Ham Balang

23

Click here to load reader

Transcript of Ham Balang

Page 1: Ham Balang

Oleh REZA SYAWAWI

KOMPAS.com - Laporan pemeriksaan investigatif yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan terhadap

Proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, Bogor, telah

dirampungkan.

Dalam laporan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap peraturan perundang-

undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara Rp 243,66

miliar. Temuan investigatif ini mengonfirmasi sebuah kejahatan korupsi yang dilakukan terstruktur dan

sistematis. Penyangkalan yang selama ini dilakukan pihak yang dituding bertanggung jawab terbantah.

Puluhan nama dalam laporan itu diduga ikut bertanggung jawab atas kasus korupsi proyek Hambalang:

pejabat setingkat menteri, bupati, birokrasi, hingga pihak swasta atau perusahaan.

Dilacak ke belakang, dugaan korupsi dalam proyek Hambalang adalah efek domino dari pengungkapan

korupsi dalam proyek Wisma Atlet. Kedua kasus ini setidaknya memiliki kemiripan karena berada dalam

ranah korupsi di sektor pengadaan infrastruktur. Dalam struktur korupsi pengadaan, kelompok bisnis atau

korporasi menjadi alat bagi elite politik untuk menjarah uang rakyat. Motif ekonomi dengan memanfaatkan

ruang politik tampaknya menjadi strategi jitu para koruptor.

Korupsi dalam proyek-proyek pemerintah sudah mengarah pada kejahatan bisnis yang dilakukan dengan

perantara atau wadah bisnis yang legal. Demikian menurut Romly Atmasasmita. Berbagai kejahatan bisnis

sebagai dampak dari dinamika ekonomi global yang berkembang pesat mendorong kelompok ini

mendesain berbagai kejahatan serupa. Pola korupsi menjadi sangat rapi dan beragam, dimulai dari

penyuapan kepada pejabat publik, memperkaya diri sendiri secara tidak sah, hingga praktik pencucian

uang.

Hambalang menjadi contoh konkret pola korupsi yang sangat rapi. Indikasi suap dalam memuluskan

pengalokasian anggaran untuk proyek ini begitu terbuka lebar. Aliran uang yang diduga kepada beberapa

pejabat dan politikus adalah bentuk dari upaya memperkaya diri atau kelompok secara tidak sah. Dampak

negatif yang ditimbulkan akibat kejahatan ini bagi perekonomian Indonesia setidaknya berkisar pada dua

hal: aspek kerugian keuangan negara dan buruknya infrastruktur publik yang dihasilkan. Kedua dampak ini

harus diterjemahkan sebagai kerugian bagi publik karena uang yang dikorupsi adalah hasil pajak publik.

Korupsi ”berjemaah”

Sebagai kejahatan yang struktural, korupsi di pengadaan sesungguhnya bukanlah kejahatan yang berdiri

sendiri. Tahapan korupsi dilakukan sejak di penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan

pengadaan. Walaupun audit investigasi BPK hanya dilakukan terhadap proyek yang telah berjalan, pola

dan tahapan korupsinya mengindikasikan bahwa proyek ini bermasalah sejak di proses penganggaran.

Jamak diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tak pernah luput dari praktik suap

menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah di kalangan DPR memperkuat dugaan: praktik ini terjadi.

Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi ”berjemaah”: semua pihak yang disebutkan di dalam audit

menjalankan perannya masing-masing. Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk

perizinan, persetujuan teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga

penetapan pemenang lelang yang dilakukan di luar prosedur baku.

Page 2: Ham Balang

Korupsi secara bersama-sama dalam proyek Hambalang menunjukkan tipe korupsi yang terorganisasi.

Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis melakukan kejahatan. Modus kejahatan

korupsi semacam ini hanyalah modifikasi dan replikasi atas kejahatan korupsi pada Orde Baru. Dahulu

penguasa dan kroninya menggunakan pengaruhnya menjalankan bisnis dan memperoleh keuntungan:

semuanya dikendalikan oleh pusat kekuasaan pada saat itu.

Di era pasca-Reformasi, kejahatan tetap dilakukan penguasa dan kelompok bisnisnya. Dengan pola yang

agak berbeda, mereka berupaya menyamarkan hubungan antara penguasa dan kelompok bisnis dengan

berbagai cara. Namun, ini akan tetap terbukti sebagai sebuah ”perse kongkolan” manakala bukti-bukti

dalam proses hukum menerjemahkan bahwa kelompok penguasa dan bisnis saling berkolaborasi.

Ini tentu saja tidak menafikan keberadaan kelompok bisnis yang masih memegang prinsip bisnis yang

bersih. Maka, kontribusi kelompok bisnis semacam ini sangat penting tidak hanya demi pengungkapan

kasus, tetapi juga mendorong menciptakan proses bisnis yang bersih.

Korupsi Hambalang prototipe kejahatan ”berjemaah”, maka penuntasannya harus secara ”berjemaah”:

semua pelaku yang diduga ikut bertanggung jawab patut dimintai tanggung jawab hukumnya, bahkan

pejabat setingkat menteri (aktif) sekalipun.

REZA SYAWAWI Peneliti Hukum dan Kebijakan Transparency International Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com- Dugaan korupsi proyek pembangunan komplek olahraga terpadu di

Hambalang, Bogor, Jawa Barat, mulai terkuak. Komisi Pemberantasan Korupsi mulai mencurigai adanya

permainan dalam penunjukan perusahaan sub kontraktor dalam proyek tersebut.

KPK memeriksa istri Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Athiyah Laila, yang pernah tercatat sebagai komisaris di PT Dutasari Ciptalaras.

Perusahaan yang melakukan pekerjaan sub kontraktor diragukan kapasitas dan kemampuannya. Meski

demikian, perusahaan sub kontraktor tersebut tetap diberi pekerjaan oleh salah satu kontraktor utama

proyek Hambalang, yakni PT Adhi Karya, karena kedekatannya dengan politikus dan

penguasa. Perusahaan sub kontraktor yang dicurigai KPK dalam proyek Hambalang adalah PT Dutasari

Ciptalaras.

Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas mengakui, keraguan terhadap PT Dutasari Ciptalaras bukan tanpa

alasan. "Itu kan disubkonkan. Persoalannya, apakah sudah melalui penilaian? Apakah sesuai dengan

tugas Adhi Karya? Jika tidak, ini pelanggaran. Kerjanya tidak profesional," katanya.

Page 3: Ham Balang

PT Dutasari Ciptalaras, menurut Wakil Ketua KPK lainnya Bambang Widjojanto, mendapatkan pekerjaan

sub kontraktor dari PT Adhi Karya sebesar Rp 300 miliar. PT Dutasari mengerjakan proyek Hambalang di

bidang konstruksi. Nilai pekerjaan di bidang konstruksi proyek Hambalang sendiri menurut Bambang

sebesar Rp 1,1 triliun.

Kecurigaan KPK terhadap PT Dutasari Ciptalaras ini terbukti dengan adanya sejumlah pemeriksaan

terhadap petinggi dan mantan petinggi perusahaan ini.

KPK telah memeriksa istri Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Athiyah Laila yang pernah

tercatat sebagai komisaris di PT Dutasari Ciptalaras.

Selain Athiyah, KPK juga memeriksa pemegang saham PT Dutasari Ciptalaras, Munadi Herlambang yang

merupakan petinggi Partai Demokrat.

Kasus Korupsi Megaproyek 2,5 Trilyun Hambalang

Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menuntaskan

kasus mega proyek pembangunan sport center khusus untuk para atlet

yang terletak di Desa Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah

memasuki tahap baru. KPK sudah menetapkan tersangka terkait kasus

proyek Hambalang. Adalah Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga

Kemenpora Dedi Kusnidar yang menjadi tersangka. KPK menyebut ada

dugaan miliaran rupiah uang negara yang diselewengkan dalam proyek

ini.

Dedi disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junctoPasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Dedi diduga menyalahgunakan

kewenangannya sehingga menimbulkan kerugian negara atau menguntungkan

pihak lain. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan Dedi, diduga terkait

dengan pengadaan dan pembangunan sarana prasarana pusat pelatihan

olahraga Hambalang. Dedi diduga berperan dalam pencairan anggaran

Hambalang termin pertama sekitar Rp 200 miliar. Adapun proyek Hambalang

dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak (multi years) 2010 sampai 2012.

Anggarannya diduga mencapai Rp 2,5 triliun.  Terkait Hambalang, KPK hari ini

menggeledah tujuh tempat, salah satunya ruangan Dedi di kantor Kementerian

Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta.

Komisi Pemberantasan Korupsi tengah menghitung jumlah kerugian negara

dari kasus korupsi proyek pembangunan sarana dan prasarana Sekolah

Olahraga Nasional (SON) Hambalang, Jawa Barat. Menurut ketua KPK Abraham

Page 4: Ham Balang

Samad, Jumlah kerugian negara belum selesai dihitung. Tapi dipastikan

kerugian negara miliaran rupiah dari mega proyek Rp 2,5 triliun itu.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memastikan indikasi korupsi dalam proyek

Pusat Olahraga dan Sekolah Atlet Bukit Hambalang Bogor Kementerian Pemuda

dan Olahraga (Kemenpora). Sementara itu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

sudah mengendus permasalahan pembangunan mega proyek komplek olahraga

terpadu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. BPK sebelumnya sudah

menyarankan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk menyelesaikan

permasalahan tanahnya terlebih dahulu sebelum pembangunan. Tanah yang

saat ini digunakan sebagai komplek olahraga terpadu merupakan tanah bekas

Hak Guna Usaha (HGU) yang diserahkan kepada Kemendikna, yang kemudian

digarap warga.Meskipun sudah ada bukti tanda terima pembagian uang

kerohiman kepada warga yang menggarap tanah tersebut, tetapi surat-surat

pemilikannya tidak ada sehingga BPK hal tersebut masih bermasalah.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPPATK) melaporkan

temuan baru analisis transaksi mencurigakan terkait proyek Hambalang.

Temuan ini dilaporkan ke KPK tiga hari yang lalu. Sebelumnya PPATK telah

menyetor 10 laporan hasil analisa (LHA) ke KPKterkait dengan pembangunan

sarana pusat pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional di

Hambalang.

Proyek Hambalang

Mantan Menteri Olahraga, Adhyaksa Dault, mengungkapkan proyek Hambalang

pada awalnya bukan untuk pembangunan pusat olahraga. Melainkan hanya

pembangunan sekolah olahraga.  Menurutnya proyek tersebut sudah melenceng

jauh dari perencanaan awal yang dia buat. Dimana proyek Hambalang berawal

dari kebutuhan sekolah olahraga untuk menggantikan Sekolah Olahraga

Ragunan. Pada 2009 lalu. Adhyaksa menambahkan, dirinya sempat bekonsultasi

dengan pakar geologi. Bahwa  kondisi tanah di Hambalang itumiring, labil dan

tidak kuat untuk dibangun bangunan tinggi

Pembangunan sekolah olahraga itu sudah dianggarkan Rp125 miliar. Namun,

pihaknya tidak dapat memulai pembangunan lantaran BPK meminta agar

pembangunan dihentikan. Proyek itu terletak beberapa kilometer dari Sentul ke

arah Babakan Madang. Atau tepatnya di Desa Hambalang, Kecamatan

Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pagar dari seng terlihat dipasang

