My lapkas CTEV.docx
-
Upload
inton-kikuk-kikuk -
Category
Documents
-
view
119 -
download
8
Transcript of My lapkas CTEV.docx
![Page 1: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN
CTEV atau Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kelainan kongenital pada
kaki yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,
dan rotasi media dari tibia.1,2 Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),
menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada
ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (mengkuda) dan varus (bengkok ke
arah dalam/medial). Jadi dapat disimpulkan pada CTEV terjadi kelainan berupa :1-5
Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)
Hind Foot Varus (tumit terinversi)
Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)
INSIDENS
CTEV ini terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran hidup, biasanya terjadi unilateral pada 60%
kasus dan terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan
perbandingan 2:1. Kemungkinan ada juga pengaruh dari faktor keturunan. 1,4,6
ETIOLOGI 4,6
Penyebab sebenarnya dari CTEV masih belum diketahui, tetapi diduga penyebabnya
adalah multifaktorial. Banyak teori yang dapat dikaitkan dengan CTEV antara lain:
1. Faktor Genetik
2. Kelainan Vaskular
Hipoplasia atau tidak adanya arteri tibialis anterior
3. Faktor mekanik in utero
1
![Page 2: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/2.jpg)
Ini merupakan teori tertua dan pertama kali dikemukakan oleh hipokrates yang
menyatakan bahwa kaki tertahan dalam posisi equinovarus oleh tekanan eksternal uterus.
4. Defek Neuromuskular
Beberapa peneliti masih tetap mempertahankan teori bahwa CTEV selalu merupakan
hasil dari defek neuromuskular, tetapi ada juga peneliti yang mengemukakan bahwa
tidak ada abnormalitas pada studi histologisnya.
5. Defek Germinal Primer
Irani dan Sherman menemukan bahwa pada pasien dengan CTEV selalu didapatkan leher
Talus yang pendek dimana tidak ditemukan pada anak yang normal.
6. Gangguan pada perkembangan fetus
a. Faktor Intrauterin
b. Pengaruh lingkungan
Biasanya akibat pengaruh infeksi Rubella atau penggunaan Thalidomide selama
kehamilan.
7. Sebagai bagian dari abnormalitas lainnya antara lain:
a. Neurogenik : Arthtrogryposis, Spina Bifida
b. Kelainan Jaringan lunak : dwarfism, Larsen’s Syndrom
c. Mekanik : congenital Constriction Bands
d. Lainnya : Hemimelia Tibia, Pierre-Robin Syndrome
KLASIFIKASI 4,5
Tujuan dilakukan klasifikasi adalah untuk membantu dalam menentukan terapi dan
prognosis pasien.
Klasifikasinya adalah:
1. Postural Club foot
2. Congenital Club foot :
Simple
Rigid : pada kasus yang rigid, perlu tindakan operasi.
3. Syndromic Club foot associated with :
a. Artrogryposis Multiplex Congenital atau amioplasia: merupakan suatu kelainan
kongenital yang berkaitan dengan penggantian otot dengan jaringan fibrosa pada saat
lahir, sehingga mengakibatkan hilangnya mobilitas sendi, dan berkaitan dengan
deformitas seperti misalnya CHD, talipes equinovarus, dislokasi lutut.
2
![Page 3: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/3.jpg)
b. Myelomeningocel. Pada kasus ini terjadi imbalance otot sehingga terjadi club foot
tipe rigid.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang
dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan
malformasi multiple.5
DIAGNOSIS 1,4,6
Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early
diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat
mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia.
“Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.
Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu
jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung
dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada
bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit
terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak
dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus.
Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau
positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi
normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom
dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis
akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak
terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada
bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior
tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat
pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang
navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena
adanya perputaran subtalar ke medial.
3
![Page 4: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/4.jpg)
Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior
dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan
memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki
memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.
Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya
subluksasi atau dislokasi.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI 5,6
Pemeriksaan radiologi pada pasien CTEV yang baru lahir biasanya tidak bermanfaat
karena tulang tarsal belum terossifikasi sempurna. Radiografi mungkin baru dapat berguna
pada usia 3 bulan untuk perencanaan atau penilaian hasil operasi.
Gambaran yang paling bermanfaat adalah foto AP dan Lateral dengan kaki dalam
posisi dorsofleksi maksimal. Kite Angle adalah sudut yang dibentuk oleh panjang axis
calcaneus dan Talus pada foto Lateral. Normalnya sudut ini adalah 20 – 400. Pada CTEV
sudut ini hanya kurang dari 200 .
