Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

41
i AJANG KARYA TULIS MAHASISWA (ATLAS) BRAWIJAYA LAW FAIR IV Menggagas Model Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi sebagai Strategi untuk Memutus Rantai Dinasti Korupsi Disusun oleh : 1. Dewi Ayu Pambudi (E0012107) 2. Danang Eko Susanto (E0010093) 3. Mirella Selfi Lumadyo (E0011195) UNIVERSITAS SEBELAS MARET KOTA SURAKARTA 2013

description

Peran Lembaga Eksekutif, Yudikatif serta Legislatif dalam memberantas tindak pidana korupsi dirasakan kurang optimal dan bahkan dengan segala cara yang telah digunakan tidak mampu meruntuhkan dinasti korupsi yang telah ada di Indonesia. Sehingga diperlukan penangan kususus untuk meruntuhkan dinasti korupsi yang ada di Indonesia dengan melalui Lembaga Pendidikan seperti Perguruan Tinggi.

Transcript of Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Page 1: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

i

AJANG KARYA TULIS MAHASISWA (ATLAS)

BRAWIJAYA LAW FAIR IV

Menggagas Model Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi sebagai

Strategi untuk Memutus Rantai Dinasti Korupsi

Disusun oleh :

1. Dewi Ayu Pambudi (E0012107)

2. Danang Eko Susanto (E0010093)

3. Mirella Selfi Lumadyo (E0011195)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KOTA SURAKARTA

2013

Page 2: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Menggagas Model Pendidikan Anti

Korupsi di Perguruan Tinggi sebagai

Strategi untuk Memutus Rantai Dinasti

Korupsi

2. Sub tema : PTN/PTS

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama : Dewi Ayu Pambudi

b. NIM : E0012107

c. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

d. Alamat Rumah : Pojok RT 02, Dari, Plupuh, Sragen, 57283

e. No Tel./HP : 085647212672

f. Alamat email : [email protected]

4. Anggota tim/penulis

Anggota I

a. Nama : Danang Eko Susanto

b. NIM : E0010093

c. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

d. Alamat Rumah : Grasak Rt.03/07 Cangkol, Kec.

Mojolaban Kab. Sukoharjo

Surakarta

e. No Tel./HP : (0271) 610767 / 08995317566

f. Alamat email : [email protected]

Anggota II

a. Nama : Mirella Selfi Lumadyo

b. NIM : E0011195

c. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret

d. Alamat Rumah : Jl. Kediri, 147 Rt.015/Rw.004,

Dsn. Seminang Ds.Sumberagung

Kec.Wates Kab.Kediri

Page 3: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

iii

e. No Tel./HP : 085649087450

f. Alamat email : [email protected]

5. Dosen pendamping

a. Nama Lengkap : Jatmiko Anom Husodo, S.H.,M.H

b. NIP : 19700424 199512 1 001

c. Alamat Rumah : Perum Krapyak Gang 1 No. , Merbung,

Klaten Selatan

d. No. Tel./HP : 085725307696

Surakarta, 12 November 2013

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Jatmiko Anom Husodo, S.H.,M.H

NIP. 19700424 199512 1 001

Ketua Kelompok

Dewi Ayu Pambudi

E0012107

Mengetahui,

Pembantu Dekan III

Bidang Kemahasiswaan

Hernawan Hadi, S.H.,M.Hum

NIP. 19600520 198601 1 001

Page 4: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

karya tulis yang berjudul ”Menggagas Model Pendidikan Antikorupsi di

Perguruan Tinggi sebagai Strategi untuk Memutus Rantai Dinasti Korupsi”

tepat waktu.

Dalam pengantar singkat ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan kepada Penulis baik

berupa materiil maupun immateriil selama proses penulisan karya tulis ini,

khususnya kepada:

1. Bapak Jatmiko Anom Husodo, S.H.,M.H selaku dosen pembimbing;

2. Bapak, ibu, Saudara-saudara, dan sahabat-sahabat, terimakasih untuk

semangat dan dorongannya;

Semoga karya tulis yang kami buat ini mampu memberi manfaat dan

menjadi solusi atas semakin permissive-nya masyarakat terhadap kebiasaan

korupsi yang ada di negeri ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan karya tulis ini dari awal sampai akhir.

Surakarta, 12 November 2013

Penulis

Page 5: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

v

DAFTAR ISI

BAGIAN AWAL

Halaman Judul ............................................................................................ i

Lembar Pengesahan .................................................................................... ii

Kata Pengantar ........................................................................................... iv

Daftar Isi .................................................................................................... v

Ringkasan................................................................................................... vi

BAGIAN INTI

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

Perumusan Masalah......................................................................... 3

Tujuan Pustaka ............................................................................... 3

Manfaat Penulisan........................................................................... 4

Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 5

Metode Penulisan ....................................................................................... 12

Isi .............................................................................................................. 16

Penutup

Kesimpulan .................................................................................... 28

Saran .............................................................................................. 29

BAGIAN AKHIR

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup

Page 6: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

vi

RINGKASAN

Peran lembaga eksekutif, yudikatif serta legislative dalam memberantas

tindak pidana korupsi dirasakan kurang optimal dan bahkan dengan segala cara

yang telah digunakan tidak mampu meruntuhkan dinasti korupsi yang telah ada di

Indonesia. Sehingga diperlukan penangan kusus untuk meruntuhkan dinasti

korupsi yang ada di Indonesia dengan melalui lembaga pendidikan seperti PTN

atau PTS. Hal ini diharapkan, perguruan tinggi dapat mencetak kader-kader calon

pemimpin bangsa. Penulis dalam menyusun karya tulis ini menggunakan metode

penulisan normative atau dikenal sebagai penelitian hukum doctrinal atau

penelitian hukum kepustakaan.

Pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi diharapkan menjadi solusi

untuk meruntuhkan dinasti korupsi di Indonesia. Kurikulum pendidikan

antikorupsi serta di implementasikan dengan kerja praktek lapangan seperti KKN

atau Magang dapat menumbuhkan sifat anti korupsi kepada mahasiswa, selain itu

UKM juga berperan penting dalam membangun budaya antikorupsi di lingkungan

perguruan tinggi. Kerjasama antara mahasiswa dengan seluruh civitas akademik

perguruan tinggi ditujukan untuk membangun budaya antikorupsi terutama di

lingkungan perguruan tinggi dengan begitu perguruan tinggi dapat mencetak

lulusan yang berkualitas tinggi dengan mental antikorupsi.

Page 7: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia akhir-akhir ini tengah menghadapi berbagai

permasalahan yang cukup pelik seputar krisis multi dimensional serta

problem lain yang menyangkut tatanan nilai yang sangat menuntut adanya

upaya pemecahan yang sangat mendesak. Problematika yang menyangkut

struktur nilai dalam masyarakat salah satunya adalah problematika korupsi

yang tidak kunjung usai. Semakin akutnya permasalahan tersebut,

sebagian orang menganggap bahaya laten korupsi di Indonesia sudah

menjadi budaya dan epidemi bahkan virus yang harus kita perangi

bersama.

Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ruah, yang

seharusnya dengan keadaan tersebut Indonesia dapat menjadi negara maju.

Namun pada kenyataannya pemerintah indonesia masih banyak hutang dan

rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Dari zaman

pemerintahan kerajaan, kemudian zaman penjajahan, dan hingga zaman

modern dalam pemerintahan NKRI dewasa ini, kehidupan rakyatnya tetap

saja miskin.

