Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi i PKH... · tantangan bagi pelaksanaan PKH baik...
Embed Size (px)
Transcript of Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi i PKH... · tantangan bagi pelaksanaan PKH baik...

i
1
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB I
PENDAHULUAN

i
2
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kemiskinan merupakan salah satu bagian dari aspek kehidupan
sosial dan menjadi permasalahan klasik bagi umat manusia di seluruh dunia,
khususnya di negara-negara berkembang yang seolah langgeng untuk
mempertahankan keberadaannya. Indonesia merupakan negara yang sampai
saat ini belum berhasil mengantisipasi kemiskinan untuk terus berkembang dan
tumbuh. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa
menarik untuk dikaji dan dibahas, bukan karena eksistensi kemiskinan yang telah
ada sejak dahulu, tetapi karena dampak yang ditimbulkan dari persoalan
kemiskinan itu sendiri.
Kemiskinan dapat dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu :
1. Kemiskinan diakibatkan oleh globalisasi. Globalisasi menghasilkan pihak
yang menang dan pihak yang kalah. Pemenang dalam globalisasi
umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara
berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar
bebas yang menjadi prasayarat globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem
(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan

i
3
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),
kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan
kecepatan pertumbuhan perkotaan).
3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak
dan kelompok minoritas.
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-
kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik,
bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.
Kemiskinan menjadi topik utama di Indonesia, terutama sejak masa
reformasi, Indonesia dilanda krisis multidimensi pada tahun 1998. Gambaran
kemiskinan penduduk sebelum krisis moneter sampai pada pasca terjadinya
petaka Bom Bali I dapat dilihat dari beberapa hasil kajian. Data yang dilansir oleh
BPS menyatakan bahwa memang telah terjadi penurunan jumlah penduduk
miskin. Namun meskipun seperti itu jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi
dan jika program-program pengentasan kemiskinan serta pencegahan
kemiskinan tidak dilakukan secara intens dan terpadu besar kemungkinan
prosentase tersebut akan naik kembali.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan
kemiskinan ini, baik yang bermukim di pedesaan maupun di perkotaan, sudah
banyak dikerjakan, baik oleh pemerintah Propinsi maupun oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Berbagai program pengentasan kemiskinan dan dana
dikeluarkan setiap tahun guna mencapai tujuan tersebut, tetapi bagaimana
menghapus kemiskinan tetap saja belum mampu dipecahkan secara tuntas.

i
4
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Kebijakan dan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah kabupaten selama ini pada dasarnya adalah melakukan beragam
upaya antara lain :
1. pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan cara
melaksanakan berbagai kegiatan.
2. Kedua, mempermudah lapisan masyarakat miskin untuk memperoleh
akses dalam berbagai pelayanan, seperti pendidikan, kesehatan, KB
dan berbagai subsidi lainnya.
3. Ketiga, menyediakan fasilitas kredit untuk masyarakat lapisan bawah
dalam bentuk Kupedes, KURK, BKK, KCK dan lainnya.
4. Keempat, membangun infrastruktur ekonomi di wilayah pedesaan,
khususnya yang berkaitan dengan pembangunan pertanian.
Salah satu program pemerintah adalah Program Keluarga Harapan (PKH)
yakni sebuah program akselerasi penanggulangan kemiskinan sekaligus
pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial. Program semacam PKH
juga telah dilakukan di beberapa negara dengan sebutan Conditional Cash
Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.
PKH dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun sistem perlindungan
sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH di Indonesia, diharapkan akan
membantu penduduk termiskin (RTS), bagian masyarakat yang paling
membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Melalui PKH, setidaknya

i
5
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
terdapat 5 (lima) komponen dari MDGs yang akan terbantu untuk diwujudkan,
antara lain:
1. Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan;
2. Pendidikan Dasar;
3. Kesetaraan Gender;
4. Pengurangan angka kematian bayi dan balita;
5. Pengurangan kematian ibu melahirkan
Poin-poin tersebut diatas secara tidak langsung menjadi bagian
pelaksanaan PKH yang paling penting. Karena PKH bukan merupakan program
bantuan tunai yang hanya diberikan kepada rumah tangga miskin dan bersifat
charity. PKH merupakan bantuan yang diberikan apabila rumah tangga miskin
tersebut memenuhi kewajiban dalam hal pemenuhan pendidikan dan kesehatan
bagi keluarganya khususnya anak-anak yang menjadi tanggungan. Dengan
demikian, faktor pengawasan dan pelaksanaan PKH merupakan aktor krusial
yang dapat menentukan keberlangsungan pemberian bantuan bagi rumah
tangga miskin tersebut.
PKH memiliki struktur pelaksana operasional dimulai dari Tingkat Pusat di
bawah Departemen Sosial hingga Tingkat Kecamatan, inilah yang membuat PKH
menjadi berbeda dengan program lainnya.
Untuk kelancaran pelaksanaan PKH dibutuhkan komunikasi dengan pihak
terkait, untuk itu pelaksanaan PKH melibatkan instansi terkait ; Dinas Sosial, PT
Pos, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Bapedda dan
para stakeholders lainnya disamping pelaksana khusus PKH yaitu UPPKH.

i
6
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Pelaksanaan PKH di Kabupaten Banyuwangi dimulai sejak tahun 2007 dan
sampai dengan saat ini telah berjalan 7 (tujuh) tahun. Tentunya perkembangan
tersebut berpengaruh bagi keberlangsungan dan kelancaran pelaksanaan PKH
kedepannya. Untuk meningkatkan kinerja sekaligus perbaikan pelaksanaan PKH
saat ini dan kedepannya, Pemerintah Kabupaten Kabupaten Banyuwangi
mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memantau perkembangan
yang terjadi di lapangan. Hal tersebut jugalah yang kemudian menjadi latar
belakang diadakannya kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PKH di
Kabupaten Banyuwangi ini, dengan harapan hasil pelaksanaan monev ini akan
menghasilkan masukan sekaligus rekomendasi yang memberikan jalan keluar
manakala terdapat kebuntuan dan permasalahan serta sebagai upaya
peningkatan pelaksanaan PKH di Kabupaten Banyuwangi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Monitoring dan Evaluasi PKH di
Kabupaten Banyuwangi ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa rumusan
sebagai berikut:
1. Peran pelaksana operasional PKH (Fasilitas Kesehatan dan Fasilitas
Pendidikan) dalam mewujudkan tujuan program?
2. Sejauh mana stakeholders (Fasilitas Kesehatan, dan Fasilitas Pendidikan)
pelaksana PKH mampu mengoptimalkan untuk mewujudkan tujuan PKH?
3. Faktor apa sajakah yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan bagi pelaksanaan PKH baik ditingkat perencanaan, koordinasi
maupun di tingkat operasional pelaksana program di masing-masing
daerah di Kabupaten Banyuwangi ?

i
7
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
1.3. Tujuan
Monitoring dan evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di
Kabupaten Banyuwangi ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan PKH
2. Mengetahui perkembangan pelaksanaan PKH yang terjadi di Kabupaten
Banyuwangi berikut berbagai kendala yang menghambat kelancaran
pelaksanaan program tersebut.
3. Memberikan gambaran langsung kondisi di lapangan mengenai banyak
hal-hal yang mungkin belum tertangani, Serta dapat memberikan
rekomendasi alternatif atau masukan bagi upaya perbaikan kinerja dalam
menjadikan PKH sebagai program bersama seluruh kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi.

