PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH...
Transcript of PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH...
i
PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI
BENGKULU
Dr. Umi Pudji Astuti,MP
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
KODE: 26/1801.018/011/C/RDHP/2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem
di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119
4. Diusulkan Melalui DIPA : BPTP 2013
5. Status Kegiatan : Lanjutan
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP
b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa
7. Lokasi : 10 Kabupaten dan Kota di Propinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah dan Dataran
Tinggi
9. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun
8. Tahun Dimulai : Tahun 2011
10. Biaya : Rp. 1.040.000.000,- (Satu miliar empat puluh
juta rupiah)
Koordinator Program, Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RDHP Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP NIP. 19610531 199003 2 001
Mengetahui, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Dr. Agung Hendriadi, M.Eng. NIP. 19610802 198903 1 001
Kepala Balai
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP
NIP. 195902061986031002
iii
RINGKASAN
1 Judul : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di
Provinsi Bengkulu
2 Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3 Lokasi : 10 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
4 Agroekosistem : Lahan kering dataran rendah , lahan kering dataran
tinggi
5 Status (L/B) : Lama/lanjutan
6 Tujuan : 1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari
spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10
Kabupaten dan Kota
2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani
dalam pemanfaatan lahan pekarangan sesuai
potensi wilayah daerahnya
3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan meningkatkan pendapatan petani melalui
penjualan hasil, serta peningkatan Pola Pangan
Harapan (PPH)
4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui
produksi benih sayuran, ubi jalar, ganyong, buah-
buahan, dan ayam kampung unggul (KUB) untuk
keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari
(RPL)
5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa
(KBD)
7 Keluaran : 1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran
rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan
Kota.
2. Meningkatnya keterampilan dan minat petani
dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui
sosialisasi, ekspose,pameran
3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya
iv
melalui penghematan pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru,
serta PPH
4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung,
bayam, sawi) serta benih papaya merah delima,
ubi jalar, ganyong, dan ayam KUB untuk
keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari
(RPL)
5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di
perdesaan/perkotaan melalui penumbuhan Kebun
Bibit Desa (KBD)
8 Hasil tahun lalu
: 1. Satu laporan akhir hasil kegiatan tahun 2012
2. Terbentuknya 3 unit KRPL model perkotaan dan 10
unit KRPL model perdesaan di 6 Kabupaten dan
Kota
3. Terlaksananya kegiatan Rumah Pangan Lestari
(RPL) sebanyak 200 KK di Kota dan 550 KK di
Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara,
Bengkulu Selatan,Seluma, kaur dan Mukomuko
4. Terbentuknya 1 unit KBI dan 7 unit KBD
5. Terdampinginya 50 kelompok wanitatani pengelola
lahan pekarangan di 4 Kabupaten
6. Menjadi nara sumber kegiatan pemanfataan lahan
pekarangan di Pemda Provinsi Sekretariat daerah,
dan BKP), Pemda Kabupaten (BKP), darmawanita
Provinsi, dan sekolah menengah negeri
9 Perkiraan
Manfaat
: 1. Lahan pekarangan masyarakat dikelola sesuai
anjuran teknologi dan tertata dengan rapi
2. Berkembangnya model KRPL dalam satu Rukun
Tetangga (RT), Rukun Warga(RW) atau satu
dusun/kampung.
