Modul.bdn ham

109
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perang Dunia Kedua ( disingkat PD-II ) adalah konflik bersenjata yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta personil dari pihak sipil dan militer. Perang ini melibatkan sebagian besar negara-negara di dunia termasuk negara-negara besar yang terbagi menjadi dua aliansi militer bertentangan yaitu aliansi Sekutu dan aliansi Poros. Banyak pelanggaran berat hak asasi manusia terjadi pada saat perang berlangsung. Salah satunya adalah Genosida, atau yang disebut peristiwa Holocaust. 1 Holocaust adalah tindakan pemusnahan secara terencana terhadap kelompok-kelompok minoritas di Eropa dan Afrika utara oleh NAZI. NAZI adalah sebuah organisasi militer 1 Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain. 1

Transcript of Modul.bdn ham

Page 1: Modul.bdn ham

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perang Dunia Kedua ( disingkat PD-II ) adalah konflik bersenjata yang terjadi

pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945. Perang ini merupakan

perang terbesar sepanjang sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta personil

dari pihak sipil dan militer. Perang ini melibatkan sebagian besar negara-negara di

dunia termasuk negara-negara besar yang terbagi menjadi dua aliansi militer

bertentangan yaitu aliansi Sekutu dan aliansi Poros. Banyak pelanggaran berat

hak asasi manusia terjadi pada saat perang berlangsung. Salah satunya adalah

Genosida, atau yang disebut peristiwa Holocaust.1 Holocaust adalah tindakan

pemusnahan secara terencana terhadap kelompok-kelompok minoritas di Eropa

dan Afrika utara oleh NAZI. NAZI adalah sebuah organisasi militer Jerman dengan

menempatkan Adolf Hitler sebagai Pimpinannya. Paham diskriminasi ras telah

membawa pimpinan tertinggi NAZI, Adolf Hitler menempatkan ras-ras lain berada

di bawah ras Arya ( ras dari bangsa Jerman ). Kelompok-kelompok bangsa yang

dianggap ras bawah adalah bangsa Yahudi, Polandia, Belarusia – Serbia, Afrika

dan Asia. Peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi selama perang dunia

ke II seperti tindakan kekerasan, pembunuhan masal, penganiayaan dan

penyiksaaan yang dilakukan oleh NAZI, merupakan pelanggaran berat terhadap

hak asasi manusia. PD- II merupakan malapetaka kemanusiaan terburuk

1 Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.

1

Page 2: Modul.bdn ham

sepanjang sejarah peradaban manusia karena menelan korban jiwa yakni hingga

61 juta jiwa.

Untuk mencegah kembali terjadinya perang, masyarakat internasional yang

terwakili dalam negara-negara, menyadari betapa pentingnya suatu organisasi

internasional yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab kolektif dalam menjaga

perdamaian dan keamanan internasional. Berdasarkan hal tersebut, atas inisiatif

negara - negara pemenang Perang Dunia-II dan sebagai reaksi atas penderitaan

kemanusiaan yang disebabkan oleh perang, didirikanlah Perserikatan Bangsa-

Bangsa ( PBB ). PBB didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 melalui

Konferensi San Francisco. Dasar pendirian PBB adalah United Nations Charter

atau dikenal dengan Piagam PBB. PBB dianggap sebagai organisasi yang

mewakilkan perwujudan keinginan dari masyarakat internasional secara

keseluruhan. Dalam Mukadimah Piagam PBB dapat dilihat bahwa seluruh

anggota PBB menyatakan tekad mereka untuk memperteguh kepecayaan

terhadap hak asasi manusia, pada martabat dan harga diri manusia. Hal ini

menunjukkan kepedulian masyarakat internasional yang terwakili dalam PBB,

terhadap perlindungan hak asasi dan kebebasan dasar manusia.

Kepedulian PBB terhadap perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar bersumber dari kesadaran masyarakat internasional atas pentingnya

pengakuan terhadap hak dan martabat yang tidak dapat dicabut dari umat

manusia. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia ini merupakan landasan

kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia untuk mencapai kemajuan dalam

rangka penghormatan terhadap hak asasi manusia secara universal.

Dengan demikian, dimasukannya kerjasama internasional pada Piagam PBB

dalam rangka memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak -hak asasi

manusia serta kebebasan dasar merupakan bentuk nyata komitmen yang

mendalam dari PBB sendiri. Komitmen tersebut kemudian diwujudkan oleh PBB

dengan membentuk badan-badan yang bekerja dalam bidang hak-hak asasi

manusia. Badan-badan HAM tersebut bertugas untuk melakukan kodifikasi,

pemantauan, evaluasi, dan lain sebagainya terhadap hak-hak asasi manusia agar

peristiwa-peristiwa pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia tidak terjadi lagi.

2

Page 3: Modul.bdn ham

PBB mempunyai kapasitas yang terbatas untuk melakukan aksi langsung,

terutama dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi manusia

individual. PBB tidak dapat memperhatikan seluruh situasi Hak Asasi Manusia

terutama yang terjadi di negara - negara. PBB juga tidak dapat melakukan

investigasi bagi setiap dugaan pelanggaran hak asasi manusia atau memberikan

bantuan kepada setiap korban. Berdasarkan hal tersebut, sistem internasional

sangat bergantung pada dukungan yang diperoleh dari sistem hak asasi manusia

nasional seperti badan-badan HAM nasional yang didirikan oleh pemerintah

negara - negara.

B. Tujuan Pembelajaran.1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu menjelaskan

peranan Badan-Badan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Badan-Badan

Nasional untuk Hak Asasi Manusia dalam rangka memajukan dan mendorong

penghormatan terhadap hak-hak asasi serta kebebasan dasar manusia.

2. Tujuan Instruksional Khusus.Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu menjelaskan

peranan, fungsi dan kewenangan dari :

Badan-badan HAM yang didirikan berdasarkan kewenangan dari organ -

organ utama PBB.

Badan-badan HAM yang didirikan berdasarkan instrumen-instrumen

internasional HAM yang dikeluarkan oleh PBB.

Badan-badan HAM yang termasuk dalam kategori badan-badan khusus

PBB.

Badan- badan nasional untuk hak asasi manusia.

3

Page 4: Modul.bdn ham

C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN

Badan-Badan Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa- Bangsa

- Sejarah berdirinya PBB.- Keanggotaan PBB - Organ-Organ PBB dan hak asasi

manusia :- Majelis Umum PBB.- Dewan Ekonomi dan Sosial :

Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Dewan HAM PBB, Komite Penasehat Dewan Hak Asasi Manusia, Sub Komisi Untuk Pemajuan dan Perlindungan HAM, Komisi Tentang Status Wanita, Komisi Tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana.

- Badan-badan yang didirikan berdasarkan instrumen-instrumen hak asasi manusia PBB : Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial, Komite Hak Asasi Manusia,Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan, Komite Menentang Penyiksaan,Komite Tentang Hak Anak.

- Badan-badan khusus PBB: Organisasi Buruh Internasional, Komisi Tinggi PBB Untuk Pengungsi, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Pangan Sedunia.

Badan-Badan Nasional Untuk Hak Asasi Manusia

- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM ).

- Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

( Komnas Perempuan ).- Komisi Perlindungan Anak Indonesia

( KPAI )- Ombudsman Republik Indonesia

4

Page 5: Modul.bdn ham

( ORI )D. Metoda Pembelajaran.

1. Ceramah singkat

2. Curah Pendapat.

3. Tanya Jawab.

4. Diskusi.

5. Presentasi.

6. Role Play (bermain peran).

5

Page 6: Modul.bdn ham

BAB II

BADAN-BADAN HAK ASASI MANUSIA

PERSATUAN BANGSA-BANGSA.

A. Standar Kompetensi Peserta Diklat.

1. Peserta diklat mengetahui sejarah berdirinya PBB, organ-organ utama PBB yang paling berperan dalam rangka memajukan dan mendorong penghormatan terhadap Ham, badan-badan yang didirikan berdasarkan instrumen-instrumen hak asasi manusia PBB serta badan badan Khusus PBB.

2. Peserta diklat memahami sejarah berdirinya PBB, organ-organ utama PBB yang paling berperan dalam rangka memajukan dan mendorong penghormatan terhadap Ham, badan-badan yang didirikan berdasarkan instrumen-instrumen hak asasi manusia PBB serta badan badan Khusus PBB.

3. Peserta diklat mampu menjelaskan sejarah berdirinya PBB, organ-organ utama PBB yang paling berperan dalam rangka memajukan dan mendorong penghormatan terhadap Ham, badan-badan yang didirikan berdasarkan instrumen-instrumen hak asasi manusia PBB serta badan badan Khusus PBB.

Salah satu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah mencapai kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan-persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan, demikian pula dalam usaha-usaha memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan-kebebasan dasar bagi semua umat manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama ( Pasal 1 Ayat 3 Piagam PBB ). Majelis Umum dapat memprakarsai untuk mengadakan penyelidikan dan mengeluarkan rekomendasi-rekomendasi untuk memajukan kerjasama internasional di bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan kesehatan serta membantu mewujudkan hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan jenis kelamin, bahasa atau agama. ( Pasal 13 Ayat 1 Piagam PBB ) . Dewan Ekonomi dan Sosial akan membentuk komisi-komisi di bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan hak-hak asasi manusia dan komisi-komisi lainnya

6

Page 7: Modul.bdn ham

apabila diperlukan untuk menjalankan tugas-tugasnya ( Pasal 68 Piagam PBB ). Berbagai badan-badan khusus yang didirikan atas persetujuan antar pemerintah dan mengemban tanggung jawab internasional yang luas, dibidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan maupun bidang yang berkaitan dengan itu, ditempatkan dalam suatu hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan selanjutnya akan disebut badan-badan khusus ( Pasal 57 Piagam PBB ).

B. Sejarah berdirinya PBB.

Perang Dunia I dan Perang Dunia II merupakan malapetaka kemanusiaan

terburuk sepanjang sejarah peradaban manusia. Perang Dunia ke I menelan

korban sebanyak 9 juta jiwa dan Perang Dunia ke II menelan korban jiwa yakni 61

juta jiwa. Untuk mencegah terjadinya perang, masyarakat internasional, dalam hal

ini negara-negara sadar betapa pentingnya suatu organisasi internasional yang

mempunyai fungsi dan tanggung jawab kolektif dalam menjaga perdamaian dunia.

Liga Bangsa-Bangsa ( LBB ) adalah sebuah organisasi internasional yang

didirikan setelah Perang Dunia I sebagai suatu badan yang bertugas menjaga dan

menjamin perdamaian dan keamanan internasional serta melindungi hak asasi

manusia. Liga Bangsa-Bangsa didirikan setelah Konferensi Perdamaian Paris

1919, tepatnya pada 10 Januari 1920. Dasar pendiriannya adalah “The Covenant

of the League of Nations” ( Kovenan LBB ). Berdasarkan Kovenan LBB, tujuan

utama Liga adalah memajukan kerjasama internasional dan untuk mencapai

perdamaian serta keamanan internasional” melalui sistem keamanan kolektif.

Sistem keamanan kolektif ini termasuk tindakan pelucutan senjata ( Pasal 8 ),

penyelesaian sengketa secara damai dan perang yang tidak mengikuti hukum

( Pasal 11 – 15 ) serta sanksi-sanksi yang diberikan.2

Gagasan untuk mendirikan LBB dicetuskan Presiden Amerika Serikat

Woodrow Wilson, namun Amerika Serikat sendiri kemudian tidak pernah

bergabung dengan organisasi ini. Sebanyak empat puluh dua negara menjadi

anggota saat LBB didirikan. Dua puluh tiga diantaranya tetap bertahan sebagai

anggota hingga LBB dibubarkan pada 1946.

2 D.W.Bowett Q.C.LL.D, The Law of International Institutional”, diterjemahkan oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, S.H, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.hlm.21.

7

Page 8: Modul.bdn ham

Dalam bidang hak asasi manusia, Kovenan LBB memuat ketetapan -

ketetapan mengenai mekanisme kerja organisasi serta perlindungan terhadap

hak-hak manusia. Ketetapan-ketetapan perlindungan hak-hak manusia yang

dimaksud adalah menetapkan kondisi kerja yang manusiawi pada individu,

larangan perdagangan wanita dan anak-anak, pencegahan dan pengendalian

penyakit, serta perlakuan yang adil terhadap penduduk pribumi dan daerah

jajahan (sistem mandat). Pasal 22 Kovenan LBB membentuk Sistem Mandat yang

diterapkan terhadap bekas wilayah-wilayah jajahan dan negara-negara yang

kalah pada Perang Dunia ke-I.3 Berdasarkan sistem ini, bekas koloni tersebut

ditempatkan di bawah Mandat LBB dan dikelola oleh negara-negara pemenang

perang. Para negara pemegang mandat ini sepakat untuk memerintah

berdasarkan prinsip bahwa kehidupan dan pembangunan penduduk daerah

mandat merupakan “a sacred trust of civilization…”. Komisi Mandat LBB kemudian

secara bertahap memperoleh kewenangan untuk mengawasi pemerintahan di

daerah Mandat termasuk mengawasi perlakuan terhadap penduduknya.4 Negara

pemegang mandat menjamin tidak adanya diskriminasi rasial dan agama di

daerah-daerah yang berada di bawah pengawasannya. Negara pemegang mandat

juga menyelenggarakan kepentingan-kepentingan rakyat di daerah mandat dan

berkewajiban memberikan laporan tahunannya kepada LBB mengenai tanggung

jawab yang diberikan padanya. Laporan tersebut kemudian dibahas oleh Komisi

Mandat LBB. Suatu daerah dapat dihapus mandatnya apabila sudah mampu

menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dan sudah diakui sebagai negara.

Dalam susunan organisasi, LBB mempunyai empat badan utama yaitu

Majelis, Dewan, Sekretariat, dan Mahkamah Internasional.

Sedangkan sifat dari keanggotaan LBB adalah ada anggota tetap dan tidak tetap.

Dalam menjalankan tugasnya, LBB mengalami banyak kendala. Dalam

menyelesaikan masalah sengketa misalnya, Kovenan mengajukan upaya-upaya 3 Article 22 ( 1 ) The Covenant of the League of Nations : to those colonies and territories which as a consequence of the late war have ceased to be under the sovereignty of the states which formerly governed them and which are inhabited by peoples not yet able to stand by themselves under the strenuous conditions of the modern world, there should be applied the principle that the well being and development of such peoples from a sacred trust of civilisation and that securities for the performance of this trust should be embodied in this covenant4 Rudi M Rizky, SH, LLM, Pokok Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Bahan Bacaan, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2005, hlm.3.

8

Page 9: Modul.bdn ham

penyelesaian secara damai. Jika ada suatu negara yang mengambil jalan perang

berarti negara tersebut telah melanggar upaya penyelesaian secara damai dan

seharusnya dikenakan sanksi. Namun keputusan bahwa suatu negara dianggap

telah melanggar upaya penyelesaian secara damai, diserahkan kepada negara –

negara anggotanya. Anggota LBB yang memutuskan apakah telah terjadi suatu

pelanggaran, sehingga dalam hal penerapan sanksi berdasarkan Kovenan,

tergantung pada situasi para anggota. Sanksi militer dapat diusulkan oleh Dewan

namun keputusan akan dilaksanakan atau tidak sanksi tersebut, diserahkan

kepada negara-negara anggotanya.5 Banyak negara-negara anggota yang

bersikap apatis dan enggan dalam menjalankan kewajibannya. Akibat lemahnya

penerapan sanksi-sanksi tersebut, progam-program pelucutan bersenjata LBB

juga mengalami kegagalan karena banyak negara-negara yang memilih jalan

perang untuk menyelesaikan sengketa. LBB tidak mempunyai alat kekuasaan

yang nyata untuk memaksa suatu negara yang menentangnya, tunduk kembali ke

LBB. LBB tidak mempunyai angkatan bersenjata dan bergantung kepada kekuatan

internasional untuk menjaga agar resolusi-resolusinya dipatuhi. LBB juga dianggap

tidak mempunyai karakter yang universal karena dihambat oleh ketidakikutsertaan

Amerika Serikat sebagai anggota. Badan ini akhirnya dianggap sebagai organisasi

Eropa. Berdasarkan hal tersebut tujuan LBB menjadi sumir dari soal-soal

perdamaian menjadi soal politik belaka. Negara-negara besar yang menjadi

anggota, menggunakan LBB untuk kepentingan politiknya. Keberhasilan LBB

dalam bidang ekonomi, negara mandat, hak-hak manusia dan lain sebagainya

pada akhirnya tertutupi dengan kegagalan badan ini untuk mencegah pecahnya

Perang Dunia ke II. Pecahnya Perang Dunia II memperjelas keadaan bahwa LBB

telah gagal dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga keamanan dan

perdamaian internasional. Setelah Perang Dunia II, pada 18 April 1946, LBB resmi

dibubarkan dan digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ).

PBB didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945, sebagai organisasi

pengganti LBB atas inisiatif para negara pemenang perang Dunia II dan sebagai

reaksi atas penderitaan kemanusiaan yang disebabkan oleh perang. Dasar

pendirian PBB adalah United Nations Charter atau dikenal dengan Piagam PBB. 5 D.W.Bowett Q.C.LL.D, The Law of International Institutional,Op.cit,hlm.22.

9

Page 10: Modul.bdn ham

Tujuan PBB dapat dilihat pada Pasal 1 Piagam PBB. Dalam tersebut dijelaskan

bahwa :

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Berdasarkan tujuan itu

PBB melakukan tindakan-tindakan bersama yang efektif untuk mencegah dan

melenyapkan ancaman-ancaman terhadap pelanggaran-pelanggaran

perdamaian, mencari penyelesaian terhadap pertikaian-pertikaian

internasional, keadaan-keadaan yang dapat menggangu perdamaian akan

menyelesaikan dengan jalan damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan

dan hukum internasional.