i
8
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB II
KONSEP DASAR
PROGRAM KELUARGA HARAPAN

i
9
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB II
KONSEP DASAR
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
2.1. Konsep Dasar Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan merupakan suatu program penanggulangan
kemiskinan lintas kementerian dan lembaga. Hal ini dikarenakan dalam
pelaksanaannya, program PKH melibatkan beberapa lembaga, yakni lembaga
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen
Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen
Komunikasi dan Informatika serta Badan Pusat Statistik. Program Keluarga
Harapan ini adalah upaya untuk membangun sistem perlindungan sosial kepada
masyarakat miskin. Program semacam ini juga telah digulirkan diberbagai negara
di Amerika Latin dengan nama program CCT (Conditional Cash Transfer) atau
bantuan tunai bersyarat.
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya akan disebut PKH ini juga
memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. PKH diberikan kepada keluarga
yang terkategori sebagai rumah tangga sasaran (RTS). Selanjutnya PKH ini akan
diberikan kepada RTS yang sanggup memenuhi syarat-syarat yang berkaitan
dengan pemenuhan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan

i
10
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
kesehatan. PKH secara umum bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok
masyarakat miskin. PKH juga memiliki tujuan khusus, yakni (1) meningkatkan
kondisi sosial ekonomi RTS; (2) meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS;
(3) meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas serta anak di
bawah usia 6 tahun dari RTS; (4) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
pendidikan dan kesehatan khususnya bagi RTS.
Di Kabupaten Banyuwangi Program Keluarga Harapan (PKH) dimulai
pada tahun 2007 dengan jumlah penerima program sebanyak 4 (empat)
kecamatan. Pada tahun 2013 kecamatan penerima PKH berjumlah 14 dari 24
kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah penerima
program sebanyak 11.850 rumah tangga. Sedangkan realisasi anggaran Tribulan
IV tahun 2013 direncanakan sebesar Rp. 3.950.462.500,00 (Tiga Milyar Sembilan
Ratus Lima Puluh Juta Empat Ratus Enam Puluh Dua Ribu Lima Ratus Rupiah).
Pada tahun 2013 ini pula telah dilakukan resertifikasi penerima program
dan usulan tambahan pagu kecamatan penerima program Keluarga Harapan
sehingga semua kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dapat menerima manfaat
program (PKH).
Program Keluarga Harapan yang bertujuan menanggulangi
kemiskinan ini memiliki sasaran tersendiri, yakni masyarakat Indonesia yang
terkategori sebagai Rumah tangga sasaran (RTS). RTS penerima bantuan PKH
harus memenuhi kriteria, yakni yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari
anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih.

i
11
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Penerima bantuan adalah lbu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/bibi,
atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu
peserta PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan
kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil
pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH.
Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa
selama mereka menerima bantuan, mereka akan: (1) Menyekolahkan anak 7-15
tahun serta anak usia 16-18 tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9
tahun wajib belajar; (2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan
sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu hamil, harus
memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitats kesehatan sesuai dengan
prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil.
Penerima bantuan PKH harus pula memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Sebagaimana dijelaskan pada Pendahuluan, PKH memberikan
bantuan tunai kepada RTS dengan mewajibkan RTS tersebut mengikuti
persyaratan yang ditetapkan program. Penerima bantuan PKH adalah RTS yang
memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu
hamil/nifas. Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTS yang telah terpilih
sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Agar
penggunaan bantuan dapat lebih efektif diarahkan untuk peningkatan kualitas
pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa
yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan. Untuk itu, pada

i
12
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak,
bukan kepala rumah tangga. Pengecualian dari ketentuan di atas dapat dilakukan
pada kondisi tertentu dengan mengisi formulir pengecualian di UPPKH
kecamatan yang harus diverifikasi oleh ketua RT setempat dan pendamping PKH.
Kepesertaan PKH tidak menutup keikutsertaan RTS penerima pada
program-program lainnya. Kewajiban RTS penerima PKH dalam kesehatan adalah
mereka diwajibkan melakukan persyaratan berkaitan dengan kesehatan jika
terdapat anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-6 tahun dan/atau ibu
hamil/nifas. Apabila terdapat anak usia 6 tahun yang telah masuk sekolah dasar,
maka RTS tersebut mengikuti persyaratan berkaitan dengan pendidikan. Peserta
PKH dengan anak usia 0-6 tahun dan/atau ibu hamil akan menerima bantuan
uang tunai dan anggota keluarga RTS diwajibkan mengikuti persyaratan seluruh
protokol pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan. Anak usia 0–11 bulan harus
mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan
ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan. Anak usia 6-11 bulan harus
mendapatkan vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan
Februari dan Agustus. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi
tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak
usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk
dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti Program Pendidikan dan
Perawatan Anak Usia Dini (PPAUD/Early Childhood Care Education) apabila di
lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PPAUD. Ibu hamil selama kehamilan,
ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan

i
13
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
sebanyak 4 (empat) kali dan mendapatkan suplemen tablet Fe. Ibu ketika
melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Ibu nifas harus melakukan
pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 2 (dua) kali sebelum bayi
berusia 28 hari.
Berkaitan dengan pendidikan, RTS yang ditetapkan sebagai peserta PKH
diwajibkan melakukan persyaratan berkaitan dengan pendidikan jika terdapat
anak yang berusia 6-15 tahun. Peserta PKH ini diwajibkan untuk mendaftarkan
anaknya ke SD/MI atau SMP/MTs (termasuk SMP/MTs terbuka) dan mengikuti
kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari sekolah dalam sebulan selama
tahun ajaran berlangsung. Jika dalam RTS terdapat anak antara usia 15 sampai
dengan 18 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka RTS
tersebut dapat menjadi peserta PKH apabila anak tersebut didaftarkan ke
sekolah terdekat atau mengambil pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD/MI,
Paket B setara SMP/MTs, atau Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan
program Wajar Pendidikan Dasar 9 tahun) dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku. Apabila anak yang bersangkutan bekerja/pekerja anak, maka sekolah
terdekat memfasilitasi program remedial untuk mempersiapkannya mengikuti
pelajaran. Apabila anak dengan usia tersebut di atas masih buta aksara, maka
diwajibkan untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di fasilitas
terdekat.
RTS peserta PKH terdapat ibu hamil/nifas dan/atau anak dengan usia
kurang dari 15 tahun (atau antara usia 15-18 tahun namun belum menyelesaikan

i
14
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
pendidikan dasar) tetap dapat menerima uang tunai sesuai ketentuan yang
berlaku dengan memenuhi kewajiban terkait dengan kesehatan dan pendidikan.
2.2. Komponen Penting PKH
Dalam pengertian PKH disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus
adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH kesehatan adalah
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi
kelompok masyarakat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan
kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan dan bukan
pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis
yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan
bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat
identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut.
Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan
angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka
pekerja anak pada keluarga miskin. Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia
7 - 18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus
mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-
kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH berhak menerima
bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal.
Bantuan PKH bukan pengganti program-program lainnya karena tidak
cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya.
PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat menyekolahkan anak-anaknya.