3. Tercukupinya kebutuhan pangan dan gizi
masyarakat dari lahan pekarangannya
v
10 Perkiraan
Dampak
: 1. Menurunnya pengeluaran konsumsi pangan rumah
tangga masyarakat (Rp 300.000 – 500.000,-/
bulan)
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
3. Kelestarian sumber pangan lokal
4. Meningkatnya skor PPH masyarakat
11 Prosedur : 1. Perbaikan proposal/RDHP, penyusunan RODHP
2. Seminar ROP
3. Pembinaan dan bimbingan teknis, pemasaran dan
pengolahan hasil pada lokasi lama
4. Pertemuan Tim, koordinasi dengan stakeholders,
hunting lokasi Pelaksanaan
5. PRA pada lokasi yang baru
6. Pelaksanaan kegiatan dengan metode pendekatan
partisipatif : demplot lapangan , pengembangan
dan penumbuhan KBD di lokasi lama dan baru,
pengembangan komoditas di KBI
7. Temu lapang/ Gelar Teknologi, pelatihan teknis
petani, Sosialisasi, pameran/ekspose, penerbitan
media informasi
8. Evaluasi dampak kegiatan (analisa usaha,
pengeluaran konsumsi, minat terhadap
komoditas), seminar hasil
12 Jangka Waktu : 1 (satu) Tahun
13 Biaya : Rp. 1.040.000.000,- ( Satu miliar empat puluh juta
rupiah)
vi
SUMMARY
1 Title : Models of Sustainable Food Houses Area
Development in Every Agroecosystem in Bengkulu
Province
2 Implementation
Unit
: IAARD Bengkulu
3 Location : Bengkulu Province
4 Agroekosystem : Dry Lowland and Dry Highland
5 Status (L/B) : Continued
6 Objectives : 1. To develop the Models of Sustainable Food
Houses Area specific lowland and highland in 9
regions and city
2. To improve farmer’s skill in utilizing the yard
according to the region potency
3. To improve farmer’s interest in utilizing the yard
4. To increase farmers and their families income by
saving the household consumption expenditure
and product sale
5. To grow the seed businesses in rural/urban area
by growing Village Garden Seeds (KBD)
6. To develop the Main Garden Seeds (KBI) to the
sustainability of KBD and RPL
7 Output : 1. The Models of Sustainable Food Houses Area
specific lowland and highland development in 9
regions and city
2. The improvement of farmer’s skill in utilizing the
yard according to the region potency
3. The improvement of farmer’s interest in utilizing
the yard
vii
4. The increasing of farmers and their families
income by saving the household consumption
expenditure and product sale
5. The growing of seed businesses in rural/urban
area by growing Village Garden Seeds (KBD)
6. The development of Main Garden Seeds (KBI) to
the sustainability of KBD and RPL
8 The Result of
Last Year
: 1. A final report of 2012
2. Three units KRPL of urban model and ten units
KRPL of rural model forming in 6 regions and
city
3. The implementation of RPL activity about 200 KK
in Bengkulu City and 550 KK in Central Bengkulu,
North Bengkulu, South Bengkulu, Seluma, Kaur,
and Mukomuko Region
4. One unit KBI and 7 units KBD forming
5. The assistance in 50 women’s group of the yard
land in 4 districts
6. Guest speaker of the utilizing yard activity for
Government Bengkulu’s Province, District, high
school and LPM in Bengkulu City
9 Expected
Benefit
: 1. Society’s yard was organized based on
technology recommended and arranged neatly
2. The development of KRPL models in RT, RW, or
village
3. The fulfilled of food needs and society’s nutrient
from their yard
10
Expected
Impact
:
1. The decreased of household’s consumption
expenditure (Rp. 300.000 – Rp. 500.000/month)
2. The increasing of society’s welfare
viii
3. The dissemination of KRPL models in every
region and city
4. The increasing of PPH score
11 Procedure : 1. Proposal/RDHP improvement and RODHP
arrangement
2. ROP Seminar
3. Technical, marketing, and product processing
advice and guidance
4. Meeting team, coordination with stakeholders,
and location hunting
5. PRA in new location
6. Implementation activity by participatory
approach : on farm as demplot, the devolepment
and growing of KBD in old and new location,
comodity development in KBI
7. Open-field/expose technology, farmer’s technical
training, socialization, exhibiton/expose,
information media published
8. Impact evaluation (farm analysis, household
consumption expenditure, interest of comodity),
seminar result
12 Duration : 1 (once) Year
13 Budget : Rp. 1.040.000.000 (one billion and fourty million
rupiahs)
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas,
adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis
sumberdaya lokal. Menurut Suryana (2009) pembangunan ketahanan
pangan berhasil/terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran
makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan,
keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah
tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman,
bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif.
Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa,
yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/
kerusuhan) serta politik (instabilitas).
Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang
lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai
pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam
menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yang
tersedia baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketersediaan jenis pangan
dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-
padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani
banyak dijumpai di daerah ini. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.
Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi, yang ditunjukkan dengan skor PPH provinsi Bengkulu 2010
sebesar 74 (BKP, 2010). Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan
ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya
tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.
2
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan kegiatan, perhatian
petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas,
sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan
pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Demplot yang dilakukan serta pelatihan teknis budidaya sangat
mempercepat masyarakat untuk mencontoh cara pengelolaan lahan dan
pemeliharaan tanaman secara benar.