mengelilingi lahan proyek seluas 30 hektare itu

Page 5: Ham Balang

"Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi atau dalam bahas "jawanya" corruption is the abuse of trust in the interest of private gain.Berdasarkan definisi tersebut ada beberapa macam korupsi: 1) korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak dalam bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama mendapatkan keuntungan; 2) korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh pejabat, sebagai pembayaran jasa yang diberikan kepada pihak luar, si pemberi tidak ada alternatif lain; 3) korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya iming-iming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa mendatang; 4) korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus bagi keluarganya atau teman dekat atas sesuatu kesempatan mendapatkan fasilitas; 5) korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak luar yang sebenarnya harus dirahasiakan; dan 6) korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam satu bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang mereka lakukan secara kolektif.Berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo. UU Nomor 20 Tahun 2001, KPK menjabarkan tindak korupsi menjadi 7 kelompok dan diperinci lagi menjadi 30 jenis tindak korupsi dan Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi berjumlah 6 jenis. Ke 7 kelompok tersebut adalah: Korupsi yang mengakibatkan kerugian negara (ada 2 jenis tindak korupsi); Korupsi yang berkaitan dengan suap-menyuap (ada 12 jenis tindak korupsi); Korupsi yang berkaitan dengan penggelapan dalam jabatan (ada 5 jenis tindak korupsi); Korupsi yang berkaitan dengan pemerasan (ada 3 jenis tindak korupsi); Korupsi yang berkaitan dengan perbuatan curang (ada 6 jenis tindak korupsi); Korupsi yang berkaitan dengan benturan kepentingan dalam pengadaan (ada 1 jenis tindak korupsi); dan Gratifikasi (ada 1 jenis tindak korupsi)."

A. MAKNA KORUPSI

Korupsi berasal dari perkataan bahasa latin “corruptio” yang berarti kerusakan atau kebrobokan. Di samping itu perkataan korupsi dipakai pula untuk menunjuk keadaan atau perbuatan yang buruk. Korupsi juga banyak yang disangkutkan pada ketidakjujuran seseorang dalam bidang keuangan.[2]

Soedjono D mengemukakan bahwa menurut “New World Dictionary of The American Language”, bahwa sejak abad pertengahan Inggris menggunakan kata “corruption” dan Perancis “corruption”. Kata korupsi mengandung arti :

-          perbuatan atau kenyataan yang menimbulkan keadaan yang bersifat buruk;

-        perilaku yang jahat yang tercela atau kebejatan moral;

-        kebusukan atau tengik;

-        sesuatu yang dikorup, seperti yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu kalimat;

-        pengaruh-pengaruh yang korup.

Page 6: Ham Balang

J.E. Sahetapy mengemukakan banyak istilah tentang korupsi di beberapa negara seperti di Muangthai “ginmoung”, yang berarti “makan bangsa”; “tanwu” istilah bahasa Cina yang berarti “keserakahan bernoda”. Jepang menamakannya “oshoku” yang berarti “kerja kotor”. [3]

Menurut A.S. Hornby c.s., “corruption” ialah “the offering and accepting ”of bribes”, (pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap) di samping diartikan juga “decay” yaitu kebusukan atau kerusakan. Yang dimaksudkan apa yang busuk atau rusak itu ialah moral atau akhlak oknum yang melakukan perbuatan korupsi, sebab seseorang yang bermoral baik, tentu tidak akan melakukan korupsi.[4]

Dari segi istilah, Hermien Hadiati mengemukakan bahwa “korupsi” berasal dari kata “corrupteia” yang dalam bahasa Inggris berarti “bribery” atau “seduction”, yang diartikan “corrupter” atau “seducer”. Dari kata “bribery” tersebut kemudian dapat diartikan sebagai memberikan/ menyerahkan kepada seorang agar orang tadi berbuat untuk/guna keuntungan (dari) pemberi.[5] Sedangkan yang diartikan dengan “seduction” ialah sesuatu yang menarik untuk membuat seseorang menyeleweng.

Seduction ialah very attractive and charming, likely to lead a person astray (but often with no implication of immorality). Sedang “bribery” ialah promised to subject in order to get him to do something (often something wrong) in favour of the giver. [6]

Hermien Hadiati Koeswadji menyimpulkan :

dari dua kata terhadap arti “corrupteia” tersebut menunjuk kepada sesuatu yang bersangkut paut dengan ketidakjujuran seseorang dalam hubungannya dengan sifatnya yang menarik, atau demi untuk keuntungan yang memberi (in favour, charming) bahkan yang bisa membuat seseorang menyeleweng (likely to lead a person astray). [7]

Menurut Soedjono D, John A. Gardiner dan David J. Olson dalam bukunya berjudul : “Theft of The City” Readings an Corruption in Urban America, berusaha memberi arti umum tentang korupsi dari berbagai sumber [8] dengan pengelompokan sebagai berikut :

1. yang dijelaskan dalam Oxford English Dictionary untuk menjelaskan makna korupsi mengkategorikan dalam tiga kelompok sebagai berikut :

1. Secara fisik, misal perbuatan pengrusakan atau dengan sengaja menimbulkan pembusukan dengan tindakan yang tidak masuk akal serta menjijikkan;

2. Secara moral bersifat praktis yaitu membuat korup moral seseorang atau bisa berarti fakta kondisi korup dan kemerosotan yang terjadi dalam masyarakat;

3. Penyelewengan terhadap kemurnian seperti misalnya penyelewengan dari norma sebuah lembaga sosial tertentu, adat istiadat dan seterusnya. Perbuatan ini tidak cocok atau menyimpang dari nilai kepatutan kelompok pergaulan. Penggunaan istilah korupsi dalam hubungannya dengan politik diwarnai oleh pengertian yang termasuk kategori moral.