i
15
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
2.3. Peran PKH Dalam Menanggulangi Kemiskinan
Seperti telah disampaikan diatas bahwa Program Keluarga Harapan (PKH)
adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah tangga
sasaran (RTS), yang memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan
kesehatan.
Program Keluarga Harapan ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok
masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat
pencapaian target MDGs. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1)
Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTS; (2) Meningkatkan taraf pendidikan
anak-anak RTS; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas,
dan anak di bawah 6 tahun dari RTS; (4) Meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTS.
Kemiskinan adalah suatu bentuk ketimpangan di dalam upaya
mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Menurut Friedman (1979) apa yang
dimaksud dengan basis kekuasaan sosial dapat meliputi; (1) modal produktif atau
asset, misalnya dalam bentuk tanah, perumahan, peralatan dan kesehatan. PKH
dalam pelaksanaannya berupaya memberikan fasilitas yang menunjang modal
produktif atau asset berupa layanan kesehatan yang dapat diakses pada fasilitas
kesehatan, yang dalam hal ini adalah puskesmas, puskesmas pembantu, bidan
desa, posyandu, dan fasilitas kesehatan yang lain. (2) Sumber keuangan, seperti;
penghasilan dan fasilitas kredit yang memadai, untuk itu pencairan dana PKH

i
16
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
diterimakan langsung kepada RTS, karena bertujuan membantu menambah
penghasilan RTS untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. (3) Organisasi
sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama
seperti; koperasi dll dalam pelaksanaanya PKH belum menunjukkan
terpenuhinya aspek ini. (4) Jaringan sosial atau network untuk mendapatkan
pekerjaan, barang-barang, pengetahuan, keterampilan yang memadai, dan (5)
informasi-informasi yang fungsional bagi kehidupannya. Aspek jaringan sosial
atau network ini pada dasarnya sudah terjalin dalam setiap hubungan social.
Dalam PKH aspek networking ini sudah terjalin ketika RTS membuat satu
kelompok dan melakukan aktivitas sosial dalam kelompok tersebut. Sehingga
memungkinkan terjadi pertukaran informasi-informasi baru yang mungkin
bermanfaat bagi kehidupan RTS.
Secara teoritis kemiskinan dibedakan menjadi dua kategori besar
menurut akar penyebab atau faktor-faktor yang melatar belakanginya. Pertama,
kemiskinan alamiah atau biasa disebut kemiskinan absolute, yakni kemiskinan
yang timbul sebagai akibat terbatasnya atau langkanya sumber-sumber daya
alam (dan teknologi) sehingga penduduk tidak dapat hidup secara layak. Artinya,
faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakat menjadi miskin, secara alami
memang ada dan bukan merupakan takdir atau kodrat (anggapan ini meyakini
bahwa akan selalu ada masyarakat atau orang yang hidupnya lebih miskin dan
lebih sengsara dari yang lain.)
Di dalam kondisi kemiskinan alamiah tersebut, bisa saja terjadi situasi
yang harmonis antara sesama warga masyarakat, meskipun senyatanya memang

i
17
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
ada perbedaan kekayaan. Namun dampak dari perbedaan kekayaan itu tidak
sampai menimbulkan konflik, karena terdapat mekanisme yang mengeliminir
atau memperlunak sikap kecemburuan sosial dalam masyarakat melalui pranata-
pranata tradisional, seperti; hubungan patron-klien, adat hidup gotong royong
dan sejenisnya
Kedua, kemiskinan buatan atau biasa disebut dengan kemiskinan
struktural. Kemiskinan struktural umumnya terjadi di dalam kondisi masyarakat
dimana terdapat perbedaan yang tajam antara golongan masyarakat yang hidup
terbatas, berdampingan dengan kelompok masyarakat yang kaya raya dan hidup
dalam kemewahan. Golongan masyarakat yang miskin, yang merupakan
mayoritas dalam masyarakat itu, namun dalam realita ek`1onomi mereka tidak
memiliki kekuatan apa-apa untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Ciri utama dari kemiskinan struktural adalah kemungkinan terjadinya
mobilitas vertikal sangatlah kecil, dan kalaupun itu terjadi juga, maka akan
berjalan dengan sangat lambat sekali. Menurut pendekatan Struktural, kondisi
seperti itu dapat terjadi karena tekanan struktur sosial yang membuat golongan
miskin ‘kehilangan hasrat’ untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Struktur
sosial dalam masyarakatnya telah menghadirkan bentuk “kendala” sehingga
golongan miskin ini sulit untuk maju. Contoh konkrit tentang hal ini adalah,
karena kemiskinan yang mereka alami telah menutup peluang mereka dan
generasi mereka untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, agar bisa
melepaskan diri dari kemiskinannya. Permasalahan ini yang berusaha dipecahkan
melalui program PKH. PKH bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan melalui

i
18
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
dua aspek pelayanan, kesehatan dan pendidikan dengan tujuan untuk
memaksimalkan produktifitas sumber daya manusia.
Walaupun demikian, usaha pemutusan rantai kemiskinan melalui PKH ini
belum menunjukkan hasil maksimal. Kendala terbatasnya bantuan pendidikan
yang hanya pada tingkat dasar 9 tahun belajar kurang memaksimalkan tujuan
PKH untuk memberikan bantuan kepada generasi muda untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi. Berkaitan dengan itu pula, disisi lain usaha
memaksimalkan produktifitas sumber daya manusia melalui layanan fasilitas
kesehatan juga belum maksimal. Masih banyak RTS yang tidak dapat mengakses
fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya, seperti yang ada dalam ketentuan
yang mengatur tentang pelaksanaan PKH.
2.4. Peran PKH Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa PKH ini bertujuan untuk
menanggulangi kemiskinan dengan memberikan bantuan layanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan untuk memaksimalkan produktifitas sumber daya
manusia. Pada sub bab ini akan dibahas peran PKH dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Pendidikan yang tinggi dianggap mampu meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik, sekaligus jalan keluar dari lingkaran kemiskinan. Untuk itu PKH
berusaha menjembatani permasalahan kemiskinan ini dengan memberikan
layanan fasilitas pendidikan gratis dan bantuan dana kepada peserta PKH.
Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan
pendidikan jika memiliki anak berusia 7-15 tahun. Anak peserta PKH tersebut

i
19
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
harus didaftarkan/terdaftar pada satuan pendidikan (SD/MI/SDLB/Salafiyah
Ula/Paket A atau SMP/MTs/SMPLB/Salafiyah Wustha/ Paket B termasuk
SMP/MTs terbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari
sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang
berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang
bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan.
Jika peserta PKH memiliki anak usia 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar, maka peserta diwajibkan mendaftarkan anak
tersebut ke satuan pendidikan yang menyelenggarakan program Wajib Belajar 9
tahun/pendidikan kesetaraan. Apabila anak yang bersangkutan bekerja/pekerja
anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak
tersebut harus mengikuti program remedial untuk mempersiapkannya kembali
ke satuan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program tersebut satuan
pendidikan harus menyediakan program remedial. Apabila anak yang
bersangkutan dengan usia tersebut di atas masih buta aksara, maka diwajibkan
untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) terdekat. Demikian tersebut diatas adalah upaya
pengentasan kemiskinan melalui PKH dari aspek pendidikan. Tetapi sangat
disayangkan sekali, layanan fasilitas pendidikan ini diberikan hanya pada sampai
jenjang sekolah menengah pertama saja. Realita dilapangan menunjukkan
fenomena putus sekolah setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.
Berdasarkan realita tersebut, ada baiknya jika peranan PKH khususnya
pada aspek pendidikan perlu ditingkatkan. Jika saat ini PKH memberikan

i
20
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
kontribusinya mendukung pendidikan sampai pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama, di waktu yang akan datang dukungan pada aspek pendidikan bisa
ditingkatkan sampai pada jenjang Sekolah Menengah Atas, atau bahkan pada
jenjang Perguruan Tinggi. Mengingat selalu meningkatnya kebutuhan dan
standart pendidikan.
2.5. Peran PKH Dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kesehatan merupakan salah aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena dalam tubuh yang sehat maka produktivitas individu juga dan
dalam jangka panjang juga akan membawa bangsa dan negara menjadi negara
dan bangsa yang lebih maju. Kelompok miskin tidak bisa dipungkiri memiliki
keterbatasan dan kesulitan dalam mengakses dan mendapatkan fasilitas
kesehatan karena terbentur ketiadaan alokasi biaya yang mereka miliki. Disinilah
peran PKH bermain.
Dalam PKH sendiri para peserta yang bisa menikmati fasilitas yang
diberikan PKH memang terbatas pada ibu hamil dan balita semata. Hal ini karena
kedua kelompok masyarakat tersebut dinilai sebagai kelompok yang paling
rantan dalam masalah kesehatan masyarakat. Kerentanan tersebut juga bisa
dilihat dari masih cukup tingginya angka kematian bayi serta rendahnya
partisipasi ibu hamil dalam memeriksakan kesehatan dan kehamilannya yang
pada akhirnya juga akan menyebabkan tingginya kematian bayi lahir.
Dalam PKH ini balita dan ibu hamil menjadi peserta faskes didaerah
tempat mereka tinggal, ini dilakukan untuk mendorong semangat dan motivasi

