Model Pembelajaran Pai

161
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI MAN 3 MALANG SKRIPSI Oleh: Iffatunnisa’ NIM. 06110034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG APRIL, 2010

description

Model Pembelajaran Pai

Transcript of Model Pembelajaran Pai

Page 1: Model Pembelajaran Pai

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI

MAN 3 MALANG

SKRIPSI

Oleh: Iffatunnisa’

NIM. 06110034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG APRIL, 2010

Page 2: Model Pembelajaran Pai

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI

MAN 3 MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Iffatunnisa’

NIM. 06110034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG APRIL, 2010

Page 3: Model Pembelajaran Pai

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI MAN 3

MALANG

Oleh:

Iffatunnisa’

NIM. 06110034

Telah Disetujui

Pada Tanggal, 08 April 2010

Oleh

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A

NIP. 19561211 198303 1 005

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 19651205 199403 1 003

Page 4: Model Pembelajaran Pai

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MADRASAH BERTARAF INTERNASIONAL (MABI) DI MAN 3

MALANG

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Iffatunnisa’ (06110034)

telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 19 April 2010 dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada tanggal: 19 April 2010

Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A :_____________ NIP. 19561211 198303 1 005 Sekretaris Sidang Triyo Supriyatno, M. Ag :_____________ NIP. 19700427 20000 3 001 Pembimbing Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A :_____________ NIP. 19561211 198303 1 005 Penguji Utama Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd.I :_____________ NIP. 19561231 198303 1 032

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001

Page 5: Model Pembelajaran Pai

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur yang teramat dalam kupersembahkan karya ini kepada:

Persembahan utama buat Dia yang telah memberikanku nafas dan kehidupan, kemudahan, kelancaran, dan hidayah-Nya. Seribu sujud pun tak kan mampu mengungkapkan rasa syukur dari ni’mat yang tak terhitung jumlahnya ini.

Buat Abah (H. Moh. Baqir Hasan) dan Umi’ ( Hj. Siti Niswatin) tercinta. Terima

kasih ananda haturkan atas do’a, dukungan, motivasi dan semangat kepada ananda sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.

Buat adik ku tersayang (Afifurrijal) yang sudah menemani hari-hari ini dengan

banyak canda, tawa dan keceriaan sehingga dapat membuat hari-hari yang kujalani lebih bermakna.

Buat Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA yang dengan kesabarannya telah rela

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Segenap dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang tiada henti-hentinya yang telah diberikan kepada penulis selama menimba ilmu di kampus tercinta UIN Maliki.

Semoga ilmu yang didapatkan penulis selama ini dapat bermanfaat. Amin...

Buat teman-teman angkatan 2006 Pendidikan Agama Islam terima kasih atas

kebersamaan kita selama ini khususnya kepada teman-temanku mbk com, mbk yongs, nopi, mipta, mbk rin terima kasih untuk semua yang telah kita alami bersama,

pengalaman, suka, duka, canda tawa berbaur jadi satu. Berat rasanya harus berpisah dari kalian semua. Semoga kita selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya.

Amin….Buat teman-temanku satu pembimbingan skripsi (rupe, elta, jeng Helen) terima kasih atas tambahan semangat yang kalian berikan padaku, mempunyai tekad

untuk berjuang bersama menyelesaikan skripsi ini agar tepat pada waktunya.

Teruntuk seseorang yang Insya Allah kelak akan menjadi imam bagiku. Terima kasih atas do’a, semangat, dan dukungan dalam menemani hari-hariku selama ini. How I can’t happy with you. It’s just something that I couldn’t explain.We have some fun

and joy together. Look’s like that you’re the right man that could make me smile.

Page 6: Model Pembelajaran Pai

MOTTO

āχÎ) ©!$# Ÿω ç� Éi� tóム$tΒ BΘ öθs)Î/ 4 ®Lym (#ρ ç�Éi� tó ム$tΒ öΝÍκ Ŧà�Ρr'Î/

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

(QS. Ar-Ra’d 13: 11)1

1 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy.Syifa’, 1992), hlm. 370.

Page 7: Model Pembelajaran Pai

Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Malang, 08 April 2010 Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang Assalamu’alaikum Wr.Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa di bawah ini: Nama : Iffatunnisa’ NIM : 06110034 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing,

Prof.Dr. H. Muhaimin, M.A NIP. 195612111983031005

Page 8: Model Pembelajaran Pai

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 08 April 2010

Iffatunnisa’

Page 9: Model Pembelajaran Pai

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, segala puji penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang atas rahmat, hidayah dan inayah-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul:

Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan oleh Allah kepada Junjungan

Besar Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kemampuan dan kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, saran serta motivasi semua pihak, baik langsung maupun

tidak langsung dalam membantu proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak H. Moh. Baqir Hasan dan Ibu Hj. Siti Niswatin, ayahanda dan ibunda

tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril dan materiil

kepada penulis agar tercapai cita-citanya.

2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Page 10: Model Pembelajaran Pai

5. Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan kesabaran dan ketelatenannya menyisihkan waktu untuk membimbing

dan memberi masukan pada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, atas segala bimbingan dan ilmu yang telah

diberikan selama ini.

7. Bapak Drs. Imam Sujarwo, M.Pd selaku Kepala Sekolah MAN 3 Malang,

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Drs. Mochamad Djasa selaku Waka Kurikulum MAN 3 Malang, atas

waktu dan bantuannya yang berharga.

9. Bapak Gunawan, MA selaku koordinator program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) MAN 3 Malang dan guru mata pelajaran adab, atas

kesempatan dan waktunya dalam memberikan informasi terkait masalah yang

dibahas penulis.

10. Bapak Miftachul Ula R, Biss selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah dan

Bapak Sukardi, S.Ag selaku guru mata pelajaran Tafsir atas waktu dan

kemurahan hatinya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

11. Bapak, Ibu guru dan Staf Karyawan MAN 3 Malang yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan penelitian.

12. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2006 dan semua

pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut serta membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: Model Pembelajaran Pai

Semoga amal kebaikan mereka semua diterima dan dibalas oleh Allah

SWT. Amin. Tiada kata yang patut penulis sampaikan selain untaian do’a, semoga

apa yang telah penulis tawarkan dalam laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan

kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk memenuhi kekurangan dalam

laporan-laporan selanjutnya.

Demikian apa yang dapat kami berikan untuk itu kami mohon maaf yang

sebesar-besarnya atas segala kekurangan, semoga laporan ini bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan semua pihak yang terkait pada umumnya.

Malang, 08 April 2010

Penulis

Page 12: Model Pembelajaran Pai

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan

Pendekatan Belajar Aktif (Active Learning strategy) ....... 53

Tabel 4.1 : Data Guru dan Pegawai MAN 3 Malang ............................... 103

Page 13: Model Pembelajaran Pai

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Interelasi Variabel Pembelajaran ........................................... 24

Gambar 2.2 : Pembagian Komponen Pembelajaran PAI ............................. 30

Gambar 2.3 : Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta

peran guru dan pelajar dalam proses pembelajaran ............... 31

Gambar 2.4 : Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta

peran guru dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh

media pembelajaran ............................................................... 32

Gambar 2.5 : Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta

peran guru dan pelajar dalam proses pembelajaran yang

dibantu oleh media pembelajaran audio visual ...................... 32

Gambar 2.6 : Arus balik dan evaluasi dalam proses kegiatan belajar

mengajar .................................................................................. 33

Gambar 2.7 : Model pembelajaran yang sistematis dan terprogram ............. 34

Gambar 2.8 : Hubungan S-R menurut teori kognitif .................................... 62

Gambar 2. 9 : Proses Pentahapan Menjadi Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional ........................................................................... 71

Gambar 2. 10 : Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional ........................................................................... 72

Page 14: Model Pembelajaran Pai

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Konsultasi Bimbingan Skripsi Mahasiswa

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dari Depag Kota Malang

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian dari MAN 3 Malang

Lampiran 4 : Struktur Kurikulum Program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI)

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 6 : Modul Mata Pelajaran Program Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI)

Lampiran 7 : Instrumen Penelitian

Lampiran 8 : Foto-Foto Penelitian di MAN 3 Malang

Lampiran 9 : Biodata Mahasiswa

Page 15: Model Pembelajaran Pai

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 11

F. Definisi Operasional ...................................................................... 11

Page 16: Model Pembelajaran Pai

G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian, Dasar, dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam ........................................................................ 15

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................. 22

3. Pola Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam .................................................................................... 31

4. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................... 38

B. Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

1. Pengertian Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional.......... 68

2. Landasan Hukum Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional ........................................................................ 68

3. Konsep Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional .............. 70

4. Kurikulum dan Proses Pembelajaran Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional .......................................................... 76

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 84

B. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 85

C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 85

D. Sumber Data ............................................................................... 86

Page 17: Model Pembelajaran Pai

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 87

F. Analisis Data ............................................................................... 90

G. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 92

H. Tahap-Tahap Penelitian .............................................................. 93

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................ 95

A. Sejarah Singkat MAN 3 Malang .......................................... 95

B. Mandat dan Nilai Keunggulan MAN 3 Malang .................. 99

C. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah ........................................ 100

D. Sumber Daya Manusia MAN 3 Malang .............................. 101

E. Kurikulum dan Pembelajaran MAN 3 Malang .................... 103

F. Kegiatan Pengembangan Diri MAN 3 Malang ................... 105

G. Prestasi Siswa MAN 3 Malang ............................................ 106

B. Paparan Data Penelitian .............................................................. 106

A. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di

MAN 3 Malang .................................................................... 110

B. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah

Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang .............. 119

C. Temuan Penelitian ...................................................................... 124

Page 18: Model Pembelajaran Pai

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang .... 127

B. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah

Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang ..................... 133

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 136

B. Saran-Saran ........................................................................................ 138

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 19: Model Pembelajaran Pai

ABSTRAK

Iffatunnisa’. 2010. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. Kata Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Madrasah Bertaraf

Internasional.

Pada era globalisasi sekarang ini yang telah merambah ke dalam dunia pendidikan, menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing global. Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaki mutu sumber daya manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan terkait persiapan menghadapi adanya persaingan dan tantangan global di gelanggang internasional dengan segala pergeseran atau perubahan tata nilai. Seiring dengan hal tersebut pemerintah berusaha untuk mengangkat keunggulan kualitas pendidikan yaitu melalui penyelenggaraan Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional.

Madrasah sebagai representatif dari sekolah yang berciri khas Islam di bawah naungan Departemen Agama sudah mulai menyelenggarakan Madrasah Bertaraf Internasional. Kualitas lulusan madrasah dapat memperoleh pengakuan dan kualitas yang sama dengan sekolah umum lainnya. Sejalan dengan program unggulan fullday school, boarding school, dan program akselerasi MAN 3 Malang menyediakan kelas khusus Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah. Berangkat dari latar belakang itulah penulis kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Mdrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang serta untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan pengamatan ke tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan dokumentasi sebagai pelengkap dan penguat data penelitian.

Page 20: Model Pembelajaran Pai

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan di sini bahwasanya secara umum pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) tidak jauh berbeda dengan kelas reguler, yang membedakannya terletak pada pengantar pembelajaran yang menggunakan Bahasa Arab dan modulnya sebagian besar berupa kitab-kitab dengan literatur berbahasa Arab dari Timur Tengah, dengan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum MAPK (Madrasah Aliyah Program Keagamaan) dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) dari sini dapat dipahami bahwa faktor pendukungnya disamping kemampuan siswa Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) yang secara aktif dapat menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, adanya struktur kurikulum, juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang pembelajaran yang memadai. Sedangkan beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI), diantaranya belum adanya legalitas hukum berupa SK dari pusat terkait program tersebut, kompetensi guru yang masih belum maksimal, kemampuan di antara siswa yang tidak sama serta keterbatasan literatur yang ada.

Pengoptimalan pelaksanaan pembelajaran dan sarana penunjang pembelajaran terkait untuk segera memiliki legalitas hukum, penjaringan seleksi siswa yang lebih selektif dan penambahan literatur yang ada dapat merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. Kalaupun masih ada alternatif lain yang lebih baik dari apa yang telah disampaikan dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan masukan agar skripsi ini dapat terus berkembang.

Page 21: Model Pembelajaran Pai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan peradaban suatu bangsa.

Semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu

masyarakat/ bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baik pula kualitas

sumber daya masyarakat/ bangsa tersebut yang kemudian dapat melahirkan

peradaban bernilai tinggi yang dibangun di atas fondasi ilmu pengetahuan.

Pendidikan senantiasa menjawab kebutuhan masyarakat dan tantangan yang

muncul di kalangan masyarakat, sebagai konsekuensi dari suatu perubahan2

melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah formal maupun non formal.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003, disebutkan

bahwa:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 3

Pendidikan itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari masyarakat karena

keduanya saling memberi informasi dan memadukan antara program dan

pelaksanaan. Pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari sebuah manajemen/

2 Hujair Sananki, Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Modern), (Yogyakarta: Safarina Insani Press, 2003), hlm. 3. 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, Januari, 2006), hlm. 72.

Page 22: Model Pembelajaran Pai

pengaturan dalam melaksanakan tugas kependidikan, karena sekolah

layaknya institusi/ lembaga yang mengemban misi untuk melakukan proses

edukasi, proses sosialisasi dan proses transformasi pada peserta didik, dalam

rangka mengantarkan mereka melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Pada era globalisasi sekarang ini yang telah merambah ke dalam dunia

pendidikan, menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang

berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing

global. Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaki mutu

sumber daya manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan.

Pendidikan di Indonesia pada era globalisasi dituntut untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di bidang pengetahuan

serta mampu bersaing di dunia teknologi juga punya jiwa kebangsaan yang

tinggi, sehingga di manapun berada selalu memberikan karya terbaik bagi

bangsa dan negaranya.

Adanya dasar pendidikan manusia abad ke-21 yang diajukan oleh

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization) yaitu: learning how to think, learning how to do, learning to

be. learning how to learn dan learning how to live juga perlu diperhatikan

oleh sistem pendidikan kita dikarenakan terkait persiapan menghadapi

tantangan global dan adanya persaingan di gelanggang internasional dengan

segala pergeseran atau perubahan tata nilai.4

4 Siti Kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPL) Berorientasi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2009), hlm. 13.

Page 23: Model Pembelajaran Pai

Teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat rasanya

memang tidak menjadikan perdebatan bila perkembangan ini diikuti

dengan mendirikan sekolah/ madrasah bertaraf internasional di

Indonesia. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu yang sangat dibutuhkan

sehubungan menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah dan

berkembang ke arah perekonomian global, yang diikuti dengan perubahan

arah perusahaan dan industri harus berkembang sesuai dengan tuntutan

global, sehingga diperlukan pengembangan sumber daya manusia melalui

pendidikan dan pelatihan yang mampu memenuhi dan mengimbangi

kebutuhan lokal, regional maupun internasional.

Secara umum pendidikan di Indonesia sedang menghadapi dua

tantangan yang berat, yaitu tantangan internal dan eksternal. Bangsa

Indonesia telah dihadapkan pada hasil-hasil studi internasional yang selalu

menempatkan negara kita dalam posisi guru kunci untuk masalah pendidikan.

Hasil studi The Third International Mathematics and Science Study Repeat

1999 (TIMSS-R 1999) yang dilaksanakan pada 38 negara dari lima benua,

yaitu Asia, Australia, Afrika, Amerika dan Eropa, menempatkan peserta didik

SLTP Indonesia pada urutan ke-32 dan 34 untuk skor tes IPA dan

Matematika.5 Peserta didik SLTP dari negara tetangga Singapura menduduki

urutan pertama untuk skor tes Matematika dan kedua untuk IPA. Sedangkan

peserta didik dari Malaysia berada pada urutan ke-16 untuk Matematika dan

22 untuk IPA. Indikator lain menunjukkan bahwa berdasarkan pada Human

5 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 191.

Page 24: Model Pembelajaran Pai

Development Index (HDI), Indonesia berada pada urutan ke-102 dari 104

negara dan Indonesia masih di bawah Vietnam. Di samping itu hasil studi

International Institute for Development menempatkan Indonesia pada urutan

ke-49 dari 49 negara.

Di sisi lain dalam tantangan eksternal adalah adanya pasar bebas

ASEAN (AFTA) berlaku sejak tahun 2003 yang lalu dan untuk beberapa

tahun ke depan yaitu adanya kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang

akan berlaku pada tahun 2010 untuk negara-negara maju dan tahun 2020

untuk seluruh anggotanya termasuk Indonesia. Yang semua itu dapat

dijadikan titik tolak dalam mengembangkan pendidikan nasional pada

umumnya.6 Oleh karenanya perlu adanya pembaharuan dalam sistem

pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang unggul dan merata bagi

seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya terlihat dari adanya Undang-Undang

No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas7 yang pada Pasal 49 ayat (1)

dinyatakan bahwa:

“Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).” 8

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah

dan sistem pendidikan terpusat (sentralistik) beralih ke model desentralisasi,

pemerintah berusaha untuk mengangkat keunggulan kualitas pendidikan yaitu

6 Ibid., hlm. 192. 7 Abuddin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2006), hlm. 4. 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Op.Cit., hlm. 101.

Page 25: Model Pembelajaran Pai

melalui penyelenggaraan Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional (S/MBI).

Langkah tersebut bertujuan untuk meraih puncak keunggulan hasil

pendidikan dan mampu berdaya saing di forum internasional melalui

penyelenggaraan S/MBI.

Upaya kongkrit tersebut sekaligus sebagai perwujudan dari amanat

Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional tepatnya pada pasal 50 ayat (3) yaitu:

“Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.9

Selain itu, Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang rencana

pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 menetapkan skala

prioritas utama dalam rencana pembangunan jangka menengah tahun 2005-

2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan

pendidikan yaitu pemerintah menargetkan SBI sebanyak 112 yang tersebar di

seluruh Indonesia10. Gebrakan tersebut akhir-akhir ini memunculkan trend di

lembaga pendidikan formal untuk menyelenggarakan S/MBI.

Munculnya kebijakan tentang desentralisasi pendidikan, sebagai

implikasi dari pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor

25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi

sebagai Daerah Otonom, sebenarnya merupakan angin segar bagi kehidupan 9 Ibid., hlm. 102. 10 Hermana, Suemantri, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Khusus 1 tahun ke-13, (Jakarta: Diknas, Agustus, 2007), hlm. 5.

Page 26: Model Pembelajaran Pai

madrasah. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan

pendidikan ini merupakan upaya pemberdayaan madrasah dalam peningkatan

mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.11

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah

ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata

sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga

negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga

mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip

penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan

reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan

diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan

guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari

prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari

paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,

dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efsien.

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan

11 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 187.

Page 27: Model Pembelajaran Pai

karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan

yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus

fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada

setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fsik serta psikologis peserta didik.

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus

dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada

satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini meliputi perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya

proses pembelajaran yang efektif dan efsien. Standar proses tersebut berlaku

untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada

sistem paket maupun pada sistem kredit semester.12

Madrasah sebagai representatif dari sekolah berciri khas Islam pun 12 Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007), hlm. 5-7.

Page 28: Model Pembelajaran Pai

yang secara khusus penanganannya di bawah naungan Departemen Agama

sudah mulai menyelenggarakan Madrasah Bertaraf Internasional (MBI).

Kualitas lulusan madrasah dapat memperoleh pengakuan dan kualitas yang

sama dengan sekolah umum lainnya.

MAN 3 Malang secara berkesinambungan terus berpacu dalam

peningkatan kualitas pelayanan dan pelaksanaan pendidikan untuk

mengantarkan peserta didik mampu memiliki kemantapan aqidah, kekhusu’an

ibadah, keluasan IPTEK, dan keluhuran akhlak, sehingga dapat berprestasi

dalam rangka mengemban tugas sebagai kholifatullah di muka bumi.