2. Mengembangkan hubungan bersahabat antara negara-negara berdasarkan

penghargaan atas prinsip-prinsip persamaan hak dan hak rakyat untuk

menentukan nasib sendiri dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai

untuk memperkuat perdamaian dunia.

3. Mencapai kerjasama internasional dalam memecahkan berbagai masalah

internasional pada bidang ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan dan

dalam memajukan dan mendorong penghormatan terhadap HAM dan

kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa adanya perbedaan ras, jenis

kelamin, bahasa atau agama.

4. Menyelaraskan tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan

bersama.

Dalam Mukadimah Piagam PBB menyatakan bahwa seluruh anggota PBB

menyatakan tekad mereka untuk memperteguh kepecayaan terhadap hak asasi

manusia, pada martabat dan harga diri manusia, pada persamaan hak antara laki-

laki dan perempuan dan bagi segala bangsa yang besar dan yang kecil.6 Sejumlah

Pasal-Pasal dalam Piagam PBB mengacu kepada hak asasi manusia dan

kebebasan dasar. Seperti Pasal 8 Piagam PBB, yang menyatakan bahwa PBB

tidak membatasi hak pria dan wanita untuk dapat berpartisipasi dalam kapasitas

apapun, berdasarkan asas kesetaraan, dalam badan-badan utama maupun

badan-badan pelengkapnya ( subsidiary bodies ). Sedangkan Pasal 56 Piagam

6Mukadimah Piagam PBB: Kami rakyat Perserikatan Bangsa-bangsa bertekad : “ Untuk memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, pada harkat dan derajat diri manusia, pada persamaan hak, baik bagi pria maupun wanita dan bagi segala bangsa besar dan kecil ( paragraf 2 ).

10

Page 11: Modul.bdn ham

PBB menyatakan bahwa semua anggota PBB berjanji untuk secara bersama-

sama atau sendiri-sendiri, melalui kerjasama dengan PBB untuk mencapai tujuan-

tujuan yang tercantum dalam Pasal 55, termasuk memajukan “penghormatan dan

ketaatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang universal bagi

semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin bahasa atau agama.

Kepedulian PBB terhadap perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar bersumber dari kesadaran masyarakat internasional atas pengakuan

terhadap martabat yang melekat dan hak-hak yang tidak dapat dicabut dari umat

manusia. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia ini merupakan landasan

kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia untuk mencapai kemajuan dalam

rangka penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar secara

universal. Dengan demikian dimasukannya kerjasama internasional untuk

memajukan dan mendorong penghormatan atas hak asasi manusia dan

kebebasan dasar bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin,

bahasa atau agama dalam Piagam PBB, merupakan bentuk nyata komitmen yang

mendalam dari para pendiri PBB terhadap hak asasi manusia setelah banyaknya

pelanggaran Hak Asasi Manusia saat Perang Dunia ke-II.7 Pengalaman perang

tersebut telah memunculkan keyakinan yang luas bahwa perlindungan

internasional yang efektif terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu

prasyarat yang hakiki bagi perdamaian dan kemajuan dunia.

C. Keanggotaan Perserikatan Bangsa - Bangsa.

PBB adalah suatu organisasi yang menerapkan Prinsip universalitas. Prinsip

tersebut artinya PBB lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah –

masalah yang bersifat universal, baik melalui program-program yang luas,

maupun membahas isu-isu spesifik melalui badan-badan khususnya. Prinsip

universalitas menegaskan bahwa keanggotaan PBB lebih didasarkan atas

persamaan kedaulatan seluruh negara di dunia. Prinsip ini tidak akan

membedakan besar kecilnya negara sebagai anggota. Menurut ketentuan Piagam

PBB, keanggotaan PBB terbuka untuk semua negara yang cinta damai dan

7 Pasal 1 Piagam PBB.11

Page 12: Modul.bdn ham

bersedia menerima kewajiban-kewajiban internasional.8 Sejak didirikan di San

Francisco pada 24 Oktober 1945, sedikitnya 192 negara telah menjadi anggota

PBB.

D. Organ-Organ Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Hak Asasi Manusia.

Sebagai suatu organisasi yang menerapkan Prinsip universalitas, Peran PBB

tidak hanya terfokus pada pemeliharaan perdamaian dan keamanan

internasional saja, PBB juga banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah

- masalah yang bersifat universal lainnya, seperti masalah administratif

keorganisasian, pembentukan badan-badan khusus yang membahas

permasalahan–permasalahan tertentu secara spesifik, masalah ekonomi dan

pembangunan, pengembangan hukum internasional, hak asasi manusia.

Berdasarkan hal tersebut, organ-organ utama PBB adalah sebagai berikut 9 :

a. Majelis Umum.

b. Dewan Keamanan

c. Dewan Ekonomi dan Sosial.

d. Dewan Perwalian.

e. Mahkamah Internasional.

f. Sekretariat.

Hak asasi manusia adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian sangat

besar oleh PBB. Seperti yang tertera pada Piagam PBB yang menegaskan

bahwa salah satu tujuan PBB adalah menggalang suatu kerjasama internasional

untuk mendorong penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan

dasar bagi semua manusia tanpa adanya perbedaan pada ras, jenis kelamin,

bahasa atau agama.10 Atas dasar tersebut ada beberapa organ-organ PBB yang

kewenangannya, baik secara keseluruhan maupun sebahagian, masuk ke dalam

8 Pasal 4 Ayat ( 1 ) Piagam PBB : Keanggotaan PBB terbuka bagi semua negara yang cinta damai yang menerima kewajiban-kewajiban yang tertera dalam Piagam ini dan atas penilaian organisasi ini , sanggup dan bersedia melaksanakan kewajiban kewajiban ini.

9 Pasal 7 Ayat ( 1 ) Piagam PBB : Telah dibentuk sebagai organ-organ utama Perserikatan Bangsa Bangsa : Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.

10 Pasal 1 Ayat 3 Piagam PBB.12

Page 13: Modul.bdn ham

bidang hak asasi manusia. Di bawah ini akan diuraikan secara garis besar organ

-organ dan kewenangan mereka.

1. Majelis Umum Peserikatan Bangsa-Bangsa.Majelis Umum merupakan organ utama PBB yang beranggotakan seluruh

negara anggota PBB.11 Sesi tahunan Majelis Umum adalah hari Selasa ketiga

bulan September dan biasanya berlangsung hingga pertengahan Desember.

Kewenangan Majelis Umum dalam bidang Hak Asasi Manusia ada di dalam

Pasal 13 Ayat 1 Piagam PBB. Menurut Pasal tersebut, Majelis Umum dapat

memprakarsai untuk mengadakan penyelidikan dan mengeluarkan rekomendasi

-rekomendasi untuk memajukan kerjasama internasional di bidang ekonomi,

sosial, budaya, pendidikan dan kesehatan serta membantu mewujudkan hak

asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan

jenis kelamin, bahasa atau agama.

Majelis Umum telah menghasilkan banyak rekomendasi dalam menanggapi

permasalahan-permasalahan Hak Asasi Manusia. Rekomendasi tersebut pada

dasarnya tidak mengikat secara hukum bagi para negara anggota ( karena

sifatnya hanya rekomendatif ). Namun jika rekomendasi untuk memajukan

kerjasama internasional di bidang HAM, yang dikeluarkan Majelis Umum

dikaitkan dengan Pasal 55 dan Pasal 56, Bab IX Piagam PBB tentang Kerjasama

Ekonomi dan Sosial Internasional, rekomendasi menjadi mengikat secara hukum.

Pasal 55 menyatakan bahwa :

Dengan tujuan menciptakan keadaan yang stabil dan sejahtera yang diperlukan untuk hubungan perdamaian dan persahabatan antara bangsa-bangsa, berdasarkan penghargaan terhadap asas - asas perdamaian dan hak menentukan nasib sendiri dari rakyat, maka PBB memajukan :a. Tingkat hidup yang lebih tinggi, pekerjaan yang cukup bagi semua orang

dan kondisi-kondisi kemajuan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan.

b. Pemecahan masalah-masalah internasional di bidang ekonomi, sosial, kesehatan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu serta kerjasama internasional di lapangan kebudayaan dan pendidikan.

c. Penghormatan HAM secara universal demikian pula implementasinya serta kebebasan-kebebasan dasar bagi semua tanpa pembedaan ras, jenis kelamin dan bahasa serta agama.

11 Pasal 9 Ayat 1 Piagam PBB.13

Page 14: Modul.bdn ham

Kemudian merujuk pada Pasal 56 Piagam PBB yang berbunyi : semua

anggota berjanji akan mengambil tindakan kerjasama bersama maupun sendiri-

sendiri dan bekerjasama dengan organisasi ini demi tercapainya tujuan-tujuan

yang tercantum dalam Pasal 55. Berdasarkan kedua Pasal tersebut dapat

disimpulkan rekomendasi bisa mempunyai makna hukum yang cukup besar dan

bahkan dapat menciptakan kewajiban hukum bagi negara-negara untuk

mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka kerjasama

internasional dibidang HAM, ekonomi, sosial, kesehatan, kebudayaan dan

pendidikan.

Salah satu peranan Majelis Umum yang terpenting dalam bidang hak asasi

manusia adalah menyetujui instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia

yang telah dirumuskan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial melalui salah satu komisi

di bawahnya yaitu Komisi Hak Asasi Manusia. Instrumen ini mencakup tiga

instrumen HAM utama yaitu :

a. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

b. Kovenan Hak Sipil dan Politik.

c. Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Majelis Umum juga telah menyetujui sejumlah Konvensi PBB tentang hak

asasi manusia lainnya yang berkaitan dengan genosida, diskriminasi ras,

apartheid, pengungsi, hak perempuan, perbudakan, perkawinan, hak anak dan

penyiksaan. Badan-badan pelengkap Majelis Umum yang memberikan perhatian

pada Hak Asasi Manusia adalah komite khusus untuk situasi yang berkaitan

dengan deklarasi pemberian kemerdekaan bagi negara-negara dan bangsa

jajahan yang dikenal dengan Komite Khusus Dekolonisasi, kemudian Dewan

PBB untuk Nanimbia, Komisi Khusus untuk menentang Apartheid, Komite

Khusus Untuk Menyelidiki Praktek-praktek yang Dilakukan Israel yang

Mempengaruhi Hak Asasi Manusia Rakyat Wilayah Pendudukan, serta Komite

untuk pelaksanaan hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina.12

Majelis Umum juga merupakan suatu organ yang menerima dan

mengumpulkan laporan-laporan pelaksanaan hasil berupa laporan dari suatu

12 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Lembar Fakta HAM, Edisi ke II, hlm.3.14

Page 15: Modul.bdn ham

mekanisme pemantauan atas implementasi ketentuan-ketentuan dalam suatu

Konvensi. Hal ini sesuai dengan Pasal 15 Ayat ( 2 ) yang menyatakan bahwa :

Majelis Umum menerima dan mempertimbangkan laporan-laporan dari organ -

organ lainnya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berdasarkan hal tersebut

Majelis Umum merupakan tujuan akhir dari semua laporan mengenai

implementasi ketentuan-ketentuan dalam Konvensi-Konvensi Hak Asasi manusia

yang diprakarsai oleh PBB.

2. Dewan Ekonomi dan Sosial serta Badan-Badan Pelengkapnya.

Dewan Ekonomi dan Sosial merupakan Organ Utama PBB yang mempunyai

54 anggota. Dewan Ekonomi dan Sosial menyelenggarakan dua sidang tetap

setiap tahunnya. Disamping itu ada kalanya Dewan menyelenggarakan sidang -

sidang khusus. Berdasarkan Pasal 62 Piagam PBB fungsi dan kekuasaan Dewan

Ekonomi dan Sosial adalah :

a. Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membuat atau memprakarsai studi-studi

dan laporan-laporan yang bertalian dengan masalah-masalah ekonomi, sosial,

kebudayaan, pendidikan, kesehatan internasional dan masalah-masalah yang

berhubungan dengan itu dan dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi

kepada Majelis Umum, kepada anggota-anggota PBB dan badan-badan

khusus yang bersangkutan.

b. Dewan Ekonomi dan Sosial dapat memberikan rekomendasi untuk tujuan

peningkatan penghormatan dan penghargaan atas hak-hak asasi manusia dan

kebebasan-kebebasan dasar bagi semua orang.

c. Dewan Ekonomi dan Sosial dapat mempersiapkan rencana-rencana draft

Konvensi untuk diajukan kepada Majelis Umum bertalian dengan masalah -

masalah yang termasuk dalam lingkungan kewenangannya.

d. Dewan tersebut dapat mengadakan pertemuan-pertemuan internasional yang

membahas mengenai soal-soal yang termasuk dalam lingkup kewenangannya

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh PBB.

Seperti yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bidang Hak

Asasi manusia, Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membuat rekomendasi untuk 15

Page 16: Modul.bdn ham

kemajuan penghormatan dan ketaatan terhadap hak asasi manusia serta

kebebasan dasar bagi semua orang. Dewan Ekonomi dan Sosial juga dapat

menerima laporan-laporan, draft-draft konvensi mengenai hak asasi manusia dari

badan-badan khusus PBB yang mempunyai kewenangan HAM tertentu

( contohnya ILO, UNESCO, WHO ) dan dari sub komisi dibawahnya, dimana

( setelah diterima Dewan Ekonomi dan Sosial ) laporan dan draft tersebut

kemudian diteruskan kepada Majelis Umum untuk disetujui.

Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membentuk Komisi-Komisi dalam

menjalankan tugasnya. Hal tersebut berdasarkan Pasal 68 Piagam PPB yang

menyatakan : Dewan Ekonomi dan Sosial akan membentuk komisi-komisi di

bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan hak-hak asasi manusia dan komisi-

komisi lainnya apabila diperlukan untuk menjalankan tugas-tugasnya.

Berdasarkan Pasal tersebut Dewan Ekonomi dan Sosial telah membentuk :

a. Komisi Hak Asasi Manusia : Komisi ini juga telah membentuk sub komisi

pencegahan diskriminasi dan perlindungan terhadap kaum minoritas.

b. Komisi untuk status perempuan.

Dewan Ekonomi dan Sosial juga dapat membentuk Komite Ad hoq yang terdiri

dari wakil-wakil negara anggota, dapat menunjuk para ahli yang diajukan

pemerintah masing-masing negara atau orang-orang terkemuka yang membantu

dalam kapasitas pribadinya. Pada saat-saat tertentu, Dewan Ekonomi dan Sosial

juga dapat menunjuk atau memberikan wewenang kepada Sekretaris Jenderal

PBB untuk menunjuk pelapor khusus ( special rapporteur ) atau komite para ahli

untuk mempersiapkan laporan mengenai masalah masalah yang bersifat teknis

seperti masalah pemantauan, investigasi ataupun pengaduan.13

a. Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.Komisi HAM PBB merupakan Badan PBB yang mempunyai peranan terpenting

dalam bidang HAM. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia direkomendasikan

oleh Komisi Persiapan PBB pada tahun 1945 untuk menangani masalah-masalah

hak asasi manusia. Komisi HAM PBB dibentuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial

pada tahun 1946, sehingga dalam melaksanakan tugasnya komisi bertanggung 13 Ibid.hlm.3.

16

Page 17: Modul.bdn ham

jawab kepada Dewan Ekonomi dan Sosial. Keanggotaan dari Komisi ini adalah

sebanyak 53 negara anggota yang dipilih untuk periode tiga tahun dari berbagai

kawasan dunia yang diwakili. Pada tahun 1946, Komisi diberikan mandat oleh

untuk membuat :

a. Rumusan suatu Deklarasi sebagai dasar untuk mengakui hak-hak manusia.

b. Rumusan suatu Deklarasi atau Konvensi mengenai kebebasan sipil, status

wanita, kebebasan informasi dan hal-hal serupa.

c. Pencegahan diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, bahasa atau

agama.

d. Perlindungan bagi minoritas.

e. Hal-hal lain yang berkaitan dengan HAM.

Berdasarkan hal tersebut, komisi mulai menyusun suatu rumusan Deklarasi

yang di dalamnya mengakui Hak-Hak Manusia dan berlaku universal. Proses

penyusunan tersebut akhirnya menghasilkan Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia ( DUHAM ). Pada awal penyusunannya, status dari DUHAM ini

menimbulkan perdebatan. Dari segi hukum kebiasaan internasional, ketentuan-

ketentuan yang ada dalam Deklarasi ini mengikat untuk seluruh negara. Dari segi

hukum, status dari Deklarasi ini tidak mengikat pada suatu negara karena

Deklarasi tidak mensyaratkan adanya suatu proses untuk terikat pada perjanjian

seperti adalah ratifikasi, akseptasi ( acceptance ), Penyetujuan ( approval ) dan

ikut serta ( accesion).14

Berdasarkan hal tersebut, Komisi merumuskan dan menyusun agar ketentuan-

ketentuan yang ada dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dapat menjadi

suatu Perjanjian Internasional yang mengikat secara hukum kepada negara.

Proses perumusan itu membagi ketentuan-ketentuan yang ada dalam DUHAM

menjadi dua kovenan, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

serta Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Pada

tahun 1948, Deklarasi dan kedua Kovenan ini diterima oleh Majelis Umum PBB.

Khusus untuk kedua kovenan, Majelis Umum dan membukanya untuk proses

14 Berdasarkan Pasal 2 Ayat 1 ( b ) Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian : Ratifikasi , Akseptasi ( acceptance ), Penyetujuan ( approval ) dan ikut serta ( accesion) yaitu tindakan internasional apapun namanya yang dengan mana suatu negara menyatakan, pada tingkatan internasional persetujuannya untuk diikat oleh suatu perjanjian.

17

Page 18: Modul.bdn ham

penandatanganan dan ratifikasi sebagai syarat terikatnya suatu negara pada

kovenan tersebut.

