Naskah Ujian Psikiatri
description
Transcript of Naskah Ujian Psikiatri
NASKAH UJIAN
Disusun Oleh :
Rasyad Wicaksono 1111103000072
Pembimbing :
dr. Lukman Mustar, SpKJ
Pembimbing :
dr. Rininta Mardiani, SpKJ
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRI RS.Dr. H. MARZOEKI MAHDI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RH
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 Tahun
Tanggal Lahir : Jakarta, 6 April 1980
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Status Pernikahan : Cerai Hidup
Pendidikan Terakhir : Madrasah Tsanawiyah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kampung Leuwi Jambe RT 3 RW 4 Desa Kadumanggu
Citeureup Bogor
Tanggal Masuk RS : 2 Februari 2015
Tanggal Masuk R. Kresna : 2 Februari 2015
Tanggal Masuk R. Utari : 6 Februari 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh melalui
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 19 Februari 2015 di Ruang Utari RS
Marzoeki Mahdi.
Alloanamnesis dengan kedua orangtua pasien pada tanggal 21 Februari 2015 di
rumah pasien ketika kunjungan rumah.
A. Keluhan Utama
Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit sering bengong, tiba-tiba menangis,
sulit tidur di malam hari, berbicara sendirian, tidur seharian, keluyuran, beres-beres
rumah di malam hari, dan memecahkan perabotan.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Sekitar 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai sering bengong
menatap tembok dengan pandangan kosong. Ketika dicoba untuk disadarkan oleh
keluarga dan diajak bicara, pasien masih merespons. Terkadang setelah bengong
beberapa menit, pasien menanyakan nasib anggota keluarganya yang sudah meninggal
ke keluarga lainnya dan setelah itu pasien larut dalam kesedihannya dan menangis.
Terkadang bila tidak ada teman bicara, pasien berbicara sendiri setelah bengong
beberapa menit. Pasien dapat berbicara sendiri hingga beberapa jam dan tidak
menyaut ketika dipanggil oleh orang lain. Menurut keluarga pasien, pembicaraan yang
pasien lakukan sendiri seringkali menyinggung tentang mantan suaminya dan angan-
angan pasien untuk memiliki berbagai macam hal seperti rumah, perabotan, dan lain-
lain. Setelah berbicara sendiri, pasien biasanya menangis dan kemudian tidur hingga
lebih dari 8 jam. Ketika pasien sadar dan ditanyakan kepada pasien, menurut pasien
ada sesosok kakek tua yang mengajak bicara pasien. Hal tersebut terjadi berulang kali
selama 4 sampai 5 hari setiap minggu dalam 1 bulan. Selama 1 bulan tersebut, pasien
hanya mandi sekali dalam beberapa hari dan nafsu makannya menurun. Setelah itu
pasien tidak mengalami hal serupa selama 1 minggu.
Setelah 1 minggu tidak mengalami gangguan, pasien terkadang mulai kambuh
lagi. Kali ini, setelah pasien bengong dan berbicara sendiri, pasien tiba-tiba
bersemangat untuk membersihkan rumah dan pakaian kotor. Terkadang hal ini terjadi
di tengah malam dan berlangsung hingga pagi hari. Pasien pernah tidak tidur selama 3
hari 3 malam hingga mata pasien merah akibat tidak bisa berhenti berbicara sendiri
dan membersihkan rumah. Hal tersebut terjadi berulang kali selama 4 sampai 5 hari
setiap minggu dalam 1 bulan. Pasien mandi 2 kali sehari dan makan 3 kali sehari.
Ketika keluarga mencoba untuk mengajak bicara, pasien sering membicarakan angan-
angannya untuk kembali berdamai dengan mantan suaminya.
Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien keluyuran keluar dari rumah
pada malam hari. Setelah bepergian selama 2 minggu, pasien kembali ke rumah
diantar oleh supir taxi. Pasien mengaku bertemu dengan orang yang prihatin dengan
kondisinya dan membiayainya untuk pulang ke rumah. Pasien datang dengan penuh
luka di telapak kaki dan tungkai bawah dan memar di kepala. Sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien mulai memecahkan barang-barang yang pernah dibelinya
bersama mantan suaminya. Pasien sudah pernah disarankan untuk menikah lagi
namun merasa tidak akan ada yang berminat dengan dirinya karena pendidikannya
yang rendah dan tidak memiliki pekerjaan.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Menurut pasien dan keluarga, pasien pertama kali mengalami gangguan
kejiwaan pada tahun 2004. Pada tahun tersebut, pasien sudah menikah dengan
suaminya selama 7 tahun dan sudah memiliki 2 anak. Pasien tinggal bersama suami
dan anaknya di rumah suami. Menurut keterangan keluarga dan tetangga, suami
pasien seringkali membentak-bentak pasien dan anaknya hingga terdengar oleh
warga sekitar. Pada saat itu, keluarga menemukan pasien dalam keadaan diam, tidak
dapat diajak berbicara, dan tatapan mata kosong. Pasien pernah dibawa ke
pengobatan alternatif di Leuwi Liang dengan metode ruqyah dan mengalami
perbaikan setelah itu.
Setelah mengalami kepulihan selama beberapa bulan, keluarga pasien
mendapatkan kabar yang serupa dari anak dan tetangga pasien. Pasien mengalami
gejala yang serupa, yakni diam, tidak dapat diajak berbicara, dan tatapan mata
kosong. Karena khawatir, pihak keluarga memindahkan pasien dari rumah suaminya
ke rumah orang tua pasien. Setelah hampir 1 hari penuh tidak dapat diajak bicara
dan tidak beraktivitas, perlahan-lahan pasien dapat berinteraksi lagi dengan
keluarganya. Ketika ditanyakan apakah pernah mengalami penganiayaan oleh
suaminya, pasien tidak pernah menjawab. Namun, ketika ditanyakan kepada
tetangga di sekitar rumah suami pasien, ternyata suami pasien masih sering
bertengkar dengan pasien dan anak-anaknya hingga suaranya terdengar oleh para
tetangga.
Keluarga pasien sudah berusaha mengajak bicara suami pasien, namun suami
pasien selalu menyangkal ketika diberikan masukan oleh pihak keluarga. Pasien juga
tidak betah tinggal bersama keluarganya dan lebih ingin untuk tinggal di rumah
suaminya. Keluarga pasien akhirnya mengijinkan pasien untuk tinggal bersama
suaminya lagi dengan syarat pasien harus segera menghubungi pihak keluarga
sekiranya ada konflik dengan suami pasien.
Pada tahun 2007, pasien pernah mengalami hal serupa ditambah sering
berbicara sendiri, nafsu makan menurun, aktivitas berkurang, sulit tidur, dan tidak
mau mandi. Keluarga pasien memutuskan untuk memasukkan pasien ke RSMM
untuk perawatan yang lebih baik. Setelah keluar dari RSMM, pasien tidak mau
diajak untuk tinggal di rumah keluarganya, pasien lebih memilih untuk tinggal
bersama suami pasien.
Hubungan pasien dengan suaminya tidak banyak berubah. Menurut keterangan
yang didapatkan keluarga pasien dari tetangga di sekutar rumah pasien, suami pasien
masih sering marah-marah kepada pasien dan anak-anaknya. Pasien sudah berulang
kali mengalami gangguan jiwa dan dirawat beberapa kali di RSMM namun selalu
kambuh kembali dalam kurun waktu beberapa bulan.
Pada tahun 2011, suami pasien meminta cerai kepada pasien. Pasien mengalami
stress dan gangguannya timbul kembali. Suami pasien menghubungi pihak keluarga
dan memintanya untuk menjemput pasien. Selama di rumah orang tua pasien, pasien
masih merindukan suaminya namun dilarang untuk menemuinya lagi oleh orang tua
pasien. Pasien mengalami gejala-gejala tiba-tiba menangis, sulit tidur di malam hari,
berbicara sendirian, tidur seharian, keluyuran, beres-beres rumah di malam hari, dan
memecahkan perabotan. Pasien sudah beberapa kali dibawa ke RSMM dan pulang
dengan kondisi tenang namun kambuh kembali dalam beberapa bulan terutama
setelah obatnya habis.
