah, selain itu pencegahan dapat pula dilakukan dengan menghindari defikasi di sembarang tempat (Muslim, 2009; Natadisastra, 2009). Selain itu cara pencegahanya dangan cara menjaga hygiene dan kebersihan sanitasi (Margono dkk, 1991)

III. REVIEWNecator americanus merupakan jenis cacing tambang yang siklus hidupnya melalui tanah (Soil Transmitted Helminth), biasanya ditemukan di daerah perkebunan atau pertambangan. Bentuk badan Necator americanus adalah silindris berwarna putih keabuan menyerupai huruf S. Telur Necator americanus berbentuk ovoid dengan kulit yang jernih dengan dinding tipis yang tembus sinar dan mengandung embrio dengan empat blastomer.Manusia sebagai hospes satu-satunya diinfeksi oleh larva filariform Necator americanus yang memulai infeksi dengan cara menembus kulit kemudian masuk ke dalam jaringan, masuk ke peredaran darah dan masuk ke paru-paru. Gejala umum yang ditimbulkan akibat infeksi, yaitu lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun, dan anemia merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi, di samping itu juga terdapat eosinofilia. Penegakkan diagnosa dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan menemukan telur atau larva dalam tinja. Penggobatan dapat dilakuka dengan obat antelmintik golongan benzimidasol, Pyrantel pamoat, Mebendazol, dan Albendazol. Pencegahannya dengan menggunakan alas kaki dan menjaga hygiene serta kebersihan sanitasi.

DAFTAR PUSTAKAArianto, Koes. 2009. Parasitologi: Berbagai Penyakit yang mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: CV. Yrama Widya.Behrman RE, Robert MK, Ann MA. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15. Jakarta : EGC.Brooker S, Clements AC, Bundy DA. Global Epidemiology, Ecology and Control of Soil-transmitted Helminth Infections. Adv Parasitol. 2006; 62:221-61.Departemen Kesehatan RI. 2006. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:424/MENKES/SK/VI. Pedoman Pengendalian cacing. Jakarta: Depkes RIGandahusada, S., Ilahude H.D., Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke III. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Gandahusada, S., Ilahude H.D., Pribadi W. 2003. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke III. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16639/4/Chapter%20II.pdf (diunduh Rabu 20 Oktober 2013)Maryanti . 2006. Hubungan Perilaku Pemakaian Apd dan Kebersihan Diri Dengan Kejadian Infeksi Cacing Tambang. Surabaya: Pusat Antar Universitas.Muslim, H.M. 2009. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGCNatadisastra, D., Ridad, A. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta:EGCSafar, R. 2010. ParasitologiKedokteran. Bandung, CV: Yrama WidyaSebastin M, Santiago Santi, Control of intestinal helminths in schoolchildren in Low-Napo, Ecuador: impact of a two-year chemotherapy program, Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical, 2000 Jan - Feb : 33(1):69-73Soedarto. 1995. Nematoda Helmintologi Kedokteran. Jakarta: Gaya BaruSumanto, Didik. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang pada Anak Sekolah. Semarang: Pusat Antar Universitas Supali,T.,Margono, S.S., Alisah,S.N., Abidin. 2008. Parasitologi Kedokteran .Edisi 4.Jakata: Fakulras Kedokteran Universitas IndonesiaSutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Zaman Viqar, dkk. 1982. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Bandung: BinaciptaZaman Viqar, dkk. 1982. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Bandung: Binacipta

TUGAS PARASITOLOGINECATOR AMERICANUS

Ni Putu Eka Fitri(1208505013)Mitsue Oka(1208505014)Anak Agung Rias Paramita Dewi(1208505036)Ni Luh Ayu Putu Shaine Purnamadewi(1208505039)Dewa Ayu Ferianta Sari(1208505040)KELOMPOK 7

JURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS UDAYANA 2013