Pada tahun 1967, Komisi HAM PBB mulai diberikan mandat untuk

mengomentari, memberi nasehat dan memberikan bantuan teknis terhadap

permasalahan-permasalahan hak asasi manusia. Mandat ini ada setelah selama

lima belas tahun Komisi HAM PBB menyusun suatu menisme untuk melakukan

suatu investigasi dan pencarian fakta agar memperoleh informasi terhadap

pemasalahan-permasalahan hak asasi manusia, baik yang terjadi di suatu negara

atau secara global. Untuk menjalankan mandatnya, Komisi HAM PBB mendirikan

kantor-kantor perwakilan di negara-negara dan kemudian melakukan aktifitas-

aktifitas seperti pelatihan, pembaharuan hukum serta rencana rencana aksi yang

berkaitan dengan Hak asasi manusia di tingkat lokal. Aktifitas komisi yang paling

penting adalah aktifitas dan mekanisme pemantauan dalam rangka penanganan

terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

Dalam menjalankan mandatnya, komisi menemukan beberapa kendala.

Secara teoritis komisi seharusnya melayani ide mulia dari perlindungan HAM,

tetapi pada kenyataannya komisi tersebut terdiri dari perwakilan negara-negara

yang bertindak dan membuat keputusan berdasarkan kriteria politis. Dalam sesi

pertemuan tahunan komisi, seharusnya dihadiri perwakilan dari 53 negara

anggotanya, namun kenyataan yang terjadi adalah banyaknya pihak-pihak lain

yang hadir seperti para politisi dengan posisi yang tinggi, diplomat, pakar HAM,

perwakilan dari organisasi regional, media, aktifis HAM dari berbagai negara yang

semuanya sudah diberikan status konsultatif oleh Dewan Ekonomi dan Sosial.15

Dengan kata lain sesi pertemuan Komisi ini sudah menjadi konferensi HAM yang

besar. Keanggotaan di Komisi HAM PBB dipilih oleh Dewan Ekonomi dan Sosial,

sehingga negara negara yang menjadi anggota hanya bertanggung jawab kepada

Dewan Ekonomi dan Sosial tidak kepada negara anggota PBB secara

keseluruhan.

15 Pasal 71 Piagam PBB : Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membuat pengaturan-pengaturan yang layak untuk diadakannya konsultasi-konsultasi dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai hubungan dengan hal-hal yang termasuk dalam lingkungan wewenangnya. Persiapan -persiapan demikian dapat dibuat dengan organisas-organisasi internasional dan dimana perlu dengan organisasi nasional sesudah dikonsultasikan dengan anggota PBB yang bersangkutan.

18

Page 19: Modul.bdn ham

b. Dewan HAM Perserikatan Bangsa Bangsa.

Berdasarkan kendala-kendala yang dialami oleh Komisi HAM PBB, pada

akhirnya Komisi HAM PBB dibubarkan dan digantikan dengan Dewan HAM PBB.

Pada 15 Maret 2006, Majelis Umum mengadopsi Resolusi 60/251 untuk

membentuk Dewan Hak Asasi Manusia ( Human Rights Council ). Resolusi ini

dikeluarkan dengan dukungan dari 170 negara. Pembentukan Dewan HAM PBB

adalah untuk menggantikan Komisi HAM PBB. Dewan HAM PBB ini dinilai akan

memaksimalkan kinerja untuk perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia di

Dunia. Berdasarkan Resolusi tersebut, Dewan HAM PBB yang dibentuk pada 9

Mei 2009, beranggotakan 47 negara yang dipilih berdasarkan pertimbangan

geografis yaitu 13 negara Asia-Pasifik, 6 Negara Eropa Timur, 8 Negara Amerika

Latin dan Karibia, 7 Negara Eropa Barat dan negara-negara lainnya. Badan baru

ini mengawali sidang pertamanya pada 19 Juli 2006.

Ada beberapa perbedaan antara Dewan HAM PBB dengan Komisi HAM PBB.

Yang pertama masalah keanggotaan. Komisi HAM PBB dibentuk oleh Dewan

Ekonomi dan Sosial sehingga Keanggotaan dalam komisi HAM PBB dipilih dan

bertanggungjawab pada Dewan Ekonomi dan Sosial. Sementara Dewan HAM

dibentuk oleh Majelis Umum, sehingga seluruh negara-negara anggota Dewan

HAM bertanggung jawab kepada mayoritas negara-negara anggota PBB.16 Negara

yang menjadi anggota Dewan HAM PBB diwajibkan untuk menyatakan

komitmennya untuk bekerja sama dan mengupayakan standar paling tinggi

promosi dan perlindungan HAM. Majelis Umum berhak untuk menghentikan hak

dan keistimewaan negara anggota Dewan HAM PBB jika dinilai melakukan

kejahatan hak asasi manusia yang berat dalam periode keanggotaannya.

Pemberhentian ini diusulkan oleh 2/3 negara anggota Majelis Umum. Kriteria

penilaian semacam ini tidak dikenal dalam Komisi HAM PBB. Dari aspek jangka

waktu, keanggotaan sebuah negara dalam Komisi HAM PBB tidak dibatasi,

sedangkan masa keanggotaan Dewan HAM PBB yakni 3 tahun dan tidak dapat

dipilih lagi setelah menjadi anggota Dewan HAM untuk 2 periode berturut turut.

16 Berdasarkan Pasal 9 Piagam PBB : Majelis Umum terdiri dari semua anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

19

Page 20: Modul.bdn ham

Dewan HAM PBB berkantor di Jenewa dan bersidang tidak kurang dari 3 sesi

pertahun untuk total minimal 10 Minggu. Dewan HAM PBB juga dapat

menyelenggarakan sesi khusus ( special session ) jika dinilai ada kondisi

mendesak, berdasarkan usulan dari 1/3 anggota Majelis Umum. Sebelumnya,

Komisi HAM PBB hanya bersidang satu kali pertahun dengan waktu sidang hanya

6 minggu.

Dalam sidang pertamanya, Dewan HAM PBB memutuskan bahwa mekanisme

pemantauan terhadap HAM yang dijalankan Komisi HAM PBB, tetap dijalankan

oleh Dewan HAM PBB. Mekanisme pemantauan Hak Asasi Manusia yang

dijalankan oleh Dewan HAM PBB adalah melalui empat prosedur yaitu melalui :

Prosedur Khusus, Kelompok Kerja, Komite Penasehat dan Prosedur Pengaduan.17

1. Prosedur khusus.Prosedur khusus adalah mekanisme pemantauan yang dijalankan oleh Komisi

HAM PBB dan kemudian diteruskan oleh Dewan HAM PBB. Mandat yang

diberikan oleh prosedur khusus ini dikarakteristikkan sebagai mekanisme

pencarian fakta dan investigasi. Dalam menjalankan prosedur ini, Dewan HAM

PBB tidak menjalankan prosedur itu sendiri. Dewan memberikan tugas ini kepada

Sekretaris Jenderal PBB atau utusan wakil khusus yang ditunjuk oleh Sekretaris

Jenderal PBB. Dewan HAM juga diberikan kewenangan untuk menunjuk

perwakilan pribadi atau pakar independen yang disebut juga sebagai pelapor

khusus. Selain itu Dewan HAM juga dapat membentuk kelompok kerja (pokja)

yang umumnya terdiri dari lima orang yang mewakili lima wilayah geopolitis PBB.

Para wakil yang ditunjuk ini kemudian diberikan mandat oleh Dewan HAM. Para

pemegang mandat terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemegang mandat

tematik dan pemegang mandat spesifik negara.

a. Mandat tematik.

Mandat tematik adalah suatu mandat yang diberikan kepada para pemegang

mandat ( pokja, pelapor khusus, ahli independen, wakil khusus ) untuk melakukan

pencarian fakta dan investigasi atas suatu isu HAM yang khusus terkait dengan

17 Rhona.K.M.Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hukum Hak Asasi Manusia ( PUSHAM UII ), Jogyakarta, Maret, 2008. hlm. 175.

20

Page 21: Modul.bdn ham

isu-isu tertentu ( tematik ) yang dapat terjadi di semua negara di dunia. Beberapa

contoh Mandat Tematis yang pernah diberikan adalah sebagai berikut :18

Kelompok kerja tentang penghilangan paksa atau secara paksa atau secara

tidak sukarela ( 1980 ).

Kelompok kerja tentang penahanan sewenang-wenang ( 1991 ).

Pelapor khusus tentang perumahan yang layak sebagai komponen hak atas

standar kehidupan yang layak ( 2000 ).

Pelapor khusus tentang hak asasi manusia migran ( 1991 ).

Ahli independen tentang masalah hak asasi manusia dan kemiskinan

ekstrim ( 1998 ).

Ahli independen tentang isu minoritas ( 2005 ).

Wakil khusus dari sekretaris Jenderal tentang situasi pembela Hak Asasi

manusia ( 2000 ).

Wakil khusus dari sekretaris jenderal tentang hak asasi manusia dan

perusahan transnasional serta perusahaan bisnis lainnya.

b. Mandat spesifik negara.

Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial memberikan kewenangan kepada

Dewan HAM PBB untuk melakukan suatu pencarian fakta atau investigasi

yang mendalam apabila ada situasi pada suatu negara dimana ada bukti yang

masuk akal akan pola sistematis pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan

negara tersebut. Dewan HAM PBB atau Sekretaris Jenderal PBB dapat

menunjuk pokja, pelapor khusus, ahli independen atau wakil khusus untuk

melakukan suatu pencarian fakta atau investigasi sesuai mandat yang

diberikan padanya oleh Dewan HAM PBB. Beberapa contoh mandat spesifik

negara yang pernah diberikan adalah sebagai berikut :19

Pelapor khusus tentang situasi hak asasi manusia di Belarus ( 2004 ).

18 Ibid,hlm.176 – 177.19 Ibid,hlm.178.

21

Page 22: Modul.bdn ham

Ahli independen tentang situasi hak asasi manusia di Burundi ( 2004 ).

Wakil khusus dari Sekretaris Jenderal PBB untuk hak asasi manusia di

Kamboja ( 1993 ).

Wakil Pribadi Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia tentang situasi hak asasi

manusia di Kuba ( 2002 ).

Ahli independen yang diangkat oleh Sekretaris Jenderal PBB tentang situasi

hak asasi manusia di Somalia ( 1993 ).

Pelapor khusus untuk situasi hak asasi manusia di Sudan ( 2005 ).

Ahli Independen tentang situasi hak asasi manusia di Uzbekistan ( 2005 ).

Kerjasama internasional sangat diperlukan agar prosedur khusus, baik

mandat tematik maupun mandat khusus negara, prosesnya dapat berjalan

dengan baik. Negara-negara harus menerima wakil-wakil dari pelapor khusus

untuk mengajukan pertanyaan kepada wakil pemerintah maupun wakil oposisi

politiknya. Untuk mandat spesifik negara, pelapor harus mengunjungi negara

yang bersangkutan setahun sekali. Untuk mandat tematis maka pelapor akan

mengunjungi dua sampai empat negara dalam setahun. Wakil-wakil atau

pelapor dari negara kemudian menyerahkan laporan hasil penyelidikannya

kepada komisi. Berdasarkan hal tersebut, jika memang terbukti bahwa ada pola

yang sistematis pelenggaran HAM berat terjadi dan dilakukan oleh negara

tersebut, maka Dewan HAM PBB akan mengeluarkan pendapat hukumnya

melalui resolusi.

2. Kelompok Kerja.Kelompok kerja dibentuk oleh Dewan HAM PBB. Kelompok kerja berfokus

terutama pada pemantauan penetapan standar implementasi norma-norma hak

asasi manusia. Kelompok kerja dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu

kelompok kerja tentang penetapan standar, kelompok kerja yang terbuka untuk

semua dan kelompok kerja untuk prosedur khusus.

Ada tiga kelompok kerja tentang penetapan standar :20

20 Ibid,hlm. 180.22

Page 23: Modul.bdn ham

a. Kelompok kerja yang terbuka untuk semua yang membahas opsi-opsi

mengenai penggarapan Protokol Opsional dan Kovenan Internasional Tentang

Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

b. Kelompok kerja tentang rancangan naskah instrumen normatif yang mengikat

secara hukum untuk melindungi semua orang dari penghilangan paksa.

c. Kelompok kerja tentang rancangan naskah deklarasi mengenai hak rakyat

pribumi.

Kelompok kerja yang terbuka untuk semua adalah :

a. Kelompok kerja tentang hak atas pembangunan.

b. Kelompok kerja tentang pelaksanaan efektif deklarasi dan program aksi

Durban dan program aksi.

Empat kelompok kerja yang terfokus pada prosedur khusus, yaitu :

a. Kelompok kerja tentang penahanan sewenang-wenang.

b. Kelompok kerja tentang penghilangan paksa atau terpaksa.

c. Kelompok kerja ahli tentang orang orang keturunan Afrika.

d. kelompok kerja tentang situasi – situasi ( prosedur konfidental ).

c. Komite Penasehat Dewan Hak Asasi Manusia.Komite penasehat Dewan Hak Asasi Manusia mampunyai fungsi memberikan

bantuan keahlian dan melakukan penelitian-penelitian substantif mengenai isu-isu

tematik yang menjadi perhatian Dewan HAM PBB. Komite ini hanya bekerja

berdasarkan permintaan dari Dewan HAM PBB. Komite ini dapat mengadakan

pertemuan selama dua kali dalam setahun. Setiap kali bersidang memerlukan

waktu 10 hari dan dapat mengadakan sesi tambahan berdasarkan persetujuan

Dewan HAM PBB.

d. Sub Komisi Untuk Pemajuan dan Perlindungan HAM.Pada awalnya sub komisi ini bernama Sub Komisi Pencegahan Diskriminasi

dan Perlindungan Bagi Minoritas. Sub Komisi ini merupakan lembaga utama

yang diciptakan oleh Komisi HAM PBB pada tahun 1947 dan merupakan 23

Page 24: Modul.bdn ham

subordinasi Komisi HAM PBB, Setelah Komisi HAM PBB dibubarkan, maka Sub

Komisi ini bekerja kepada Dewan HAM PBB dan juga Dewan Ekonomi dan

Sosial. Sub Komisi ini mempunyai fungsi :

Melakukan studi/ penelitian dengan mempertimbangkan implementasi

ketentuan-ketentuan Deklarasi Universal dan membuat rekomendasi kepada

Komisi HAM PBB ( kini kepada Dewan HAM ) mengenai diskriminasi macam

apapun yang berkaitan dengan hak asasi dan kebebasan asasi serta

perlindungan bagi minoritas rasial, nasional, agama dan bahasa.21

Melakukan fungsi-fungsi lain yang dipercayakan kepadanya oleh Dewan

Ekonomi dan Sosial atau Komisi HAM PBB.22

Sub komisi sudah menjalankan banyak pekerjaan yang terkait masalah

diskriminasi. Namun dalam perkembangannya selama beberapa tahun, Sub

Komisi juga menjadi badan penasehat permanen mengenai permasalahan HAM

untuk Komisi HAM PBB kemudian Dewan HAM PBB dan juga Dewan Ekonomi

dan Sosial. Berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 1999, nama dan fungsi

sub komisi ini diubah oleh Dewan Ekonomi dan Sosial melalui Resolusi

1999/256 tangal 27 juli 1999 menjadi Sub Komisi Pemajuan dan Perlindungan

HAM. Sub Komisi ini tidak terdiri dari perwakilan negara-negara tetapi terdiri dari

26 pakar independen.

Fungsi Utama dari sub komisi ini adalah badan penasehat Ilmiah untuk

menangani tugas-tugas yang sulit dan memerlukan tenaga yang intensif seperti

merancang standar, melakukan penelitian ilmiah dalam semua permasalahan

HAM dan memilah-milah ribuan komunikasi individu yang datang kepada Sub

Komisi. Dalam menjalankan fungsinya tersebut Sub Komisi Untuk Pemajuan dan

Perlindungan HAM dibagi menjadi enam kelompok Kerja yaitu :

Kelompok kerja untuk komunikasi.

Kelompok kerja bentuk perbudakan kontemporer.

Kelompok kerja untuk populasi masyarakat adat.

Kelompok kerja minoritas.

21 Davitson, Scott, “Human Rights”, diterjemahkan oleh A. Hadyana Pudjatman, Hak Asasi Manusia, Sejarah Teori dan Praktek dalam Pergaulan Internasional, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, Cetakan pertama Juli 1994.hlm.97.

22 Ibid,hlm.98.24

Page 25: Modul.bdn ham

Perusahaan perusahaan tranasional

Administrasi Peradilan.

Kelompok kerja untuk komunikasi, memiliki fungsi komunikasi berdasarkan

Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial untuk menjaring ribuan komunikasi dan

memilih situasi-situasi pelanggaran HAM yang berat dan sistematis. Hasil

laporannya kemudian diserahkan kepada Dewan HAM PBB untuk perlakuan

lebih lanjut. Kelompok kerja tentang perbudakan kontemporer dan kelompok

kerja populasi masyarakat adat juga sudah menyumbangkan peningkatan

kesadaran kepada masyarakat adat atas permasalah–permasalahn yang terkait.

