Perbaikan Proposal Separoh 1
description
Transcript of Perbaikan Proposal Separoh 1
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Penduduk suatu negara merupakan objek dan subjek pembangunan. Sebagai obyek
artinya penduduk merupakan faktor yang harus dibangun atau ditingkatkan kualitas
hidupnya. Sedangkan sebagai subjek penduduk merupakan faktor pelaku proses
pembangunan. Di lihat dari sisi yang lain, penduduk merupakan beban sekaligus potensi bagi
suatu negara. Penduduk dianggap sebagai beban negara karena negara harus dapat
memberikan pelayanan kepada penduduknya. Penduduk juga dianggap sebagai potensi
karena penduduk merupakan kekuatan negara dari unsur Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dapat memberikan sumbangan positif bagi negara. Ada negara yang penduduknya besar, ada
negara yang penduduknya sedikit. Ada negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya
tinggi ada negara yang pertumbuhannya rendah. Apabila suatu negara pertumbuhan
penduduknya sangat tinggi, ini merupakan masalah. Hal ini dikarenakan kapasitas wilayah
suatu negara terbatas. Sebaliknya jika pertumbuhan penduduk rendah atau negatif
(penduduknya semakin berkurang), ini juga menimbulkan masalah. Sebab, penduduk negara
tersebut akan habis.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk terbesar no empat di dunia dengan jumlah penduduk 237,641,326 jiwa
(http://www.bps.go.id. 09 November. 20.45 wib). Dengan jumlah penduduk sebesar itu
banyak permasalahan-permasalahan tentang kependudukan yang terjadi, diantaranya masalah
penduduk yang tidak mau melaporkan kepindahannya dari daerah satu ke daerah lain,
sehingga tidak memiliki surat keterangan pindah (SKP), selain itu masih banyak pula
penduduk warga negara Indonesia (WNI) yang pindah keluar negeri untuk menetap menjadi
1
tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tidak mau melapor , sehingga tidak diketahui oleh daerah
atau sering disebut dengan TKI Ilegal, bahkan pendaftaran warga negara asing (WNA) yang
datang dari luar negeri (LN) sampai sekarang masih banyak di daerah-daerah yang belum
terdata, dan lain-lain. Hal tersebut merupakan fenomena-fenomena mengenai kependudukan
yang sering kita temui di dalam kehidupan Negara kita saat ini dan semakin kompleks dari
waktu ke waktu.
Administrasi kependudukan di Indonesia merupakan hal yang sangat berperan
dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi penduduk tersebut dapat diketahui
tentang data-data penduduk dan informasi yang sesuai dengan keadaan penduduk dan
tentang kondisi daerah tempat tinggal penduduk. Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam dan atau di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Administrasi kependudukan memuat tentang Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting, yang dimaksud Peristiwa Kependudukan antara lain perubahan alamat,
pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal
terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiwa Penting antara lain kelahiran, lahir mati,
kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan
anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya
yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa
implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia maka masyarakat
2
Indonesia sadar bahwa seseorang perlu memiliki bukti tertulis dalam menentukan status
seseorang atas kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa.
Dalam pemenuhan hak penduduk, kegiatan mendata dan menata kependudukan
sudah dilakukan sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, pada masa itu pelaksanaan,
pendataan penduduk masih belum mencerminkan pemenuhan hak penduduk, terutama
dibidang pencatatan sipil, masih ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada
perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama. Penggolongan
penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut
mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab
sumber data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan
pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administrasi Kependudukan yang utuh
dan optimal.
Dengan demikian, dibentuklah Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan yang memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang
mencerminkan adanya reformasi di bidang administrasi kependudukan. Dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 ini juga menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan
administrasi kependudukan di Indonesia akan dilakukan database kependudukan melalui
penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem SIAK ini dapat
mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam melakukan pengumpulan,
pengolahan data penduduk yang berbasis teknologi informasi. Dengan adanya sistem
pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan
database penduduk. Dengan demikian pelayanan yang dihasilkan tidak hanya sebatas dapat
merealisasikan pengumpulan database penduduk, tetapi sekaligus memberi Nomor Induk
Kependudukan (NIK) kepada setiap penduduk Indonesia serta mencantumkannya dalam
3
setiap dokumen kependudukan. Selain itu NIK juga dijadikan dasar penerbitan paspor,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), polis asuransi, sertifikat hak tanah dan penerbitan
dokumen identitas lainnya.
Data kependudukan kerap menjadi masalah di Negara ini, terlebih di era demokrasi
sekarang ini. Ketersediaan data informasi penduduk tersebut sangat penting untuk melakukan
berbagai kegiatan dan program pemerintahan dan keakuratan data kependudukan sangat
mutlak diperlukan, tapi sayangnya sampai sekarang ini dalam Negara berkembang seperti
Indonesia tersedianya data kependudukan yang akurat tersebut masih rendah. Ini dapat kita
lihat pada permasalahan KTP ganda atau KTP palsu yang selama ini banyak disalahgunakan
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat dan dapat menyebabkan kerugian
bagi negara, dimana para pelaku kriminal termasuk teroris, TKI illegal, dan perdagangan
manusia (Human Trafficking), serta untuk menghindari pajak sering menggunakan KTP
ganda atau KTP palsu agar tidak teridentifikasi oleh pihak yang berwajib. Seperti yang
disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi ketika usai
menyerahkan tanda penghargaan kepada Pemprov Sumsel dan Kabupaten/Kota se-Sumsel di
Griya Agung Palembang, Senin 16 April 2012 yang mengatakan:
“Kemendagri menemukan sekitar 7 juta KTP ganda, dan lebih dari 90 ribu warga Indonesia yang berusaha membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) ganda diberbagai daerah”. (http://id.berita.yahoo.com/mendagri-7-juta-penduduk-punya-ktp-ganda-144159027.html. 27 Oktober 2012. 20.37 wib)
Melihat banyaknya KTP ganda yang ditemukan Kemendagri dan banyaknya warga
Indonesia yang berusaha membuat KTP ganda tersebut, maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan mengenai program Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIK
Nasional yang telah diatur dalam UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan Presiden No 26 tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis
Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, dan Peraturan Presiden No 35 tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No 26 Tahun 2009.
