Advokasi ham

38
BAB I ( PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998. Selama ini Hak Asasi Manusia menjadi topic yang hangat di dunia internasional. Hak Asasi Manusia tak luput dari advokasi (pembelaan) hak asasi manusia. Advokasi hak asasi manusia itu sendiri adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli hukum dan atau lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi, mediasi, serta pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang bertujuan untuk menyelesaikan kasus-kasus hak asasi manusia. Oleh karena itu advokasi dan hak-hak korban pelanggaran HAM 1 | Advokasi HAM

description

makalah

Transcript of Advokasi ham

Page 1: Advokasi ham

BAB I

( PENDAHULUAN)

A.    LATAR BELAKANG

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman

pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak

dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi

Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan

masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD

45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998.

Selama ini Hak Asasi Manusia menjadi topic yang hangat di dunia

internasional. Hak Asasi Manusia tak luput dari advokasi (pembelaan) hak asasi

manusia. Advokasi hak asasi manusia itu sendiri adalah serangkaian tindakan

yang dilakukan oleh ahli hukum dan atau lembaga bantuan hukum dalam bentuk

konsultasi, negosiasi, mediasi, serta pendampingan baik di dalam dan di luar

pengadilan yang bertujuan untuk menyelesaikan  kasus-kasus hak asasi manusia.

Oleh karena itu advokasi dan hak-hak korban pelanggaran HAM perlu ditegakkan

dan diperjuangkan, seperti halnya yang dilakukan oleh Suciwati, istri Ketua

KONTRAS almarhum Munir, yang meninggal akibat diracun.

Di Indonesia sendiri penegakkan terhadap hak-hak korban pelanggaran

HAM masih belum begitu diperhatikan. Contoh korban pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang kasus hukumnya berhenti adalah kasus TKI kita yang mengalami

penganiayaan dan kematian tak wajar, begitu pula dengan kasus Semanggi, dan

pembunuhan terduga PKI di pemerintahan Soeharto.  Dalam berbagai kasus

seperti halnya yang terjadi di negara kita ini secara kontinyu dan tak pernah

selesai-selesai meskipun undang-undang tentan HAM sudah ada dan jelas adanya.

1 | A d v o k a s i H A M

Page 2: Advokasi ham

BAB II

( PEMBAHASAN)

A, PENGERTIAN HAM

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap

manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat

diganggu gugat siapa pun atau Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak

pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha

Esa. Hak dasar ini bersifat universal (berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk

siapa saja).Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak

azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan

lain sebagainya.

Hak asasi manusia ini juga merupakan hak dasar yang secara kodrati

melekat pada diri manusia. Oleh karena itu, hak asasi manusia harus dilindungi,

dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh

siapapun.

Menurut pasal 1 angka 1 UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang

dimaksud Hak asasi manusia itu adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demikehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di

Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus

permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran

ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas

sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke

2 | A d v o k a s i H A M

Page 3: Advokasi ham

arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas

dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

1.    Hak asasi pribadi / atau persomal Right

- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right

- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik

lainnya

- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns

- Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

3 | A d v o k a s i H A M

Page 4: Advokasi ham

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan

dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

- Hak mendapatkan pengajaran

- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

B.   HAK-HAK KORBAN PELANGGARAN HAM

Pasal 35 ayat 1 Undang-undang No. 26 tahun 2000 menyatakan bahwa korban

pelanggaran HAM yang berat atau ahli waris dapat memperoleh kompensasi,

restitusi, dan rehabilitasi. Ayat (2) menyatakan bahwa kompensasi, restitusi, dan

rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam amar

putusan Pengadilan HAM. Ayat (3) menyatakan bahwa ketentuan mengenai

kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi diatur lebih lanjut dengan Peeraturan

Pemerintah.

Dalam penjelasan pasal tersebut kompensasi diartikan sebagai ganti rugi yang

diberikan oleh Negara, karena pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian

yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Restitusi diartikan sebagai ganti

kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak

ketiga yang ganti rugi ini dapat berup pengembalian harta milik, pembayaran

ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan atau penggantian dana untuk

tindakan tertentu. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan

semula, misalnya kehormatan, nama baik, jabatan, atau hak-hak lainnya.