Dari 3 unit KRPL model perkotaan yang dibangun serta sosialisasi
kepada Pemerintah Daerah (Walikota, sekolah menengah umum) dan
pameran M-KRPL, ternyata mendorong masyarakat di Kota Bengkulu untuk
mereplikasi M-KRPL menjadi 39 unit (Laporan perkembangan November
2012). Dari 8 unit yang dibangun di perdesaan (6 Kabupaten) juga
mengalami perkembangan yang cukup pesat (70 kelompok/unit).
Perkembangan ini merupakan dampak dari kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten dan Provinsi (Anggaran APBD I dan Dana Perbantuan di
Kabupaten), serta dari kesiapan tenaga teknis sebagai nara sumber di
perbagai kegiatan sosialisasi maupun pelatihan (Astuti.UP, dkk,2011 dan
2012).
Pengalaman petani pelaksana dari kecukupan kebutuhan sayuran
berdampak berkurangnya pengeluaran keluarga. Hal ini mendorong
masyarakat yang belum ikut dalam kelompok timbul keinginan masyarakat
khususnya di perkotaan untuk mencoba secara mandiri. Kondisi ini
membawa keuntungan bagi pengelola KBD melalui penjualan bibit tanaman.
Selain keberhasilan diseminasi model dijumpai juga permasalahan
masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan antara lain : secara umum
adalah cara budidaya tanaman di lahan sempit menggunakan media
polybag, kemudahan memperoleh bibit. Apabila bibit telah tersedia,
petunjuk teknis serta bimbingan petugas diberikan maka masyarakat akan
cepat merespon dan mengembangkan.
Disamping permasalahan teknis, juga dijumpai kendala yang dihadapi
selama pelaksanaan adalah kemarau yang sangat panjang sehingga
kesulitan memperoleh air untuk menyiram. Melalui display yang ada di BPTP,
3
dicoba inovasi irigasi tetes dan springkel yang diharapkan dapat efisien
dalam penggunaan air. Penggunaan tendon air juga dianjurkan di lahan
petani.
Kegiatan yang dilaksanakan tahun sebelumnya baru terfokus pada
lahan kering dataran rendah, sehingga diperlukan pengembangan model RPL
di setiap agroekosistem yang spesifik dengan berbagai inovasi sesuai
kebutuhan daerah (Dataran rendah dan dataran Tinggi)
1.2. Tujuan
1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari spesifik dataran rendah
dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota
2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan sesuai potensi wilayah daerahnya
3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga dan meningkatkan
pendapatan petani melalui penjualan hasil, serta peningkatan Pola
Pangan Harapan (PPH)
4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui produksi benih sayuran,
ubi jalar, ganyong, buah-buahan, dan ayam kampung unggul (KUB)
untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL)
5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD)
1.3 Keluaran Yang Diharapkan
1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di
10 Kabupaten dan Kota.
2. Meningkatnya keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan melalui sosialisasi, ekspose,pameran
3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru,
serta PPH
4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta
benih papaya merah delima, ubi jalar, ganyong, dan ayam KUB untuk
keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL)
4
5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui
penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD)
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat
1. Lahan pekarangan masyarakat dikelola sesuai anjuran teknologi dan
tertata dengan rapi
2. Berkembangnya model KRPL dalam satu Rukun Tetangga (RT), Rukun
Warga (RW) atau satu dusun/kampung yang spesifik.
3. Tercukupinya kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dari lahan
pekarangannya
Dampak
1. Menurunnya pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga (Rp 300.000
– 500.000,-/ bulan)
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
3. Model KRPL terdiseminasi di setiap Kabupaten dan Kota
4. Meningkatnya skor PPH masyarakat
5
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif
sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-
buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan
pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi
kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-
kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian
pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan
berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi
masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu
upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus
diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat
disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang
dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan
antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat
pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan
untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di
pedesaan maupun di perkotaan (Badan Litbang, 2011)..
Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di
Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010,
menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus
dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk
pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk
mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Badan Litbang, 2011).
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan
dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan
menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan
6
fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau,
serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan
harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara
komersial, dilengkapi dengan kebun bibit (Anonim, 2012).