Kelompok-kelompok kerja ini juga memberikan forum yang ideal untuk para wakil

LSM, kaum minoritas dan populasi masyarakat adat untuk mengedepankan dan

membahas masalah-masalah mereka secara informal dengan para pakar dan

perwakilan pemerintah. Kelompok kerja untuk perusahaan-perusahaan

transnasional juga sudah menyerahkan rancangan prinsip-prinsip tanggung

jawab terkait HAM pada perusahaan transnasional dan usaha bisnis lainnya.

e. Komisi Tentang Status Wanita. Komisi tentang Status Perempuan dibentuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial

pada tahun 1946. Komisi ini dibentuk berdasarkan Pasal 68 Piagam PBB.23 Saat

ini Komisi Tentang Status Wanita dianggap sebagai badan PBB utama yang

menangani pemajuan perempuan secara eksklusif. Komisi ini beranggotakan 46

negara yang dipilih oleh Dewan Ekonomi dan Sosial. Komisi ini bertugas untuk

menyiapkan laporan dan rekomendasi kepada Dewan Ekonomi dan Sosial

mengenai penggalakkan hak-hak kaum wanita dalam bidang politik, sipil, sosial

dan pendidikan. Komisi juga menyampaikan saran-saran kepada Dewan

Ekonomi dan Sosial mengenai hak-hak kaum wanita yang menuntut perhatian

segera dalam rangka melaksanakan prinsip bahwa pria dan wanita mempunyai

23 Pasal 68 Piagam PBB : Dewan ekonomi dan sosial akan membentuk Komisi-Komisi di bidang Ekonomi dan Sosial untuk menjamin hak- hak asasi manusia dan komisi komisi lainnya apabila diperlukan untuk menjalankan tugas tugasnya.

25

Page 26: Modul.bdn ham

hak yang sama ( pemajuan prinsip persamaan antara perempuan dan laki-laki ).

Komisi telah berperan dalam penyusunan Deklarasi mengenai Status Kaum

Wanita pada tahun 1967, Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Perempuan pada tahun 1979 dan Konvensi mengenai

Hak-Hak Politik Kaum Wanita tahun 1953.

Pada tahun-tahun pertamanya, Komisi Tentang Status Wanita ini bekerja

untuk menerapkan standar hak-hak asasi manusia baik dalam DUHAM maupun

kovenan Hak-hak Sipil dan Politik serta kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya. Komisi ini juga dapat mengadakan penyelenggaraan konferensi-

konferensi perempuan sedunia. Pada tahun 1995 diadakan konferensi

perempuan dunia yang ke 4 di Beijing. Aksi program pengarusutamaan hak-hak

perempuan dalam sistem PBB yang diputuskan pada konferensi dunia keempat

menjadi basis kerja Komisi Tentang Status Wanita yang utama.

f. Komisi Tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana. Komisi Tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana ( Komisi

Kejahatan PBB ) didirikan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial pada 1992 sebagai

pengganti komite pencegahaan dan pengendalian kejahatan yang didirikan pada

1971. Komisi ini beranggotakan 40 negara anggota yang dipilih oleh Dewan

Ekonomi dan Sosial. Sesi tahunan komisi ini diadakan selama 10 atau 11 hari di

Wina. Komisi ini relevan dengan perlindungan HAM karena :

- Kejahatan internasional terorganisir dan paham teroris merupakan ancaman

besar untuk HAM.

- Komisi secara teratur membuat draft standar baru tentang HAM untuk

pelaksanaan peradilan pidana yang kemudian diadopsi sebagai soft law pada

kongres PBB mengenai pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap para

pelanggar.

26

Page 27: Modul.bdn ham

Fungsi utama dari Komisi Tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana

adalah :24

- Memberikan panduan kebijakan dalam bidang pencegahan kejahatan dan

peradilan pidana .

- Penerapan program pencegahan kejahatan PBB.

- Koordinasi berbagai kegiatan dari lembaga antar regional mengenai

pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap para pelanggar.

- Persiapan dan tindak lanjut dari kongress PBB( setiap lima tahun sekali )

mengenai pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap para pelanggar.

- Membuat garis besar standar hukum lunak ( soft law ).

Di bawah ini adalah standar minimum yang relevan dengan HAM yang dibuat oleh

Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Kejahatan:25

- Peraturan Minimum Standar PBB untuk Pelayanan Para Tahanan tahun 1995

(Dewan Ekonomi dan Sosial Res. 663 C (XXIV) tanggal 31 Juli 1957 dan 2076

(LXII) tanggal 13 Mei 1997.

- Kode Perilaku untuk Petugas Penegak Hukum (GA Res. 34/169 tanggal 17

Desember 1979).

- Penjaga jaminan perlindungan hak-hak mereka yang terancam hukuman mati

( Dewan Ekonomi dan Sosial Res. 1984/50 tanggal 25 Mei 1984).

- Prinsip-prinsip Dasar mengenai Kemandirian Peradilan (GA res. A40/32 tanggal

29 November 1985 dan 40/146 tanggal 13 Desember 1985).

- Prinsip Minimum Standar PBB untuk Pelaksanaan Peradilan Anak ( Peraturan

Beijing’, GA Res. A40/33 tanggal 29 November 1985).

- Deklarasi Prinsip Dasar tentang Keadilan bagi Korban Kejahatan dan

Penyelewengan Kekuasaan (GA Res. A40/34 tanggal 29 November 1985).

- Peraturan Minimun Standar PBB untuk Tindakan Tanpa Penahanan ( Peraturan

Tokyo, GA Res. 45/110 tanggal 14 Desember 1990.

24 Nowak, Manfred, Introduction to the international Human Rights Regime, diterjemahkan oleh Sri Sulastini, Editor, Djumantoro Purbo, Pengantar Rezim Hak Asasi Manusia Internasional, Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law bekerjasama dengan Departemen Hukum dan HAM indonesia dan Swedish International Development Cooperation Agency ( SIDA) , Jakarta, hlm.129

25 Ibid. 27

Page 28: Modul.bdn ham

- Paduan PBB untuk Pencegahan Kenakalan Anak (‘Paduan Riyadh’, GA Res.

45/112 tanggal 14 Desember 1990).

- Peraturan PBB untuk Perlindungan terhadap Pencabutan Kemerdekaan Anak

(GA Res. 45/113 tanggal 14 Desember 1990).

- Prinsip Dasar mengenai Penggunaan Kekuatan dan Senjata Api oleh Petugas

Penegak Hukum (disetujui oleh Kongres PBB ke-8 tentang Pencegahan

Kejahatan dan Perlakuan terhadap para Pelanggar di Havana tahun 1990).

- Prinsip Dasar tentang Peran Pengacara (disetujui oleh Kongres PBB ke-8

tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap para Pelanggar di

Havana tahun 1990).

- Panduan tentang Peran Jaksa Penuntut (disetujui oleh Kongres PBB ke-8

tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap para Pelanggar di

Havana tahun 1990).

E. Badan-Badan Yang Didirikan Berdasarkan Instrumen-Instrumen Hak Asasi Manusia PBB.

Perkembangan instrumen Internasional Hak Asasi Manusia, mengalami

kemajuan yang sangat pesat di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa. Instrumen

ini meliputi perjanjian internasional, baik berupa kovenan, konvensi dan statuta

serta standar-standar normatif lainnya seperti kode etik, code of conduct ataupun

rekomendasi. Munculnya berbagai instrumen internasional ini menunjukkan

bahwa PBB memberikan perhatian dibidang perlindungan Hak Asasi Manusia

dengan dukungan komunitas internasional. Instrumen internasional HAM ini

membuka kesempatan bagi negara-negara untuk terikat dengan melakukan

suatu proses ratifikasi. Dengan diratifikasinya suatu instrumen internasional HAM

membawa dampak bahwa perjanjian internasional mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat di dalam hukum nasional suatu negara. Dengan demikian, negara

yang bersangkutan telah menerima obligasi ( kewajiban ) internasional untuk

mempromosikan, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi

manusia.28

Page 29: Modul.bdn ham

Semua negara yang mengesahkan satu atau lebih perjanjian internasional

tersebut berkewajiban untuk menyampaikan laporan berkala mengenai tindakan-

tindakan yang diambil negara tersebut untuk mengimplementasikan standar hak

asasi manusia yang tercantum dalam konvensi-konvensi tersebut. Negara wajib

menyerahkan laporan secara berkala kepada institusi pengawas dalam rangka

mekanisme dan prosedur pengawasan atas implementasi ketentuan-ketentuan

yang dimandatkan instrumen internasional hak asasi manusia. Fungsi-fungsi

utama pelaporan oleh negara adalah :

1. Untuk memastikan bahwa negara pihak melakukan pembahasan peraturan

perundang – undangan nasional, peraturan administratif, tatacara dan praktek

secara penuh untuk memastikan agar semua sesuai dan berjalan sesuai

dengan ketentuan ketentuan yang disebut dalam kovenan.

2. Untuk memastikan dilakukannya pemantauan secara teratur oleh negara pihak

terhadap ketentuan-ketentuan yang digariskan dalam kovenan.

3. Adanya gambaran situasi yang sesungguhnya mengenai pemenuhan hak- hak

yang dijamin oleh kovenan dan untuk menilai perlindungan individu yang

sesungguhnya.

4. Merupakan dasar bagi pengembangan kebijakan nasional yang tepat dan

bertujuan jelas dalam bidang ini.

5. Mengakomodasi pengawasan publik dengan kebijakan pemerintah dan

melibatkan sektor privat dalam perumusan, implementasi dan pembahasan

dari kebijakan yang berkaitan dengan HAM.

6. Merupakan dasar penilaian baik bagi para negara-negara pihak maupun

komite atas kemajuan dalam implementasi hak-hak.

7. Menyediakan dasar yang lebih baik bagi negara-negara pihak untuk

memahami permasalahan yang terkait dengan implementasi hak-hak.

8. Mengakomodasi pertukaran informasi antara negara pihak.

Intrumen internasional yang memuat mekanisme dan prosedur pengawasan,

membentuk institusi untuk menjalankan fungsi pengawasan ini. Institusi yang

dimaksud inilah yang disebut dengan Komite. Saat ini setidaknya ada enam

Komite yang menjalankan fungsi pengawasan yang dimandatkan instrumen

29

Page 30: Modul.bdn ham

internasional tentang hak asasi manusia yang dikeluarkan oleh PBB. Komite

tersebut adalah :

1. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial

2. Komite Hak Asasi Manusia.

3. Komite Hak Ekonomi sosial dan budaya

4. Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan.

5. Komite Menentang Penyiksaan.

6. Komite Tentang Hak Anak.

Berikut akan diterangkan lebih lanjut mengenai komite-komite tersebut :

1. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial dibentuk sesuai dengan Pasal 8

Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Rasial. Pasal 8 : Akan dibentuk Komite Penghapusan Diskriminasi Ras (selanjutnya disebut

sebagai Komite), beranggotakan 18 orang ahli yang bermoral tinggi dan diakui ketidak-berpihakannya, yang dipilih oleh negara-negara pihak dari antara warganegara mereka, yang harus bertugas dalam kapasitas pribadi, di mana pemilihan mempertimbangkan distribusi geografis yang adil, dan perwakilan berbagai bentuk peradaban maupun sistem hukum yang utama

Tugas-tugas Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial dituangkan dalam

bagian kedua konvensi Pasal 8 sampai Pasal 16 Konvensi Internasional

tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, yaitu :

Membahas laporan tentang upaya legislatif, yudikatif, administratif atau

tindakan lainnya yang telah diambil negara pihak dalam penerapan ketentuan

ketentuan dalam Konvensi.

Memberikan saran dan rekomendasi umum yang didasarkan pada

pemeriksaan laporan tersebut .

Membantu penyelesaiaan sengketa antar negara pihak sehubungan dengan

penerapan ketentuan ketentuan Konvensi.

30

Page 31: Modul.bdn ham

Apabila diperlukan Komite dapat membentuk Komisi pendamai ad hoc yang

menyediakan jasa-jasa bagi negara pihak yang terlibat sengketa dalam

penerapan konvensi, untuk mencapai penyelesaian secara damai, atas dasar

penghormatan terhadap Konvensi. Komisi tersebut wajib melaporkan kepada

komite seluruh pertanyaan tentang fakta yang relefan dengan permasalahan

pihak-pihak yang bersengketa dan membuat rekomendasi untuk penyelesaian

sengketa secara damai.

Sesuai dengan Pasal 15 Konvensi, Komite ini juga mempertimbangkan

salinan petisi, laporan dan informasi lainnya yang disampaikan kepadanya

oleh Dewan Perwalian dan Komite Khusus Dekolonisasi, mengenai

diskriminasi rasial yang berkaitan dengan wilayah perwalian dan wilayah tanpa

pemerintahan sendiri dan wilayah-wilayah lain sesuai dengan Resolusi No.

1514 ( XV ) Majelis Umum.

Komite ini bertemu untuk pertama kalinya pada Januari 1970. Sejak saat itu

Komite biasanya menyelenggarakan persidangan dua kali setiap tahunnya dan

menyampaikan laporan kepada Majelis Umum setiap tahun. Sampai tahun 1987

Komite ini mempunyai 124 negara yang menjadi pihak pada Konvensi

Internasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial. Dalam

setiap persidangannya, Komite ini menelaah informasi yang disampaikan negara

pihak dan Badan-Badan PBB yang menangani wilayah-wilayah tanpa

pemerintahannya sendiri. Para wakil dari negara pihak biasanya hadir dalam

persidangan Komite pada saat laporan mereka diperiksa dan mereka dapat

menjawab pertanyaan dan memberikan informasi tambahan.

Komite ini juga dapat memberikan tanggapan terhadap situasi yang

berhubungan dengan diskriminasi rasial atau meminta perhatian Majelis Umum

terhadap situasi tersebut. Komite dapat menandai masalah-masalah yang

memerlukan informasi lebih rinci dari negara pihak. Atas permintaan Majelis

Umum, Komite juga memperhatikan secara khusus situasi perjuangan rakyat

melawan tekanan pemerintah kolonial dan rezim rasis di Afrika bagian selatan.

2. Komite Hak Asasi Manusia.

31

Page 32: Modul.bdn ham

Komite Hak Asasi Manusia adalah komite yang ditugaskan untuk mengawasi

kewajiban negara-negara peserta Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.

Pasal 18 – 45 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik mengatur pembentukan

Komite Hak Asasi Manusia. Komite ini didirikan pada tahun 1977 sesuai dengan

Pasal 28 yang berbunyi :

Harus dibentuk Komite Hak Asasi Manusia (dalam Kovenan ini selanjutnya akan disebut sebagai Komite). Komite harus terdiri dari delapan belas anggota dan bertugas melaksanakan fungsi-fungsi yang diatur di bawah ini.

Komite ini terdiri dari 18 anggota yang bermoral tinggi dan diakui

kemampuannya di bidang hak asasi manusia. Anggota-anggota tersebut adalah

orang-orang yang terpilih dari negara pihak Kovenan. Hal tersebut sesuai dengan

Pasal 28 Ayat 2 dan Ayat 3 yang berbunyi :

Komite terdiri dari warga negara dari negara pihak dalam Kovenan ini yang harus bermoral tinggi dan diakui keahliannya di bidang hak-hak asasi manusia, dengan mempertimbangkan manfaat dari keikutsertaan sejumlah orang yang berpengalaman di bidang hukum.

Para anggota dipilih dalam masa jabatan empat tahun melalui pemungutan suara

secara rahasia pada persidangan negara pihak dan menjalankan tugas dalam

kapasitas pribadinya

Pasal 28 Ayat ( 3 )Para anggota Komite harus dipilih dan bertugas dalam kapasitas pribadi mereka.

Pasal 31 1. Komite tidak beranggotakan lebih dari satu warga negara dari negara yang

sama. 2. Dalam pemilihan Komite, harus dipertimbangkan pembagian geografis yang

merata dalam keanggotaannya dan perwakilan dari berbagai bentuk kebudayaan dan sistem-sistem hukum yang utama.

Pasal 32 Anggota Komite akan dipilih untuk masa jabatan empat tahun. Mereka dapat dipilih kembali apabila dicalonkan lagi. Namun demikian, masa jabatan untuk sembilan anggota-anggota yang segera setelah pemilihan pertama, nama-nama

32

Page 33: Modul.bdn ham

kesembilan anggota ini akan dipilih melalui undian oleh ketua persidangan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 30, Ayat 4.

Komite bersidang sebanyak tiga kali dalam setahun dan memberikan

laporannya kepada Dewan Ekonomi dan Sosial kemudian meneruskannya kepada

Majelis Umum. Hal-hal yang dibahas dalam sidang biasanya terkait dengan

laporan-laporan negara yang tentang upaya-upaya yang telah diambil dalam

memberlakukan hak-hak yang diakui dalam Kovenan, serta kendala-kendala yang

dihadapi. Pada tahun 1987 tercatat terdapat 87 negara pihak Kovenan

Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Politik. Sebanyak 21 negara telah membuat

pernyataan sesuai Pasal 41 Kovenan yang mengakui kompetensi Komite Hak

Asasi Manusia untuk mempertimbangkan komunikasi-komunikasi yang

menyangkut sengketa antar negara.

Fungsi dan tugas utama Komite Hak Asasi Manusia adalah menjamin

pelaksanaan ketentuan-ketentuan Kovenan Hak Sipil dan Politik melalui

pembahasan laporan-laporan pengaduan antara negara dan petisi individual.

Fungsi dan tugas Komite ini ditentukan dalam Pasal 40 – 45 Kovenan Hak Sipil

dan Politik, yaitu :

1. Berdasarkan Pasal 40 Ayat 1 Kovenan, Negara-negara Pihak menyampaikan

laporan tentang langkah-langkah yang telah mereka ambil dalam memberlakukan

hak-hak yang diakui dalam Kovenan dan juga melaporkan perkembangan yang

telah dicapai dalam pemenuhan hak-hak tersebut. Komite kemudian mempelajari

dan mengkaji laporan tentang upaya-upaya yang telah dilakukan negara pihak

tersebut.

2. Jika laporan dari negara-negara telah di kaji oleh Komite Hak Asasi Manusia,

maka Komite akan memberikan komentar umum kepada negara-negara pihak

atas laporan-laporan yang diterima. Negara pihak dapat juga menyampaikan

pengamatan terhadap komentar yang diterima dari Komite.