Dalam perkembangan selanjutnya di tengah kemiskinan yang makin

meluas, korupsi berkembang menjadi cara berfikir dan gaya hidup

masyarakat untuk memperoleh kekayaan dan menjadi jalan pintas untuk

memperkaya diri atau golongan secara cepat1. Korupsi memang

merupakan problematika yang cukup pelik yang hampir menjamur di

seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Bagi rakyat Indonesia, bukan hal

yang asing bahwa aksi penolakan korupsi mulai terdengar kencang,

masyarakat pun dibuat heran ketika kasus suap oleh ketua Mahkamah

Konstitusi. Lembaga negara yang seharusnya bersih dari korupsi, tapi

1 Andar Nubowo, 2004. Membangun Gerakan Anti Korupsi dalam Perspektif Pendidikan, LP3 Yogyakarta, , hlm. 45

Page 8: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

2

karena lunturnya moral mengotori lembaga yang sangat disegani karena

ketegasannya, berwibawa dan bersih.

Perbaikan sistem dan hukum sudah diperbaiki. Tapi lunturnya moral,

menyebabkan sistem yang baik tersebut tidak ada gunanya. Mahasiswa

sebagai agen of change seharusnya dapat menjadi pionir terdepan untuk

memberantas dan juga untuk mencegah terjadinya kasus korupsi di

Indonesia. Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat terbaik untuk

menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Mahasiswa beserta

civitas akademika yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa

mendatang sejak dini harus diajar dan dididik untuk membenci serta

menjauhi praktek korupsi. Bahkan lebih dari itu, diharapkan dapat turut

aktif memeranginya.

Praktek korupsi di lingkungan kampus masih banyak di temui,

Diberitakan di berbagai media massa, sekurangnya ada 18 universitas

negeri di Indonesia yang terindikasi terjadi tindak pidana korupsi dengan

rata-rata kerugian miliaran rupiah2. Penetapan dua tersangka kasus korupsi

pengadaan peralatan dan penunjang laboratorium pendidikan Universitas

Negeri Jakarta (UNJ) merupakan salah satu contoh kasus dan tidak hanya

itu kasus seperti Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tersandung kasus

pengadaan laboratorium senilai Rp 54 miliar serta kasus rektor Universitas

Indonesia (UI). Kasus tersebut mulai dari pengadaan teknologi informasi

perpustakaan, pemalsuan dokumen perpustakaan dan pemalsuan tanda

tangan untuk mencairkan sejumlah uang.

Tidak hanya dari kalangan pejabat atau pegawai kampus, mahasiswa

yang menjadi harapan bangsa untuk melawan korupsipun masih banyak

melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur. Korupsi yang dilakukan

oleh mahasiwa biasanya seperti aksi mencontek pada saat ujian, meminta

uang SPP lebih kepada orangtua, tittip absen kuliah dan lain-lain.

2 http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/06/23/190310/Ironis-Praktik-Korupsi-di-Kampus diakses pada 08 November 2013 pukul 10:48 WIB

Page 9: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

3

Atas kegagalan lembaga pendidikan yang seharusnya sebagai tempat

atau wadah di mana orang-orang berkumpul, bekerja sama secara

sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali dalam

memanfaatkan sumber daya, sarana-prasarana untuk tujuan pendidikan

serta sebagai wadah untuk menciptakan budaya anti korupsi dan

menciptakan kader-kader pemimpin bangsa selanjutnya, maka penting

untuk dikaji dan perlunya terobosan baru dalam gerakan anti korupsi di

lingkungan kampus dengan pengoptimalan kurikulum anti korupsi serta

pembangunan budaya anti korupsi di lingkungan kampus. Berdasarkan

latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengkaji lebih mendalam

persoalan tersebut dalam karya tulis yang berjudul “Menggagas Model

Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi sebagai Strategi untuk

Memutus Rantai Dinasti Korupsi”

Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penulisan ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi dapat digunakan

sebagai langkah strategis untuk memutus rantai dinasti korupsi?

2. Bagaimana model pendidikan antikorupsi yang dapat dikembangkan di

perguruan tinggi sebagai langkah strategis untuk memutus rantai

dinasti korupsi?

Tujuan Penulisan

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pola atau bentuk pendidikan antikorupsi

yang diterapkan di perguruan tinggi.

b. Untuk menciptakan suatu budaya antikorupsi di lingkungan

civitas akademika seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Page 10: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

4

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat

nasional bidang hukum Ajang Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

(ATLAS) Brawijaya Law Fair; dan

b. Menambah, memperluas, memperdalam, dan mengembangkan

pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman penulis

mengenai Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi.

Manfaat Penulisan

Manfaat Teoritis

a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

atas permasalahan dilihat dari sudut teori; dan

b. Penulisan ini juga merupakan latihan dan pembelajaran dalam

menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah kemampuan,

pengalaman dan dokumentasi ilmiah.

Manfaat Praktis

a. Penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan dan tambahan

pengetahuan bagi berbagai pihak yang terkait dengan masalah yang

diteliti, dan berguna bagi para pihak yang berminat pada masalah

yang sama; dan

b. Penulisan ini diharapkan dapat membentuk suatu budaya antikorupsi

di lingkungan perguruan tinggi di seluruh Indonesia pada khususnya

dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Page 11: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Gerakan

Gerakan dalam KBBI menjelaskan bahwa merupakan suatu perbuatan atau

keadaan bergerak. Kemudian apabila dikaitkan dengan latar belakang karya tulis

ini, gerakan yang penulis maksud yaitu perbuatan atau tindakan terencana yang

dilakukan oleh kelompok disertai pada suatu perubahan atau sebagai gerakan

perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga yang ada.

Menurut Charles Tilly, menyatakan bahwa gerakan sosial adalah sebagai

sebuah tindakan/performance yang berkelanjutan secara bertahap,

pertunjukan/displays dan kampanye yang dilakukan oleh orang-orang biasa dan

mereka membuat tuntutan secara kolektif terhadap yang lain3. Pada intinya dapat

dikatakan bahwa gerakan social adalah sebuah kendaraan besar untuk orang-orang

biasa untuk berpartisipasi dalam public politik.

Menurut Tilly bahwa ada 3 elemen penting yang melekat pada gerakan

sosial,sebagai berikut:

a. Kampanye adalah sebuah pertahanan,organisir kekuatan publik dan

membuat tuntutan kolektif pada target otoritas

b. Seleksi gerakan sosial adalah kombinasi dari pegawai dari dan diantara

pengikuti aksi partai politik,menciptakan perkumpulan/asosiasi yanng

bertujuan khusus dan koalisi,pertemuan umum,pertemuan

formal,vigils,publik meeting,demostrasi, penyampaian petisi,pernyataan ke

dan dalam media umum,dan selebaran dan

c. WUNC penunjukan perwakilan komitmen partisipan public (Kejahatan/

worthiness, persatuan/unity, total/numbers, and komitment/commitments

3http://dhutag.wordpress.com/2010/04/30/dari-gerakan-sosial-ke-gerakan-politik diakses pada 09November 2013 pukul 16:10 WIB

Page 12: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

6

yang merupakan bagian dari mereka sendiri dan/atau undang-undang

mereka.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa

mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam

peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,

Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945,

lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat

dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di

depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme

yang mereka miliki.

Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan

kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan

idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran

penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar

perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting

sebagai agen perubahan (agent of change).

Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat

tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi

dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan

keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki

tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu

menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang

koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak

hukum4.