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut dan sejalan dengan

program unggulan fullday school, boarding school, dan program akselerasi

MAN Model Malang ini menyediakan kelas khusus Madrasah Aliyah

Bertaraf Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah. Keberadaan

MABI tersebut sangat strategis bagi MAN 3 Malang sebagai jawaban atas

masih banyaknya anggapan bahwa madrasah sebagai lembaga nomor dua

yang tidak mampu bersaing dan berprestasi secara nasional, apalagi

internasional.13

Kenyataan di atas mendorong peneliti untuk mengetahui kenyataan

dengan mengamati secara teliti dan sistematis melalui penelitian. Kegiatan ini

akan penulis terapkan pada MAN 3 Malang, dengan mengambil judul “Model

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang”.

13 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 29: Model Pembelajaran Pai

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

memfokuskan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan

beberapa tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi konstruktif

terhadap lembaga pendidikan. Adapun secara detail kegunaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 30: Model Pembelajaran Pai

1. Bagi lembaga pendidikan (madrasah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif sekaligus

sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan mengenai program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) khususnya madrasah yang

ingin/sedang menerapkan program Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI) sebagai salah satu cara atau metode pengembangan madrasah itu

sendiri. Sehingga penelitian ini menjadi salah satu media terkait

gambaran pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah

Bertaraf Internasional (MABI).

2. Bagi pemerintah/Diknas/Depag

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Diknas dan

Departemen Agama (Depag) khususnya terkait upaya penyelenggaraan

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) sesuai dengan amanat UU

Tahun 2003 No 20 tentang penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional (S/MBI), baik jangka menengah maupun jangka panjang.

Sehingga kemudian dapat mengetahui di mana kekuatan dan kelemahan

yang dihadapi sekolah dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama

Islam di Madrasah Bertaraf Internasional (MABI), dan dapat menjadi

bahan evaluasi serta pertimbangan kebijakan selanjutnya.

3. Bagi pengembangan khasanah keilmuan

Dapat memberikan kontribusi terhadap pengelola pendidikan Islam,

terutama di madrasah, sebagai komponen penting dalam dunia

pendidikan, dan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 31: Model Pembelajaran Pai

E. Ruang Lingkup Penelitian

Luasnya cakupan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah

Aliyah menjadi kendala bagi peneliti. Sehingga penelitian ini akan semakin

melebar jika tidak dibatasi sebelumnya. Cakupan Pendidikan Agama Islam

sendiri pada Madrasah Aliyah reguler terdapat lima bidang mata pelajaran

yaitu Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Aqidah

Akhlaq dan Bahasa Arab. Namun dalam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah ini cakupan Pendidikan

Agama Islam diantaranya meliputi bidang mata pelajaran Al-Qur’an dan

Tajwid, Fiqih waushuluhu, Tauhid, Siroh Nabawiah, Nahwu Sharaf dan lain

sebagainya. Maka dari itu peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada

proses pembelajaran PAI di dalam kelas (mata pelajaran siroh nabawiah, adab

dan tafsir) dan peneliti mengerucutkan penelitiannya pada pelaksanaan

pembelajaran dan faktor pendukung serta penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

F. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan

pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan penelitian ini

sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan antara lain

sebagai berikut:

Page 32: Model Pembelajaran Pai

1. Model

Model adalah bentuk mode; bentuk rupa; bentuk; contoh.14

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya

membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong

belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama

Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama

yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.15

3. Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

Sekolah/madrasah bertaraf internasional adalah sekolah/madrasah

nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional

pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional, sehingga

lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.16

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis

memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Merupakan pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

14 Windy Novia, Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, (Wacana Intelektual Press, 2009), hlm. 318. 15 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 183. 16 Departemen Pendidikan Nasional, Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hlm. 3.

Page 33: Model Pembelajaran Pai

ruang lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika

pembahasan.

BAB II Mendeskripsikan kajian pustaka yang di dalamnya meliputi konsep

pembelajaran Pendidikan Agama Islam: yang di dalamnya memuat

pengertian, dasar, dan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pola

pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan model

pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta konsep tentang

sekolah/madrasah bertaraf internasional: yang di dalamnya memuat

pengertian sekolah/madrasah bertaraf internasional, landasan

hukum sekolah/madrasah bertaraf internasional, konsep

sekolah/madrasah bertaraf internasional serta kurikulum dan proses

pembelajaran sekolah/madrasah bertaraf internasional.

BAB III Metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan

tahap-tahap penelitian.

BAB IV Memaparkan tentang hasil penelitian yang meliputi deskripsi obyek

penelitian: Sejarah Singkat MAN 3 Malang, Mandat dan Nilai

Keunggulan MAN 3 Malang, Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah,

Sumber Daya Manusia MAN 3 Malang, Kurikulum dan

Pembelajaran MAN 3 Malang, Kegiatan Pengembangan Diri MAN

3 Malang, dan Prestasi Siswa MAN 3 Malang. Paparan data

Page 34: Model Pembelajaran Pai

penelitian: tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3

Malang serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang. Serta temuan penelitian.

BAB V Pembahasan hasil penelitian yang merupakan pembahasan dan

analisis terhadap temuan penelitian.

BAB VI Penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.

Page 35: Model Pembelajaran Pai

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian, Dasar, dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Berbicara tentang Pendidikan Agama Islam tidak lepas dari

pengertian pendidikan secara umum, karena pengertian Pendidikan

Agama Islam sama halnya dengan pengertian pendidikan secara luas

pada umumnya, hanya saja landasan yang digunakan dalam Islam.

Di dalam UU RI N0 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 1 dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”17

Langeveld memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah

setiap usaha, pengarahan, perlindungan, dan bantuan yang diberikan

kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh

17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Op.Cit., hlm. 72.

Page 36: Model Pembelajaran Pai

orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan

sebagainya) dan ditunjukkan kepada orang-orang yang belum dewasa.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan

adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya

pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya.18

Jadi pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik yang

berlangsung terus menerus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa.

Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu, bila anak didik

sudah mencapai pribadi dewasa, maka ia sepenuhnya mampu bertindak

sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya. Dengan

demikian pengertian Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha yang

sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup

sesuai dengan ajaran Islam.19

Adapun definisi dari Pendidikan Agama Islam menurut para ahli

adalah:

a) Menurut Zakiyah Daradjat, berpendapat bahwa Pendidikan Agama

Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta

didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara

18 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 2-4. 19 Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 1.

Page 37: Model Pembelajaran Pai

menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

b) Menurut Tayar Yusuf, berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada

generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah

SWT.20

c) Menurut A.Tafsir, berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

d) Menurut Ahmad D Marimba, berpendapat bahwa Pendidikan Agama

Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-

hukum ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama

menurut aturan-aturan Islam.21

e) Menurut Muhaimin, berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan atas tujuan yang hendak

dicapai.22

20 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130. 21 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1986), hlm. 23. 22 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Op.Cit., hlm. 75-76.

Page 38: Model Pembelajaran Pai

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha

sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka untuk mempersiapkan peserta

didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama

guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mujiono bahwa

pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

pembelajaran siswa.23 Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang

artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata

“ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha

memperoleh kepandaian dan ilmu. Dan kata “pembelajaran” berasal dari

kata “belajar” yang mendapat awalan “pem” dan akhiran “an” yang

merupakan konfiks nominal (bertalian dengan perfiks verbal “meng-“ )

yang mempunyai arti proses.24

Berikut beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan

oleh para ahli:

23 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 114. 24 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 664.

Page 39: Model Pembelajaran Pai

a) Menurut Degeng, pembelajaran (atau ungkapan yang lebih dikenal

sebelumnya “pengajaran”) adalah upaya untuk membelajarkan

siswa.25

b) Menurut Muhaimin, pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan

siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari

sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.26

c) Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu usaha

mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi

siswa.27

Dari penjabaran di atas, dapat diperoleh sebuah pengertian bahwa

pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya membelajarkan

siswa untuk dapat memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau latihan. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Muhaimin bahwa pembelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah:

“Suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.”28

Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan

yang dijadikan pengalaman dalam menyelenggarakan pendidikan.

25 I nyoman Sudana Degeng, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan, Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka, (Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikti, Jakarta, 1993), hlm. 1. 26 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV Citra Media, 1996), hlm. 99. 27 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 48. 28 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Op.Cit., hlm. 183.

Page 40: Model Pembelajaran Pai

Landasan ini menurut Zuhairini dan Abdul Ghofir dapat ditinjau dari

beberapa segi, yaitu segi hukum, segi religius dan segi psikologis.29

Kemudian Moh Amin menjelaskan bahwa pendidikan agama

diselenggarakan karena: 30

a. Memenuhi kebutuhan dan hajat manusia,

b. Dibenarkan oleh undang-undang dan peraturan pemerintah (yuridis

formal),

c. Dasar-dasar yang bersumber ajaran agama Islam.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan agama mempunyai dasar-dasar yang sangat

kuat, yaitu kebutuhan manusia sendiri, perintah dari ajaran agama yang

dianut dan hukum yuridis formal.

Dari segi hukum (yuridis), dasar pelaksanaan peendidikan agama

tersirat dalam UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa

negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan negara akan

menjamin masyarakat dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama

masing-masing. Dari sini, pasal tersebut menjelaskan bahwa orang

Indonesia harus beragama. Dan isi pasal tersebut tidak mungkin akan

dapat direalisasikan jika tidak ada pendidikan agama yang dapat

mengarahkan pada tujuan tersebut. Oleh karenanya diperlukan adanya

pendidikan agama.

29 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hlm. 4. 30 Moh. Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Garuda Buana, 1992), hlm. 28.

Page 41: Model Pembelajaran Pai

Sedangkan dasar ideal (agama Islam) pelaksanaan pendidikan

agama sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah SWT misalnya dalam QS.

An-Nahl: 125 yang berisi tentang ajakan untuk memeluk agama Allah

SWT dengan cara bijaksana dan dengan memberikan pelajaran yang baik.

äí÷Š $# 4’ n< Î) È≅‹Î6y™ y7 În/u‘ Ïπ yϑ õ3 Ïtø: $$ Î/ Ïπ sà Ïã öθ yϑ ø9$# uρ Ïπ uΖ |¡ ptø: $# ( Ο ßγø9ω≈ y_ uρ ÉL ©9$$ Î/ }‘ Ïδ ß|¡ ôm r& 4

¨βÎ) y7 −/u‘ uθ èδ ÞΟ n= ôã r& yϑ Î/ ¨≅|Ê tã Ï& Î#‹Î6y™ ( uθ èδ uρ ÞΟ n= ôã r& t ω tG ôγßϑ ø9$$ Î/ ∩⊇⊄∈∪

Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.“ (QS An Nahl:125)

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pun bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT

serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan benegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih

tinggi.31

31 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 (Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam) Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta: Departemen Agama), hlm. 2.

Page 42: Model Pembelajaran Pai

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa definisi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran serta keilmuan peserta didik

terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi pengalamannya dalam arti bagaimana ajaran agama Islam

telah diimani, dipahami dalam dirinya untuk menggerakkan,

mengamalkan dan mentaati ajaran agama dan nilai-bilainya dalam

kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT.

2. Metode Pembelajaran PAI

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani

“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: “metha” yang berarti

jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai

tujuan, sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan

pengajaran.32

Jadi yang dimaksud metode Pendidikan Agama Islam di sini

adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan

Pendidikan Agama Islam.

32 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Op.Cit., hlm. 54.

Page 43: Model Pembelajaran Pai

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode

mengajar sebagai berikut:

(a) Tujuan yang hendak di capai,

(b) Peserta didik,

(c) Bahan atau materi yang akan diajarkan,

(d) Fasilitas,

(e) Guru,

(f) Situasi,

(g) Partisipasi,

(h) Kebaikan dan kelemahan metode.33

Dengan demikian jelas bahwa dalam pelaksanaan Pendidikan

Agama Islam diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi

pendidikan agama, dengan tujuan agar pendidikan agama dapat

memperoleh pengertian dan kemampuan mendidik agama yang

dilengkapi dengan pengetahuan tentang keterampilan dasar mengajar

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama terdapat tiga

komponen utama yang saling berpengaruh. Ketiga komponen tersebut

adalah: (1) kondisi pembelajaran; (2) metode pembelajaran; (3) hasil

pembelajaran. Ketiga komponen tersebut memiliki interelasi

sebagaimana tertera pada gambar di bawah ini:

33 Ibid., hlm. 57-59.

Page 44: Model Pembelajaran Pai

Gambar 2.1 Interelasi Variabel Pembelajaran (Degeng, 1989)34

Dari diagram di atas, dapat diuraikan lebih rinci mengenai ketiga

komponen utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI

tersebut, yakni sebagai berikut:

a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil

pembelajaran PAI. Karena itu, perhatian kita adalah berusaha

mengindentifikasi dan mendeskripsikan faktor-faktor yang termasuk

kondisi pembelajaran, yaitu (1) tujuan dan karakteristik bidang studi

PAI; (2) kendala dan karakteristik bidang studi PAI, dan (3)

karakteristik peserta didik.35

Tujuan pembelajaran PAI adalah pernyataan tentang hasil

pembelajaran PAI. Tujuan pembelajaran ini bersifat umum, bisa

dalam kontinum umum-khusus, dan bisa bersifat khusus. Tujuan PAI

yang bersifat umum tercermin dalam GBPP mata pelajaran PAI di 34 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Op.Cit., hlm. 146. 35 Ibid., hlm. 150.

Kondisi Pembelajaran

Metode Pembelajaran

Hasil Pembelajaran 2

1

Page 45: Model Pembelajaran Pai

sekolah, bahwa PAI bertujuan "meningkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi"

Pernyataan tujuan tersebut masih sangat luas, idealis, dan

sangat umum. Sehingga perlu dijabarkan unsur-unsur yang terkandung

dalam rumusan tujuan tersebut pada tataran yang lebih rinci dan

operasional. Tujuan dalam kontinum umum-khusus, misalnya siswa

memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan serta

terbiasa menampilkan perilaku agama dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan tersebut masih perlu dijabarkan yang lebih khusus lagi,

misalnya: (1) siswa dapat memiliki lingkungan yang bersih, sehat,

indah, agamis, dan; (3) siswa dapat berperilaku menjaga lingkungan

yang sehat, bersih, indah, dan agamis dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik bidang studi PAI adalah aspek-aspek suatu

bidang studi PAI yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk atau

tipe isi bidang studi. Aspek tersebut berupa fakta, konsep, dalil atau

hukum, prinsip atau akidah, prosedur dan keimanan yang menjadi

landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran.

Karakteristik siswa adalah kualitas perseorangan siswa, seperti

bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan

Page 46: Model Pembelajaran Pai

kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Karakteristik siswa

akan mempengaruhi strategi pengelolaan pembelajaran. Namun perlu

diingat, pada tingkat tertentu, dimungkinkan suatu kondisi

pembelajaran akan mempengaruhi setiap komponen pemilihan metode

pembelajaran. Seperti karakteristik siswa dapat mempengaruhi

pemilihan strategi pengorganisasian isi dan strategi penyampaian

pembelajaran PAI.36

b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan dari pendapat

Reigeluth yang sepadan dengan possibilities for action dari Simon,

atau dengan komponen proses pembelajaran dari Glaser. Selanjutnya

variabel metode pembelajaran tersebut diklasifikasikan lebih lanjut

menjadi 3 jenis, yaitu: (1) strategi pengorganisasian (organizational

strategy); (2) strategi penyampaian (delivery strategy); (3) strategi

pengelolaan (management strategy).

Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI, strategi

pengorganisasian adalah suatu metode untuk mengorganisasi isi

bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian

isi bidang studi mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi,

pembuatan diagram, skema, dan sebagainya.

Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-

metode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk

36 Ibid., hlm. 151.

Page 47: Model Pembelajaran Pai

membuat siswa dapat merespon dan menerima pelajaran PAI dengan

mudah, cepat, dan menyenangkan. Karena itu, penataan strategi

penyampaian perlu menerima serta merespon masukan maupun

pendapat siswa. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup

lingkungan fisik, guru atau orang, bahan-bahan pembelajaran, dan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain.

Dengan perkataan lain, media pembelajaran merupakan suatu

komponen penting dan menjadi kajian utama dalam strategi ini.

Strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampai isi

pembelajaran kepada siswa dan menyediakan informasi yang

diperlukan untuk menampilkan unjuk kerja.

Menurut Martin dan Briggs (dalam Muhaimin) ada tiga

komponen dalam strategi penyampaian ini, yaitu: (1) media

pembelajaran; (2) interaksi media pembelajaran dengan siswa; dan (3)

pola atau bentuk belajar-mengajar. Media pembelajaran PAI

mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan

komunikasi dengan siswa. Media pembelajaran dapat berupa apa saja

yang dapat dijadikan perantara atau medium untuk dimuati pesan

nilai-nilai pendidikan agama yang akan disampaikan kepada siswa.

Media bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi,

projector, orang atau alat, dan bahan-bahan cetak lainnya. Media bisa

berupa perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras

tersebut. Dengan batasan Martin tersebut, guru PAI merupakan salah

Page 48: Model Pembelajaran Pai

satu media pembelajaran PAI yang akan mengantarkan pesan nilai-

nilai dan norma-norma ajaran Islam melalui pembelajaran yang

direncanakan.

Sedangkan strategi pengelolaan pembelajaran disini adalah

metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-

komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan

penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran

PAI berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan

memperhatikan empat hal, yaitu: (1) penjadwalan kegiatan

pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus

ditempuh peserta didik dalam pembelajaran, (2) pembuatan catatan

kemajuan belajar peserta didik melalui penilaian yang komprehensif

dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun

sesudahnya, (3) pengelolaan motivasi peserta didik dengan

menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar

peserta didik, daan (4) kontrol belajar yang mengacu kepada

pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan

karakteristik peserta didik 37

c. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang dapat

dijadikan sebagai indikator perolehan nilai yang diperoleh sebagai

akibat dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi

37 Ibid., hlm. 155.

Page 49: Model Pembelajaran Pai

pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat berupa hasil

nyata (actual out-comes) dan hasil yang diinginkan (desired out-

comes). Hasil nyata adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan

suatu metode di bawah kondisi tertentu, sedangkan hasil yang

diinginkan adalah hasil yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi

keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan suatu

metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan

kondisi pembelajaran yang ada.

Variabel hasil pembelajaran ini secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: keefektifan

pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.

Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kriteria:

1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang

dipelajari,

2) Kecepatan untuk kerja sebagai bentuk hasil belajar,

3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus

ditempuh,

4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar,

5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai,

6) Tingkat alih belajar,

7) Tingkat retensi belajar.

Sedangkan efisiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio

antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan

Page 50: Model Pembelajaran Pai

jumlah biaya yang dikeluarkan. Adapun daya tarik pembelajaran

biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk

berkeinginan terus belajar.38

Selanjutnya klasifikasi dan hubungan antar komponen yang

mempengaruhi pembelajaran PAI tersebut dapat digambarkan dalam

gambar berikut:

Gambar 2.2

Pembagian Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Adaptasi Dari Reigulth dan Stein, 1983 dalam Degeng, 1989)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kondisi,

metode dan hasil belajar akan berpengaruh besar terhadap

pembelajaran PAI. Hal ini berarti ketepatan dalam membaca kondisi,

baik yang berkenaan dengan siswa maupun sarana pendukungnya,

mampu mempengaruhi pembelajaran PAI. Demikian halnya dengan

metode, karena kesalahan menerapkan metode, sementara kondisi

38 Ibid., hlm. 156.

Strategi pengorganisasian pendidikan agama

Strategi penyampaian pendidikan

agama

Strategi pengelolaan pendidikan

agama

Tujuan dan karakteristik

bidang studi PAI

Kendala sumber belajar dan

karakteristik bidang studi

Karakteristik siswa

Metode

Hasil Keefektifan, efisiensi dan daya tarik pembelajaran PAI

Kondisi

Page 51: Model Pembelajaran Pai

yang diamati berbeda, jelas akan berdampak pada hasil belajar yang

diharapkan. Bahkan dari target hasil ini, apabila sebelumnya tidak

direncanakan, juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran PAI.

