perbaikan proposal vina.docx

57
A.Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII A SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan B.Latar Belaka Era globalisasi menimbulkan kesadaran baru tentang pendidikan yang memberikan kepedulian terhadap kemajuan peradaban manusia. Kesadaran ini didukung oleh sebuah fakta bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai telah membawa implikasi serius baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam batasan pemahaman demikian, pendidikan menempati posisi sentral dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa akan datang. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah senantiasa melakukan berbagai upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah,

Transcript of perbaikan proposal vina.docx

Page 1: perbaikan proposal vina.docx

A.Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIIA SLTP Negeri 4

Sibulue Kabupaten Bone Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Bertukar Pasangan

B.Latar Belaka

Era globalisasi menimbulkan kesadaran baru tentang pendidikan yang

memberikan kepedulian terhadap kemajuan peradaban manusia. Kesadaran ini

didukung oleh sebuah fakta bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai telah membawa implikasi serius

baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam batasan pemahaman

demikian, pendidikan menempati posisi sentral dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa akan

datang. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah

senantiasa melakukan berbagai upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Di

lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan

dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan

keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan

guru memilih dan menggunakan metode pengajaran. Pengajaran yang baik adalah

salah satu upaya untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap

materi dan meningkatkan keterampilan berfikir kiritis serta analitik. Hal ini juga

tidak terlepas dari usaha guru sebagai komponen terpenting dalam pembelajaran

di kelas.

Page 2: perbaikan proposal vina.docx

Guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar. Berbagai metode yang ditempuh oleh guru dalam peningkatan

prestasi belajar siswa, namun tidak mampu memberi hasil yang memuaskan. Guru

sebagai pengelola pengajaran bukan hanya dituntut profesional untuk berkreasi

dalam meminimalkan masalah-masalah di kelas, Namun juga harus memiliki

komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang efektif. Solusinya

yakni dengan melakukan penelitian tindakan berbasis kelas yang orientasi

pelaksanaannya membawa siswa seolah-olah berada dalam keadaan nyata.

Dalam meningkatkan hasil belajar fisika, sangat dibutuhkan kemampuan

kepribadian, sosial dan akademik guru dalam menarik minat siswa untuk belajar.

Banyak materi-materi dalam belajar fisika sering dianggap sangat sulit yang

membuat mereka sangat cemas dan takut. Hal ini mengakibatkan peserta didik

kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang

berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi,

menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam

kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru

maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah

satu alternatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik

bertukar pasangan.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada anak untuk bekerjasama sama dengan tugas-tugas

terstuktur (Lie, 1999 :12). Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat

Page 3: perbaikan proposal vina.docx

saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam

kelompok. Model ini juga dapat meningkatkan berpikir kritis serta meningkatkan

siswa dalam pemecahan masalah.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan. Berdasarkan hasil

wawancara awal penulis dengan guru mata pelajaran fisika yang bertindak sebagai

observer peneliti di SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone, ditemukan bahwa

pada umumnya siswa bersifat pasif dalam mengikuti pelajaran, rata-rata interaksi

dan minat siswa terhadap mata pelajaran fisika masih kurang dilihat dari masih

kurangnya siswa yang memperoleh nilai yang bagus. Model pembelajaran fisika

yang digunakan bersifat konvensional oleh karena itu perlu dikembangkan suatu

metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar fisika.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIIA

SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone Melalui Model Pembelajaran Teknik

Bertukar Pasangan”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu “ Apakah hasil belajar fisika siswa kelas VIIIA

SLTP Negeri 4 Sibulue dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif

teknik bertukar pasangan ? “

Page 4: perbaikan proposal vina.docx

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah : “ Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa

kelas VIII SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone melalui model pembelajaran

kooperatif teknik bertukar pasangan “.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:

1. Guru, dalam hal ini guru bidang studi fisika di SLTP Negeri 4 Sibulue

Kabupaten Bone sebagai bahan masukan dalam upaya menigkatkan mutu

pendidikan, melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik

bertukar pasangan untuk melihat hasil belajar siswa.