i
21
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
para peserta PKH untuk memeriksakan diri dan juga bayi mereka. Para peserta
PKH ini dalam bidang kesehatan memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri dalam
pemeriksaan. Untuk ibu hami paling tidak harus memeriksakan diri mereka 3
bulan sekali selama masa kehamilan sedangkan untuk nifas paling tidak satu atau
dua bulan setelah melahirkan. Secara khusus untuk balita sendiri, untuk usia 0-11
bulan paling tidak harus mendapatkan pelayanan kesehatan sebulan sekali dan
untuk usia 1-6 tahun sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
Ketentuan pelayanan faskes sama dengan ketentuan pelayanan fasdik
yaitu jika para peserta tidak memenuhi komitmennya untuk memeriksakan diri
ataupun memeriksakan balita mereka maka akan ada pengurangan bantuan bagi
mereka. Hal ini tentunya juga sebagai sarana pendorong agar masyarakat
menjadi sadar akan kesehatan dan rajin memeriksakan diri mereka dan balita
mereka karena tidak bisa dipungkiri masih banyak RTS yang belum memiliki
kesadaran yang tinggi akan kesehatan.

i
22
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB III
DESKRIPSI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
KABUPATEN BANYUWANGI

i
23
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB III
DESKRIPSI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
KABUPATEN BANYUWANGI
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah program yang
digulirkan pemerintah sebaagai upaya untuk mengatasi dan mengurangi
kemiskinan yang ada di Indonesia.
PKH memang difokuskan pada aspek pendidikan dan kesehatan. Kedua
hal ini dinilai sebagai aspek yang rentan untuk dipenuhi ketika seseorang berada
dalam perangkap kemiskinan. Ketika seseorang sudah miskin maka yang menjadi
kebutuhan utamanya adalah pemenuhan pangan dan tidak lagi sandang ataupun
papan, apalagi jika harus memenuhi pendidikan dan kesehatan. Dalam
pelaksanaannya tentu saja melibatkan banyak pihak yaitu Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, PT Pos Indonesia serta dukungan masyarakat secara luas.
Sebagai salah satu program pengentasan sekaligus pencegah kemiskinan
tentunya program ini harus terus dipantau perkembangannya salah satunya
adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana program ini berjalan serta apa saja masalah yang
muncul.
Monitoring dan evaluasi melibatkan dua aspek penting PKH yaitu
fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Dan sebagai bahan perbandingan

i
24
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
sekaligus penambah wawasan pelaksanaan PKH ini, monev kali ini juga melihat
dari sisi RTS sebagai penerima dana PKH yang lebih biasa disebut peserta PKH.
Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan bisa dipaparkan
dalam uraian berikut ini:
3.1. Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada umumnya memiliki ruangan yang tidak
terlalu luas dan dalam jumlah terbatas sehingga pemberian pelayanan tidak bisa
dilakukan secara maksimal oleh petugas pada para peserta PKH. Selain hal
berkaitan dengan fisik, ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis juga
masih menjadi kendala bagi petugas dalam memberikan pelayanan, meski hal ini
selalu menjadi perhatian pemerintah setiap tahunnya. Pada beberapa faskes
tempat untuk persalinan sebenarnya masih kurang layak namun karena
keterbatasan yang dimiliki masih dapat digunakan. Keterbatasan tersebut
umumnya dialami oleh Pustu terutama yang berada didaerah yang cukup jauh
dari pusat kota .
3.2. Kesadaran Peserta Membawa Kartu PKH
Kesadaran peserta PKH dalam menggunakan dan memanfaatkan
kartu PKH sepertinya memang masih perlu ditingkatkan dalam arti masih banyak
peserta PKH yang tidak menunjukkan kartu PKH yang mereka miliki ketika pergi
ke fasilitas kesehatan. Hal ini bisa disebabkan karena sebagian besar penerima
PKH juga penerima Jamkesmas ataupun Jamkesda sehingga mereka lebih
seringkali menunjukkan kartu Jamkesmas ataupun Jamkesda ketika
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

i
25
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Hal ini terjadi karena memang semua layanan PKH sama dengan
Jamkesmas ataupun Jamkesda kecuali mengenai persalinan di malam hari.
Sebagaimana memang PKH hanya dikhususkan bagi ibu hamil dan balita maka
kepentingan keduanya yang paling banyak diakomodir oleh program pemerintah
ini. Meskipun memang masih ada beberapa pemberi layanan kesehatan yang
meminta biaya tambahan ketika ada peserta PKH yang melahirkan di luar jam
kerja bidan. Namun menurut sebagian besar petugas, hal tersebut tidaklah
menjadi kendala dan kesulitan bagi peserta karena biaya yang dikenakan juga
masih tergolong rendah. Sebagian besar bidan terutama yang berada di desa bisa
dihubungi kapanpun meskipun diluar jam praktek, sehingga hal ini tentunya akan
memudahkan peserta PKH jika melahirkan dimalam hari.
Semua hal yang berkaitan dengan kesehatan memang tidak bisa diduga
ataupun diprediksi. Dan ketika ibu hamil ataupun balita mengalami masalah
kesehatan yang cukup serius dan tidak mungkin ditangani di Polindes, Pustu
ataupun Puskesmas.
Pelayanan yang diberikan pada balita cukup beragam mulai dari usia 0
bulan sampai 5 tahun ; diantaranya adalah penimbangan, imunisasi, pemberian
makanan tambahan, pemberian vitamin A serta pemantauan gizi balita.
Pelayanan yang diberikan bagi ibu hamil juga beragam mulai dari ketika
ibu hamil hingga pelayanan pasca hamil. Pemeriksaan ketika hamil yang sesuai
dengan ketentuan adalah minimal empat kali selama kehamilan. Selama hamil,
ibu juga harus mendapatkan asupan beberapa vitamin untuk memperkuat
ataupun kesehatan balita yang dikandungnya. Tambahan vitamin yang paling

i
26
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
dibutuhkan adalah Fe dan pemberian Fe inipun telah bisa diberikan oleh
sebagian besar fasilitator kesehatan.
Melahirkan merupakan bagian yang sentral bagi ibu hamil begitu juga
dengan pemeriksaan saat nifas sebagai bagian pelayanan ibu hamil pasca
melahirkan. Secara keseluruhan hal ini juga telah bisa dipenuhi oleh fasilitator
kesehatan.
Pemeriksaan pasca nifas dilakukan sebanyak empat kali selama masa
nifas. karena keterbatasan beberapa hal, tidak jarang fasilitator kesehatan yang
mendatangi para ibu hamil untuk memberikan pelayanan baik selama hamil
maupun pasca melahirkan. Pemantauan kondisi ibu setelah melahirkan juga
menjadi hal yang penting dilakukan. Pemeriksaan nifas ini umumnya dilakukan
sebanyak 4 kali selama masa nifas sejalan dengan pemeriksaan neonatal/bayi.
Meski sudah berlangsung beberapa tahun PKH dilaksanakan masih
juga ada permasalahan yang dihadapi oleh pemberi layanan kesehatan. Masalah
yang juga seringkali dihadapi oleh para petugas faskes adalah tentang pengisian
form verifikasi serta kurang pahamnya SDM yang ada di Faskes. Hal ini tentunya
sangat menyita waktu petugas ketika para peserta mengalami masalah
kesehatan yang hampir berbarengan.
Masalah yang paling banyak terjadi adalah petugas tidak memiliki
data / mengetahui jumlah pasti data penerima PKH di lingkungan faskes. Hal lain
yang juga menjadi permasalahan dalam upaya pemberian pelayanan faskes
secara maksimal adalah kurangnya sarana prasarana yang ada. Kurang
lengkapnya ruang yang ada dan kurang memadainya peralatan kesehatan yang
ada.