Pada dasarnya kegiatan M-KRPL merupakan bagian dari kegiatan
diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku
menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh
kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam
pendekatan Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan
(stakeholders) terkait.
Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan
spectrum diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan dalam
proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut.
Prinsip yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL adalah
pemberdayaan masyarakat/sasaran melalui pendekatan :
(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai
kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui
pembelajaran di laboratorium lapangan.
(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan
lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.
Falsafah dari M-KRPL merupakan falsafah diseminasi seperti
pernyataan Rogers ( ) sebagai berikut : Mendengar, Saya Lupa; Melihat,
Saya Ingat; Melakukan, Saya Faham; Menemukan Sendiri, Saya Kuasai.
7
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi
petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif,
dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra.
Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran
yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat,
tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan,
mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan,
mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara
ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan
seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
8
Konsep dan Batasan
Pengelompokan Lahan Pekarangan: Secara konsep dibedakan atas :
pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi
baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala
usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan
(Badan Litbang, 2011). Namun dalam pelaksanaan di lapangan,
khususnya di Provinsi Bengkulu ada pengelompokan untuk lahan
pekarangan dataran rendah (termasuk lahan rawa, pantai) dan dataran
tinggi, dengan jenis tanaman yang spesifik sesuai agroekosistem.
a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan
menjadi 2, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, Tipe 36, Tipe 45 dengan
total luas lahan sekitar 36 m2 - 120 m2; (2) Perumahan dengan luas
laha pekarangan 100 – 200 m2
b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan
menjadi 3, yaitu (1) pekarangan sempit (<120 m2); pekarangan
sedang (120-400 m2); dan pekarangan luas (>400 m2).
c. Pekarangan di Dataran Rendah : Pekarangan yang berada di
dataran rendah yang dikelompokkan menjadi halaman perkotaan,
perdesaan di lahan PMK, halaman berlahan rawa
d. Pekarangan di Dataran Tinggi : kawasan di daerah ketinggian >
650 m dpl.
Pemilihan komoditas : ditentukan dengan mempertimbangkan
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan
pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk
pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah
(pepaya, jeruk kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak). Pada pekarangan
yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. Pada
agroekosistem dataran tinggi akan dikembangkan tanaman empon-
empon, sayuran organic, buah dan bunga krisan.
2.2. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian Rahayu,M dan Raharjono (2005) tentang
Keanekaragaman Tanaman dan Pemanfaatannya di Sulawesi tenggara
9
menyimpulkan bahwa melalui tanaman pekarangan dapat menunjang
pendapatan keluarga, penghasil obat tradisional, serta untuk estestika.
Peningkatan produktivitas lahan pekarangan diperlukan pendayagunaan
sumberdaya hayati secara maksimal melalui penempatan tata letak jenis
tanaman, serta pemilihan kualitas bibit yang ditanam.
Tulisan Sumaryanto (2009) tentang Diversifikasi Sebagai Salah
Satu Pilar Ketahanan Pangan menyimpulkan bahwa sumber kerawanan
ketahanan pangan terkait dengan faktor-faktor : Pertama, jumlah
penduduk miskin masih cukup banyak dan karena itu aksesnya terhadap
pangan rendah. Kedua, produksi pangan belum cukup untuk membentuk
cadangan pangan yang memenuhi persyaratan status ketahahan pangan
yang mantap. Ketiga, konsumsi pangan pokok sangat terfokus pada
beras, diversifikasi ke arah pangan lokal kurang berkembang, dan
perbaikan pola konsumsi ke arah pola pangan harapan berlangsung
lambat.
Pengembangan diversifikasi pangan ke arah bahan pangan lokal
merupakan salah satu cara yang dipandang efektif untuk mengatasi
sejumlah kerawanan tersebut sekaligus untuk mendukung terwujudnya
ketahanan pangan yang mantap. Berkembangnya spektrum konsumsi
pangan dapat mengurangi konsumsi beras per kapita dan potensial pula
untuk mendukung perkembangan ke arah pola pangan harapan. Pada sisi
produksi, pengembangan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal
kondusif untuk mendukung pengembangan sistem usahatani yang selaras
dengan prinsip adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Melalui sub sistem
usahatani dan agroindustri pangan, pengembangan diversifikasi pangan
ke arah bahan pangan lokal dapat berkontribusi besar dalam peningkatan
dan pemerataan pendapatan, dan perluasan kesempatan kerja karena
melibatkan sebagian besar industri rumah tangga, skala kecil, dan
menengah. Dengan diversifikasi pangan, stabilitas sistem ketahanan
pangan menjadi lebih b aik dan untuk kasus seperti di Indonesia dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu pilar pemantapan ketahanan pangan.