Peraturan pemerintah yang mengatur tentang pemberian kompensasi, restitusi

dan rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM berat adalah PP No.3 Tahun

4 | A d v o k a s i H A M

Page 5: Advokasi ham

2002. PP ini lebih banyak mengatur tentang mekanisme pemberian kompensasi

restitusi dan rehabilitasi setelah adanya putusan mengenai restitusi, kompensasi

dan rehabilitast dalam amar putusan. PP ini tidak hanya sebagai pelaksana dari

ketentuan pasal 35 Undang-Undang No.26 Tahun 2000. Tidak ada peraturan

secara kusus sebagaimana pengajuan tentang ketentuan kopensasi, rehabilitasi dan

restitusi terhadap korban pelanggaran ham berat dapat dimintakan ke pengadilan.

Untuk mengetahui mekanisme tentang pengajuan kompensasi, restitusi, dan

rehabilitasi harus me;ihat kpada ketentuan yang ada pada KUHAP. Dalam

KUHAP terhadap mekanisme tentang ganti kerugian dan rehabilitasi. Ganti

kerugian bias dimintakan oleh tersangka, terdakwa dalam kaitannya dalam proses

pemeriksaan dan pengadilan yang tidak sah kepada aparat penegak hukum dan

juga oleh korban atas kerugian yang diderita oleh pelaku. Sedangkan ketentuan

mengenai rehabilitasi adalah berkenaan dengan hak-hak terdakwa. Dari pengerian

ini mekanisme untuk ganti rugi kepada korban oleh pelaku.

Mekanisme pengajuan ganti kerugian dalam KUHAP ini dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu dengan pengajuan perdata setelah perkara pidananya diputus atau

menggabungkan antara pengajuan ganti kerugian dengan pokok perkaranya.

Mekanisme pertama tidak dapat dilakukan dalam konteks kompensasi, restitusi

dan rehabilitasi dalam pelanggaran HAM berat ini karena harus ada putusan dari

pengadilan HAM berat ini. Mekanisme kedua yaitu penggabungan, dan dapat

dilakukan dalam konteks restitusi untuk pelanggaran HAM berat ini.

Mekanisme penggabungan perkara pidana dengan tuntutan ganti rugi diatur

dalam pasal 98 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa jika suatu perbuatan

yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh

Pengadilan Negeri menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka hakim ketua

siding atsa permintaan orang itu dapat menetapkan untuk menggabungkan perkara

5 | A d v o k a s i H A M

Page 6: Advokasi ham

ganti kerugian pada perkara pidana itu. Cara untuk pemulihan kerugian korban

dapat digabungkan dalam perkara pidana dengan permintaan perhatian penuntut

umum agar hakim dapat mencantumkan dalam dictum putusan pidana. Dalam

pasal 98 ayat(2) KUHAP saksi korban dapat mengajukan “Petitum” tersendiri

secara lisan maupun tulisan dalam persidangan sebelum hakim menjatuhkan

putusannya. Tentang pengajuan kompensasi dan rehabilitasi pleh korban dalam

kasus pellanggaran HAM berat tidak diatur secara berat. Mekanisme pengajuan

yang paling mungkin dilakukan adalah pengajuan permintaan kompensasi,

restitusi dan rehabilitasi uang akan diajukan oleh jaksa bersamaan dengan tuntutan

dakwaan. Dengan demikian persoalan kompensasi, restitusi dan rehabilitasi tentu

korban akan sangat bergantung pada perhatian jaksa atas masalah pemenuhan hak

korban.

C.   ADVOKASI HAM (TEKNIK ADVOKASI HAM & JENIS ADVOKASI

NONLITIGASI

1.Pengertian  Advokasi Hak Asasi Manusia

      Advokasi adalah usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan

terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk

menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan

publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut,

sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.  Sedangkan

advokasi hukum adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli hukum dan

atau lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi, mediasi, serta

pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa yang bedimensi hukum. Jadi, advokasi Hak Asasi

Manusia adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli hukum dan atau

lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi, mediasi, serta

pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang bertujuan untuk

menyelesaikan  kasus-kasus hak asasi manusia.

6 | A d v o k a s i H A M

Page 7: Advokasi ham

2.Tujuan Advokasi Hak Asasi Manusia

      Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan

kebutuhan fundamental suatu kelompok masyarakat yang oleh karena

keterbatasannya untuk memperoleh akses di bidang sosial, politik, ekonomi,

hukum, budaya, mengalami hambatan secara struktural akibat tidak adanya

kebijakan publik yang bepihak kepada mereka. 