3. Pola Pengembangan Pembelajaran PAI

Dalam proses pembelajaran, di kenal berbagai pola

pembelajaran. Pola pembelajaran adalah model yang yang

menggambarkan kedudukan serta peran serta guru dan pelajar dalam

proses pembelajaran. Pada awalnya, pola pembelajaran didominasi

oleh guru sebagai satu-satunya sumber belajar, penentu model belajar,

bahkan termasuk penilai kemajuan belajar pelajar. Kondisi tersebut

nampak pada pola pembelajaran pada diagram berikut: 39

Gambar 2.3 Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta

peran guru dan pelajar dalam proses pembelajaran

Perkembangan pembelajaran telah mempengaruhi pola

pembelajaran. Guru yang semula sebagai satu-satunya sumber belajar,

perannya mulai dibantu media pembelajaran sehingga proses

pembelajaran tampak berubah lebih efisien. Pola ini dapat diamati

pada diagram berikut:

39 Ibid., hlm. 156-159.

TujuanPenetapan Isi dan Metode

PembelajaranGuru Pelajar

Page 52: Model Pembelajaran Pai

Gambar 2.4 Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran

guru dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh media pembelajaran

Pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, kurang

memadai jika sumber belajar hanya berasal dari guru atau berupa

media buku teks atau audio-visual. Kecenderungan belajar dewasa ini

adalah sistem belajar mandiri dalam program struktur. Untuk itu perlu

dipersiapkan sumber belajar secara khusus yang memungkinkan dapat

dipergunakan peserta didik secara langsung. Pola pembelajaran jenis

ini dapat dicermati pada diagram berikut:

Gambar 2.5 Model pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran

guru dan pelajar dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh media pembelajaran audio visual

TujuanPenetapan Isi dan Metode

Pembelajaran

Guru dan Media Pelajar

Tujuan

Penetapan Isi dan Metode

Pembelajaran

Guru dengan Audio Visual

Media

Pelajar

Page 53: Model Pembelajaran Pai

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas tenaga

guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah

dengan membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai

media pembelajaran. Guru dapat mempersiapkan bahan pembelajaran

yang sistematis dan terprogram seperti buku ajar, modul, atau media

lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,

pelajar akan lebih mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Gambar 2. 6 Arus balik dan evaluasi dalam proses kegiatan belajar mengajar

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah melalui

interaksi antara guru, guru media (media berfungsi guru), dan guru

dengan media dengan pelajar. Sumber belajar bagi pelajar bisa berupa

guru, media yang dirancang oleh guru, dan guru dengan media yang

merupakan suatu sistem dalam proses pembelajaran.

Tujuan Penetapan Isi dan Metode

Pembelajaran

Guru

Guru dengan Media

Guru Media

Pelajar

Page 54: Model Pembelajaran Pai

Gambar 2.7 Model pembelajaran yang sistematis dan terprogram

Dalam prakteknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan

dapat digunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola

saling berbaur dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Secara

operasional, penerapan pola pembelajaran tersebut mempunyai ciri-

ciri pokok antara lain:

a. Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi

b. Sistem pembelajaran dan pemanfaatan fasilitas yang merupakan

komponen terpadu.

c. Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya (1) perubahan

fisik tempat belajar, (2) hubungan guru dan pelajar yang dibantu

oleh media, (3) aktivitas peserta didik yang lebih mandiri, (4)

perlunya kerja sama lintas disiplin ilmu seperti ahli

instruksional, ahli media pembelajaran, (5) perubahan peranan

Guru

Audio-Visual

Pelajar

Guru

Kurikulum

Guru Media Guru

Audio-Visual

Pelajar

Guru

Kurikulum

Guru Media

Page 55: Model Pembelajaran Pai

dan kecakapan mengajar, dan (6) keluwesan waktu dan tempat

belajar.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak

sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang

dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari

lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran

mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post test. Ketiga hal tersebut

dijelaskan sebagai berikut:40

a. Pre Tes (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai

dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam

menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh

karena itu pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam

proses pembelajaran. Dalam hal ini pre tes dapat dilakukan secara

tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan atau

perbuatan. Fungsi pre tes ini antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

40 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 100.

Page 56: Model Pembelajaran Pai

1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-

soal yang harus mereka jawab/kerjakan.

2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal

ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes

dengan post test.

3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan

topik dalam proses pembelajaran.

4) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta

didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat

penekanan dari perhatian khusus.

b. Proses

Proses ini dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari

pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan

belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu

dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Proses

pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik

terlibat setara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Kualitas

pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.

Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas

Page 57: Model Pembelajaran Pai

apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75 % peserta didik

terlibat aktif. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif

pada diri peserta didik.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut perlu dikembangkan

pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia

yang berkualitas. Hal ini berarti kalau tujuannya bersifat afektif

psikomotorik tidak cukup hanya diajarkan dengan modul, atau

sumber yang mengandung nilai kognitif. Namun perlu

penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai kognitif, afektif,

yang dimanifestasikan dalam perilaku (behavioral skill) sehari-

hari. Metode dan strategi belajar mengajar yang kondusif untuk

hal tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inquiry,

discovery, problem solving, dan sebagainya. Dengan metode dan

strategi tersebut diharapkan peserta didik dapat mengembangkan

potensi secara optimal, sehingga akan lebih cepat dapat

menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat apabila mereka

telah menyelesaikan suatu program pendidikan.

c. Post Test

Pada umumnya pelaksaan pembelajaran diakhiri dengan

post tes. Sama halnya dengan pre test, post tes juga memiliki

banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan

pembelajaran. Fungsi post tes antara lain:

Page 58: Model Pembelajaran Pai

1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara

individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan

membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.

2) Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat

dikuasai maupun yang belum dikuasai oleh peserta didik.

Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum

dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya

maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial

teaching).

3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti

kegiatan remedial, dan peserta didik yang perlu mengikuti

kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat

kesulitan dalam mengerjakan modul.

4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap

komponen-komponen modul, dan proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan

maupun evaluasi.

4. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pengembangan berbagai model pembelajaran tampaknya telah

berkembang pesat yang intinya bertujuan untuk mendidikkan ajaran

Islam agar bisa dipahami, dihayati dan diamalkan oleh peserta didik

Page 59: Model Pembelajaran Pai

dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah ini akan diurikan beberapa

model-model pembelajaran, diantaranya:41

a. Model Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and

Learning)

Contekstual Teaching and Learning (CTL) merupakan

model pembelajaran yang sudah lama berkembang di negara-negara

maju seperti Amerika. Model ini dianggap sebagai strategi

pelaksanan pendidikan melalui proses pembelajaran yang pada

hakekatnya adalah membantu pendidik/guru untuk mengaitkan

materi yang diajarkannya dengan kehidupan nyata dan memotivasi

peserta didik/siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajari

dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.42

Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran

Kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning adalah konsep

belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tersebut dari

konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit melalui proses

mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah

41 Fatah Yasin, Metodologi Pendidikan Islam, (Malang: Pusapom, 2008), hlm. 102. 42 Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK, (Malang, Universitas Negeri Press, 2003), hlm. 11.

Page 60: Model Pembelajaran Pai

dalam kehidupannya di masyarakat. Adapun model pembelajaran

berbasis CTL ini memiliki tujuh komponen utama, yaitu:43

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Komponen ini dijadikan sebagai landasan filosofi bahwa

peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, membangun mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya, peserta didik belajar sedikit demi sedikit

dari konteks terbatas, pemahaman siswa yang mendalam

diperoleh melalui pengalaman belajar yang memadai.

2) Menemukan (Inquiry)

Komponen ini sebagai strategi pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik (student centered) di mana peserta didik

berusaha mengamati, memahami, menganalisa sebuah

fenomena, mengajukan dugaan sementara, dan sampai pada

merumuskannya konsep sendiri sebagai kesimpulan, baik

secara individu maupun kelompok.

3) Bertanya (Questioning)

Komponen ini sebagai modal dasar keingintahuan yang perlu

dikembangkan oleh peserta didik. Peserta didik didorong untuk

lebih agresif mengetahui sesuatu dengan cara selalu bertanya

dan bertanya, sehingga mendapatkan informasi yang sebanyak-

43 Dirjen Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru, 2003), hlm. 10.

Page 61: Model Pembelajaran Pai

banyaknya dan kemudian dipikirkannya sendiri yang kemudian

diharapkan terbangun sebuah konsep baru.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Komponen ini sebagai upaya penciptaan lingkungan belajar

yang kondusif. Peserta didik bias saling tukar pengalaman

dengan orang lain, saling bekerja sama dalam memecahkan

berbagai persoalan sehingga diperlukan adanya kerja

kelompok, pendidik memfasilitasi bagaimana caranya agar

peserta didik bisa belajar dari semua yang ada di lingkungan

belajar, peserta didik lebih bias memahami berbagai perbedaan

pendapat dll.

5) Pemodelan (Modeling)

Komponen ini sebagai acuan pencapaian kompetensi. Dalam

komponen ini menjelaskan perlunya berbagai model dalam

pembelajaran, sehingga bisa ditiru atau dipraktikkan peserta

didik. Model ini disamping untuk menghilangkan kejenuhan

peserta didik dalam belajar juga sebagai upaya memudahkan

dan percepatan belajar peserta didik sehingga cepat

menemukan sesuatu. Sebagai contoh, pendidik menunjukkan

bagaimana cara mempelajari kitab-kitab fiqih yang berbahasa

Arab gundul supaya cepat bisa dipahami dll.

Page 62: Model Pembelajaran Pai

6) Refleksi (Reflection)

Komponen ini sebagai langkah akhir dalam proses belajar.

Dalam komponen ini menjelaskan cara berfikir tentang apa

yang baru saja dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-

apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Atau dengan

kata lain dalam refleksi ini peserta didik diajak untuk

memberikan respon baik melalui lisan, tulisan, atau

demonstratif seni terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan

yang baru saja diterima dan membandingkan dengan

pengalaman yang pernah dialami sebelumnya.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Komponen ini sebagai proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar

peserta didik. Penilaian yang benar adalah menilai apa yang

seharusnya dinilai. Kemajuan belajar dinilai dari proses,

disamping penilaian hasil, artinya bahwa pada saat proses

pembelajaran berlangsung pada saat itu pula penilaian

diberikan seberapa besar kemajuan belajar peserta didik telah

dicapai melalui berbagai cara dan sumber.44

b. Model Pembelajaran Quantum Teaching and Learning

Dalam buku Quantum Teaching dan Quantum Learning

yang ditulis oleh Bobbi Deporter dkk, dijelaskan bahwa istilah

44 Ibid., hlm. 10.

Page 63: Model Pembelajaran Pai

“Quantum” dalam bahasa ilmu fisika memiliki makna “masa kali

kecepatan cahaya kuadrat” sama dengan “energi". Quantum dalam

ilmu fisika tersebut kemudian dipakai dalam proses pembelajaran

dengan pengertian sebagai “proses interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya”. Jadi yang dimaksud dengan Quantum Teaching

and Learning adalah proses pengubahan bermacam-macam interaksi

yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar-mengajar.

Interaksi-interaksi tersebut mencakup unsur-unsur efektivitas

belajar yang dapat mempengaruhi kesuksesan peserta didik. Melalui

interaksi tersebut diharapkan dapat mengubah kemampuan,

potensi/bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya yang dapat

bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Atau dengan kata

lain Quantum Teaching adalah upaya memberdayakan peserta didik

agar belajar sehingga hasilnya dapat bercahaya/bermanfaat bagi

peserta didik dalam kehidupannya.

Dalam teori belajar mengajar menurut Quantum Teaching

and Learning memiliki motto “TANDUR” yang kepanjangannya

dapat dijelaskan sebagai berikut:45

1) Tumbuhkan

Pendidik berusaha semaksimal mungkin untuk dapat

menumbuhkan minat dan bakat peserta didik. Hal ini bisa

dilakukan dengan cara menunjukkan semua yang dipelajari

45 Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 10.

Page 64: Model Pembelajaran Pai

adalah bermanfaat bagi peserta didik. Kalimat ini biasanya

dimulai dari pertanyaan apakah manfaatnya bagiku

(AMBAK)?.

2) Alami

Pendidik berusaha menciptkan peristiwa belajar yang benar-

benar bisa dialami sendiri oleh peserta didik, baik secara

individu maupun berkelompok. Upaya menciptakan peristiwa

yang bisa dilami peserta didik ini biasanya disebut dengan

“pengalaman belajar”.

3) Namai

Pendidik berusaha memberikan nama dari suatu peristiwa

belajar yang telah dialami oleh peserta didik. Pemberian nama

diusahakan ada setelah peserta didik mengalami suatu kegiatan

belajar.

4) Demonstrasikan

Pendidik berusaha memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan kemampuannya secara demonstratif,

baik secara lisan, tulisan, maupun gerakan-gerakan fisik.

5) Ulangi

Pendidik berusaha memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengulangi materi pelajaran yang sudah dipelajari,

atau semacam merefleksikan ulang apa yang sudah diketahui

oleh peserta didik.

Page 65: Model Pembelajaran Pai

6) Rayakan

Pendidik berusaha mengakui, menerima, dan memberikan

penghargaan kepada peserta didik atas jerih payah dari hasil

usaha belajar mereka. Merayakan adalah sebgai bukti rasa

bersyukur bersama atas usaha yang elah dilakukan, sehingga

berdampak pada pemberian motivasi dan semangat yang

menyenangkan kepada peserta didik.

c. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio

Portofolio sebagai suatu wujud benda fisik, memiliki arti

kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang

disimpan pada suatu bundel. Portofolio sebagai sebuah model

pembelajaran, memiliki arti upaya yang dilakukan oleh pendidik

dalam rangka membelajarkan peserta didik dengan cara membahas

atau memecahkan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan

tema/materi tertentu (problem solving learning), kemudian

didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk laporan dan

dipresentasikan.46

Untuk membahas sebuah permasalahan sebagai bagian dari

pembahasan materi/tema, tahapan yang dilakukan oleh peserta didik

dalam pembelajaran portofolio ini adalah mengamati, mencatat,

mengolah data, menyimpulkan, membuat pertimbangan, membuat

keputusan, memilih dan merencanakan tindakan. Cara belajar peserta

46 Fatah Yasin, Op.Cit., hlm. 111.

Page 66: Model Pembelajaran Pai

didik dalam pembelajaran portofolio ini dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah factual,

2) Memilih masalah untuk dikaji/dibahas,

3) Mengumpulkan dan mengolah data (informasi),

4) Menyusun dan mengembangkan portofolio,

5) Menyajikan portofolio (show case),

6) Melakukan refleksi.47

d. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) adalah

upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan

peserta didik melui jalinan kerjasama/gotong royong antar berbagai

komponen, baik kerjasama antar sesama peserta didik (belajar secara

berkelompok di kelas) kerjasama dengan dengan pihak sekolah

(tenaga kependidikan yang ada di sekolah/madrasah), kerjasama

dengan anggota keluarga, kerjasama dengan masyarakat.

Menurut David Johnson tidak semua model secara

berkelompok dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Dikatakan

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) manakala dalam

praktiknya memenuhi lima unsur pokok guna pencapaian hasil yang

maksimal, yakni:48

47 Ibid., hlm. 111. 48 Anita Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong, (Surabaya: Citra Media, 1999), hlm. 31-38.

Page 67: Model Pembelajaran Pai

1) Tanggung jawab perseorangan

Pendidik dalam proses ini harus dapat menciptakan belajar

berkelompok dan berusaha menciptakan kondisi partisipasi

peserta didik saling berusaha dan berperan aktif dalam

kelompoknya.

2) Unsur saling ketergantungan positif

Pendidik harus mampu menciptakan kondisi belajar

berkelompok dengan prinsip berusaha dan bekerjasama dan

saling memerlukan bantuan antar anggota dalam kelompoknya.

3) Tatap muka dan sinergi

Pendidik berusaha menciptakan kondisi agar peserta didik dalam

kerja kelompok memiliki peran untuk menampilkan hasil

kerjanya masing-masing di depan kelompoknya, dengan

memperhatikan prinsip sinergi, yakni apapun hasil pekerjaan

anggotanya perlu dihargai, dihormati, dan diterima.

4) Komunikasi antar anggota

Pendidik berusaha agar peserta didik dalam kerja kelompok

saling berkomunikasi aktif sebagai wujud interaksi edukatif

antar anggota.

5) Evaluasi dan refleksi

Pendidik harus berusaha member kesempatan kepada masing-

masing kelompok untuk merefleksikan hasil kerja kelompoknya

Page 68: Model Pembelajaran Pai

sebagai bahan evaluasi seberapa besar tingkat ketercapaian

peserta didik dalam mengerjkan tugas kelompok.

e. Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses

pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik

agar belajar dengan menggunakan cara/strategi secara aktif. Dalam

hal ini proses aktifitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik

dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga

untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisiknya. Cara

memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan

strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini

digunakan pendidik dalam proses pembelajaran.

Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya

sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan

memproses informasi tersebut sampai dapat dicerna dan baru

kemudian disimpannya. Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki

termasuk otak tersebut perlu diaktifkan, sehingga dapat berfungsi

semaksimal mungkin melalui proses belajar yang ia lakukan.49

Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik,

maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut

untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif.

49 Hisjam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD, 2002), hlm. xiii.

Page 69: Model Pembelajaran Pai

Strategi pembelajaran aktif sangat diperlukan karena peserta didik

mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang

belajar dengan membaca, diskusi, dan ada juga yang senang dengan

cara langsung praktik. Inilah yang sering disebut dengan gaya belajar

atau learning style. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran

aktif bagi pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan

dalam mengajar.

Salah satu karakteristik dari pembelajaran yang

menggunakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy)

adalah adanya keaktifan siswa dan guru, sehingga terciptanya

suasana belajar aktif. Untuk menciptakan suasana belajar aktif tidak

lepas dari beberapa komponen yang mendukungnya.

Sukandi menyebutkan bahwa komponen-komponen

pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam proses

belajar-mengajar adalah terdiri dari:50

a. Pengalaman

Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra dari

pada hanya melalui mendengarkan.

b. Interaksi

Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila

berlangsung dalam suasana diskusi dengan orang lain,

berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau

50 Ujang Sukandi, Belajar Aktif dan Terpadu, (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2004), hlm. 9.

Page 70: Model Pembelajaran Pai

saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan

pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu

untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas

pendapat itu menjadi lebih baik.

Diskusi, dialog dan tukar gagasan akan membantu anak

mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan

membantu memiliki pemahaman yang lebih baik. Anak perlu

berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa

takut sekalipun dengan pernyataan yang menuntut

(alasan/argumen). Argumen dapat membantu mengoreksi

pendapat asalkan didasarkan pada bukti.

c. Komunikasi

Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun

tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka

mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan.

Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan

gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan

memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang

dipikirkan atau dipelajari.

d. Refleksi

Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain

dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan

kembali (merefleksi) gagasannya, kemudian melakukan

Page 71: Model Pembelajaran Pai

perbaikan, sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap.

Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi.

Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja

seorang siswa yang berupa pernyataan yang menantang

(membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa

untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan

atau dipelajari.

Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal,

maka diantara beberapa komponen diatas terdapat pendukungnya

antara lain:51

1) Sikap dan perilaku guru

Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana

yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar

siswa, maka sikap dan perilaku guru hendaknya:

a. Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.

b. Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau

siswa lain berbicara.

c. Menghargai perbedaan pendapat.

d. Mentoleransi kesalahan siswa dan mendorong untuk

memperbaikinya.

e. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa.

f. Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa.

