Modul Hematoligi
-
Upload
willghoest -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
Transcript of Modul Hematoligi
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
1/13
No. Modul : 1
Topik : Hematologi
Sub Topik : Anemia Defisiensi Besi
Learning Objektive :
1. Mampu melakukan anamnesis, identifikasi dan pemeriksaan fisik yang berhubungandengan Anemia Defisiensi Besi
2. Mampu membuat diagnosis banding Anemia Defisiensi Besi3. Mampu melakukan permintaan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
Anemia Defisiensi Besi
4. Mampu memberikan tatalaksana Anemia Defisiensi Besi,5. Mampu mengenali kasus Anemia Defisiensi Besi yang perlu dirujuk
Definisi :
Anemia yang disebabkan karena kurangnya zat besi (Fe) untuk eritropoesis, karena cadangan
besi kosong (depleted iron strore) yang akhirnya menyebabkan penurunan kadar Hb.
Epidemiologi :
Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara
tropik dan dunia ke tiga karena berkaitan erat dengan sosioekonomi. Mengenai lebih dari 1/3
penduduk dunia.
Etiologi :
Adanya keseimbangan negatif Fe yang disebabkan :
1. Berkurangnya asupan Fe- Diet tidak adekuat : kurangnya jumlah besi total dalam makanan, kualitas besi yang
tidak baik ( makanan banyak serat, rendah vitamin C, rendah daging), malnutrisi
- Gangguan absorpsi : akhlorhidria, operasi lambung, penyakit celiac2. Kehilangan Fe
- Perdarahan traktus gastrointestinal : tukak peptik, pemakaian NSAID, kankerlambung, kanker kolon, divertikulosis, hemorhoid, infeksi cacing tambang
-
Perdarahan traktus urogenitalis : menorhagia, metrorhagia, hematuria- Perdarahan saluran nafas : hemaptoe- Hemosiderosis pulmonari idiopatik- Teleangiektasis hemoragik herediter- Gangguan hemostasis- Gagal ginjal kronik dan hemodialisis
3. Meningkatnya kebutuhan Fe- Anak-anak- Kehamilan- Laktasi
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
2/13
Patogenesis :
Defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang berlangsung lama.
Terdapat tiga stadium defisiensi Fe yaitu :
1. Defisiensi Fe pre laten/deplesi FeBerkurangnya cadangan Fe tanpa disertai berkurangnya kadar Fe serum
2. Defisiensi Fe latenCadangan Fe habis, tapi kadar hemoglobin masih diatas batas terendah kadar normal
3. Anemia defisiensi FeKadar hemoglobin di bawah batas terendah normal
Gejala Klinis :
1. AnemiaBadan lemah, mata berkunang-kunang, timbul secara perlahan-lahan dan menahun,
berdebar, dyspnoe deffort, keluhan gagal jantung
2. Gangguan fungsi/struktur jaringan epitelKulit kering, rambut kering tipis dan mudah dicabut, papil atrofi, glositis, stomatitis
angularis, fisura, disfagis, kuku tipis dan kusam, koilonychia/spoon nail, striktur pada
mukosa antara hipofaring dan esofagus, atropi lambung, akhlorhidria
3. Gangguan neuromuskulerGangguan fungsi otot, gangguan tingkah laku, gangguan kemampuan mempertahankan
suhu tubuh di udara dingin, neuralgia, gangguan vasomotor, peningkatan tekanan
intrakranial, papil edema, pseudo tumor serebri
4. Gangguan imunitas seluler dan peningkatan kepekaan terhadap infeksi
Pem. Penunjang :
1. Apus darah tepi :Eritrosit :
Hipokrom mikrositer
Lekosit :
Jumlah biasanya normal, kadang-kadang granolositopenia ringan, pada perdarahan
banyak dapat ditemukan neutrofilik lekositosis
Trombosit :
Jumlah biasanya meningkat 2 kali normal dan menurun setelah pengobatan. Pada
defisiensi Fe yang berat dan lama yang disertai defisiensi Folat atau sekuesterasi di
limpa dapat ditemukan trombositopenia ringan
2. Apus sum-sum tulang :Hipoplasia eritropoiesis dengan kelompok-kelompok normoblast basofil. Bentuk
pronormoblast, normoblast kecil-kecil dengan sitoplasma ireguler, sideroblast negatif.