      Tujuan advokasi hak asasi manusia yakni:

Menyadarkan dan mengupayakan  hak dan kewajiban yang  dijamin oleh

konstitusi dan berbagai peraturan derivasinya;

Menegakkan perlindungan hak asasi manusia sebagai bagian dari upaya

menegakkan prinsip negara hukum, Negara kesejahteraan yang bercorak

demokratis;

Membantu penyelesaian permasalahan hak asasi manusia yang dihadapi

dengan cara pendampingan hukum baik yang bersifat non litigasi maupun

yang berbentuk litigasi;

3.      Teknik  Advokasi Hak Asasi Manusia Perspektif Korban

Advokasi Litigasi

    Litigasi dapat diartikan sebagai keseluruhan proses yang mengalihkan suatu

kasus atau permasalahan ke pengadilan. Hasil akhir suatu sengketa di pengadilan,

tidak ditentukan oleh para pihak yang berposisi sebagai penggugat dan tergugat,

tetapi diputuskan oleh hakim melalui penerapan hukum serta menentukan sedapat

mungkin bentuk penghukuman, seperti penjatuhan perintah pembayaran ganti rugi

dan kewajiban memulihkan keadaan seperti semula sebelum terjadi sengketa.

           

Berdasarkan konsepsi yang demikian ini, banyak  orang masih menganggap

bahwa advokasi merupakan kerja-kerja pembelaan hukum (litigasi) yang

7 | A d v o k a s i H A M

Page 8: Advokasi ham

dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan

praktek beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan pengertian

yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah, advokasi

merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan dengan ilmu

dan praktek hukum semata. Pandangan semacam itu bukan selamanya keliru, tapi

juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit

karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa

Belanda, yakni advocaat yang tak lain memang berarti pengacara hukum atau

pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam pengertian

bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih luas. Misalnya saja

dalam kamus bahasa Inggris yang disusun oleh Prof. Wojowasito, Alm., Guru

Besar IKIP Malang (kini Universitas Negeri Malang) yang diterbitkan sejak tahun

1980, kata advocate dalam bahasa Inggris dapat bermakna macam-macam.

Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote), menyokong atau

memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan melakukan

‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.     

Advokasi Non Litigasi

Di samping melalui Litigasi, juga dikenal Alternatif penyelesaian sengketa di

Luar Pengadilan yang lazim disebut Non Litigasi. Alternatif penyelesaian

sengketa Non Litigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar

pengadilan atau dengan cara mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di

Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradlan

mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hokum.

Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau padat

(overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya mahal (very

expensif) dan kurng tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau

dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan terlampau teknis (technically).

Dalam pasal (1) angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan

bahwa masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan

8 | A d v o k a s i H A M

Page 9: Advokasi ham

penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultsi,

negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

4.      Jenis-jenis Advokasi Nonligitasi

Konsultasi

      Dalam Black’s Law Dictionary dijelaskan bahwa konsultasi merupakan

tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu yang disebut dengan

klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan

pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan

klien tersebut. Konsultan hanyalah memberikan pendapat hukum, sebagaimana

diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian

sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun ada kalanya

pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk

penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa

tersebut.

Negosiasi dan Perdamaian

Menurut Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, pada dasarya para pihak berhak untuk

menyelsaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan

mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis

yang disetujui para pihak. Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam

pasal 1851 s/d 1864 KUH Perdata, di mana perdamaian itu adalah suatu

persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan

atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung

atau mencegah timbulnya suatu perkara.

Persetujuan mana harus dibuat secara tertulis dengan ancaman tidak sah.

Namun ada beberapa hal yang membedakan, yaitu: Pada negosiasi diberikan

tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari, dan Penyelesaian sengketa

tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan diantara para

9 | A d v o k a s i H A M

Page 10: Advokasi ham

pihak yang bersengketa. pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang

bersengketa.

Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga

alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan

perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan pengadilan

dilakukan maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan, baik di dalam maupun

di luar pengadilan.

Mediasi

Berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas

kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui

bantuan “seorang atu lebih penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator.

Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah pinal

dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Kesepakatan

tertulis wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam

waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.

Mediator dapat dibedakan:

1. mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak

2. mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif

penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.

 Konsiliasi dan perdamaian 

Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas,

konsiliasipun tidak dirumuskan secara  jelas  dalam  Undang Undang  nomor 30

tahun 1999 sebagai suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar

pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar

pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses legitasi, melainkan juga dalam

setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar

10 | A d v o k a s i H A M

Page 11: Advokasi ham

pengadilan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah

diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.8)

Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase

Pasal 52 Undang Undang nomor 30 tahun 1999 menyatakan bahwa para

pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat

dari Lembaga Arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.