Bakker, et al. (2000) menunjukkan bahwa pertanian kota adalah
salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan rumah tangga.
Hal ini sejalan pendapat Haletky dan Taylor (2006) bahwa pertanian kota
10
adalah salah satu komponen kunci pembangunan sistem pangan
masyarakat yang berkelanjutan dan jika dirancang secara tepat akan
dapat mengentaskan permasalahan kerawanan pangan.
Studi yang dilakukan oleh Alice dan Foeken (1996) di kota di Kota
Nairobi, Kenya menunjukkan bahwa pertanian kota mampu
meningkatkan ketahanan pangan, baik ditinjau dari kecukupan energi,
konsumsi protein dan penurunan balita gizi kurang dan buruk.
Beberapa bukti empiris lainnya bahwa Di Amerika utara Food
Security Coalition (CFSC) mempunyai komisi yang tujuan utamanya
memanfaatkan pertanian kota sebagai instrumen untuk meningkatkan
akses pangan yang segar terjangkau dan bergizi dalam rangka
mengurangi kerawanan pangan (Brown dan Carter 2003).
Pinderhughes (2004), menunjukkan bahwa di Amerika pertanian
kota mempunyai peranan dalam pengurangan kemiskinan, kerawanan
pangan dan mengatasi permasalahan sampah. Pertanian kota dapat
menjamin ketersediaan pangan yang segar dan bergizi, sehingga
meningkan asupan sayuran dan buah dan dapat menghemat
pengeluaran 15-30 persen anggaran pada pangan (USDA Economic
Research Service 2003).
Pengeluaran untuk pangan dapat dihemat dan dapat digunakan
untuk penanaman komoditi pangan. Studi pertanian kota di pekarangan
Philadelphia menemukan bahwa masyarakat dengan pendapatan
rendah yang meiliki pekarangan dapat menghemat pengeluran pangan
rata- rata $150 setiap musim penanaman (Rhoden and Steele 2002,
Pinderhughes 2003).
Penelitian Rihastuti,DD (1993) tentang Studi Perbandingan
Dampak Pemanfaatan Lahan Pekarangan antara Keluarga Peserta dan
bukan Peserta Kursus Pemanfaatan Pekarangan di Jawa Barat
menggunakan analisis program Microstat dan Minitab dan menggunakan
uji Mann-Whitney (Siegel, 1990). Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan nyata pada pendapatan pekarangan per luas lahan,
pendapatan total keluarga, konsumsi energi dan vitamin A keluarga
peserta dan bukan peserta kursus. Terdapat perbedaan tidak nyata
konsumsi protein antara keluarga peserta dan bukan peserta kursus.
11
Konsumsi energi dan protein pada keluarga bukan peserta relatif lebih
baik daripada keluarga peserta kursus, sedangkan untuk konsumsi
vitamin A, keluarga peserta relatif lebih baik.
Hubungan antara pengetahuan gizi dan pekarangan isteri keluarga
bukan peserta dengan pendapatan pekarangan per luas lahan adalah
nyata positif. Hubungan umur isteri keluarga peserta dengan pendapatan
pekarangan per luas lahan adalah nyata negatif. Hubungan tingkat
pendidikan formal isteri pada keluarga peserta dengan tingkat
pengetahuan gizi dan pekarangan adalah positif nyata.