2. Riwayat Penyakit Medis Lainnya
Pasien pernah dirawat di rumah sakit saat berusia 5 tahun karena demam tifoid
dan sakit kuning. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan
luka / cedera pada daerah kepala. Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis,
tekanan darah tinggi, stroke, demam tinggi, asma dan kejang.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol. Pasien
tidak pernah merokok.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan perinatal
Pasien lahir dibantu oleh bidan, cukup bulan, dan cukup berat badan. Ibu pasien selalu
rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan tidak pernah mengalami penyakit,
merokok, minum-minuman keras, maupun benturan pada tubuh selama hamil. Proses
kelahiran pervaginam. Pasien langsung menangis setelah lahir.
2. Riwayat masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Menurut ibu pasien, tumbuh kembang pasien dirasa sama dengan anak lain seusianya.
Saat pasien masih bayi, pasien cenderung tidak rewel dan tidak sering menangis.
3. Riwayat masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)
Pasien tidak mempunyai teman imajiner. Ketika sekolah, pasien tidak nakal dan tidak
pernah merindukan rumah secara berlebihan saat di sekolah. Pasien tidak memiliki
banyak teman di sekolah. Pasien tidak pernah bermusuhan maupun curiga kepada
teman-teman sekolahnya, namun pasien mengaku dirinya adalah seorang pendiam.
Pasien tidak pernah tinggal kelas namun tidak pernah mendapat ranking 10 besar di
kelas.
4. Riwayat Masa Remaja
a. Hubungan Sosial
Pasien memiliki beberapa teman dekat wanita namun tidak memiliki teman dekat
pria sampai usia 14 tahun. Pasien lebih suka menghabiskan waktu luangnya di
rumah daripada bermain di luar. Pasien merupakan orang yang dekat dengan
keluarga.
b. Riwayat Sekolah
Menurut pasien, hubungan pasien dengan guru di sekolah baik, pasien selalu
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Pasien tidak pernah tinggal kelas
meski tidak pernah mendapat ranking di kelas. Pasien tidak melanjutkan sekolah
ke SMA karena keterbatasan biaya.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Pasien dapat membaca, menulis, dan berhitung dengan baik.
d. Problem emosi atau fisik khusus remaja
Pasien tidak merasa pernah mengalami permasalahan emosi maupun fisik pada
saat remaja.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali memiliki pacar pada usia 14 tahun. Hubungan pertama pasien
tidak bertahan lebih dari 1 tahun. Pada usia 17 tahun, pasien menjalin hubungan
dengan pacar keduanya dan akhirnya menikah 1 tahun kemudian. Pasien tidak
pernah menjalin hubungan dengan sesama jenis.
5. Riwayat masa dewasa.
a. Riwayat Pekerjaan
Selain menjadi seorang ibu rumah tangga, pasien tidak pernah bekerja.
b. Aktivitas Sosial
Semenjak menikah, pasien sudah jarang berkomunikasi dengan teman sekolahnya.
Pasien mengaku tidak sering bercengkerama dengan tetangga kecuali ketika
berpapasan saat membeli sayur maupun perabotan di tukang keliling. Pasien tidak
pernah merasa dimusuhi dengan tetangga dan merasa nyaman dengan lingkungan
di sekitar rumahnya.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien dan keluarganya beragama Islam, kegiatan beragama seperti shalat dan
membaca Al-Quran di keluarga dilakukan seperti biasa dan tidak ada pemaksaan
dalam melakukan kegiatan beragama tersebut. Pasien sering mengikuti pengajian
yang diadakan rutin setiap minggu di masjid dekat rumahnya. Pasien pandai
dalam menghafal bacaan wirid maupun ayat-ayat Al-Quran.
d. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam proses pengadilan yang berkaitan dengan
pelanggaran hukum.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kesembilan dari sembilan bersaudara. Sejak kecil tinggal
bersama dengan ayah, ibu, kakak-kakak pasien. Ayah pasien merupakan pensiunan
angkatan laut, ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien akrab dengan ayah, ibu, dan
kakak-kakaknya. Sejak kecil pasien merupakan anak yang paling diperhatikan karena
perbedaan usianya yang cukup jauh dari kakak-kakaknya. Usia pasien 10 tahun lebih
muda dari kakak termudanya. Setelah menikah, kakak-kakak pasien meninggalkan
rumah. Pasien menikah pada usia 17 tahun dan akhirnya pindah dari rumah orang tua dan
tinggal bersama suami pasien.