Ketentuan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari pengertian tentang

Lembaga Arbitrase yang di berikan dalam Pasal 1 angka 8 Undang Undang nomor

30 tahun 1999:

“Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang

bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga

tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu

hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.”

Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat

(binding) oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari perjanjian pokok (yang dimintakan pendapatnya  pada 

lembaga  arbitrase  tersebut). Setiap  pendapat  yang  berlawanan terhadap

pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran terhadap perjanjian

(breach of contract - wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat dilakukan

perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun.

Arbitrase 

Keberadaan arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa

sebenarnya sudah lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Arbitrase

diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya Reglement op de

Rechtsvordering (RV) dan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) ataupun

11 | A d v o k a s i H A M

Page 12: Advokasi ham

Rechtsreglement Bitengewesten (RBg), karena semula Arbitrase ini diatur dalam

Pasal 615 s/d 651 Reglement of de Rechtvordering. Ketentuan-ketentuan tersebut

sekarang ini sudah tidak laku lagi dengan diundangkannya Undang Undang

nomor 30 tahun 1999. Dalam Undang Undang nomor 14 tahun 1970 (tentang

Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman) keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam

penjelasan pasal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian

perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui artibrase tetap

dipebolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial

setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari Pengadilan.

Menurut pasal 1 angka 1 Undang Undang nomor 30 tahun 1999 Arbitrase

adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar Pengadilan Umum yang

didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak

yang bersengketa. Pada dasarnya  arbitrase    dapat berwujud dalam 2 (dua)

bentuk, yaitu:

Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjain tertulis yang

dibuat para pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo)

atau

Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul

sengketa (Akta Kompromis).

Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar

pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian

sengketa lainnya) menurut pasal 5 ayat 1 Undang Undang nomor 30 tahun 1999

hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum

dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang

bersengketa.

Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan,

perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.

12 | A d v o k a s i H A M

Page 13: Advokasi ham

Sementara itu ayat 5 (2) nya memberikan perumusan negatif bahwa sengketa-

sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa

yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian

sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851

s/d 1854.

Dalam penjelasan umum Undang Undang nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca

beberapa keunggulan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dibandingkan

dengan pranata peradilan. Keunggulan itu adalah:

1. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak

2. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan

administratif

3. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut pengalaman serta latar

belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan

adil

4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan

masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan

5. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan

melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat

dilaksanakan.

Prinsip Dasar Tentang  Advokat (1990)

Prinsip-prinsip Dasar tentang peran Advokat(1990) disahkan oleh kongres PBB

kedelapan tentang pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap pelaku

kejahatan,

Havana,kuba 27 Agustus-7 September1990.

    

Akses kepada Advokat dan pelayanan hukum.

13 | A d v o k a s i H A M

Page 14: Advokasi ham

1)  Semua orang berhak untuk minta bantuan seorang advokat mengenai pilihan

mereka  untuk melindungi dan menetapkan  hak-hak mereka dan untuk

melindungi mereka semua dalam proses pengadilan pidana.

2) Pemerintah harus memastikan  bahwa prosedur yang efisien.mekanisme yang

responsif untuk akses yang efektif dan setara kepada Advokat disediakan kepada

semua orang di wilayahnya dan tunduk kepada yurisdiksinya,pembedaan dalam

hal apapun,seperti misalnya diskriminasi yang berdasar pada ras,warna kulit,asal

usul etnis,jenis kelamin,agama,pandangan politik atau lain-lain,asal usul

kebangsaan atau sosial ,kekayaan,kelahiran,status ekonomi atau lainnya.

3)  Pemerintah harus memastikan  tersedianya dana dan  sumber daya lainnya

yang cukup  untuk pelayanan hukum bagi orang-orang miskin dana, kepada

orang-orang lain yang kurang beruntung. Perhimpunan advocat profesional harus

bekerjasama dalam organisasi dan penyediaan pelayanan, fasilitas dan sumber

daya lainnya.

4) Pemerintah dan perhimpunan advokat profesional akan menajukan program

untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka

berdasarkan hukumdan peranan penting advokat dalam melindungi kebebasan-

kebebasan fundamental mereka. Perhatian khusus harus ditunjukan kepada

bantuan kepada orang-orang miskin dan orang-orang  yang kurang mampu 

sehingga memungkinkan mereka untuk menyatakan hak-hak mereka dan untuk

minta bantuan advokat.