Sumbangan hasil pekarangan terhadap konsumsi pangan keluarga
pada peserta lebih besar daripada keluarga bukan peserta. Sumbangan
sayuran terhadap konsumsi dan pendapatan keluarga pada peserta lebih
besar daripada bukan peserta, tetapi untuk sumbangan tanaman hias
terhadap penda- patan, keluarga bukan peserta lebih besar dari keluarga
12
III PROSEDUR
2.3. Pendekatan
Kegiatan diseminasi dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif
di lahan petani /on farm
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Generating system : koordinasi puslit, balit, stakeholders
seminar hasil, penulisan karya ilmiah, workshop
Delivery system : Seminar proposal, pertemuan (tim, stakeholders,
swasta), sosialisasi (Kabupaten/Provinsi),
Pelatihan teknis, ekspose kegiatan dan pameran,
Pencetakan bahan informasi
Receiving system : PRA, Implementasi Demplot, KBI dan KBD,
replikasi model, analisis ekonomi (pengeluaran
konsumsi, penjualan hasil)
Penulisan laporan (bulanan, tengah tahun, akhir tahun)
2.4. Teknik Diseminasi
Diseminasi yang akan dilaksanakan menggunakan metode tatap muka
langsung (sosialisasi, pelatihan, FGD, demplot, dan ekspose/pameran),
maupun tidak langsung (penerbitan bahan cetakan, siaran radio, film,
Koran)
2.5. Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam kegiatan ini antara lain :
1. Sarana Produksi berupa :
bibit tanaman (tanaman sayuran, umbi-umbian, buah, bunga)
bibit ternak (ayam, kambing/kelinci)
pakan ternak, obat-obatan hewan
bibit ikan (kerjasama dengan Dinas Perikanan atau swadaya petani)
Pupuk antara lain : pupuk kandang, pupuk organik plus, NPK dan
Urea (dalam jumlah terbatas)
13
Pestisida : pestisida nabati, pestisida kimiawi/fungisida, insektisida
(dalam jumlah terbatas)
Media tanam : sekam, tanah, mikroorganisme (trico G, stardex, dll)
2. Bahan Pendukung lainnya berupa :
Polybag, plastik semai, pot
Rak vertikultur (bambu, besi, dll)
Bahan KBI dan KBD (rak pesemaian, atap rumah bibit, kayu,
bambu, besi, spanduk, dll)
Perangkat irigasi (tandon air, selang, paralon, irigasi tetes,
springkel, ember, gembor, dll)
Perangkat tanam, pemeliharaan dan angkut (kereta dorong,
cangkul, sabit, sprayer, keranjang), alat penimbang, waring, ajir,
dll)
Bahan pendukung pekerja : tas, sepatu lapangan, topi, lock book
3. Alat tulis dan computer suplay
2.6. Waktu dan Tempat
Kegiatan akan dimulai pada bulan Januari sampai bulan Desember
2013 seperti Tabel. 1
Parameter yang Diukur
Jumlah unit dan KBD yang terbentuk
Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga
Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah produksi benih di KBI (kg)
Pekarangan dan tanaman terkelola dengan baik
14
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2012.
No Lokasi Kabupaten Bulan Keterangan
1 Kota Bengkulu : lokasi lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar, pengolahan hasil
PRA, Teknis budidaya,
penumbuhan KBD
2 Bengkulu Tengah : lokasi
lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil
PRA, Teknis budidaya, penumbuhan KBD
3 Bengkulu Utara : lokasi lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil PRA, Teknis budidaya,
penumbuhan KBD
4 Bengkulu Selatan : lokasi
lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil
PRA, Teknis budidaya, penumbuhan KBD
5 Kaur : lokasi lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil PRA, Teknis budidaya,
penumbuhan KBD
6 Seluma : lokasi lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil
PRA, Teknis budidaya, KBD
7 Mukomuko : lokasi lama
Lokasi baru (2 unit)
Januari - Desember
Maret - Desember
Pembinaan teknis, pasar,
pengolahan hasil
PRA, Teknis budidaya, KBD
8 Rejang Lebong : lokasi baru
(2 unit)
Maret- Desember Sosialisasi, PRA, teknis
budidaya, KBD
9 Lebong : lokasi baru (2 unit) Maret- Desember Sosialisasi, PRA, teknis budidaya, KBD
10 Kepahiang : lokasi baru (2
unit)
Maret- Desember Sosialisasi, PRA, teknis
budidaya, KBD
15
IV ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun
responsif.
