My lapkas CTEV.docx

23
BAB I PENDAHULUAN PENGERTIAN CTEV atau Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kelainan kongenital pada kaki yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia. 1,2 Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (mengkuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial). Jadi dapat disimpulkan pada CTEV terjadi kelainan berupa : 1-5 Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi) Hind Foot Varus (tumit terinversi) Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi) INSIDENS CTEV ini terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran hidup, biasanya terjadi unilateral pada 60% kasus dan terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan 1

Transcript of My lapkas CTEV.docx

Page 1: My lapkas CTEV.docx

BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN

CTEV atau Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kelainan kongenital pada

kaki yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,

dan rotasi media dari tibia.1,2 Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),

menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada

ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (mengkuda) dan varus (bengkok ke

arah dalam/medial). Jadi dapat disimpulkan pada CTEV terjadi kelainan berupa :1-5

Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)

Hind Foot Varus (tumit terinversi)

Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)

INSIDENS

CTEV ini terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran hidup, biasanya terjadi unilateral pada 60%

kasus dan terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan

perbandingan 2:1. Kemungkinan ada juga pengaruh dari faktor keturunan. 1,4,6

ETIOLOGI 4,6

Penyebab sebenarnya dari CTEV masih belum diketahui, tetapi diduga penyebabnya

adalah multifaktorial. Banyak teori yang dapat dikaitkan dengan CTEV antara lain:

1. Faktor Genetik

2. Kelainan Vaskular

Hipoplasia atau tidak adanya arteri tibialis anterior

3. Faktor mekanik in utero

1

Page 2: My lapkas CTEV.docx

Ini merupakan teori tertua dan pertama kali dikemukakan oleh hipokrates yang

menyatakan bahwa kaki tertahan dalam posisi equinovarus oleh tekanan eksternal uterus.

4. Defek Neuromuskular

Beberapa peneliti masih tetap mempertahankan teori bahwa CTEV selalu merupakan

hasil dari defek neuromuskular, tetapi ada juga peneliti yang mengemukakan bahwa

tidak ada abnormalitas pada studi histologisnya.

5. Defek Germinal Primer

Irani dan Sherman menemukan bahwa pada pasien dengan CTEV selalu didapatkan leher

Talus yang pendek dimana tidak ditemukan pada anak yang normal.

6. Gangguan pada perkembangan fetus

a. Faktor Intrauterin

b. Pengaruh lingkungan

Biasanya akibat pengaruh infeksi Rubella atau penggunaan Thalidomide selama

kehamilan.

7. Sebagai bagian dari abnormalitas lainnya antara lain:

a. Neurogenik : Arthtrogryposis, Spina Bifida

b. Kelainan Jaringan lunak : dwarfism, Larsen’s Syndrom

c. Mekanik : congenital Constriction Bands

d. Lainnya : Hemimelia Tibia, Pierre-Robin Syndrome

KLASIFIKASI 4,5

Tujuan dilakukan klasifikasi adalah untuk membantu dalam menentukan terapi dan

prognosis pasien.

Klasifikasinya adalah:

1. Postural Club foot

2. Congenital Club foot :

Simple

Rigid : pada kasus yang rigid, perlu tindakan operasi.

3. Syndromic Club foot associated with :

a. Artrogryposis Multiplex Congenital atau amioplasia: merupakan suatu kelainan

kongenital yang berkaitan dengan penggantian otot dengan jaringan fibrosa pada saat

lahir, sehingga mengakibatkan hilangnya mobilitas sendi, dan berkaitan dengan

deformitas seperti misalnya CHD, talipes equinovarus, dislokasi lutut.

2

Page 3: My lapkas CTEV.docx

b. Myelomeningocel. Pada kasus ini terjadi imbalance otot sehingga terjadi club foot

tipe rigid.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang

dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan

malformasi multiple.5

DIAGNOSIS 1,4,6

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early

diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat

mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia.

“Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu

jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung

dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.

Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada

bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit

terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak

dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus.

Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau

positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi

normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke

posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom

dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis

akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak

terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada

bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior

tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat

pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang

navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena

adanya perputaran subtalar ke medial.

3

Page 4: My lapkas CTEV.docx

Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior

dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan

memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki

memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.

Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya

subluksasi atau dislokasi.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI 5,6

Pemeriksaan radiologi pada pasien CTEV yang baru lahir biasanya tidak bermanfaat

karena tulang tarsal belum terossifikasi sempurna. Radiografi mungkin baru dapat berguna

pada usia 3 bulan untuk perencanaan atau penilaian hasil operasi.

Gambaran yang paling bermanfaat adalah foto AP dan Lateral dengan kaki dalam

posisi dorsofleksi maksimal. Kite Angle adalah sudut yang dibentuk oleh panjang axis

calcaneus dan Talus pada foto Lateral. Normalnya sudut ini adalah 20 – 400. Pada CTEV

sudut ini hanya kurang dari 200 .

Hal lain yang dapat dinilai pada gambaran radiologis CTEV antara lain:

ANTEROPOSTERIOR VIEW

Talocalcaneal angle (Kite’s angle) : < 200 pada CTEV (N: 20 – 40)

Talar - 1st metatarsal angle: N 0 – 20; in CTEV (-)

Medial displacement of cuboid

LATERAL VIEW

Talocalcaneal angle: < 20 in CTEV (N: 20-40)

Talar - 1st metatarsal angle : N 0 – 20

PROGNOSIS

4

Page 5: My lapkas CTEV.docx

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun

demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi

dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler.

PENATALAKSANAAN 6,7

Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada

beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka

panjang dan pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Keberhasilan dari tindakan

konservatif tergantung beberapa faktor : umur penderita, tingkat beratnya kelainan,

kecakapan (skill) dari dokter, pengertian mengenai pathoanatomi. Pada beberapa kasus

diperlukan tindakan pembedahan.

Prinsip penatalaksanaan 6,7

Peregangan manipulatif untuk memanjangkan jaringan lunak dan kulit yang terkontraksi

(Manipulative stretching and retention in cast-splint), diikuti dengan retensi dalam gips.

Peregangan manipulatif dan serial cast biasanya dilakukan selama 3 sampai 5 minggu.

Reduksi terbuka pembukaan posteromedial, lateral, plantar dan subtalar.

 Pemeliharaan reduksi dan restorasi mobilitas sendi kaki dan tungkai dengan splinting

dan latihan aktif dan pasif.

Penatalaksanaan masalah, seperti kekambuhan deformitas, supinasi kaki bagian depan

dan metatarsus varus.

Menurut penelitian yang dilakukan Ponseti, sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-

treatment dengan tindakan non-operatif. Treatment yang dapat dilakukan pada club foot dapat

berupa :7

a. Non-Operative : Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-

operatif. Prinsipnya adalah meregangkan dan manipulasi. Koreksinya adalah dengan

peregangan yang lembut dan menempatkan jaringan lunak dengan tekanan. Serial

Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12

minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai

anak berumur 16 tahun. Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan

untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri

5

Page 6: My lapkas CTEV.docx

dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai

keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah

kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial "cast" yang

dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini

ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan

kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian "cast" ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-

2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada

periode ini.

Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur

yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut

akan di "cast" sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan

gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan

koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak

dengan anak dengan penggunaan "cast". Anak memerlukan waktu yang lama pada

koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.

Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan

yang lama dan pentingnya penggantian "cast" secara teratur untuk menunjang

penyembuhan.

Perawatan "cast" (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua

untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena

deformitas atau therapi yang lama.

Perawatan "cast" meliputi :

Biarkan cast terbuka sampai kering

Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari

pertama atau sesuai  intruksi .

Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan

laporkan bila ada perubahan yang abnormal .

Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa

nyeri

6

Page 7: My lapkas CTEV.docx

Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot

secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.

Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma

Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda

kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak.

Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan

kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat

Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

b. Operative 5,7

Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

Jika terapi dengan gibs gagal (If palstering fail)

Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan.

Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami kontraktur

maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot

yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai

dengan pemanjangan tendon Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior

release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan

kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan

release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.

Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy.

Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan

artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian,

yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

Evaluasi hasil koreksi dilakukan setelah 2-3 bulan penatalaksanaan dengan evaluasi

klinis dan radiologis. Kriteria keberhasilan koreksi adalah: Kaki plantigrade, Minimal varus,

Dorso fleksi dengan keterbatasan ringan dan Kaki bagian depan sedikit abduksi dan cukup

lentur ata tidak ada peningkatan deformitas. 7

BAB II

7

Page 8: My lapkas CTEV.docx

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : An. P.K

Umur : 2 tahun 7 Bulan

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Tomohon

MRS : 13 Maret 2012

Keluhan Utama:

Bentuk kaki tidak normal

Riwayat penyakit sekarang:

Bentuk kaki tidak normal diketahui orang tua penderita sejak penderita baru lahir. Pada usia 2

minggu penderita dibawa ke dokter dan dianjurkan untuk menggunakan gips selama 5 bulan,

tapi hanya digunakan selama 6 minggu. Pada saat umur kurang lebih 1 tahun penderita

memakai sepatu khusus yang dianjurkan oleh rehabilitasi medik. Penderita memakai sepatu

selama 6 bulan, dan berhenti karena ukurannya sudah sempit.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Paman penderita mengalami penyakit yang sama.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : cukup

VS: T: 90/60 mmHg N: 92 x/m R: 26 x/m SB: 36,8 C

GCS : E4V5M6

8

Page 9: My lapkas CTEV.docx

Kepala :

Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor Ø 3mm kiri=kanan, RC +/+

Toraks : Inspeksi : pergerakan simetris kiri = kanan

Auskultasi : suara pernapasan, vesikuler, ronkhi-/-, whezing -/-

Palpasi : stem fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Abdomen :

Inspeksi : datar, lemas

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani, pekak hepar (+)

Ekstremitas :

Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)

Terlihat adanya

- Inversi sub talar joint,

- Adduksi Talonavikular Joint ,

- Endorotasi dan ekuinus/plantar fleksi pedis.

9

Page 10: My lapkas CTEV.docx

Diagnosis kerja :

CTEV ( Congenital Talipes Equino Varus )

Penatalaksanaan:

R/ Tendon Lenghtening

FOLLOW UP

14 - 16 Maret 2012

S : Batuk (+)

O : N: 110 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,6oC

Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)

terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.

A : CTEV

P : Rencana Tendon Lengthening

10

Page 11: My lapkas CTEV.docx

17 – 20 Maret 2012

S : -

O : N: 108 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,7oC

Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)

terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.

A : CTEV

P : Rencana Tendon Lengthening 21 maret 2012

21 Maret 2012

S : -

O : N: 104 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,4oC

Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)

terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.