3. Komite juga dapat menjalankan fungsi-fungsi komunikasi/mediasi untuk

menyelesaikan sengketa diantara negara-negara pihak sehubungan dengan

pelaksanaan Kovenan. Berdasarkan Pasal 41 Ayat 1 kovenan :

33

Page 34: Modul.bdn ham

Suatu Negara Pihak dalam Kovenan ini, sewaktu-waktu dapat menyatakan, berdasarkan Pasal ini, bahwa ia mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan membahas komunikasi yang berhubungan dengan tuntutan suatu Negara Pihak yang menyatakan bahwa Negara Pihak lainnya tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan Kovenan ini. Komunikasi yang dimaksud dalam Pasal ini hanya dapat diterima dan dibahas apabila disampaikan oleh NegaraPihak yang telah menyatakan bahwa dirinya tunduk pada kewenangan Komite. Tidak satupun komunikasi akan diterima oleh Komite apabila hal tersebut berhubungan dengan negara pihak yang belum membuat pernyataan.

Berdasarkan Pasal 41 Kovenan dapat dijelaskan bahwa negara pihak dapat

mengakui kompetensi Komite untuk menerima dan membahas komunikasi yang

menyangkut keberatan negara pihak terhadap negara pihak lain yang tidak

memenuhi kewajibannya menurut Kovenan. Fungsi komunikasi ini dapat dilakukan

apabila negara-negara pihak tersebut telah mengakui kompetensi Komite dalam

menyelesaikan masalah tersebut.

4. Komite juga dapat membentuk Komisi perdamaian adhoc yang menyediakan jasa

jasa baiknya bagi negara-negara pihak, yang terlibat dalam sengketa sehubungan

dengan pelaksanaan Kovenan. Berdasarkan Pasal 42 Kovenan Hak Sipil dan

Politik, apabila suatu masalah yang telah diajukan kepada Komite tidak mencapai

penyelesaian yang memuaskan negara-negara pihak yang berkepentingan,

Komite dengan persetujuan terlebih dahulu dari negara-negara Pihak yang

berkepentingan, dapat membentuk Komisi Konsiliasi ad hoc (selanjutnya disebut

sebagai Komisi). Jasa-jasa baik Komisi akan disediakan bagi negara-negara pihak

yang bersangkutan dengan tujuan untuk mencapai penyelesaian secara damai

dari masalah tersebut berdasarkan penghormatan terhadap Kovenan.5. Berkaitan dengan pengaduan / petisi individual. Hak mengajukan petisi Individual

menurut Kovenan Hak Sipil dan Politik Protokol Opsional No 1.

Pasal 1 Protokol Opsional No 1 Kovenan Hak Sipil dan Politik: Suatu Negara Pihak dalam kovenan yang menjadi Pihak dalam Protokol ini mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan membahas komunikasi dari orang-orang yang tunduk pada wilayah hukumnya, yang menyatakan dirinya sebagai korban pelanggaran terhadap hak-hak yang diatur dalam Kovenan, oleh negara pihak tersebut. Suatu komunikasi tidak akan diterima Komite apabila hal tersebut menyangkut Negara Pihak dalam Kovenan yang bukan Pihak dari Protokol ini.

34

Page 35: Modul.bdn ham

Pasal 2 Protokol Opsional No 1 Kovenan Hak Sipil dan Politik: Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 1, orang yang menyatakan bahwa hak-haknya yang diatur dalam Kovenan telah dilanggar, dan telah menggunakan semua upaya penyelesaian di dalam negeri, dapat menyampaikan komunikasi tertulis kepada Komite untuk dibahas.

Berdasarkan Pasal di atas dapat dilihat bahwa individu yang merasa hak

hak yang dirinci dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik telah dilanggar mereka dapat

mengajukan komunikasi tertulis kepada Komite Hak Asasi Manusia untuk

dipertimbangkan. Hak Pengaduan ini dapat digunakan apabila mereka yang

terlanggar hak-haknya telah menempuh penyelesaian melalui saluran dalam

negeri yang ditempuh sebelumnya dan tidak mendapatkan penyelesaian. Komite

Hak Asasi Manusia akan mempelajari komunikasi tentang seluruh informasi

tertulis yang diberikan individu dan negara pihak yang terkait. Setelah

mempelajari, komite akan menyampaikan pandangannya terhadap negara pihak

terkait dengan pengaduan dari individu yang menjadi subjek hukumnya. Komite

hanya menerima pengaduan dari individu dimana negara yang dilaporkannya

adalah negara pihak dari Opsional Protokol Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik.

Komite tidak menerima dan dapat menolak pengaduan tentang hal-hal yang

sifatnya bertentangan dengan objek dan tujuan dari Kovenan Internasional Hak

Sipil dan Politik.

3. Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya.Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya dibentuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial

berdasarkan 16 Kovenan Hak Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yaitu :

Pasal 16 Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji, sesuai dengan bagian dari Kovenan ini, untuk menyampaikan laporan mengenai langkah-langkah yang telah diambil, dan kemajuan yang telah dicapai dalam pematuhan hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.

a) Semua laporan harus disampaikan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan menyampaikan salinan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial, untuk dipertimbangkan sesuai ketentuan Kovenan ini;

35

Page 36: Modul.bdn ham

b) Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa juga harus menyampaikan salinan laporan atau bagian laporan yang relevan dari negara-negara Pihak kovenan ini yang juga adalah anggota dari Badan Khusus, kepada Badan-Badan Khusus oleh Negara Pihak pada Kovenan ini, maka informasi tersebut tidak lagi perlu diberikan, tetapi cukup merujuk secara jelas pada informasi yang pernah diberikannya tersebut.

Walaupun kovenan tidak secara jelas menggambarkan secara jelas

memberikan wewenang untuk membentuk Komite namun Pasal 16 memberikan

Dewan Ekonomi dan Sosial kewenangan untuk membahas laporan-laporan yang

disampaikan oleh negara-negara terkait dengan pelaksanaan Kovenan atau

implementasi hak-hak yang ada di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut maka

Dewan Ekonomi dan Sosial membentuk Komite yang menjalankan fungsinya

sehubungan dengan pelaksanaan Kovenan yaitu Komite Hak Ekonomi Sosial dan

Budaya. Komite ini dibentuk pada tahun 1985, terdiri dari 18 ahli yang diakui

kemampuanya dibidang hak asasi manusia dan menjalankan tugasnya dalam

kapasitas pribadi. Para anggota dipilih untuk masa jabatan empat tahun oleh

Dewan Ekonomi dan Sosial. Anggota-anggota tersebut adalah orang-orang yang

terpilih dari negara-negara pihak Kovenan. Komite ini menyelenggarakan

persidangan setahun sekali di kantor PBB di Jenewa. Hingga akhir 1987 telah ada

91 negara pihak Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Fungsi dari komite ini adalah :

- Dalam Pasal 17 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

disebutkan bahwa negara pihak pada Kovenan ini harus memberikan laporan

mereka secara bertahap, sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Dewan

Ekonomi dan Sosial dalam jangka waktu satu tahun sejak Kovenan ini mulai

berlaku. Berdasarkan Pasal tersebut, Komite membantu Dewan Ekonomi dan

Sosial untuk memeriksa laporan-laporan dari negara negara pihak yang

disampaikan kepadanya tentang langkah-langkah yang telah mereka ambil dalam

memberlakukan hak-hak yang diakui dalam Kovenan dan mengenai

perkembangan yang telah dicapai dalam pemenuhan hak-hak tersebut.

36

Page 37: Modul.bdn ham

- Komite juga membantu Dewan Ekonomi dan Sosial dalam menjalankan fungsi

pengawasan sehubungan dengan pelaksanaan Kovenan oleh negara negara

pihak.

- Komite dapat memberikan saran dan rekomendasi umum kepada Dewan Ekonomi

dan Sosial berdasarkan pembahasan dari laporan yang diserahkan oleh negara

pihak.

4. Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan.Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan dibentuk pada tahun

1982 berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Perempuan yaitu :

Untuk melakukan penilaian terhadap kemajuan yang dicapai dalam pelaksanaan Konvensi saat ini, perlu dibentuk Komite Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (untuk selanjutnya disebut sebagai Komite) yang terdiri dari, pada saat mulai berlakunya Konvensi, delapan belas anggota dan, setelah ratifikasi atau persetujuan terhadap Konvensi oleh ketigapuluhlima negara-negara pihak, duapuluh tiga orang ahli yang memiliki standar moral tinggi dan berkompeten dalam bidang yang tercakup dalam konvensi. Para ahli dipilih oleh negara-negara pihak di antara warganegaranya dan akan mengabdi berdasarkan kapasitasnya sebagai pribadi, pertimbangan diberikan berdasarkan distribusi wilayah yang tercakup dan terhadap perwakilan dari segala macam bangsa demikian pula prinsip-prinsip sistem hukum.

Komite ini terdiri dari 23 anggota yang bermoral tinggi dan diakui

kemampuannya di bidang yang terkait dengan Kovenan. Anggota-anggota

tersebut adalah orang-orang yang terpilih dari negara-negara pihak Kovenan.

Anggota-Anggotanya dipilih untuk jangka waktu empat tahun. Anggota dipilih

melalui pemilihan rahasia berdasarkan daftar sejumlah orang yang diusulkan oleh

negara-negara Pihak. Setiap negara-negara Pihak dapat mengusulkan satu calon

dari negaranya. Komite ini mengadakan melakukan pertemuan tahunan untuk

jangka waktu tidak lebih dari dua minggu, untuk membahas laporan-laporan yang

diajukan oleh negara-negara pihak.26 Sebanyak 94 negara telah meratifikasi atau

26 Pasal 20 Konvensi tentang Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan :1. Komite umumnya harus melakukan pertemuan tahunan untuk jangka waktu tidak lebih dari dua minggu, untuk membahas laporan-laporan yang diajukan sesuai dengan Pasal 18 Konvensi ini.2. Pertemuan Komite tersebut pada Ayat (1) umumnya harus diadakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa atau di tempat lain yang sesuai dengan keputusan Komite.

37

Page 38: Modul.bdn ham

mengaksesi Konvensi tentang Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan.

Fungsi dari Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan diatur dalam

Pasal 18 Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan. Berdasarkan

Pasal tersebut fungsi Komite adalah :

Negara-negara Pihak berjanji untuk menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk dipertimbangkan oleh Komite, suatu laporan mengenai langkah-langkah legislatif, yudikatif, administratif atau langkah-langkah yang telah diambil untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan Konvensi ini, dan mengenai kemajuan yang telah dicapai: a. Dalam satu tahun setelah mulai berlakunya, untuk negara yang bersangkutan; b. Sesudah itu sekurang-kurangnya setiap empat tahun, dan selanjutnya sewaktu

waktu sesuai permintaan Komite. Laporan ini dapat memuat faktor-faktor dan kesulitan-kesulitan yang mempengaruhi tingkat pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang dicantumkan dalam Konvensi ini

Berdasarkan Pasal tesebut Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap

Perempuan bertugas untuk menerima dan mempelajari laporan yang disampaikan

oleh negara-negara pihak mengenai langkah-langkah legislatif, yudikatif,

administratif atau langkah-langkah yang telah diambil untuk memberlakukan

ketentuan-ketentuan konvensi ini, dan mengenai kemajuan yang telah dicapai.

Komite kemudian menyampaikan laporan-laporan tersebut kepada Dewan

Ekonomi dan Sosial, kemudian oleh Dewan Ekonomi dan Sosial, laporan tersebut

diteruskan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 27

2. Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan juga menerima

pengaduan individu yang dijalankan berdasarkan Protokol Opsional Konvensi

Penghapusan segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Berdasarkan

Pasal 1 dan 2 Protokol Opsional :

Pasal 1

27 Pasal 21 Protokol Opsional Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan : Melalui Dewan Ekonomi dan Sosial, Komite setiap tahunnya wajib menyampaikan laporan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai kegiatannya, serta dapat memberikan saran-saran dan rekomendasi umum berdasarkan penelaahan atas laporan-laporan dan keterangan yang diterimanya dari negara-negara Pihak. Saran-saran dan rekomendasi umum tersebut harus dimasukkan ke dalam laporan Komite bersama-sama dengan tanggapan dari negara-negara Pihak, jika ada.

38

Page 39: Modul.bdn ham

Negara Pihak pada protokol sekarang ini mengakui kompentensi dari Komite mengenai Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan untuk menerima dan mempertimbangkan komunikasi-komunikasi yang disampaikan sesuai dengan Pasal 2.

Pasal 2

Komunikasi-komunikasi boleh disampaikan oleh atau atas nama perseorangan /kelompok yang terdiri dari perseorangan, dalam yurisdiksi Negara Pihak, yang menyatakan bahwa dirinya adalah korban dari pelanggaran atas tiap hak yang dimuat dalam Konvensi, yang dilakukan oleh Negara Pihak. Bilamana suatu komunikasi disampaikan atas nama perseorangan atau kelompok perseorangan, ia hanya dapat diajukan dengan persetujuan mereka kecuali apabila si penulis dapat membenarkan bahwa ia bertindak untuk mereka tanpa perkecualian itu.

Negara-negara yang telah menjadi pihak pada Protokol Opsional

memberikan kekuasaan pada Komite tentang Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Perempuan untuk menangani pengaduan dari dan atas

nama individu sesuai dengan Pasal 1 dan 2. Komite akan mempelajari

komunikasi tentang seluruh informasi tertulis yang diberikan individu dan negara

pihak yang terkait. Komite hanya akan mempertimbangkan suatu komunikasi

individu apabila ada kepastian bahwa semua upaya hukum dalam negeri sudah

ditempuh namun tidak memberikan hasil yang efektif.

Setelah mempelajari, Komite akan menyampaikan pandangannya

terhadap negara pihak terkait dengan pengaduan dari individu yang menjadi

subjek hukumnya. Komite hanya menerima pengaduan dari individu-individu

dimana negara yang dilaporkannya adalah negara pihak dari Protokol Opsional.

Komite dapat menyampaikan pada negara pihak yang bersangkutan agar

mengambil tindakan yang mungkin dapat dilakukan terhadap korban-korban dari

pelanggaran yang dituduhkan. Negara pihak yang menerima wajib menyerahkan

kepada Komite berupa penjelasan tertulis untuk menerangkan persoalan dan

upaya perbaikan yang ditempuh oleh negara pihak.

5. Komite Menentang Penyiksaan.Komite Menentang Penyiksaan dibentuk tahun 1987 sesuai dengan Pasal

17 Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Serta Penghukuman Yang

39

Page 40: Modul.bdn ham

Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat. Pasal 17 Ayat 1

Konvensi menyatakan :

Harus dibentuk suatu Komite Menentang Penyiksaan (selanjutnya disebut sebagai Komite) guna melaksanakan tugas-tugas yang akan ditentukan lebih lanjut. Komite ini terdiri dari sepuluh ahli yang bermoral tinggi dan diakui kemampuannya di bidang hak asasi manusia, yang akan bertugas dalam kapasitas pribadinya. Ahli-ahli ini dipilih oleh Negara-Negara Pihak dengan pertimbangan diberikan pada pembagian geografis yang adil, dan pada manfaat dari keikutsertaan mereka yang mempunyai pengalaman hukum.

Para anggota Komite dipilih melalui pemungutan suara secara rahasia

berdasarkan daftar orang-orang yang dicalonkan oleh negara-negara pihak.

Setiap negara pihak dapat mencalonkan satu orang warganegaranya sendiri.

Anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama empat tahun melalui pemungutan

suara dan bertindak atas kapasitas pribadi. Para anggota Komite dapat dipilih

untuk masa jabatan empat tahun. Sampai tahun 1987 telah ada 27 negara pihak

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Serta Penghukuman Yang

Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat. Sepuluh diantaranya telah

mengakui Kompetensi Komite Menentang Penyiksaan berdasarkan Pasal 21 dan

22 Konvensi untuk membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan

sengketa antar negara – negara Pihak dan komunikasi dari dan atas nama

individu.

Fungsi dari Komite adalah Menentang Penyiksaan:

1. Komite berfungsi untuk menerima laporan berdasarkan Pasal 19 Kovenan.

Negara-negara pihak dalam Kovenan ini menyampaikan laporan dalam waktu

satu tahun setelah meratifikasi Konvensi ini, kepada Komite Menentang

Penyiksaan tentang tindakan-tindakan yang telah mereka ambil dalam rangka

penerapan Konvensi ini. Setelah itu negara-negara pihak menyerahkan

laporan pelengkap setiap empat tahun sekali tentang setiap upaya-upaya

yang diambil dalam kaitannnya dengan penerapan Konvensi.

2. Komite juga dapat menjalankan fungsi-fungsi komunikasi sesuai dengan Pasal

21 Kovenan untuk menyelesaikan sengketa apabila ada negara-negara pihak

yang bersengketa terkait dengan implementasi ketentuan-ketentuan Konvensi.

40

Page 41: Modul.bdn ham

3. Komite juga dapat membentuk Komisi Perdamaian ad-hoc yang menyediakan

jasa-jasa baiknya pada negara-negara pihak yang terlibat dalam sengketa

sehubungan dengan pelaksanaan Kovenan dengan maksud untuk

memecahkan permasalahan secara bersahabat dan atas dasar penghormatan

terhadap kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam Konvensi.28

4. Komite juga menerima pengaduan dan membahas laporan pengaduan atas

nama pribadi ( pengaduan individual ). Berdasarkan Pasal 22 Konvensi :

Suatu negara pihak Konvensi ini setiap waktu dapat menyatakan berdasarkan Pasal ini bahwa pihaknya mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan membahas laporan pengaduan dari atau atas nama pribadi-pribadi yang tunduk pada kewenangan hukumnya, yang menyatakan menjadi korban pelanggaran yang dilakukan oleh Negara Pihak terhadap ketentuan-ketentuan Konvensi.