Hal lain yang dapat dinilai pada gambaran radiologis CTEV antara lain:
ANTEROPOSTERIOR VIEW
Talocalcaneal angle (Kite’s angle) : < 200 pada CTEV (N: 20 – 40)
Talar - 1st metatarsal angle: N 0 – 20; in CTEV (-)
Medial displacement of cuboid
LATERAL VIEW
Talocalcaneal angle: < 20 in CTEV (N: 20-40)
Talar - 1st metatarsal angle : N 0 – 20
PROGNOSIS
4
![Page 5: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/5.jpg)
Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun
demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi
dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler.
PENATALAKSANAAN 6,7
Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada
beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka
panjang dan pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Keberhasilan dari tindakan
konservatif tergantung beberapa faktor : umur penderita, tingkat beratnya kelainan,
kecakapan (skill) dari dokter, pengertian mengenai pathoanatomi. Pada beberapa kasus
diperlukan tindakan pembedahan.
Prinsip penatalaksanaan 6,7
Peregangan manipulatif untuk memanjangkan jaringan lunak dan kulit yang terkontraksi
(Manipulative stretching and retention in cast-splint), diikuti dengan retensi dalam gips.
Peregangan manipulatif dan serial cast biasanya dilakukan selama 3 sampai 5 minggu.
Reduksi terbuka pembukaan posteromedial, lateral, plantar dan subtalar.
Pemeliharaan reduksi dan restorasi mobilitas sendi kaki dan tungkai dengan splinting
dan latihan aktif dan pasif.
Penatalaksanaan masalah, seperti kekambuhan deformitas, supinasi kaki bagian depan
dan metatarsus varus.
Menurut penelitian yang dilakukan Ponseti, sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-
treatment dengan tindakan non-operatif. Treatment yang dapat dilakukan pada club foot dapat
berupa :7
a. Non-Operative : Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-
operatif. Prinsipnya adalah meregangkan dan manipulasi. Koreksinya adalah dengan
peregangan yang lembut dan menempatkan jaringan lunak dengan tekanan. Serial
Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12
minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai
anak berumur 16 tahun. Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan
untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri
5
![Page 6: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/6.jpg)
dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial "cast" yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini
ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian "cast" ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-
2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada
periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur
yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut
akan di "cast" sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan
koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak
dengan anak dengan penggunaan "cast". Anak memerlukan waktu yang lama pada
koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.
Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan
yang lama dan pentingnya penggantian "cast" secara teratur untuk menunjang
penyembuhan.
Perawatan "cast" (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua
untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena
deformitas atau therapi yang lama.
Perawatan "cast" meliputi :
Biarkan cast terbuka sampai kering
Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi .
Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal .
Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa
nyeri
6
![Page 7: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/7.jpg)
Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot
secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda
kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak.
Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan
kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
b. Operative 5,7
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
Jika terapi dengan gibs gagal (If palstering fail)
Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan.
Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami kontraktur
maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot
yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai
dengan pemanjangan tendon Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior
release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan
kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan
release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.
Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy.
Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan
artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian,
yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
Evaluasi hasil koreksi dilakukan setelah 2-3 bulan penatalaksanaan dengan evaluasi
klinis dan radiologis. Kriteria keberhasilan koreksi adalah: Kaki plantigrade, Minimal varus,
Dorso fleksi dengan keterbatasan ringan dan Kaki bagian depan sedikit abduksi dan cukup
lentur ata tidak ada peningkatan deformitas. 7
BAB II
7
![Page 8: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/8.jpg)
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. P.K
Umur : 2 tahun 7 Bulan
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Tomohon
MRS : 13 Maret 2012
Keluhan Utama:
Bentuk kaki tidak normal
Riwayat penyakit sekarang:
Bentuk kaki tidak normal diketahui orang tua penderita sejak penderita baru lahir. Pada usia 2
minggu penderita dibawa ke dokter dan dianjurkan untuk menggunakan gips selama 5 bulan,
tapi hanya digunakan selama 6 minggu. Pada saat umur kurang lebih 1 tahun penderita
memakai sepatu khusus yang dianjurkan oleh rehabilitasi medik. Penderita memakai sepatu
selama 6 bulan, dan berhenti karena ukurannya sudah sempit.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Paman penderita mengalami penyakit yang sama.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : cukup
VS: T: 90/60 mmHg N: 92 x/m R: 26 x/m SB: 36,8 C
GCS : E4V5M6
8
![Page 9: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/9.jpg)
Kepala :
Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor Ø 3mm kiri=kanan, RC +/+
Toraks : Inspeksi : pergerakan simetris kiri = kanan
Auskultasi : suara pernapasan, vesikuler, ronkhi-/-, whezing -/-
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, pekak hepar (+)
Ekstremitas :
Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)
Terlihat adanya
- Inversi sub talar joint,
- Adduksi Talonavikular Joint ,
- Endorotasi dan ekuinus/plantar fleksi pedis.