51 Ibid., hlm. 12.

Page 72: Model Pembelajaran Pai

g. Tidak kikir untuk memuji dan menghargai.

h. Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa

sekalipun kurang berkualitas, dan yang lebih penting.

i. Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani

menanggung resiko.

2) Ruang kelas yang menunjang belajar aktif, yaitu diantaranya:

a. Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda

nyata.

b. Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat

peraga.

c. Berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan laporan

percobaan, dan alat hasil percobaan.

d. Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga

siswa leluasa untuk bergerak.

Komponen belajar aktif dan pendukungnya saling

mempengaruhi dan saling mendukung antara satu dengan yang

lainnya. Dari tampilan siswa dapat dilihat adanya pengalaman,

interaksi, komunikasi dan refleksi. Sedangkan pendukungnya adalah

sikap guru dan ruang kelas. Dalam pembelajaran aktif guru dan

siswa harus sama-sama aktif berdasarkan perannya masing-masing,

Dimana siswa aktif dalam belajar dan guru aktif dalam mengelola

kegiatan belajar mengajar.

Page 73: Model Pembelajaran Pai

Bagi guru yang aktif, biasanya sebelum mengajar terlebih

dahulu mempersiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang matang dan media-media apa saja yang dibutuhkan sehingga

pada waktu kegiatan proses belajar mengajar berlangsung guru

sudah bisa menerapkannya dengan penuh keyakinan dan siswa juga

senang dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan

kegiatan-kegiatan dalam belajar aktif dapat dijelaskan sebagaimana

tabel berikut:

Tabel 2.1 Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Belajar Aktif

(Active Learning strategy)52

No Komponen Kegiatan Siswa Kegiatan Guru

1. Pengalaman - Melakukan pengamatan

- Melakukan percobaan

- Membaca - Melakukan

wawancara - Membuat sesuatu

- Menciptakan kegiatan yang beragam

- Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang

2 Interaksi - Berdiskusi

- Mengajukan pertanyaan

- Meminta pendapat

orang lain - Memberi komentar

- Mendengarkan dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang

- Mendengarkan dan tidak menertawakan serta memberi kesem[patan terlebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawabnya

- Mendengarkan - Meminta pendapat siswa

lainnya - Mendengarkan, sesekali

52 Ibid., hlm. 16.

Page 74: Model Pembelajaran Pai

- Bekerja dalam

kelompok

mengajukan pertanyaan yang menantang, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi pendapat tentang komerntar tersebut

- Berkeliling ke kelompok sesekali duduk bersama kelompok, mendengarkan perbincangan kelompok, dan sesekali memberi komentar atau pertanyaan yang menantang

3 Komunikasi - Mendemonstrasikan / mempertunjukkan / menjelaskan

- Berbicara / bercerita / menceritakan

- Melaporkan - Mengemukakan

pendapat / pikiran (lisan / tulisan)

- Memajang hasil karya

- Memperhatikan / Memberi komentar / mempertanyakan

- Tidak menertawakan

- Membantu agar letak

pajangan dalam jangkauan baca siswa

4 Refleksi - Memikirkan kembali hasil kerja / pikiran sendiri

- Mempertanyakan - Meminta siswa lain untuk

memberikan komentar

Kegiatan belajar mengajar diatas menunjukkan adanya feed

back (timbal balik) antara guru dengan siswa.

Berikut ini adalah beberapa metode/strategi pembelajaran

aktif yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar

(khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam), diantara

metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:

Page 75: Model Pembelajaran Pai

1) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Strategi pemecahan masalah adalah suatu strategi yang

mendorong siswa mengawasi langkah-langkah yang mereka

gunakan dalam memecahkan satu masalah. Mereka akan

menunjukkan dan menjelaskan bagaimana mereka

menyelesaikan masalah itu. Dengan menganalisis langkah-

langkah yang rinci, guru dapat memperoleh informasi yang

berharga tentang kecakapan pemecahan masalah yang dimiliki

oleh siswa-siswa. Untuk menjadi pemecah masalah, siswa perlu

belajar berbuat dari pada hanya mengoreksi jawaban-jawaban

masalah yang ada dalam buku teks.53

Prosedur:

1. Pilihlah satu, dua atau tiga masalah di antara masalah-

masalah yang telah dipelajari oleh siswa.

2. Pecahkan sendiri (guru) masalah-masalah itu dan tulis

semua langkah-langkah atau prosedur yang dilalui untuk

memecahkan masalah itu. (Catat berapa lama anda

menyelesaikan masalah itu).

3. Kalau anda mendapatkan masalah memerlukan waktu yang

banyak atau terlalu sulit, ganti dengan yang lain.

4. Sewaktu anda mendapatkan satu masalah yang bagus yang

dapat anda pecahkan dan dokumentasikan kurang dari tiga

53 Hisjam Zaini, dkk, Op.Cit., hlm. 200.

Page 76: Model Pembelajaran Pai

puluh menit, berikan mereka kepada siswa. (Asumsikan

bahwa siswa akan menyelesaikan sekitar satu jam).

5. Buatlah perintah atau petunjuk kerja dengan sangat jelas.

6. Berikan dan jelaskan evaluasi masalah-masalah kepada

siswa.

7. Jelaskan kepada mereka bahwa ini bukan tes atau ulangan

atau kuis.

8. Berikan waktu yang layak kepada siswa untuk mengerjakan

tugas ini,

9. Setelah siswa mengerjakan tugas, anda mengumpulkannya

dan siap untuk melakukan koreksi atau evaluasinya dengan

criteria yang sudah dibuat.

10. Setelah dikoreksi, anda mengembalikannya kepada siswa.54

2) Belajar ala Permainan Jigsaw (Learning Jigsaw)

Belajar ala Jigsaw (menyusun potongan gambar)

merupakan tehnik yang paling banyak dipraktikkan. Tehnik ini

serupa dengan pertukaran kelompok-dengan kelompok, namun

ada satu perbedaan penting yakni tiap siswa mengajarkan

sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar

yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-

bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa

mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang

54 Ibid., hlm. 201.

Page 77: Model Pembelajaran Pai

dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan

atau keterampilan yang padu.55

Prosedur:

1. Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa

bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau

sepanjang beberapa paragraf. (Jika materinya panjang,

perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum

pelajaran). Contoh diantaranya:

a. Modul berisi beberapa poin penting.

b. Bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan.

c. Sebuah naskah yang memiliki bagian atau sub judul

yang berbeda.

d. Sebuah daftar definisi.

e. Sejumlah artikel setebal majalah atau jenis bacaan

pendek yang lain.

2. Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah

siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai

kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas

yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa

membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian.

Anda mungkin selanjutnya dapat membentuk kwartet

(kelompok empat anggota), dengan memberikan segmen 1,

55 Mel Silberman, Terjemahan Dari Active Learning Strategy: 101 Strategies to Teach Any

Subject, Terjemahan: Raisul Muttaqien, (Boston: Allyn Bacon, 2004), hlm. 192.

Page 78: Model Pembelajaran Pai

2, atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian, perintahkan tiap

kwartet atau ‘kelompok belajar’ untuk membaca,

mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka

terima. (Jika anda menghendaki, anda dapat membentuk

dua pasang ‘rekan belajar’ terlebih dahulu dan kemudian

menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi kwartet

untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat.)

3. Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-

kelompok ‘belajar ala jigsaw,’ kelompok tersebut terdiri

dari perwakilan tiap ‘kelompok belajar’di kelas. Dalam

contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kwartet

dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. Kemudian

bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang

sama. Hasilnya adalah empat kelompok trio. Dalam masing-

masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari

segmen 1, segmen 2, dan segmen 3.

4. Perintahkan anggota kelompok ‘jigsaw’ untuk mengajarkan

satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.

5. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam

rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna

memastikan pemahaman yang akurat.56

56 Ibid., hlm. 195.

Page 79: Model Pembelajaran Pai

Variasi:

a. Berikan tugas baru -misalnya menjawab sejumlah

pertanyaan- yang didasarkan pada pengetahuan

akumulatif dari semua anggota kelompok belajar

jigsaw.

b. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari

ketrampilan, sebagai alternatif dari pemberian

informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk saling

mengajarkan ketrampilan yang telah mereka

pelajari.57

3) Pencarian Informasi (Information Research)

Metode ini bisa disamakan dengan ujian open-book. Tim-

tim di kelas mencari informasi (biasanya yang diungkap dalam

pengajaran ala ceramah) yang menjawab pertanyaan yang

diajukan kepada mereka. Metode ini sangat membantu

menjadikan materi yang biasa-biasa saja menjadi lebih

menarik.58

Prosedur:

1. Buatlah sekumpulan pertanyaan yang dapat dijawab dengan

mencari informasi yang bisa ditemukan dalam buku sumber

yang telah anda bagikan kepada siswa. Materi sumbernya

bisa mencakup:

57 Ibid., hlm. 162. 58 Ibid., hlm. 173.

Page 80: Model Pembelajaran Pai

a. Buku pegangan

b. Dokumen

c. Buku teks

d. Panduan referensi

e. Informasi yang diakses melalui computer

f. Peralatan ‘berat’ (misalnya mesin)

2. Bagikan pertanyaan-pertanyaan tentang topiknya.

3. Perintahkan siswa untuk mencari informasi dalam tim-tim

kecil. Kompetisi yang bersahabat bisa diwujudkan untuk

mendorong partisipasi.

4. Bahaslah jawabannya di depan kelas. Perluaslah

jawabannya guna memperluas cakupan pembelajaran.59

Jika ditinjau dari segi model pembelajaran berdasarkan teori

belajar dan pembelajaran, teori belajar menaruh perhatian pada

hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar.

Ia menaruh perhatian pada “bagaimana seseorang”. Teori

pembelajaran, sebaliknya menaruh perhatian pada bagaimana

seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar. Dengan

kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol

variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar

dapat memudahkan belajar.

59 Ibid., hlm. 174.

Page 81: Model Pembelajaran Pai

Teori pembelajaran adalah sekumpulan prinsip yang

terintegrasi secara sistematis dan merupakan suatu sarana untuk

menjelaskan dan memprediksikan fenomena-fenomena

pembelajaran. Oleh karena itu, sebuah teori pembelajaran dipandang

sebagai serangkaian prinsip yang mengambil wujud pernyataan

“kondisi-metode-hasil”. Teori pembelajaran harus sejalan dengan

teori belajar. Ini tidak lain disebabkan karena kehadiran teori

pembelajaran pada dasarnya adalah untuk mendeskripsikan cara-cara

yang dapat memudahkan proses belajar.

Lahirnya berbagai teori belajar disebabkan perbedaan sudut

pandang terhadap penilaian proses belajar dan pembelajaran.

Terdapat beberapa pandangan teori belajar dan pembelajaran yang

dapat dijadikan pijakan dalam melakukan perencanaan pembelajaran

salah satunya teori pembelajaran cognitivistic. Menurut teori

cognitivisme ada dua bidang kajian teori kognitif yang lebih

mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut

teori ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus

dan respon, tetapi lebih dari itu bahwa belajar pada hakikatnya

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah

usaha mengaitkan pengetahuan baru ke dalam struktur berpikir yang

Page 82: Model Pembelajaran Pai

sudah dimiliki pelajar sehingga membentuk suatu struktur kognitif

baru yang lebih mantap sebagai hasil belajar.60

Menurut teori ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh

persepsi serta pemahamannya tentang diri dan sitausi yang

berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapainya. Karena itu

menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman

yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang

kongret. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian

suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh siatuasi

tersebut. Hubungan stimulus (S) dan respon (R) menurut teori

kognitif dapat diamati pada gambar berikut:

menyebabkan menyebabkan

adanya stimulus perubahan internal adanya respon yang dapat dilihat di dalam individu yang dapat dilihat

Gambar 2.8

Hubungan S-R menurut teori kognitif

Adapun beberapa teori kognitif yang penting untuk

penyususnan perencanaan pembelajaran, salah satunya adalah dalam

pandangan teori kognitif Gagne.61

Menurut pandangan Gagne cara berpikir seseorang

bergantung kepada keterampilan yang dimilikinya serta hierarki 60 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Op.Cit., hlm. 196. 61 Ibid., hlm. 199.

S R

Page 83: Model Pembelajaran Pai

prasyarat belajar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas.

Dalam proses belajar terdapat dua fenomena yaitu keterampilan

intelektual akan meningkat sejalan dengan meningkatnya umur serta

intensitas latihan yang diperoleh inidividu. Semakin intens

intelektual dilatih, semakin meningkat pula kemampuan dan

keterampilan intelektual seseorang. Dan proses belajar akan lebih

cepat apabila strategi kognitif dapat digunakan dalam memecahkan

masalah secara lebih efisien.

Belajar menurut Gagne hanya akan terjadi kalau ada kondisi-

kondisi tertentu, yaitu (1) kondisi internal, yakni kesiapan peserta

didik dalam memperoleh dan menyimpan kapabilitas yang telah

dipelajari sebelumnya (prerequisite) untuk mendukung kapabilitas

belajar lainnya, dan (2) kondisi eksternal, yakni berbagai cara dan

situasi belajar yang dirancang secara sengaja untuk memudahkan

dan memperlancar peserta didik dalam proses internal.

Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk

suatu hierarki dari paling sederhana sampai paling kompleks, yakni:

(1) Belajar isyarat (signal learning),

Merupakan isyarat atau signal yang menimbulkan perasaan

tertentu, sikap tertentu atau yang emnimbulkan perasaan sedih

ataupun senang. Belajar berlangsung dalam bentuk pemberian

respon terhadap tanda-tanda sehingga dengan cara yang terus-

Page 84: Model Pembelajaran Pai

menerus terjadilah asosiasi antara tanda-tanda atau isyarat itu

dengan respos yang tetap.

(2) Belajar stimulus respons (stimulus-response learning),

Respon diperkuat dengan adanya imbalan atau reward. Tipe

belajar ini lebih tinggi daripada tipe belajar isyarat, karena aspek

pengertian mulai berfungsi, segi persamaannya adalah bahwa

keduanya bersifat asosiatif. Sering gerakan motoris merupakan

komponen penting dalam respon itu. Dengan belajar stimulus

respon ini seorang belajar mengucapkan kata-kata dan dalam

bahasa asing. Demikian juga seorang bayi belajar mengatakan

“Mama atau Papa”.

(3) Belajar rangkaian (chaining learning),

Tipe ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan

dengan keterampilan motorik. Chaining learning ini terjadi bila

terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu

terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan

“Contiguity”. Contoh dalam bahasa seperti “Ibu-Bapak”,

“Kampung-Halaman”, “Selamat Tinggal” dan sebagainya.

(4) Belajar asosiasi verbal (verbal association learning),

Tipe belajar ini bersifat asosiatif tingkat tinggi, karena biarpun

asosiasi memegang peranan, tetapi fungsi nalar yang

menentukan. Bentuk verbal association yang paling sederhana

ialah bila diperhatikan suatu bentuk geometris, dan anak itu

Page 85: Model Pembelajaran Pai

dapat mengatakan bujur sangkar, atau mengatakan “itu bola

saya” bila dilihatnya bola. Sebelumnya ia harus dapat

membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal “bujur

sangkar” sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal

“bola”, “saya”, dan “itu”. Hubungan itu terbentuk bila unsur-

0unsur itu terdapat dalam urutan tertentu.

(5) Belajar perbedaan atau diskriminasi (discrimination learning),

Suatu tipe belajar yang menghasilkan kemampuan membeda-

bedakan berbagai gejala. Siswa dapat membedakan manusia

yang satu dengan yang lain, juga tanaman, binatang, dan lain-

lain. Guru mengenal murid serta nama masing-masing karena

mampu mengadakan diskriminasi di antara murid-murid itu.

(6) Belajar konsep (concept learning),

Corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang

khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai

objek. Dengan menguasai konsep manusia dapat

menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya

menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. Suatu

konsep disimpulkan dari berbagai situasi, peristiwa dan ucapan.

Konsep ini berkembang sejalan dengan pengalaman-pengalaman

selanjutnya dalam sitausi, peristiwa, ucapan maupun kegiatan

yang lain baik diperoleh dari bacaan maupun pengalaman

langsung.

Page 86: Model Pembelajaran Pai

(7) Belajar hukum atau aturan (rule learning),

Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah

sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam macam-macam

aturan. Aturan-aturan ini jadinya tersusun dari kejadian-kejadian

yang khusus dan dapat disebut sebagai hukum, kaidah, rumus

dan sebagainya. Tipe belajar ini banyak terdapat dalam pelajaran

di sekolah. Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang

yang terdidik. Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran.

Misalnya benda yang dipanasakan memuai, angin berhembus

dari arah maksimum ke arah minimum, untuk menjamin

keselamatan negara harus diadakan pertahanan yang ampuh dan

sebagainya.

(8) Belajar pemecahan masalah (problem solving leaning)

Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang

paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar

yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai

proses analisis dan penyimpulan. Dalam tipe belajar ini

diperlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan

waktu yang lama, tetapi dengan tipe belajar problem solving ini

kemampuan penalaran anak dapat berkembang. Memecahkan

masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan

Page 87: Model Pembelajaran Pai

menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal

menurut kombinasi yang berlainan.62

Pendirian bahwa segala macam belajar itu pada prinsipnya

sama, idak dapat diterima. Jenis-jenis atau tipe-tipe belajar ini dapat

dipandang sebagai bertingkat atau hierarkis. Setiap belajar yang

dibawah atau rendah merupakan syarat bagi bentuk belajar yang

lebih tinggi. Maka setiap hal yang dihadapi mula-mula mungkin

hanya memerlukan tipe yang rendah dan apabila ternyata

memerlukan caya yang lebih tinggi, maka barulah meningkat ke tipe

belajar yang lebih tinggi pula.

Kedelapan jenis belajar tersebut memiliki karakteristik yang

berbeda. Karena itu, aplikasinya dalam pembelajaran dapat

disesuaikan dengan karakteristik isi bidang studi dan karakteristik

peserta didik. Pembelajaran pendidikan agama, misalnya dapat

menggunakan jenis belajar problem solving learning, rule learning,

discrimination learning, dan jenis belajar lain yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik yang melakukan belajar dan pokok

pembahasan yang dipelajari. Penggunaan jenis belajar tersebut dapat

dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan.63

62 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 23. 63 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Op.Cit., hlm. 203.

Page 88: Model Pembelajaran Pai

B. Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional (S/MBI)

1. Pengertian Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan

“Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional

Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan

salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya

saing di forum internasional”.

Pada prinsipnya, Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional harus

bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih

tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.64

2. Landasan Hukum Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

berlandaskan pada:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam Pasal 50 menyatakan bahwa:

Ayat (1) :Pengelolaan sistem pendidikan nasional

merupakan tanggung jawab Menteri.

Ayat (2) :Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan

standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan

nasional. 64 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 5.

Page 89: Model Pembelajaran Pai

Ayat (3) :Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang

bertaraf internasional.

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025

mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah

dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan

dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa:

Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar

dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf

internasional.

d. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-

2009 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa,

perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat

kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara

pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan,

untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf

Page 90: Model Pembelajaran Pai

internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.65

3. Konsep Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

Berdasarkan pengertian sekolah/madrasah internasional di atas

bahwasanya Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan

sekolah/madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional

Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan

salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya

saing di forum internasional sebagaimana yang diharapkan. Pada

prinsipnya, sekolah/madrasah bertaraf inetrnasional harus bisa

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi

dari Standar Nasional Pendidikan.