Tinjauan Umum Tentang Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin ”Corruptio” atau ”Corruptus”. Yang

kemudian muncul dalam banyak bahasa Eropa seperti Inggris ”Corruption”, 4 Tim Dikti. 2011. Pendidikan antikorupsi untuk perguruan tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian. Hlm. 158

Page 13: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

7

bahasa Belanda ”Korruptie” yang berarti penyuapan, perusakan moral, perbuatan

tak beres dalam jawatan, pemalsuan dan sebagainya kemudian muncul dalam

bahasa Indonesia ”Korupsi”.

Pengertian korupsi secara harfiah dapat berupa5 :

1. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan

ketidak jujuran.

2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok

dan sebagainya.

3. Perbuatan yang kenyataannya menimbulakn keadaan yang bersifat buruk,

perilaku yang jahat dan tercela, atau kebejatan moral, penyuapan dan

bentuk-bentuk ketidak jujuran, sesuatu yang dikorup, seperti kata yang

diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu kalimat, pengaruh-

pengaruh yang korup.

Arti kata Korupsi oleh Purwadarminta disimpulkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1979): ”Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti

penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”.6

Istilah ”korupsi” sering kali selalu diikuti dengan istilah kolusi dan

nepotisme yang selalu dikenal dengan singkatan KKN (Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme). KKN saat ini sudah menjadi masalah dunia, yang harus diberantas

dan dijadikan agenda pemerintahan untuk ditanggulangi secar serius dan

mendesak, sebagai bagian dari program untuk memulihkan kepercayaan rakyat

dan dunia internasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

negara yang bersangkutan.

Transparency International definisi tentang korupsi yaitu sebagai:

”Perbuatan menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan publik untuk

kepentingan pribadi”7.

5 IGM. Nurdjan. 2010. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi: Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 14-156 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 1999. Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional dan Internasional. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP. Hlm. 267-2687 Jeremy Pope. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 6

Page 14: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

8

Dalam definisi tersebut, terdapat tiga unsur dari pengertian korupsi :

1. Menyalahgunakan kekuasaan;

2. Kekuasaan yang dipercayakan (yaitu baik di sektor publik maupun di

sektor swasta), memiliki akses bisnis atau keuntungan materi;

3. Keuntungan pribadi (tidak selalu berarti hanya untuk pribadi orang

yang menyalahgunakan kekuasaan, tetapi juga anggota keluarganya

dan teman-temannya).

Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana korupsi adalah merupakan salah satu dari pada sekian

banyak macam tindak pidana. Dalam ilmu hukum pidana masalah tindak pidana

adalah merupakan bagian yang paling pokok dan sangat penting. Berbagai

masalah dalam hukum pidana seolah terpaut dan berselingkar dengan persoalan

tindak pidana. Oleh karena itu memahami pengertian tindak pidana sangatlah

penting sekali. Istilah tindak pidana adalah dimaksudkan sebagai terjemahan

dalam Bahasa Indonesia untuk istilah bahasa Belanda strafbaar feit atau delict.

Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan sebagian dari kenyataan sedang

strafbaar berarti dapat dihukum sehingga secara harfiah perkataan strafbaar feit

berarti sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu

tidak tepat oleh karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum adalah

manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, tindakan8.

a. Faktor-faktor timbulnya Korupsi

Menurut Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban yang persis tetapi ada

dua hal yang jelas sebagai faktor timbulnya korupsi, yaitu:

a) Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan

sebagainya).

b) Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan,

kurang kontrol).

8 Evi, hartanti. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Semarang : Sinar Grafika. Hlm. 5

Page 15: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

9

Sedangkan menurut Andi Hamzah mengiventariskan beberapa

penyebab tindak pidana korupsi antara lain:

a) Kurangnya gaji pegawai negeri dibandingkan denagn

kebutuhan yang makin meningkat.

b) Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang

merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi.

c) Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif

dan efisien yang memberikan peluang orang untuk korupsi.

d) Modernisasi pengembangbiakan korupsi.

Faktor yang paling penting dalam dinamika korupsi adalah

keadaan moral dan intelektual para pemimpin masyarakat.

Keadaan moral dan intelektual dalam konfigurasi kondisi-kondisi

yang lain. Beberapa faktor yang dapat menjinakkan korupsi,

walaupun tidak akan memberantasnya adalah:

(a) Keterikatan positif pada pemerinyahan dan keterlibatan

spiritual serta tugas kemajuan nasional dan publik maupun

birokrasi.

(b) Administrasi yang efisien serta penyesuaian struktur yang

layak dari mesin dan aturan pemerintah sehingga menghindari

penciptaan sumber-sumber korupsi.

(c) Kondisi sejarah dan sosiologis yang menguntungkan.

(d) Berfungsinya suatu sistem yang anti korupsi.

(e) Kepemimpinan kelompok yang berpengaruh dengan standar

moral dan intelektual yang tinggi.

Tinjauan Umum tentang Antikorupsi

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai korupsi tersebut,

universitas negeri maupun swasta sebagai institusi pencetak kader bangsa

diharapkan mampu mencetak lulusan yang berkualitas yang beritegritas

tinggi. Memutus dinasti korupsi bisa dilakukan sejak dari bangku

perkuliahan sebagai upaya pencegahan melakukan tindak pidana korupsi.

Page 16: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

10

Dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung tercapainya budaya

antikorupsi di lingkungan kampus, maka di butuhkan penanaman nilai-

nilai kepada seluruh civitas akademika di lingkungan kampus. Nilai-nilai

yang dapat ditanamkan dalam upaya preventif tersebut dapat berupa

kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja

keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.

Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar

melakukan suatu Gerakan Antikorupsi di lingkungan kampus. Gerakan ini

adalah upaya bersama yang bertujuan untuk menumbuhkan Budaya

Antikorupsi di lingkungan kampus atau perguruan tinggi. Dengan

tumbuhnya budaya anti-korupsi di lingkungan kampus diharapkan dapat

mencegah munculnya perilaku koruptif.

Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang

harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu

pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran

mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat

diharapkan.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu

terjadi jika ada pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan

dan kewenangan. Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait

dengan individu manusia, misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut

oleh seseorang.

Sedangkan kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada.

Sementara itu, kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung

memperkuat kesempatan yang tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka

kesempatan tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan

terjadi. Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor

tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan kewenangan tidak ada dan tidak

bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya

untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor

tersebut.

Page 17: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

11

Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh

komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif.

Dengan kata lain gerakan antikorupsi adalah suatu gerakan yang

memperbaiki perilaku individu (manusia) dan sistem untuk mencegah

terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem

(sistem hukum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku

manusia (moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya

memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi di negeri ini.

Page 18: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

12

BAB III

METODE PENULISAN

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini merupakan jenis penelitian

hukum normatif, atau dikenal sebagai penelitian hukum doctrinal atau penelitian

hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan - bahan hukum tersebut

disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Adapun penelitian doctrinal meliputi :

a. Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif ;

b. Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan falsafah

(dogma atau doktrin) hukum positif ;

c. Penelitian yang berupa usaha penemuan hukum inconcreto yang

layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu9.

Pendekatan Penelitian

Menurut pandangan Peter Mahmud Marzuki bahwa di dalam penelitian

hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut maka akan

mendapatkan informasi dari berbagai aspek untuk menjawab mengenai isu

hukum. Pendekatan – pendekatan dimaksud meliputi :

1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) ;

2. Pendekatan Kasus (Case Approach) ;

3. Pendekatan Historis (Historical Approach) ;

4. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) ;

5. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)10

9 Soetandyo Wignyosoebroto dalam Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.10 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum.Jakarta : Kencana, Hlm. 93

Page 19: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

13

Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan historis (historical

approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Menurut Peter

Mahmud Marzuki, pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang

apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi11.