i
27
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
3.3. Fasilitas Pendidikan
Kondisi fasilitas pendidikan atau sekolah yang merupakan mitra PKH di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 menunjukkan kondisi yang memadai
atau layak digunakan baik oleh guru, staf ataupun siswa sebagai pusat sumber
belajar yang nyaman. Fasilitas yang cukup vital diantaranya perpustakaan, ruang
kelas, alat-alat peraga pendidikan yang kesemuanya merupakan hal-hal yang
dibutuhkan untuk mempermudah pentransformasian ilmu pengetahuan pada
para peserta didik telah tersedia dan tercukupi.
Fasilitas lain yang dirasa kurang bahkan banyak yang tidak ada di
sekolah yang dimaksud adalah ruang UKS, lapangan serta laboratorium bahasa
dan IPA untuk sekolah menengah tingkat pertama. Sekolah-sekolah yang
menyatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada disekolahnya masih kurang
memadai biasanya adalah sekolah-sekolah yang cukup jauh dari kota kabupaten.
Sekolah-sekolah tersebut memang membutuhkan bantuan untuk memperbaiki
dan menambah fasilitas sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut.
Sekolah tersebut diantaranya tidak memiliki lapangan, perpustakaan dan sarana
pendukung lain yang sebenarnya cukup dibutuhkan untuk mempermudah
transfer ilmu pengetahuan pada para anak didik.
Hanya sedikit sekolah yang melakukan pantauan secara khusus dan
terperinci terhadap siswa yang mendapatkan bantuan dari PKH. Pantauan atau
perhatian yang diberikan kepada siswa peserta PKH misalnya nasihat akan
kewajibannya untuk rajin bersekolah, mengerjakan tugas sekolah, kedisiplinan
untuk mentaati aturan sekolah yang berlaku hingga dorongan untuk berprestasi.

i
28
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Pantauan biasanya dilakukan oleh wali kelas siswa yang bersangkutan, karena
wali kelas merupakan guru yang paling dekat dengan murid di kelas yang
bersangkutan. Akan tetapi banyak juga sekolah yang tidak melakukan pantauan
secara khusus terhadap siswa peserta PKH. Sekolah-sekolah ini memberlakukan
siswa peserta PKH sama dengan siswa lainnya yang tidak mendapatkan bantuan
dari PKH untuk menghindari kecemburuan sosial antara siswa di sekolah yang
dikhawatirkan akan berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas dan juga
pada interaksi sosial siswa di sekolah yang bersangkutan.
Sepanjang pelaksanaan PKH di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013,
ternyata tidak banyak ditemukan keluhan yang diberikan oleh fasilitas
pendidikan, meski bukan berarti tidak ada keluhan sama sekali.
Terhadap pengisian form verifikasi PKH yang rutin datang ke sekolah,
banyak sekolah yang menganggap hal tersebut merupakan kewajiban dalam
rangka membantu kelancaran siswa bersekolah. Tetapi juga ada yang
menanggapi adanya pengisian form verifikasi PKH dipandang sebagai pekerjaan
tambahan baru yang membebani dan sangat membutuhkan waktu, sehingga
dirasa perlu untuk wali kelas atau guru atau staf yang mengisi form tersebut
untuk mendapatkan kompensasi .
Dalam hal pengetahuan petugas terhadap sanksi yang berlaku dalam
PKH, umumnya petugas mengetahui terhadap sanksi yang diterima jika para
peserta didik PKH tersebut tidak memenuhi ketentuan / prosentase kehadiran /
rajin masuk dan rajin belajar.

i
29
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Tingkat kehadiran siswa yang mendapatkan bantuan dari PKH di
Kabupaten/Kota Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 dipandang sudah cukup
baik, meskipun masih ada beberapa yang terkadang terlambat namun bukan
mencerminkan kondisi bahwa peserta didik tersebut tergolong anak kurang rajin.
Pemberian tablet Fe sebenarnya penting artinya bagi ibu hamil untuk
mempertahankan kesehatan ibu hamil, kandungan dan tentunya juga bayi yang
mereka kandung. Sebagian responden persalinannya dibantu oleh tenaga medis
yang ada dalam faskes dan mereka tidak mendapatkan rujukan. Tidak
mendapatkan rujukan disini maksudnya mereka dibantu langsung oleh para
petugas faskes secara langsung karena kasusnya masih bisa ditangani oleh bidan
desa ataupun bidan Puskesmas.
Pemeriksaan balita memang seharusnya rutin dilakukan setiap bulan selama
masih balita. Umumnya semua balita termasuk didalamnya RTS peserta PKH
mereka ditimbang setiap bulannya. Fungsi ditimbangnya balita secara rutin ini
adalah untuk mengetahui kesesuaian gizi yang dimiliki balita tersebut sesuai
dengan standar ketentuan kesehatan. Biasanya penimbangan rutin dilakukan
serangkaian dengan Posyandu yang dilakukan disetiap desa. Selain
penimbangan, dalam Posyandu juga dilakukan pemberian vitamin bagi balita
sekaligus terkadang makanan tambahan sebagai penambah asupan gizi mereka.
Pemeriksaan yang dilakukan pada usia balita diantaranya adalah pemberian BCG,
DPT, Polio, campak, hepatitis B serta penimbangan setiap bulannya. Meskipun
demikian masih ada balita mereka yang ditimbang namun tidak rutin setiap
bulannya.

i
30
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Imunisasi yang diberikan untuk anak sudah memenuhi standar, karena
tidak ada perbedaan perlakuan pada imunisasi anak balita RTS peserta PKH dan
anak balita yang lain. Imunisasi yang dimaksudkan adalah imunisasi Polio,
Campak, DPT, BCG, Hepatitis B. Semua imunisasi tersebut diberikan secara
berkala dari usia 0-5 tahun. Umumnya pemberian imunisasi dilakukan ketika ada
Posyandu yang dilakukan secara rutin oleh petugas faskes. Beberapa imunisasi
dilakukan secara berkala tidak hanya sekali diantaranya adalah DPT yang
diberikan sebanyak 1-3 kali dan polio yang diberikan sebanyak 1-3 kali selama
balita.
Pemberian vitamin A juga merupakan salah satu keharusan untuk
diberikan pada balita. Pemberian vitamin A bagi balita peserta PKH telah sesuai
dengan ketentuan dan tidak ada perlakuan yang berbeda. Pemberian vitamin A
diberikan pada bagi balita setahun dua kali.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa penimbangan
dilakukan ketika dilakukan Posyandu yang umumnya dilakukan di tingkat RW.
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah berat badan balita sudah
sesuai dengan standar ataukah belum. Selain hal tersebut penimbangan di
Posyandu dilakukan dalam upaya untuk pemenuhan gizi dengan memberikan
tambahan makanan. Pendamping sepertinya masih perlu banyak memberikan
pengertian dan pendidikan bagi para peserta PKH tentang pentingnya tabungan
kesehatan.
Penyisihan uang yang didapatkan dari bantuan PKH sebagai tabungan kesehatan
atau yang lain masih sangat minim, bahkan hampir tidak dilakukan oleh peserta

i
31
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
PKH. Padahal tabungan ini penting artinya agar ketika mereka sudah tidak
masuk dalam kategori kelompok peserta PKH mereka masih bisa memenuhi
kebutuhan kesehatan mereka.
Bagi RTS peserta PKH yang memiliki balita umumnya dana bantuan PKH tersebut
digunakan pembelian susu bagi balita mereka.
Meski demikian mereka juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
meskipun keadaan yang mereka alami cukup sulit.