Adapun esensi dari rumusan konsepsi Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional

Pendidikan yaitu Sekolah/Madrasah yang sudah melaksanakan

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Berikut skema tahap penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional:

65 Ibid., hlm. 3-4.

Page 91: Model Pembelajaran Pai

Gambar 2.9 Proses Pentahapan Menjadi Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

(Hermana Somantrie, 2007)66

Tahapan tersebut di atas mencerminkan bahwa untuk mencapai

level Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional tidak dapat dilakukan

secara instan, melainkan harus melalui tahap demi tahap yang berjenjang.

Demikian juga penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional juga di dukung dengan adanya acuan penjaminan mutu,

yaitu: (1) Kriteria acuan mutu, (2) Kriteria jaminan mutu.

66 Hermana Somantrie, Sekolah.Madrasah Bertaraf Internasional (S/MBI), dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Depdiknas, 2007), hlm. 11.

Sekolah/Madrasah Yang Memenuhi Sebagian Kecil

Standar Nasional

Sekolah/Madrasah Yang Memenuhi Seluruh Standar Nasional

Pendidikan

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

Sekolah/Madrasah Yang Memenuhi Sebagian

Besar Standar Nasional Pendidikan

Page 92: Model Pembelajaran Pai

KRITERIA ACUAN MUTU JAMINAN MUTU

Gambar 2. 10 Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasiona l67

b. Diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan dapat dilaksanakan

melalui dua cara sebagai berikut:

1) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah

ada dalam Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada

standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/ atau

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan.

2) Adopsi yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada

67 Ibid., hlm. 20.

MADRASAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Memenuhi Seluruh Standar Nasional

Pendidikan

Pengayaan

Dengan Cara Adaptasi Dan Adopsi Dari

Standar Pendidikan Salah

Satu Negara Anggota OECD

dan/atau Negara Maju

Lainnya

AKREDITASI

KURIKULUM

PROSES PEMBELAJARAN

PENILAIAN

PENDIDIK

TENAGA KEPENDIDIKAN

SARANA DAN PRASARANA

PEMBIAYAAN

OUTPUT

Feed Back Feed Back

Page 93: Model Pembelajaran Pai

dalam Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada

standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan;

3) OECD yang berlokasi di Paris Perancis merupakan organisasi

internasional untuk membantu pemerintahan negara-negara

anggotanya menghadapi tantangan globalisasi ekonomi.

4) Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan adalah negara-negara maju yang

tidak termasuk dalam keanggotaan OECD, tetapi keunggulan

pendidikannya bisa diadaptasi dan/atau diadopsi.

c. Daya saing di forum internasional memiliki makna bahwa siswa dan

lulusan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional antara lain dapat:

1) Melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf

internasional, baik di dalam maupun di luar negeri.

2) Mengikuti sertifikasi bertaraf internasional yang

diselenggarakan oleh salah satu negara OECD dan/atau negara

maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan.

3) Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi

sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga; dan

4) Bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-

Page 94: Model Pembelajaran Pai

negara lain.68

Penyelenggaraan S/MBI didasari filosofi eksistensialisme dan

esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan

bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi

peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan

melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro perubahan, kreatif,

inovatif, dan eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat,

minat, dan kemampuan peserta didik.69

Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses

belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal

untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya,

baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual

(SQ).

Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus

berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu,

keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik

lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan

globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia

Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam

mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu:

learning to know, learning to do, learning to live together, and learning

68 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Op.Cit., hlm. 7. 69 Kir Haryana, Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel), (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2007), hlm. 37.

Page 95: Model Pembelajaran Pai

to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru,

proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai

penilainya.70

Setidaknya karakteristik Madrasah Bertaraf Internasional

memiliki dua kriteria yaitu:

1. Secara akademis memiliki prestasi yang membanggakan

2. Secara sosial menguasai bahasa internasional yaitu Bahasa Arab

dan Inggris.71

Dalam ungkapan yang sederhana Madrasah Bertaraf Internasional

ialah madrasah yang siswanya memiliki prestasi akademis tinggi

sekaligus menguasai Bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang memadai,

dan tentu saja akhlaq dan sosiabilitasnya harus memenuhi standar

kemadrasahan.

Madrasah Bertaraf Internasional yang muncul baru-baru ini

merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang benar-

benar unggul. Sebab keberadaan Madrasah Bertaraf Internasional di

dukung oleh kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta dilengkapai dengan sarana prasara yang

memadai. Model pembelajaran yang diterapkan juga tidak lagi berpusat

pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada murid (student

centered).

70 Ibid., hlm. 37-38. 71 Ki Supriyoko, Mewujudkan Madrasah Standar Internasional, (Jawa Pos, 20 Juli 2007)

Page 96: Model Pembelajaran Pai

4. Kurikulum dan Proses Pembelajaran Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional

Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin

dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Kurikulum

merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:

a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

b. Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK,

c. Memenuhi Standar Isi,

d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.72

Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses

transkripnya masing-masing,

b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran

yang sama pada sekolah unggul dari salah satu Negara anggota

OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan,

c. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi

dari Standar Kompetensi Lulusan.

72 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Op.Cit., hlm. 10.

Page 97: Model Pembelajaran Pai

Sedangkan dalam segi pembelajaran mutu setiap

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan

melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses

pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan

pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar

Proses. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:73

a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan

bagi sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia,

budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa

entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator;

b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari

salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;

c. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;

d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti

kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran

mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus

menggunakan bahasa Indonesia; dan

e. Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok

sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas

73 Ibid., hlm. 10.

Page 98: Model Pembelajaran Pai

IV. Dalam proses pembelajaran selain menggunakan bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris, juga bisa menggunakan bahasa lainnya

yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti bahasa

Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan China.74

Secara garis besarnya Madrasah Bertaraf Internasional dapat

dilihat dari beberapa karakter sebagai berikut:75

1. Akreditasi

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Berakreditasi minimal A dari Badan Akreditasi Nasional-

Sekolah dan Madrasah (BAN-S/M).

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah

satu negara anggota Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

2. Kurikulum

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

1. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP),

2. Menerapkan sistem satuan kredit semester di

SMA/SMK/MA/MAK,

3. Memenuhi standar isi,

74 Ibid., hlm. 10. 75 Ibid., hlm. vii.

Page 99: Model Pembelajaran Pai

4. Memenuhi standar kompetensi lulusan.

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

1. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa

mengakses transkripnya masing-masing,

2. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan

pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu

negara OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,

3. Menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih

tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.76

3. Proses Pembelajaran

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar proses

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

1. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi

teladan bagi sekolah/madrasah lainnya dalam

pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,

kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural,

jiwa patriot, dan jiwa inovator,

2. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah

unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau

76 Ibid., hlm. vii.

Page 100: Model Pembelajaran Pai

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan,

3. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata

pelajaran,

4. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika,

dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara

pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran

bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan

5. Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran

kelompok sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat

dimulai pada Kelas IV.

4. Penilaian

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar penilaian

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

Diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.77

5. Pendidik

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar pendidik

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

77 Ibid., hlm. viii

Page 101: Model Pembelajaran Pai

1. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis

TIK,

2. Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti

kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa

Inggris,

3. Minimal 10 % guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan

Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk

SD/MI,

4. Minimal 20 % guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan

Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk

SMP/MTS,

5. Minimal 30 % guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan

Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk

SMA/SMK/MA/MAK. 78

6. Tenaga Kependidikan

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar tenaga kependidikan

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

1. Kepala Sekolah/Madrasah berpendidikan minimal S2 dari

Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A

dan telah menempuh pelatihan Kepala Sekolah/Madrasah

78 Ibid., hlm. ix.

Page 102: Model Pembelajaran Pai

dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh

pemerintah,

2. Kepala Sekolah/Madrasah mampu berbahasa Inggris secara

aktif,

3. Kepala Sekolah/Madrasah bervisi internasional, mampu

membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi

manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurial

yang kuat.79

7. Sarana dan Prasarana

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar sarana dan prasarana

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

1. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran

berbasis TIK,

2. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang

memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di

seluruh dunia,

3. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni

budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.

8. Pengelolaan

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar pengelolaan

79 Ibid., hlm. ix.

Page 103: Model Pembelajaran Pai

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

1. Meraih sertifikat ISO 90001 versi 20000 atau sesudahnya

dan ISO 14000,

2. Merupakan sekolah/madrasah multi-kultural,

3. Menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf

internasional di luar negeri,

4. Bebas narkoba dan rokok,

5. Bebas kekerasan (bullying),

6. Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek

pengelolaan sekolah,

7. Meraih medali tingkat internasional pada berbagai

kompetisi sains, matematika, teknologi, seni dan olahraga.

9. Pembiayaan

a) Indikator Kinerja Kunci Minimal

Memenuhi standar pembiayaan

b) Indikator Kinerja Kunci Tambahan

Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai

berbagai target indikator kunci tambahan.80

80 Ibid., hlm. x.

Page 104: Model Pembelajaran Pai

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif. Karena kegiatan penelitian ini akan menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dalam pendekatan deskriptif, data yang dikumpulkan

adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan

oleh adanya penerapan metode kualitatif. Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau

memo, dan dokumen resmi lainnya.81

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/gambaran yang

obyektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah yang akan dikaji

oleh peneliti. Adapun penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan)

yang menurut Suharsimi Arikunto, penelitian studi kasus adalah suatu

penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap

suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.82

81 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 3. 82 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 120.

Page 105: Model Pembelajaran Pai

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain merupakan pengumpul data utama. Dalam hal ini, sebagaimana

dinyatakan oleh Lexy Moleong bahwa,

“Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.”83

Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran

peneliti di sini di samping sebagai instrumen juga menjadi faktor penting

dalam seluruh kegiatan penelitian ini.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Malang yang terletak di Jalan

Bandung No. 7 Malang. Lokasi MAN 3 Malang ini terletak di kawasan

Madrasah Terpadu yang meliputi MIN Malang 1, MTsN Malang 1 dan MAN

3 Malang. Jika ditinjau dari lokasinya sekolah ini berada di daerah yang

cukup strategis dan mudah dijangkau, maka tidak heran siswa sekolah ini

berasal dari berbagai daerah baik dari wilayah kota Malang maupun luar kota

Malang. MAN 3 Malang sebagai MAN Model Malang menyediakan kelas

khusus Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) Berorientasi Timur Tengah

sejalan dengan program unggulan fullday school, boarding school, dan

program akselerasi. Peneliti memilih lokasi ini untuk mengetahui “Model

83 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 121.

Page 106: Model Pembelajaran Pai

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.”

D. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data adalah subjek di mana

data di peroleh.84 Sedangkan menurut Lofland, yang dikutip oleh Lofland,

yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. 85

Adapun sumber data terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. 86 Adapun

yang menjadi data utama dalam penelitian ini adalah:

a. Hasil wawancara dengan koordinator program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) berorientasi timur tengah MAN 3 Malang.

b. Hasil wawancara guru agama mata pelajaran Siroh Nabawiah, Adab

dan Tafsir program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI)

berorientasi timur tengah MAN 3 Malang.

84 Suharsimi, Op.Cit., hlm. 102. 85 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 112. 86 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 84.

Page 107: Model Pembelajaran Pai

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun dalam

bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis

suatu daerah, data mengenai produktifitas suatu perguruan tinggi, data

mengenai persediaan pangan di suatu daerah, dan sebagainya.87

Data sekunder yang diperoleh oleh peneliti adalah data yang

diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan diantaranya:

a. Hasil wawancara dengan waka kurikulum MAN 3 Malang.

b. Hasil wawancara dengan siswa kelas XI program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) berorientasi timur tengah MAN 3 Malang.

c. Koordinator TU MAN 3 Malang yang berupa buku profil sekolah

dan berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

atau teknik snow ball sampling, yaitu informan kunci akan menunjuk

seseorang yang mengetahui masalah yang akan diteliti untuk melengkapi

keterangan, dan orang yang ditunjuk tersebut akan menunjuk orang lain

lagi bila keterangan yang diberikan kurang memadai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata atau tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

87 Ibid., hlm. 85.

Page 108: Model Pembelajaran Pai

dokumen dan lain sebagainya. 88 Sesuai dengan prosedur tersebut maka cara

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga

macam teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Metode Observasi

Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah suatu teknik yang

digunakan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena yang diselidiki.89

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipan. Model

observasi ini digunakan penulis guna untuk mengumpulkan semua data

yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan pada tahapan penelitian

penulis menggunakan observasi terfokus, dimana peneliti observasi telah

dipersempit untuk memfokuskan aspek tertentu. Metode ini digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang keadaan obyek

penelitian, situasi umum, kegiatan belajar mengajar, strategi

pembelajaran serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan

pembelajaran program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN

3 Malang.

2. Metode Interview

Metode interview merupakan percakapan-percakapan dengan

maksud tertentu, percakapan ini dilaksanakan oleh dua pihak yaitu

88 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 112. 89 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hlm. 136.

Page 109: Model Pembelajaran Pai

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.90

Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur

karena dapat dipersiapkan sedemikian rupa pertanyaan-pertanyaan yang

diperlukan agar hanya fokus mengulas pokok-pokok permasalahan yang

akan diteliti.

Peneliti melakukan wawancara dengan waka kurikulum,

koordinator program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI), guru

mata pelajaran Adab, Tafsir dan Siroh Nabawiah, siswa kelas XI

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) serta informan lain

terkait dengan masalah yang diteliti.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-

hal yang variabelnya berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.91

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mendapatkan data yang berhubungan dengan: (1) pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam; (2) faktor pendukung dan

penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang.

90 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 135. 91 Suharsimi.,Op.Cit., hlm. 202.

Page 110: Model Pembelajaran Pai

F. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mesintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

Dalam penilaian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai

sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-

macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan

pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi

sekali, sehingga sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh moleong adalah

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor

analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan

sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu.92

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

92 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 103.

Page 111: Model Pembelajaran Pai

penting akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan bukan angka,

akan tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud mungkin

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen

pribadi, maupun dokumen resmi lainnya.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

1) Analisis sebelum di lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data

sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan

berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

2) Analisis data dilapangan

Setelah data selesai dikumpulkan dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti

akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data

yang dianggap kredibel. Miles dan Hubarmen, mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh.

Page 112: Model Pembelajaran Pai

Tahapan penelitian kualitatif dimulai dengan menetapkan informan

kunci yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti atas masalah yang

sedang diteliti. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan

tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian pada obyek

penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan

dengan analisis terhadap hasil wawancara.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperlukan dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk menetapkan

keabsahan data yang diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria

yang dipergunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian

(confirmability).

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya tahapan

pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih

kurang. Pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan

data. Oleh sebab itu jika terjadi data yang tidak relevan dan kurang memadai

maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga data

tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi.

Page 113: Model Pembelajaran Pai

Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu

tekhnik pemeriksaan keabsahan data93. Sedangkan untuk memperoleh

keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik

sebagai berikut:

a. Presistent Observation (ketekunan pengamatan), yaitu mengadakan

observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna

memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktifitas yang

sedang berlangsung di lokasi penelitian.

b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi sumber data dengan cara membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

c. Peerderieting (pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang

dimaksud dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang

dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian, diantaranya:

a. Tahap pra lapangan

93 Lexy Moleong, Op.Cit., hlm. 171

Page 114: Model Pembelajaran Pai

1. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa MAN 3 Malang

adalah salah satu sekolah yang menerapkan Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Mengurus perijinan, baik secara formal maupun informal.

3. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan

MAN 3 Malang selaku objek penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

1. Mengadakan observasi langsung ke MAN 3 Malang terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di MAN 3 Malang, dengan melibatkan

beberapa informan untuk memperoleh data.

2. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses

pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak yang

bersangkutan.

3. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang diperoleh.

Dengan rancangan penyusunan laporan sebagaimana telah tertera dalam

sistematika penulisan laporan.

Page 115: Model Pembelajaran Pai

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat MAN 3 Malang

Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang (MAN 3 Malang) merupakan

salah satu dari lima madrasah model di Jawa Timur, dan juga merupakan

salah satu madrasah terpadu dari delapan madrasah terpadu se-Indonesia.

Sejarah singkat MAN 3 Malang, bermula dari suatu lembaga pendidikan

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru pendidikan agama Islam

di sekolah-sekolah rendah negeri.

Hal ini berdasarkan surat keputusan bersama menteri Pendidikan

dan Kebudayaan dengan menteri Agama pada tanggal 2 Desember 1946

no. 1142/BH.A tentang penyediaan guru agama secara kilat dan cepat,

sehingga ditetapkan rencana pendidikan guru agama Islam jangka pendek

dan jangka panjang.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, maka pada tanggal 16 Mei

1948 mulai didirikan Sekolah Guru Hakim Islam (SGHI) dan Sekolah

Guru Agama Islam (SGAI). Selanjutnya berdasarkan ketetapan menteri

agama tertanggal 15 Agustus 1951 no. 7 SGAI diubah menjadi

Pendidikan Guru Agama (PGA 5 tahun) yang siswanya berasal dari

lulusan sekolah rendah atau madrasah rendah.94

94 Sumber: Dokumen MAN 3 Malang.

Page 116: Model Pembelajaran Pai

Berdasarkan Surat ketetapan menteri agama tanggal 21

Nopember 1953 no. 35, lama belajar di PGA ditambah 1 tahun, sehingga

menjadi 6 tahun, dan diubah menjadi dua bagian, yaitu, Pertama:

Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP), lama belajarnya 4 tahun (

kelas 1 s/d kelas 4) dan Kedua: Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA),

lama belajarnya 2 tahun (kelas 5 dan kelas 6). Selanjutnya, pada tahun

ajaran 1958/1959 PGAP dan PGAA dilebur mengadi PGAN 6 TAHUN

Malang.

Perkembangan berikutnya, dengan adanya surat keputusan

Menteri Agama tanggal 16 Maret 1978 no. 16, PGAN 6 tahun di pecah

lagi menjadi dua lembaga pendidikan yaitu,Pertama: Kelas 1 s/d 3

menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang 1, dan Kedua:

Kelas 4 s/d 6 menjadi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Malang.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama no. 42 tanggal 1 Juli

1992 PGAN Malang beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 3 Malang.

Dan berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam tanggal 16 Juni 1993 No. E/55/1993. MAN 3

Malang diberi wewenang untuk menyelenggarakan Madrasah Aliyah

Program Khusus (MAPK), yang selanjutnya berdasarkan perubahan

kurikulum 1984 ke kurikulum 1994, MAPK berubah nama menjadi

Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) sampai sekarang.

PGAN Malang telah mencapai kejayaan, hal ini berkaitan dengan

Page 117: Model Pembelajaran Pai

keberhasilan outputnya yang dominan di tengah-tengah masyarakat.

Rata-rata alumni PGAN Malang menjadi orang yang berpengaruh di

masyarakat. Selain itu juga banyak yang menjadi penjabat penting di

Lingkungan Departemen Agama maupun Departemen lain.

Secara kronologis Perjalanan Sejarah Berdirinya MAN 3 Malang

dapat diuraikan sebagai berikut: 95

1. PGAA Malang dimulai tahun ajaran baru pada tanggal 1 (satu)

agustus 1956, dengan nama PGAAA 1 Malang dengan kepala

sekolah R. Soeroso, sedang PGAA II Malang adalah asal dari

PGAA Surabaya yang pada tahun 1958 dipindah ke Malang.

2. PGAA I Malang menumpang siswa dari PGAA 4 tahun, sedangkan

PGAP pada taktu itu (tahun 1956) dipimpin oleh kepala sekolah

Bapak Soerat Wirjodihardjo. gedung pertama PGAP dan PGAA 1

Malang adalah dijalan Bromo No. 1 pagi hari untuk PGAA 1 tahun

dan sore hari PGAP 4 tahun.