Pernikahan antara pasien dan suaminya kurang disetujui oleh pihak keluarga, namun
karena melihat pasien yang sangat ingin memiliki suami, keluarga akhirnya
menyetujuinya. Selama ini, keluarga pasien memandang suami pasien sebagai orang yang
berperilaku tidak menyenangkan. Perilaku yang tidak disukai oleh keluarga antara lain
adalah kebiasaan menggunakan kata-kata kasar, meminum-minuman keras, sering
memarahi anak, sering bertengkar dengan warga sekitar, banyak berjanji tanpa bukti, dan
lain-lain. Suami pasien bekerja di tempat yang sama dengan salah satu kakak pasien
sebagai satpam. Suami pasien tidak disenangi oleh rekan-rekan kerjanya karena dianggap
tidak disiplin. Ketika masih kecil, suami pasien pernah menyaksikan ayahnya meninggal
terlindas bus. Sampai sekarang, suami pasien sangat takut ketika melihat darah.
Setelah 7 tahun pernikahan, keluarga pasien baru menyadari bahwa selama ini suami
pasien sering membentak dan memukuli pasien. Pasien tidak pernah cerita mengenai
perilaku suaminya kepada pihak keluarga. Ketika pasien pertama kali mengalami
gangguan, suami pasien menghubungi pihak keluarga. Sesampainya di rumah suami
pasien, keluarga menanyakan apa yang terjadi namun suami pasien tidak menjawab,
namun ketika keluarga pasien menanyakannya ke tetangga, ternyata pasien dan suaminya
baru saja bertengkar dan ini bukan yang pertama kalinya.
Pasien memiliki dua anak dari suaminya. Ketika masih kecil, anak-anak pasien dekat
dekat dengan pasien. Namun, setelah mengalami gangguan dan beberapa kali masuk ke
rumah sakit jiwa, anak-anak pasien menjadi sering membentak pasien dan berperilaku
dingin terhadapnya. Menurut keluarga pasien, anak-anak pasien tidak senang memiliki
ibu dengan gangguan jiwa dan seorang ayah yang sering marah-marah.
Genogram keluarga pasien:
Keterangan:
Laki-laki Pasien X Cerai
Perempuan MeninggalTinggal Serummah
No Hubungan dengan pasien Nama Usia Pendidikan
1 Ayah Kandung Junaedi 85 SMP
2 Ibu Kandung Melly 78 SMP
3 Kakak Kandung - Meninggal saat lahir -
4 Kakak Kandung - Meninggal saat lahir -
5 Kakak Kandung Jamaluddin 40 tahun SMA
6 Kakak Kandung - Meninggal saat lahir -
7 Kakak Kandung Ahmad 50 tahun SMA
8 Kakak Kandung Roub 47 tahun SMA
9 Kakak Kandung Zaenal 46 tahun SMA
10 Kakak Kandung Eneng 45 tahun SMA
11 Ibu Tiri Erna 74 SMP
12 Ibu Mertua Siti 68 SMP
13 Suami Faisal 40 SMA
14 Anak Kandung Sarah 17 SMK
15 Anak Kandung Raji 13 SMP
F. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya Dan Kehidupan
1. Impian: Pasien ingin segera pulang, bertemu dengan anak-anaknya, rujuk dengan
suami, dan ingin tinggal terpisah dari keluarganya.
2. Sistem nilai: Pasien mengetahui dirinya sakit jiwa tetapi tidak mengerti secara pasti
mengenai penyakitnya.
3. Dorongan kehendak: Pasien ingin segera keluar dari rumah sakit karena ingin bertemu
dengan anak dan suaminya.
4. Hal yang menjadi sumber kemarahan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau
senang: Pasien sedih ketika suaminya menjanjikan untuk membelikan barang-barang
namun tidak ditepati, ketika bertengkar dengan suaminya, dan ketika anak-anaknya
tidak mau diajak bicara dengannya.
5. Persepsi terhadap dirinya: Pasien merasa terkadang mengalami gundah gelisah meski
tidak yakin dirinya sedang mengalami gangguan jiwa dan apa penyebabnya, namun
pengobatan yang didapat di RSMM terasa membantu menenangkannya.