4
Program e-KTP merupakan cara baru yang akan ditempuh oleh pemerintah dengan
membangun database kependudukan secara nasional untuk memberikan identitas kepada
masyarakat dengan menggunakan sistem biometrik yang ada di dalamnya, maka setiap
pemilik e-KTP dapat terhubung kedalam satu database nasional, e-KTP yang berbasis NIK
Nasional ini juga memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan
validasi data jati diri seseorang. Rekaman elektronik ini berisi biodata, pas photo, tanda
tangan, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan, sehingga setiap pendudukan
hanya memiliki identitas tunggal yang mempunyai multifungsi, dengan demikian dapat
mempermudah penduduk untuk mendapatkan pelayanan dari lembaga pemerintah maupun
swasta karena tidak memerlukan KTP setempat.
Penerapan e-KTP berbasis NIK merupakan salah satu Program Strategis Nasional
yang berguna untuk menata pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance) dalam
peningkatan pelayanan masyarakat, keamanan negara, serta peningkatan kualitas demokrasi
dalam pemilu. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota telah
sepakat untuk melaksanakan dan mensukseskan 3 (tiga) Program Strategis Nasional dalam
bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Tuga Program Strategis Nasional tersebut,
meliputi:
a. Pemuktahiran data kependudukan di 497 Kabupaten/Kota, yang harus
diselesaikan pada tahun 2010
b. Pemberian NIK kepada setiap penduduk, pada tahun 2010 di 329
Kabupaten/Kota dan tahun 2011 di 168 Kabupaten/Kota
c. Penerapan KTP Elektronik pada tahun 2011 di 197 Kabupaten/Kota dan pada
tahun 2012 di 300 Kabupaten/Kota.
Kebijakan program e-KTP ini dibuat Pemerintah agar terciptanya tertib administrasi
bagi masyarakat, bangsa dan Negara. e-KTP ini berbasis teknologi untuk mendapatkan hasil
5
kependudukan yang lebih tepat dan akurat, maka dengan adanya e-KTP ini sangat diharapkan
untuk dapat menghindari permasalah KTP ganda atau KTP palsu tersebut. Untuk mendukung
terwujudnya database kependudukan yang akurat, khususnya yang berkaitan dengan data
penduduk wajib KTP yang identik dengan data penduduk potensial pemilih pemilu (DP4),
sehingga DPT pemilu selama ini sering bermasalah tidak akan terjadi lagi, serta
meningkatkan pelayanan publik dan keamanan negara. Untuk itu sangat diharapkan kepada
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan e-KTP ini dengan sebaik-baiknya, mengingat e-
KTP ini berlandaskan elektronik, dimana setiap pemakaiannya menggunakan sistem
komputerisasi, sangat diharapkan pada prosesnya penggunaannya nanti lebih cepat, mudah,
dan akurat agar tidak terjadi lagi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan
Negara.
Untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan Negara
tersebut, maka pemerintah menetapkan lima tahapan agar menjamin keakuratan data diri
setiap warga sehingga e-KTP tersebut tidak dapat diperbanyak atau digandakan, lima
tahapannya yaitu:
1. Pembacaan biodata, warga datang berdasarkan waktu yang telah ditentukan dengan membawa surat pengantar yang telah diberikan oleh pihak RT/RW setempat;
2. Foto, warga diharuskan untu melakukan foto diri terlebih dahulu. Foto yang dilakukan sebaiknya memakai pakaian rapi, karena foto e-KTP ini hanya dilakukan satu kali saja dan tidak dapat diganti dalam jangka 5(lima) tahun kecuali kartu tersebut rusak atau hilang sebelum waktu perpanjangannya
3. Perekaman tanda tangan, warga diwajibkan melakukan tanda untuk kemudian direkam ke dalam computer dan disimpan untuk identitas warga.
4. Scan sidik jari, sidik jari ini dilakukan dengan kelima jari warga, jika warga mengalami kecacatan pada jari, maka dapt dilakukan dengan jari yang ada saja.
5. Scan retina mata, tahap ini dilakukan untuk menjamin keakuratan e-KTP, bisa saja ketika dilakukan tahan scan sidik jari, warga tersebut menggunakan jari orang lain. Untuk itu dilakukan scan retinamata tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Program e-KTP sejauh ini telah terlaksana hampir diseluruh Indonesia, Kota
Bengkulu termasuk salah satu dari 197 Kabupaten/Kota yang menerapkan KTP berbasis NIK
6
secara Nasional pada tahun 2011, ini terlihat pada Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 471.13/1515/SJ tanggal 27 April 2011 yang menindaklanjuti Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober 2010 tentang Pemutahiran
Data Kependudukan, Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan KTP Elektronik tahun 2011.