3. Nilai absolut menurun4. Retikulosit menurun5. Fe serum rendah6. Total Iron Binding Capacity (TIBC) meningkat7. Ferritin menurun8. Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale/Necator americanus9. Pemeriksaan lain :
Endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenoskopi, colon in loop, pemeriksaan ginekologi
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
3/13
Gambaran laboratorium stadium perkembangan defisiensi Fe
Pre Laten Laten Anemia Defisiensi Fe
Dini Lanjut
Fe Sum-sum tulang - - -
Serum Feritin < 12 < 12 < 12
Saturasi transferin N < 15 % < 15 % < 15 %
FEP N
Hb N N 8 - 14 < 8
MCV N N N atau
Ket : FEP : Free Erytrocyte Protoporphyrin
MCV : Mean Cospuscular Volume
N : Normal
Dasar Diagnosis :
1. Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan2. Laboratorium : Anemia hipokrom mikrositer, Fe serum rendah < 50 mg/dl, TIBC tinggi >
350 mg/dl, Nilai absolut menurun, saturasi transferin menurun < 15 %, Ferritin serum 2 g/dl
Diagnosis Banding :
1. Sindroma talasemia2. Hemoglobinopato3. Anemia penyakit kronis4. Paroksismal nokturnal hemoglobinuria5. Anemia sideroblastik herediter
Komplikasi :
1. Penyakit jantung anemik
Prognosis : Baik apabila sumber perdarahan dapat diatasi dan terapai Fe adekuat
Tatalaksana :
1. Prinsip : menentukan penyebab defisiensi Fe, eliminasi penyebab defisiensiFe
2. Terapi Fea. Oral : dosis : 200 mg Fe/hr, penyerapan lebih baik dalam keadaan lambung
kososng. Efek samping : iritasi gastri intestinal, heart burn, nausea, diare
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
4/13
Preparat Dosis
(mg)
Kandungan Fe
(mg)
Dosis / hari
Fe sulfat 300 60 3 tab
Fe glukonat 300 37 5 tab
Fe fumarat 200 67 3 tab
300 100 2 tab
Kompleks Fe-
polisakarida
150 150 2 tab
b. ParenteralIndikasi :
1. Tidak dapat mentoleransi Fe oral2. Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dikompensasi dengan Fe oral3. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe
oral ( colitis ulseratif)4. Tidak dapat mengabsorbsi Fe melalui traktus gastrointestinal5. Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa
Preparat :
Kompleks Fe-Dextran, mengandung 50 mg Fe/cc
Dosis :
Fe yang diperlukan untuk mengembalikan defisit dan mengisi cadangan Fe. Fe
yang diperlukan = ( 15 Hb penderita (g/dl)) x berat badan (kg) x 2,4 + 500 (mg)diberikan maksimum 100 mg / hr.
Cara Pemberian :
Tes hipersensitivitas = 0,5 ml
IM : IM dalam gluteus dengan teknik Z track (sebelum penyuntikan, kulit
digeser ke arah lateral) untuk menghindari pewarnaan zat besi pada kulit
IV : 2 ml Fe Dextran tanpa diencerkan diberikan dengan kecepatan 1 ml / mnt
atau dosis total yang diperlukan diencerkan dengan perbandingan 5 ml Fe
Dextran : 100 ml NaCl 0,9 % diberikan dengan kecepatan 20 tetes / mnt selama 5menit, bila tidak ada efek samping, kecepatan dinaikkan menjadi 40 60 tetes /
mnt
Efek Samping :
Lokal : Nyeri, perubahan warna kulit, pembesaran kelenjar getah
bening regional
Sistemik : Reaksi segera : hipotensi, nyeri kepala, malaise, urtikaria,
nausea, reaksi anafilaktoid
Reaksi lambat : limfadenopati, mialgia, artralgia, demam3. Respon terapi :
Respon hematologis yang paling dini adalah peningkatan retikulosit yang mencapai
maksimal ( 5 10 % ) pada hari ke 5 10 setelah terapi. Pada hari ke 18 pengobatan,
peningkatan Hb diharapkan mencapai setengah antara kadar Hb awal dan kadar Hb
normal. Setelah 3 minggu pengobatan, peningkatan kadar Hb harus mencapai 59 %
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
5/13
4. Lama terapi :Terapi Fe diteruskan sampai 3 6 bln setelah Hb normal untuk mengisi cadangan Fe.
Dosis pemeliharaan yang diberikan 100 200 mg/hr.