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada hari Jumat, 19 Desember 2015
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang perempuan, berusia 34 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya.
Pasien mengenakan pakaian tidak rapi dan rambut acak-acakan. Kesan perawatan diri
kurang.
2. Kesadaran
a. Kesadaran neurologic/biologic: Compos mentis
b. Kesadaran psikologis: Terganggu
c. Kesadaran sosial: Baik
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotorik
Sebelum wawancara, pasien sedang berbaring di kamar rawat. Saat ditemui, pasien
bersikap tenang, kooperatif dan kontak mata tidak adekuat.
4. Pembicaraan
Pembicaraan pasien spontan. Saat diwawancarai pasien menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan pemeriksa. Volume suara cukup, intonasi suara baik, artikulasi jelas
dan bahasa dapat dimengerti oleh pemeriksa.
5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Pasien kooperatif
B. Alam Perasaan
1. Afek : Menyempit
2. Mood : Hipotim
3. Keserasian : Serasi antara pembicaraan dengan ekspreksi wajah
C. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak terdapat gangguan persepsi. Pasien mengaku
pernah beberapa kali melihat makhluk halus di rumahnya berupa seorang kakek-kakek
berbaju putih. Pasien pernah mendengar bisikan-bisikan dari sumber yang tidak diketahui
yang memerintahkan pasien untuk pergi keluar dari rumah. Pasien mengaku selalu mengikuti
perintah tersebut setiap kali bisikan itu muncul.
D. Pikiran
1. Proses / Arus Pikir : Spontan dan koheren
2. Isi Pikir : Tidak terdapat gangguan
E. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
- Taraf Pendidikan : Pengetahuan pasien sesuai dengan taraf pendidikan
SMP
- Pengetahuan Umum : Baik (pasien dapat menyebutkan presiden yang sedang
menjabat di periode sekarang)
- Kecerdasan : Baik (pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan
perhitungan sederhana)
2. Konsentrasi dan Perhatian : Baik (pasien dapat mengurangi 100 dengan 7 secara
berurut serta dapat mempertahankan dan memusatkan perhatian dengan baik)
3. Orientasi
- Orientasi Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan sekarang siang atau malam,
dan dapat mengidentifikasikan bulan dan tahun)
- Orientasi Tempat : Baik (pasien dapat menyebutkan nama ruangan tempat ia
dirawat, nama rumah sakit, dan nama kotanya)
- Orientasi Personal : Baik (Pasien mengetahui siapa yang memeriksanya, nama
suami, dan nama-nama anggota keluarga).
4. Daya ingat
- Daya Ingat Jangka Panjang : Baik (Pasien masih mengingat nama SD dan
Madrasah tempat pasien bersekolah dulu)
- Daya Ingat Jangka Pendek : Baik (Pasien ingat kegiatan apa saja yangg
dilakukan hari ini seperti bangun tidur, mandi, serta makan)
- Daya Ingat Sesaat : Baik (Pasien mampu mengingat nama
pemeriksa setelah beberapa menit)
5. Kemampuan membaca dan menulis : Baik
6. Kemampuan Visuospasial : Tidak dapat dinilai
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
Baik (ketika diberi pertanyaan mengenai apakah membantu teman yang sedang
kesusahan baik atau tidak, pasien menjawab hal tersebut baik).
2. Uji daya nilai
Buruk (ketika diberi pertanyaan apabilay menemukan uang yang tergeletak di pinggir
jalan pasien memberikan jawaban yang sesuai, yaitu pasien akan bertanya kepada
orang sekitar apakah terdapat yang kehilangan uang dan pasien tidak akan pernah
mengambilnya untuk diri pasien sendiri karena sama saja dengan mencuri. Namun,
ketika ditanyakan apakah kita harus selalu memberikan barang yang kita miliki ketika
diminta oleh orang lain, pasien menjawab perlu).
3. Penilaian realita
Terganggu karena terkadang terdapat halusinasi.