WaliKota Bengkulu Ahmad Kenedi juga telah menyatakan kesanggupannya untuk
menerapkan e-KTP di Kota Bengkulu pada tahun 2011 melalui Surat Pernyataan
Kesangggupan pada tanggal 28 November 2010.
Tabel 1.1
Daftar 197 Kabupaten/Kota yang menerapkan kartu tanda penduduk berbasis nomor
induk kependudukan secara nasional pada tahun 2011
No Provinsi Kabupaten/Kota
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Tenggara, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Tengah, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie, Kab. Aceh Utara, Kab. Simulue, Kab. Aceh Singkil, Kab. Bireuen, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Jaya, Kab. Aceh Raya, Kab. Aceh Tamiang, Kab. Bener Meriah, Kab. Pidie Jaya, Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa, Kota Subulussalam
2 Sumatera Utara Kab. Langkat, Kab. Deli Serdang, Kab. Simalungan, Kab. Asahan, Kab. Labuhanbatu, Kab. Mandailing Natal, Kab. Serdang Bedagai, Kab. Batu Bara, Kab. Labuanbatu Selatan, Kab. Tapanuli Selatan, Kota Medan, Kota Pemetang Siantar, Kota Tanjung Balai, Kota Binjai
3 Sumatera Barat Kab. Pesisir Selatan, Kab. Solok, Kab. Tanah Datar, Kab. Agam, Kab. Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukit Tinggi
4 Riau Kab. Kampar, Kab. Siak, Kab. Kuantan Singingi, Kota Pekan Baru, Kota Dumai
5 Jambi Kab. Merangin, Kab. Sarolangun, Kab. Muaro Jambi, Kab. Tebo, Kota Jambi
6 Sumatera Selatan Kab. Ogan Komering Ulu, Kab. Komering Ilir, Kab. Muara Enim, Kab. Lahat, Kab. Musi Rawas, Kab. Musi Banyuasin, Kab. Banyuasin, Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Kab. Ogan Ilir, Kab. Empat Lawang. Kota Palembang, Kota Pagar Alam, Kota Lubuk Linggau, Kota Prabumulih
7 Bengkulu Kab. Seluma, Kab. Muko-Muko, Kab. Kepahiang, Kota Bengkulu8 Lampung Kab. Way Kanan, Kab. Pesawaran, Kab. Pringsewu, Kota Bandar
Lampung9 Kepulauan Kab. Bangka, Kab. Belitung, Kab. Bangka Selatan, Kab. Bangka
7
Bangka Belitung Tengah, Kab. Bangka Barat, Kab. Belitung Timur, Kab. Pangkal Pinang
10 Kepulauan Riau Kab. Bintan, Kota Tanjung Pinang11 DKI Jakarta Kab. Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Pusat, Kotamadya
Jakarta Utara, Kotamadya Jakarta Barat, Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Timur
12 Jawa Barat Kab. Garut, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi
13 Jawa Tengah Kab. Pati, Kab. Batang, Kab. Pemalang, Kab. Tegal, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan
14 DI. Yogyakarta Kab. Kulonprogo, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab Sleman, Kota Yogyakarta
15 Jawa Timur Kab. Sidoarjo, Kab. Ngawi, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, Kota Batu
16 Banten Kab. Serang, Kota Tanggerang, Kota Cilegon17 Bali Kab. Jembrana, Kab. Badung, Kota Denpasar18 NTB Kab. Lombok Tengah, Kab. Bima, Kota Mataram, Kota Bima19 NTT Kab. Ende, Kota Kupang20 Kalimantan Barat Kab. Landak, Kab. Kubu Raya, Kota Pontianak, Kota Singkawang21 Kalimantan
TengahKab. Kotawariangin Barat, Kab. Kapuas, Kab. Barito Utara, Kab. Seruyan, Kab. Sukamara, Kab. Lamandau, Kota Palangkaraya
22 Kalimantan Selatan Kab. Kotabaru, Kab. Banjar, Kota Bnjarmasin, Kota Banjrbaru23 Kalimantan
TimurKab. Kutai Kertanegara, Kab. Berau, Kab. Nunukan, Kab. Malinau, Kota Samarinda, Kota Tarakan, Kota Bontang
24 Sulawesi Utara Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kota Manado, Kota Bitung
25 Sulawesi Tengah Kab. Buol, Kota Palu26 Sulawesi Selatan Kab. Selayar, Kab. Bantaeng, Kab. Pangkajene Kepulauan, Kab
Sidenreng Rapang, Kab. Luwu Utara, Kab. Luwu Timur, Kota Makassar, Kota Palopo
27 Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka, Kota Kendari, Kota Bau-Bau28 Gorontalo Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo, Kota Gorontalo29 Sulawesi Barat Kab. Polewali Mandar30 Maluku Kab. Maluku Tengah, Kab. Seram Bagian Barat, Kota Ambon31 Maluku Utara Kota Ternate, Kota Tidore32 Papua Kab. Merauke, Kab. Jayapura, Kab. Mimika, Kota Jayapura33 Papua Barat Kab. Sorong, Kota SorongSumber: Lampiran Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 471.13/1515/SJ
Di Kota Bengkulu, e-KTP massal mulai dilaksanakan pada tanggal 22 September
2011 dan akan berakhir pada akhir tahun 2011. Hasil dari perekaman data e-KTP pada akhir
tahun 2011 menurut catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bengkulu hanya
mencapai 37,16 persen dari 268.241 warga wajib KTP. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
8
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bengkulu pada hari Sabtu tanggal 31
Desember 2011:
"Alhamdulillah meski hasilnya belum maksimal namun hingga 30 Desember 2011 perekaman data kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di daerah ini sudah mencapai 99.681 orang atau 37,16 persen dari sembilan kecamatan di Kota Bengkulu yang terdiri atas Kecamatan Gading Cempaka dan Singaran Pati 17.342 orang, Ratu Agung 9.397 orang, Ratu Samban 11.802 orang, Teluk Segara 12.303 orang, Selebar 17.531 orang, Muara Bangkahulu 12.592 orang, Kampung Melayu 8.181 orang serta Sungai Serut 10.533 orang”. (http://www.antarabengkulu.com /berita/555/perekaman-data-e-ktp-capai-37-persen,Sabtu, 10 November 2012. 13.38 wib)
Melihat belum optimalnya realisasi dari program e-KTP tersebut pada 197
Kabupaten/Kota pada tahun 2011 yang termasuk Kota Bengkulu. Beberapa Gubernur dan
Bupati/WaliKota memohon untuk perpanjangan waktu pelayanan e-KTP bagi 197
Kabupaten/Kota tersebut. Setelah melalui pertimbangan dan berdasarkan hasil koordinasi
dengan Kementerian Keuangan, maka pelayanan e-KTP secara massal bagi 197
Kabupaten/Kota diperpanjang waktunya paling lambat sampai dengan tanggal 30 April 2012.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya surat edaran Menteri Dalam negeri Nomor
471.13/5079/SJ perihal Perpanjangan Waktu e-KTP Massal Untuk 197 Kabupaten/Kota.