i
32
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB IV
HASIL MONITORING DAN EVALUASI PKH
DI KABUPATEN BANYUWANGI

i
33
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB IV
HASIL MONITORING DAN EVALUASI PKH DI
KABUPATEN BANYUWANGI
Kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk memperoleh
informasi/gambaran yang utuh mengenai pelaksanaan program keluarga
harapan (PKH) di Kabupaten Banyuwangi. Apakah PKH yang sudah berjalan
selama 6 tahun sudah dapat berjalan sesuai dengan tepat sasaran yang telah
ditentukan dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Monitoring dan evaluasi ini dilakukan dengan sebuah format yang
terdiri dari empat bagian yaitu : (1) tujuan dan pendekatan yang digunakan
dalam melaksanakan monev; (2) sejauh mana pelaksanaan monitoring dan
evaluasi mampu memberikan deskripsi perihal pelaksanaan PKH ; (3) isu-isu
penting yang tertangkap dalam pelaksanaan monev PKH yang memiliki dampak
baik langsung maupun tidak langsung bagi kelancaran pelaksanaan program; (4)
sejauh mana pelaksanaan monev secara kuantitatif dan kualitatif menjelaskan
setiap aspek dan unit kerja dalam opeasionalisasi PKH.
Tujuan dan pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan monev.
Monev dilakukan untuk menaksir dampak dari suatu program (PKH). Sedangkan
pendekatan yang sesuai dengan pelaksanaan monev, meliputi lima hal yaitu: (a)

i
34
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
evaluasi berbasis tujuan (objective-based evaluation), yaitu penilaian program
berdasarkan tujuan yang dinyatakan; (b) studi proses hasil (process-outcomes
studies), mengevaluasi bukan hanya hasil-hasil program, melainkan pula proses
atau tingkat penerapan dari program tersebut; (c) evaluasi berbasis kebutuhan
adalah penilaian program berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan klien yang
mampu dicapai oleh suatu program; (d) evaluasi tujuan bebas adalah
pengevaluasian dampak tidak langsung dari suatu program; dimana evaluasi
diarahkan bukan pada tujuan-tujuan program yang dinyatakan, melainkan pada
hasil-hasil program; (e) audit kinerja (performance audit).
1. Sejauh mana pelaksanaan monitoring dan evaluasi mampu memberikan
deskripsi perihal pelaksanaan PKH di lapangan. Pelaksanaan monev
bertujuan untuk memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya
tentang pelaksanaan PKH. Harapannya pelaksanaan PKH di lapangan
telah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Isu-isu penting yang tertangkap dalam pelaksanaan monev PKH yang
memiliki dampak baik langsung maupun tidak langsung bagi kelancaran
program. Isu-isu penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan monev
ini, meliputi: (a) apakah program diimplementasikan sesuai dengan
rencana?; (b) apakah tujuan program telah dicapai? (c) apakah
kebutuhan-kebutuhan klien yang ingin dipenuhi oleh program ini telah
tercapai? (d) apa saja pengaruh-pengaruh tidak langsung dari program
ini? (e) apakah strategi yang telah ditetapkan telah mengarah pada hasil-
hasil yang ingin dicapai? (f) bagaimanakah perbedaan-perbedaan dalam

i
35
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
implementasi telah berpengaruh terhadap hasil-hasil program? (g)
apakah program telah memenuhi efektivitas biaya?.
3. Sejauh mana pelaksanaan monev secara kuantitatif dan kualitatif
menjelaskan setiap aspek dan unit kerja dalam operasionalisasi PKH.
Pelaksanaan PKH memiliki aspek dan unit kerja yang meliputi sinergitas
dari beberapa stakeholder. Monev pada akhirnya akan membuat suatu
analisa ilmiah baik secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap aspek
dan unit kerja para stakeholder dalam pelaksanaan PKH.
Kualitas hasil pelaksanaan monev didasarkan pada indikator-indikator
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan monev itu sendiri. Secara umum,
indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau
menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, budaya atau
kondisi yang melingkupi sasaran monev. Indikator dapat berbentuk ukuran,
angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan. Indikator
seringkali dirumuskan dalam bentuk variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Indikator
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu indikator kinerja dan indikator
hasil atau keluaran, berikut penjelasannya:
1. Indikator kinerja: mengindikasikan keadaan masukan dan proses
pelaksanaan program yang dilakukan oleh lembaga dan stakeholders yang
terkait;

i
36
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
2. Indikator keluaran atau hasil: menunjukkan hasil langsung (output)
maupun tidak langsung atau dampak (outcome) dari suatu program.
Monitoring dan evaluasi ini difokuskan untuk mengidentifikasi
berbagai perkembangan dan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
PKH, yang meliputi peran stakeholders atau pelaksana PKH yang terdiri dari PT.
Pos, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, juga tentang kondisi sasaran
program (RTS). Dengan demikian, identifikasi untuk pemecahan masalah dan
perbaikan kedepan dapat dilakukan. Adapun tujuan dari evaluasi PKH ini adalah
untuk mengetahui hasil (outcome) dan dampak pelaksanaan PKH di daerah
sasaran program. Berikut merupakan kerangka pikir kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev) Program Keluarga Harapan.
Monev kali ini hanya difokuskan pada peran Fasilitas Kesehatan dan
Fasilitas Pendidikan juga RTS peserta PKH baik faskes ataupun fasdik. Adapun
indikator monev yang digunakan adalah sebagai berikut:
Peran Fasilitas Kesehatan
Sejauh mana pemahaman fasilitas kesehatan (puskesmas) terhadap
tupoksi di tingkat UPPKH Kabupaten.
Sejauh mana pihak fasilitas kesehatan (puskesmas) dapat melakukan
koordinasi dengan pendamping PKH dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada RTS peserta PKH.
Peran Fasilitas Pendidikan
Sejauh mana pemahaman fasilitas pendidikan (sekolah) terhadap tupoksi
di tingkat UPPKH Kabupaten.

i
37
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Sejauh mana pihak fasilitas pendidikan (sekolah) dapat melakukan
koordinasi dengan pendamping PKH dalam memberikan pelayanan
pendidikan kepada RTS peserta PKH.
RTS Peserta PKH
Sejauh mana RTS memenuhi komitmennya sebagai peserta PKH yaitu
dalam hal kesehatan dan pendidikan:
Komponen kesehatan: sejauh mana pihak faskes memberikan pelayanan
bagi RTS Peserta PKH baik untuk ibu hamil maupun balita, sejauh mana
pihak faskes mampu meningkatkan kualitas kesehatan RTS (membantu
proses persalinan, memeriksakan kehamilan, memberikan imunisasi,
pemberian vitamin dan obat yang dibutuhkan, penimbangan rutin, dsb).
Komponen pendidikan: kehadiran siswa minimal 85%.
Sejauh mana RTS telah memenuhi komitmen yang harus dilakukan dan
bagaimana dampak pemberian bantuan PKH bagi perbaikan kualitas
hidup RTS
Bagaimana hubungan RTS dengan pendampingnya (sejauh mana
pendamping membantu memotivasi RTS).
Bagaimana proses pemanfaatan bantuan PKH yang dilakukan oleh RTS.
4.1. Fasilitas Kesehatan Bagi RTS Peserta PKH
Masyarakat masih kurang sadar akan pentingnya pemeriksaaan diri,
sementara masih ada Bidan yang masih belum memahami detail cara untuk
mengklaim pesrta PKH yang melakukan persalinan atau pemeriksaan.