3. Pada tahun pelajaran 1956/1957 di Malang masih ada siswa SGHA

(bagian dan/Hukum agama) yang kemudian dihapus. gedung

PGAA 1 Malang pada pertengahan tahun ajaran 1958 berhubungan

dengan gedung baru PGAA 1 sudah selesai pembangunannya yang

terletak dijalan Bandung no. 7 Malang, maka gedung yang beru (Jl.

Bandung No. 7 Malang) segera ditempati, begitu pula pada PGAP

4 tahun ikut pindah dijalan Bandung No 7 Malang.

95 Sumber: Dokumen MAN 3 Malang.

Page 118: Model Pembelajaran Pai

4. Pada akhir tahun 1958 PGAA Surabaya dipindah ke Malang

dengan nama PGAA II Malang dengan kepala sekolah Ibu Mas’ud

yang kemudian tahun 1959 dipindah ke Dinoyo Malang. pada

tahun 1958/1959 PGAA I dan PGAP 4 tahun dilebur menjadi satu

yaitu PGA Negeri 6 tahun Malang kelas I s/d VI, dengan kepala

sekolah Bapak R.D. Soetario.

5. Pada tahun 1961 s/d 1965 kepala sekolah dijabat Bapak R.

Soemarsono dan tahun 1966 s/d 1978 kepala sekolah Bapak Drs.

Imam Effendi, tahun 1979 s/d 1987 kepala sekolah Bapak Sakat,

tahun 1988 s/d 1990 kepala sekolah Bapak H. Sanusi, tahun 1990

s/d akhir 1991 kepala sekolah Drs. Masdjudin dan Bapak kepala

sekolah Drs. Untuk Saleh menjabat sejak tanggal 16 Desember

1991 S/d September 1993.

6. Pada tanggal 1 juli 1992 dengan surat keputusan menteri agama RI

nomor 42 tahun 1992 PGAN Malang dialih fungsikan menjadi

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Malang III dengan kepala sekolah

Drs Untung Saleh.

7. Dan pada tanggal 16 Juni 1993 dengan surat keputusan direktorat

jendral pembinaan kelembagaan agama islam No. E./55/1993,

MAN Malang diberi wewenang untuk menyelenggarakan

Madrasah Aliyah Program Khusus.

8. Pada tanggal 30 September 1993 kepala sekolah dijabat oleh Bapak

Drs. H. Khusnan A, sampai dengan tanggal 31 Mei 1998.

Page 119: Model Pembelajaran Pai

9. Pada tanggal 20 Februari 1998 dengan surat keputusan Direktorat

Jendral pembinaan kelembagaan agama Islam no.

E.IV/Pembinaan.00.6/KEP/17.A/1998 ditunjuk sebagai MAN

model dengan kepala sekolah Drs. H. Kusnan A.

10. Pada tanggal 1 Juni 1998 Kepala sekolah MAN 3 Malang dijabat

Oleh Bapak Drs. H Munandar menjabat sampai dengan tanggal 20

september 2000.

11. Pada tanggal 20 september 2000 kepala sekolah MAN 3 Malang di

jabat oleh Bapak Drs. H. Abdul Djalil, M.Ag S.D 30 April 2005.

12. Bpk. Drs. Imam Sujarwo.M.Pd 02 Mei 2005- Sekarang.96

2. Mandat dan Nilai Keunggulan MAN 3 Malang97

A. Mandat MAN 3 Malang:

1. Mengemban amanah sebagai sekolah umum yang berciri khas

Islam.

2. Mengemban amanah sebagai madrasah model.

3. Mengemban amanah sebagai madrasah yang mengembangkan

kemampuan akademik, non-akademik, dan akhlaq karimah.

B. Nilai keunggulan MAN 3 Malang:

1. Keimanan

2. Kebenaran

3. Kebaikan

4. Kecerdasan

96 Sumber: Dokumen MAN 3 Malang. 97 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 120: Model Pembelajaran Pai

5. Kebersamaan

6. Keindahan

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah98

Upaya untuk merealisasikan amanah dari Departemen Agama sekaligus

kepercayaan masyarakat, MAN 3 Malang telah menetapkan:

A. Visi Madrasah:

Terwujudnya madrasah model sebagai pusat keunggulan dan rujukan

dalam kualitas akademik dan non-akademik serta akhlaq karimah.

B. Misi Madrasah:

1. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan

berkualitas akademik dan non-akademik serta berakhlaq

karimah.

2. Membangun budaya madrasah yang membelajarkan dan

mendorong semangat keunggulan.

3. Mengembangkan SDM madrasah yang kompeten.

4. Mengembangkan sistem dan manajemen madrasah yang

berbasis penjaminan mutu.

5. Menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat, kondusif

dan harmonis.

6. Meningkatkan peran serta dtakeholders dalam pengembangan

madrasah.

98 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 121: Model Pembelajaran Pai

7. Mewujudkan madrasah yang memenuhi standar nasional

pendidikan.

8. Mewujudkan madrasah yang berorientasi pada standar

internasional.

C. Tujuan Madrasah:

1. Terwujud lulusan berkualitas akademik dan non-akademik serta

berakhlaq karimah.

2. Terbangun budaya madrasah yang membelajarkan dalam satu

visi.

3. Terwujud SDM madrasah yang memiliki kompetensi utuh.

4. Terlaksana tata kelola madrasah yang berbasis system

penjaminan mutu.

5. Tercipta dan terpelihara lingkungan madrasah yang sehat,

kondusif, dan harmonis.

6. Terbentuk stakeholders yang mempunyai rasa memiliki

madrasah (school ownership).

7. Tercapai standar nasional pendidikan.

8. Terwujud madrasah yang berorientasi pada standar

internasional.

4. Sumber Daya Manusia MAN 3 Malang

Guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki kompetensi dan

kualifikasi pengetahuan yang memadai, MAN 3 Malang dalam

menyiapkan tenaga pendidik seorang guru memiliki kualifikasi yang

Page 122: Model Pembelajaran Pai

memadai, baik dari standar kompetensi mengajar maupun dari segi

pendidikan. Adapun secara rinci profil guru MAN 3 Malang sebagai

berikut:

a. Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim di

mana saja ia berada.

b. Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan

dedikasi yang tinggi.

c. Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan.

d. Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat

menjadi contoh civitas akademika yang lain.

e. Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru.

f. Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang

tinggi.

g. Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang didasari oleh

niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi.

h. Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah.

i. Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif.

Page 123: Model Pembelajaran Pai

Tabel 4.2 Data guru dan pegawai MAN 3 Malang99

No Guru dan Pegawai

Jenis Kelamin

Pendidikan

L P SLTA D3 S1 S2 S3

1 Guru tetap 39 31 - 1 55 14 -

2 Guru tidak tetap

6 4 - - 9 1 -

3 Pegawai tetap 5 2 5 1 1 - -

4 Pegawai tidak tetap

21 14 24 2 9 - -

Jumlah 71 51 29 4 74 15 -

Kualitas SDM MAN 3 Malang berpengalaman dan kompeten di

bidangnya. Sebagian masih dalam proses studi S2 dan S3, serta

melakukan comparative study dan short course di luar negeri. Dengan

dedikasi dan loyalitas siap mengantarkan siswa menjadi unggul.

5. Kurikulum dan Pembelajaran MAN 3 Malang

A. Keunggulan Kurikulum MAN 3 Malang

1. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam

pengembangan IPTEK dan IMTAQ peserta didik (perpaduan

kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan

Nasional).

2. Mengembangkan Program Kelas MABI (Madrasah Aliyah

Bertaraf Internasional), program kelas akselerasi, program kelas

olimpiade (IMO, ICHO, IBO, IPHO, dan ICTO), kelas bilingual

99 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 124: Model Pembelajaran Pai

dan program kelas reguler.

3. Membangun soft skills dalam bentuk pengembangan nilai-nilai

spiritual dan keterampilan yang didasarkan pada tata nilai

“attitude”.

B. Keunggulan Proses Pembelajaran

1. Adanya team teaching yang merupakan sebuah inovasi

pembelajaran untuk kesuksesan Ujian Nasional dan Ujian

Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

2. Pembelajaran berbasis ICT yang didukung adanya LCD

Projector di setiap ruang kelas yang dilengkapi juga dengan free

hotspot internet access dan intranet untuk mendukung self

learning (belajar mandiri).

3. Adanya intensive class untuk peserta didik yang masih

membutuhkan peningkatan kompetensi.

4. Penerapan strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Aktif,

Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan pola indoor and

outdoor learning yang didukung dengan lingkungan yang asri,

sejuk, nyaman, indah, dan aman.100

C. Keunggulan Fasilitas Pembelajaran

1. Masjid.

2. Digital Library.

3. Computer Laboratory.

100 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 125: Model Pembelajaran Pai

4. Science Laboratory (Biology, Chemistry, Physics, and

Mathematics).

5. Free hotspot area.

6. Internet-web site and Intranet.

7. Multimedia Room.

8. Language Laboratory (English, Arabic, German, Japanese, and

Mandarin).

9. Outdoor Study Area (green house, tribune, and joglo).

10. UKS, unit usaha, dan kantin.

11. PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama).

12. Kamera CCTV.101

D. Keunggulan Pengelolaan

1. Fullday school

2. Boarding school

3. Academic Adviser

6. Kegiatan Pengembangan Diri MAN 3 Malang

Untuk membangun soft skills peserta didik sehingga memiliki

“Attitude (Appreciation, Thought, Team Work, Integrity, Time

Management, Dedication, and Endless Learning) ” melalui berbagai

bentuk kegiatan, antara lain:

a. Badan Dakwah Islam (BDI).

b. KIR, Pramuka, Paskibraka, dan PMR.

101 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 126: Model Pembelajaran Pai

c. Broadcast, English Club (TOEFL), Olympiad Club.

d. Kesenian (Dram, Musik, Lukis, Puisi, Paduan Suara, Karawitan,

Terbang Sholawat, dan Nasyid).

e. Olahraga (Futsal, Football, Volly ball, Basket ball, Badminton, Table

tennis, Lawn tennis, Tae-Kwondo, dan Tapak suci).

7. Prestasi Siswa MAN 3 Malang

Adapun prestasi yang diraih siswa-siswa MAN 3 Malang

diantaranya adalah:

1. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional.

2. Juara I Olimpiade Tingkat Nasional.

3. Juara I Lomba Penulisan Cerita Fiksi Islami Tingkat Nasional.

4. Juara II Lomba Karya Wira Usaha Tingkat Nasional.

5. Juara berbagai lomba siswa di bidang akademik dan non akademik

tingkat Malang Raya, Propinsi, dan Nasional.102

B. Paparan Data Penelitian

MAN 3 Malang yang berlokasi di Jalan Bandung No 7 Malang ini

ditetapkan sebagai salah satu dari beberapa MAN unggulan di Indonesia.

MAN 3 Malang secara berkesinambungan terus berpacu dalam peningkatan

kualitas pelayanan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam rangka mewujudkan

tujuan tersebut dan sejalan dengan program unggulan fullday school,

boarding school, program akselerasi, kelas olimpiade dan kelas bilingual

102 Sumber: Administrasi, Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun pelajaran 2010/2011.

Page 127: Model Pembelajaran Pai

MAN Model Malang ini menyediakan kelas khusus Madrasah Aliyah

Bertaraf Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah.

Sebelum berbicara bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI pada

program MABI berikut akan diuraikan awal mula terbentuknya program

MABI:

Sebelum adanya program kelas MABI adalah program MAPK

(Madrasah Aliyah Program Keagamaan) yang kemudian pada tahun 1998

berubah menjadi MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) dengan sistem

pembinaan di asrama dan menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantarnya.

Kemudian pada tahun 2006 MAK diganti dengan jurusan agama yang sudah

tidak wajib lagi berasrama dan tidak lagi menggunakan pengantar Bahasa

Arab. Dilanjutkan pada tahun 2007 mengikuti program pemerintah dengan

jurusan agama. Namun ternyata animo masyarakat kurang, terbukti pada

tahun ajaran 2007/2008 peminatnya hanya berjumlah empat orang. Hal

tersebut berdasarkan hasil wawancara bersama koordinator program MABI

Bapak Gunawan, MA beliau mengatakan:

“…MABI dulu adalah MAPK “agama” yang berada di bawah naungan Kanwil Jatim. Di Jawa Timur sendiri MAPK ada di dua kota. Untuk putri di Malang dan untuk putra di Jember, dan wajib berasrama. Studi Islamnya menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantarnya. Tahun 1998 MAPK berubah menjadi MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) dengan sistem pembinaan di asrama, tetap menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantar akan tetapi sistem rekruitmen dilakukan oleh madrasah sendiri. Kemudian pada tahun 2006, kebijakan pemerintah MAK diganti dengan jurusan agama yang struktur kurikulumnya sama dengan program A1 pada waktu PGA dulu yang berbeda adalah tidak lagi wajib berasrama dan tidak lagi menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantarnya. Dilanjutkan pada tahun 2007, mengikuti program pemerintah dengan jurusan agama namun ternyata kurang ada peminatnya hanya berkisar empat orang saja. Hal tersebut bisa saja dikarenakan orientasi orang tua masih pada pelajaran umum dan sistem

Page 128: Model Pembelajaran Pai

pembelajaran di jurusan agama pada studi Islamnya (PAI) lebih dangkal daripada MAPK dan MAK. Jadi lebih baik sekalian masuk pesantren yang mempunyai kedalaman studi Islamnya atau masuk sekolah umum/reguler yang mempunyai kedalaman dalam bidang studi pelajaran umum, tidak pada jurusan agama yang pembelajaran PAI (studi Islamnya) lebih dangkal dibandingkan MAPK, MAK, dan pesantren…”.103

Berdasar latar belakang itulah pada tahun ajaran 2008/2009 jurusan

agama diganti dengan program MABI berorientasi timur tengah yang bekerja

sama dengan Sudan. Program MABI merupakan sebuah trend mark supaya

jurusan agama tidak hilang. Dari program MABI tersebut animo masyarakat

mulai tumbuh terbukti melalui penjaringan siswa unggulan (PSU) dan

penjaringan siswa reguler (PSR). Hal ini berdasarkan keterangan dari waka

kurikulum MAN 3 malang Bapak Drs. Mochamad Djasa, sebagai berikut:

“…berubahnya MAK menjadi jurusan agama ternyata berdampak pada animo masyarakat. Peminat jurusan agama pada tahun ajaran 2007/2008 hanya berjumlah empat orang yang sekarang duduk di kelas XII. Dari latar belakang itulah terbentuknya MABI (Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional) berorientasi Timur Tengah yang bekerja sama dengan Sudan yang merupakan trend mark supaya jurusan agama tidak punah. Ternyata respon masyarakat terhadap program ini mulai tumbuh melalui penjaringan siswa unggulan (PSU) dan penjaringan siswa reguler (PSR). Hal tersebut terbukti pada tahun ajaran 2008/2009 terdapat 14 orang siswa dan pada tahun ajaran 2009/2010 terdapat peningkatan jumlah siswa sejumlah 20 orang…”.104

Diharapkan dengan adanya program MABI yang berorientasi timur

tengah ini siswa-siswi MABI dapat memiliki kedalaman Pendidikan Agama

Islam (PAI) dan bilingualnya (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris). Karena

diharapkan output siswa dari MABI dapat melanjutkan studi ke Timur

103 Wawancara bersama koordinator program MABI, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB). 104 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 129: Model Pembelajaran Pai

Tengah khususnya ke Sudan. Senada dengan pernyataan hasil wawancara

bersama koordinator program MABI, sebagai berikut:

“…pada tahun ajaran 2008/2009 jurusan agama diganti dengan dengan program MABI berorientasi timur tengah yang nantinya memiliki kedalaman studi Islam (PAI) dan bilingualnya (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris). Kebijakan sistem pembinaannya dikembalikan seperti MAPK dan MAK dulu khususnya pada pembinaan asrama dan Bahasa Arab sebagai pengantarnya serta memodifikasi dan menambahkan struktur kurikulum Depag dan yang berorientasi timur tengah…”.105

MABI adalah merupakan sebuah produk yang disiapkan untuk adanya

RMBI (Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional) yang kalau pada sekolah

umum bernama RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Dikarenakan

nantinya MABI adalah sebuah program pengusulan rencana RMBI sehingga

kurikulum dan materinya diusahakan mengacu ke kurikulum timur tengah

khususnya yang berorientasi ke Sudan. Oleh karenanya material

pembelajarannya di MABI diupayakan untuk mengacu ke kurikulum Timur

Tengah. Jadi MABI nantinya merupakan bagian dari RMBI. Adanya program

MABI ini salah satunya untuk pemantapan Bahasa Arab sebagai penunjang

pembelajaran program MABI yang berorientasi timur tengah. Namun dalam

pengembangan program tersebut MABI dan RMBI sendiri belum dilegalkan

secara resmi dalam legalitas hukum.

Sebagaimana cuplikan wawancara bersama Bapak Drs. Mochamad

Djasa selaku waka kurikulum sebagai berikut:

“…MABI merupakan produk yang disiapkan untuk adanya RMBI ((Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional) yang kalau pada sekolah yang

105 Wawancara bersama koordinator program MABI, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB).

Page 130: Model Pembelajaran Pai

lain bernama RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Namun MABI sendiri dan RMBI belum dilegalkan secara resmi dalam SK legalitas hukum. Nantinya ijasah dari MAN bisa langsung diterima di timur tengah, sedangkan nantinya pada waktu UNAS (Ujian Nasional), siswa MABI akan diikutkan dengan jurusan agama…”106

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh koordinator program MABI

sebagai berikut:

“…MABI nantinya merupakan bagian dari RMBI. Di MAN 3 bukan hanya terdapat program akselerasi dan MABI saja, namun ada kelas bilingual. Bedanya dengan MABI, kalau kelas bilingual orientasinya ke SAINS dengan bahasa pengantarnya mengarah kepada penggunaan Bahasa Inggris. Namun jika MABI yang berorientasi timur tengah dikhususkan ke pelajaran agama yang mengarah pada Bahasa Arab sebagai pengantarnya…”.107

Hal tersebut dipertegas oleh guru mata pelajaran Siroh Nabawiah

Bapak Miftachul Ula R, Biss beliau mengatakan:

“…MABI sendiri adalah sebuah program pengusulan rencana MBI (Madrasah Bertaraf Internasional) sehingga kurikulum dan materinya diusahakan mengacu ke kurikulum timur tengah khususnya yang berorientasi ke Sudan. Oleh karenanya material pembelajaran di MABI khususnya di mata pelajaran Siroh Nabawiah ini mengacu ke kurikulum timur tengah. Dikarenakan adanya program MABI ini memang untuk pemantapan Bahasa Arab sebagai penunjang program MABI yang berorientasi timur tengah…”.108

1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Mal ang.

Sejalan dengan adanya kelas khusus Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah kurikulum yang

dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikannya di MAN 3 Malang

106 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB). 107 Wawancara bersama koordinator program MABI, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB). 108 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 131: Model Pembelajaran Pai

adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum MAPK

(Madrasah Aliyah Program Keagamaan) dengan KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan). Sebagaimana hasil wawancara bersama

Bapak Drs. Mochamad Djasa selaku waka kurikulum sebagai berikut:

“…kurikulum yang dipakai MABI sendiri adalah adopsi dan modifikasi dari kurikulum MAPK (Madrasah Aliyah Program Keagamaan) yang merupakan penggabungan antara kurikulum di MAPK dulu dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), berbeda dengan kurikulum jurusan agama di KTSP…”109

Berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, bukan saja

adanya kelas khusus Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI)

berorientasi Timur Tengah yang mutlak menjadi faktor untuk

meningkatkan pelayanan dan mutu pendidikan di sekolah, akan tetapi

juga dibutuhkan adanya tenaga ahli maupun tenaga profesional yang

salah satunya adalah tugas pokok waka kurikulum. Adapun tugas pokok

waka kurikulum adalah berusaha mewujudkan lulusan yang berkualitas

dan memiliki kompetensi yang utuh serta berusaha mengembangkan

program dan proses pembelajaran akademik maupun non akademik,

dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) salah satunya adalah kelas khusus Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah tersebut.