2. rumusan menurut perkembangan ilmu-ilmu sosial; kelompok terbesar penulis ilmu-ilmu sosial mengikuti rumusan-rumusan di atas atau mengambil salah satu bentuk kategori dasar yang telah disebut. Dalam arti fisik, moral penyelewengan atau salah satu daripadanya. Para ilmuwan sosial pada umumnya mengaitkan definisi mereka tentang korupsi terutama ditujukan pada kantor pemerintahan (instansi atau aparatur). Sedangkan kelompok yang lebih kecil mengembangkan definisi yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran serta menekankan pada konsep-konsep yang mengambil dari teori-teori ekonomi. Dan sebagian lagi membahas korupsi dengan pendekatan kepentingan masyarakat;

3. rumusan yang menekankan pada jabatan dalam pemerintahan.

Definisi korupsi yang berkait dengan konsep jabatan dalam pemerintahan dan penyimpangan terhadap kaedah hukum dan etika pemegang jabatan yang bersangkutan, dituliskan Baycley sebagai berikut :

Perkataan korupsi dikaitkan dengan perbuatan penyuapan yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya perkembangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi.[9]

Page 7: Ham Balang

1. rumusan korupsi yang dihubungkan dengan teori pasar. Perumusan arti korupsi dihubungkan dengan teori pasar yang dikembang oleh para ahli antara lain : Jacob van Klaveren mengemukakan bahwa :

Seorang pengabdi negara (pegawai negeri) yang berjiwa korup menganggap kantor jawatannya sebagai suatu perusahaan dagang dimana pendapatannya akan diusahakan semaksimal mungkin. Besarnya hasil yang diperoleh bergantung pada situasi pasar dan kepandaiannya untuk menemukan titik hasil maksimal permintaan masyarakat.[10]

1. rumusan yang berorientasi kepada kepentingan umum. Beberapa penulis cenderung untuk menentukan korupsi sebagai konsep “demi kepentingan umum”.

Carl J. Friedrich misalnya mempertahankan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada apabila seorang pemegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu seperti seorang pejabat yang bertanggung jawab melalui uang atau semacam hadiah lainnya yang tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang. Membujuk untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum.[11]

Kelima kategori perumusan pengertian tentang korupsi sebagaimana yang telah terurai di atas menurut Soedjono D pada gilirannya mewarnai perumusan dalam Undang-Undang Pidana Korupsi tertentu, sehingga sanksi hukumnya dapat diancamkan dan diterapkan dalam penanggulangan korupsi negara yang bersangkutan.

Selanjutnya Soedjono D mengemukakan bahwa dari rumusan-rumusan tersebut tercermin bahwa :

Korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik serta penempatan politik, klik golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.[12]

B. JENIS KORUPSI

Penelusuran makna korupsi lebih lanjut kita perhatikan dari uraian Syed Hussein Al Atas dalam “The Sociology of Corruption”. Menurut Syed Hussein Al Atas seperti halnya dengan semua gejala sosial yang rumit, korupsi tidak dapat dirumuskan dalam satu kalimat.[13]

Oleh Syed Hussein Al Atas ciri-ciri korupsi diringkaskan sebagai berikut :

1. suatu penghianatan terhadap kepercayaan;2. penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umumnya;3. dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus;4. dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang berkuasa

atau bawahannya menganggapnya tidak perlu;5. melibatkan lebih dari satu orang atau pihak;6. adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain;7. terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan

mereka yang dapat mempengaruhinya;8. adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk pengesahan hukum;

1. menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.

Dari segi tipologi, korupsi dapat dibagi dalam tujuh jenis sebagai berikut :

1. Korupsi transaktif (transactive corruption);2. Korupsi yang memeras  (extortive corruption);3. Korupsi investif (investive corruption);4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption);5. Korupsi defensif (defensive corruption);6. Korupsi otogenik (autogenic corruption);7. Korupsi dukungan (supportive corruption);[14]

Page 8: Ham Balang

Ad. 1.  Korupsi transaktif menunjukkan kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.

Ad. 2.  Korupsi yang memeras adalah jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.

Ad. 3.  Korupsi investif adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

Ad. 4.  Korupsi perkerabatan atau nepotisme adalah penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

Ad. 5.  Korupsi defensif adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri.

Ad. 6.  Korupsi otogenik yaitu korupsi yang dilaksanakan oleh seseorang seorang diri. Brooks mencetuskan subyek yang disebut “auto corruption” adalah suatu bentuk korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya seorang saja.

Ad. 7.  Korupsi dukungan. Korupsi jenis ini tidak secara langsung menyangkut uang  atau imbalan langsung dalam bentuk lain.

Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah untuk melindungi dan memperkuat korupsi yang sudah ada.

Menurut Syed Hussein Al Atas bahwa inti gejala korupsi selalu dari jenis pemerasan dan transaktif. Korupsi selebihnya berkisar di sekitar kedua jenis tersebut dan merupakan jenis sampingannya.[15]

David M. Chalmers menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang meliputi :

1. material corruption;2. political corruption;3. intellectual corruption;[16]

Ad. a.

Korupsi yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan yang menyangkut kepentingan umum.

-        Financial manipulations and decisious injurious to the economy are often labeled corrupt;

-        The term in often applied also to misjudgements by officials in the public economic;

-        Disguised payment in the form of gifts, legal fees, employment, favors to relative, social influence, or any relationship that sacripfices the public interest and welfare, with or without the implied payment of money, is usually concidered corrupt.

Jadi korupsi yang menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi bidang ekonomi dan yang menyangkut bidang kepentingan umum adalah korupsi di bidang materiil.

Ad. b.

Political corruption oleh David M. Chalmers ditulis sebagai

Page 9: Ham Balang

Electoral corruption includes purchase of vote with money, promises of office or special favors, coercion, intimidation and interference with freedom of ellection. Corruption in office involves sale of legislative fortes, administrative of judicial decision or governmental appointment.[17]

Korupsi pada pemilihan termasuk memperoleh suara dengan uang, janji-janji tentang jabatan atau hadiah-hadiah khusus, pelaksanaan intimidasi dan campur tangan terhadap kebebasan memilih. Korupsi dalam jabatan melibatkan penjualan suara-suara dalam legislatif, keputusan administratif atau keputusan pengadilan, atau penetapan yang menyangkut pemerintahan.