i
38
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
4.2. Fasilitas Pendidikan Bagi RTS Peserta PKH
Seperti yang sudah diulas didepan bahwa masih adanya
pendamping yang kurang berkoordinasi dengan Kepala Sekolah / guru sehingga
terjadi kesalahan nama dan kelas dalam formulir verifikasi PKH, dan masih
banyak anak didik RTS yang belum menerima PKH.
Dukungan dari stakeholders terkait Seperti yang telah diketahui,
bahwa PKH merupakan program yang melibatkan beberapa dinas terkait, seperti
dinas sosial, PT. Pos, dinas kesehatan dan dinas pendidikan. Oleh karena itu
dukungan dari masing-masing stakeholders sangat diperlukan. Jika hal tersebut
dapat diwujudkan, maka ini akan menjadi salah satu kekuatan penting dalam
mensukseskan jalannya PKH
Fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai PKH bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan bagi rakyat miskin.
Tujuan tersebut dapat tercapai melalui beberapa hal, salah satunya adalah
ketersediaan fasilitas. Selama ini faskes dan fasdik yang ada telah memiliki
fasilitas yang memadai dalam memberikan pelayanan kepada peserta PKH
Peran serta pendamping Dalam pelaksanaan PKH, pendamping
merupakan ujung tombak. Peran serta pendamping adalah hal yang penting
dalam tercapainya tujuan PKH. Berdasarkan hasil monev, pendamping telah aktif
dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung PKH. Hal ini merupakan
salah satu kekuatan dalam mewujudkan tercapainya tujuan PKH

i
39
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
Komitmen dari pihak UPPKH kabupaten dan Propinsi Komitmen dari
pihak UPPKH kabupaten dan propinsi dieujudkan melalui pemantauan lapangan
secara langsung. Pemantauan dilakukan dengan mengunjungi rumah RTS. Selain
itu pemantauan dilakukan dengan cara monitoring dan evaluasi (monev) PKH
yang dilakukan minimal setiap proses pembayaran
Komitmen RTS PKH berbeda dengan bantuan-bantuan social lainnya
yang cenderung hanya menerima tanpa syarat. PKH adalah bantuan tunai
bersyarat, dimana peserta PKH wajib mematuhi peraturan yang ada bila ingin
terus mendapat bantuan. Oleh karena itu, setiap peserta PKH diwajibkan
memenuhi tanggung jawab dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang
ditujukan khusus untuk anak-anak mereka. Pemenuhan komitmen peserta PKH
merupakan simbol keberhasilan PKH. Untuk itu, komitmen yang tinggi dari
peserta PKH terhadap pelaksanaan PKH merupakan kekuatan bagi PKH.
Berdasarkan hasil monitoring di lapangan, secara mayoritas dan dominan RTS
telah cukup bertanggung jawab untuk memenuhi komitmennya sebagai peserta
PKH.
Inisiatif pihak terkait (Fasdik) untuk mendorong anak PKH tetap
bersekolah Dibeberapa daerah ada pihak sekolah yang sangat memperhatikan
kesejahteraan anak didiknya dengan memberikan kebutuhan sekolah anak
didiknya yang tidak mampu. Pihak sekolah mengalokasikan dana khusus untuk
membelikan anak didiknya seragam ataupun sepatu sekolah bagi para siswanya

i
40
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
yang kesulitan. Tujuannya adalah anak tersebut tidak malu pergi kesekolah dan
tidak perlu khawatir diejek oleh teman-temannya
Stakeholder kurang memahami tujuan PKH, meskipun PKH telah
berjalan selama enam tahun, ternyata masih banyak stakeholder, seperti kepala
sekolah, kepala Puskesmas serta bidan yang kurang memahami tujuan PKH.
Masalah ini akan menjadi penghambat bagi RTS peserta PKH dalam memperoleh
haknya mengakses pendidikan dan kesehatan.
Kurangnya koordinasi dengan faskes dan fasdik, Selama enam tahun
perjalanan PKH ternyata masalah koordinasi tetap menjadi persolan yang
mendasar. Faskes dan fasdik belum sepenuhnya memahami arti dan tujuan PKH.
Ada fasdik yang masih merasa terbebani untuk pengisian form pemutakhiran
pendidikan anak didik yang menjadi peserta PKH.
Pemutakhiran data yang tidak terjadwal, banyaknya keluhan dari
faskes dan fasdik dalam masalah pemutakhiran data. Bidan dan pihak sekolah
merasa terbebani jika form pemutakhiran hanya datang setiap tiga bulan sekali,
sebab data yang harus mereka rekapitulasi jumlahnya menjadi banyak. Bila data
datang terjadwal setiap satu bulan sekali, maka fasdik dan faskes tidak akan
merasa lebih terbebani dalam mengisi form pemutakhiran.
Terjalinnya hubungan yang baik antara pendamping dan RTS,
hubungan yang baik antara pendamping dan RTS dapat memperlancar PKH.
Beberapa cara telah dilakukan dalam menciptakan hubungan yang baik antar
keduanya,salah satunya dengan mengadakanpertemuan yang digelar secara

i
41
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
rutin. Kegiatan ini terbukti memiliki kontribusi positif karena mampu memupuk
kedekatan, pemecahan masalah bersama, dan proses pengawasan antar peserta
PKH dengan pendamping.
Open System. Adanya Open System (Sistem Terbuka)dapat menjadi
peluang bagi RTS yang belum terakomodasi menjadi peserta PKH untuk masuk
didalamnya sebagai peserta PKH. Namun selama ini masih belum berjalan secara
maksimal dan serta merta masuk sebagai peserta, karena rekruitmen peserta
harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga perlu
adanya sosialisasi lebih lanjut.
Perluasan dan penambahan peserta PKH. Dari tahun sebelumnya,
telah dilakukan perluasan lokasi peserta PKH dari beberapa kecamatan menjadi
lebih banyak lagi kecamatan. Meski demikian, pelaksanaan PKH belum ada yang
mencapai seluruh kecamatan dalam satu Kabupaten. Selain itu masih banyak RTS
yang belum tercover PKH, oleh karena itu penambahan peserta PKH menjadi
harapan beberapa pihak.
4.3. Permasalahan Program Keluarga Harapan (PKH)
Penyelewengan bantuan PKH, di daerah tertentu ada RTS peserta
PKH yang tidak menggunakan bantuan PKH sebagaimana mestinya. Bantuan PKH
digunakan untuk hal-hal yang konsumtif. Akibatnya di beberapa daerah masih
ada anak peserta PKH yang masih kesulitan dalam memenuhi kewajiban untuk
membayar kebutuhan pendidikan.
Banyaknya RTS yang belum terakomodasi menjadi peserta PKH,
Jumlah RTS yang layak menjadi peserta PKH namun belum terakomodasi masih