5. Terapi lain :- Diet : makanan bergizi dengan tinggi protein hewani- Vitamin C : 3 x 100 mg/hr untuk meningkatkan absorbsi Fe- Transfusi darah :
Indikasi :
Penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung
Anemia yang sangat simptomatik, misalnya pusing sekali
Memerlukan peningkatan Hb yang cepat, misalnya pada kehamilan trimester akhir
atau preoperasi
Referensi :
Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia defisiensi Fe, Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006. P 644 650.
Supandiman I, Sumantri R, Fadjari H, dkk. Anemia Defisiensi Besi Dalam Pedoman Diagnosis dan
terapi : Hematologi Onkologi Medik. Q-Communication. Edisi I. 2003. P 1 5.
Tugas :
1. Jelaskan cara mendiagnosis Anemia Defisiensi Fe2. Jelaskan tatalaksana Anemia Defisiensi Fe3. Jelaskan diagnosis banding Anemia Defisiensi Fe
Lampiran :
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
6/13
No. Modul : 2
Topik : Hematologi
Sub Topik : Anemia Pada Penyakit Kronik
Learning Objektive :
1 Mampu melakukan anamnesis, identifikasi dan pemeriksaan fisik yang berhubungandengan Anemia Pada Penyakit Kronik
2 Mampu membuat diagnosis banding Anemia Pada Penyakit Kronik3 Mampu melakukan permintaan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
Anemia Pada Penyakit Kronik
4 Mampu memberikan tatalaksana Anemia Pada Penyakit Kronik,5 Mampu mengenali kasus Anemia Pada Penyakit Kronik yang perlu dirujuk
Definisi :
Anemia yang ditemukan pada penyakit kronik
Epidemiologi :
Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara
tropik dan dunia ke tiga karena berkaitan erat dengan sosioekonomi. Mengenai lebih dari 1/3
penduduk dunia.
Etiologi :
1. Penyakit kolagen dan artritis reumatoid2. Enteritis regional, kolitis ulseratif3. Kanker
Patogenesis :
1. Pemendekan masa hidup eritrosit2. Gangguan metabolisme besi : kadar besi serum rendah meskipun cadangan besi cukup3. Gangguan produksi eritrosit akibat tidak efektifnya rangsangan eritropoetin
Gejala Klinis :
1. Pada anemia derajat ringan dan sedang, gejala sering kali tertutup oleh gejala penyakitdasar, karena kadar Hb 7 11 g/dl umumnya asmptomatik. Meskipun demikian apabila
demam atau debilitas fisik meningkat maka pengurangan kapasitas transport O2
jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan sebelumnya
2. Pada pemeriksaan fisik tidak ada kelainan yang khas
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
7/13
Pem. Penunjang :
1. Anemia umumnya normokrom normositer2. Retikulosit normal atau sedikit meningkat3. Fe Serum menurun
Dasar Diagnosis :
1. Adanya penyakit kronis2. Berdasarkan laboratorium yang menyokong.
Diagnosis Banding :
1. Anemia Defisiensi Besi
Komplikasi :
Prognosis :
Tatalaksana :
1. Mengobati penyakit dasar2. Transfusi : bila ditemukan gangguan hemodinamik, sebaiknya Hb dipertahankan 10
11 g/dl3. Preparat besi belum direkomendasikan4. Eritropoetin : dapat diberikan pada anemia akibat kanker, gagal ginjal, multipel
mieloma, artritis reumatoid dan HIV
Referensi :
Supandiman I, Fadjari H. Anemia Pada Penyakit Kronis.Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006. P 651 652.
