Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

33
”Tata Cara Penanganan Perkara Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha Terhadap Perkara Persekongkolan Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006” (Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007) Oleh: ZAINAL ABIDIN NPM. 0712 011 368 DOSEN: Prof. Dr. I Gede A.B. Wiranata, S.H,.M.H.

Transcript of Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

Page 1: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

”Tata Cara Penanganan Perkara Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha Terhadap Perkara Persekongkolan Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot

Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI JakartaTahun 2006”

(Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007)

Oleh:

ZAINAL ABIDINNPM. 0712 011 368

DOSEN: Prof. Dr. I Gede A.B. Wiranata, S.H,.M.H.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL R IUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS HUKUM2009

Page 2: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang dengan

kasihNya telah mengijinkan penulis untuk menyelesaikan proposal ini dengan judul

”Tata cara Penanganan Perkara Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha Terhadap

Perkara Persekongkolan Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk

(Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006”

(Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007”). Proposal ini penulis tujukan

sebagai sarana dalam latihan membuat skripsi yang nantinya penulis harapkan dapat

membantu dan memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi nantinya,selain itu

penulis membuat proposala ini juga sebagai salah satu karya akademik yang diharapkan

dapat menjadi pemacu untuk menghasilkan tulisan-tulisan akademik berikutnya.

Dalam pembuatan proposal ini penulis sangat menyadari bahwa proposal yang penulis

buat dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak baik

bantuan/dukungan berupa moral atupun dalam bentuk materi.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya proposal

ini, dukungan dan bantuan tersebut akan selalu penulis ingat. Untuk itu, mungkin banyak

masalah yang timbul dalam pembuatan proposal ini. Penulis mohon maaf kepada semua

pihak atas kesalahan yang telah penulis perbuat baik yang di sengaja maupun tidak

sengaja penulis lakukan dalam proses pembuatan proposal ini, Penulis juga menyadari

bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih terdapat banyak

Page 3: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

kekurangan, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam pembuatan proposa atau pun

pembuatan skripsi nantinya.

Semoga proposal ”Tata cara Penanganan Perkara Oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha Terhadap Perkara Persekongkolan Tender Pengdaan Alat Pembasmi/Penyemprot

Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun

2006” (Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007) dapat bermanfaat dan

menunjang serta mempermudah bagi proses perkuliahan di fakultas hukum Universitas

Lampung.

Bandar Lampung, April 2010

Penulis

Page 4: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dalam usaha merupakan hal yang wajar naum demikian diperlukan

hukum untuk mengaturnya agar dapat mendukung terciptanya tujuan pembangunan

nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Salah satu

kondisi tersebut adalah penegakan supremasi hukum yang merupakan syarat mutlak

bagi kelangsungan dan berhasilnya pelaksanaan pembangunan nasional sesuai

dengan jiwa reformasi. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usaha-

usaha untuk memelihara ketertiban, keamanan, kedamaian dan kepastian hukum bagi

persaingan usaha di Indonesia.

Persekongkolan tender merupakan suatu fenomena kejahatan yang menggerogoti dan

menghambat pelaksanaan pembangunan, sehingga penanggulangan dan

pemberantasannya harus benar-benar diprioritaskan.  Sumber kejahatan

persekongkolan tender ini kita jumpai dalam masyarakat modern dewasa ini,

sehingga persekongkolan tender justru berkembang. Sekalipun penanggulangan

persekongkolan tender diprioritaskan, namun diakui bahwa perkara ini termasuk

jenis perkara yang sulit penanggulangan maupun pemberantasannya. 

Kesulitan tersebut terutama terjadi dalam proses pembuktian. Hal ini dikarenakan

persekongkolan tender merupakan kejahatan yang dilakukan pengusaha yang

memiliki intelektualitas tinggi (white collar crime). Untuk mengungkap perkara

Page 5: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

persekongkolan tender salah satu aspeknya adalah sistem pembuktian yang terletak

pada beban pembuktian. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

(selanjutnya disebut Komisi) yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun

1999) KPPU merupakan komisi pengawas yang bertugas mengawasi persaingan-

persahingan usaha yang yang ada di Indonesia. Makin maraknya Persaingan Usaha

di Indonesia memaksa KPPU harus semakin giat dan bekerja keras dalam

menyelesaikan perkara-perkara tersebut. Perkara No. 06/KKPU-L/2007 merupakan

salah satu perkara yang di laporkan ke KPPU. Berdasarkan laporan tersebut telah di

lakukan beberapa pemeriksaan oleh tim pemeriksa KPPU.