Telaah demikian diperlukan oleh penulis manakala penulis memang ingin

mengungkap filosofis dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang

dipelajari yang dalam hal ini adalah pemikiran apakah yang mendasari aksi

gerakan antikorupsi seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Sedangkan pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan

dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum12. Dengan

mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum

maka akan ditemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum,

konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan model gerakan

antikorupsi di seluruh lingkungan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Sumber Penelitian

Sumber penelitian merupakan tempat di mana dan ke mana bahan

penelitian dapat diperoleh. Adapun di dalam penelitian hukum ini sumber yang

digunakan adalah bahan hukum primer atau bahan hukum yang mempunyai

autoritatif yang artinya mempunyai otoritas meliputi Undang-Undang Dasar

maupun Undang-Undang negara yang berkaitan digunakan untuk menjawab isu

hukum yang diajukan. Disamping menggunakan bahan hukum primer, peneliti

juga memperoleh dari bahan hukum sekunder berupa buku-buku referensi dan

media massa yang mengulas isu mengenai gerakan antikorupsi di lingkungan

kampus.

Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Setelah isu hukum ditetapkan, peneliti melakukan penelusuran untuk

mencari bahan-bahan hukum yang relevan terhadap isu yang dihadapi. Teknik

pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk memperoleh bahan hukum dalam

11 Lihat Peter Mahmud Marzuki, 2008. Penelitian Hukum, hal 12612 Ibid, hal.95.

Page 20: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

14

penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang mendukung dan berkaitan

dengan pemaparan karya tulis ilmiah ini adalah studi dokumen. Studi dokumen

adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan

hukum tertulis dengan mempergunakan “content analysis13. Studi dokumen ini

berguna mendapat landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku,

peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan, arsip, dan hasil penelitian

lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis pergunakan adalah proses analisis

interaktif, yaitu : proses analisis dengan menggunakan tiga komponen yang terdiri

dari reduksi data, sajian data dan kemudian penarikan kesimpulan yang

aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses

siklus antara tahap-tahap tersebut.

Keterangan :

Setelah data terkumpul, kemudian direduksi yang berupa seleksi

dan penyederhanaan data yang berlangsung terus menerus selama

pemilihan, dan kemudian diambil kesimpulan. Tahap-tahap ini tidak harus

urut, misalnya, diperoleh data tanpa harus direduksi sudah lengkap, data

dapat langsung disajikan. Dan apabila sampai pada tahap display

13 Opcit, hal. 21.

Gambar 1. Skema Model Analisis Interaktif

Page 21: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

15

ditemukan kesulitan menarik kesimpulan karena data kurang, alur dapat

kembali ketahap pengumpulan data. Jadi antara tahap satu dengan yang

lain tidak harus berurutan tetapi berhubungan terus dengan membentuk

suatu siklus (Sutopo H.B. dari Matthew B. Miles dan A. Michael

Huberman, 1993).

Page 22: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

16

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi sebagai Langkah

Strategis untuk Memutus Rantai Dinasti Korupsi

Menurut Onghokham (1983), fenomena korupsi telah ada sejak lama

sekali yaitu ketika kerajaan-kerajaan di Indonesia memberlakukan venality power,

dimana kedudukan diperjualkan kepada orang atau kelompok yang mampu

membayar, untuk kemudian mereka diberi kedudukan dan berhak melakukan

pemungutan pajak tanpa sedikitpun mendapat kontrol hukum. Akibat sistem ini

penyimpangan yang terjadi (abuse power) sulit diperbaiki, karena lemahnya

kontrol pemerintah/kerajaan serta pendiaman oleh masyarakat.14

Fenomena venality power ini amat mencolok terjadi pada zaman VOC,

khususnya melalui para demang dan atau bupati/penguasa daerah. Berdasarkan

data sejarah tersebut, jelas sekali bahwa baik secara universal maupun

keindonesiaan, korupsi mempunyai akar historis yang cukup kuat dalam

kehidupan masyarakat, dan makin meningkat seiring dengan upaya pembangunan

yang masif.15

Badan legislatif, dan yudikatif yang merupakan badan Negara yang

seharusnya bersih dari korupsi dan melakukan upaya pencegahan dan penindakan

atas korupsi gagal melaksanakan fungsinya. Legislatif dan yudikatif yang

seharusnya bisa memberi payung hukum bagi masyarakat malah melakukan

praktek-praktek korupsi dalam tubuh mereka. Sehingga kepercayaan masyarakat

terhadap kedua badan itu runtuh. Kedua badan itu tidak lagi memiliki wibawa

dimata masyarakat.

Kompleksitasnya jejaring dan mata rantai korupsi ini mestinya disikapi

dengan tidak hanya bergerak pada aspek legalitas hukum saja. Tetapi juga secara

cultural maupun multicultural yang nantinya dengan perlahan-lahan memutus akar

14 Agus Wibowo, 2013, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 31.15 Ibid

Page 23: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

17

kebiasaan korupsi.16 Multikulturalisme menjelaskan pandangan seseorang tentang

ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan

tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya

(multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai,

sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Secara etimologi istilah

pendidikan multikultural terdiri dari dua term, yaitu pendidikan dan multikultural.

Pendidikan berarti proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dalam usaha mendewasakan melalui pengajaran, pelatihan, proses dan

cara mendidik. Dan multikultural diartikan sebagai keragaman kebudayaan, aneka

kesopanan.17

Berawal dari kegagalan tersebut, gagasan tentang pendidikan antikorupsi

muncul. Pendidikan bisa menjadi alternatif dalam upaya pemberantasan korupsi.

Kesadaran untuk memutus rantai korupsi yang membelenggu bangsa kita menjadi

dasar dengan menjadikan pendidikan sebagai sarana efektif dan langkah strategis

untuk memutus rantai korupsi. Memang transformasi sekaligus internalisasi nilai-

nilai moralitas, sensibilitas sosial dan jagat tata lainnya bakal efektif melalui

perantara bangku pendidikan.18

Dalam fase perkembangan seseorang, apabila perkembangan psikologis

ditata secara apik struktur maupun nilai kejujuran dan antikorupsi maka akan

menjadi dasar yang kuat dalam melandasi sikap, langkah, dan gerak dalam fase

kehidupan yang akan datang. Menurut Jesuit pendidik Christopher Gleeson SJ

dalam Striking a Balance: Teaching Values and Freedom (1993), kematangan

internalisasi nilai dapat dilihat melalui perpaduan yang tepat dan kompak antara

kepala (otak) yang diasah, hati yang ditempa, dan tangan yang dilatih untuk

terampil.19

Oleh karena itu, internalisasi kurikulum mesti merambah tiga aspek

kecerdasan peserta didik. Yaitu aspek kecerdasan (kognitif), sikap (afektif), dan

perilaku (psikomotorik). Internalisasi pada aspek kognitif diantaranya melalui

16 Agus Wibowo, 2013, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah,op.cit., hlm. 31.

17 www.wikipedia.org diakses pada Senin, 11 November 2013 pukul 22.4518 Ibid hlm. 1119 Op.cit hlm. 10

Page 24: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

18

pemberian berbagai informasi mengenai korupsi, konsekuensi hukum dan dampak

negative terhadap kehidupan bangsa. Aspek afektif meliputi penumbuhan minat

(interest), sikap (attitude), nilai (value) dan apresiasi (aprpreciation) antikorupsi

dalam kehidupan. Sementara pada aspek psikomotorik, tertandai dengan peserta

didik enggan melakukan tindakan-tindakan koruptif dalam bentuk kecil maupun

besar (mencontek, manipulasi nilai, dan sebagainya).

Berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi menyiratkan bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak

akan pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Dasar hukum bagi

masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi sebenarnya sudah diatur di dalam Pasal 108 ayat (1) dan

ayat (3) KUHAP20. Peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan

korupsi semakin jelas lagi berdasarkan Pasal 41 dan Padal 42 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, dan terhadap anggota masyarakat yang berperan serta

dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diberikan

perlindungan dan penghargaan oleh pemerintah.21 Dengan demikian dalam

strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan,

penindakan, dan peran serta masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan, universitas

merupakan bagian dari masyarakat sipil yang memiliki peran stategis dalam

mengupayakan pemberantasan korupsi.22

Pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi merupakan suatu usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap

nilai-nilai antikorupsi. Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan

antikorupsi sebagai upaya preventif bagi berkembangnya sikap, perilaku, dan

budaya korupsi. Pendidikan antikorupsi bisa menjadi media brainstorming bagi

mahasiswa dari persepsi permissive atau bersikap memaafkan atas suatu

perbuatan koruptif.

20 Ermansyah Djaja, 2008, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika Offset, hlm.163.21 Ibid 22 Tim Penulis, 2011, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Kemendikbud, hlm. 118.

Page 25: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

19

Timbulnya dinasti korupsi merupakan akibat dari rekruitmen politik yang

buruk. Oleh minimnya ketersediaan kader-kader berkualitas dan kompeten.

Sehingga jabatan-jabatan politik strategis diduduki oleh orang-orang yang salah,

yang aspek kecerdasan, sikap, dan perilakunya tidak baik. Kebiasaan muncul

untuk merekrut orang-orang melalui akses kekuasaan dengan hubungan

kedekatan-kedekatan tertentu atau hubungan kekerabatan dan uang untuk

menduduki jabatan politik. Bermula dari perilaku seperti itu memberi peluang

dilakukannya korupsi yang lebih besar dalam tubuh pemerintahan atau instansi

tertentu.

Di Indonesia banyak ditemukan dinasti-dinasti politik yang menguasai

wilayah tertentu. Penguasaan atas suatu wilayah tersebut oleh sebuah jaringan

kekerabatan seolah-olah menjadikan wilayah tersebut miliknya, dengan orientasi

keuntungan untuk dinasti bukan lagi menjalankan pemerintahan untuk

mensejahterakan masyarakat. Sehingga kemunculan dinasti politik cenderung

akan melahirkan dinasti yang koruptif.

Contoh dinasti politik yang ada di Indonesia (1) dinasti keluarga Gubernur

Banten, Ratu Atut Chosiyah, yang menguasai jajaran eksekutif dan legislatif di

tingkat provinsi dan seluruh kabupaten di Banten; (2) di Kabupaten Kutai

Kartanegara-Kaltim dimana bupati yang sekarang, Rita Widyasari, adalah anak

dari bupati sebelumnya yang bermasalah secara hukum. Rita Widyasari berhasil

mengalahkan Awang Ferdian Hidayat yang merupakan anak dari Awang Farouk,

Gubernur Kaltim saat ini; (3) di Bontang-Kaltim, istri walikota Bontang yang

juga menjabat sebagai ketua DPRD Bontang, Neni Moernaeni, maju dalam

Pemilukada Bontang 2011; (4) Di Kabupaten Indramayu-Jawa Barat, Bantul-D.I.

Yogyakarta dan Kediri-Jawa Timur, di mana bupati sekarang di 3 kabupaten

tersebut adalah istri dari bupati sebelumnya; dan masih banyak contoh lainnya di

berbagai daerah di Indonesia.

Disinilah peran perguruan tinggi untuk mencetak kader-kader yang siap

menduduki jabatan politik pemerintahan dengan self-qualification yang baik.

Sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan kader-kader yang akan dipilih

untuk menduduki jabatan politik atau menjadi pemimpin mereka. Bukan lagi

Page 26: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

20

terpaku pada “pemimpin-pemimpin salon” yang dibentuk secara instan oleh media

atau terpaksa memilih calon yang disediakan, yang merupakan kerabat atau orang

dekat dari pemimpin sebelumnya karena tidak ada pilihan lain.

Model Pendidikan Antikorupsi yang Dapat Dikembangkan di

Perguruan Tinggi Sebagai Langkah Strategis Untuk Memutus Rantai Dinasti

Korupsi

Korupsi merupakan satu tindak pidana yang kini tengah menjadi sorotan

tajam masyarakat Indonesia. Maraknya kasus korupsi yang terjadi ini dipandang

salah satu sebabnya adalah karena gagalnya penerapan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan di Indonesia selama ini, terlalu menekankan arti penting nilai

akademik, kecerdasan otak atau IQ saja23, dan meninggalkan kemampuan lainya.

Sehingga banyak anak yang cerdas secara intelektual namun pola perilakunya

buruk. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi justru

menjerat orang-orang yang tingkat pendidikan dan intelektualisasinya tinggi.

Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini

membuktikan bahwa pendidikan nasional dibutuhkan sebagai perwujudan dari

cita-cita bangsa.

Pendidikan nasional yang ditetapkan di Indonesia adalah pendidikan yang

harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD NRI

1945. Dengan banyaknya kasus korupsi yang melanda negeri ini dan melibatkan

oknum-oknum yang sebagian besar adalah lulusan perguruan tinggi menimbulkan

paradigma bahwa gagalnya perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan.

Untuk dapat memutus mata rantai dari semakin berkembangnya praktek

korupsi salah satunya adalah dengan menerapkan model pendidikan antikorupsi

23 Ginanjar, Ary, 2003, ESQ : Emotional Spiritual Quotient, Jakarta, Arga Publishing, hlm.14.

Page 27: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

21

dalam perguruan tinggi. Dimana model pendidikan antikorupsi ini ditujukan

kepada seluruh civitas akademika dalam lingkungan perguruan tinggi.

Civitas akademika sebagai pelaku system pendidikan di perguruan tinggi

harus bersama-sama menggerakkan pola pendidikan antikorupsi ini untuk

mencapai iklim antikorupsi dalam perguruan tinggi. Sehingga dalam lingkungan

perguruan tinggi itu sendiri tercipta kebiasaan antikorupsi.

Pendidikan antikorupsi, dibebankan kepada mahasiswa dengan 3 SKS, ini

dikarenakan tidak hanya teori saja melainkan pendidikan antikorupsi ini akan di

implementasikan kepada masyarakat dengan studi lanjutan dalam Kuliah Kerja

Nyata (KKN). Tujuan di adakannya pendidikan antikorupsi di semua fakultas

seluruh perguruan tinggi di Indonesia baik swasta maupun negeri, diharapkan

mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai bentuk korupsi, faktor penyebab

korupsi, sanksi tindak pidana korupsi serta, upaya pencegahan tindak pidana

korupsi serta pembentukan karakter mahasiswa antikorupsi yang menjadi calon

penerus bangsa Indonesia.

Materi yang digunakan dalam mengimplemetasikan Pendidikan

Antikorupsi mencakup Pengantar Perkuliahan dan Ruang Lingkup Korupsi; Jenis,

Perilaku dan Ciri Korupsi; Penyebab dan Motivasi Korupsi; Langkah-langkah

Pemberantasan Korupsi; Kontra Korupsi dan Wewenang Penegak Hukum; Peran

dan Fungsi KPK dan Ombudsman; Harta Benda Koruptor dan Pengembalian

Harta Korupsi; Korupsi di Sektor Publik; serta Peran Serta Masyarakat dalam

Upaya Pemberantasan Korupsi.