Idealnya, setiap warga Negara memiliki KTP sebagaimana diamanatkan oleh
Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis
Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional yang terdapat pada pasal 7 ayat 1 yang
berbunyi “Setiap penduduk wajib KTP berhak memperoleh KTP berbasis NIK yang
diterbitkan oleh instansi pelaksana sesuai domisili penduduk yang bersangkutan”, akan tetapi
pada realisasinya tujuan tersebut belum terealisasikan dengan optimal, meski e-KTP Massal
di Kota Bengkulu tersebut waktunya telah diperpanjang hingga 30 April 2012. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Perkembangan Pelaksana e-KTP Tahun 2011 hingga tanggal 15 Mei 2012
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Realisasi Sisa Target
9
Penduduk Wajib KTP
Target Wajib KTP
Perekaman e-KTP
Jiwa % Jiwa %1 Selebar 62.157 41.434 32.931 25.415 77.17 7.516 22.82
2 Gading Cempaka
98.834 69.694 55.630 37.184 66.84 18.446 33.15
3 Teluk Segara
28.340 20.345 16.415 13.132 80 3.283 20
4 Muara Bangkahulu
44.764 30.607 24.367 19.010 78.01 5.357 21.98
5 Kampung Melayu
39.437 24.777 20.609 16.105 78.14 4.504 21.85
6 Ratu Agung 59.333 41.544 33.249 27.452 82.56 5.797 17.43
7 Ratu Samban
30.179 21.337 17.013 13.206 77.62 3.807 22.37
8 Sungai Serut
27.819 18.503 14.773 11.491 77.78 3.282 22.21
390.863 268.241 214.987 162.995 75.81 51.992 24.18
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bengkulu
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Ratu Agung merupakan
Kecamatan yang realisasi program e-KTP nya tertinggi dari Kecamatan yang lainnya yaitu
sudah 27.452 Jiwa yang melakukan perekaman e-ktp atau sama dengan 82.56 %, sisa target
yang belum terealisasi 5.797 Jiwa atau sama dengan 17.43 % lagi. Berdasarkan observasi
awal yang saya pada tanggal 12 November 2012 bahwa realisasi perekaman e-KTP di
Kecamatan Ratu Agung telah meningkat menjadi 28.396 jiwa dari 41.544 jiwa.
Terhambatnya realisasi program e-KTP di Kecamatan Ratu Agung dikarenakan berbagai
faktor, diantaranya banyaknya warga yang kini berada diluar daerah karena sedang bekerja
atau sekolah, selain itu pemadaman listrik. Seperti yang diungkap oleh ketua operator
Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, pada tanggal 12 November 2012:
“Selama proses perekaman e-KTP ini berlasung, sering sekali terjadinya pemadaman listrik. Pemadaman listrik ini merupakan faktor yang sangat vital dalam mempengaruhi jalannya perekaman e-KTP. Sayangnya pemerintah Kota Bengkulu tidak menyediakan alat pendukung seperti genset, padahal Kota Bengkulu terkenal dengan Kota mati lampu yang dapat menghambat penerapan program e-KTP ini, mengingat program e-KTP ini berlandaskan elektronik, dan juga harus selesai pada akhir tahun ini”
10
Berdasarkan uraian di atas, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul, ”IMPLEMENTASI E-KTP di KECAMATAN RATU AGUNG KOTA
BENGKULU”. Dalam penelitian ini nantinya peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pelaksanaan dari program e-KTP ini berjalan pada Kecamatan Ratu Agung.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang di kemukakan di
sini adalah: Bagaimanakah Implementasi e-KTP di Kecamatan Ratu Agung Kota
Bengkulu?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimana untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan
Pemerintah melalui Kemendagri berdasarkan UU No 23 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden
No 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan secara
Nasional.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka manfaat yang bisa diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Secara Teoritis
Penerapan ilmu yang diperoleh, untuk mengembangkan pengetahuan
khususnya bidang ilmu Administrasi Negara terutama dalam pembahasan e-
goverment
11
Sebagai bahan masukan bagi pihak yang ingin melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai e-KTP
b. Secara Praktis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi
kalangan ilmuan, mahasiswa, instansi, dan masyarakat serta tambahan refrensi
bagi mahasiswa Universitas Bengkulu Khususnya.