5) Pemerintah-pemerintah harus menjamin bahwa aparat yang berwenang akan

memberitahukan hak terdakwa untuk didampingi advokat pada saat ditangkap

atau di tahan atau apabila di tuduh dengan pelanggaran pidana.

14 | A d v o k a s i H A M

Page 15: Advokasi ham

6)  Orang yang tidak mempunyai advokat,dalam hal bagaimana juga dimana

kepentingan keadilan membutuhka, berhak untuk mempunyai seseorang advokat

yang mempunyai pengalaman dan kompetisi yang sesuai dengan staf pelanggaran

yang ditugaskan kepada mereka untuk memberikan bantuan hukum secara efektif,

tanpa bayaran oleh mereka kalau mereka kekurangan saran yang cukup untuk

membayar pelayanan tersebut.

7) Pemerintah-pemerintah seelanjutnya harus memastikan bahwa semua orang

yang ditangkap atau ditahan, dengan atau tanpa tujuan pidana harus mempunyai

akses dengan segera kepada seorang advokat dan dalam keadaan apapun tidak

lebih lambat dari 48 jam dari waktu penangkapan atau penahanan

8)  Semua orang yang di tangkap, ditahan atau di penjarakan harus diberi

kesempatan, waktu dan fasilitas yang cukup untuk di kunjungi oleh advokatnya

untuk berkomunikasi dan berkonsultasi tanpa penyadapan atau penyensan dalam

kerahasiaan sepenuhnya. Konsultasi tersebut dapat diawasi, tapi tidak boleh

didengar oleh para pejabat penegak hukum. Kualifikasi dan Latihan.

 9) Pemerintah, perhimpunan advokat provesional dan lembaga pendidikan harus

memastikan bahwa para advokat mendapat pendidikan dan latihan yang layak dan

memperolrh kesadaran mengenai cita-cita dan kewajiban etis advokat dan HAM

serta  kebebasan dasar yang di akui oleh kukum nasional dan internasional.

10) Pemerintah, perhimpunan advokat profesional dan lembaga pendidikan harus 

menjamin bahwa tidak ada diskriminasi  terhadap seseorang berkenaan  dengan

pemasukan atau kelanjutan praktek dalam rangka profesi hukum atau dasar ras,

warna kulit, jenis kelamin, asal usul etnis, agama, pandangan politik atau lain-

lainnya,asal usul kebangsaan atau sosial , kekayaan, kelahiran, setatus ekonomi,

atau lainnya kecuali adanya suatu persyaratan, bahwa seorang advokat haruslah

warga negara dari negara yang bersangkutan, harus tidak diangkat diskriminasi.

15 | A d v o k a s i H A M

Page 16: Advokasi ham

11) Di negara-negara dimana ada kelompok, masyarakat atau daerah yang

kebutuhannya akan pelayanan hukum tidak terpenuhi, terutama dimana

kelompok-kelompok tersebut mempunyai kebudayaan, tradisi, atau bahasa yang

berbeda atau telah menjadi korban diskriminasi di masa lalu.Pemerintah,

perhimpunan advokat profesional dan lembaga pendidikan harus mengambil

tindakan khusus untuk memberi kesempatan kepada para calon dari kelompok-

kelompok ini untuk memasuki profesi hukum dan harus memastikan bahwa

mereka menerima latihan yang memadai bagi kebutuhan kelompok

mereka.kewajiban dan tanggung jawab mempertahankan.

Kewajiban dan tanggung jawab.

12) Para advokat setiap saat harus mempertahankan kehormatan dan martabat

profesi mereka sebagai bagian yang amat penting dari pelaksanaan keadilan.

13) Kewajiban para advokat terhadap klien-klien mereka harus mencakup:

      a) Memberi nasehat kepada para klien mengenai hak dan kewajiban hukum

mereka dan mengenai fungsi dan sistem hukum sejauh bahwa hal itu relevan

dengan berfungsinya sistem hukum dan sejauh bahwa hal itu berkaitan dengan

hak dan kewajiban hukum para klien.

      b) Membantu para klien dengan setiap cara yang tepat dan mengambil

tindakan hukum untuk melindungi kepentingannya.

      c) Membantu para klien di depan pengadilan, majelis atau pejabat pemerintah

dimana sesuai dari profesi hukum dan dengan mengingat prinsip-prinsip ini

14) para advokat dalam melindungi hak klien-klien mereka dan dalam memajukan

kepentingan keadilan, akan berusaha untuk menjunjung tinggi HAM dan

kenenasan dasar yang di akui oleh hukum nasional atau internasional dan setiap

saat akan bertindak bebas dan tekun sesuai dengan hukum dan standar serta etika

profesi yang diakui.

