Agus zamroni pendidikan karakter siswa dalam pembelajaran pai model student teams achievement divisi

22
49 Jurnal At-Tajdid PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION Agus Zamroni * Abstract: In line with the functions and purposes of National Edu- cation, Islamic Education (PAI) learning holds strategic roles in mo- ral and character building. Meanwhile, the quality measurement of Islamic Education learning experience itself is always evolving in tune with the development of religious society demands and the challenges faced in the context of space and time. Cooperative learning’s Students Team Achievement Division (STAD) model, in Islamic Education learning, is developed to achieve at least three particular objectives, i.e., 1) the results of academic learning; cooperative lelarning aims to improve student learning thoroughness to understand difficult concepts. is cooperative learning can be a benefit to low or higher students either to work together and finish the academic tasks. e students of high group will improve others’ academic skills with taking role as tutor. 2) e acceptance of indivi- dual differences; cooperative learning gives opportunities for students from different backgrounds and conditions for mutual cooperation, depend on each other for common tasks, and through the use of co- operative reward sturctures, learn to appreciate each another. 3) de- velopment of social skills; cooperative learning aims to teach students the skills of cooperation and colaboration in the interaction between group members. Keywords: Character, learning model, Student Achievement Teams Division (STAD), Islamic Education learning (PAI) * Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan dan Guru PAI SMAN I Pacitan

description

 

Transcript of Agus zamroni pendidikan karakter siswa dalam pembelajaran pai model student teams achievement divisi

49

Jurnal At-Tajdid

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI

MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Agus Zamroni *

Abstract: In line with the functions and purposes of National Edu-cation, Islamic Education (PAI) learning holds strategic roles in mo-ral and character building. Meanwhile, the quality measurement of Islamic Education learning experience itself is always evolving in tune with the development of religious society demands and the challenges faced in the context of space and time.Cooperative learning’s Students Team Achievement Division (STAD) model, in Islamic Education learning, is developed to achieve at least three particular objectives, i.e., 1) the results of academic learning; cooperative lelarning aims to improve student learning thoroughness to understand difficult concepts. This cooperative learning can be a be nefit to low or higher students either to work together and finish the academic tasks. The students of high group will improve others’ academic skills with taking role as tutor. 2) The acceptance of indivi-dual differences; cooperative learning gives opportunities for students from different backgrounds and conditions for mutual cooperation, depend on each other for common tasks, and through the use of co-operative reward sturctures, learn to appreciate each another. 3) de-velopment of social skills; cooperative learning aims to teach students the skills of cooperation and colaboration in the interaction between group members.

Keywords: Character, learning model, Student Achievement Teams Division (STAD), Islamic Education learning (PAI)

* Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan dan Guru PAI SMAN I Pacitan

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201250

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pendahuluan

Ada kesan yang memprihatinkan bahwa, “peradaban makin maju, tetapi keadaban makin mundur”. Di seluruh penjuru bumi hampir semua orang bangga dan terkesima oleh perkembangan teknologi dan perkem-bangan insfrastruktur, tetapi dibalik itu umat manusia juga ketakutan terhadap makin merosotnya nilai kemanusiaan yang menggejala di de-pan matanya. Umat manusia menjadi cemas dan bersedih oleh perilaku sendiri, dimana-mana terjadi tindakan kekerasan, ketidakadilan, peru-sakan, pembunuhan, kebohongan publik serta berbagai pengingkaran terhadap nilai-nilai mulia. Dengan singkat, manusia telah maju dalam hal pengetahuan (kognitif) tetapi menjadi mundur dalam hal perilaku positif, penghayatan terhadap agama, moralitas (akhlak), hasrat untuk membangun bersama, dan miskin penghargaan terhadap nilai-nilai ke-manusiaan yang diembanya sejak lahir.

Dilihat dari kacamata moral, manusia yang hidup pada era digital ini berada dalam situasi yang cukup mencemaskan. Betapa tidak? Sebagian anggota masyarakat kini tidak bisa lagi membedakan antara membangun dan merusak, susila dan asusila, kejujuran dan kebohongan. Di sekolah-sekolah para guru mengeluh karena para siswa tidak memiliki prilaku positif, tidak lagi menghiraukan sopan santun, dan kurang memiliki rasa tanggung jawab. Di luar sekolah, banyak anggota masyarakat mengeluh karena hukum dan etika tidak ditegakkan, dan tindakan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan merupakan menu sehari-hari yang dinikmati sebagian orang dengan tanpa beban.