H. Tilikan : Derajat IV
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Napas : 16 kali/menit
Suhu : 36.50C
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Mulut : Mukosa basah, sianosis(-), lidah kotor(-), oral hygene baik, karies (-)
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tarik -/-, nyeri tekan
retroaurikular -/-, sikatriks (-)
Hidung :Deviasi septum(-),saddle nose (-),hump nose (-),sekret (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), T2-T2, uvula di tengah
Leher : Trakea teraba di tengah,pembesaran tiroid (-),nyeri tekan (-),
massa(-), pembesaran KGB (-)
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, suara nafas
vesikular +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, tidak membuncit, massa (-), Nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema-/-, CTR< 2s, turgor cukup,sianosis -/-
Status Neurologis
Kaku kuduk : (-)
Pupil : Bulat, isokhor, RCL +/+, RCTL +/+
Nervus kranialis : Normal
Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (+),
tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi
Sensorik : Gangguan sensibilitas (-)
Refleks fisiologis : Normal
Refleks patologis : (-)
Gejala ekstrapiramidal : (-)
Gaya berjalan dan postur tubuh : Baik
Stabilitas postur tubuh : Baik
Tremor kedua tangan : (-)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
A. Berdasarkan Anamnesis
Pasien perempuan 34 tahun, cerai hidup, beragama islam, datang ke IGD Jiwa
RSMM diantar oleh ibu dan anak pasien dengan keluhan sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit sering bengong, tiba-tiba menangis, sulit tidur di malam hari, berbicara
sendirian, tidur seharian, keluyuran, beres-beres rumah di malam hari, dan memecahkan
perabotan.
Keluhan bengong, tiba-tiba menangis, sulit tidur, dan berbicara sendirian sudah
dialami sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit selama 4 sampai 5 hari setiap minggu
dalam 1 bulan. Selama itu pasien hanya mandi sekali dalam beberapa hari dan nafsu
makan menurun. Pasien merasa diajak bicara oleh makhluk halus. Kemudian pasien
mengalami kepulihan total selama 1 minggu.
Sekitar 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami gejala yang
berbeda yakni bengong, berbicara sendiri, pasien tiba-tiba bersemangat untuk
membersihkan rumah dan pakaian kotor. Terkadang hal ini terjadi di tengah malam dan
berlangsung hingga pagi hari. Pasien pernah tidak tidur selama 4 hari 4 malam hingga
mata pasien merah akibat tidak bisa berhenti berbicara sendiri dan membersihkan rumah.
Hal tersebut terjadi berulang kali selama 4 sampai 5 hari setiap minggu dalam 1 bulan.
Pasien mandi 2 kali sehari dan makan 3 kali sehari.
Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien keluyuran keluar dari rumah
selama 2 minggu. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai
memecahkan barang-barang yang pernah dibelinya bersama mantan suaminya. Pasien
sudah pernah disarankan untuk menikah lagi namun merasa tidak akan ada yang
berminat dengan dirinya karena pendidikannya yang rendah dan tidak memiliki
pekerjaan
B. Berdasarkan Pemeriksaan Status Mental dan Fisik
Hasil pemeriksaan status mental menunjukkan pasien berpenampilan tampak
sesuai usianya, kebersihan dan kerapihan diri kurang, tampak tenang, spontan dalam
berbicara, kooperatif, kontak mata adekuat, dan proses pikir koheren. Afek menyempit
dan mood hipotim. Orientasi tempat, waktu, dan orang baik. Pasien pernah mengalami
gangguan daya nilai realita karena terdapat halusinasi auditorik namun sekarang sudah
tidak melihatnya lagi. Fungsi intelektual pasien baik. Daya nilai sosial dan pengendalian
impuls baik. Uji daya nilai buruk, ketika diberi pertanyaan apabila menemukan uang
yang tergeletak di pinggir jalan pasien memberikan jawaban yang sesuai, yaitu pasien
akan bertanya kepada orang sekitar apakah terdapat yang kehilangan uang dan pasien
tidak akan pernah mengambilnya untuk diri pasien sendiri karena sama saja dengan
mencuri. Namun, ketika ditanyakan apakah kita harus selalu memberikan barang yang
kita miliki ketika diminta oleh orang lain, pasien menjawab perlu. Pasien memiliki
tingkat tilikan derajat IV karena memiliki keraguan akan kesehatan jiwanya namun tidak
tahu apa penyebabnya. Pasien cukup dapat dipercaya karena konsisten. Dari pemeriksaan
fisik umum ditemukan tanda vital dalam batas normal, begitu pula dengan status
generalis dan neurologisnya.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis Aksis I
Diagnosis gangguan mental organik (F00-09) pada pasien dapat disingkirkan
berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu pasien tidak memiliki riwayat
cedera kepala, tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Pada pemeriksaan status
mentalis pun tidak ditemukan gangguan kesadaran, konsentrasi, maupun daya ingat.