9
![Page 10: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/10.jpg)
Diagnosis kerja :
CTEV ( Congenital Talipes Equino Varus )
Penatalaksanaan:
R/ Tendon Lenghtening
FOLLOW UP
14 - 16 Maret 2012
S : Batuk (+)
O : N: 110 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,6oC
Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)
terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.
A : CTEV
P : Rencana Tendon Lengthening
10
![Page 11: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/11.jpg)
17 – 20 Maret 2012
S : -
O : N: 108 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,7oC
Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)
terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.
A : CTEV
P : Rencana Tendon Lengthening 21 maret 2012
21 Maret 2012
S : -
O : N: 104 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,4oC
Regio pedis sinistra et dekstra deformitas (+)
terlihat adanya inversi, adduksi, ekuinus/plantar fleksi.
A : CTEV
P : Rencana Tendon Lengthening Hari ini
Laporan Operasi
1. Penderita tidur terlentang dengan GA
2. A dan Antisepsis Lapangan Operasi
3. Dilakukan insisi Golf Stick. Diperdalam sampai Tendon Sheath.
4. Tendon Sheath dibuka, tampak tendon flexor digitorum Longus, Tendon Flexor Halusis
Longus, Tendon Tibia Posterior, dan Tendon Achilles
5. Dilakukan Lengthening Tendon.
6. Kontrol Perdarahan
7. Lalu Operasi ditutup lapis demi lapis
8. Dipasang Sirkuler Gips below knee selama 2 minggu.
11
![Page 12: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/12.jpg)
Instruksi Post Operasi
Ceftriaxone inj 2 x 300 mg IV
Novalgyn Syr 3 x ½ Cth
FOLLOW UP POST OPERASI
22 Maret 2012
S : -
O : N: 104 x/mnt R: 22 x/mnt S: 36,4oC
Regio Pedis Sinistra et dextra : Terpasang Sirkular Gips below knee
A : Post tendon Lengthening Pedis
P : Ceftriaxone inj 2 x 300 mg IV
Novalgyn Syr 3 x ½ Cth
23 Maret 2012
S : -
O : N: 114 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,9oC
Regio Pedis Sinistra et dextra : Terpasang Sirkular Gips below knee
A : Post Tendon Lengthening Pedis Dextra et Sinistra
P : Aff Infus
Cefixime tab 2 x I Cth
Novalgyn Syr 3 x ½ Cth
Boleh Rawat Jalan
12
![Page 13: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB III
DISKUSI
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang :
1. Diagnosis
2. Penatalaksanaan
3. Prognosis
Diagnosis CTEV pada kasus ini ditegakkan melalui anamnesa dan temuan pada pemeriksaan
fisik.
Dari anamenesis didapatkan Bentuk kaki tidak normal dialami sejak penderita baru lahir. Hal
ini sesuai dengan teori dimana CTEV merupakan kelainan kongenital.1
Penyebab dari CTEV masih belum diketahui tetapi ada beberapa etiologi yang dapat menjadi
pencetus terjadinya CTEV. Antara lain: Faktor Genetik, Kelainan Vaskular (Hipoplasia atau
tidak adanya arteri tibialis anterior), Faktor mekanik in utero, Defek Neuromuskular, Defek
Germinal Primer, Gangguan pada perkembangan fetus, Faktor Intrauterin, Pengaruh
lingkungan dan Sebagai bagian dari abnormalitas lainnya antara lain, Arthtrogryposis, Spina
Bifida, dwarfism, Larsen’s Syndrom, congenital Constriction Band dan Hemimelia Tibia,
Pierre-Robin Syndrome. 2. Pada kasus ini faktor yang berperan adalah faktor genetik karena
dari anamnesa didapatkan bahwa paman penderita juga menderita CTEV.
Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis
after birth). Bentuk dari kaki sangat khas. Pada pasien ini didapatkan pada Regio pedis
sinistra et dekstra deformitas (+) dan juga Terlihat adanya
- Inversi sub talar joint,
- Adduksi Talonavikular Joint ,
- Endorotasi dan ekuinus/plantar fleksi pedis.
Ketiga hal ini merupakan kelainan yang khas terdapat pada CTEV.3
Diagnosis CTEV dapat juga ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan radiologis.
Gambaran yang paling bermanfaat adalah foto AP dan Lateral dengan kaki dalam posisi
dorsofleksi maksimal. Kite Angle adalah sudut yang dibentuk oleh panjang axis calcaneus
13
![Page 14: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/14.jpg)
dan Talus pada foto Lateral. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan radiologis lagi
untuk keperluan diagnosis karena pasien ini sudah didiagnosis lebih awal dan tujuan
datangnya penderita adalah untuk dilakukan operasi karena terapi non operaive tidak berhasil.