Sebagaimana ungkapan waka kurikulum, Bapak Drs. Mochamad

Djasa sebagai berikut:

109 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 132: Model Pembelajaran Pai

“…terkait upaya peningkatan mutu pembelajaran PAI di program MABI ini, saya mengupayakan untuk membuat struktur kurikulum yang diharapkan dapat mengantarkan siswa-siswi di program MABI agar dapat berbahasa Arab berdasarkan struktur kurikulum yang ada. Kemudian pemberdayaan SDM yang diharapkan guru-guru Bahasa Arab dapat menguasai materi PAI begitu pula sebaliknya guru PAI dapat menguasai Bahasa Arab dalam penyampaian materi pelajaran. Untuk ke depannya MAN 3 Malang mengupayakan adanya ma’had yang bukan hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi MABI dan jurusan agama saja namun bagi semua siswa MAN 3 Malang. Ke depannya siswa-siswi MABI jika ingin meneruskan studi ke timur tengah akan mempunyai dua ijasah, ijasah sekolah dan juga ijasah seperti ijasah ma’had. Ijasah ma’had itulah yang dipakai untuk seleksi studi di timur tengah dikarenakan di timur tengah sendiri ujian seleksi masuk diselenggarakan pada bulan Maret. Adanya ijasah ma’had nantinya merupakan lisensi bahwasanya siswa yang bersangkutan dari lulusan MAN 3 Malang…”110

Selain struktur kurikulum yang berperan sebagai salah satu acuan

pembelajaran PAI program MABI, sebuah perencanaan pembelajaran

sebelum pelaksanaan pembelajaran PAI pada kelas program MABI untuk

silabus masih mengacu dari Departemen Agama untuk standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan untuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) formatnya seperti RPP pada program

reguler. Dalam mata pelajaran Adab, RPP yang ada pada mata pelajaran

adab/akhlaq umum pada program reguler seperti halnya pada mata

pelajaran Tafsir. Pada mata pelajaran Siroh Nabawiah RPP yang

digunakan pada kelas X dan XI menyesuaikan dengan mata pelajaran

SKI pada program umum yang hanya diberikan pada kelas XII.

Sebagaimana hasil wawancara bersama Bapak Gunawan, MA

selaku guru mata pelajaran Adab sebagai berikut:

110 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 133: Model Pembelajaran Pai

“…perencanaan pembelajarannya menggunakan silabus dan RPP yang sementara menyesuaikan dengan yang biasanya dipakai pada program reguler…”.111

Hal senada sebagaimana tanggapan guru mata pelajaran Siroh

Nabawiah, sebagai berikut:

“…pada mata pelajaran MABI ini format RPP yang digunakan sementara sama seperti format RPP PAI pada program reguler seperti Qur’an Hadits, Fiqih, dan sebagainya. RPP untuk kelas X dan XI program MABI masih menyesuaikan dengan mata pelajaran SKI pada program reguler yang diberikan hanya pada kelas XII. …”.112

Pernyataan tersebut diperkuat berdasarkan cuplikan wawancara

dengan Bapak Sukardi, S.Ag selaku guru mata pelajaran Tafsir, sebagai

berikut:

“…silabusnya masih mengacu kepada SK-KD (standar kompetensi-kompetensi dasar) dari pusat dengan RPP formatnya seperti pada program reguler…”.113

Terkait dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

kelas MABI secara umum pelaksanaan pembelajarannya sama dengan

kelas reguler yang membedakannya hanyalah terletak pada pengantar

pembelajaran yang menggunakan Bahasa Arab dan buku ajarnya

(modul) sebagian besar berupa kitab-kitab dengan literatur berbahasa

Arab dari timur tengah. Oleh karenanya guru harus berpotensi

mempunyai kemampuan berbahasa Arab dalam proses belajar mengajar

disamping harus menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan.

111 Wawancara bersama guru mata pelajaran Adab, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.30 WIB). 112 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB). 113 Wawancara bersama guru mata pelajaran Tafsir, Bapak Sukardi, S.Ag (Rabu, 17 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB).

Page 134: Model Pembelajaran Pai

Hal tersebut berdasarkan keterangan dari guru mata pelajaran

Siroh Nabawiah Bapak Miftachul Ula R, Biss, sebagai berikut:

“…karena memang buku pegangan dan buku mata pelajarannya kebanyakan berbentuk kitab dengan rujukan berbahasa Arab maka pada waktu pembelajaran berlangsung diselingi bahasa Indonesia disamping menggunakan Bahasa Arab. Guru memang harus berpotensi mempunyai kemampuan Bahasa Arab disamping menguasai materi pelajarannya…”.114

Pembelajaran dengan menggunakan sistem tematik adalah salah

satu sistem yang dipergunakan dalam penyampaian materi mata pelajaran

Tafsir, selain menggunakan model active learning dalam

pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan pada mata

pelajaran Tafsir selain dengan metode diskusi kelompok juga dengan

sistem penugasan. Untuk menunjang pembelajaran selain menggunakan

LCD, sumber-sumber belajar seperti Al-Qur’an dan terjemahannya

menjadi media yang biasa digunakan. Adanya tugas-tugas, ulangan

harian yang dilakukan tiap tiga judul tema pembahasan serta ulangan

blok yang dikoordinir oleh sekolah menjadi alat evaluasi yang

dipergunakan mata pelajaran tersebut.

Sebagaimana wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama

Bapak Sukardi, S.Ag selaku guru mata pelajaran Tafsir, sebagai berikut:

“…mata pelajaran Tafsir ini berkaitan dengan menghafal ayat, memahami arti dan maknanya maka sistem pembelajaran yang digunakan biasanya menggunakan sistem tematik. Di dalam satu semester akan saya tuliskan ayat-ayat apa saja yang harus dihafalkan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami ayat-ayat yang mudah terlebih dahulu. Model pembelajarannya menggunakan active

114 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 135: Model Pembelajaran Pai

learning di mana siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan dengan diskusi kelompok maupun sistem penugasan, sistem drill jarang dilakukan karena akan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. Adapun untuk menunjang pembelajaran selain LCD, sumber-sumber belajar seperti Al-Qur’an dan terjemahannya menjadi media yang biasanya digunakan. Evaluasi pembelajarannya dengan adanya tugas-tugas, ulangan harian serta ulangan blok yang dikoordinir sekolah. Ulangan harian biasanya saya lakukan tiap per tiga judul tema pembahasan…”.115

Jika dalam pembelajaran Adab, metode pembelajaran yang

digunakan adalah diskusi, tanya jawab dan juga sistem moving class

dengan pembelajaran di outdoor. Pendekatan klasikal, pendekatan

personal dari teman dengan belajar bersama ataupun dengan pendekatan

personal dari guru sendiri merupakan strategi yang digunakan untuk

mengatasi kesulitan siswa dalam belajar mata pelajaran Adab. Evaluasi

yang digunakan dengan melakukan ulangan harian, ulangan blok dan

ulangan semester serta ujian lisan tanya jawab terkait Al-Qur’an dan

Hadits.

Sebagaimana ungkapan dari guru mata pelajaran Adab, beliau

mengatakan:

“…pembelajaran biasanya mengacu kepada RPP yang telah saya buat. Buku pegangannya selain dari Depag juga dari timur tengah. Adapun metode pembelajaran yang digunakan seperti diskusi, tanya jawab dan terkadang juga diselingi dengan moving class belajar di outdoor. Dalam mata pelajaran Adab ini awalnya biasanya saya menuliskan mufrodat dari tema, membacakan kitab dan menjelaskan materi tersebut dari yang umum atau per paragraf. Jika ada siswa-siswi MABI yang menemui kesulitan dalam memahami mata pelajaran maka biasanya saya terapkan pendekatan klasikal, pendekatan personal dari teman dengan belajar bersama ataupun dengan pendekatan personal dari guru sendiri. Evaluasinya denga ulangan harian, ulangan blok dan

115 Wawancara bersama guru mata pelajaran Tafsir, Bapak Sukardi, S.Ag (Rabu, 17 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB).

Page 136: Model Pembelajaran Pai

ulangan semester, di samping ada ujian lisan tanya jawab tentang Al-Qur’an dan Hadits…”.116

Dalam mata pelajaran Siroh Nabawiah metode yang

dipergunakan mengarah pada metode problem solving dimana siswa

dituntut dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan baik secara

individu maupun kelompok. Active learning adalah model pembelajaran

yang dipergunakan. Guru hanyalah bertindak sebagai fasilitator, siswa

yang aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk menunjang mata

pelajaran Siroh Nabawiah ini berusaha memaksimalkan media LCD

yang ada di tiap kelas dalam pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi

pembelajarannya dari UTS dan UAS. UTS sendiri diambil dari ulangan

harian dan tugas-tugas kelompok maupun individu. Keaktifan siswa

dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru serta sikap yang baik

dalam kehidupan sehari-hari merupakan kriteria penilaian tersendiri.

Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan hasil wawancara

bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss selaku guru mata pelajaran Siroh

Nabawiah, sebagai berikut:

“…model pembelajaran yang saya gunakan lebih cenderung pada active learning di mana siswa yang aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Biasanya diarahkan pada metode problem solving, di mana siswa dapat berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan terkait materi yang diajarkan. medi yang digunakan memakai LCD yang biasanya saya putar adalah film-fil berbahasa Arab dengan native speaker…”.117

116 Wawancara bersama guru mata pelajaran Adab, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.30 WIB). 117 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 137: Model Pembelajaran Pai

Pada mata pelajaran Siroh Nabawiah RPP yang digunakan pada

kelas XI menyesuaikan dengan mata pelajaran SKI yang diperuntukkan

pada kelas XII program umum dalam langkah-langkah pembelajaran dan

metode pembelajaran yang dipakai. Dalam RPP SKI kelas XII diuraikan

dalam langkah-langkah pembelajaran mengarah kepada model

pembelajaran active learning senada dengan hasil observasi yang

dilakukan peneliti pada pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Siroh

Nabawiah. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kegiatan inti yang

dijabarkan dalam RPP sebagaimana terlampir.

Siswa diajak untuk menemukan sendiri jawaban atas

permasalahan yang diberikan oleh guru dengan cara metode inkuiri

(sebagaimana terlampir) dan mendorong siswa untuk memperdalam

materi terkait dengan apa yang diajarkan oleh guru, dapat dikatakan

penggunaan metode information research sebagai salah satu metode

yang ada pembelajaran active learning sudah dapat diterapkan pada mata

pelajaran Siroh Nabawiah tersebut. Adapun untuk mata pelajaran Adab

dan Tafsir walaupun masih belum ada perangkat pembelajaran berupa

RPP namun dalam proses pembelajaran di kelas pada hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model pembelajaran aktif

pada siswanya.

Dalam proses pembelajaran interaksi yang terjalin antara guru

dan murid sangatlah berperan penting. Pembelajaran akan berjalan sesuai

dengan yang diharapkan jika dalam proses belajar mengajar terdapat

Page 138: Model Pembelajaran Pai

kerjasama yang baik antara pendidik dengan peserta didik dengan

terjalinnya suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat dicapai

hasil pembelajaran yang efektif dan efisien. Begitu pula dalam cara

penyampaian materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik pada pesera

didik yang akan berpengaruh pada transfer of knowledge peserta didik.

Sebagaimana cuplikan wawancara dengan Ahmad Azir kelas XI MABI,

sebagai berikut:

“…pada waktu mata pelajaran Tafsir, ustadnya enak, sabar, tapi terkadang juga terbawa dengan teman-teman. Kesulitan belajar di MABI selain dari pembekalan bahasa asing saya yang kurang juga karena harus banyak menghafal…”.118

Kemudian jawaban tersebut dipertegas dengan kutipan

wawancara dengan Farisca Eka Rosalina kelas XI MABI, sebagai

berikut:

“…pembelajaran Adab menyenangkan karena ustadnya melihat kemampuan siswa disamping juga disiplin. Selalu menyemangati kita untuk tetap terlatih dengan mengguankan Bahasa Arab. Namun kesulitan saya jika harus menghafal Al-Qur’an dan Hadits walaupun itu kadang tidak sesulit yang dibayangkan…”.119

Hal senada juga disampaikan oleh Rafiqa Azmi kelas XI MABI

dengan mengatakan bahwa:

“…pada waktu mata pelajaran Siroh Nabawiah pembelajarannya menarik, pemahaman ke murid tentang materi yang disampaikan dapat dicerna oleh kita dan yang paling kita sukai pelajaran ini adalah ada cerita-ceritanya. Namun biasanya sulit untuk menghafal tahun-tahun sejarah dan sebagainya, biasanya untuk mengatasinya suka belajar dengan teman-teman…”.120

118 Wawancara bersama Ahmad Azir kelas XI MABI (Sabtu, 13 Maret 2010, Pukul 10.05 WIB). 119 Wawancara bersama Farisca Eka Rosalina kelas XI MABI (Senin, 15 Maret 2010, Pukul 09.55 WIB). 120 Wawancara bersama Rafiqa Azmi kelas XI MABI (Selasa, 16 Maret 2010, Pukul 09.45 WIB).

Page 139: Model Pembelajaran Pai

Dari keterangan yang dipaparkan di atas jelas walaupun adanya

kesulitan yang dihadapi oleh siswa MABI dalam proses pembelajaran,

menjadi pemicu tersendiri bagi siswa dan para pengajar di dalam kelas

MABI tersebut untuk dapat mengefektifkan pembelajaran melalui

memaksimalkan potensi siswa di dalam kelas maupun di asrama.

Pembinaan dalam segi bahasa maupun dalam pendalaman bidang

Pendidikan Agama Islam (islamic study). Bagi siswa sendiri belajar

bersama dengan kelompok di kelas maupun di asrama, yang memang

sudah terbiasa dengan kebersamaan dalam kelompok merupakan hal

yang dirasakan cukup efektif untuk membantu menyelesaikan kesulitan

belajar yang dialami.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI) di MAN 3 Malang.

Suatu program yang telah dicanangkan tidak akan bisa berjalan

ataupun berhasil secara maksimal jika tidak tersedia faktor pendukung.

Begitu pula pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI). Pembelajaran pada

hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri

Page 140: Model Pembelajaran Pai

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Bersamaan dengan ini peneliti melakukan wawancara bersama

waka kurikulum berkenaan dengan faktor pendukung dari pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program MABI, sebagai berikut:

“…struktur kurikulumnya sudah siap, sarana prasarana yang sudah memadai, diantaranya sudah terdapatnya asrama sebagai penunjang pembelajaran siswa MABI khususnya, selain itu siswa MABI sendiri kebanyakan sudah menguasai Bahasa Arab secara aktif jadi dapat menunjang pembelajaran. Adanya kamera CCTV pada tiap kelas yang dipergunakan untuk peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran melalui monitoring kamera CCTV. Disamping itu adanya dukungan masyarakat terhadap program MABI ini menjadi pendukung tersendiri…”.121

Berkaitan dengan pernyataan tersebut peneliti juga melakukan

wawancara bersama Bapak Sukardi, S.Ag selaku guru mata pelajaran

Tafsir yang menyebutkan bahwa:

“…adanya struktur kurikulum, sarana prasarana yang memadai yang meliputi fasilitas perpustakaan, LCD pada tiap kelas serta adanya free hot spot area serta dibantu dengan pembelajaran di asrama yang di dalamnya sudah terbiasa terjalin kebersamaan kelompok…”.122

Ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran yang

memadai menjadi poin pendukung tersendiri dalam pelaksanaan

pembelajaran program MABI di samping kemampuan siswa MABI yang

secara aktif dapat menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar

di samping penggunaan Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan

pembelajaran program MABI. Sebagaimana hasil wawancara bersama

121 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB). 122 Wawancara bersama guru mata pelajaran Tafsir, Bapak Sukardi, S.Ag (Rabu, 17 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB).

Page 141: Model Pembelajaran Pai

koordinator program MABI, beliau mengatakan:

“…selain sudah adanya fasilitas yang memadai serta ketersediaan referensi, output lulusan MAN 3 Malang yang sudah banyak yang berhasil, SDM yang memadai khususnya mata pelajaran islamic study baik dari segi kapasitas dan kualitas, SDM dari luar sekolah yang kapabilitas ikut membantu khususnya pada ekstrakurikuler program MABI yaitu ekstra kaligrafi, tahfidz dan qiro’ah serta sudah adanya “nama” sekolah di masyarakat menjadi faktor pendukungnya selain juga karena anak-anak di MABI mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar dan adanya pembinaan bahasa di asrama menjadi poin tersendiri …”.123

Kemudian jawaban tersebut dipertegas dengan cuplikan

wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata

pelajaran Siroh Nabawiah, sebagai berikut:

“…siswa di MABI sendiri kemampuan berbahasa Arabnya rata-

rata sudah cukup memadai dikarenakan di asrama sudah terdapat pelajaran tambahan jadi guru hanya tinggal memaksimalkan kemampuan bahasa mereka berdasarkan pengalaman mereka ketika mereka di drill di asrama, kemudian adanya LCD di tiap kelas, siswa sudah banyak yang memiliki laptop sebagai penunjang pembelajaran serta komunitas MABI yang berbeda dengan reguler entah dari segi kedisiplinan dan ketawadhu’annya…”.124

Mengenai faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam program MABI adalah salah satunya faktor

legalitas hukum. Belum adanya legalitas hukum berupa SK dari pusat

terkait program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI). Yang nantinya

MABI adalah merupakan bagian dan produk dari Rintisan Madrasah

Bertaraf Internasional (RMBI) sendiri. Kompetensi guru yang dalam

123 Wawancara bersama koordinator program MABI, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB). 124 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB).

Page 142: Model Pembelajaran Pai

penguasaan bahasa Arab sebagai pengantar pembelajaran PAI program

MABI masih kurang maksimal menjadi penghambat tersendiri. Di

samping kemampuan diantara peserta didik yang tidak sama antara yang

satu dengan yang lain.

Sebagaimana hasil wawancara bersama Bapak Mochamad Djasa

selaku waka kurikulum, sebagai berikut:

“…sarana prasarana yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan, kompetensi guru yang masih kurang maksimal serta legalitas hukum melalui SK dari pusat terkait program kelas MABI belum diakui secara hukum…”.125

Hal tersebut senada dengan pernyataan dari hasil wawancara

bersama guru mata pelajaran Tafsir Bapak Sukardi, S.Ag sebagai

berikut:

“…penghambatnya diantaranya kemampuan beberapa siswa yang masih lemah serta kompetensi guru yang masih kurang memadai karena harus menguasai Bahasa Arab dalam mengajar…”.126

Keterbatasan literatur berbahasa Arab serta penjaringan siswa

MABI yang kurang selektif juga menjadi penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program MABI. Disamping

minoritas siswa MABI di sekolah yang mengakibatkan psikologis siswa

menjadi minder. Hal tersebut dibuktikan dengan wawancara yang

dilakukan peneliti bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss selaku guru

mata pelajaran Siroh Nabawiah, sebagai berikut:

125 Wawancara bersama Waka Kurikulum, Bapak Mochamad Djasa (Kamis, 11 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB). 126 Wawancara bersama guru mata pelajaran Tafsir, Bapak Sukardi, S.Ag (Rabu, 17 Maret 2010, Pukul 10.00 WIB).