Dalam hal perkara persekongkongkolan tender pengadaan alat pembasmi

nyamuk/penyemprot nyamuk (mesin foging) sebanyak 2000 unit di menangkan oleh

beberap terlapor dengan nilai penawaran sebesar Rp.29.700.000.000.- (Dua Puluh

Sembilan Miliar Tujuh Ratus Juta Rupiah) pada perkara ini KPPU harus benar-benar

jeli dalam melakukan pemeriksaan terhadap perkara yang dialaporkan oleh para

terlapor agar tidak terjadi kesalah dalam mengambil keputusan terhadap perkara

yang ditangani, sehingga jelas siapa yang benar-benar melanggar dan siapa yang

tidak melanggar. Tentunya bagi yang terbukti melanggar harus mendapatkan sanksi

sesuai ketentuan hukum persaingan usaha yang berlaku di Indonesia.

Page 6: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

B. Perumusan Masalah

Pembuktian  merupakan bagian terpenting dari seluruh rangkaian pemeriksaan suatu

perkara, karena suatu putusan pada hakekatnya didasarkan dari adanya pembuktian

tersebut. Telah diketahui dalam pemeriksaan perkara persekongkolan.

Penyimpangan–penyimpangan dalam pembuktian perkara persekongkolan Tender

Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk (Mesin Foging) di Biro

Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 Terhadap Putusan Perkara

No. 06/KPPU-L/2007.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

Langkah-langkah apakah yang akan ditempuh oleh KPPU dalam melakukan

Penanganan Perkara Persekongkolan Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot

Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun

2006 (Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007) ?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan subyektif

Sebagai sarana untuk memperoleh tambahan nilai yang merupakan syarat untuk

dapat mengikuti ujian ahir semester.

Page 7: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

b. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui dalam keadaan bagaimanakah pembuktian KPPU dapat diterapkan

pada sidang pengadilan.

b. Bagi kepentingan praktik diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu

mahasiswa memahami proses pengambilan keputusan oleh KPPU. 

2. Kegunaan Penelitian   

Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi 2 (dua) aspek yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

Untuk melaksanakan serta mengamalkan salah satu dari kontrak perkuliyahan yaitu

tugas-tugas dalam hal ini pembuatan Proposal dimana hasilnya akan dievaluasi atau

dianalisa untuk kepentingan ilmiah yang akan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu

Pengetahuan bagi mahasiswa.

b. Kegunaan Praktis

Untuk kepentingan perkuliahan yakni dengan mengusahakan penemuan-penemuan

dari kenyataan dalam praktek yang dapat dijadikan dasar atau bahan dalam

pengambilan kebijaksanaan dan keputusan. Bagi aparat penegak hukum dalam hal ini

KPPU yaitu untuk mengetahui secara mendalam dan tuntas permasalahan-

permasalahan yang diperkarakan, demi perbaikan-perbaikan dan pengembangan

hukum dan supaya aparat penegak hukum dapat mengambil tindakan yang tegas dan

tepat.

Page 8: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Dasar hukum pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. Sesuai dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 tahum

1999bahwa dalam rangka pengawasan pelaksanaan undang-undang ini di bentuk

Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut “Komisi”.

Keberadaan suatu komisi yang bertanggung jawab bagi pelaksanaan suatu ketentuan

mengenai hukum anti monopoli atau hukum persaingan usaha adalah sesuatu yang

tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Selama ini yang masih menjadi perdebatan

adalah bagai mana letak dari komisi ini dalam kehidupan ketatanegaraan.

Berdasarkan analisa komisi sejenis pada negara lain maka terdapat 4 (empat) model

yaitu:

1. Kewenangan penyelidikan, Penuntutan, dan pembuatan Putusan diserahkan pada

lembaga yang sama yang juga merupakan lembaga pembuat kebijakan dalam

bidang persaingan usaha, Putusan ini dapat diajukan banding. Model ini dipakai

oleh Eropa Union

2. Kewenagan penyelidikan, penuntutan, dan putusan diserahkan pada lembaga

independen yang bebas dari intervensi politik, putusan ini juga dapat diajukan

banding. Model ini dipakai German dan Itali.

Page 9: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

3. Putusan dibuat oleh lembaga independen , namun lembaga ini tidak melakukan

tugas penyelidikan, dan penuntutan, lembaga yang berwenang memberi putusan

adalah Italia. Model ini dipakai oleh Belgia dan Spanyol.