2. Sekolah, dalam hal ini Kepala SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone

sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kua;itas

sekolah.

3. Bagi siswa, penelitian ini merupakan media siswa untuk lebih terampil

menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami materi pembelajaran

fisika serta lebih aktif belajar, bersikap positif, bertanggungjawab dan senang

belajar fisika yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.

4. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif teknik bertukar

pasangan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap

mata pelajaran fisika.

Page 5: perbaikan proposal vina.docx

F. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar

a. Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana

informasi itu diproses dalam pikiran siswa.Diharapkan suatu pembelajaran dapat

lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne dalam E.Bell

dkk (1994:188) menyatakan bahwa untuk terjadi belajar pada diri siswa

diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi

internal merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar yang

terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang

baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau

benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara

lain merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran,

membimbing siswa belajar materi baru, memberikan kesempatan kepada siswa

menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.

Selanjutnya Hilgard dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1983:59) berpendapat

“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.Belajar biasa digunakan untuk

menunjukkan bahwa kita telah menemukan sesuatu yang baru tentang sesuatu hal,

seseorang atau kita memperolah pendirian baru. Pidarta dalam Warsita(2000:97)

Page 6: perbaikan proposal vina.docx

mengemukakan “Belajar adalah perubahan perilaku yang reletaif permanen

sebagai hasil pengalaman(bukan hasil perkembangan) dan bisa melaksanakannya

pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.

Menurut Dewey dalam Sudjana dan Rivai (1989:19) berpendapat bahwa

“Belajar adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan

dua arah antara belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada

siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan ini seefektif mungkin sehingga masalah yang dihadapi dapat

diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman

siswa yang diperoleh dari lingkungan itu akan menjadikan kepadanya bahan dan

materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan landasan pedoman dan

tujuan belajarnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang

menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh dari

pengalaman dan latihan, dimana perubahan itu akan menghasilkan peningkatan

keterampilan, nilai dan sikap ke arah yang positif.

b.Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun

tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada

seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak sederhana.

Page 7: perbaikan proposal vina.docx

Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan

tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Seseorang berpandangan bahwa

mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran. Selain itu mengajar juga

merupakan penanaman pengetahuan pada peserta didik.

Menurut aliran progresif dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1993:63),

mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-

baiknya dengan menghubungkannya pada anak sehingga terjadi proses belajar.

Menurut Ali (1987:12), mengajar adalah segala upaya yang disengaja

dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar

sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Menurut. Burton dalam Ali (1987:13) berpandangan bahwa, “Mengajar

adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan

dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.

Menurut DeQueliy dan Gazali dalam Slameto (1995:30), “Mengajar

adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan

tepat”.

Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru

kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual, sehingga

memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama

kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan akan sama pula. Hal itu

bertentangan dengan kenyataan.

Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Ali (1987:73)

berpendapat bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan sesuai

Page 8: perbaikan proposal vina.docx

tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa

terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa tersebut

diperbuat guru dengan harapan dapat memberi kemungkinan terjadinnya proses

belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan

berbagai staretegi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,

efektif, efisien dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu

mengembangkan dan meningkatakan kompetensi, kreativitas, kemandirian,

kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup

peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat

bangsa.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan

membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan

potensi intelektual, emosional dan spritualnya sehingga dapat berkembang secara

optimal.

c. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia.

Manusia belajar untuk melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu

sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak

lain adalah hasil belajar.

Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perubahan yang ingin

dicapai melalui proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku,

Page 9: perbaikan proposal vina.docx

sebagaimana yang dikemukakan Ali (1987:14) bahwa “Belajar adalah proses

perubahan perilaku pola pikir yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang

baru akibat adanya pengalaman”.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar yang dicapai

siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat

diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh

seseorang dapat dijadikan sebagai indikator tentang kemampuan, kesanggupan,

penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai

yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu kegiatan belajar.