16 | A d v o k a s i H A M

Page 17: Advokasi ham

15) Para advokat harus selalu menghormati dengan loyal kepentingan para klien .

   Jaminan-jaminan untuk berfungsinya para advokat.

16)  Pemerintah-pemerintah harus menjamin para advokat

      a) Dapat melaksanakan semua fungsi profesional mereka tanpa intimidasi

hambatan, gangguan atau bcampur tangan yang tidak selayaknya.

      b) Dapat bepergian dan berkonsultasi dengan klien mereka secara bebas di

negara mereka sendiri dan luar negri.

      c) Tidak akan mengalami, atau diancam dengan penuntutan atau sanksi

administratif, ekonomi,lainnya untuk setiap tindakan yang diambil sesuai

dengankewajiban standar dan etika profesional.

 17) Apabila keselamatan para advokat terancam sebagai akibat dari pelaksanaan

fungsiny, mereka harus mendapat penjagaan secukupnya oleh para penguasa.

18) Para advokat harus tidak diidentifikasi  dengan klien atau perkara klien

mereka  sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi mereka.

19)  Tidak ada pengadilan atau pejabat pemerintah dimana hak untuk memberi

nasehat hukum di akui dihadapan nya yang akan menolak untuk mengakui hak

nseseorang advokat untuk hadir dihadapannya untuk kliennya kecuali kalau

advokat itu telah didiskualifikasi sesuai dengan hukum dan kebiasaan nasional

dan sesuai dengan prinsip-prinsip ini.

20)   Para advokat harus menikmati kekebalan perdata dan pidana untuk

pernyataan-pernyataan terkait yang dikemukakan dengan niat baik dalam

pembelaan secara tertulis atau lisan atau dalam penampilan profesinya di dalam

pengadilan, majelis, atau pejabat hukum atau pemerintah lainnya.

17 | A d v o k a s i H A M

Page 18: Advokasi ham

21)   Merupakan tugas dari para pejabat yang berwenang untuk memastikan akses

para advokat kepada informasi, arsip, dan dokumen yang layak yang memiliki

atau dikuasai dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan para advokat,

memberi bantuan hukum yang efektif kepada kliennya .Akses tersebut harus

diberikan sedini mungkin.

22)   Pemerintah-pemerintah harus mengakui dan menghormati bahwa semua

komunikasi dan konsultasi antara para advokat dan kliennya dalaam rangka

hubungan profesi mereka bersifat rahasia.Kebebasan berekspresi dan berserikat.

23)  Para advokat seperti warga negara lain berhak atas kebebasan berekspres,

mempunyai kepercayaan, berserikat dan berkumpul. Secara mereka harus

mempunyai hak untuk ikut serta dalam diskusi umum mengenai hal-hal yang

bersangkutan dengan hukum, pemerintah dan keadilan dan memajukan

melindungi HAM dan memasuki  atau membentuk organisasi lokal , nasional,

atau internasional dan menghadiri rapat-rapatnya tanpa mengalami pembatasan 

suatu organisasi yang sah.Dalam melaksanakan hak-hak ini, para advokat akan

selalu mengendalikan dirinya sesuai dengan hukum dan standar  serta etika yang

diakui mengenai profesi hukum.Perhimpunan profesional advokat.

24) Para advokat berhak untuk membentuk dan bergabung  dengan himpunan

profesional yang berdiri sendiri untuk mewakili  kepentingan-kepentingannya,

memejukan kelanjutan pendidikan dan latihan mereka dan melindungi integritas

profesional mereka. Badan eksekutif dari perhimpunan profesi itu dipilih oleh

para anggota.

25) Perhimpunan profesional bagi para advokat akan bekerja sama dengan

pemerintah untuk memastikan bahwa setiap orang mempunyai akses yang efektif

dan serta kepada pelayanan hukum dan bahwa para advokat dapat, tanpa campur

tangan yang semestinya untuk memberi nasehat dan membantu klien mereka

18 | A d v o k a s i H A M

Page 19: Advokasi ham

dengan sesuai hukum standar dan etika provesional yang diakui.

Proses persidangan disiplin.

26)        Kode perilaku profesional bagi para advokat akan ditetapkan oleh profesi

hukum melalui badan yang layak atau dengan perundingan, sesuai dengan hukum

dan kebiasaan nasional yang standar dan norma inter nasional yang diakui.