Diharapkan dapat membuka ruang kesadaran bagi masyarakat untuk ikut serta
dalam pengawasan e-KTP yang saat ini masih berjalan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Administrasi Kependudukan
Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan subsistem dari sistem
Administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan
pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Administrasi Kependudukan
menjadi semakin penting karena selalu bersentuhan dengan setiap aktivitas kehidupan di
Indonesia. Di antaranya adalah saat Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, Pemilu Kepala
Daerah, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain sebagainya.
Pengertian-pengertian terkait dengan penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan danpenertiban
dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melaluipendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
(pasal 1 ayat 1).
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. (pasal 1 ayat 2).
3. Penyelenggara adalah pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan. (pasal 1 ayat 6).
4. Instansi pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung
jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi
Kependudukan. (pasal 1 ayat 7)
13
5. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. (pasal 1
ayat 8).
6. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(pasal 1 ayat 9)
7. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan peristiwa
atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan penduduk rentan
Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa
kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. (pasal 1 ayat 10)
8. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan ditingkat dan
instansi pelaksana sebagai satu kesatuan. (pasal 1 ayat 21)
Dengan demikian, administrasi kependudukan merupakan hal yang sangat penting
untuk dilaksanakan mulai dari satuan pemerintah terkecil seperti desa dan kelurahan hingga
pada skala nasional. Penegelolaan administrasi kependudukan memiliki fungsi strategis
sebagai dukungan informasi tetang kependudukan bagipembuatan kebijakan dalam rangka
pelayanan publik serta kepentingan wargauntuk mengakses informasi hasil administrasi
kependudukan tersebut.
14
2.2 Konsep Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di
dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan
mengenai:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam
mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan
prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang
dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.
“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and
integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program
adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan
tersebut secara keseluruhan). (http://repository.usu.ac.id. 23 November 2012. 15.10 wib)
Menurut Charles O. Jones (1996:295), pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu
seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau
sebagai pelaku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga
15
diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui
oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang
jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan
intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan
mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).
Menurut Grindle dalam Sutrisno (2011:23) menjelaskan bahwa isi program harus
menggambarkan; “kepentingan yang dipengaruhi (interest affected), jenis manfaat (type of
benefit), derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned), status pembuat
keputusan (site of decision making), pelaksana program (program implementers) serta
sumberdaya yang tersedia (resources commited)”.
2.3 Program e-KTP
KTP elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan
/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis
pada database kependudukan nasional (http://www.wikipedia.com. 08 November 2012.
06.23 wib). KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) secara Nasional yang
selanjutnya disebut KTP Elektronik adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP
Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang
diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota. Penerbitan KTP
Elektronik adalah pengeluaran KTP baru, atau penggantian KTP karena habis masa
berlakunya, pindah, datang, rusak atau hilang (Sumber: Penerapan NIK dan E-KTP di
Indonesia).
16
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum NIK, NIK
merupakan identitas tunggal setiap penduduk Indonesia dan merupakan kunci akses dalam
melakukan verifikasi dan validasi data diri seseorang guna mendukung pelayanan publik di
bidang administrasi kependudukan. NIK berlaku seumur hidup yang diberikan oleh
pemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan
pencatatan biodata. NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam
penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU
No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan).(http://www.wikipedia.com. 08
November 2012. 06.55 wib).
Pada e-KTP, yang digunakan adalah sidik jari yang merupakan Autentikasi Kartu
Identitas (e-ID) biasanya menggunakan biometrik yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui
pengenalan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan
dengan cara ini selain sidik jari (fingerprint) yaitu retina mata, DNA, bentuk wajah, dan
bentuk gigi.
Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang selama ini telah diterapkan
untuk SIM (Surat Izin Mengemudi). Sidik jari tidak sekedar dicetak dalam bentuk gambar
(format jpeg) seperti di SIM, tetapi juga dapat dikenali melalui chip yang terpasang di kartu.
Data yang disimpan di kartu tersebut telah dienkripsi dengan algoritma kriptografi tertentu.
Proses pengambilan sidik jari dari penduduk sampai dapat dikenali dari chip kartu adalah
sidik jari yang direkam dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi
yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik
jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena alasan berikut:
1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain.
17
2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke
bentuk semula walaupun kulit tergores.
3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar
Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan pengamanan
dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan transparan pada dua layer
teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang akan mengeluarkan
gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP
sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak.
Untuk menciptakan e-KTP dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak,
diantaranya:
1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang menyerupai
spiral)4. Printing,yaitu pencetakan kartu5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman
e-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text, microtext, filter
image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah sinar ultra violet serta anti copy
design. Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan standar internasional NISTIR 7123
dan Machine Readable Travel Documents ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006.
Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan form factor ukuran kartu kredit yaitu
53,98 mm x 85,60 mm. e-KTP juga memiliki fungsi dasar, yaitu:
1. Sebagai identitas jati diri2. Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk
pengurusan izin, pembukaan rekening bank, dan sebagainya3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP4. Dapat digunakan sebagai Id card untuk ATM, Asuransi atau sebagai kartu
pemilih pada pemilihan Legislatif/Presiden/Wakil Presiden/Pemilukada5. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program pembangunan
18
Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di
Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini
disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh
Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap
negara dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa diantaranya digunakan untuk hal-hal
berikut:
1. Menghindari pajak2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh Kota3. Mengamankan korupsi4. Menyembunyikan identitas (misalnya oleh para teroris)(http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/. 12 Novermber 2012. 03.20 wib)
2.3.1 Manfaat Program e-KTP
Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di situs remi e-
KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang diterapkan di Indonesia memiliki
keunggulan dibandingkan dengan e-KTP yang diterapkan di RRC dan India. e-KTP di
Indonesia lebih komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak dilengkapi
dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya dilengkapi dengan chip yang
berisi data perorangan yang terbatas. Sedang di India, sistem yang digunakan untuk
pengelolaan data kependudukan adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan
di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui
pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di Indonesia dilaksanakan di
lebih dari 6.214 kecamatan. Dengan demikian, e-KTP yang diterapkan di Indonesia
merupakan gabungan e-ID RRC dan UID India, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik
dan chip.
e-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP biasa/KTP nasional,
keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:
19
1. Identitas jati diri tunggal2. Tidak dapat dipalsukan3. Tidak dapat digandakan4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting)
Adapun manfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara dari penerapan program e-
KTP tersebut, yaitu:
1. Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu,
sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hokum bagi penduduk.
2. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat, sehingga
Data Pemilih dalam Pemilu dan Pemilukada yang selama ini sering bermasalah
tidak akan terjadi lagi, dan semua Wargs Negara Indonesia yang berhak memilih
terjamin hak pilihnya.
3. Dapat mendukung peningkatan keamanan Negara sebagai dampak positif dari
tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, dimana selama ini para pelaku
criminal termasuk teroris, TKI Ilegal, dan perdagangan orang umumnya
menggunakan KTP ganda dan KTP palsu.
4. Bahwa KTP Elektronik merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua
ketentuan yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP
berbasis NIK Secara Nasional, Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 yaitu Penerapan KTP
Elektronik paling lambat akhir 2012. Dengan demikian mempermudah penduduk
untuk mendapatkan pelayanan dari Lembaga Pemerintah dan Swasta, karena
tidak lagi memerlukan KTP setempat.
2.4 Konsep Implementasi
20
Secara umum istilah implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan
yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut purwanto
(2012:21) Implementasi adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to
deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementer kepada kelompok sasaran
(target group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan.
Dalam kamus Webster yang dikutip oleh Abdul Wahab (2005:64) dirumuskan
bahwa mengimplementasikan (to implement) berarti to provide the means for carrying out ;
(menyediakan sarana untuk menyelenggarakan sesuatu); to give practical effect to
(menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Berdasarkan pandangan ini berarti kebijakan
merupakan suatu proses pelaksanaan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden).
(http://id.shvoong.com)
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik dalam
sebuah Negara. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijaksanaan
dirumuskan dengan tujuan jelas, termasuk tujuan jangkla pendek, menengah dan jangka
panjang (Gaffar, dkk 2005 : 295).
Definisi yang sederhana tentang implementasi adalah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Jones (1991) dalam gaffar (2005:295), dimana implementasi diartikan
sebagai “getting the job done” menyelesaikan pekerjaan) dan ”doing it” (melakukannya).
Dibalik dari kes ederhanaan rumusan tersebut berarti bahwa implementasi kebijakan
merupakan proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun dalam
pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut adanya syarat yaitu : adanya orang sebagai
pelaksana, uang dan kemampuan organisasi, lebih lanjut Jones merumuskan batasan
21
implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat
mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
Sedangkan Van Meter dan Van Horn (1975), dalam bukunya Leo Agustino
(2006;139), mendefinisikan implementasi sebagai: “tindakan-tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijaksanaan”. Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier yang
menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa:
Hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. (Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo (2010:87)
Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan
atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.
2.4.1 Implementasi Program
Implementasi program menurut Jones dalam Sutrisno (2011:21) tiga kegiatan yang
menjadi elemen implementasi program dapat diuraikan sebagai berikut:
Organisasi pelaksanaan program
Organisasi sebagai wadah dan proses menentukan sekali dalam rangka
pencapaian tujuan. Tingginya kemampuan organisasi member harapan besar
untuk dapat mengimplementasikan program secara efektif. Tujuan awal
organisasi adalah menjalankan program-program yang dirancang
Interprestasi pelaksanaan program
22
Interprestasi terhadap program mempengaruhi keefektifan implementasinya,
dalam segala pelaksanaan program pihak yang terlibat dalam implementasi
program harus tahu apa yang seharusnya dilakukan. Hal ini menggambarkan
bahwa efektifnya implementasi program bukan hanya para implementor
mengetahui apa yang akan dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk itu,
tetapi para implementor juga harus berkeinginan untuk melaksanakan kebijakan
tersebut.
Penerapan program
Dalam penerapan ini dilakukan kegiatan seperti: sosialisasi program, pelayanan
dan pencapaian hasil
Selanjutnya, Tachjan dalam Sutrisno (2011: 23-24) program dalam konteks
implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan perumusan
tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu.
2. Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakan struktur-struktur
dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan metode yang
tepat
3. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-saran pengawasan yang
tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan.
Masih membahas mengenai unsur-unsur implementasi kebijakan publik. Unsur
yang terakhir adalah target group atau kelompok sasaran, Tachjan dalam Sutrisno (2011:24)
mendefinisikan bahwa: “target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam
masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi oleh kebijakan.