Menurut Soedijarto dalam Saleh (2005:18) mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Hasil belajar dalam hal ini meliputi kawasan kognitif, efektif dan kecakapan belajar seorang pelajar”.

Salah satu hasil belajar adalah penguasaan bahan pelajaran atau biasa

disebut prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individual, berpasangan, maupun kelompok. Banyak

kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan suatu

prestasi.Dari beberapa pemikiran di atas, maka hasil belajar dapat dinyatakan

sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau

memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur

dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu.

Page 10: perbaikan proposal vina.docx

2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi atas dua faktor

utama, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri (intern) dan faktor yang

bersumber dari luar (ekstern).

Adapun yang termasuk dalam faktor intern adalah :

a.Faktor Jasmania

1..Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagian

atau bebas dari penyakit.Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya sehingga juga mempengaruhi hasil

belajarnya.Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu, selaian itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat ataupun ada

ganguan-gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

2.Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh atau badannya.keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi beljar dan hasil belajar yang dicapai.Seseorang yang cacat belajar

juga akan terganggu.

b.Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat psikis).Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.Kelelahan jasmani terjadi

Page 11: perbaikan proposal vina.docx

karena terjadi kekacauan substansi sisa pembkaran di dlam tubuh sehingga darah

tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuhan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang.Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala

dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonstrasi, seolah-olah otak

kehabisan dayanya untuk bekerja.Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus

memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal

yang selalu sama tanpa ada variasi dan mengerjakan sesuatu karena sesuatu

karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, mina dan perhatiannya dari hal

seperti ini juga berakibat dari hasil pelajaran yang diperoleh.

c.Faktor Psikologis

Dalam faktor psikologi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

belajar dan hasil belajar yaitu :

1. Intelegansi

Intelegansi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dan hasil

belajar yang diperoleh.Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat

intelegansi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegansi

yang rendah.Walaupun begitu siswa yang mempunyai tungkat intelegansi yang

tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.Hal ini disebabkan karena belajar

adalah hal yang kompleks dengan banyak faktor yang

mempengaruhinya,sedangkan intelegansi adalah salah satu faktor di anatara faktor

yang lain.Jika faktor yang lain iti bersifat menghambat/berpengaruh negatif

terhadap belajar .akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.

Page 12: perbaikan proposal vina.docx

2.Perhatian

Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek.Untuk dapat menjamin hasil

belajar yang baik, maka seseorang harus mempunyai perhatian terhadap hasil

belajar yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tudak menjadi mperhatian maka

timbillah kebosanan,sehingga ia tidak suka lagi belajar sehingga mempengaruhi

hasil belajarnya.

3.Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memeperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan.Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.Jadi berbeda dengan perhatian ,

karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalm waktu yang lama) dan belum

tentu diikuti dengan perasaan senang,sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Termasuk dalam faktor ekstern adalah :

1.Faktor Keluarga

Adapun yang mempengaruhi faktor keluarga yaitu :

a.Cara Orang Tua mendidik

b.Relasi antaranggota keluarga

c.Suasana Rumah

d.Keadaan Ekonomi Keluarga

e.Pengertian Orang Tua

f.Latar belakang Kebudayaan

Page 13: perbaikan proposal vina.docx

2.Faktor sekolah

Adapun yang mempengaruhi faktor sekolah yaitu :

a.Metode Mengajar

b.Kurikulum

c.Relasi guru dengan Siswa

d.Relasi Siswa dengan Siswa

e.Disiplin Sekolah

3.Faktor Masyarakat

Adapun faktor yang mempelajari faktor masyarakat :

a.Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

b.Mass Media

c.Teman Bergaul

d.Bentuk Kehidupan Masyarakat

3.Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning = CL) sebenarnya

bukanlah merupakan ide baru namun telah ada sejak lama, bahkan pada awal abad

pertama para filosof berpendapat bahwa, untuk dapat belajar dengan baik

seseorang harus memilki pasangan atau teman. Bertolak dari gagasan inilah ide

pembelajaran kooperatif dikembangkan.