6. Komite Tentang Hak Anak.Komite Hak Anak adalah Komite yang ditugaskan untuk mengawasi kewajiban

negara-negara peserta Konvensi Hak Anak. Komite ini dibentuk berdasarkan

Pasal 43 Konvensi Hak Anak.

Pasal 43 Dengan maksud memeriksa kemajuan yang telah dibuat oleh negara-negara pihak dalam mencapai pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang diupayakan dalam Konvensi ini, harus dibuat suatu Komite Hak Anak yang akan melaksanakan fungsi-fungsi yang ditetapkan disini.

Komite ini terdiri dari 10 orang ahli dengan moral yang tinggi dan

kemampuan yang diakui dalam bidang yang terkait dengan Konvensi ini.

Anggota Komite akan bertugas dalam kapasitas pribadi mereka. Pemilihan

anggota dilakukan dengan mempertimbangkan faktor distribusi geografis yang

adil. Anggota Komite akan dipilih secara rahasia dari suatu daftar nama

orang-orang yang dicalonkan oleh negara-negara pihak. Setiap negara pihak

dapat mencalonkan satu orang dari warga negaranya sendiri.

Fungsi Komite adalah Hak Anak Adalah :28 Pasal 21 Ayat 1 point e, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Serta Penghukuman

Yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat.41

Page 42: Modul.bdn ham

1. Komite menerima laporan dari negara-negara pihak mengenai langkah-

langkah yang telah mereka setujui untuk melaksanakan hak-hak yang diakui di

dalam Konvensi ini, dan mengenai kemajuan yang telah dibuat dalam

pemenuhan hak-hak tersebut.

2. Komite dapat membuat saran dan rekomendasi umum dari hasil laporan yang

diterima dari negara negara pihak.

3. Setiap dua tahun sekali Komite akan menyerahkan laporan mengenai

kegiatannya kepada Majelis Umum melalui Dewan Ekonomi dan Sosial.

4. Berdasarkan pasal 45 Konvensi Hak Anak, dalam rangka untuk memupuk

pelaksanaan Konvensi secara efektif dan mendorong kerja sama internasional

dalam bidang yang tercakup dalam Konvensi ini, maka:

Komite dapat mengundang badan-badan khusus, Dana Bantuan untuk Anak-

Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan badan-badan lain yang

berwenang, bila dianggap layak, untuk memberi nasihat ahli mengenai

pelaksanaan Konvensi dalam bidang-bidang yang termasuk dalam lingkup

mandat mereka masing-masing.

Komite dapat mengundang badan khusus, Dana Bantuan untuk anak-Anak

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan badan-badan Perserikatan

Bangsa-Bangsa lainnya untuk menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan

Konvensi dalam bidang-bidang yang termasuk dalam kegiatan mereka.

Komite akan mengirimkan setiap laporan dari negara-negara Pihak yang

memuat permintaan atau menyatakan kebutuhan akan nasihat atau bantuan

teknis kepada badan-badan khusus berupa Dana Bantuan untuk Anak-Anak

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). Komite dapat merekomendasikan

kepada Majelis Umum untuk meminta Sekretaris Jenderal melakukan

penelitian atas topik-topik tertentu yang berkenaan dengan hak anak. Komite

dapat memberikan saran dan rekomendasi umum berdasarkan informasi yang

diterimanya. Saran dan rekomendasi tersebut harus disampaikan kepada

negara-negara pihak yang berkepentingan, dan dilaporkan kepada Majelis

Umum bersama dengan tanggapan-tanggapan, jika ada, dari negara-negara

pihak

42

Page 43: Modul.bdn ham

F. Badan-Badan Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa.Badan-badan khusus ini adalah merupakan organisasi internasional

independen yang sah dengan Piagam pendiriannya sendiri dan juga negara-

negara anggota mereka sendiri. Badan-badan ini kemudian di sebut Badan-

Badan Khusus PBB sebagai konsekwensi dari Pasal 57 Piagam PBB yang

menyatakan :

Berbagai badan-badan khusus yang didirikan atas persetujuan antar pemerintah dan mengemban tanggung jawab internasional yang luas, sebagaimana ditetapkan oleh peraturan dasarnya, dibidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan maupun bidang yang berkaitan dengan itu, ditempatkan dalam suatu hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sesuai dengan ketentuan Pasal 63. Badan-badan demikian yang telah berhubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa selanjutnya akan disebut Badan Badan khusus.

Pasal 63 Piagam PBB :

1. Dewan Ekonomi dan Sosial dapat ikut serta dalam persetujuan persetujuan dengan tiap-tiap badan badan khusus yang disebutkan dalam Pasal 57, dengan menentukan syarat-syarat mengenai hubungan badan badan yang bersangkutan itu dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Persetujuan persetujuan seperti itu harus mendapat persetujuan Majelis Umum.

2. Dewan dapat menyatukan kegiatan-kegiatan badan-badan khusus dengan jalan mengadakan konsultasi dan memberikan rekomendasi kepada badan-badan itu dan melalui rekomendasi kepada Majelis Umum dan kepada anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 57 dan 63 Piagam PBB mendefinisikan bahwa Dewan Ekonomi dan

Sosial mempunyai tanggung jawab utama untuk mengkordinasi kegiatan-

kegiatan badan-badan khusus dan integrasi-kegiatan mereka dalam

administrasi Badan-Badan PBB. Sebuah Komite di PBB yaitu Komite

Administratif bertanggung jawab untuk pelaksanaan perjanjian antara PBB dan

badan-badan khususnya. Badan -badan khusus yang sangat erat kaitannya

dengan HAM adalah :

1. Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR).

2. Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organisation - ILO).

3. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB

( UNESCO ).43

Page 44: Modul.bdn ham

4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

5. Organisasi Pangan dan Pertanian ( FAO ).

Berikut akan dijelaskan mengenai badan-badan khusus PBB,seperti berikut ini :

1. Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa (United Nations High Commissioner for Refugees - UNHCR) Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi atau UNHCR adalah badan yang

memberikan perlindungan dan bantuan kepada pengungsi dunia. UNHCR

Berkantor pusat di Jenewa, Switzerland. Organisasi ini dibentuk oleh Majelis

Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mulai bekerja pada tahun 1951.

UNHCR bekerja berdasarkan Statute of the Office of the United Nations High

Commissioner for Refugees ( statuta UNHCR). Instrumen ini disahkan oleh

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Resolusi 428 ( V ) bulan

Desember 1959. Dalam ketentuan-ketentuan umum terlihat ada dua tugas umum

yang diemban oleh UNHCR yaitu memberikan perlindungan secara internasional

dan mencarikan penyelesaian yang permanen terhadap masalah para

pengungsi. Dalam ketentuan tersebut juga disebutkan bahwa misi UNHCR

adalah kemanusiaan, sosial dan tidak bersifat politik. Selanjutnya dalam fungsi

UNHCR sebagaimana digariskan dalam statuta, tercermin definisi yang diberikan

terhadap pengungsi, yaitu sebagai berikut :

“UNHCR memberikan bantuan terhadap orang orang yang terpaksa pergi meninggalkan negara asalnya, karena adanya rasa takut yang amat sangat akibat adanya ancaman persekusi. Ketakutan tersebut juga dapat didasarkan pada alasan ras, agama, kebangsaan dan keanggotaannya pada suatu kelompok sosial tertentu ataupun pendapat politik. ”

Awalnya UNHCR dibentuk untuk membantu lebih dari satu juta pengungsi

Eropa setelah Perang Dunia ke II usai. Seiring dengan perkembangannya,

orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR tidak hanya pengungsi tetapi

termasuk kelompok-kelompok yang memiliki hubungan seperti pencari suaka

(asylum seeker), Internal Displace Person ( orang-orang yang karena konflik

bersenjata internal terpaksa meninggalkan kampung halamannya), orang-orang

tanpa kewarganegaraan (stateless person), dan pengungsi yang kembali ke

44

Page 45: Modul.bdn ham

negara asalnya.29 Untuk orang-orang yang karena konflik bersenjata internal

terpaksa meninggalkan kampung halamannya ( Internal Displace Person ) ada

sekitar 25 juta orang di seluruh dunia yang telah dibantu oleh UNHCR.30

Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi, dalam Pasal 1 mendefinisikan

pengungsi sebagai “orang yang pergi keluar dari negara dimana ia memiliki

kewarganegaraan dikarenakan adanya rasa takut yang beralasan akan adanya

penganiayaan yang beradasarkan atas ras, agama, kebangsaan, keanggotaan

pada kelompok sosial tertentu atau pandangan politik sehingga orang tersebut

tidak dapat atau karena rasa ketakutannya itu tidak bersedia menerima

perlindungan dari negaranya”.

UNHCR juga mencarikan solusi permanen bagi pengungsi. Repatriasi

Sukarela (Voluntary Repatriation) ke negara asalnya merupakan solusi yang

diinginkan bagi sebagian besar pengungsi dunia. Namun demikian, hal ini tidak

selalu dapat dilakukan dan dalam kasus-kasus pengungsi. UNHCR membantu

orang-orang untuk membangun kehidupan mereka di tempat lain atau negara

lain atau negara ketiga yang mau menerima mereka (Resettlement). Program-

program UNHCR didanai oleh sumbangan sukarela yang terutama diperoleh dari

pemerintah-pemerintah, dan juga dari kelompok-kelompok lain seperti

individu/pribadi dan organisasi swasta.

2. Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organisation - ILO).29 Suaka adalah dimana seseorang pengungsi / pelarian politik mencari perlindungan baik di

wilayah suatu negara maupun di dalam gedung perwakilan diplomatik suatu negara. Jika perlindungan diberikan, maka pencari suaka tersebut kebal dari proses hukum dari negara dimana ia berasal. Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik teori dan kasus, Alumni, BAndung, 1995.Hlm.163.

30 Istilah Internal Displaced Persons pertama kali di gunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan UNHCR pada tahun 1972 untuk menunjuk pada orang-orang di Sudan. Pada saat itu terjadi konflik bersenjata di Sudan dan kemudian orang-orang tersebut terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman tetapi masih dalam wilayah negara mereka sendiri. UNHCR mengartikan istilah ini sebagai orang-orang yang karena konflik bersenjata internal terpaksa meninggalkan kampung halamannya ke tempat lain yang lebih aman tetapi masih dalam wilayah mereka sendiri. Istilah Internally Displaced Persons dalam Resolusi Majelis Umum tahun 1975 memberikan hak kepada UNHCR untuk memberikan perlindungan dan bantuan terhadap orang-orang yang dalam keadaan terlantar yang tidak dimasukkan dalam pengertian pengungsi,tetapi mereka ditemukan dalam kondisi ”seperti pengungsi” sebagai akibat kejadian buatan manusia maupun bencana alam. Enny Soeprapto, Perlidungan Internasional Pengungsi dan Prinsip Prinsip Dasar Hukum Pengungsi, Suatu Pengantar,makalah yang disampaikan pada seminar sehari mengenai aspek hukum refugees dan displaced persons, FH Universitas Bung Hatta, Padang, 30 Juli, 1998,hlm.15.

45

Page 46: Modul.bdn ham

Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organisation, ILO)

didirikan pada tahun 1919. Konstitusi ILO mengakui bahwa buruh bukanlah

komoditi dan menegaskan bahwa semua orang, terlepas dari ras, keyakinan

atau jenis kelamin, masing-masing mempunyai hak mengejar kesejahteraan

materi maupun perkembangan spiritual dalam kondisi yang bebas, bermartabat

dan hak atas jaminan ekonomi dan kesempatan yang sama. ILO juga terlibat

dalam pertemuan-pertemuan dengan Komisi Hak Asasi Manusia dan Sub-

Komisi untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia. ILO juga

terlibat dalam pertemuan-pertemuan PBB yang berkaitan dengan masalah –

masalah hak-hak masyarakat adat, termasuk membentuk kelompok kerja untuk

masyarakat adat. ILO menyelenggarakan pertemuan PBB tahunan antar

institusi membahas isu-isu masyarakat adat yang diselenggarakan di Jenewa.

Salah satu mandat yang diberikan oleh ILO antara lain mengembangkan

dan menyusun standar buruh internasional untuk memperbaiki kondisi hidup

dan kondisi kerja manusia di dunia. Standar tersebut dituangkan dalam

berbagai Konvensi dan rekomendasi yang kemudian membentuk standar

internasional minimal yang terkait dengan masalah-masalah pekerjaan.

Contohnya adalah standar penerapan hak-hak dasar di tempat kerja, seperti

hak bebas untuk dari diskriminasi, hak untuk mendapatkan upah yang sama

atas pekerjaan yang sama, penghapusan tenaga kerja anak dan tenaga kerja

paksa, hak untuk bebas berkumpul dan berserikat. Jika suatu pemerintah

meratifikasi Konvensi ILO tersebut maka, Konvensi tersebut bersifat mengikat

secara hukum pada negara bersangkutan. Konvensi konvensi ILO antara lain :

Konvensi Buruh Paksa tahun 1930.

Konvensi Hak untuk Berorganisasi dan Penawaran kolektif tahun 1949.

Konvensi Persamaan Upah tahun 1951.

Konvensi Penghapusan Buruh Paksa 1957.

Konvensi Disriminasi dalam Mempekerjakan dan Pekerjaan tahun 1958.

Konvensi dasar ILO yang didasarkan pada empat prinsip dasar ILO :

kebebasan untuk berserikat dan hak untuk bernegosiasi harga, penghapusan

buruh anak dan pencegahan diskriminasi dalam pekerjaan dan mempekerjaan.

46

Page 47: Modul.bdn ham

3. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization – UNESCO ).

UNESCO adalah organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan Budaya yang

didirikan tahun 1945. UNESCO merupakan badan khusus utama untuk hak budaya

dan hak atas pendidikan. Ketentuan dasar UNESCO dirumuskan dalam konferensi

London dan ditandatangi pada tanggal 16 November 1945. Tujuan organisasi ini

adalah memberikan sumbangan kepada perdamaian dan keamanan dengan

mendorong kerjasama antar bangsa melalui melalui pendidikan, ilmu pengetahuan

dan kebudayaan untuk meningkatkan penghormatan universal terhadap keadilan,

tegaknya hukum dan HAM, serta kebebasan dasar yang ditegaskan bagi bangsa

bangsa di dunia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.

4. Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization - WHO)Organisasi Kesehatan Dunia adalah organisasi bernaung di bawah

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertindak sebagai otoritas koordinasi

terhadap kesehatan masyarakat internasional. WHO didirikan pada tahun 1945

dengan berkantor pusat di Jenewa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah

salah satu badan Khusus dari PBB yang bertindak sebagai pemegang otoritas utama

untuk pelaksanaan hak atas kesehatan, yang sangat berhubungan dengan hak atas

standar hidup yang layak dan hak atas pangan. Konstitusi WHO mendefinisikan

kesehatan sebagai kondisi yang menyeluruh atas fisik dan mental dan kesejahteraan

sosial, tidak hanya sebagai ketiadaan penyakit atau kelemahan. Fungsi WHO terkait

dengan hak atas kesehatan meliputi koordinasi pekerjaan internasional, membantu

pemerintah dalam pelayanan kesehatan nasional dan pendidikan yang terkait,

mengambil inisiatif kampanye untuk menghapus epidemi dan melaksanakan program

dan proyek perawatan kesehatan di banyak negara di dunia.

Selain mengkoordinasikan upaya-upaya internasional untuk mengendalikan

wabah penyakit menular, seperti SARS, Malaria, TBC dan AIDS, WHO, juga

mensponsori program-program untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut.

WHO mendukung pengembangan dan distribusi vaksin yang aman dan efektif,

47

Page 48: Modul.bdn ham

diagnostik farmasi, dan obat-obatan. WHO juga bertekad untuk memberantas Polio

dalam beberapa tahun mendatang. Selain bekerja dalam membasmi penyakit, WHO

juga melakukan kampanye yang terkait dengan kesehatan - misalnya, untuk

meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran di seluruh dunia dan untuk

mencegah penggunaan tembakau. WHO juga melakukan penelitian kesehatan pada

penyakit menular dan kondisi non-menular. WHO telah memiliki 193 negara

anggota, termasuk negara- negara anggota PBB. WHO dibiayai oleh kontribusi dari

negara-negara anggota, donor, Kontribusi sukarela, yayasan pemerintah, LSM,

organisasi PBB lainnya, dan sektor swasta.

5. Organisasi Pangan Sedunia (Food and Agriculture Organization - FAO )Oganisasi Pangan dan Pertanian Sedunia adalah badan yang membidangi

kordinasi masalah pangan dunia. FAO adalah salah satu badan Khusus dari PBB

yang bertindak sebagai pemegang otoritas utama untuk pelaksanaan hak atas

pangan dan juga berkaitan dengan hak atas standar hidup yang layak. FAO

bermarkas di Roma, Italia. FAO bertujuan untuk menaikkan tingkat nutrisi dan taraf

hidup, meningkatkan produksi, proses, pemasaran dan penyaluran produk pangan

dan pertanian, mempromosikan pembangunan di pedesaan serta melenyapkan

kelaparan. Hingga saat ini, FAO mempunyai 189 negara anggota. Aktivitas utama

FAO terkonsentrasi :

Bantuan pembangunan untuk negara-negara berkembang.

Memberi informasi mengenai nutrisi, pangan, pertanian, perhutanan dan

perikanan.

Nasehat untuk pemerintah negara negara terkait masalah pemenuhan pangan.

Forum netral untuk membicarakan dan menyusun kebijakan mengenai isu utama

pangan dan pertanian

G. Kesimpulan.Hak asasi manusia adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian sangat

besar oleh PBB. Piagam PBB menegaskan bahwa salah satu tujuan PBB adalah

menggalang suatu kerjasama internasional untuk mendorong penghormatan

48

Page 49: Modul.bdn ham

terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa

adanya perbedaan pada ras, jenis kelamin, bahasa atau agama. Atas dasar

tersebut ada beberapa badan-badan PBB yang kewenangannya, baik secara

keseluruhan maupun sebahagian, masuk ke dalam bidang Hak Asasi manusia.