4. Kewenangan penegak hukum dalam bidang hukum antimonopoly dipegang oleh

lembaga yang independen yaitu FTC dan Departemen Of Justice. Hasil ini dipakai

oleh Amerika Serikat.

Alasan Filosofis yang dapat dijadikan dasar pembentukan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha yaitu bahwa dalam mengawasi pelaksanaan suatu aturan hukum

diperlukan suatu lembaga yang mendapat kewenangan dari negara ( Pemerintah dan

Rakyat). Dengan kewenangan ini diharapkan lembaga pengawas ini dapat

menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya serta sedapat mungkin

mampu untuk bertindak secara independen.( Aydha D. Prayoga: 1999, hal 128).

Sedangkan alasan Sosiologis yang dapat dijadikan dasar pembentukan KPPU adalah

menurunnya citra pengadilan dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara serta

beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk. Alasan lain yaitu dunia usaha

membutuhkan penyelesaian yang cepat dan peroses pemerisaan yang bersifat rahasia.

Oleh karena itu diperlukan lembaga khusus yang terdiri dari orang-orang yangahli

dalam bidang ekonomi dan hukum sehingga penyelesaiaan yang cepat dapat terwujud

(Pas 1 Butir 18 UU No. 5 tahun 1999 ).

Page 10: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

KPPU adalah lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan

pemerintah serta pihak lain ( Pas 30 Ayat 2 ). Artinya KPPU berwenang penuh dalam

pengawasan dan penerapan pelaksanaan Undang-Undang N0m0r 5 Tahun 1999 yang

tidak boleh di pengaruhi oleh kekuasaan pemerintah dan pihak lain.

1. Tugas KPPU

KPPU adalah lembaga nonstruktural yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan

pemerintah serta pihak lain, walaupun pertanggungjawaban atas kinerjanya KPPU

memberikan laporan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat secara berkala.

2. Tujuan dibentuknya KPPU

Adalah agar implementasi Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya dapat

berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya. Dalam pengawasan dan penerapan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU mempunyai peranan yang sangat besar

dan penting, antara lain KPPU berperan melakukan advokasi sehingga secara

bertahap bidang bisnis yang struktur pasarnya banyak yang masih memonopoly atau

oligopolis berubah menjadi pasar bersaing, agar sesuai Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999.

Page 11: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

Tugas KPPU berdasarkan Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999. hal ini juga dapat

memperlancar peran KPPU diantaranya sebagai berikut:

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat

mengakibatkan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagai

mana diatur dalam pasal 4 sampai 16 Undang-undang No. 5 tahun 1999;

2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan

pelaku usaha tidak sehat yang dapat mengakibatkan praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagai mana diatur dalam pasal 17 sampai 24

Undang-undang No. 5 tahun 1999;

3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahguanaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai

28 Undang-undang No. 5 tahun 1999;

4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang KPPU

sebagaimana diatur dalan pasal 36 Undang-undang No. 5 tahun 1999;

5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan tidak

sehat;

6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan

Undang-undang yang bersangkutan;

7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU

kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Page 12: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

B. Penanganan Perkara oleh KPPU

Penanganan perkara dugaan pelanggaran terhadap undang-undang Nomor 5 tahun

1999 sebagai tugas prioritas KPPU dilaksanakan baik dalan tindakan bersifat

responsif terhadap laporan dugaan pelanggaran undang-undang nomor 5 tahun 1999

dari masyarakat (publik) atau pelaku usaha, maupun sebagai suatu tindakan yang

bersifat inisiatif berdasarkan hasil temuan KPPU sendiri, dimana peroses penanganan

suatu perkara oleh KPPU dilakukan melalui berbagai tahapan diantaranya yaitu:

1. Tahap klarifikasi kejelasan dan atau kelengkapan laporan yang disampaikan oleh

publik (klarifikasi laporan);

2. Tahapan pemeriksaan pendahuluan selama-lamanya selama 30 (tiga puluh) hari

yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pendahuluan;

3. Tahapan pemeriksaan lanjutan selama-lamanya 90 (sembilan puluh) hari yang

dilakukan oleh majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

4. Tahapan pembuatan putusan selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari yang dilakukan

oleh majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

5. Pembacaan putusan oleh majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Kasus yang banyak ditangani oleh KPPU saat ini baik berdasarkan pengaduan publik

ataupun inisiatif KPPU adalah menyangkut tender kolusif. Mengapa hal ini yang

lebih dominan antara lain karena praktek tender kolusif merupakan jenis praktek anti

persaingan yang akibatnya langsung dirasakan oleh pelaku usaha korbannya

(pesaingnya) yang biasanya dengan nilai yang cukup signifikan lain dengan peraktik

Page 13: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

anti persaingan lainnya. Praktik-praktik tender kolusif ini sudah membudaya di

Indonesia terutama dalam kasus tender pengadaan alat-alat bagi instansi-instansi

pemerintah atau publik.