Daftar Resiko dalam Pelaksanaan M-KRPL Tahun 2013
NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1. Kegiatan di
lapangan kurang
lancar
Kurangnya koordinasi
dengan stakeholders
- Perkembangan model
lambat
2. Tanaman kerdil - Pengetahuan
mengendalikan
hama/penyakit kurang - Terjadi serangan hama
dan penyakit
- Gagal panen
3. Replikasi model
lambat
- Terbatasnya anggaran
- Masyarakat kurang
berminat membeli bibit di KBD
- M-KRPL tidak berhasil
4. Gagal panen - Ternak diliarkan
- Frekuensi penyiraman berkurang karena
Kekeringan, sumber air jauh
- Pendapatan berkurang
- Konsumsi masyarakat berkurang
Resiko yang akan timbul dalam pelaksanaan M-KRPL harus diantisipasi
sehingga tujuan kegiatan tahun 2012 dan keluaran yang diharapkan dapat
tercapai. Untuk menghindari dampak yang akan terjadi pada semester II
kegiatan akan difokuskan pada pembinaan teknis, penguatan pemberdayaan
masyarakat, koordinasi stakeholders di Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.
16
Alternatif Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan M-KRPL Tahun 2013 NO. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN
1. Kegiatan di
lapangan kurang lancar
Kurangnya koordinasi
dengan stakeholders
- Keterlibatan penyuluh
pendamping lebih intensif, peningkatan koordinasi dengan
BKP, Dinas Pertanian, Bapeluh
2. Tanaman
kerdil
- Pengetahuan
mengendalikan
hama/penyakit kurang - Terjadi serangan
hama dan penyakit
- Meningkatkan intensitas
pendampingan dari LO di masing-
masing Kabupaten/kota - Koordinasi dengan petugas PHP
setempat
3. Replikasi model lambat
- Terbatasnya anggaran - Masyarakat kurang
berminat membeli bibit di KBD
- Kerjasama sumber modal (BI, Jasa Raharja)
- Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan (Badan
Pemberdayaan Perempuan, Bakorluh)
- Selama 2 tahun KBD membagikan
bibit/gratis (BPTP, BKP)
4. Gagal panen - Ternak diliarkan
- Frekuensi penyiraman
berkurang karena Kekeringan, sumber
air jauh
- Pemberlakuan PERDA, dukungan
aparat desa (Pemda)
- Membuat penampungan - Mengembangkan teknologi tetes
17
V TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1 Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan
NO NAMA/NIP JABATAN DALAM
KEGIATAN
URAIAN TUGAS AL
WAKT
U (%)
1 Umi Pudji Astuti
19610531
199003 2 001
Penanggung
Jawab RDHP
Mengkoordinir kegiatan mulai
perencanaan, penyusunan RODHP,
Juklak, pelaksanaan lapangan, pelaporan
30
2 Dr Wahyu Wibawa
Anggota Membantu melaksanakan kegiatan (penyusunan Juklak/juknis,
pelaksanaan Nara sumber)
10
3 Ir. Eddy Makruf
Penanggung
jawab KBI dan
KBD
Membantu melaksanakan kegiatan
(penyusunan Juklak/juknis,
pelaksanaan Nara sumber, KBI dan KBD
20
4 Yahumri, SP LO Kab Kaur, Kab
Bengkulu Selatan
Membantu melaksanakan kegiatan
teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis dan
pelaporan kegiatan di Kab Kaur dan Bengkulu Selatan
20
5 Robiyanto Lo Kab. Rejang
Lebong dan Kab. Lebong
Membantu melaksanakan kegiatan
teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis dan
pelaporan kegiatan di Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong
15
6 Bunayah H, SP LO Kab Benteng
dan Kab. Kepahiang
Membantu melaksanakan kegiatan
teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis dan
pelaporan kegiatan di Kab. Kepahiang dan Benteng
20
7 Tri Wahyuni, SSi LO Kab Bengkulu
Utara, LO Kab. Seluma
Membantu melaksanakan kegiatan
teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis dan
pelaporan kegiatan di Kabupaten
Seluma dan Bengkulu Utara
20
8 Waluyo, A LO Kab
Mukomuko, dan
Kota Bengkulu
Membantu melaksanakan kegiatan
teknis, pelatihan, PRA,
pengumpulan data, analisis dan pelaporan kegiatan di BS
20
9 Johan Syafri, AMd
Teknisis Membantu pelaksanaan teknis budidaya, Display bibit di
lingkungan Kantor
15
10 Sri Hartati A Administrasi Keuangan
Menyiapkan administrasi keuangan (RPD, Rencana pengajuan bahan
dan memproses ke PUMK)