Page 143: Model Pembelajaran Pai

“…penghambat pembelajarannya diantaranya keterbatasan literatur Bahasa Arab yang tidak hanya dari satu atau dua buku saja. Kemudian media yang terbatas khususnya di mata pelajaran Siroh Nabawiah ini yang berupa CD tentang sejarah Islam dan tidak semua siswa-siswi masuk program MABI atas kemauan sendiri, ada yang karena dipaksa orang tuanya…”.127

Sebagaimana diperjelas dengan kutipan wawancara bersama

Bapak Gunawan, MA selaku guru mata pelajaran Adab dan koordinator

program MABI, beliau mengatakan:

“…penjaringan siswa MABI dalam sistem kurang selektif, proses sosialisasi dan berbaurnya anak MABI dan reguler masih kurang dan minoritas siswa MABI di sekolah yang terkadang menghambat psikologis siswa (minder) kemampuan yang tidak sama diantara peserta didik serta tidak semua model dan strategi dapat diterapkan di semua pembelajaran…”.128

Dari paparan di atas, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI), faktor pendukung dan

faktor penghambat yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

program tersebut dapat dijadikan sebuah pemicu agar dapat menjadi

motivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran

yang tidak hanya dari segi sarana prasarana namun juga dari segi input

siswa dan kompetensi sumber daya manusianya. Sehingga dapat

memberikan kualitas pelayanan pendidikan yang terbaik dan dapat

meningkatkan kompetensi siswa yang kompetitif.

127 Wawancara bersama Bapak Miftachul Ula R, Biss, selaku guru mata pelajaran Siroh Nabawiah, (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 09.00 WIB). 128 Wawancara bersama guru mata pelajaran Adab, Bapak Gunawan, MA (Jum’at, 12 Maret 2010, Pukul 10.30 WIB).

Page 144: Model Pembelajaran Pai

C. Temuan Penelitian

Setelah data penelitian dipaparkan di bagian paparan data penelitian,

maka dapat disampaikan mengenai temuan penelitian yang merupakan hasil

dari observasi, wawancara dan dokumentasi, yaitu: Pertama, pelaksanaan

pembelajaran program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) adalah jika

ditinjau dari segi kurikulum, sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sebagai salah satu syarat indikator kinerja kunci minimal

pada penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada segi

kurikulumnya. Sedangkan pada indikator kinerja kunci tambahan, sistem

administrasi akademik sudah berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) dengan contoh pendaftaran siswa baru dapat dilakukan dengan cara

online dan adanya intranet untuk mendukung self learning (belajar mandiri).

Indikator-indikator kinerja kunci minimal dan kunci tambahan yang lain

sebagaimana diuraikan pada Bab 2 tentang kurikulum dan proses

pembelajaran Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional belum sepenuhnya

diterapkan. Sedangkan dalam segi proses pembelajaran pada indikator kinerja

kunci tambahan penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

indikator kinerja kunci tambahan yang menyebutkan tentang “…menerapkan

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada semua mata

pelajaran…” sudah diterapkan di MAN 3 Malang terutama pada kelas

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) karena pada tiap kelas sudah

didukung adanya LCD projector yang juga dilengkapi dengan free hotspot

internet access. Sedangkan pada model proses pembelajaran diperkaya

Page 145: Model Pembelajaran Pai

dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara maju/anggota

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Sudan

sebagai orientasi dari program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI)

belum merupakan anggota dari Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD). Dalam segi penilaian pada Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional dari indikator kinerja kunci tambahannya belum mengacu pada

model penilaian sekolah unggul dari negara anggota Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) dan/atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan.

Kedua, faktor pendukung dari pelaksanaan program Madrsah Bertarf

Internasional (MABI) adalah ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana

pembelajaran yang memadai menjadi poin pendukung tersendiri di samping

kemampuan siswa MABI yang secara aktif dapat menggunakan Bahasa Arab

sebagai bahasa pengantar di samping penggunaan Bahasa Indonesia dalam

pelaksanaan pembelajaran program MABI.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah salah satunya faktor legalitas

hukum. Belum adanya legalitas hukum berupa SK dari pusat terkait program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI). Yang nantinya MABI adalah

merupakan bagian dan produk dari Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional

(RMBI) sendiri. Kompetensi guru yang dalam penguasaan bahasa Arab

sebagai pengantar pembelajaran PAI program MABI masih kurang maksimal

menjadi penghambat tersendiri. Di samping kemampuan diantara peserta

didik yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Keterbatasan

Page 146: Model Pembelajaran Pai

literatur berbahasa Arab serta penjaringan siswa MABI yang kurang selektif

juga menjadi penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam program MABI. Disamping minoritas siswa MABI di sekolah yang

mengakibatkan psikologis siswa menjadi minder.

Page 147: Model Pembelajaran Pai

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Mal ang.

Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai suatu upaya untuk membelajarkan

peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar

dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk

kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun

mempelajari Islam sebagai pengetahuan.

Mengingat keragaman latar belakang dan karakteristik peserta

didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses

pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan

memenuhi standar. Pelaksanaan proses pembelajaran pada setiap satuan

pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, seperti yang terkandung

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang

Page 148: Model Pembelajaran Pai

standar proses. Oleh karenanya pelaksanaan proses pembelajaran perlu

direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara

efektif dan efsien.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di MAN 3

Malang, terkait dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di kelas program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI)

berorientasi Timur Tengah secara umum pelaksanaan pembelajarannya sama

dengan kelas reguler yang membedakannya hanyalah terletak pada pengantar

pembelajaran yang menggunakan Bahasa Arab dan buku ajarnya (modul)

sebagian besar berupa kitab-kitab dengan literatur berbahasa Arab dari Timur

Tengah. Pada dasarnya adanya program Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional (MABI) adalah dipersiapkan untuk memfasilitasi siswa agar

dapat melanjutkan studi di luar negeri khususnya yang berorientasikan timur

tengah yang mengarah ke Sudan. Adanya pemantapan dalam penggunaan

bahasa Arab sebagai penunjang pembelajaran di kelas, yang nantinya dapat

dipakai siswa program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) jika

ingin melanjutkan studi ke timur tengah sebagai pengantar bahasa

internasionalnya. Oleh karenanya guru harus berpotensi mempunyai

kemampuan berbahasa Arab dalam proses belajar mengajar disamping harus

menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan.

Kurikulum yang dipergunakan program Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional (MABI) ini adalah kurikulum yang dikembangkan dari

kurikulum MAPK (Madrasah Aliyah Program Keagamaan) dengan KTSP

Page 149: Model Pembelajaran Pai

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Selain struktur kurikulum yang

berperan sebagai salah satu acuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI), silabus sebagai

sebuah perencanaan pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam mengacu dari Departemen Agama untuk standar

kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan untuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) seperti pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

program reguler.

Dibutuhkan perencanaan dan rancangan yang matang dalam

memodifikasi variabel-variabel pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

kelas Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) berorientasi Timur

Tengah, agar tercapai output yang berkualitas sesuai dengan tujuan yang telah

dikehendaki. Variabel-variabel itu meliputi kondisi pembelajaran, metode

pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang kondusif

akan sangat membantu bagi kelancaran kegiatan belajar mengajar Pendidikan

Agama Islam di kelas demi pencapaian target secara maksimal.

Begitu juga dengan metode pembelajaran yang variatif dan relevan

dengan kebutuhan siswa, akan sangat membantu dalam mewujudkan

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas secara efektif

dan efisien. Hal itulah yang berusaha diterapkan oleh MAN 3 Malang dalam

mewujudkan pembelajaran yang produktif. Dalam mata pelajaran Adab

misalnya metode pembelajaran yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab

dan juga sistem moving class dengan pembelajaran di outdoor. Pendekatan

Page 150: Model Pembelajaran Pai

klasikal, pendekatan personal dari teman dengan belajar bersama ataupun

dengan pendekatan personal dari guru sendiri merupakan strategi yang

digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar mata pelajaran

Adab. Adapun dalam mata pelajaran Tafsir metode pembelajaran yang

digunakan adalah metode diskusi kelompok dengan sistem penugasan.

Sedangkan dalam mata pelajaran Siroh Nabawiah metode yang dipergunakan

mengarah pada metode problem solving dimana siswa dituntut dapat

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan baik secara individu maupun

kelompok.

Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam (mata pelajaran Adab, Tafsir, dan Siroh

Nabawiah) mengarah kepada model pembelajaran aktif (Active learning).

Guru hanyalah bertindak sebagai fasilitator, siswa yang berperan aktif dalam

proses belajar mengajar dengan memanfaatkan media dan sarana prasarana

yang ada. Proses aktifitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan

menggunakan proses kerja otak untuk menemukan konsep dan memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan

mental dan melatih keterampilan fisiknya.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan

metode-metode penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespon dan menerima pelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Karena

Page 151: Model Pembelajaran Pai

itu, penataan strategi penyampaian perlu menerima serta merespon masukan

maupun pendapat siswa. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup

lingkungan fisik, guru atau orang, bahan-bahan pembelajaran, dan kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain. Dengan perkataan

lain, media pembelajaran merupakan suatu komponen penting dan menjadi

kajian utama dalam strategi tersebut. Strategi penyampaian ini berfungsi

sebagai penyampai isi pembelajaran kepada siswa dan menyediakan

informasi yang diperlukan untuk menampilkan unjuk kerja.

Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup semua

sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media

pembelajaran dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan perantara atau

medium untuk dimuati pesan nilai-nilai pendidikan agama yang akan

disampaikan kepada siswa. Interaksi peserta didik dengan media berarti

bagaimana peran media pembelajaran dalam merangsang kegiatan belajar

peserta didik. Media bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi,

projector, orang atau alat dan bahan-bahan cetak lainnya.

Pengoptimalan media pembelajaran di tiap kelas dengan

menggunakan LCD diterapkan MAN 3 Malang dalam pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada kelas Madrasah

Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) berorientasi Timur Tengah.

Diharapkan dengan adanya pengoptimalan media pembelajaran tersebut dapat

memberikan manfaat dalam kegiatan pendalaman, pemahaman dan sekaligus

pengalaman agama akan dapat diupayakan dengan maksimal. Media juga

Page 152: Model Pembelajaran Pai

dapat memberikan pengaruh motivasional yang berbeda pada siswa.

Perbedaan tersebut terkait dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda.

Penggunaan media LCD sebagai penunjang pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI)

menjadi cara agar dapat membantu siswa memvisualisasikan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam walaupun tidak secara maksimal dapat

dilaksanakan. Seperti pada mata pelajaran Siroh Nabawiah misalnya

seringkali diputar film-film berbahasa Arab dengan native speaker untuk

membantu siswa memahami pelajaran tersebut dengan dibantu media dalam

pembelajarannya.

Evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI)

diambil dari nilai hasil UTS, UAS, ulangan harian, tugas-tugas yang

diberikan oleh guru dan dari ulangan blok yang dikoordinir oleh sekolah.

Disamping penilaian dari ujian lisan, sikap siswa dan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran di kelas. Seperti pada mata pelajaran Tafsir adanya

tugas-tugas, ulangan harian yang dilakukan tiap tiga judul tema pembahasan

serta ulangan blok yang dikoordinir oleh sekolah menjadi alat evaluasi yang

dipergunakan mata pelajaran tersebut. Pada mata pelajaran Adab evaluasi

yang digunakan dengan melakukan ulangan harian, ulangan blok dan ulangan

semester serta ujian lisan tanya jawab terkait Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan dalam mata pelajaran Siroh Nabawiah evaluasi pembelajarannya

dari UTS dan UAS. UTS sendiri diambil dari ulangan harian dan tugas-tugas

Page 153: Model Pembelajaran Pai

kelompok maupun individu. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan dari guru serta sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari

merupakan kriteria penilaian tersendiri.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Program Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI) di MAN 3 Malang.

Segala sesuatu yang direncanakan atau program apapun yang

dijalankan tanpa didasari dengan adanya faktor pendukung maka hasil yang

akan dicapai tidak bisa didapat secara maksimal. Adpun faktor pendukung

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada program Madrasah

Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) adalah adanya struktur kurikulum

program tersebut, ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran

yang memadai menjadi poin pendukung tersendiri dalam pelaksanaan

pembelajaran program MABI. Sarana prasarana di sekolah yang meliputi

adanya LCD pada tiap kelas serta adanya free hot spot area serta dibantu

dengan pembelajaran di asrama. Selain ditunjang dengan sarana prasarana

yang memadai, faktor penunjang lainnya adalah kemampuan siswa Madrasah

Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) yang secara aktif dapat menggunakan

Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di samping penggunaan Bahasa

Indonesia dalam pelaksanaan pembelajaran program MABI.

Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam program MABI adalah salah satunya faktor legalitas hukum.

Page 154: Model Pembelajaran Pai

Belum adanya legalitas hukum berupa SK dari pusat terkait program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI). Nantinya Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) adalah merupakan bagian dan produk dari Rintisan

Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI). Kompetensi guru yang dalam

penguasaan bahasa Arab sebagai pengantar pembelajaran PAI program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) masih kurang maksimal menjadi

penghambat tersendiri. Di samping kemampuan diantara peserta didik yang

tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Keterbatasan literatur

berbahasa Arab serta penjaringan siswa Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI) yang kurang selektif juga menjadi penghambat pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI). Disamping minoritas siswa Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI) di sekolah yang mengakibatkan psikologis siswa

menjadi minder.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) untuk meminimalisir kemampuan

siswa yang tidak sama, para pendidik berusaha untuk memaksimalkan potensi

dan kemampuan peserta didik dengan berupaya menerapkan metode /strategi

yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Mengefektifkan proses

pembelajaran di kelas di samping pembelajaran di asrama. Entah dalam segi

penggunaan bahasa ataupun dalam pendalaman Pendidikan Agama Islam

(Islamic Study). Sejalan dengan teori kognitif yang menyebutkan bahwa

belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi

Page 155: Model Pembelajaran Pai

lebih dari itu bahwa belajar pada hakikatnya melibatkan proses berpikir yang

sangat kompleks. Belajar adalah usaha mengaitkan pengetahuan baru ke

dalam struktur berpikir yang sudah dimiliki pelajar sehingga membentuk

suatu struktur kognitif baru yang lebih mantap sebagai hasil belajar.

Dalam pandangan teori kognitif Gagne, cara berpikir seseorang

bergantung kepada keterampilan yang dimilikinya serta hierarki prasyarat

belajar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Dalam proses

belajar terdapat dua fenomena yaitu keterampilan intelektual akan meningkat

sejalan dengan meningkatnya umur serta intensitas latihan yang diperoleh

inidividu. Semakin intens intelektual dilatih, semakin meningkat pula

kemampuan dan keterampilan intelektual seseorang. Proses belajar akan lebih

cepat apabila strategi kognitif dapat digunakan dalam memecahkan masalah

secara lebih efisien.

Page 156: Model Pembelajaran Pai

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan

penelitian dan penemuan di lapangan maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam program Madrasah

Bertaraf Internasional (MABI) di MAN 3 Malang adalah secara umum

pelaksanaan pembelajarannya sama dengan kelas regular, yang

membedakannya terletak pada pengantar pembelajaran yang

menggunakan Bahasa Arab dan buku ajarnya (modul) sebagian besar

berupa kitab-kitab dengan literatur berbahasa Arab dari Timur Tengah.

Kurikulum yang dipergunakan program Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional (MABI) ini adalah kurikulum yang dikembangkan dari

kurikulum MAPK (Madrasah Aliyah Program Keagamaan) dengan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Sedangkan metode

pembelajaran yang digunakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

(mata pelajaran Adab, Tafsir, dan Siroh Nabawiah) mengarah kepada

model pembelajaran aktif (Active learning) di samping dengan

pengoptimalan sarana prasarana sebagai penunjang pembelajaran.

Evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada program Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional

Page 157: Model Pembelajaran Pai

(MABI) diambil dari nilai hasil UTS, UAS, ulangan harian, tugas-tugas

yang diberikan oleh guru dan dari ulangan blok yang dikoordinir oleh

sekolah. Disamping penilaian dari ujian lisan, sikap siswa dan keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam program Madrasah Bertaraf Internasional

(MABI) di MAN 3 Malang adalah

a. Faktor pendukung, antara lain:

1) Adanya struktur kurikulum program Madrasah Bertaraf

Internasional (MABI).

2) Adanya sarana prasarana pembelajaran yang memadai yang

meliputi adanya LCD pada tiap kelas serta adanya free hot spot

area serta dibantu dengan pembelajaran di asrama.

3) Kemampuan siswa Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional

(MABI) yang secara aktif dapat menggunakan Bahasa Arab

sebagai bahasa pengantar di samping penggunaan Bahasa

Indonesia dalam pelaksanaan pembelajaran program Madrasah

Aliyah Bertaraf Internasional (MABI).

b. Faktor penghambat, antara lain:

1) Belum adanya legalitas hukum berupa SK dari pusat terkait

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI).

2) Kompetensi guru yang dalam penguasaan bahasa Arab sebagai

pengantar pembelajaran Pendidikan Agama Islam program

Page 158: Model Pembelajaran Pai

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) masih kurang maksimal.

3) Kemampuan diantara peserta didik yang tidak sama antara yang

satu dengan yang lain.

4) Keterbatasan literatur berbahasa Arab.

5) Penjaringan siswa Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) yang

kurang selektif.

6) Minoritas siswa Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) di

sekolah yang mengakibatkan psikologis siswa menjadi minder.

B. Saran-Saran

1. Diadakannya upaya peningkatan dan pembenahan pada sarana penunjang

pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat

segera mendapatkan legalitas hukum berupa SK dari pusat terkait

penyelenggaraan program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI).

2. Penambahan literatur dan referensi tambahan berbahasa Arab sebagai

salah satu penunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam program

Madrasah Bertaraf Internasional (MABI).

3. Pembenahan dan pengoptimalan perangkat pembelajaran seperti adanya

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu

pada kurikulum timur tengah.

4. Bagi penelitian lanjutan diharapkan dapat mengkaji pembelajaran

program Madrasah Bertaraf Internasional (MABI) secara lebih spesifik

pada satu mata pelajaran misalnya atau dapat mengkaji dari sudut

pandang yang lain.

Page 159: Model Pembelajaran Pai

DAFTAR RUJUKAN

Amin, Moh. 1992. Pengantar Ilmu Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Garuda

Buana. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendiidkan

Nasional Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

D Marimba, Ahmad. 1986. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT

Al-Ma’arif. Degeng, I nyoman Sudana. 1993. Buku Pegangan Teknologi Pendidikan, Pusat

Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikti.

Departemen Agama RI. Kurikulum 2004 (Pedoman Khusus Pengembangan

Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Agama.

.1992. Al- Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV.

Asy.Syifa’. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Sistem Penyelenggaraan Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI) Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Pusat

Pengembangan Penataran Guru. DePorter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum

Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Page 160: Model Pembelajaran Pai

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1998. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Haryana, Kir. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusrini, Siti, dkk. 2009. Keterampilan Dasar Mengajar (PPL) Berorientasi Pada

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Lie, Anita. 1999. Metode Pembelajaran Gotong Royong. Surabaya: Citra Media. Majid, Abdul, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.

Bandung: PT remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV Citra Media. . 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. . 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2004. .Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nata, Abuddin. 2006. Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: UIN

Press. Novia, Windy. 2009. .Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Wacana Intelektual

Press. Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003. Pendekatan Kontekstual dan

Penerapannya Dalam KBK. Malang:Universitas Negeri Press. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Page 161: Model Pembelajaran Pai

Sananki, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Modern). Yogyakarta: Safarina Insani Press.

Silberman, Mel. 2004. Terjemahan Dari Active Learning Strategy: 101 Strategies

to Teach Any Subject, Terjemahan: Raisul Muttaqien. Boston: Allyn Bacon.

Somantrie, Hermana. 2007. Sekolah Madrasah Bertaraf Internasional (S/MBI),

dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.

Suemantri, Hermana. 2007. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi

Khusus 1 tahun ke-13. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sukandi, Ujang. 2004. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Supriyoko, Ki. Mewujudkan Madrasah Standar Internasional. Jawa Pos, 20 Juli

2007. Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.

2006. Bandung: Citra Umbara. Yasin, Fatah. 2008. Metodologi Pendidikan Islam. Malang: Pusapom. Zaini, Hisjam, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi.

Yogyakarta: CTSD. Zuhairini dan Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam. Malang: UIN Press. Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.