Penanganan pada CTEV dibagi dalam 2 cara. Yang pertama adalah Non-Operative :
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Prinsipnya
adalah meregangkan dan manipulasi. Koreksinya adalah dengan peregangan yang lembut dan
menempatkan jaringan lunak dengan tekanan. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs
serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan
menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun. Penanganan dimulai saat
kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas,
mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up
untuk mencegah kembalinya deformitas.5-7
Awalnya pada pasien ini sudah sempat dilakukan koreksi non operatif. Pada usia 2
minggu penderita dibawa ke dokter dan dianjurkan untuk menggunakan gips selama 5 bulan,
tapi penderita hanya memakai selama 6 minggu. Pada saat umur kurang lebih 1 tahun
penderita memakai sepatu khusus yang dianjurkan oleh rehabilitasi medik. Penderita memkai
sepatu selama 6 bulan, dan berhenti karena ukurannya sudah sempit. Hal ini menunjukkan
bahwa penanganan non operatif tidak berhasil pada penderita karena penderita tidak
menggunakan gips secara teratur dan waktu pemakaian gips kurang. Sehingga pada penderita
ini dilakukan tindakan operatif untuk memanjangkan tendon. Yang dapat dilakukan adalah
tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendon Achiles pada kaki kanan karena terdapat
equinus. Untuk kaki kiri selain dilakukan pemanjangan tendon acchiles, juga dilakukan
posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan
kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis
medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.
Prognosis pada kasus ini adalah Dubia ad bonam. Kaki penderita dapat kembali normal
asalkan penderita dan orang tuanya mengikuti jadwal kontrol dan penggantian gibs yang
disarankan dan tetap menggunakan Gibs sampai kaki penderita kembali ke bentuk normalnya
dan penderita dapat berjalan dengan normal.
Evaluasi hasil koreksi dilakukan setelah 2-3 bulan penatalaksanaan dengan evaluasi
klinis dan radiologis. Kriteria keberhasilan koreksi adalah: Kaki plantigrade, Minimal varus,
14
![Page 15: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/15.jpg)
Dorsofleksi dengan keterbatasan ringan dan Kaki bagian depan sedikit abduksi dan cukup
lentur atau tidak ada peningkatan deformitas.
15
![Page 16: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. CTEV merupakan suatu kelainan kongenital yang mudah didiagnosa tetapi
penatalaksannya sulit.
2. Ada dua cara penatalaksanaan CTEV yaitu cara konservatif/ non operatif dan cara
operatif.
3. Cara konservatif sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga prognosis penyakit
menjadi baik.
4. Cara operatif dengan cara pemanjangan tendon dilakukan pada kasus dimana
penanganan non operatif/ponseti method tidak berhasil atau pada kasus – kasus
CTEV yang rigid.
Saran
1. Sebaiknya diadakan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang CTEV agar
supaya jika dalam keluarga ada yang menderita CTEV dapat segera dibawa untuk
mendapatkan perawatan secepatnya.
2. Dalam perawatan CTEV secara konservatif, dibutuhkan peran serta orang tua untuk
membawa anak untuk kontrol dan mengganti cast agar supaya kelainan dapat
terkoreksi dengan benar sehingga tidak membutuhkan terapi operatif.
16
![Page 17: My lapkas CTEV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/55cf9c46550346d033a944ab/html5/thumbnails/17.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiesel S, Delahay J. Essential of Orthopaedic Surgery. 3rd Edition. Bab 13 The foot and
Ankle. Saunders Company : Washington DC. 2007; Hal 482-8
2. Nordin S, Aidura M. CTEV. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 9, No. 1.
Department of Orthopaedic,School of Medical Sciences, Universiti Sains Malaysia,
Kelantan. 2002. Hal 34-40
3. Judarwanto W. Penatalaksanaan CTEV pada anak. 26 September 2009. Available at
www.chidrenclinic.wordpress.com. Diunduh 8 april 2012.
4. Wikipedia. Club foot. 3 april 2012. Available at www.wikipedia.com/clubfoot . diunduh
8 April 2012.
5. Singh A. Clinical Study: Evaluation of Neglected Idiopathic Ctev Managed by
Ligamentotaxis Using Jess: A Long-Term Followup. Hindawi Journal. Department of
Orthopaedics, C. S. M. Medical University, 2010.
6. David Ip. Orthopedic Principles. Bab 4: Principle of foot and ankle surgery. Springer.
2004. Hal 292-9
7. Docker C. Ponseti treatment in CTEV. PubMed Central journal. Department of
Paediatric Orthopaedics, Robert Jones and Agnes Hunt Orthopaedic Hospital, Gobowen,
Shropshire, UK. 2007 July; 89(5): 510–512
17