Tugas :
1. Jelaskan cara mendiagnosis Anemia pada Penyakit Kronis2. Jelaskan tatalaksana Anemia pada Penyakit Kronis3. Jelaskan etiologi dan patogenesis Anemia Pada Penyakit Kronis
Lampiran :
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
8/13
No. Modul : 3
Topik : Hematologi
Sub Topik : Anemia Hemolitik
Learning Objektive :
1. Mampu melakukan anamnesis, identifikasi dan pemeriksaan fisik yang berhubungandengan Anemia Hemolitik
2. Mampu membuat diagnosis banding Anemia Hemolitik3. Mampu melakukan permintaan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
Anemia Hemolitik
4. Mampu memberikan tatalaksana Anemia Hemolitik5. Mampu mengenali kasus Anemia Hemolitik yang perlu dirujuk
Definisi :
Anemia yang disebabkan adanya peningkatan destruksi eritrosit yang melebihi kemampuan
kompensasi eritropoiesis sum-sum tulang
Etiologi :
1. Faktor Intrinsik:- Kongenital :
Defek membran eritrosit : sferositosis, eliptositosis
Defisiensi enzim glikolitik eritrosit : pirufat kinase
Defisiensi enzim pentose phosphate pathway : G6PD
Defek struktur dan sintesis Hb : Unstable Hb disease, Talasemia, Anemia bulan sabit
- Didapat : Paroksismal noturnal hemoglobinuria2. Faktor ekstrinsik :
- Anemia hemolitik autoimun (warm antibody) :Idiopatik
Sekunder : infeksi virus, mikoplasma, limfoma, limfosarkoma, lekemi limfositik
Kronik, SLE, penyakit autoimun lain
Obat-obatan : sefalosforin, penisilin, tetrasiklin, metildopa
- Anemia hemolitik autoimun (cold antibody) :Cold hemagglutinin disease
Idiopatik
Sekunder : mikoplasma pneumonia, mononukleus infeksiosa
Paroksismal cold haemoglobinuria :
Idiopatik
Sekunder : sifilis, measles, mump
- Traumatik dan anemia hemolitik mikroangiopatik :Katup jantung buatan
Haemolitytic Uremic Syndrome (HUS)
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP)
Koagulasi intravaskuler diseminata
- Infeksi : malaria, toksoplasmosis, klostridium
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
9/13
- Zat kimia dan obat oksidatif : sulfonamid, nitrofurantoin, nitrat, cisplatin, arsine,PTU, cooper inorganic
- Zat fisika : termal, luka bakar, radiasi
Patogenesis :
Pada stimulasi maksimal, sum-sum tulang dapat mengalami hiperplasia sampai 6-8 kali. Apabila
terjadi peningkatan destruksi eritrosit yang melebihi kemampuan maksimal kompensasi
eritropoiesis sum-sum tulang (umur eritrosit < 120/8 = < 15 hari) baru terjadi anemia
Hemolisis dapat terjadi terutama dalam sirkulasi (intravaskuler) atau dalam makrofag jaringan
(ekstravaskuler)
Hemolisis dapat disebabkan oleh :
1. Defek protein membran sel (ketidakstabilan sitoskleton eritrosit) : PNH2. Abnormalitas membrane surface area eritrosit : anemia bulan sabit3. Perlengketan komplek antigen antibodi pada permukaan eritrosit yang dihancurkan
disistem retikuloendotelial atau melalui aktivasi komplemen : anemia hemolitik imun
4. Abnormalitas glikolisis eritrosit yang mengakibatkan gangguan fungsi membran eritrosit: defisiensi piruvat kinase
5. Abnormalitas jalur HMP (heksose monophosphate) eritrosit yang mengakibatkankerentanan eritrosit terhadap oksidan : defisiensi G6PD
6. Deformitas membran yang mengakibatkan peningkatan fragilitas eritrosit : strukturalhemoglobinopati
7. Defek sintesis rantai hemoglobin yang mengakibatkan presipitasi hemoglobin dalamsitoplasma, kerusakan membran sel eritrosit : talasemia