Kategori pertama adalah badan-badan yang termasuk dalam organ utama PBB.

Kategori kedua adalah badan-badan yang dibentuk berdasarkan intrumen HAM

internasional dan kategori ketiga adalah badan-badan khusus PBB.

Badan-badan yang termasuk dalam organ utama PBB yaitu Majelis Umum

dan Dewan Ekonomi dan sosial. Majelis Umum telah membentuk Dewan HAM

Perserikatan Bangsa- Bangsa yang bekerja untuk memajukan dan penghormatan

terhadap hak-hak asasi manusia. Dewan Ekonomi Sosial adalah salah satu organ

utama PBB yang kewenangannya, hampir secara keseluruhan masuk ke dalam

bidang Hak Asasi manusia. Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membentuk komisi-

komisi di bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan hak-hak asasi manusia.

Komisi komisi ini bekerja dibawah Dewan Ekonomi dan Sosial. Komisi-komisi yang

dimaksud adalah Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sub

Komisi Untuk Pemajuan dan Perlindungan HAM, Komisi Tentang Status Wanita

serta Komisi Tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana.

Badan- badan HAM yang termasuk kategori yang kedua adalah badan-badan

yang dibentuk berdasarkan intrumen HAM internasional. Badan ini disebut dengan

komite. Komite-komite ini dibentuk sebagai badan untuk mengawasi implementasi

ketentuan instrumen-instrumen HAM internasional yang dikeluarkan PBB. Komite-

komite tersebut adalah Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial, Komite Hak

Asasi Manusia, Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Komite Penghapusan

Diskriminasi Terhadap Perempuan, Komite Menentang Penyiksaan serta Komite

Tentang Hak Anak.

Selain badan-badan HAM yang termasuk dalam kategori di atas, juga terdapat

badan-badan yang mengemban tanggungjawab internasional yang luas dalam

bidang HAM terkait dengan bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan

kesehatan, yang ditempatkan dalam suatu hubungan khusus dengan Perserikatan

Bangsa-Bangsa. Badan ini disebut dengan badan-badan khusus PBB. Yang

termasuk badan badan ini adalah Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa – Bangsa 49

Page 50: Modul.bdn ham

Untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees - UNHCR).

Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organisation - ILO),

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan ( United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization - UNESCO ), Organisasi

Kesehatan Dunia ( World Health Organization - WHO) serta Organisasi Pangan

Sedunia ( Food and Agriculture Organization - FAO ) .

Meskipun dasar pendirian dan tugas dari badan-badan HAM PBB tersebut

berbeda-beda tapi tujuannya tetap sama, dalam rangka pemajuan dan

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

H. LatihanUntuk lebih meningkatkan pemahaman tentang Badan-Badan HAM PBB

sebagaimana diuraikan di atas, cobalah untuk jawab latihan di bawah ini :

1. Sebutkan dua organ utama PBB yang mempunyai peranan penting untuk

menggalang kerjasama internasional dalam bidang hak asasi manusia ?

2. Jelaskan kewenangan Majelis Umum PBB dalam bidang hak asasi manusia ?

3. Jelaskan fungsi dan kewenangan Dewan Ekonomi dan Sosial berdasarkan

Piagam PBB ?

4. Sebutkan badan-badan HAM PBB yang dibentuk berdasarkan Pasal 68

Piagam PBB ?

5. Jelaskan peranan dari Komite HAM PBB dalam rangka penyusunan Instrumen

pokok hak-hak asasi manusia ( Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia,

Kovenan Hak Hak Sipil dan Politik serta Kovenan Hak Hak Ekonomi, Sosial

dan Budaya ) ?50

Page 51: Modul.bdn ham

6. Jelaskan perbedaan dari Komite HAM PBB dan Dewan HAM PBB ?

7. Sebutkan badan-badan HAM yang dibentuk berdasarkan instrument-instrumen

Hak asasi manusia yang dikeluarkan oleh PBB ?

8. Sebutkan organisasi-organisasi internasional yang masuk dalam kategori

Badan-Badan Khusus PBB?

BAB IIIBADAN BADAN NASIONAL

UNTUK HAK ASASI MANUSIA

A. Standar Kompetensi Peserta Diklat.

51

Page 52: Modul.bdn ham

1. Peserta diklat mengetahui tujuan dan fungsi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia serta Ombudsman RI dalam rangka perlindungan dan pemajuan terhadap hak asasi manusia di Indonesia.

2. Peserta diklat memahami tujuan dan fungsi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia serta Ombudsman RI dalam rangka perlindungan dan pemajuan terhadap hak asasi manusia di Indonesia.

3. Peserta diklat mampu menjelaskan tujuan dan fungsi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia serta Ombudsman RI dalam rangka perlindungan dan pemajuan terhadap hak asasi manusia di Indonesia.

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan. ( Pasal 1 Ayat ( 1 ) dan Pasal 2,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ).

B. Latar Belakang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlibat dalam berbagai kegiatan yang

bertujuan mencapai pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Di samping

kegiatan-kegiatan itu, PBB juga memberikan bantuan praktis pada negara-negara

untuk melindungi dan memajukan hak asasi manusia. Struktur dan kegiatan ini

memungkinkan PBB memainkan peran penting dalam melaksanakan hak asasi

manusia dan kebebasan dasar. Namun, PBB mempunyai kapasitas yang terbatas

untuk melakukan aksi langsung, terutama dalam kasus-kasus pelanggaran HAM

yang sifatnya individual. PBB tidak dapat melakukan investigasi bagi setiap

dugaan pelanggaran hak asasi manusia atau memberikan bantuan kepada setiap

korban. Berdasarkan alasan-alasan ini, sistem internasional sangat bergantung

pada dukungan yang diperoleh dari sistem hak asasi manusia nasional seperti

52

Page 53: Modul.bdn ham

badan-badan HAM di tingkat nasional yang dibentuk pemerintah. Sistem hak asasi

manusia nasional memperkuat standar dan perangkat internasional dengan

menyediakan cara-cara menangani masalah yang berkenaan dengan hak asasi

manusia, dalam konteks sosial, sejarah dan politik tertentu dari wilayah yang

bersangkutan. Peran pemerintah dalam mewujudkan hak asasi manusia sangatlah

penting. Hak asasi manusia melibatkan hubungan antar individu, dan antara

individu dengan negara. Oleh karena itu, tugas praktis untuk melindungi dan

memajukan hak asasi manusia adalah tugas nasional negara. Pada tingkat

nasional, hak dapat dilindungi baik melalui peraturan yang cukup, badan peradilan

yang mandiri, pelaksanaan perlindungan, pemulihan hak individu, serta

pembentukan institusi.

Ketika negara-negara meratifikasi suatu instrumen hak asasi manusia,

mereka memasukkan ketentuan-ketentuan instrumen hak asasi manusia itu ke

dalam peraturan nasionalnya. Oleh karena itu, saat ini standar hak asasi manusia

dan norma-norma hak asasi manusia tercermin dalam hukum positif dari hampir

seluruh negara. Namun, seringkali keberadaan hukum untuk melindungi hak-hak

itu tidak memadai jika tidak dilengkapi dengan institusi yang diperlukan untuk

menjamin perwujudan hak itu. Dengan demikian, semakin jelas bahwa penikmatan

hak asasi manusia yang efektif mensyaratkan pembentukan infrastruktur nasional

bagi perlindungan dan pemajuan hak aasi manusia. Beberapa tahun terakhir ini,

institusi hak asasi manusia telah terbentuk secara resmi di banyak negara.

Meskipun tugas dari institusi itu mungkin berbeda-beda dari satu negara ke negara

yang lain, tapi tujuannya sama yaitu untuk pemajuan dan penghormatan terhadap

hak asasi manusia. Berdasarkan hal tersebut, institusi-institusi itu disebut badan

badan nasional untuk hak asasi manusia.

Pada 1978, Komisi Hak Asasi Manusia PBB mengadakan seminar tentang

institusi nasional dan lokakarya untuk merancang pedoman tentang struktur dan

fungsi institusi nasional untuk hak asasi manusia. Berdasarkan seminar tersebut,

serangkaian pedoman telah disahkan. Pedoman ini menyarankan agar fungsi-

fungsi institusi nasional hak asasi manusia harus:31

31 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Lembar Fakta HAM , Op.cit, hal 287.53

Page 54: Modul.bdn ham

a) Bertindak sebagai sumber informasi hak asasi manusia bagi pemerintah dan

masyarakat di negara itu.

b) Membantu pendidikan masyarakat dan mempromosikan kesadaran dan

penghormatan terhadap hak asasi manusia.

c) Mempertimbangkan, merundingkan, dan membuat rekomendasi tentang suatu

keadaan tertentu yang mungkin ada secara nasional dan yang ingin dirujuk

Pemerintah.

d) Memberikan nasehat tentang masalah hak asasi manusia yang diajukan

kepadanya oleh Pemerintah.

e) Mempelajari dan meninjau kembali status undang-undang, keputusan

peradilan, dan peraturan pemerintah untuk memajukan hak asasi manusia,

dan untuk menyiapkan dan menyampaikan laporan-laporan tentang hal-hal

tersebut kepada pejabat yang berwenang.

f) Melaksanakan fungsi-fungsi lain yang ditugaskan kepada institusi hak asasi

manusia tersebut, yang berhubungan dengan kewajiban negara menurut

perjanjian internasional dalam bidang hak asasi manusia di mana negara itu

menjadi Pihak. Sehubungan dengan struktur institusi, pedoman mengusulkan

agar institusi-institusi itu dirancang sedemikian rupa supaya mencerminkan

komposisi unsur-unsur bangsa yang lebih besar sehingga semua anggota

masyarakat terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan hak asasi manusia

g) Mempunyai badan penasehat lokal atau regional untuk membantu

melaksanakan fungsi-fungsi mereka dalam kasus-kasus yang tepat.

Pedoman-pedoman itu kemudian disahkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia

PBB dan Majelis Umum. Komisi mengajak semua negara anggota mengambil

langkah-langkah yang tepat bagi pembentukan institusi nasional di negaranya

untuk melindungi dan memajukan hak asasi manusia. Konsep institusi nasional

hak asasi manusia lebih jauh spesifik – mengacu pada suatu institusi yang

berfungsi secara khusus dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

Institusi ini mempunyai kewenangan sebagai penasehat sehubungan dengan hak

asasi manusia di tingkat nasional dan/atau internasional. Di negara Indonesia, 54

Page 55: Modul.bdn ham

institusi nasional hak asasi manusia dibentuk melalui undang-undang atau

ketetapan pemerintah ( Presiden ). Kategori institusi nasional tersebut dijelaskan

secara rinci berikut ini.

C. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM ).1.Umum

Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk pada tanggal 7 Juni

1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993 tentang Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia. Keputusan Presiden tersebut lahir menindaklanjuti

hasil rekomendasi lokakarya tentang Hak Asasi Manusia yang diprakarsai oleh

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa,

yang diselenggarakan pada tanggal 22 Januari 1991 di Jakarta. Berdasarkan

Keputusan Presiden tersebut, Komnas HAM bertujuan : pertama, membantu

pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai

dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Perserikatan Bangsa- Bangsa

serta Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia. Kedua, meningkatkan

perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya pembangunan

manusia nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya maupun

pembangunan masyarakat pada umumnya.

Dalam perkembangannya, masih didapati adanya kondisi yang belum cukup

kondusif untuk perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia. Hal tersebut

menimbulkan berbagai perilaku yang tidak adil dan diskriminatif. Perilaku yang

tidak adil dan diskriminatif tersebut mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak

asasi manusia baik yang dilakukan oleh aparatur negara (state actor) yaitu

pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara kepada masyarakat

(pelanggaran Ham vertikal), maupun yang dilakukan oleh masyarakat (non state

actor) yaitu pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan diantara sesama

masyarakat (pelanggaran Ham horizontal). Menyikapi adanya berbagai bentuk

pelanggaran hak asasi manusia tersebut, guna menghindari jatuhnya korban

pelanggaran Ham yang lebih banyak dan untuk menciptakan kondisi yang

kondusif, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat telah mengeluarkan Ketetapan

MPR Nomor XVII/MPR/1998. Dalam Ketetapan tersebut disebutkan, antara lain 55

Page 56: Modul.bdn ham

menugasi lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk

menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak

asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Selain itu, dalam ketetapan tersebut

juga disebutkan bahwa pelaksanaan penyuluhan, pengkajian, pemantauan,

penelitian dan mediasi tentang hak asasi manusia dilakukan oleh suatu Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia yang ditetapkan dengan Undang-undang.

Menindaklanjuti amanat Ketetapan MPR tersebut, maka pada tanggal 23

September 1999 telah disahkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-undang tersebut selain mengatur mengenai

hak asasi manusia, juga mengenai kelembagaan Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia. Dengan ditingkatkannya dasar hukum pembentukan Komnas HAM dari

Keputusan Presiden menjadi Undang-Undang, diharapkan Komnas HAM dapat

menjalankan fungsinya dengan lebih optimal untuk mengungkapkan berbagai

bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Dengan Undang-Undang tersebut,

Komnas HAM mempunyai kewenangan dalam membantu penyelesaian

pelanggaran hak asasi manusia. Wewenang ini lebih diperkuat lagi dengan

disahkannya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak

Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Pengadilan HAM ini, Komnas HAM diberi

mandat sebagai satu-satunya institusi yang mempunyai kewenangan untuk

melakukan penyelidikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

Komnas HAM sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1 angka 7 Undang-

undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah :

“Lembaga mandiri, yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya,

yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan,

dan mediasi hak asasi manusia.”

Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan dapat

mendirikan Perwakilan Komnas HAM di daerah. Sampai dengan saat ini, Komnas

HAM memiliki sebanyak 2 (dua) Perwakilan Komnas HAM yaitu di Kalimantan

Barat dan Sumatera Barat dan 2 (dua) Kantor Perwakilan Komnas HAM di Aceh

dan Ambon. Pada saat ini, Komnas HAM masih dalam proses mempersiapan

pembentukan Perwakilan Komnas HAM di Papua.

56

Page 57: Modul.bdn ham

2. Tujuan dan Fungsi Komnas HAM. Berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang 39 Tahun 1999, Komnas HAM bertujuan :

a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia

sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Piagam

Perserikatan Bangsa- Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya

berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Fungsi Komnas HAM dikategorikan menjadi dua, pertama fungsi Komnas

HAM berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia dan yang kedua, fungsi Komnas HAM berdasarkan Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Fungsi Komnas HAM

berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah berdasarkan Pasal

76 Ayat ( 1 ) : “untuk mencapai tujuannya, Komnas HAM melaksanakan fungsi

pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi

manusia.

Berdasarkan Pasal 89 Ayat 1, untuk melaksanakan fungsi pengkajian dan

penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 Ayat ( 1 ), Komnas HAM

bertugas dan berwenang melakukan :

a) Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi manusia

dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan

atau ratifikasi.

b) Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk

memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan dan

pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi

manusia.

c) Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.

d) Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain mengenai

hak asasi manusia.

e) Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,

penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

57

Page 58: Modul.bdn ham

f) Kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau pihak

lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang

hak asasi manusia.

Berdasarkan Pasal 89 Ayat 2, untuk melaksanakan penyuluhan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 76 Ayat ( 1 ), Komnas HAM bertugas dan berwenang

melakukan :

a) Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat

Indonesia.

b) Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui

lembaga pendidikan formal dan non-formal serta berbagai kalangan lainnya.

c) Kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di tingkat

nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.

Berdasarkan Pasal 89 Ayat 3, untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM

dalam pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 Ayat ( 1 ), Komnas

HAM bertugas dan berwenang melakukan :

a) Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil

pengamatan tersebut.

b) Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam

masyarakat berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat

pelanggaran hak asasi manusia.

c) Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang

diadukan untuk dimintai dan didengar keterangannya.

d) Pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya dan kepada

saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.

e) Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu.

f) Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara

tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya

dengan persetujuan ketua pengadilan. Pemeriksaan setempat terhadap

rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat-tempat lainnya yang diduduki

atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan ketua pengadilan.

g) Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap

perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam 58

Page 59: Modul.bdn ham

perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah

publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat

Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.

Berdasarkan Pasal 89 Ayat 4, dalam melaksanakan fungsi mediasi

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 Ayat ( 1 ), Komnas HAM bertugas

dan berwenang :

a) Mengadakan perdamaian antar pihak pihak yang bertikai.

b) Menyelesaikan perkara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan

penilaian ahli.

c) Memberi saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui

pengadilan.

d) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi

manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.

e) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi

manusia kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk ditindaklanjuti

Selain beberapa fungsi yang disebutkan di atas, fungsi Komnas HAM

berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,

adalah sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang untuk melakukan

penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Hal ini

terdapat dalam Pasal 18 yaitu :

1) Penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.

Berdasarkan Pasal 97 Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, Komnas HAM

wajib menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan

wewenangnya, serta kondisi hak asasi manusia, dan perkara-perkara yang

ditanganinya kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden dengan tembusan

kepada Mahkamah Agung. Penyampaian laporan tahunan ini merupakan bentuk

pertanggungjawaban Komnas HAM dalam menjalankan fungsinya. Selain

menyampaikan pertanggungjawaban kepada DPR dan Presiden dengan

tembusan Mahkamah Agung, Komnas HAM juga mempertanggungjawabkan 59

Page 60: Modul.bdn ham

pelaksanaan fungsi dan tugasnya kepada publik. Bentuk pertanggungjawaban

kepada publik tersebut dilakukan antara lain dengan menginformasikan kepada

publik melalui media massa tentang hasil kerja Komnas HAM.