Sebagai salah satu lembaga penegak hukum KPPU harus independen agar dalam

memberi keputusan, KPPU dapat bersikap objektif dan netral serta hanya berdasarkan

Undang-undang, bukan karena petunjuk atau penagaruh dari pihak lain. Oleh karena

itu KPPU tidak berada dibawah lembaga Pemerintahan maupun di bawah Presiden.

Setelah menerima laporan dari publik atau melalui inisiatif KPPU kemudian

melakukan penyelidikan guna mengetahui kebenaran atas suatu perkara yang

diperkarakan, kemudian KPPU memberikan suatu putusan dengan sanksi

administratif. Setelah dijatuhkan sanksi maka si penerima sanksi harus menjalankan

kewajibannya untuk memenuhi sanksi yang dijatuhkan KPPU kepadanya. Namun

demikian Undang-undang memberikan keleluasaan bagi pelaku usaha untuk

menempuh upaya hukum guna mencari keadilan melalui lembaga pengadilan

( undang-undang nomor 5 tahun 1999, pasal 44 ayat (1). Ketentuan Pasal 47 ayat (1)

UU Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan, bahwa KPPU berwenang untuk menjatuhkan

sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan

UU Nomor 5 Tahun 1999. Sedangkan ketentuan ayat (2) menetapkan bentuk-bentuk

tindakan administratif, termasuk pelanggaran terhadap pasal-pasal tersebut di atas.

Adapun sanksi pidana yang dikenakan adalah denda antara lima milyar sampai

dengan dua puluh lima milyar rupiah, atau kurungan pengganti denda selama lima

Page 14: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

bulan. Selanjutnya, sanksi terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 41 UU Nomor 5

Tahun 1999 adalah apabila pelaku usaha menolak bekerjasama dalam penyelidikan

atau pemeriksaan dengan ancaman pidana denda sebesar satu milyar sampai dengan

lima milyar rupiah. Ketentuan Pasal 49 undang-undang tersebut menyatakan, bahwa

pidana pokok tersebut dapat disertai dengan pidana tambahan berupa pencabutan ijin

usaha atau larangan menduduki jabatan Direksi atau Komisaris sekurang-kurangnya

dua tahun, dan selama lima tahun bagi pelaku usaha yang terbukti melakukan

pelanggaran undang-undang, penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang

merugikan orang lain.

Dalam menegakkan sanksi-sanksi tersebut dibutuhkan koordinasi efektif dengan

pihak-pihak terkait, seperti Polri, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Hal

ini mengingat bahwa praktik persekongkolan dalam pengadaan barang dan jasa

pemerintah kadangkala mengandung unsur korupsi. Selain itu, KPPU sebagai

lembaga pengawas persaingan, tidak memiliki otoritas untuk menghukum (pejabat)

pemerintah atau panitia lelang yang terkait dengan penawaran tender.

C. Persekongkolan

Pesaing bagi sebagian pelaku usaha bukan merupakan suatu hal yang menyenangkan,

karena dengan adanya persaingan biasanya bagi perusahaan yang tidak efisien, tidak

inovatif, atau berusaha dengan keras meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat

menghasilkan produk dengan harga semurah mungkin dengan kualitas yang terbaik

tentulah akan tersingkir dari pasar. Maka oleh karena itu bagi pelaku usaha yang

Page 15: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

alergi terhadap persaingan usaha yang terbaik yang mungkin mereka lakukan untuk

tetap bertahan didalam pasar adalah dengan melakukan persekongkolan.

Persekongkolan atau juga disebut sebagai konspirasi usaha di definisikan dalam pasal

1 ayat (8) undang-undang nomor 5 tahun 1999 adalah sebagai bentuk kerjasama yang

dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk

menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.