Sedangkan menurut Winarno (2002: 29) mengemukakan bahwa ”suatu program kebijakan
akan hanya menjadi catatan-catatan elit saja jika program tersebut tidak dimplementasikan”.
23
Artinya, implementasi kebijakan merupakan tindak lanjut dari sebuah program atau
kebijakan, oleh karena itu suatu program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif
pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.
2.5 Implementasi Program e-KTP
Program e-KTP merupakan Program Nasional yang diadakan oleh Kementrian
Dalam Negeri Republik Indonesia, guna untuk menciptakan tertib administrasi penduduk
dimana selama ini sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan
seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis sistem
pelayanan terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Kenyataan
tersebut, memberi peluang pada penduduk memiliki KTP ganda yang dalam penggunaannya
dapat disalahgunakan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mengatasi duplikasi
tersebut, sekaligus menciptakan kartu identitas tunggal, maka diterapkanlah KTP Elektronik
berbasis NIK. KTP Elektronik yang berbasis NIK Nasional, yang memuat kode keamanan
dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri seseorang, sehingga
tidak dapat digandakan karena telah menggunakan sistem elektronik.
Penerapan e-KTP berbasis NIK Nasional telah diatur dalam UU 26 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan pada Pasal 13 , PP No. 37 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 Bab IV: Nomor Induk Kependudukan, PERPRES No.
26 Tahun 2009 Tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional, dan PERPRES No.
35 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PERPRES No. 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan
KTP Elektronik Paling Lambat Akhir 2012.
Pelaksanaan program e-KTP ini diwajibkan pada setiap daerah diseluruh Indonesia
yang dimulai pada tahun 2011, Kota Bengkulu merupakan termasuk salah satu
24
Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pemuktahiran Data Kependudukan, Penerbitan NIK dan
Persiapan Penerapan KTP Elektronik tahun 2011 sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober 2010 tentang Pemutahiran Data
Kependudukan, Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan KTP Elektronik tahun 2011.
Di Kota Bengkulu Pelaksanaan program e-KTP massal dilaksanakan oleh setiap
Kecamatan, dimana Kota Bengkulu mempunyai delapan Kecamatan yaitu, Selebar, Gading
Cempaka, Teluk Segara, Muara Bangkahulu, Kampung Melayu, Ratu Agung, Ratu samban,
dan Sungai Serut. Setiap Kecamatan mempunyai tenaga teknis yang telah mengikuti
bimbingan teknis operator yang dilaksanakan oleh pihak penyedia yang telah menguasai
tahapan-tahapan dalam melaksanakan pelayanan e-KTP.
Dengan adanya tenaga teknis tersebut diaharapkan mampu untuk melaksanakan
pelayanan e-KTP pada setiap Kecamatan, sehingga tujuan dari Penerapan Program e-KTP ini
dapat tercapai dengan optimal. Dalam rangka Pelaksanaan Penerapan KTP Elektronik ini
menjadi tanggung jawab dari masing-masing Kabupaten/Kota diseluruh daerah Indonesia.
Kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Administrasi Kependudukan
dilaksanakan oleh Instansi pelaksana yang merupakan perangkat pemerintah Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayananan dalam urusan
Administrasi Kependudukan salah satunya adalah program penerapan e-KTP Berbasis NIK di
Kota Bengkulu, implementasi program tersebut sangat diharapkan segera terealisasi
seoptimal mungkin. Pengertian implementasi tersebut merupakan
“Salah satu tahap dalam proses kebijakan publik dalam sebuah negara. Biasanya, implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijaksanaan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang” (Gaffar,dkk. dalam Wiratomo, 2010:39)
Oleh karena itu berdasarkan pengertian di atas implementasi adalah tahap dimana
pelaksanaan atau penerapan dari kebijakan atau program tersebut. Pengertian program adalah
25
suatu rancangan mengenai asas-asas serta usaha ketatanegaraan atau perekonomian yang
dijalankan: tertib acara. Program e-KTP tersebut bertujuan untuk menciptakan tertib
administrasi kependudukan, agar mempermudah penduduk untuk mendapatkan pelayanan
dari lembaga pemerintah maupun swasta karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program e-
KTP merupakan salah satu Program Strategis Nasional untuk menciptakan tertib administrasi
penduduk adalah tahap dimana pelaksanaan atau penerapan dari program e-KTP ini
dilaksanakan oleh disetiap Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, termasuk Kota Bengkulu yang
bertujuan untuk keamanan negara dan validasi data penduduk secara akurat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang utama untuk digunakan dalam penelitian
guna mencapai suatu tujuan penelitian, yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisa
dan untuk memperoleh data tertentu yang diperlakukan dalam penelitian. Data-data tersebut
dapat diperoleh dengan melakukan penelitian pada suatu wilayah yang dijadikan obyek
penelitian oleh peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011:8). Sedangkan
jenis penelitian deskriptif adlah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono, 2011:11).
Jadi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif yang
menggunakan variabel mandiri sebagai jawaban atas rumusan masalah dengan
27
menginterprestasikan data hasil temuan lapangan. Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan
tentang Implementasi e-KTP di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.
3.2 Definisi Konseptual
Implementasi atau penerapan dari NIK khususnya pada e-KTP di Kecamatan Ratu
Agung Kota Bengkulu berdasarkan UU No. Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
dan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Secara
Nasional serta Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2009 tentang perubahan Peraturan Presiden
No 26 tahun 2009 tersebut.