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-
19) pada pasien juga dapat disingkirkan karena pasien tidak pernah mengkonsumsi
alkohol maupun menggunakan obat-obatan terlarang.
Diagnosis gangguan skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham
(F20-29) pada pasien kurang cocok karena pasien tidak memiliki gejala gangguan isi
pikir dan waham. Meski pasien mengalami mutisme, gejala psikotik seperti halusinasi
disertai perilaku autistik, afek depresif, anhedonia, dan anergi, yang menjadi ciri dari
penyakit F25.1 Skizoafektif tipe depresif sebagai diagnosis banding, gejala-gejala
tersebut bersifat episodik dan tidak pernah menetap secara konstan lebih dari 1 bulan.
Diagnosis lebih mengarah pada F31.3 yaitu gangguan afek bipolar episode kini
depresif ringan berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III karena terdapat afek depresif,
anhedonia, penurunan kepercayaan diri, dan gagasan tentang rasa bersalah serta tidak
berguna yang didahului oleh episode manik dan depresif dalam 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit
Diagnosis aksis II
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan gejala-gejala
yang memenuhi kriteria gangguan kepribadian sehingga tidak ada diagnosis aksis II
Diagnosis aksis III
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada pasien tidak ditemukan
adanya kelainan pada kondisi medis umum sehingga tidak ada diagnosis pada aksis III.
Diagnosis aksis IV
Pada pasien, ditemukan faktor pencetus atau stresor berupa masalah dengan
perumahan yakni keinginan pasien untuk memiliki tempat tinggal yang terpisah dari
keluarga pasien.
Diagnosis aksis V
Berdasarkan skala Global Assesment of Functioning (GAF) pada saat
pemeriksaan (current) didapatkan nilai 65 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). Pada saat pemeriksaan, fungsi psikologis
pasien terganggu karena masih memiliki anhedonia. Pasien mengalami gangguan fungsi
sosial, belum mau berbicara dengan semua pasien dan staff, namun masih mau berbicara
dengan kerabat dengan dan anggota keluarga. Fungsi perawatan diri terganggu karena
pasien tidak memerhatikan kerapihan diri namun masih mandi dua kali sehari.
GAF pasien pada satu tahun terakhir atau the highest level past year (HLPY)
didapatkan nilai 71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, dll) berdasarkan pasien masih dapat melakukan perawatan diri dan aktivitas
sehari-hari meskipun belum dapat bekerja.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F 31.3 Gangguan Afek Bipolar Episode Kini Depresif Ringan
Aksis II : Tidak ada gangguan retardasi mental maupun kepribadian
Aksis III : Tidak ada gangguan kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah dengan perumahan
Aksis V : GAF current 65
GAF HLPY 71
VIII. PENATALAKSANAAN
Farmakologis
Quetiapine → 2 x 50 mg
Nonfarmakologis
Memotivasi pasien untuk melamar kerja sesuai keterampilan pasien, seperti
menjadi penjahit, cleaning service, maupun penjual makanan.
Membantu pasien untuk memilih kembali kepada mantan suaminya atau mencoba
untuk mencari yang lain dengan cara membantu memahami konsekuensi dari
masing-masing pilihan.
Mengajarkan pasien tentang cara kerja obat dan betapa pentingnya kepatuhan
pasien untuk minum obat untuk kesembuhan dirinya dan dampaknya bagi orang-
orang di sekitarnya.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungtionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
A. Faktor yang memperingan :
Adanya dukungan dari orang tua dan saudara pasien
Tidak terdapat faktor herediter
B. Faktor yang memperberat :
Hubungan yang buruk dengan mantan suami dan anak-anak pasien
Tidak memiliki pekerjaan
Ketidakpatuhan meminum obat