Maka oleh undang-undang nomor 5 tahun 1999 pesekongkolan merupakan salah satu

kegiatan yang dilarang. Dalam UU ini diatur 3 (tiga) bentuk pesekongkolan yaitu:

1. Persekongkolan untuk mengatur atau menentukan pemenang tender. Hal ini diatur

dalan pasal 22 UU No. 5 tahun 1999. Adalah sebuah perjanjian yang dibuat antara

pihak pesrta tender yang akan menentukan siapa yang akan memenangkan tender

tersebut (biasanya tender berasal dari pemerintahan (R. Syam Hemani. Hal 23);

2. Persekongkolan untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang

dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan usaha. Hal ini diatur dalan pasal 22 UU

No. 5 tahun 1999. Ketentuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi

pelaku usaha yang ekistensi atau keberadaan mereka di dalam pasar tergantung

sekali pada rahasia perusahaan yang dimiliki;

3. Persekongkolan untuk menghambat produksi atau pemasaran barang atau jasa

pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang atau jasa yang di tawarkan

atau pasokan di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas

maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan. Persekongkolan ini sebenarnya

hampir sama tujuan dengan praktek pemboikotan yaitu mencegah pelaku usaha

Page 16: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk kedalam pasar yang sama, yang

kemudian pasar tesebut terjaga hanya untuk kepetingan pelaku usaha yang

melakukan praktek pemboikotan. Hal ini diatur dalan pasal 24 Undang-undang

No. 5 tahun 1999, dimana pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain

untuk menghambat produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa pelaku

usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan/atau jasa yang ditawarkan atau

dipasok dipasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas,

maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

D. Posisi Dominan

Posisi dominan di definisikan oleh pasal 1 ayat 4 undang-undang nomor 5 tahun 1999

sebagai suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di

pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku

usaha yang mempunyai posisi yang tinggin diantara pesaingnya di pasar bersangkutan

dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pasokan atau

penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan atau

pasokan barang tertentu.

Bila dibandingkan dengan monopoli, secara koseptual posisi dominan itu seperti

jembatan diantara setruktur pasar monopoli da struktur pasar oligopolistik (pasar yang

dikuasai oleh beberapa perusahaan sejenis yang mempunyai kemampuan yang sama)

pada pasar yang berstruktur monopoli, pelaku usaha yang ingin masuk kedala pasar

akan mendapat rintangan yang cukup besar dari si pelaku usaha yang memiliki

Page 17: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

kedudukan monopoli, tetapi bagi pelaku usaha yang memiliki kedudukan posisi

dominan, hambatan yang ada bagi pelaku usaha yang ingin masuk dalam pasar

hambatannya tidak sebesar hambatan yang dibuat oleh pelaku usaha yang memiliki

kedudukan monopoli. Sehingga si posisi dominan masih memberikan sedikit ruang

bagi pelaku usaha lain yang ingin masuk/berpartisipasi kedalam pasar yang sama.

Dalam menegakkan sanksi-sanksi tersebut dibutuhkan koordinasi efektif dengan

pihak-pihak terkait, seperti Polri, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Hal

ini mengingat bahwa praktik persekongkolan dalam pengadaan barang dan jasa

pemerintah kadangkala mengandung unsur korupsi. Selain itu, KPPU sebagai

lembaga pengawas persaingan, tidak memiliki otoritas untuk menghukum (pejabat)

pemerintah atau panitia lelang yang terkait dengan penawaran tender.

Page 18: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

III METODE PENELITIAN

Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dapat dilakukan dalam proses

penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu

pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujutkan kebenaran sesuatu yang

menjadi objek pada suatu penelitian.

A.Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU ) terutama

dalam hal tata cara KPPU dalam menangani, menyelesaikan suatu perkara

persekongkolan tender dan merupakan suatu penelitian yuridis-normatif. Sebagai

suatu penelitian yuridis normatif, maka penelitian ini berbasis pada analisis norma

hukum, baik hukum dalam arti peraturan perundang-undangan, maupun hukum dalam

arti putusan-putusan lembaga yudisial. Dengan demikian obyek yang dianalisis adalah

norma hukum, baik dalam peraturan perundang-undangan yang secara konkrit

ditetapkan oleh hakim, maupun KPPU dalam perkara-perkara yang diputuskan di

lembaga pengawas tersebut.

Larangan persekongkolan secara khusus diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 24

undang-undang tersebut. Undang-undang ini juga secara implisit menyiratkan tentang

metode pendekatan hukum yang digunakan oleh KPPU untuk menyelidiki kasus-kasus

pelanggaran terhadap ketentuan hukum persaingan. Guna melengkapi kajian yuridis

terhadap kasus yang terjadi di lapangan.