8. Invasi organisme pada eritrosit : malaria9. Toksin terhadap membran lipid eritrosit : klostridium10.Efek langsung panas terhadap eritrosit yang mengakibatkan denaturasi protein
sitoskletal, deformabilitas seluler dan penurunan elastisitas eritrosit
Riwayat penyakit :
Dapat asimptomatik maupun akut dan berat
Pada bentuk yang akut dan berat, pada umumnya berupa :
- Mendadak mual-mual, demam, muntah, menggigil, nyeri perut, pinggang danekstremitas, badan lemah, sesak nafas, pucat
- Gangguan kardiovaskuler- Buang air kecil warna merah/gelap
Bentuk kronis : keluhan badan lemah berlangsung dalam periode beberapa minggu sampai
Bulan
Gejala Klinis :
1. Bentuk asimptomatik tanpa gejala2. Bentuk sedang-berat dengan tanda dan gejala klinik : pucat, ikterus ringan (subikterik)3. Splenomegali4. Ptekhie, purpura : sindroma Evan`s
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
10/13
5. Hemolisis kongenital : Tower Skull (tengkorak bentuk menara), Chipmunk face (faciesrodent), pertumbuhan badan yang terganggu, ulkus tungkai, kardiomegali, bising
sistolik, edema
6. Komplikasi : kolelitiasis/kolesistitis, hepatitis pasca tranfusi, hemokromatosis
Pem. Penunjang :
Laboratorium :
1. Tanda-tanda hemolisis- Apus darah tepi : anisositosis, polikromasi dengan normoblast, lekosit bergeser
kekiri
- Apus sum-sum tulang : hiperplasia eritropoiesis- Retikulosit meningkat- Masa hidup eritrosit memendek- Peningkatan katabolisme heme- Peningkatan LDH- Penurunan Haptoglobin- Hemolisis intravaskiler : hemoglobinemia, hemoglobinuria, hemosiderinuria,
methemalbuminemia
- Trombositopenia : sindroma Evan`s2. Terhadap etiologi :
- Coomb`s test : hemolitik autoimun- Ham`s test : PNH- G6PD : G6PD defisiensi- Piruvat kinase : piruvat kinase defisiensi- Donath Landsteiner test : Paroxysmeal cold, haemoglobinuria- Hb elektroforesa : Talasemia- Test fragilitas osmotik : Sferositosis herediter- DDR, apus darah tepi : Malaria
Dasar Diagnosis :
1. Riwayat penyakit2. Gejala klinis3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding :
1. Anemia pernisiosa2. Anemia defisiensi Fe stadium awal3. Anemia paska perdarahan masif4. Eritrolekemia5. Anemia aplastik (pada krisis aplastik dari anemia hemolitik)6. Mielofibrosis
Tatalaksana :
1. Tergantung etiologi
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
11/13
a. Anemia hemolitik autoimun :o Glukokortikoid :
Prednison 40 mg/m2
luas permukaan tubuh/hari, respon biasanya terlihat
setelah 7 hari, retikulosit meningkat, Hb meningkat 2-3 g%/minggu. Bila Hb
sudah mencapai 10 g% dosis steroid dapat diturunkan dalam 4-6 minggusampai 20 mg/m
2LPT/hari, kemudian diturunkan selama 3-4 bulan.
Beberapa kasus memerlukan prennison dosis pemeliharaan 5-10 mg selang
sehari.
o Splenektomi : Pada kasus yang tidak respon dengan pemberianglukokortikoid
o Imunosupresif : pada kasus gagal steroid dan tidak memungkinkansplenektomi
Azatioprin : 80 mg/m2/hari, atau Siklofosfamid : 60-75mg/m2/hariObat imunosupresif diberikan selama 6 bulan, kemudian tapering off,
biasanya dikombinasi dengan prednison 40 mg/m2
LPT/hari. Dosis
prednison diturunkan bertahap dalam waktu 3 bulan
o Imunoglobulin intravena : 0,4 -1 g/kg BB/hari selama 5 hario Danazol : 600-800 mg/hari, bila ada respon, dosis diturunkan menjadi 200-
400 mg/hari, diberikan bersama dengan prednison
o Plasmaferesisb.
