Modul 2 Blok 7

5

Click here to load reader

Transcript of Modul 2 Blok 7

Page 1: Modul 2 Blok 7

Jenis Maloklusi

1. Protrusi

Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan

oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir

bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas

melalui mulut.

2. Intrusi dan Ekstrusi

Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi

membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi mendekati

bidang oklusal.

3. Crossbite

Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik

terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap

gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok

gigi, atau satu gigi saja.

Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:

a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa

gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior

mandibula.

b. Crossbite posterior

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior

mandibula.

4. Deep bite

Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal

insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-

3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial

dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.

5. Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open

bite menurut lokasinya adalah :

a. Anterior open bite

Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi

depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle

divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.

b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar

c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,

posterior, dapat unilateral atau bilateral.

6. Crowded

Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.

Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung

koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks

gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari

mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.

Derajat keparahan gigi crowded:

a. Crowded ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan

mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan

perawatan.

b. Crowded berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene

oral yang jelek

7. Diastema

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang

seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek,

dan persistensi.

Page 2: Modul 2 Blok 7

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor

umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu

herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada

masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan

penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke

arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis,

penyakit-penyakit infeksi.

Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya

gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali

ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi

desidui, persistensi gigi desidui, jalan erups i abnormal, ankylosis dan karies gigi

Akibat dari Maloklusi

Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan,

bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak

nyaman saat mengunyah,

terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan

nyeri kepala dan leher.

Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam

pembersihan.

Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya

pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat

mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.

16,17

Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri

maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b.

Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan

huruf s, z, t, dan n.

Menurut Bruggeman anomali dental yang mengakibatkan

gangguan bicara adalah

1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan

semua huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.

2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.

3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z,

zh, th, dan kadang-kadang pada huruf t dan d.

4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s,

sh,z, zh.

5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan

pada ruang antar gigi.

Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan seseorang.

Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak

menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat usia

masa remaja.

Dibiase menyatakan beberapa kasus maloklusi pada anak remaja

sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan

oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan dari teman sekolahnya. Pengalaman

psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan hati sehingga remaja

korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi

 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacial

Penampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial, gigi anterior, orientasi terhadap garis estetik oklusi, profil

Penjajaran (allignment)Rapat/ terdapat ruang, membentuk lengkung, simetris, orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle, skeletal dan dental

TransverseCrossbite, skeletal dan dental

Page 3: Modul 2 Blok 7

VertikalKedalaman menggigit, skeletal dan dental2.8 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi. Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal.Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak. Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal, dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya, tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II.Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan. Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I, kelas II, dan kelas III, individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik.Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain, khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan. Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami. Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot. Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor, dengan

maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya, tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini. Sebaliknya, penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular. Meskipun demikian, disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi, bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal, perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik.

KLASIFIKASI SISTEM ANGLE’SKlasifikasi Agle’s berdasarkan pada hubungan mesial-distal gigi, lengkung gigi, dan rahang. Menurutklasifikasi Angle’s M1 merupakan kunci oklusi. Terdiri dari:• Angle’s Class IDikarakteristikkan dengan keberadaan relasi inter-arch molar yang normal. Cusp mesio-buccal M1 RAberoklusi pada buccal groove M1 RB. Pasien dengan kelas I angle’s memperlihatkan hubungan skeletalyang normal dan fungsi otot yang normal.• Angle’s Class IIDikarakteristikkan dengan hubungan molar dimana cusp disto-buccal dari M1RA beroklusi denganbuccal groove M1RB. Terbagi lagi menjadi:-Class II divisi 1-Class II divisi 2

Divisi 1Divisi 2OverjetMeningkatMenurunProfilKonveksLurus atau sedikit konveksBibirPendek, incompetentNormalBentuk rahangv-shaped, narrow

u-shaped, kotakPalatumdalamNormalAktivitas ototMentalis dan buccinatormeningkatNormalPath of closureNormalBackwardPanjang wajah bawahNormal atau meningkatMengecilMalar processTidak prominentProminent-Class II, subdivisionTerjadi ketika hubungan molar kelas II terjadi pada satu rahang sedangkan rahang yang lainnyamenunjukkan hubungan molar kelas I• Angle’s Class IIIDikarakteristikkan dengan hubungan molar dimana cusp mesio-buccal dari M1RA beroklusi denganruang interdental antara M! dan M2 RB. Terbagi menjadi:MODIFIKASI DEWEY’S DARI MALOKLUSI ANGLE’SDewey’s membagi klasifikasi Angle’s kelas I menjadi 5 tipe dan kelas III menjadi 3 tipe.• Modifikasi Dewey’s kelas I-Tipe 1 : Maloklusi kelas I dengan gigi anterior yang berjejal-Tipe 2 : Kelas I dengan I1 RA yang protrusi-Tipe 3 : Kelas I dengan anterior crossbites-Tipe 4 : Kelas I dengan posterior crossbites-Tipe 5 : Gigi molar permanen drifting ke mesial diakibatkan karena ekstaksi dini gigi M2sulung atau P2 permanen• Modifikasi Dewey’s kelas III- Tipe 1Ketika kedua rahang dioklusikan, pasien menunjukkan alignment incisive yang edge to edge-Tipe 2Incisive RB berjejal dan berada relasi lingual dengan incisive RA-Tipe 3Incisive RA berjejal dan mengalami crossbites dengan gigi anterior RB

Page 4: Modul 2 Blok 7

KLASIFIKASI SIMON’SKlasifikasi Simon’s menggunakan 3 bidang anthropometric, yaitu: Frankfort horizontal plane, orbital plane, danmid-sagital plane. Klasifikasi maloklusi berdasarkan deviasi abnormal dari lengkung rahang.a.Frankfort horizontal planeKetika lengkung gigi lebih dekat dengan Frankfort plane, maka disebut attaction. Sedangkan ketikalengkung gigi menjauhi Frankfort plane, maka disebut abstraction.b. Orbital PlaneBidang ini digunakan untuk menggambarkan maloklusi pada arah sagital atau antero-posterior. Ketikalengkung rahang menjauhi orbital plane, maka disebut protraction. Ketika lengkung gigi mendekatiorbital plane, maka disebut retraction.c.Mid- sagital planeDigunakan untuk menggambarkan maloklusi pada arah transversal. Ketika seluruh atatu sebagianrahang menjauhi mid-sagital plane, maka disebut distraction. Ketika rahang mendekati mid-sagitalplane, maka disebut contraction.KLASIFIKASI BENNET’SBennet mengklasifikasi maloklusi berdasarkan etiologi-Kelas I: posisi abnormal gigi atau beberapa gigi yang diakibatkan penyebab lokal-Kelas II: formasi abnormal dari rahang yang dikarenakan defek pertumbuhan tulangKelas III: hubungan abnormal antara RA dan RB, dan antara kedua rahang dengan kontur fasial

Klasifikasi SimonsSimons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:Frankfort Horizontal Plane (vertikal)Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang vertikal.AttraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati).AbstraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi

(menjauhi).Bidang Orbital (antero-posterior)Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah:rotraksiGigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.RetraksiSatu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.Bidang Mid-Sagital (transversal)Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.KontraksiSebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagitalDistraksi (menjauhi)Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.