Ad. c.

Intellectual Corruption diterangkan sebagai :

-        seorang pengajar yang berkewajiban memberikan pelajaran kepada murid namun ia tidak memenuhi kewajibannya secara wajar;

-        pegawai negeri yang selalu meninggalkan tugasnya tanpa alasan;

-        memanipulasi (membajak) hasil karya orang lain.

Disimpulkan oleh Baharuddin Loppa, jenis-jenis korupsi tersebut sebagai berikut :[18]

1. Korupsi di bidang materiil suatu tindakan yang berhubungan dengan perbuatan penyuapan dan manipulasi serta perbuatan-perbuatan lain yang merugikan keuangan atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat.

2. Korupsi di bidang politik.

Dapat berupa/berwujud memanipulasi pemungutan suara dengan cara penguapan, intimidasi, paksaan dan atau campur tangan yang dapat mempengaruhi kebebasan memilih, komersialisasi pemungutan suara pada lembaga legislatif atau pada keputusan yang bersifat administratif di bidang pelaksanaan pemerintahan.

1. Korupsi ilmu pengetahuan ialah memanipulasi ilmu pengetahuan dengan cara antara lain tidak memberikan pelajaran yang wajar atau menyatakan (mempublisir) sesuatu karangan/ciptaan ilmu pengetahuan atas namanya padahal adalah hasil ciptaan orang lain.

C. JENIS TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM UNDANG-UNDANG

Berdasarkan uraian di atas tentang jenis korupsi yaitu jenis korupsi materiil ialah korupsi yang menyangkut penyuapan, memanipulasi di bidang keuangan/perekonomian negara, manipulasi yang merugikan kesejahteraan rakyat pada umumnya adalah sebagaimana yang diatur dan dirumuskan dalam Pasal 1 ayat 1 a, b, c, d, e dan ayat 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Jenis tindak pidana korupsi materiil yang diuraikan di atas, tercakup dalam perumusan Pasal 1 ayat 1 a, b, c, d dan e dan Pasal ayat 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971.

1. Pasal 1 ayat 1 a melawan hukum dalam ayat ini adalah sarana untuk melakukan perbuatan yang dapat dipidana yaitu “memperkaya diri sendiri” atau “orang lain” atau “suatu badan. Perkataan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan memberi kewajiban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan tentang sumber kekayaannya sedemikian rupa, sehingga kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilan atau penambahan kekayaan tersebut, dapat digunakan untuk memperkuat keterangan saksi lain bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

2. Pasal 1 ayat 1 b memuat sebagai tindak pidana unsur “menyalahgunakan kewenangan“ yang ia peroleh karena jabatannya, dan unsur “secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara” serta dengan “tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan”.

3. Pasal 1 ayat 1 c istilah korupsi dalam Undang-undang ini dipergunakan dalam arti yang luas, termasuk Pasal-pasal KUHP dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi (12 Pasal).

Page 10: Ham Balang

4. Pasal 1 ayat 1 d mengancam dengan pidana seseorang yang memberikan hadiah kepada pegawai negeri juga mengancam pidana seseorang yang memberi hadiah kepada pegawai negeri.

5. Pasal 1 ayat 1 e ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk memidanakan seseorang yang tidak melaporkan pemberian atau janji yang diperolehnya dengan melakukan tindak pidana yang dimaksud pada Pasal 418, 419, 420 KUHP.

Apabila tidak semua unsur dari tindak pidana tersebut dipenuhi dan pelaporan itu misalnya dilakukan dengan tujuan semata-mata agar supaya diketahui tentang peristiwa penyuapan, maka ada kemungkinan dapat melepaskan dari penuntutan berdasarkan ayat e ini. Hal demikian tidak berarti bahwa tiap pelaporan tentang penerimaan pemberian/janji itu membebaskan terdakwa dari kemungkinan penuntutan, apabila semua unsur dari tindak pidana dalam Pasal 418, 419, 420 KUHP terpenuhi.

1. Pasal 1 ayat 2 percobaan untuk melakukan tindak pidana korupsi dijadikan delik tersendiri dan diancam dengan pidana sama dengan ancaman bagi tindak pidana yang telah selesai dilakukan. Demikian pula mengingat sifat dari tindak pidana korupsi, yang sangat merugikan keuangan/perekonomian negara, permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi meskipun masih merupakan tindakan persiapan, sudah dapat dipidana penuh sebagai suatu tindak pidana tersendiri.

Adapun perumusan Tindak pidana korupsi dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2001 pada pasal-pasalnya sekaligus dicantumkan ancaman pidananya. Dalam pasal-pasal di bawah ini hanya ditunjuk rumusan tindak pidananya dan dapat disebut tentang jenis korupsinya adalah korupsi materiil.

-        Pasal 2 ayat 1 sebagai berikut :

“Setiap orang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara … “.

-        Pasal 2 ayat 2 sebagai berikut :

Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

-        Pasal 3 sebagai berikut :

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara … “.

-        Pasal 5 ayat 1 sebagai berikut :

Dipidana :

1. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

2. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

-        Pasal 5 ayat 2 sebagai berikut :

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

-        Pasal 6 ayat 1 sebagai berikut :

Page 11: Ham Balang

Dipidana setiap orang yang  :

1. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

2. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri suatu pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

-        Pasal 6 ayat 2 sebagai berikut :

Bagi Hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

-        Pasal 7 ayat 1 sebagai berikut :

Dipidana :

1. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;

2. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang dimaksud dalam huruf a;

3. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau

4. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang dimaksud dalam huruf c;

-        Pasal 7 ayat 2 sebagai berikut :

Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

-        Pasal 8 sebagai berikut :

Dipidana :

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

-        Pasal 9 sebagai berikut :

Dipidana :

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

-        Pasal 10 sebagai berikut :

Dipidana :

Page 12: Ham Balang

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja :

1. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau

2. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau

3. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

-        Pasal 11 sebagai berikut :

Dipidana :

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungannya dengan jabatannya.