3.3 Definisi Operasionl
Adapun Indikator-indikator yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
mengenai implementasi e-KTP di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu adalah sebagai
berikut:
1. Sosialisasi penerapan Program e-KTP
- Sosialisasi yang dilakukan pada instansi terkait
- Sosialisasi yang dilakukan pada penduduk/masyarakat
- Bentuk-Bentuk sosialisasi yang dilakukan
- Sejauh mana minat masyarakat terhadap program e-KTP
2. Bimbingan Teknis Operator yang akan ditempatkan pada tempat pelayanan e-
KTP di Dinas dan di Kecamatan yang pelaksanaannya dipusatkan di
Kabupaten/Kota
- Kesiapan operator dalam melaksanakan Program e-KTP
28
- Jumlah operator yang menguasai teknis untuk kelancaran pelaksanaan
Program e-KTP di Kecamatan Ratu Agung
3. Mobilisasi Penduduk Wajib KTP
- Perencanaan mobilisasi penduduk wajib KTP
- Penyiapan data penduduk wajib KTP
- Penyiapan surat panggilan penduduk wajib KTP
4. Proses Pelaksanaan Pelayanan Perekaman e-KTP
- Pemanggilan penduduk wajib KTP di tempat pelayanan e-KTP di Kecamatan
Ratu Agung
- Verifikasi biodata penduduk
- Perekaman
- Penyerahan kembali surat panggilan kepada penduduk wajib KTP
5. Proses Pelayanan Pengambilan e-KTP
- Pemanggilan kembali penduduk untuk mengambil e-KTP
- Verifikasi sidik jari kembali
- Penyerahan e-KTP kepada penduduk dan tanda terima
3.4 Sumber Data
Data merupakan suatu bagian yang terpenting dalam penyusunan laporan penelitian.
Dalam penelitian ini data akan diperoleh melalui beberapa cara. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara dimana peneliti terjun langsung kelapangan
penelitian. Penelitian di lapangan dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta di dalam
29
menunjang teori-teori yang telah disajikan sehubungan dengan pembahasan masalah.
Termasuk kata-kata/ucapan dan tindakan yang berasal dari nara sumber atau informan yang
diwawancarai.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung penelitian. Data ini diperoleh dengan
cara melakukan studi kepustakaan (library research) melalui buku-buku, jurnal-jurnal,
laporan-laporan hasil kerja, dokumen dan catatan yang diperoleh dari instansi-instansi yang
terkai, sehingga dari data yang diperoleh tersebut nantinya akan peneliti analisis melalui data
sekunder yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari apa yang diteliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Interview / Wawancara
Interview / wawancara yang digunakan disini adalah wawancara yang bersifat
terbuka, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan itu bersifat terbuka dan dikembangkan saat
melakukan wawancara. Sehingga memperoleh data sebanyak-banyaknya yang diperlukan
dalam mendukung penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengajukan pertanyaan langsung
kepada Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan Informasi
Andimistrasi Kota Bengkulu, Camat Ratu Agung, Sekretaris Camat Ratu Agung, Operator
yang menangani program e-KTP di Kecamatan Ratu Agung, dan Masyarakat yang tinggal
di Kecamatan Ratu Agung.
3.5.2 Dokumentasi
30
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau catatan-
catatan yang tersedia yang menjadi obyek penelitian. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5.3 Observasi
Merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis secara langsung ke lokasi penelitian di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.
3.6 Teknik Pemilihan Informan
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini akan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:96). Senada dengan Sugiyono, Silalahi (2012: 272-
273) berpendapat bahwa Pemilihan sampel purposive atau bertujuan merupakan pemilihan
siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
Karena itu, menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus
yang dimilki oleh sampel itu. Mereka dipilih karena dipercaya mewakili populasi tertentu.
Sasaran informan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Informan yang bertanggung jawab
dan mengawasi pelaksanaannya program e-KTP di Kota Bengkulu yaitu Kepala
Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Bengkulu.
2. Informan yang bertindak langsung
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan e-KTP di Kecamatan
31
Ratu Agung Kota Bengkulu, yaitu aparatur di Kantor Kecamatan Ratu Agung
Kota Bengkulu terdiri dari Camat Ratu Agung dan Sekretaris Camat Ratu Agung
selaku pemantau, Ketua Operator dan Anggota Operator yang menangani
pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Ratu Agung.
3. Informan selanjutnya yaitu
Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Ratu Agung yang mengikuti program e-
KTP di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, yang berjumlah 10 orang dari
28.396 orang yang telah mengikuti perekaman e-KTP sebagai sampel.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Dengan teknik ini
maka setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan data yang
diperoleh dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami dimana hal itu dilakukan dalam
upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada. Untuk dapat menyajikan hasil dari
penelitian adalah pertama kali yaitu dengan membuat dan menganalisis atau menggambarkan
fenomena mengenai situasi atau kejadian dari obyek penelitian.
Data dari observasi, wawancara atau pengumpulan data dari lokasi sasaran yang
berbentuk dokumen, catatan lapangan, foto dan sebagainya dikumpulkan. Kemudian
diberikan gambaran-gambaran dan menerangkannya dalam bentuk yang praktis dan jelas
serta dapat dengan mudah dipahami. Dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di
lapangan, maka dapat ditarik beberapa prediksi dan dugaan yang akan diuji. Sehingga dapat
memberikan makna, gambaran dan implikasi dari masalah yang ingin dilihat dan dipecahkan.
Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan akhir dan dituangkan kedalam bentuk teks
atau tulisan yang bersifat uraian (narrative)
32
33