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam

lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi

ide dan bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan tugas akademik

(Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto, 2006). Pembelajaran kooperatif

Page 14: perbaikan proposal vina.docx

sesuai dengan paradigma bahwa disamping mahluk individual, manusia juga

adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu

membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Jelasnya, pembelajaran kooperatif

tidak hanya bertujuan memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari,

namun lebih menekankan pada melatih siswa untuk memilki kemampuan sosial,

yaitu kemampuan untuk saling bekerjasama,saling memahami,saling berbagi

informasi, saling membantu antar teman kelompok dan bertanggung jawab

terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok. Di

dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya dituntut keberhasilan individu namun

juga keberhasilan kelompok. Dari pemikiran itulah dalam pembelajaran

kooperatif,siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi

gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain

dalam mencapai tujuan bersama (Slavin dalam Hobri dan Susanto).

Menurut Slavin (Syarifuddin, 2007:6) bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok

siswa yang heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok

akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran dan belajar belum

selesai jika salah satu anggota dalam kelompoknya belum menguasai bahan

pelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi

keberhasilan individu atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Umumnya pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif memilki ciri-ciri yang meliputi :

Page 15: perbaikan proposal vina.docx

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan materi

belajarnya.

b.Kelompok yang dibentuk dari siswa memilki kemampuan tinggi (pandai),

sedang dan rendah (kurang)

c.Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda-beda.

d.Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Kooperatif atau kerjasama dalam belajar merupakan lawan dari

persaingan dalam kehidupan sehari-hari.Garmbs (Rusman, 2009) berpendapat

bahwa dalam pembelajaran di sekolah yang demokratis,baik kerjasama maupun

persaingan sama pentingnya. Persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk

memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat tetapi untuk mencapai hasil yang baik

atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok untuk membentuk individu

peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan

pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Berkaitan dengan ini Bioton

(Hanisah, 2006) sangat memperhatikan apa yang dinamakan ”Group Process“

atau proses kelompok, yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama

individu lain dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.

a. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Subrata (2008) Adapun

berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah :

Page 16: perbaikan proposal vina.docx

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling

membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling

ketergantungan positif menuntut adanya interkasi promotif yang memungkingkan

sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang

optimal.

2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap

muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi

juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa

yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Meskipun demekian, penilaian untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual

tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota

kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat

memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua

anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan

demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata

penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud

dengan akuntabilitas individual.

Page 17: perbaikan proposal vina.docx

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan social seperti tenggang

rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan memperhatahankan

pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lainyang

bermanfaat dalam menjalin antar hubungan antar pribadi.

b. Peranan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak alasan mengapa dikembangkan pembelajaran kooperatif.

Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dalam

Noor, Fatirul (2008:25) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran

kooperatif sebagaimana terurai berikut ini :

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

4. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

5. Memabangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

6. Menimbulkan perlaku rasional di masa remaja.

7. Meningkatkan rasa saling percaya diri kepada sesama manusia.

8. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri.

9. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.

10. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

Page 18: perbaikan proposal vina.docx

c. Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan

persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahuinya

harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas. Meski

demikian, guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi saja. Guru Yang

ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-

teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi

sendiri teknik-teknik pada situasi kelas mereka. Dalam satu jam/sesi pelajaran,

guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik. Adapun teknik-teknik dalam

pembelajaran kooperatif(Fatirul 2008:35)yakni :

1. Mencari Pasangan (Make a Match).

2. Bertukar Pasangan

3. Berpikir-Berpasangan-Berempat

4. Berkirim Salam dan Soal.

5. Kepala Bernomor (Numbered Heads).

6. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray).