-        Pasal 12 sebagai berikut :

Dipidana :

1. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

2. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

3. hakim yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;

4. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;

5. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

6. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

7. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima pekerjaan, atau penyerahan barang seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

8. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau

9. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

-        Pasal 12 B ayat 1 sebagai berikut :

Page 13: Ham Balang

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan ketentuan atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

2. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

-        Pasal 12 B ayat 2 sebagai berikut :

Dipidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

-        Pasal 13 sebagai berikut :

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatanatau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana.

-        Pasal 14 sebagai berikut :

Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

-        Pasal 15 sebagai berikut :

Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

-        Pasal 16 sebagai berikut :

Setiap orang di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadi tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

-        Pasal 20 ayat 1 sebagai berikut :

Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya.

-        Pasal 20 ayat 2 sebagai berikut :

Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.

-        Pasal 20 ayat 3 sebagai berikut :

Dalam hal tuntutan pidana terhadap suatu korporasi, maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.

-        Pasal 20 ayat 4 sebagai berikut :

Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat diwakili oleh orang lain.

Page 14: Ham Balang

-        Pasal 20 ayat 5 sebagai berikut :

Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan, dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan.

-        Pasal 20 ayat 6 sebagai berikut :

Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

-        Pasal 20 ayat 7 sebagai berikut :

Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

D. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mempelajari makna dan jenis korupsi, maka UU Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (lama) dan UU Nomor 20 Tahun 2001, sama-sama termasuk jenis korupsi materiil yang jenisnya lebih banyak dalam UU Nomor 20 Tahun 2001. Karena dalam UU Nomor 3 Tahun 1971, hanya disebutkan dalam satu pasal saja (19). Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 jenisnya sebanyak 19 dengan rincian.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin Loppa, 1990, Perundang-undangan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Alumni, Bandung

Hermien Hadiati Koeswadji, 1994, Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan ke Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Ke 1, Citra Aditya Bakti, Bandung

J.E. Sahetapy, 1989, Parados Dalam Kriminologi, Edisi 1 Cetakan 2, Rajawali Press, Jakarta

Soedjono D., 1984, Fungsi Perundang-undangan Pidana dalam Penanggulangan Korupsi di Indonesia, Sinar baru, Bandung.

Sudarto, 1980, Hukum dan Hukum Pidana, Erlangga, Jakarta

Syed Hussein Al Atas, 1987, Korupsi, Sifat Sebab dan Fungsi, Terjemahan Nirwono, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Cetakan Pertama, Jakarta

[1] Guru Besar Fakultas Hukum UNISSULA

[2] Sudarto, 1980, Hukum dan Hukum Pidana, Erlangga, Jakarta, hal. 122

[3] J.E. Sahetapy, 1989, Parados Dalam Kriminologi, Edisi 1 Cetakan 2, Rajawali Press, Jakarta, hal. 45

[4] Soedjono D., 1984, Fungsi Perundang-undangan Pidana dalam Penanggulangan Korupsi di Indonesia, Sinar baru, Bandung, hal. 17

[5] Hermien Hadiati Koeswadji, 1994, Korupsi di Indonesia dari Delik Jabatan ke Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Ke 1, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 32

[6] Ibid., hal. 33

Page 15: Ham Balang

[7] Ibid.

[8] Soedjono D., op.cit., hal. 17

[9] Soedjono D., op.cit., hal. 19

[10] Soedjono D., op.cit., hal. 20

[11] Soedjono D., op.cit., hal. 21

[12] Soedjono D., op.cit., hal. 20

[13] Syed Hussein Al Atas, 1987, Korupsi, Sifat Sebab dan Fungsi, Terjemahan Nirwono, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Cetakan Pertama, Jakarta, hal. VIII

[14] Ibid., hal. IX

[15] Ibid., hal. X

[16] Baharuddin Loppa, 1990, Perundang-undangan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Alumni, Bandung

[17] Ibid.

[18] Ibid., hal. 7

1. Proyek Hambalang adalah proyek multiyears Kemenpora. Selain kemenpora, banyak institusi yg

terkait.

2. KPK telah menetapkan tersangka dari pihak Kemenpora. Andi Malarangeng dan dua anak buahnya.

3. Banyak pihak mendesak, termasuk keluarga Malarangeng agar KPK juga tetapkan tersangka lainnya.

4. Untuk mengurai kasus Hambalang, ada baiknya kita mengurai seperti apa konstruksi hukum yg hendak dibangun KPK.

5. Jika kita lihat Proyek Hambalang, maka ada setidaknya 6 tahap (versi BPK) atau 7 tahap pengembangan yg bermasalah.

6. Pertama, proses pemberian izin. Kedua, penerbitan sertifikat. Ketiga, proses persetujuan proyek multiyears.

7. Keempat, pemilihan rekanan. Kelima, proses pencairan uang muka. Keenam, proses pelaksanaan pembangunan.

8. Ketujuh adalah hasil sejumlah testimoni yg intinya dana hambalang utk pemilihan ketum PD di kongres demokrat.

9. Pada tahap pemberian izin, setidaknya ada lima orang yang diduga terlibat.

10. Yaitu; ry (bupati bogor), ss (kepala BPT Bogor), burhanudin (kadis tata ruang Bogor), AAA (PPK Amdal) & YH (kadis tata bangunan Bogor)

11. Pada tahap penerbitan sertifikat, setidaknya ada lima yg patut diduga terlibat.

12. Yaitu: Joyo W (kepala BPN), M Manurung (Sestama dan Plt Deputi II BPN), Binsar Simbolon (Dir Pengaturan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN)

13. Erna Widayati (Staf Pengolah Data Deputi II BPN), Luki Ambar Winarti (Kepala Bagian Persuratan BPN).

Page 16: Ham Balang

14. Dalam Proses Persetujuan Kontrak Tahun Jamak ada 11 pejabat yg terlibat.

15. Mereka adalah Wafid Muharam (Sekretaris Kemenpora), Dedy Kusdinar (Kabiro Perecanaan Kemenpora dan Pejabat Pembuat Komitmen).