3. Struktur kelembagaan.Komnas HAM mempunyai kelengkapan kelembagaan yang terdiri dari Sidang

Paripurna, Sub Komisi dan sebuah Sekretariat Jenderal sebagai unsur

pelayanan. Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Komnas

HAM. Sidang Paripurna terdiri dari seluruh anggota Komnas HAM. Sidang

Paripurna menetapkan Peraturan Tata Tertib, Program Kerja, dan Mekanisme

Kerja Komnas HAM. 32

Anggota Komnas HAM berjumlah 35 (tiga puluh lima) orang yang dipilih oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan diresmikan oleh Presiden

selaku Kepala Negara. Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua dan 2 (dua)

orang wakil ketua. Ketua dan wakil ketua Komnas HAM dipilih oleh dan dari

Anggota. Masa jabatan keanggotaan Komnas HAM selama 5 (lima) tahun dan

setelah berakhir dapat diangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.33

D. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.1. Umum

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan adalah lembaga

independen yang didirikan pada tanggal 15 Oktober 1998, berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 dan diperbaharui dengan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan

Terhadap Perempuan. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil,

terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung

jawab negara dalam menanggapi dan menangani persoalan kekerasan terhadap

perempuan. Tuntutan tersebut berakar dari tragedi kekerasan seksual yang

terjadi pada kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia. Karena

Tragedi tersebut, Presiden RI kemudian mendirikan sebuah komisi independen di

32 Pasal 78 dan 79 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.33 Pasal 83 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

60

Page 61: Modul.bdn ham

tingkat nasional yang bertugas menciptakan kondisi yang kondusif bagi

penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakan

HAM perempuan di Indonesia. Fokus perhatian Komnas Perempuan pada saat

ini adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, perempuan

pekerja rumah tangga yang bekerja di dalam negeri maupun di luar negeri

sebagai buruh migrant, perempuan korban kekerasan seksual yang menjalankan

proses peradilan, perempuan yang hidup di daerah konflik bersenjata, dan

perempuan kepala keluarga yang hidup di tengah kemiskinan di daerah

pedesaan.

2. Tujuan dan Fungsi Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005, tujuan dari Komisi

Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan adalah :

a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk

kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia

perempuan di Indonesia.

b. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk

kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia

perempuan.

Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, tugas dari

Komisi ini adalah :

a. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan Indonesia dan upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan

serta penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

b. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta berbagai instrumen internasional

yang relevan bagi perlindungan hak-hak asasi manusia perempuan.

c. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian

tentang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak

asasi manusia perempuan serta penyebarluasan hasil pemantauan

kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong

pertanggungjawaban dan penanganan.61

Page 62: Modul.bdn ham

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif

dan yudikatif serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong

penyusunan dan pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang

mendukung upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk

kekerasan terhadap perempuan Indonesia serta perlindungan, penegakan,

dan pemajuan hak-hak asasi manusia perempuan.

e. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan

upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan

terhadap perempuan Indonesia serta perlindungan, penegakan dan pemajuan

hak-hak asasi manusia perempuan.

Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan bersandar pada instrumen internasional tentang hak asasi manusia

yang menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran

HAM. Instrumen internasional tersebut adalah Deklarasi Internasional Anti

Kekerasan Terhadap Perempuan ( 1993 ) serta Konvensi Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan yang sudah diratifikasi oleh

Pemerintah Indonesia dengan Undang –Undang Nomor 7 tahun 1984. Instrumen

ini meletakkan kerangka kerja yang komprehensif tentang pemenuhan hak asasi

perempuan dan upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

3. Struktur Kelembagaan.Susunan organisasi Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

terdiri dari Komisi Paripurna dan Badan Pekerja. Komisi Paripura merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan. Komisi Paripurna mempunyai tugas melaksanakan tugas Komisi

Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang ditetapkan dan menyusun

serta menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Komisi.

Susunan keanggotaan Komisi Paripurna terdiri dari ketua, wakil ketua dan

anggota. Wakil Ketua terdiri dari paling banyak 2 (dua) orang. Anggota Komisi

Paripurna terdiri dari paling banyak 19 (sembilan belas) orang.34

34 Pasal 6 – 10 Peraturan Presiden No.65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

62

Page 63: Modul.bdn ham

Badan Pekerja dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Badan Pekerja mempunyai

tugas memberikan dukungan staf, administrasi, dan pemikiran kepada Komisi

Paripurna dalam melaksanakan tugas Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan.35

E. Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ).Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) dibentuk untuk menangani

berbagai laporan tentang adanya kekerasan dan belum terpenuhinya hak-hak

anak di Indonesia. KPAI dibentuk karena adanya dorongan internasional yang

didasari dengan adanya Konvensi Hak Anak ( Convention on the Rights of The

child ). Konvensi Hak Anak adalah salah satu instrumen internasional yang paling

banyak diratifikasi di dunia. Dorongan komunitas internasional tersebut akhirnya

membuat Presiden RI ( yang saat itu dijabat oleh Megawati Soekarno Putri ) untuk

mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak. Melalui Undang-Undang ini kemudian dibentuklah Komisi Perlindungan

Anak Indonesia ( KPAI ). Pasal 74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

menyatakan bahwa : “dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan

perlindungan anak, dengan Undang-Undang ini dibentuk Komisi Perlindungan

Anak Indonesia yang bersifat independen.” KPAI adalah lembaga independen

yang dibentuk dalam rangka meningkatkan efektifikas penyelenggaraan

perlindungan anak. Secara teknis amanat pembentukan KPAI ditindaklanjuti

melalui Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003.

2. Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

Berdasarkan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, tugas KPAI

Adalah :

a) Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi,

menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan,

evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.35 Pasal 14 – 15 Peraturan Presiden No.65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan

Terhadap Perempuan.63

Page 64: Modul.bdn ham

b) Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden

dalam rangka perlindungan anak.

3. Struktur Kelembagaan.

Keanggotaan KPAI terdiri dari 9 ( sembilan ) orang. Susunan keanggotaan

Komisi Perlindungan Anak Indonesia terdiri dari :36

a. 1 (satu) orang Ketua.

b. 2 (dua) orang Wakil Ketua.

c. 1 (satu) orang Sekretaris.

d. 5 (lima) orang Anggota.

Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terdiri dari unsur :

pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, organisasi

kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha;

dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak.37

Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia diangkat dan diberhentikan

oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya KPAI diperkenankan untuk

membentuk kelompok kerja di masyarakat dan juga perwakilan daerah.

Pembentukan keduanya ditetapkan oleh ketua KPAI. KPAI bertanggung jawab

langsung kepada presiden dan masa keanggotaannya adalah selama 3 ( tiga )

tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Mekanisme kerja

Komisi Perlindungan Anak Indonesia didasarkan pada prinsip pemberdayaan,

kemitraan, akuntabilitas, kredibilitas, efektifitas, dan efisiensi.38

F. Ombudsman Republik IndonesiaOmbudsman Republik Indonesia dibentuk pada tanggal 10 Maret 2000.

Ombudsman dibentuk pada masa kepemimpinan Presiden Abdulrahman Wahid.

Presiden berinisiatif membuka partisipasi masyarakat untuk turut serta

mengawasi kinerja pemerintahan. Berdasarkan hal tersebut, Presiden 36 Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.37 Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.38 Pasal 17 Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan AnakIndonesia..

64

Page 65: Modul.bdn ham

menandatangai Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 Tentang Komisi

Ombudsman Nasional. Berdasarkan Keppres, Komisi Ombudsman Nasional

adalah lembaga pengawasan masyarakat yang berasaskan Pancasila dan bersifat

mandiri, serta berwenang melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas

laporan masyarakat mengenai penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat

oleh aparatur pemerintahan.

Keberadaan Keppres tersebut ternyata kurang cukup sebagai landasan

hukum berdirinya Ombudsman di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun

2008 status hukum Komisi Ombudsman Nasional ditingkatkan dengan

disahkannya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia ( ORI ). Berdasarkan Undang-Undang tersebut, nama Komisi

Ombudsman Nasional dirubah menjadi Ombudsman Republik Indonesia yang

selanjutnya disebut sebagai Ombudsman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Ombudsman Republik

Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang

mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik

yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk

yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan

yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.39

Penyelenggara negara yang dimaksud disini adalah pejabat yang

menjalankan fungsi pelayanan publik yang tugas pokoknya berkaitan dengan

penyelenggaraan negara. Warga negara Indonesia atau penduduk dapat

memberikan laporan kepada Ombudsman mengenai perbuatan – perbuatan

maladministrasi yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Berdasarkan Pasal 1

Ayat 3, maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,

melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang

menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian

kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh 39 Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

65

Page 66: Modul.bdn ham

penyelenggara negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materil

dan/atau immateril bagi masyarakat dan orang perseorangan. Laporan yang

disampaikan dapat secara tertulis atau lisan oleh setiap orang yang telah menjadi

korban maladministrasi. Pelapor adalah warga negara Indonesia atau penduduk

sedangkan terlapor adalah penyelenggara negara dan pemerintahan yang

melakukan maladministrasi. Berdasarkan hasil laporan tersebut, Ombudsman

dapat mengeluarkan rekomendasi disusun berdasarkan hasil investigasi, dan

kemudian memberikannya kepada atasan terlapor untuk ditindaklanjuti dalam

rangka peningkatan mutu penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang baik.

Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki

hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya,

serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan

kekuasaan lainnya.40

2. Fungsi, Tugas dan Kewenangan Ombudsman.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Ombudsman

berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan

oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah

termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha

Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.

Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Ombudsman

bertugas:

a. Menerima Laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

b. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.

c. Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan

Ombudsman.

40 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

66

Page 67: Modul.bdn ham

d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan

f. Membangun jaringan kerja.

g. Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang - Undang.

Berdasarkan Pasal 8 Undang - Undang Nomor 37 Tahun 2008, Kewenangan

Ombudsman adalah :

a) Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor, atau

pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman.

b) Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada

pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan.

c) Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan

dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor.

d) Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait

dengan laporan.

e) Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para

pihak.

f) Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk

rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak

yang dirugikan dalam melaksanakan kewenangannya.

Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau

digugat di muka pengadilan.41 Ombudsman juga dilarang mencampuri kebebasan

hakim dalam memberikan putusan.42 Dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya, Ombudsman memegang asas-asas : kepatutan keadilan, non-

diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan dan

41 Pasal 10 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.42 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

67

Page 68: Modul.bdn ham

kerahasiaan.43 Demi kepentingan umum, Ombudsman mengumumkan hasil

temuan, kesimpulan, dan rekomendasi serta saran kepada kepala daerah, atau

pimpinan penyelenggara negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik dalam rangka mencegah

maladministrasi.

3. Struktur kelembagaan Ombudsman.

Ombudsman dipimpin oleh satu orang ketua yang merangkap anggota; 1

(satu) orang wakil ketua yang merangkap anggota; dan 7 (tujuh) orang anggota.

Ketua, wakil ketua, dan anggota Ombudsman dipilih oleh Dewan Perwakilan

Rakyat berdasarkan calon yang diusulkan oleh Presiden.44 Ketua, wakil ketua, dan

anggota Ombudsman memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan dapat

dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Dalam melaksanakan

tugasnya Ombudsman dibantu oleh sebuah sekretariat yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Jenderal.

G. Kesimpulan. Peran pemerintah dalam mewujudkan hak asasi manusia sangatlah penting.

Hak asasi manusia melibatkan hubungan antar individu dan antara individu

dengan negara. Oleh karena itu, tugas praktis untuk melindungi dan memajukan

hak asasi manusia adalah tugas nasional negara. Pada tingkat nasional, hak

dapat dilindungi baik melalui peraturan yang cukup, badan peradilan yang mandiri,

dan pelaksanaan perlindungan, pemulihan individu, serta pembentukan institusi

yang demokratis.

Pelanggaran hak asasi manusia terjadi baik dilakukan oleh aparatur negara

(state actor) yaitu pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan negara kepada

masyarakat (pelanggaran Ham vertikal), maupun dilakukan oleh masyarakat (non

state actor) yaitu pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan diantara sesama

masyarakat (pelanggaran Ham horizontal). Menyikapi adanya berbagai bentuk

pelanggaran hak asasi manusia tersebut, maka guna menghindari jatuhnya korban

43 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.44 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

68

Page 69: Modul.bdn ham

pelanggaran HAM yang lebih banyak serta untuk menciptakan kondisi yang

kondusif, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat telah mengeluarkan Ketetapan

MPR Nomor XVII/MPR/1998. Dalam Ketetapan tersebut disebutkan, antara lain

menugasi lembaga lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk

menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak

asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Indonesia juga sudah memiliki Undang

Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM serta Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Berdasarkan hal tersebut dalam rangka

penghormatan terhadap hak-hak asasi serta kebebasan dasar manusia, ada

empat badan-badan nasional yang dibentuk untuk hak asasi manusia. Badan-

badan tersebut adalah Komnas HAM, Komisi Perlindungan Anak Indonesia,

Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan serta Ombudsman Republik

Indonesia. Meskipun dasar pendirian dan tugas dari badan badan nasional HAM

tersebut berbeda-beda tapi tujuannya sama dalam rangka pemajuan dan

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

H. LatihanUntuk lebih meningkatkan pemahaman tentang badan badan nasional hak asasi

manusia, cobalah untuk jawab latihan di bawah ini :

1. Jelaskan fungsi Komnas HAM berdasarkan Undang-undang Nomor 39 tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia dan berdasarkan Undang-undang Nomor 26

Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ?

2. Jelaskan tujuan didirikannya Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan ?

3. Jelaskan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia berdasarkan Pasal 76

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 ?

4. Jelaskan tugas Ombudsman RI berdasarkan 7 Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2008 ?

69

Page 70: Modul.bdn ham

BAB IV

PENUTUP DAN TINDAK LANJUT

A. Penutup

Modul Badan-Badan HAM ini adalah bagian dari bahan ajar pelatihan hak

asasi manusia bagi aparatur pemerintah, khususnya aparatur pemerintah di

lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Modul ini menjelaskan

secara garis besar peranan Badan-Badan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa dan

Badan-Badan Nasional untuk Hak Asasi Manusia, dalam rangka memajukan dan

mendorong penghormatan terhadap hak-hak asasi serta kebebasan dasar

manusia.

70

Page 71: Modul.bdn ham

Pada dasarnya, ada banyak Badan-Badan HAM yang bersifat internasional

maupun nasional yang berperan dalam memajukan dan mendorong

penghormatan terhadap hak-hak asasi serta kebebasan dasar manusia, namun

dalam modul ini hanya dicantumkan Badan-Badan HAM PBB dan empat Badan

Nasional HAM. Hal tersebut karena PBB adalah suatu organisasi yang

menerapkan Prinsip universalitas. Berdasarkan hal tersebut, Badan-Badan HAM

PBB banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah – masalah hak asasi

manusia yang bersifat universal, baik melalui program-program yang luas, maupun

membahas isu-isu spesifik. Dipilihnya empat Badan HAM Nasional disini karena

badan-badan ini merupakan badan-badan utama yang mempunyai kewenangan,

tugas dan fungsi sehubungan dengan hak-hak asasi manusia

Agar tujuan pembelajaran dari setiap pokok bahasan dapat tercapai dengan

optimal maka para pengguna modul ini disarankan untuk membaca bahan ajar

dan bahan bacaan lain yang relevan. Dengan adanya modul ini diharapkan

peserta diklat dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan secara

garis besar substansi dari Badan-Badan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa dan

Badan-Badan Nasional untuk Hak Asasi Manusia

B. Tindak Lanjut .

Setelah diklat, para peserta akan memperoleh pemahaman tentang hak asasi

manusia. Besarnya pemahaman yang diperoleh, sangat tergantung kepada

masing-masing individu. Berdasarkan hal tersebut, para peserta diklat diharapkan

dapat mengimplementasikan nilai-nilai hak asasi manusia baik di lingkungan

tempat kerja masing-masing maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

71

Page 72: Modul.bdn ham

DAFTAR PUSTAKA

A. Instrumen InternasionalPiagam Perserikatan Bangsa Bangsa.

Deklarasi Universal Hak Hak Asasi Manusia.

Kovenan Hak Hak Sipil dan Politik.

Kovenan Hak Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

B. Instrumen Nasional.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia.

72

Page 73: Modul.bdn ham

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti

Kekerasan Terhadap Perempuan.

Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak

Indonesia.

C. Literatur

Boer Mauna , Hukum Internasional , Pengertian , Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,Penerbit PT Alumni bandung , 2005.

Direktorat Jenderal Multilateral Deplu, Buku Informasi, Kompilasi Rekomendasi Treaty Bodies dan Mekanisme Khusus Perserikatan Bangsa – Bangsa, Jakarta, 2008.

D.W.Bowett Q.C.LL.D, The Law of International Institutional”, diterjemahkan oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, S.H, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta

Haryomataram, Hukum Humaniter, CV. Rajawali, Jakarta

J.G Starke ,Pengantar Hukum Internasional ,Sinar Gratika , Jakarta.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Lembar Fakta HAM, Edisi ke II.

Nowak, Manfred, Introduction to the international Human Rights Regime, diterjemahkan oleh Sri Sulastini, Editor, Djumantoro Purbo, Pengantar Rezim Hak Asasi Manusia Internasional, Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law bekerjasama dengan Departemen Hukum dan HAM indonesia dan Swedish International Development Cooperation Agency ( SIDA) ,Jakarta.

Rhona.K.M.Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hukum Hak Asasi Manusia ( PUSHAM UII ), Jogyakarta, Maret,2008.

Scott Davidson, Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan praktek dalam pergaulan internasional, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2004.

Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Penerbit Alumni, Bandung, 1997.

73

Page 74: Modul.bdn ham

74

Page 75: Modul.bdn ham

75

Page 76: Modul.bdn ham

76