27)        Tuduhan atau keluhan yang diajukan terhadap para advokat dalam

kapasitas profesinya akan diproses dengan segera dan adil berdasarkan prosedur

yang benar. Para adumvokat mempunyai hak atas pemeriksaan yang adil termasuk

hak untuk dibantu oleh oleh seseorang advokat yang dipilihnya.

28)         Proses persidangan disiplin terhadap advokat akan dibawa di depan

komite disiplin tidak memihak yang dibentuk oleh profesi hukum didepan suatu

kewenangan yang mandiri berdasarkan undang-undang  atau di depan suatu

pengadilan, dan tunduk pada suatu tinjauan yudisial mandiri.

29)         Semua proses persidangan displiner akan ditentukan sesuai dengan kode

perilaku profesional dan standar serta etika yang diakui lainnnya.

D. STRATEGI ADVOKASI HAM

I. Masalah HAM di Indonesia Apa masalah HAM yg terpenting di Indonesia

sekarang ini? Apakah lebih terarah ke pelanggaran hak sipil dan politik? Hak

social dan ekonomi? Pelanggaran international humanitarian law dan hak orang

sipil untuk tidak dilibatkan dalam konflik? Pelanggaran masa lalu?

19 | A d v o k a s i H A M

Page 20: Advokasi ham

Antara lain, yg paling penting masih soal HAM didaerah konflik, bukan saja

karena pelanggaran yg paling ngeri sering terjadi didaerah tsb, tapi akses juga

paling sulit.

Tapi entah apapun yg paling serius, faktanya adalah bahwa ada unsure-unsur di

Indonesia yg fasilitasikan pelanggaran, termasuk:

a. keburukan system hukum

• Korupsi di polisi, pengadilan, dan kehakiman

• Kebudayaan militer didalam kejaksaan yg memfasilitasikan

ketergantungan kepada atau ketakutan terhadap atasannya

• Latihan hakim dan jaksa yg lemah

• Ketiadaan bar association yg kuat

• Kekurangan akses untuk masyarakat biasa

• Pelindungan saksi yg lemah

• Diskriminasi dgn perlakuan terhadap para tahanan/napi

Impact on human rights in several different ways. Basic civil rights aren’

proteced Impunity for the powerul. Vigilantism adalah masalah besar di

daerah konflik SARAseperi Ambon Poso, Kalimantan Tengah – kalau satu

pihak tidak percaya kepada pengadilan lebih tinggi kemungkinan akan main

hakim sendii. Premanisme.

b. kekurangan pengawasan dari badan sipil terhadap pasukan keamanan dan

ketidakjelasan tugas antara polisi dan TNI dibidang keamanan dalam

negeri.

• Lack of accountability

• Ketergantungan terhadap milisi/pam swakarsa

• Keterlibatan oknum polisi dan TNI dalam kegiatan kriminil

• Tidak jelas apa batasannya antara kerusuhan yg seharusnya ditangani

oleh polisi dan insurgency yg seharusnya ditangani oleh TNI

20 | A d v o k a s i H A M

Page 21: Advokasi ham

• Persaingan antara pasukan yg bias menciptakan pelanggaran HAM

(peristiwa extorsi di Kalteng; keinginan dari satu pihak untuk melihat yg

lain gagal)

• Bahaya ISA atau hukum anti-teror

c. Kekurangpengertian ttg akar pelanggaran HAM

• Latihan secara umum yg seharusnya lebih praktis (pengalaman BKO

Brimob)

• Latihan ttg pelindungan orang sipil

a. Pasukan negara

b. GAM, OPM

c. Kelompok jihadi dll

• Kepentingan ekonomi – ekonomi konflik; penembangan kayu;

II. Prospek dgn keadaan politik sekarang ini: banyak tergantung ttg siapa jadi

presiden dan kekuatan antara lembaga-lembaga pemerintah Misalnya, sikap

para calon thdp HAM bagaimana?

A. Siapa mereka mau pilih untuk posisi kunci? Misalnya saja:

• Kehakiman dan HAM

• Jaksa agung (MA Rachman, John Ashcroft, atau Artidjo Alkostar, AR

Saleh?)

• Pertahanan (mau betul-betul civilian control?)