Page 19: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

B. Jenis dan Bentuk Penelitian

Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data kepustakaan

digolongkan dalam dua bahan hukum, yaitu

1. Primer bahan-bahan hukum primer meliputi produk lembaga legislatif. Dalam hal

ini, bahan yang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Larangan

persekongkolan tender diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 24 Undang-

undang tersebut. Undang-undang ini juga secara implisit menyiratkan tentang

metode pendekatan hukum yang yang digunakan oleh KPPU untuk menyelidiki

perkara-perkara pelanggaran terhadap ketentuan hukum persaingan.

2. Sekunder bahan-bahan hukum sekunder meliputi Putusan-putusan KPPU yang

berkaitan dengan masalah persekongkolan tender. Putusan tersebut adalah Putusan

Perkara Nomor 06/KPPU-L/2007 tentang Persekongkolan Tender Pengdaan Alat

Pembasmi/Penyemprot Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan

di beberapa tempat, seperti perpustakaan Universitas Lampung, Fakultas Hukum

Universitas Lampung, perpustakaan daerah Provinsi Lampung, serta mengakses data

melalui internet.

Page 20: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

D. Metode Pengelolaan Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, artinya data kepustakaan dianalisis

secara mendalam, kesatuan bulat, dan menyeluruh. Penggunaan metode analisis secara

kualitatif didasarkan pada pertimbangan, yaitu pertama data yang dianalisis beragam,

memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk

dikuantitatifkan. Kedua, sifat dasar data yang dianalisis adalah menyeluruh

(comprehensive) dan merupakan satu kesatuan bulat (holistic). Hal ini ditandai dengan

keanekaragaman datanya serta memerlukan informasi yang mendalam.

E. Analisis Data

Setelah pengelolaan data selesai, dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu analisis

yang dilakukan dengan cara mengonstruksikan data dalam bentuk uraian kalimat yang

tersusun secara sistematis sesuai dengan pokok bahasan dalam penelitian ini, sehingga

memudahkan untuk dimengerti guna menarik kesimpulan tentang masalah yang

diteliti.

F. Cara Penarikan Kesimpulan

Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode deduktif, artinya

adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan

yang sifatnya umum. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau

prinsip-prinsip umum, antara lain mengenai prinsip tentang penawaran umum dan

persekongkolan tender dari aspek Hukum Persaingan Usaha. Adapun kajian terhadap

Page 21: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

prinsip yang sifatnya umum tersebut akan dianalisis secara khusus dari aspek Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat.

.

Page 22: Mph_zainal Abidin_0712011368_ Perbaikan Proposal i

Pada proposal yang saya buat mengenai ”Tata cara Penanganan Perkara Oleh Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Terhadap Perkara Persekongkolan Tender Pengadaan Alat

Pembasmi/Penyemprot Nyamuk (Mesin Foging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi

DKI Jakarta Tahun 2006” (Study Kasus Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007” yang

telah telah mendapat koreksi dari rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah metode

penelitian hukum ( nama korektor terlampir (Lampiran 1 )). Berdasarkan koreksi dari

rekan-rekan saya menyadari masih banyak kesalahan pada proposal ini terutama dalam

hal penulisan kata, namun telah saya perbaiki selain itu ada juga masukan atau informasi

dari:

1. Yessi Siregar 0712911359 => memberi masukan bahwa pada bagian objek

penelitian (cetak tebal Miring )tidak sesuai dengan judul pada proposal ini, namun

telah saya perbaiki pada perbaikan proposal dan telah dikirim dengan judul “

Zainal Abidin_0712011368. Perbaikan Proposal”

2. Sisca Septimalina Sengaji 0712011333 => Memberi masukan agar lebih

memperhatikan sistem penulisan kata.

Lampiran 1

1. Rindi Wulandari NPM 0712011313

2. Savitri Ayu NPM 0712011329

3. Sisca Septimalina Sengaji NPM 0712011333

4. Verawati Magdalena NPM 0712011351

5. Visda Rina Alisra NPM 0712011352

6.Yanse Oktaliza NPM 0712011358

7. Yessi Siregar NPM 0712011359

8. Yunisa Fitria S NPM 0712011367

9. Yohanes Tanjung NPM 0712011361

10. Yohanes Tri Nugroho NPM 0712011362

11. Zainal Abidin NPM 0712011368

12. Zelbie Trisya NPM 0712011369