Dengan menerapkan materi-materi diatas dalam mata kuliah Pendidikan

Antikorupsi diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam

mengenai pentingnya dilakukannya upaya pemberantasan korupsi, sehingga dapat

menghasilkan pola pikir mahasiswa yang bebas dari korupsi. Pola pikir

antikorupsi yang terbentuk dari pemberlakuan matakuliah ini diharapkan dapat

mempengaruhi pula perilaku mahasiswa di lingkungan luar kampus sehingga

tercipta perilaku antikorupsi didalam maupun dliuar lingkungan kampus.

Tujuan perkuliahan ini adalah mahasiswa diharapkan mampu

meningkatkan kesadaran diri sebagai warga negara Republik Indonesia. Bahwa

musuh yang harus dilawan dewasa ini bukanlah sepertihalnya para penjajah di

Page 28: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

22

masa revolusi, seperti halnya Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang.

Melainkan faktor penyebab dari kemiskinan yang melanda republik ini yakni

wabah penyakit korupsi yang menggerogoti sikap mental bangsa Indonesia.

Dengan adanya kesadaran tersebut diharapkan mahasiswa tidak menjadi agent

penerus dari sikap mental korupsi melainkan menjadi agent pembaharu dalam

mengantisipasi, mengontrol, melaporkan berbagai tindakan korupsi.

Teori yang diperoleh mahasiwa dalam kelas dapat langsung di

implementasikan dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa dapat

menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat mengenai tindak pidana korupsi.

Dalam hal ini, mahasiswa bisa dengan sosialisasi atau dengan kegiatan-kegiatan

yang dapat mencegah tindakan korupsi. Contohnya mahasiswa dapat menerapkan

warung kejujuran serta menanamkan sifat kritis kepada masyarakat akan bahaya

korupsi dan pentingnya budaya antikorupsi untuk kemajuan bangsa.

Selain KKN kuliah magang juga dapat sebagai sarana implementasi

mahasiswa untuk membangun budaya anti korupsi di lingkungan mahasiswa

magang. Dengan ilmu yang didapat, mahasiswa mengimplementasikannnya

dengan disiplin waktu kerja serta dapat menerapkan sifat antikorupsi lainnya di

lingkungan kantor tempat magang bekerja.

Sasaran dari pendidikan antikorupsi ini adalah seluruh jajaran civitas

akademika yang terbagi menjadi 3, yakni :

Pertama, mahasiswa yang berperan sebagai agent of change adalah salah

satu ujung tombak memualainya suatu gebrakan anti korupsi. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara membentuk dan menerapkan suatu pola pendidikan anti

korupsi yang diterapkan kepada seluruh lapisan mahasiswa. Tujuan penerapan

pola pendidikan anti korupsi melalui mahasiswa ini adalah untuk memberikan

materi mengenai anti korupsi kepada mahasiswa supaya mahasiswa itu sendiri

kelak mampu menjalankan kebiasaan yang bersifat jujur dan meninggalkan

kebiasaan untuk melakukan korupsi. Pola pendidikan yang diterpakan untuk

mahasiswa adalah dengan menerapkan matakuliah berbasis anti korupsi.

Menurut Biyanto (2010), ada beberapa alasan betapa pentingnya

pendidikan antikorupsi segera diaplikasikan di sekolah hingga perguruan tinggi.

Beberapa urgensi diterapkannya pendidikan antikorupsi, diantaranya adalah :

Page 29: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

23

Pertama, dunia pendidikan khususnya lembaga pendidikan pada umunya

memiliki seperangkat pengetahuan (knowledge), untuk memberikan pencerahan

terhadap berbagai kesalahpahaman dalam usaha pemberantasan korupsi. itu

karena sampai sekarang definisi korupsi baru sebatas pada pengertian yang

bersifat legal-formal. Sementara, berbagai bentuk praktik korupsi telah tumbuh

subur dan menggurat akar di tengah-tengah masyarakat kita. Dalam situasi seperti

ini lembaga pendidikan dengan sumber daya yang dimiliki, dapat menjadi

referensi untuk mencerahkan problematika praktik korupsi.

Kedua, lembaga pendidikan penting dilibatkan dalam pemberantasan

korupsi karena memiliki jaringan (networking) yang kuat keseluruh penjuru tanah

air. Perlibatan lembaga pendidikan mulai tingkat dasar, menengah, hingga

pendidikan tinggi akan menjadikan usaha pemberantasan korupsi dapat menjelma

sebagai gerakan yang bersifat massif. Dengan gerakan massif ini diharapkan

bahwa pada saatnya bangsa Indonesia dapat keluar dari problem korupsi.

Ketiga, jika ditelisik latar belakang sosial satu persatu pelaku tindak

korupsi maka dapat dikatakan bahwa mayoritas mereka adalah alumni perguruan

tinggi. mereka rata-rata bergelar sarjana. Ini berarti secara sosial mereka tergolong

berpendidikan cukup mapan.

Pendidikan merupakan upaya normatif yang mengacu pada nilai-nilai

mulia yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa, yang dengannya nilai tersebut

dapat dilanjutkan melalui peran transfer pendidikan baik aspek kognitif, sikap

(afektif), maupun ketrampilan (psikomotorik)24. Sehingga dengan memperbaiki

sistem pendidikan yang diberikan dapat menjadi jalan tengah pemberantasan

korupsi. upaya pemberantasan korupsi melalui media pendidikan merupakan

wahana yang sangat strategis untuk membangun generasi muda sebagai calon

generasi penerus bangsa dalam menanamkan nilai-nilai antikorupasi.

Penerapan pendidikan antikorupsi dalam bentuk matakuliah sangat penting

untuk diwujudkan, hal ini karena dalam kenyataanya pola perilaku korupsi banyak

dilakukan oleh orang-orang yang dahulunya mengemban pendidikan di perguruan

tinggi. Matakuliah ini diharapkan akan menjadikan satu langkah preventif yang

dapat diwujudkan dalam menggalang sarjana yang terbebas dari korupsi.

24 Agus Wibowo, 2013, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah,op.cit., hlm. 35.

Page 30: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

24

Dalam konteks pendidikan antikorupsi, proses pendidikan mestinya

bersifat sistematis dan massif. Cara sistematis yang bisa ditempuh adalah dengan

melaksanakan pendidikan antikorupsi secara intensif. Pendidikan antikorupsi bisa

digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan tidak mudah menyerah

demi kebaikan. Pendidikan antikorupsi menjadi sarana sadar untuk melakukan

upaya pemberantasan korupsi. Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk

mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk

mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara

tegas terhadap setiap bentuk korupsi.25 Sehingga terbentuklah satu sikap

memerangi korupsi dan mahasiswa dapat juga berperan sebagai promotor

pergerakan antikorupsi.

Kedua, selain mempersiapkan materi yang matang mengenai pendidikan

anti korupsi mencetak dosen pengajar yang kompeten adalah hal yang penting

untuk dilakukan. Pasal 1 angka 28 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2012

Tentang Pengelolaan dan Penyelenggara Pendidikan menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan pada perguruan

tinggi dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dosen untuk mengaplikasikan matakuliah Pendidikan Antikorupsi

haruslah mereka yang mendukung gerakan antikorupsi dan juga

mengimplemetasikannya dalam pemberian materi belajar mengajar. Selain

mampu dan berkompeten dalam memberikan materi menganai mata kuliah

antikorupsi dosen juga dianjurkan dapat memberikan motivasi, contoh dan dapat

berperan sebagai inspirator oleh mahasiswanya dalam menggalakan antikorupsi.