16. Agus DW Martowardojo (Menteri Keuangan), Anny Ratnawati (Dirjen Anggaran Kemenkeu kini wamenkeu).

17. Mulia P Nasution (Sekjen Kemenkeu), Dewi Pudjiastuti Handayani (Direktur Anggaran II Kemenkeu).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:51:21 AM PST

18. Sudarto (Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kemenkeu), Rudi Hermawan (Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kemenkeu).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:51:39 AM PST

19. Ahmad Maliq (Staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kemenkeu), Guratno Hartono (Dir Penataan Bangunan Kementerian PU).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:52:06 AM PST

20. Dedi Permadi (Pengelola Teknis Kementerian PU)

dangtuangku 12/Feb/2013 06:52:31 AM PST

21. Dalam Proses Pemilihan Rekanan sedikitnya ada 19 orang yang patut diduga terlibat.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:52:49 AM PST

22. Yaitu: Andi Mallarangeng (eks Menpora), Wafid Muharam (Sesmenpora), Wisler Manalu (Panitia Pengadaan Kemenpora).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:53:13 AM PST

23. Jaelani (anggota Panitia Pengadaan Kemenpora), Bambang Siswanto (Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora)

dangtuangku 12/Feb/2013 06:53:42 AM PST

24. Rio Wilarso (Staf Biro Perencanaan Kemenpora), M Arifin (Komisaris PT Metaphora Solusi Global/MSG).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:54:01 AM PST Content from Twitter

25. Asep Wibowo (Manajer Marketing PT MSG), Husni Al Huda (staf PT Yodya Karya).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:54:19 AM PST

26. Aman Santoso (Direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri/CCM), Mulyatno (Manajer Pemasaran PT CCM)

dangtuangku 12/Feb/2013 06:54:38 AM PST

27. Aditya Gautama (staf PT CCM), Rudi Hamarul (staf PT CCM), RM Suhartono (staf PT CCM).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:54:56 AM PST

Page 17: Ham Balang

28. Yusuf Sholikin (staf PT CCM), Malemteta Ginting (Staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:55:19 AM PST

29. Teguh Suhanta (staf PT Adhi Karya), Arif Taufiqurrahman dan Kushadi (staf PT Adhi Karya)

dangtuangku 12/Feb/2013 06:55:35 AM PST

30. Dalam Proses Pencairan Uang Muka, ada tiga yg diduga terlibat. Yaitu R Isnanta (Kabag Keuangan Kemenpora).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:55:53 AM PST

31. Teuku Bagus Muh Nur (Kepala DK-1 PT Adhi Karya sekaligus Kuasa KSO Adhi-Wika), Machfud Suroso (Dirut PT Dutasari Citralaras).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:56:13 AM PST

32. Dalam Proses Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi ada empat yg diduga terlibat.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:56:32 AM PST

33. Yaitu R Isnanta dkk (Panitia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa Pada Pembangunan Lanjutan P3SON Hambalang).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:56:50 AM PST

34. Teuku Bagus Muh Nur (Kepala DK-I PT Adhi Karya sekaligus Kuasa KSO Adhi-Wika), Machfud Suroso (Dirut PT Dutasari Citralaras).

dangtuangku 12/Feb/2013 06:57:08 AM PST

35. Sedang versi testimoni. Ada dua testimoni yg menonjol. Pengakuan nazaruddin dan ignatius moelyono.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:57:30 AM PST

36. Nazaruddin menyebut sebagian dana hambalang utk memenangkan Anas di kongres demokrat.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:57:49 AM PST

37. Sedangkan igantius mengaku disuruh Anas utk melancarkan penerbitan sertifikat hambalang agar proyek segera jalan.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:58:12 AM PST

38. Menurut nazar ada dua pemberiannya kepada anas yg berasal dari duit hambalang.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:58:32 AM PST

39. Pertama, Toyota Harrier B 15 AUD. Dibeli di PT Duta Motor dgn uang tunai Rp150 juta dan cek PT Pasific PM Rp 520 juta.

Page 18: Ham Balang

dangtuangku 12/Feb/2013 06:58:55 AM PST

40. Mobil ini ada dlm harta kekayaan Anas pada 23 Februari 2010. Mobil ini lalu balik nama ke Afiriyani 2 Des 2011.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:59:15 AM PST

41. Kedua, uang Rp100 miliar utk memenangkan anas di kongres demokrat. Uang diserahkan Adikarya lewat Mahfud suroso.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:59:34 AM PST

42. KPK telah menetapkan Andi Malarangeng (AM) sebagai tersangka. AM dituduh menyalahgunakan wewenang.

dangtuangku 12/Feb/2013 06:59:53 AM PST

43. Penyelewengan AM menurut KPK dlm perencanaan dan pencairan dana. AM tsk hasil pngembangan kasus Kusnidar.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:00:16 AM PST

44. Sedangkan status Anas, KPK belum ambil putusan menyusul tidak kuorumnya lima pimpinan KPP utk ambil putusan.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:00:37 AM PST

45. Pasalnya dua pimpinan KPK lainnya, BW dan Busyro, pergi keluar kota saat rapat penentuan status Anas yg sdh dijadwalkan.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:00:55 AM PST

46. Status Anas soal Harrier tampaknya cukup alat bukti. Satu bukti pengakuan Nazar. Bukti lain dokumen dan cek.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:01:16 AM PST