A : CTEV

P : Rencana Tendon Lengthening Hari ini

Laporan Operasi

1. Penderita tidur terlentang dengan GA

2. A dan Antisepsis Lapangan Operasi

3. Dilakukan insisi Golf Stick. Diperdalam sampai Tendon Sheath.

4. Tendon Sheath dibuka, tampak tendon flexor digitorum Longus, Tendon Flexor Halusis

Longus, Tendon Tibia Posterior, dan Tendon Achilles

5. Dilakukan Lengthening Tendon.

6. Kontrol Perdarahan

7. Lalu Operasi ditutup lapis demi lapis

8. Dipasang Sirkuler Gips below knee selama 2 minggu.

11

Page 12: My lapkas CTEV.docx

Instruksi Post Operasi

Ceftriaxone inj 2 x 300 mg IV

Novalgyn Syr 3 x ½ Cth

FOLLOW UP POST OPERASI

22 Maret 2012

S : -

O : N: 104 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,4oC

Regio Pedis Sinistra et dextra : Terpasang Sirkular Gips below knee

A : Post tendon Lengthening Pedis

P : Ceftriaxone inj 2 x 300 mg IV

Novalgyn Syr 3 x ½ Cth

23 Maret 2012

S : -

O : N: 114 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,9oC

Regio Pedis Sinistra et dextra : Terpasang Sirkular Gips below knee

A : Post Tendon Lengthening Pedis Dextra et Sinistra

P : Aff Infus

Cefixime tab 2 x I Cth

Novalgyn Syr 3 x ½ Cth

Boleh Rawat Jalan

12

Page 13: My lapkas CTEV.docx

BAB III

DISKUSI

Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang :

1. Diagnosis

2. Penatalaksanaan

3. Prognosis

Diagnosis CTEV pada kasus ini ditegakkan melalui anamnesa dan temuan pada pemeriksaan

fisik.

Dari anamenesis didapatkan Bentuk kaki tidak normal dialami sejak penderita baru lahir. Hal

ini sesuai dengan teori dimana CTEV merupakan kelainan kongenital.1

Penyebab dari CTEV masih belum diketahui tetapi ada beberapa etiologi yang dapat menjadi

pencetus terjadinya CTEV. Antara lain: Faktor Genetik, Kelainan Vaskular (Hipoplasia atau

tidak adanya arteri tibialis anterior), Faktor mekanik in utero, Defek Neuromuskular, Defek

Germinal Primer, Gangguan pada perkembangan fetus, Faktor Intrauterin, Pengaruh

lingkungan dan Sebagai bagian dari abnormalitas lainnya antara lain, Arthtrogryposis, Spina

Bifida, dwarfism, Larsen’s Syndrom, congenital Constriction Band dan Hemimelia Tibia,

Pierre-Robin Syndrome. 2. Pada kasus ini faktor yang berperan adalah faktor genetik karena

dari anamnesa didapatkan bahwa paman penderita juga menderita CTEV.

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis

after birth). Bentuk dari kaki sangat khas. Pada pasien ini didapatkan pada Regio pedis

sinistra et dekstra deformitas (+) dan juga Terlihat adanya

- Inversi sub talar joint,

- Adduksi Talonavikular Joint ,

- Endorotasi dan ekuinus/plantar fleksi pedis.

Ketiga hal ini merupakan kelainan yang khas terdapat pada CTEV.3

Diagnosis CTEV dapat juga ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan radiologis.

Gambaran yang paling bermanfaat adalah foto AP dan Lateral dengan kaki dalam posisi

dorsofleksi maksimal. Kite Angle adalah sudut yang dibentuk oleh panjang axis calcaneus

13

Page 14: My lapkas CTEV.docx

dan Talus pada foto Lateral. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan radiologis lagi

untuk keperluan diagnosis karena pasien ini sudah didiagnosis lebih awal dan tujuan

datangnya penderita adalah untuk dilakukan operasi karena terapi non operaive tidak berhasil.

Penanganan pada CTEV dibagi dalam 2 cara. Yang pertama adalah Non-Operative :

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Prinsipnya

adalah meregangkan dan manipulasi. Koreksinya adalah dengan peregangan yang lembut dan

menempatkan jaringan lunak dengan tekanan. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs

serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan

menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun. Penanganan dimulai saat

kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas,

mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up

untuk mencegah kembalinya deformitas.5-7

Awalnya pada pasien ini sudah sempat dilakukan koreksi non operatif. Pada usia 2

minggu penderita dibawa ke dokter dan dianjurkan untuk menggunakan gips selama 5 bulan,

tapi penderita hanya memakai selama 6 minggu. Pada saat umur kurang lebih 1 tahun