Mempersiapkan dosen yang berkompeten melawan antikorupsi ini dapat

dilakukan dengan memberikan pelatihan yang cukup kepada dosen untuk

memahami materi tentang korupsi dan mendapatkan akses untuk bisa bekerjasama

dengan lembaga pemberantasan koruspi yang berwenang guna mendapatkan

materi yang sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Selain itu dapat pula

25 Sumiarti, 2013, Pendidikan Anti-Korupsi, Jurnal Alternatif Pemikiran Pendidikan

Page 31: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

25

dilakukan dengan mengajarkan kepada dosen tersebut metode “doctrinal” yang

dapat digunakan untuk memberikan doktrin kepada mahasiswa mengenai

pentingnya menerapkan kebiasaan antikorupsi.

Dosen sebagai pendidik diharapkan dapat mewujudkan proses belajar

mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Sehingga dosen bukan

sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan, namun juga menekankan

pada upaya pembentukan karakter, dan kesadaran moral dalam melakukan

perlawanan terhadap kebiasaan perilaku korupsi.

Ketiga, birokrat kampus adalah sasaran selanjutnya pengembangan model

pendidikan antikorupsi ini. Hal yang mendasari mengikutsertakan birokrat

kampus dikarenakan selama ini birokrat kampus merupakan faktor yang cukup

dekat dengan perilaku kebiasaan korupsi. Selama ini birokrat kampus selalu

berperan dalam menerapkan kebiasaan akademik perguruan tinggi.

Sebagai pelaku birokrasi perguruan tinggi, birokrat kampus turut

menyumbang suburnya perilaku korupsi di dalam lingkungan perguruan tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang menunjukkan sulitnya mengakses

informasi dan transparasi mengenai keuangan kampus. Bahkan jika diperhatikan

dalam praktiknya, birokrat kampus cenderung sering mempersulit langkah

mahasiswa dalam memenuhi haknya.

Hal seperti ini hendaknya juga dapat menjadi cerminan bahwa kebiasaan

korupsi memang harus diberantas sampai akarnya. Untuk itu birokrat kampus juga

harus menerapkan model pendidikan antikorupsi dalam lingkup perguruan tinggi

untuk mewujudkan lingkungan perguruan tinggi yang benar-benar bebas dari

korupsi. Dengan melakukan transparasi keuangan, transparasi kegiatan serta

meninggalkan jam karet yang selama ini sangat melekat erat kepada birokrat

kampus dan bukan hanya itu saja namun masih banyak yang harus diperbaiki dan

dibiasakan guna menumbuhkembangkan budaya anti korupsi di perguruan tinggi

seluruh Indonesia.

Transparasi keuangan dalam setiap instansi perguruan tinggi adalah hal

selanjutnya yang dapat diterapkan dalam model pendidikan antikorupsi ini. Hal ini

dapat dilakukan dengan menuntut adanya transparasi keungan yang dimiliki oleh

perguruan tinggi. Dimulai dari rektorat sebagai instansi paling tinggi hingga

Page 32: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

26

transparasi oleh fakultas serta jurusan hingga program studi. Transparasnsi

keuangan ini dapat dilakukan dengan menguploadnya melalui website masing-

masing instansi ataupun dengan menempelkannya pada papan tertentu yang

dilakukan secara berkala. Transparansi keungan yang dilakukan ini diharapkan

dapat meminimalisir terjadinya penyelewengan dana karena transparasi dari

rektorat hingga program studi dapat dipantau oleh jajaran civitas akademika

kampus pada umumnya dan masyarakat luas pada khususnya.

Pembentukan wajur (warung jujur) di setiap fakultas adalah salah satu cara

yang dapat digunakan untuk melatih kejujuran dari setiap lapisan perguruan tinggi

baik mahasiswa, dosen maupun birokrat kampus yang ada dalam lingkungan

perguruan tinggi. Wajur ini dapat diimplementasikan dengan membangun

beberapa titik wajur di tempat-tempat strategis, seperti kantin, taman, maupun

dalam Koperasi Mahasiswa (KOPMA).

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) berperan sangat penting dalam hal ini,

UKM dapat menjadi garda terdepan dalam gerakan anti korupsi. UKM dengan

beranggotakan para aktivis muda, dapat melakukan kegiatan seperti yang pertama,

mengadakan debat atau penulisan ilmiah yang dapat menjadi sumbangsih kepada

pemerintah atas ide-ide kritisnya, yang kedua melalui UKM mahasiswa

membentuk atau mengadakan kegiatan seperti seminar umum atau demonstrasi,

yang ketiga UKM mengadakan proker pengabdian masyarakat guna merubah pola

pikir masyarakat untuk bersikap antikorupsi dan lebih cinta tanah air.

Dengan adanya konsistensi seluruh jajaran civitas akademika dalam

memerangi kebiasaan korupsi ini diharapkan dapat membentuk lingkungan

perguruan tinggi yang bebas dari korupsi sehingga dapat menghasilkan

mahasiswa-mahasiswa yang benar-benar berkualitas dan berintegritas tinggi

sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai aparatur-aparatur

pemerintahan yang professional, bermoral, dan berintelektual tinggi. Serta

memperbaiki citra pendidikan tinggi yang bertugas untuk mencetak sarjana-

sarjana muda yang terbebas dari budaya laten korupsi.

Penyelamatan mutu pendidikan yang dihasilkan oleh penerapan

pendidikan anti korupsi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal pembentukan

mahasiswa yang bebas dari korupsi dan perwujudan tenaga pendidik yang bebas

Page 33: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

27

dari berbagai praktik korupsi itu sendiri. Pengembangan metode pembelajaran

melalui matakuliah pendidikan antikorupsi ini diharapkan dapat disebarkan

kepada setiap perguruan tinggi sebagai wadah untuk mencetak para generasi

penerus bangsa yang bermoral dan dapat dijadikan acuan dalam pemilihan

pemimpin masa depan bangsa.

Page 34: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

28

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berawal dari kegagaglan badan legislatif dan yudikatif menjalankan

fungsinya menjadi payung hukum bagi masyarakat diperlukan upaya pencegahan

dan penidakan atas tindak pidana korupsi mestinya tidak hanya bergerak dari

aspek legalitas saja. Pendidikan antikorupsi merupakan solusi dan menjadi

langkah strategis untuk memutus mata rantai korupsi. Perguruan tinggi merupakan

bagian dari masyarakat sipil yang memiliki peran stategis dalam mengupayakan

pemberantasan korupsi. Sehingga Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi

bisa menjadi sarana transformasi nilai-nilai moral antikorupsi. Pendidikan

antikorupsi bisa menjadi media brainstorming bagi mahasiswa dari persepsi

permissive atau bersikap memaafkan atas suatu perbuatan koruptif. Dinasti

korupsi timbul akibat dari rekruitmen politik yang buruk. Sehingga perguruan

tinggi bertugas untuk mencetak kader-kader politik yang banyak dan kompeten

serta memiliki sikap antikorupsi. Sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan

kader-kader politik yang akan dipilih untuk menduduki jabatan politik atau

menjadi pemimpin mereka. Dengan begitu kehidupan politik di Indonesia menjadi

sehat

Cara untuk memutus mata rantai dari semakin berkembangnya praktek

korupsi salah satunya adalah dengan menerapkan model pendidikan antikorupsi

dalam perguruan tinggi. Dimana model pendidikan antikorupsi ini ditujukan

kepada seluruh civitas akademika dalam lingkungan perguruan tinggi. Civitas

akademika sebagai pelaku system pendidikan di perguruan tinggi harus bersama-

sama menggerakkan pola pendidikan antikorupsi ini untuk mencapai iklim

antikorupsi dalam perguruan tinggi. Sehingga dalam lingkungan perguruan tinggi

itu sendiri tercipta kebiasaan antikorupsi. Pemberlakuan model pendidikan

antikorupsi ini tidak saja berlaku pada mahasiswa namun bagi seluruh jajaran

civitas akademika, yakni mahasiswa, dosen, dan birokrat kampus. Pemberlakuan

Pendidikan Antikorupsi terhadap seluruh jajaran civitas akademika diharapkan

dapat membentuk iklim antikorupsi yang bertujuan untuk menciptakan

Page 35: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

29

lingkungan perguruan tinggi yang bebas dari korupsi sehingga dapat menciptakan

pribadi-pribadi antikorupsi. Dengan terciptanya lingkungan perguruan tinggi yang

bebas dari korupsi diharapkan dapat mencetak sarjana-sarjana yang berpola pikir

antikorupsi dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kemasyarakata

kelak setelah lulus dari perguruan tinggi

Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah di paparkan oleh penulis, penulis

memberikan rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi untuk mengadakan suatu forum dengan

mengumpulkan seluruh rektor baik perguruan tinggi negeri atapun swasta untuk

membuat kebijakan yang diwajibkan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia

untuk menerapakan kurikulum antikorupsi sebagai mata kuliah wajib yang harus

di ambil di awal semester.

Rekomendasi kedua kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk

menerapkan budaya antikorupsi seperti yang telah penulis paparkan dalam

pembahasan di atas dengan dasar hukum kebijakan yang telah dikeluarkan oleh

rektor setiap perguruan tinggi.

Page 36: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

Sumiarti, 2013, Pendidikan Anti-Korupsi, Jurnal Alternatif Pemikiran Pendidikan

Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggara

Pendidikan

Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggara

Pendidikan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Buku

Agus Wibowo, 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, hlm. 31.

Andar Nubowo, 2004. Membangun Gerakan Anti Korupsi dalam

Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: LP3

Ary Ginanjar, 2003. ESQ : Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga

Publishing,

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 1999. Strategi

Pemberantasan Korupsi Nasional dan Internasional. Jakarta: Pusat Pendidikan

dan Pelatihan Pengawasan BPKP

Page 37: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Ermansyah Djaja, 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta:

Sinar Grafika Offset

Evi, Hartanti, 2005. Tindak Pidana Korupsi. Semarang : Sinar Grafika

Jeremy Pope, 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem

Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nurdjan IGM, 2010. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi:

Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Peter Mahmud Marzuki, 2008. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana

Soetandyo Wignyosoebroto dalam Bambang Sunggono, 2007. Metodologi

Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tim Dikti, 2011. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian

Tim Penulis, 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta: Kemendikbud

Website

http://www.jimlyschool.com/read/analisis/238/kedudukan-mahkamah-konstitusi-

dalam-struktur-ketatanegaraan-indonesia/

http://www.lintasgayo.com/42231/media-internasional-soroti-tertangkapnya-akil-

mochtar.html

http://www.jimlyschool.com/read/analisis/238/kedudukan-mahkamah-konstitusi-

dalam-struktur-ketatanegaraan-indonesia/

http://dhutag.wordpress.com/2010/04/30/dari-gerakan-sosial-ke-gerakan-politik/

diakses pada 09 November 2013 pukul 16:10 WIB

www.wikipedia.org diakses pada Senin, 11 November 2013 pukul 22.45

Page 38: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/06/23/190310/Ironis

-Praktik-Korupsi-di-Kampus diakses pada 08 November 2013 pukul

10:48 WIB

Page 39: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Daftar Riwayat Hidup Peserta

Nama Lengkap : Dewi Ayu Pambudi

NIM : E0012107

Tempat dan Tanggal Lahir : Sragen, 21 September 1993

Alamat : Pojok RT 02, Dari, Plupuh,

Sragen, 57283

Telepon : 085647212672

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Hukum/Ilmu Hukum

Semester/Angkatan : Semester 3/2012

Univesitas : Universitas Sebelas Maret

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sebagai Salah Satu Upaya

Pembangunan Hukum Nasional Studi Kasus Fakultas Hukum Uns, (Juara

I Lomba Karya Tulis Ilmah Pasca Diklat Kelompok Study Penelitian

Principium Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret)

2. “LUNCH EXPRESS” Solusi Kelaparan di Siang Hari

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 12 Oktober 2013

Yang Membuat

Dewi Ayu Pambudi

Page 40: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Nama Lengkap : Danang Eko SusantoNIM : E0010093Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo, 12 Desember 1992Alamat : Grasak Rt.03/07 Cangkol, Kec.

Mojolaban Kab. Sukoharjo Surakarta

Telepon : (0271) 610767 / 08995317566E-mail : [email protected]/Jurusan : Fakultas Hukum/Ilmu HukumSemester/Angkatan : Semester 7/2010Univesitas : Universitas Sebelas MaretKarya Ilmiah yang Pernah Dibuat : 1. Optimalisasi Penggunaan Dana Dan Penerapan Zakat Perusahaan Sebagai

Salah Satu Corporate Social Responsibility Guna Menciptakan Good Corporate Government Di Indonesia

2. Optimalisasi Asas Pembuktian Terbalik Guna Pemberantasan Kasus Korupsi Di Indonesia

3. Solusi Efektif Penuntasan Kecelakaan Lalu Lintas (Study Terhadap Pengemudi Angkutan Umum)

4. Menggagas Manajemen Penegakan Hukum Progresif Bagi Hakim Untuk Mencapai Keadilan Sosial (Hibah PKM-GT 2010)

5. Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang Tentang Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi (Finalis Kompetisi Legislative Drafting Nasional UNDIP 2012)

6. Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang Tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas (Finalis Kompetisi Legislative Drafting Nasional UNPAD 2013)

7. Kertas Berbahan Daun Potensi Bisnis Home Industry Go Green (Hibah PKM-K 2013 dan lolos PIMNAS XXVI di Mataram NTB)

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 12 Oktober 2013Yang Membuat

Danang Eko Susanto

Page 41: Model Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Nama Lengkap : Mirella Selfi Lumadyo

NIM : E0011195

Tempat dan tanggal lahir : Kediri, 08 Desember 1992

Alamat : Jl. Kediri, 147 Rt.015/Rw.004,

Dsn. Seminang Ds.Sumberagung

Kec.Wates Kab.Kediri

Nomor Telepon : 085649087450

Alamat E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Hukum/Ilmu Hukum

Semester/Angkatan : Semester 7/2010

Univesitas : Universitas Sebelas Maret

Karya ilmiah yang pernah dibuat :

1. Spiritual and Character Building Sebagai Sarana Motivasi Mahasiswa

Mewujudkan Aparatur Hukum Yang Bersih.

2. Meluruskan Paradigma Masyarakat Mengenai Tinjauan Konstitusi

Terhadap Gagasan Reaktualisasi Daerah Istimewa Surakarta (DIS). (Juara

I KAI Constitutional Law Festival Tahun 2013)

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 12 Oktober 2013

Yang Membuat

Mirella Selfi Lumadyo