• Tenaga Kerja

• Kapolri, Panglima (jangan pmbunuh Theys Eluay sbg pahlawan)

B. Kesediaan untuk mendukung sikap pro-HAM atau orang yg berani

melawan kepentingan tertentu

• Menghentikan kebudayaan militer di kantor kejaksaan

• Menanam prosedur audit dan pengawasan

• Zero Tolerance untuk korupsi dan kesediaan memeriksa dan memecat orang

21 | A d v o k a s i H A M

Page 22: Advokasi ham

• Mendukung ratifikasi Konvensi HAM secara nasional

• Mendukung proses KKR tapi jangan KKR yg sekarang didepan DPR

III. Keadaan Internasional

Tidak kondusif untuk HAM,

a). Karena perang terhadap terror yg merobah imbangan antara keamanan dan

HAM, jadi seolah-olah dalam pikiran orang macam Bush dan Ashcroft di

AS atau Musharraf di Pakistan, HAM harus dikorbankan untuk mencegah

terror.

b). Karena Negara yg mungkin dulu dilihat sbg juara HAM sekarang dilihat

sbg pelanggar besar

c). Karena dari beberapa segi, globalisasi menyulitkan pelindungan HAM

misalnya hak TK

Ada tekanan dari AS dan Negara-negara lain thdp Indonesia untuk

menangkap dan menahan teroris dan wajar kalau Indonesia tidak mau

didorong untuk berbuat sesuatu yg tidak ada dasar hukum. Tapi orang-orang

sini juga harus pikirkan, batasan terhadap HAM apa?

1. Kebebasan berexpresi: pro-kemerdekaan atau kenaikan bendera di Aceh

atau Papua? Khotbah yg keras di daerah seperti Ambon atau Poso? Orasi

primordial di tempat seperti Kalteng?

2. Kebebasan berkumpul: untuk pawai pro-kemerdekaan seperti di Ambon? (cf

“marching season” di Irlandia Utara, atau pawai neo-Nazi di Illinois…)

3. Kebebasan berasosiasi : criteria apa yg bisa jadikan suatu organisasi tepat

untuk dilarang? Tidak gampang, tapi benar tidak ada kebebasan mutlak,

dan pemerintah harus bijak betul supaya jangan menerapkan batasan yg

terlalu keras tapi juga tidak kasi lampau hijau untuk aksi kekerasan yg tidak

diinginkan.

IV. Strategi Pusham ke depan

22 | A d v o k a s i H A M

Page 23: Advokasi ham

1. Supaya ditentukan lebih dulu apa kekuatan Pusham-UII (afiliasi dgn

universitas; kredibilitas di kalangan Islam; tradisi pekerjaan HAM yg

hebat, apalagi didaerah Yogya). Need to build on those strengths. Masalah

apa saja yg bisa ditangani yg bisa memanfaatkan kekuatan ini?

2. Apa yg bisa dilakukan sendiri dan apa lebih efektif dengan kerjasama atau

dengan jaringan pusham lain, atau dengan lembaga asing?

a. Judicial monitoring

Studi kasus ttg trial pidana yg penting, untuk dibikin detailed analysis

tentang kelemahan dan apa yg harus diperbaiki, terus design training,

mungkin dengan kerjasama dgn lembaga lain, indonesian atau asing,

modelnya mungkin laporan “intended to fail” ttg pengadilan ad hoc di

dili.

b. Latihan ham untuk polisi di tingkat diy dan polres melalui studi kasus

yg ditarik dari kehidupan sehari-hari, sempat menjadi manual.

c. Training seperti dulu dikasi kepada laskar jihad untuk kelompok lain,

mungkin dengan kerja sama dengan icrc.

d. Studi implementasi undang-undang anti-teror [di daerah yogya],

impaknya bagaimana? Studi bandingan ttg para tersangka yg ditangkap

karena kasus criminal biasa dan yg ditangkap karena terror, bedanya

pelakuannya apa?

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Advokasi HAM adalah Upaya pencapaian hasil-hasil yang berpengaruh –

meliputi kebijakan-publik dan keputusankeputusanalokasi sumber daya dalam

sistem dan institusi politik, ekonomi, dan sosial – yang mempengaruhi kehidupan

banyak orang secara langsung.

23 | A d v o k a s i H A M

Page 24: Advokasi ham

B. SARAN

HAM / Hak Asasi Manusia, hak yang melekat pada diri setiap manusia

sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat

siapa pun atau Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki

manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak dasar ini

bersifat universal (berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja) dan harus

tetap dilindungi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Daftar Pustaka

Journalism, Media and the Challenge of Human Rights Reporting, International

Council on Human Rights Policy, Versoix, Switzerland, 2002

Media and Human Rights in Asia: An AMIC Compilation, AMIC, Singapore, 2000.

http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/peran_media_ham.html

24 | A d v o k a s i H A M

Page 25: Advokasi ham

25 | A d v o k a s i H A M