7. Jigsaw

8. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)

9. Kancing gemerincing

10. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside Circle)

Page 19: perbaikan proposal vina.docx

d. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa cara menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa di

sekolah ( Darnah S, 2005:10)yaitu :

Pertama, memanfaatkan tugas pekerjaan rumah. Membentuk beberapa

kelompok siswa dengan ukuran antara dua sampai lima orang setiap kelompok.

Untuk memulai siswa belajar, siswa dibimbing untuk membandingkan dan

mendiskusikan hasil pekerjaan rumah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

kunci dan saran-saran tertentu.

Kedua, pembahasan materi baru. Di dalam format pengajaran tradisional

(direct instruction), biasanya guru mengembangkan, menerangkan atau

mendemostrasikan suatu teknik baru, dalam format ini biasanya guru diharapkan

para siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan materi baru itu atau soal-soal itu,

tetapi kadang-kadang siswa malu bertanya dan segan terhadap guru. Oleh karena

itu, dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan materi

pelajaran, para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi, kemudian

menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Dan jika perlu, guru memimpin

diskusi tentang pekerjaan itu yang membutuhkan penjelasan dan klarifikasi.

Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan

kelompok sebaiknya heterogen dan setiap anggota satu kelompok dapat duduk

saling berdekatan sehingga dapat bekerja dengan cukup nyaman dan tidak perlu

berbicara keras-keras.

Page 20: perbaikan proposal vina.docx

Pembelajaran kooperatif diarahkan untuk menciptakan empat kondisi

yang harus dipenuhi untuk membangkitan perubahan konseptual berdasarkan pada

konstruktivisme. Keempat langkah yang dimaksud adalah :

1. Orientasi, yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.

2. Pemunculan gagasan yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyatukan

secara eksplisit gagasan mereka kepada teman sebayanya dan gurunya.

3. Penyusunan ulang, perubahan dan perluasan gagasan, meliputi aktivitas

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran

dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide baru.

4. Aplikasi memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep baru

yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru.

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif

Model pemebelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah atau fase

utama (Natsir, 2004:74). Pelajaran dimulai dengan guru meyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase diikuti oleh penyajian

informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya

siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru

pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase

hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari

dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Page 21: perbaikan proposal vina.docx

Tabel 1.Langkah-langkah Model Pembelajaran KooperatifFase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan Informasi

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Fase 5

Evaluasi

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstarasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efesien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempersentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok

4. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan

Sebagai seorang guru yang profesional, maka perlu dipahami bahwa

setiap siswa yang berada di dalam suatu kelas, bukan merupakan kertas kosong

yang akan ditulisi. Tetapi masing-masing berbekal pengetahuan, keterampilan-

keterampilan dan motivasi yang berbeda-beda. Sehingga ketika guru akan

Page 22: perbaikan proposal vina.docx

menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam pengetahuannya,

kemungkinan ada beberapa siswa yang tidak memiliki keterampilan-keterampilan

persyaratan untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Salah satu alternatif

pemecahan masalah tersebut adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dengan orang lain.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar

pasangan, setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk

pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan).

Kemudian guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut dengan

pasangannya. Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap pasangan bergabung

dengan satu pasangan yang lain dan kedua pasangan tersebut bertukar pasangan.

Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan

mengukuhkan jawaban mereka. Temuan yang baru yang diperoleh dari pertukaran

pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula(Noor Fatirul 2008 :35).

G. Kerangka Pikir

Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka harus

berusaha meningkatkan aktivitas, minat, motivasi, serta perhatian siswa dalam

belajar. Permasalahan yang timbul bahwa telah berbagai macam model

pembelajaran diterapakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun upaya tersebut

belum sepenuhnya dapat membawa peserta didik ke arah belajar yang bermakna.

Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata

pelajaran fisika sangat kecil. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap bahwa

Page 23: perbaikan proposal vina.docx

fisika sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipahami yang akan berimbas

terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Keadaan tersebut harus diperbaiki

dengan cara memperbaharui proses belajar mengajar baik dari segi penyediaan

media yang tepat maupun penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan

kondisi sekarang ini sehingga siswa dapat merasa senang mengikuti pelajaran.

Dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan

dengan membentuk beberapa pasangan kelompok dalam satu kelas dan

memudahkan belajar, kerjasama, saling memberi dan menerima pendapat secara

terbuka, menyelesaikan masalah yang ditemukan bersama-sama. Dengan model

ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa mengembangkan potensi yang

dimiliki, serta dapat menimbulkan minat siswa sehingga sifat pasif dari siswa

dapat teratasi dan siswa akan aktif belajar juga dapat mendorong siswa untuk

berinteraksi dengan kelompok lainnya dan saling bekerja sama untuk

memecahkan masalah bersama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

terhadap materi yang akan diajarkan. Akhirnya tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.

Page 24: perbaikan proposal vina.docx

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

KURIKULUM

KELAS VIIISEMESTER GENAP

METODE MENGAJARKOMPETENSI

PROSES BELAJAR MENGAJAR

GURU

SISWASISWA

METODEMENGAJAR

KELAS VIIISEMESTER GENAP

HASIL BELAJAR

Gambar. 2. Bagan Kerangka Pikir

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoretik yang telah diberikan di atas maka

hipotesis tindakan penelitian ini sebagai jawaban dari permasalahan yang diajukan

adalah “jika pada proses pembelajaran fisika digunakan model pembelajaran

kooperatif teknik bertukar pasangan maka hasil belajar fisika siswa kelas VIII

SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone dapat meningkat”

Page 25: perbaikan proposal vina.docx

I. Jenis dan Variabel Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII

SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone melalui penerapan model pembelajaran

Kooperatif teknik bertukar pasangan.

2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini hanya terdiri atas dua variabel yakni hasil belajar

fisika siswa dan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.

J. Definisi Operasional Variabel.

Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian serta untuk

menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan

definisi operasional sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

penguasaan materi fisika yang sudah dipelajari atau diajarkan dalam kurun

waktu tertentu. Tingkat penguasaan tercermin dari skor yang dicapai siswa

dari jawaban tes hasil belajar fisika yang mencakup materi yang diajarkan.

2. Model pembelajaran teknik bertukar pasangan adalah model pembelajaran

dimana setiap siswa mendapat pasangan kemudian mendapat tugas dan

dikerjakan dengan pasangannya.Selanjutnya setiap pasangan bergabung

dengna pasangan yang lain kemudian masing-masing pasangan yang baru

Page 26: perbaikan proposal vina.docx

saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.Temuan baru yang

didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.

K. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone.

Subjek penelitian ini adalah siswa pada satu kelas yaitu Kelas VIIIA pada semester

genap tahun ajaran 2010/2011 dan peneliti sebagai guru fisika di kelas tersebut.

L. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.

Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam 4

kali pertemuan. Kegiatan-kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus

I jika masih terdapat sesuatu yang tidak diharapkan.

Rancangan penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart

(1989) yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu (1) rencana, (2) tindakan,

(3) observasi, dan (4) refleksi. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 27: perbaikan proposal vina.docx

Acting

Observatinggg

Reflecting

Sumber : Kemmis & Mc Taggart ( Wibawa B, dalam Rusman Rasyid 2008 : 24)

Sumber : Kurt Lewin ( Wijaya Kusuma 2009 : 20)

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas

Planning

Siklus I

Siklus II

Melaksanakan Tindakan I

Melaksanakan Tindakan II

Masalah Utama Persiapan

Pelaporan Hasil

Merencanakan Tindakan I

MerencanakanTindakan II

Observasi &Refleksi

Observasi &Refleksi

Page 28: perbaikan proposal vina.docx

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model penelitian tindakan yang lain,khususnya PTK.Dikatakan demikian karena

dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian

tindakan.Namun Model Kemmis & Mc.Taggart merupakan pengembangan dari

konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin hanya saja komponen acting

(tindakan) dengan observing (pengamatan)dijadikan sebagai suatu

kesatuan.Disatukannya dua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan

bahwa antara penerpan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak

terpisah.Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam kesatuan waktu,ketika

tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.

Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Gambaran Kegiatan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam

pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 40 menit. Prosedur kegiatan siklus I dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Tahap perencanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan kegiatan

sebagai berikut :

1. Menelaah materi pelajaran fisika kelas VIII SLTP semester genap agar dapat

diketahui materi apa yang akaan diajarkan..

Page 29: perbaikan proposal vina.docx

2. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I melalui

model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.

3. Peneliti melaksanakan diskusi awal dengan guru mata pelajaran fisika lainnya

di lokasi penelitian,untuk membahas materi yang akan diajarkan dalam

penelitian.

4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar

berlangsung dalam penelitian ini.

5. Mengembangkan alat bantu pengajaran (media pembelajaran) yang sesuai

dengan materi yang akan diajarkan.

6. Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

7. Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas pekerjaan

rumah, LKS (lembar kerja siswa) dan kuis yang akan diberikan.

8. Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah

diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar

pasangan.

b.Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 4 kali

pertemuan, lama waktu setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 40 menit. Secara

umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran)

pada siklus I ini adalah sebagai berikut :

Page 30: perbaikan proposal vina.docx

a. Guru memberikan motivasi kepada siswa dan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat.

c. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara berpasangan.

d. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan mengerjakan soal yang

ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan pasangannya.

e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain. Kedua

pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan

mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan

kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

f. Selama proses kerja kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi dan

diberi bimbingan secara langsung kepada kelompok yang mengalami kesulitan

dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar

observasi atau pengamatan.

g. Kelompok memutuskan jawabannya yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap pasangannya mengetahui jawaban tersebut.

h. Guru memanggil salah satu pasangan untuk mempersentasekan jawaban

LKSnya. Selanjutnya, kelompok lain menanggapi jawaban yang diajukan

kelompok tersebut.

i. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.

j. Guru memberikan skor terhadap hasil laporan setiap anggota kelompok dan

memberikan penghargaan kepada setiap anggota kelompok dengan presentase

terbaik.

Page 31: perbaikan proposal vina.docx

b. Tahap Observasi (Obesvation)

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu,

memberikan evaluasi tes hasil belajar setelah 2 kali pertemuan pada siklus I yang

telah disediakan. Jenis tes berupa pilihan ganda yang terdiri atas item soal yang

mewakili seluruh materi yang telah dibahas. Menganalisis data hasil observasi dan

tes untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa

kali pertemuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.

c. Tahap Refleksi (Reflection)

Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis

dalam tahap ini, demikian pula dengan evaluasinya.

Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini

berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran

berlangsung. Melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan

mereka mengenai proses pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal apa yang menurut

mereka perlu ditingkatkan, baik segi model pembelajaran yang digunakan

maupun teknik penyajian informasi yang dilakukan oleh peneliti.

Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan observer yakni

rekan-rekan guru mata pelajaran fisika. Dari hasil diskusi yang diperoleh,

peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat sejauh mana faktor-faktor yang

Page 32: perbaikan proposal vina.docx

diselidiki pada data observasi telah tercapai. Hal-hal yang yang masih belum

berhasil pada siklus ini akan ditindak lanjuti pada siklus II dan hal-hal yang

sudah dianggap benar dipertahankan.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa yakni; membentuk kelompok baru dengan cara mengganti pasangannya,

melakukan pengontrolan kepada setiap kelompok terutama pada saat diskusi

kelompok, memberi penguatan kepada siswa untuk dapat percaya diri tampil

di depan pada saat presentase kelompok, meningkatkan latihan mengerjakan

soal di kelas dan mengurangi tugas rumah dan menekankan kepada siswa

untuk mencatat materi yang diberikan . Hasil refleksi ini digunakan sebagai

acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

2. Gambaran Kegiatan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan I, apabila terdapat

hal-hal yang perlu diperbaiki maka perlu untuk dilakukan siklus II sebagai

kelanjutan dari penyempurnaan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan

siklus I.

Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran).

Prosedur kegiatan pada siklus II relatif sama dengan prosedur kegiatan pada

siklus I. Hal-hal yang masih belum berhasil diperbaiki pada siklus II ini

sehingga diharapkan hasil yang diinginkan dapat tercapai. Adapun langkah-

langkah dalam siklus II ini antara lain :

1. Merencanakan tindakan akhir sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya.

Page 33: perbaikan proposal vina.docx

2. Siswa lebih diaktifkan dengan mengajukan pertanyaan tentang tugas yang

diberikan dan memberikan motivasi agar lebih tampil percaya diri dalam

memperesentasekan hasil kelompoknya.

3. Mengurangi tugas rumah dan menambah soal-soal latihan di kelas. Hal ini

disebabkan karena banyak siswa yang mengerjakan pekerjaan rumahnya di

sekolah dan mereka cenderung dan lebih semangat jika diberikan tugas

atau latihan disekolah.

4. Menganalisis data hasil observasi dan evaluasi.

5. Mengadakan refleksi akhir dari tindakan yang telah dilakukan.

M. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah data tentang hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan

menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai

keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan

diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

pedoman observasi.

N. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara

kualitatif. Sedangkan data hasil belajar fisika siswa dianalisis secara

kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yang meliputi skor rata-

rata, presentase, stándar deviasi,nilai minimum dan nilai maksimun yang

dicapai setiap siklus.

Page 34: perbaikan proposal vina.docx

Menurut Sudjana (2005) análisis kuntitatif dapat digunakan teknik

kategorisasi dengan berpedoman pada skala 1-100 dengan tabel dibawah ini :

Tabel 2 Analisi Kuantitatif

Interval Nilai Kulifikasi

90-100

75-89

55-74

40-45

0-39

Tinggi sekali

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

O. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi

peningkatan skor rata-rata hasil belajar fisika dari siklus pertama ke siklus

berikutnya. Perlakuan dianggap berhasil bila 80% siswa mencapai skor

minimal 65 dari hasil tes belajar yang dicapai.

Page 35: perbaikan proposal vina.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1987, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, PT. Sinar Baru Algesindo: Bandung

Darna, S. 2005, Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa kelas VII SMP Negeri 26 Makassar. Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.

E. Bell Gredler, Margaret. 1994. Belajar dan Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Makassar : Makassar

Natsir, Muh. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika, Universitas Negeri Makassar : Makassar

Noor Fatirul, Ahmad. 2008. Cooperative Learning, [email protected]. Diakses pada tanggal 18 Februari 2009

Syamsuddin Abin, 2005. Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Syarifuddin. 2007. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Biologi siswa SMP Negeri 6 Enrekang.Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.

Pasaribu, 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Tarsito.

Rasyid, R.2008. Peningkatan Hasil Belajar Geografi melalui Model Pembelajaran Konstrutivisme pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Duampanua.Skripsi FMIPA.Universitas Negeri Makassar.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group : Bandung

Page 36: perbaikan proposal vina.docx

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta

Sudjana, n. 2005. Penilaiaan Hasil Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Subrata, Heru. 2008. Cooperative Learning. www.google.com. Diakses pada tanggal 29 Januari 2009.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. PT. Rineka cipta: Jakarta

Zainal Aqib.2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya: Bandung.

Page 37: perbaikan proposal vina.docx

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIIIA SLTP NEGERI 4 SIBULUE KABUPATEN BONE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK BERTUKAR PASANGAN

HERPINA062504010

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2009

Page 38: perbaikan proposal vina.docx

PROPOSAL PENELITIAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DI KABUPATEN BARRU

FATMAWATI062504021

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2009