i
42
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
banyak. Terutama pada daerah/kecamatan yang masih belum tersentuh PKH.
Masih banyaknya RTS yang belum terserap pada PKH ini akan melahirkan
kecemburuan sosial di masyarakat, ditambah lagi adanya resertifikasi yang
memungkinkan adanya peserta yang keluar dari kepesertaan PKH.
RTS yang masih belum mengerti tentang fungsi dan kegunaan kartu
PKH cukup banyak. Masih banyak peserta PKH (terutama peserta faskes) yang
tidak mengetahui fungsi kartu PKH sehingga banyak diantaranya yang ketika
memeriksakan diri masih dikenakan biaya.
Dari uraian yang telah dijabarkan diatas diperlukan solusi alternative bagi
perbaikan pelaksanaan PKH kedepan. Strategi yang dapat digunakan bagi
perwujudan perbaikan pelaksanaan PKH kedepan antara lain sebagai berikut :
Pengawasan, yang perlu mendapat perhatian bukan saja RTS melainkan
pendamping dan seluruh pelaksana PKH di tingkat Kecamatan. Pengawasan
dalam arti luas yaitu peningkatan transparansi data dan pengelolaan keuangan
serta peningkatan komitmen masing-masing peran. Seperti misal : Melihat
ketergantungan yang tinggi dari RTS terhadap pendamping maka diperlukan
pengawasan yang intensif terhadap kinerja pendamping. Hal ini disebabkan
masih banyak pendamping yang belum melakukan pendampingan secara
maksimal terhadap RTS dampingannya agar tidak ditemukan kasus pendamping
PKH bertemu RTS saat proses pencairan dana saja. Permasalahan verifikasi juga
membutuhkan pengawasan yang intensif. Agar tidak ditemui RTS yang tidak jujur

i
43
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
saat proses verifikasi. Misalnya, anak RTS yang sudah tidak bersekolah masih
dianggap sekolah agar tetap mendapat bantuan.
PT. Pos. Terkait dengan pendistribusian formulir verifikasi yang
seharusnya dilakukan oleh PT. Pos. Sebab sampai saat ini masih ada pendamping
yang melakukan pendistribusian formulir verifikasi.
Permasalahan koordinasi antar tim teknis sudah tidak menjadi hambatan
yang berarti. Antar dinas terkait sudah dapat berkoordinasi meskipun dirasa
kurang intensif. Koordinasi belum menyentuh di level bawah. Masih ada faskes
dan fasdik yang tidak mengerti dan memahami PKH.
Peningkatan koordinasi antara pendamping dengan PT. Pos juga
merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Hal ini terkait dengan
pemberitahuan jadwal pencairan disampaikan PT. Pos. Dalam penentuan jadwal
pecairan seyogyanya selalu ada koordinasi PT Pos dengan pendamping PKH.
Dalam hal ini pendamping lebih mengetahui keadaan RTS/kondisi di lapangan.
Dengan demikian pencairan yang ditentukan tidak meleset jauh dari yang
direncanakan yang mengakibatkan.
Meski selama ini dinas pendidikan dan kesehatan telah mendapat
tuntutan untuk bekerja lebih maksimal terutama untuk proses sosialisasi, masih
perlu dibantu oleh dinas lain yang memiliki tupoksi terkait dengan segala
kegiatan PKH ; misalnya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika ; bagian
humas pemerintah daerah untuk membantu publikasinya.
Perlu adanya penungkatan sosialisasi terhadap faskes dan fasdik. Sebab
masih banyak ditemukan faskes dan fasdik yang tidak memahami tujuan PKH

i
44
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
dengan baik. Akibatnya mereka tidak dapat memberikan pelayanan yang optimal
bagi RTS peserta PKH.
Masih adanya RTS peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen, menjadi
indikator bahwa mereka kurang termotivasi dalam menjalankan kewajibannya.
Oleh karena itu dibutuhkan pemberian motivasi terhadap RTS peserta PKH dalam
mematuhi kewajibannya.

i
45
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB V
PENUTUP

i
46
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
BAB V
PENUTUP
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebuah program percepatan /
akselerasi penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di
bidang perlindungan sosial. Di beberapa negara program semacam PKH ini
dikenal dengan sebutan Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai
bersyarat. PKH dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Diharapkan, program ini dapat
membantu keluarga sangat miskin dalam jangka pendek dengan fokus program
bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, PKH juga dimaksudkan menjadi
program intervensi bagi SDM generasi berikutnya agar dapat keluar dari
kemiskinan. Hingga tahun 2017, diharapkan pelaksanaan PKH akan dapat
mengurangi kemiskinan, membantu kesetaraan gender, mengurangi angka putus
sekolah, mengurangi angka kematian ibu melahirkan, serta mengurangi angka
kematian bayi dan balita.
PKH merupakan program bersama yang melibatkan beberapa
stakeholder terkait. Kesuksesan tujuan PKH tergantung dari kerjasama semua
pihak yang terkait. Oleh karena itu sosialisasi dan koordinasi yang intensif adalah
hal yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan PKH. Juga diperlukan

i
47
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
pengawasan secara intensif dari pihak UPPKH pusat, propinsi maupun
kabupaten, agar PKH dapat terus berjalan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, dan tujuan yang dicita-citakan.
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2013, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara global, RTS peserta PKH di Kabupaten Banyuwangi mengakui
adanya perbaikan kualitas hidup dengan adanya pelaksanaan PKH antara
lain ; penambahan income (pemasukan) bagi keluarga; perbaikan gizi
bagi keluarga ; perbaikan kualitas kesehatan dengan semakin mudahnya
mendapatkan akses dan fasilitas dari unit kesehatan umum yang tersedia
; meningkatnya standar pendidikan anak dengan adanya bantuan
pendidikan ; dana untuk memulai usaha (KUBE).
2. PKH bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan
bagi rakyat miskin. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui beberapa hal,
salah satunya adalah ketersediaan fasilitas. Secara umum kondisi faskes
dan fasdik yang ada telah memadai dalam memberikan pelayanan bagi
RTS peserta PKH.
3. Secara umum, pelaksanaan PKH di Kabupaten Banyuwangi masih berjalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pedoman operasional
pelaksanaan PKH yang melibatkan beberapa instansi terkait, yaiatu Dinas
Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan PT. Pos.
4. Kendati PKH telah berjalan selama enam tahun, persoalan sosialisasi dan
koordinasi masih menjadi masalah utama. Masalah tersebut seringkali

i
48
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
menyangkut Faskes dan Fasdik sehingga RTS peserta PKH kurang dapat
mengakses kesehatan dan pendidikan secara maksimal.
Beberapa permasalahan PKH yang muncul di Kabupaten Banyuwangi
antara lain:
1. Kurangnya memadainya sarana prasarana yang dimiliki oleh faskes
ataupun fasdik
2. Banyaknya RTS yang belum terakomodasi PKH.
3. Ketergantungan RTS pada pendamping.
4. Data yang kurang akurat.
5. Masih banyaknya peserta yang belum menggunakan kartu PKH terutama
ketika memeriksakan diri ke Puskesmas
6. Ada beberapa pendamping yang belum mengetahui secara optimal
kondisi RTS yang ada pada wilayah kerjanya
7. Tidak adanya salinan data yang dimiliki oleh faskes ataupun fasdik
8. RTS yang belum memiliki kesadaran untuk menyisihkan sebagian dana
PKH yang diterima untuk tabungan.
Untuk mengatasi semua permasalahan yang ada beberapa
rekomendasi yang bisa disampaikan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perlu ada koordinasi yang lebih baik antara petugas faskes ataupun fasdik
dengan pendamping
2. Perlu pengoptimalan fungsi pendamping sebagai ujung tombak
pelaksanan PKH ditingkat kecamatan dan desa

i
49
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
3. Perlu edukasi dan pemberian pengetahuan pada RTS tentang
pemanfaatan kartu PKH terutama penggunaannya dalam memanfaatkan
faskes
4. Perlu edukasi dan pemberian pengertian bahkan mungkin langkah nyata
pendamping untuk membantu peserta PKH agar bisa menyisihkan dana
PKH yang didapatkan untuk ditabung demi kelangsungan pendidikan dan
kesehatan keluarga
5. Karena masih banyak RTS yang belum tercover oleh PKH maka sudah
seharusnya jika wilayah PKH diperluas jangkauannya

i
50
Monitoring & Evaluasi PKH Kabupaten Banyuwangi
LAMPIRAN - LAMPIRAN