47. Dalam kasus 100 Miliar, tampaknya selain pengakuan Nazar dan Ignatius, KPK tampaknya perlu bukti lain.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:01:35 AM PST

48. Catatan laporan keuangan PT Anugerah dan perusahaan Nazar lain perlu diperiksa keotentikannya.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:01:51 AM PST

49. Apalagi saat ini di dunia maya bertebar dokumen dlm bentuk pdf laporan keuangan perusahaan nazar.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:02:09 AM PST

50. Bukan hanya mengalir ke Anas, tapi juga Andi bahkan Ibas, bahkan Ny Ani juga. Kita tak tahu apakah KPK tahu dokumen ini.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:02:28 AM PST

Page 19: Ham Balang

51. Logikanya KPK tahu dokumen yg kabarnya berasal dari laptop Nazar yg disita KPK di Kolombia.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:02:45 AM PST

52. Versi pengacara Nazar, laporan keuangan itu sudah diganti Anas melalui Yulianis. Hingga ada nama Ibas dan ibunya.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:03:02 AM PST

53. Sekali lagi KPK harusnya menguji keotentikan laporan keuangan dlm laptop itu. Jika otentik, follow money sdh jelas.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:03:23 AM PST

54. Jika kita kembali ke suasana kongres demokrat bandung, semestinya sdh jelas siapa yg diuntungkan dana hambalang.

dangtuangku 12/Feb/2013 07:03:43 AM PST

55. Kita tahu dlm kongres, andi dan ibas tadinya satu kubu. Berhadapan dengan kubu anas.

56. Logikanya, bila andi dpt dana hambalang, tentu ibas juga. Artinya dua kubu sama2 terim

57. Logika diatas berlaku bila status Andi TSK juga dlm penerimaan uang utk kongres. Jika tidak,

tentu tak berlaku.

58. Agar KPK tak terjebak kubu2an kongres, tentu KPK harus uji keotentikan laporan di laptop tadi.

59. Masalahnya berani atau tidak KPK bila data di laptop itu adalah benar dgn segala konsekuensinya?

60. Harusnya berani. Agar hukum tak selalu dikalahkan karena sebab diluar hukum, apalagi melanggar hukum

Jakarta, (tvOne)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum menemukan pelanggaran kontrak tahun jamak (KTJ) dalam Proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Jawa Barat.

"Belum ditemukan pelanggaaran dalam kontrak tahun jamak proyek Hambalang, tapi indikasinya sudah," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas di Jakarta, Jumat (13/7).

Indikasi pelanggaran yang dimaksud Busyro adalah anggaran pengadaan tanah dari Rp 100 miliar menjadi Rp200 miliar dan bahkan kemudian menjadi Rp1,2 triliun ditambah dengan pengadaan barang dan jasa sekitar Rp1,4 triliun sehingga total menjadi sekitar Rp2,5 triliun.

"Menjadi aneh lagi ketika kemarin Menteri Pemuda dan Olahraga di Komisi X mengatakan proyek

Page 20: Ham Balang

tersebut akan diteruskan dengan meminta tambahan dana, padahal ada penilaian bahwa struktur tanah di Hambalang basah sehingga tidak bisa dibebani dengan bangunan yg berat," ungkap Busyro.

Busyro mengatakan bahwa Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati dipanggil pada Kamis (12/7) untuk membicarakan soal kontrak tahun jamak.

"Apakah memang terjadi pelanggaran kontrak tahun jamak di Hambalang? Dengan KPK meminta keterangan Wamenkeu justru untuk menulusuri apakah ada pelanggaran tersebut dan hasilnya penyelidikan memang harus diperluas dan diperdalam," jelas Busyro.

Proses pendalaman menurut Busyro diperlukan karena kasus pidana apalagi korupsi terlebih lagi korupsi politik membawa konsekuensi yuridis.

"Penyelidikan, penyidikan dan ujungnya penuntutan harus lebih hati-hati dan ketat berpegang pada prinsip kebenaran material yg dituntut oleh asas-asas pidana material. Konsekuensinya waktu yang diperlukan lama dan sulit diprediksi," jelas Busyro.

Khusus untuk kasus Hambalang, KPK menurut Busyro mengarah pada dua jenis pelanggaran.

"Indikasi pelanggaran hukum bisa mengarah pada pengadaan tanah, bisa juga pada pengadaan barang dan jasa," ungkap Busyro.

Anny Ratnawati setelah diperiksa di KPK mengatakan bahwa pembangunan suatu fasilitas kementerian dengan kontrak tahun jamak (multiyears contract) harus disetujui oleh menteri keuangan.

"Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK), disebutkan bahwa persetujuan menteri keuangan dalam kontrak tahun jamak adalah salah satu syarat untuk ditandatanganinya kontrak," kata Anny.

Perubahan kontrak menjadi KTJ adalah tanggung jawab kementerian yang bersangkutan, tapi Kemenkeu mensyaratkan sebelum KTJ disetujui, tidak diperkenankan dibuat kontrak untuk hal-hal yang menjadi kesatuan dalam persetujuan kontrak tersebut.

Proyek Hambalang sendiri dimulai sejak 2003 saat masih berada di Direktorat Jenderal Olahraga Depdikbud dengan tujuan menambah fasilitas latihan olahraga selain Ragunan.

Pada periode 2004-2009, proyek tersebut dipindah ke Kemenpora dengan pengurusan sertifikat tanah Hambalang, studi geologi serta pembuatan masterplan.

Pada 2009, anggaran pembangunan diusulkan menjadi sebesar Rp1,25 triliun sedangkan pada 2010 kembali diminta penambahan kebutuhan anggaran menjadi Rp1,175 triliun melalui surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu.

Dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,175 triliun, hanya Rp 275 miliar yang mendapat pengesahan. Jumlah itu berasal dari APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar dan tambahan Rp 150 miliar melalui APBN-P 2010. (Ant)