10
18
5.2. Jangka waktu kegiatan
No Uraian Bulan dalam Tahun 2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan TOR, RDHP,
ROPP, Juklak XX XX
2. Persiapan (pengumpulan informasi awal tentang
potensi sumberdaya dan kelompok sasaran,
pertemuan, koordinasi
dengan instansi terkait)
X
3. Penentuan lokasi. petani
kooperator
X X
4. Pembentukan kelompok X
5. Sosialisasi X
6. Penguatan kelembagaan
kelompok
X
7. Perencanaan (Pengelompokan lahan
pekarangan, pemilihan komoditas, penyusunan
rancang bangun/model
KRPL, pembuatan Kebun Bibit Desa)
X X X X
8. Pelaksanaan (Pengolahanlahan,tanam
, panen)
X X X X X X X X
9 Survey adopsi, persepsi, konsumsi pangan
X X X X
10 Monitoring dan evaluasi X X X
11 Tabulasi data dan analisis data
X X
12 Pelaporan X X X X X X X X X X X
13 Seminar X
19
5.3 Pembiyaan
Akun Uraian Volume Satuan Total Anggaran
Bahan ATK, Komp Suplay 1 tahun 5.000.000 5.000.000
Bahan Saprodi dan pendukung lainnya
1 paket 213.600.000 213.600.000
Bahan Saprodi dan pendukung lainnya KBI
1 paket 30.000.000 30.000.000
Bahan Saprodi dan pendukung lainnya KBD (baru)
20 unit 7.500.000 150.000.000
Bahan Saprodi dan pendukung lainnya KBD (lama)
1 paket 60.000.000 60.000.000
Konsumsi Pertemuan 100 OH 50.000 5.000.000
Bahan Informasi, papan merk, CD
1 paket 17.660.000 17.660.000
Honor OutputKegiatan
Honor petugas lapang KBD, KBI, petugas lapang di 10 Kab
400 OH 100.000 40.000.000
Upah petani, KBD lama dan baru 1897
OH 35.000 66.395.000
Belanja Barang non Operasional
Akomodasi dalam rangka PRA, pelatihan
10 kali 6.000.000 60.000.000
Prosesing benih, analisis lab 1 paket 5.000.000 5.000.000
Pengganti transport petugas lapang
200 OH 100.000 20.000.000
Belanja Jasa profesi
Nara sumber, pengarah, evaluator
10 OJ 500.000 5.000.000
Pembuatan disain produk, media 1 paket 1.000.000 1.000.000
Belanja Perjalanan lainnya
Perjalanan daerah 853 OP 365.000 3 11.345.000
Perjalanan luar provinsi 10 OP 5.000.000 50.000.000
Jumlah 1.040.000.000
20
DAFTAR PUSTAKA
Astuti.UP, dkk. 2011. Laporan Akhir Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari Provinsi Bengkulu TA 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu.
Astuti.UP, dkk. 2012. Laporan Tengah Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari Provinsi Bengkulu TA 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu.
Anonim, 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Kementerian Pertanian dan Solidaritas Istri cabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Jakarta.
Alice, M. and D. Foeken.1996. Urban Agriculture, Food Security snd Nutrition in
Low Income Areas of The City of Nairobi, Kenya. Afncan Urban Quarterly, 1996 11 (2 and 3) pp 170-179 © by Afncan Urban Quarterly Ltd
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, 2010. Bahan Presentasi Rakorbang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bengkulu.
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS
Provinsi Bengkulu, Bengkulu. Badan Litbang Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.
Bakker, N., Dubbeling, S., Guendel, U., Sabel-Koschella and H. de Zeeuw (2000),
"Growing Cities, Growing Food - Urban Agriculture on the Policy Agenda", DSE, Eurasburg, Germany
Haletky ,N. and O. Taylo. 2006. Urban Agriculture as a Solution to Food
Insecurity: West Oakland and People’s Grocery. Urban Agriculture in West Oakland
Pinderhughes, R. 2004. Alternative Urban Futures: Planning for Sustainable Development in Cities Throughout the World. Lanham, Boulder, New York, Toronto, Oxford: Rowman & Littleield Publishers.
Rahayu,M dan Raharjono Prawiro Atmojo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi. Jurnal Teknologi Lingkungan.P3TL, BPPT 6 (2) :360-364
Rihastuti. DD. 1993. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumaryanto. 2009. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia di Jakarta pada
Tanggal 1 Oktober 2009.