penderita memakai sepatu khusus yang dianjurkan oleh rehabilitasi medik. Penderita memkai

sepatu selama 6 bulan, dan berhenti karena ukurannya sudah sempit. Hal ini menunjukkan

bahwa penanganan non operatif tidak berhasil pada penderita karena penderita tidak

menggunakan gips secara teratur dan waktu pemakaian gips kurang. Sehingga pada penderita

ini dilakukan tindakan operatif untuk memanjangkan tendon. Yang dapat dilakukan adalah

tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendon Achiles pada kaki kanan karena terdapat

equinus. Untuk kaki kiri selain dilakukan pemanjangan tendon acchiles, juga dilakukan

posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan

kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis

medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.

Prognosis pada kasus ini adalah Dubia ad bonam. Kaki penderita dapat kembali normal

asalkan penderita dan orang tuanya mengikuti jadwal kontrol dan penggantian gibs yang

disarankan dan tetap menggunakan Gibs sampai kaki penderita kembali ke bentuk normalnya

dan penderita dapat berjalan dengan normal.

Evaluasi hasil koreksi dilakukan setelah 2-3 bulan penatalaksanaan dengan evaluasi

klinis dan radiologis. Kriteria keberhasilan koreksi adalah: Kaki plantigrade, Minimal varus,

14

Page 15: My lapkas CTEV.docx

Dorsofleksi dengan keterbatasan ringan dan Kaki bagian depan sedikit abduksi dan cukup

lentur atau tidak ada peningkatan deformitas.

15

Page 16: My lapkas CTEV.docx

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. CTEV merupakan suatu kelainan kongenital yang mudah didiagnosa tetapi

penatalaksannya sulit.

2. Ada dua cara penatalaksanaan CTEV yaitu cara konservatif/ non operatif dan cara

operatif.

3. Cara konservatif sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga prognosis penyakit

menjadi baik.

4. Cara operatif dengan cara pemanjangan tendon dilakukan pada kasus dimana

penanganan non operatif/ponseti method tidak berhasil atau pada kasus – kasus

CTEV yang rigid.

Saran

1. Sebaiknya diadakan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang CTEV agar

supaya jika dalam keluarga ada yang menderita CTEV dapat segera dibawa untuk

mendapatkan perawatan secepatnya.

2. Dalam perawatan CTEV secara konservatif, dibutuhkan peran serta orang tua untuk

membawa anak untuk kontrol dan mengganti cast agar supaya kelainan dapat

terkoreksi dengan benar sehingga tidak membutuhkan terapi operatif.

16

Page 17: My lapkas CTEV.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiesel S, Delahay J. Essential of Orthopaedic Surgery. 3rd Edition. Bab 13 The foot and

Ankle. Saunders Company : Washington DC. 2007; Hal 482-8

2. Nordin S, Aidura M. CTEV. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 9, No. 1.

Department of Orthopaedic,School of Medical Sciences, Universiti Sains Malaysia,

Kelantan. 2002. Hal 34-40

3. Judarwanto W. Penatalaksanaan CTEV pada anak. 26 September 2009. Available at

www.chidrenclinic.wordpress.com. Diunduh 8 april 2012.

4. Wikipedia. Club foot. 3 april 2012. Available at www.wikipedia.com/clubfoot . diunduh

8 April 2012.

5. Singh A. Clinical Study: Evaluation of Neglected Idiopathic Ctev Managed by

Ligamentotaxis Using Jess: A Long-Term Followup. Hindawi Journal. Department of

Orthopaedics, C. S. M. Medical University, 2010.

6. David Ip. Orthopedic Principles. Bab 4: Principle of foot and ankle surgery. Springer.

2004. Hal 292-9

7. Docker C. Ponseti treatment in CTEV. PubMed Central journal. Department of

Paediatric Orthopaedics, Robert Jones and Agnes Hunt Orthopaedic Hospital, Gobowen,

Shropshire, UK. 2007 July; 89(5): 510–512

17