Obati penyakit dasar : SLE, infeksi, malaria, keganasan
c. Stop obat-obatan yang diduga menjadi penyebabd. Kelainan kongenital :
Talasemia :
o Tansfusi berkala, pertahankan Hb 10 g%o Desferal (Deferoksamine) untuk mencegah penumpukan besi :
Diberikan bila serum ferritin mencapai 1000 ug/dl, biasanya setelahtransfusi labu ke 12-15
Dosis inisial : 20 mg/kg BB, diberikan 8-12 jam infus subkutandidinding anterior abdomen, selama 5 hari/minggu
Diberikan bersama vitamin C 100-200 mg, per oral untukmeningkatkan eksresi besi
Pada keadaan penumpukan Fe berat, terutama disertai komplikasijantung dan endokrin, Deferoxamine diberikan 50 mg/kg BB secara
infus kontinu intravena
Sferositosis Herediter
- Splenektomi, umur optimal 6-7 tahun.- Kontraindikasi : lekopeni, hipogamaglobulinemia
2. Bila perlu transfusi : washed red cell (pada hemolitik autoimun), packed red cell3. Pada hemolisis kronis : asam folat 0,15 0,3 mg/hari untuk mencegah krisis
megaloblastik
4. Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)- Adanya triad : Hemolitik mikroangiopati, trombositopeni, gagal ginjal akut- Terapi suportif, perhatikan balans cairan, transfusi (pertahankan Hb 9 g%) jangan
beri suspensi trombosit
- Dialisis5. Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP)
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
12/13
- Adanya pentad : gangguan neurologik, anemia hemolitik, trombositopenia,gangguan fungsi ginjal, demam
- Teraapi : kortikosteroid, prednison 200 mg/hr atau metil prednisolon 0,75 mg/kgBB IV tiap 12 jam, bila tidak ada respon, dilakukan plasmaparesis dengan FFP 3-4
L/hari
Prognosis :
Tergantung penyakit dasar, dapat mengalami krisis aplastik, krisis hemolitik dan krisis
megaloblastik, yang ditandai penurunan kadar hemoglobin secara cepat dan dramatis
1. Krisis Aplastik :Krisis yang paling sering terjadi, disebabkan kegagalan sementara produksi eritrosit.
Pada sebagian besar kasus disebabkan infeksi B 19 Human Parvovirus (HPV). Terjadi
penurunan kadar Hb disertai penurunan retikulosit < 1%
2. Krisis Hemolitik :Penurunan Hb karena destruksi eritrosit disebabkan peningkatan aktivitas limpa.
Ditandai peningkatan retikulosit, ikterik bertambah dan limpa yang membesar.
3. Krisis Megaloblastik :Terjadi sebagai komplikasi defisiensi folat, onset biasanya lebih lambat dari kasus
aplastik dan krisis hemolisis dan tidak berhubungan dengan infeksi.
- Anemia hemolitik autoimun idiopatik (warm antibody) :Perjalanan penyakit bervariasi, mengalami remisi dan relaps, mortalitas mencapai 46
%. Kelangsungan hidup 10 tahun sbesar 73 %.
- Cold-aglutinin disease :Idiopatik prognosis relatif baik, dapat bertahan hidup sampai beberapa tahun. Pada
post infeksi biasanya self limited, penyembuhan terjadi dalam beberapa minggu.
- Paroxysmal cold hemoglobinuria :Pada post infeksi biasanya mengalami penyembuhan spontan dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. Pada kasus idiopatik, penderita dapat bertahan hidup
selama bertahun-tahun disertai hemolisis paroksismal.
- Hemolisis imun karena obat biasanya ringan, prognosis baik, kadang-kadang dapatterjadi hemolisis berat dengan gagal ginjal
- Talasemia : transfusi adekuat dan terapi chelation desferoxamine memperbaikiprognosis B talasemia mayor.
Referensi :
Parjono E,Widayati K. Anemia Hemolitik Autoimun. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006. P 660 662.
Rinaldi I, Sudoyo AW. Anemia Hemolitik Non Imun. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006. P 663 668.
Supandiman I, Sumantri R, Fadjari H, dkk. Anemia Defisiensi Besi Dalam Pedoman Diagnosis dan
terapi : Hematologi Onkologi Medik. Q-Communication. Edisi I. 2003. P 1 5.
-
7/29/2019 Modul Hematoligi
13/13
Tugas :
1. Jelaskan cara mendiagnosis Anemia Hemolitik2. Jelaskan tatalaksana Anemia Hemolitik3. Jelaskan etiologi dan patogenesis Anemia Pada Penyakit Kronis4. Jelaskan diagnosis banding Anemia Hemolitik
Lampiran :