Lembaga pendidikan di negeri ini memikul tanggung jawab be-rat karena dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diama-nahkan, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang ber-martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan un-tuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 51

Agus Zamroni

Selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA, yang lebih bersifat verbalistis dan formalistis, atau me rupakan tempelan saja. Metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, pada-hal peserta didik yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang konstektual serta tanpa dibarengi illustrasi konstek sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian, karena intisari dari Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan akhlak (moral dan karakter).

Makalah ini hendak menyajikan gambaran tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA dengan pembelajaran kooperatif tipe Stu dent Teams Achievement Division (STAD) untuk membangun karak-ter siswa.

MeMBangun karakter SiSwa

Trend (kecenderungan) keragaman internal, keragaman struktural dan kemajemukan budaya, menggaris bawahi perlunya upaya inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mampu membentuk ke-salehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial pada diri siswa, sehingga Pendidikan Agama Islam diharapkan jangan sanpai : a) menumbuhkan semangat fanatisme berlebihan, b) menumbuhkan sikap intoleren di ka-langan siswa dan masyarakat Indonesia, c) memperlemah kerukunan hi-dup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional.

Walhasil, Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu mencipta-kan Ukhuwah Islamiyah dalam arti luas yaitu ukhuwah fi al­‘ubudiyah, ukhuwah fi al­ insaniyah, ukhuwah fi al­ wathaniyah wa an­nasab, dan ukhuwah fi ad­din al­ Islam. Masyarakat Indonesia yang pluralistik, dalam arti masyarakat yang serba plural, baik dalam agama, ras, etnis, tradisi, budaya dan sebagainya, adalah sangat rentan terhadap timbulnya perpecahan dan konflik-konflik sosial. Karena itu, agama dalam kehidup-an masyarakat majemuk dapat berperan sebagai faktor pemersatu/inte-gratif, dan dapat pula berperan sebagai faktor pemecah/dis integratif.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201252

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Masyarakat yang plural membutuhkan ikatan keadaban (the bound of civility), yaitu pergaulan antara satu sama lain yang diikat dengan suatu “civility” (keadaban). Ikatan ini pada dasarnya dapat dibangun dari nilai-nilai universal dari ajaran agama. Yaitu bahwa, “Manusia dicipta­kan oleh Allah sebagai makhluk yang terbaik dan termulia” (QS. at-Tin (95): 4)1 serta diciptakan dalam kesucian asal (fitrah), sehingga setiap ma­nusia mempunyai potensi benar (QS. al-Isra (17) :70)2 Disisi lain, dijelas-kan sehingga manusia mempunyai potensi salah (QS. an-Nisa’ (4) : 28).3

Pandangan semacam ini akan berimplikasi pada sikap dan perilaku pe-serta didik, yang harus mau mendengarkan dan menghargai pendapat serta pandangan orang lain, tidak berfaham kemutlakan (absolutisme).

Model PeMBelajaran konStruktiviSMe dan kooPeratif

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (fi-losofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecah-kan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melelui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pu-sat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih di-utamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan meng-ingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerap-kan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pengertian pembelajaran kooperatif adalah metode pengajaran di-mana siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen kemampuannya. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain akan mencapai tujuan tersebut.4 Siswa be-

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 53

Agus Zamroni

lajar untuk bersepakat dalam memutuskan suatu masalah dan lebih ber-toleransi atau menghargai pendapat dan perasaan orang lain. Hubungan dengan teman sebaya membuat siswa semakin senang menikmati ba-gian dari proses belajar.

Menurut Lundgren, unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah seba-gai berikut :

Para siswa harus mempunyai persepsi bahwa mereka tenggelam 1. atau berenang bersama;Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam 2. kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, da-lam mempelajari materi yang dihadapi; Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan 3. yang sama; Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama 4. besarnya diantara para anggota kelompoknya; Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan 5. ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok; Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh 6. ketrampilan bekerja sama selama belajar; Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara indivi-7. dual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif;

Dalam teori Piaget dijelaskan beberapa keuntungan dalam pembe-lajaran kooperatif, antara lain:5

Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung 1. tinggi norma-norma kelompok;Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama 2. berhasil;Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan ke-3. berhasilan kelompok; Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan me-4. reka dalam berpendapat;

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201254

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan 5. kognitif yang non-konservatif menjadi konservatif.

Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran atau indikator pencapaian dan me-motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya tahap pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada tabel di bawah ini :

tabel 1 tahapan Pembelajaran kooperatif

faSe tingkah laku guruFase-1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2: menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bacaan

Fase-3: mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar bekerjasama

Fase-4: membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok bela-jar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase-5: evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok

Fase-6: memberi penghargaan Guru memberikan penghargaan atas hasil belajar individu dan kelompok

Terdapat empat tipe dalam pembelajaran kooperatif yang digu-nakan, yaitu Student Teams Achievement Division, Jigsaw, Investigasi Kelompok dan Pendekatan Struktural.

kelebihan dan kelemahan Pembelajaran kooperatif

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keber-hasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 55

Agus Zamroni

teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada kelompok pembelajaran tradisional.

tabel 2Perbedaan Pembelajaran kooperatif dan Pembelajaran tradisional

kelompok Pembelajaran kooperatif

kelompok Pembelajaran tadisional

A. Kepemimpinan bersama A. Satu pemimpin

B. Saling ketergantungan positif B. Tidak ada saling ketergantungan

C. Keanggotaan yang heterogen C. Keanggotaan yang homogen

D. Mempelajari ketrampilan kooperatif

D. Asumsi adanya keterampilan sosial yang efektif

E. Tanggungjawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok

E. Tanggungjawab terhadap hasil belajar sendiri

F. Menekan pada tugas dan hubungan kooperatif

F. Hanya menekan pada tugas

G. Ditunjang oleh guru G. Diarahkan oleh guru

H. Satu hasil kelompok H. Beberapa hasil individu

G. Evaluasi kelompok G. Evaluasi individu

Berdasarkan hasil penelitian Thomson,6 dalam Moh. Nur pembe-lajaran kooperatif mempunyai manfaat sebagai berikut : 1) meningkat-kan pencurahan waktu pada tugas, 2) meningkatkan rasa harga diri, 3) memperbaiki kehadiran, 4) saling memahami adanya perbedaan indi-vidu, 5) mengurangi perilaku yang mengganggu, 6) mengurangi konflik antara pribadi, 7) mengurangi sikap apatis, 8) meningkatkan motivasi, 9) me ningkatkan hasil belajar, 10) memperbesar retensi, 11) meningkatkan kebaikan budi, kepakaan dan toleransi.

Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mem-punyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelom-pok yang tidak aktif. Hal ini akan terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut :

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201256

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Tiap-tiap anggota kelompok bertanggungjawab pada bagian-bagi-1. an kecil dari permasalahan kelompok;Tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruh-2. an. Hal ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok ha-rus benar-benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.

Pembelajaran kooperatif tipe Stad

STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sa ngat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4–5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelom-pok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama.

Menurut Slavin,7 dalam Muh. Nur pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, bela-jar tim, tes atau kuis, skor peningkatan individu dan pengakuan kelom-pok. Lima komponen utama tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pengajaran kelas1.

Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikal.

Belajar dalam tim 2.

Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4 - 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

Tes atau kuis3.

Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorang-an. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggung-

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 57

Agus Zamroni

jawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai ke-suksesan kelompoknya. Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri dari 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir putaran.

Skor Peningkatan Individu4.

Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pembe-rian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan.

tabel 3langkah Pemberian Skor Pembelajaran kooperatif Stad

langkah Perilaku siswa

Langkah 1 Menetapkan skor dasar / BS

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor awal

Langkah 2Menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

Langkah 3 Menghitung skor perkembangan

Hasil yang di dapat siswa dijum-lahkan kemudian dibagi jumlahnya

Keterangan :BS : Base Score / Skor Dasar (A), dapat diperoleh dari

Nilai rata2 Ulangan Harian sebelumnya•Pre-Tes •Nilai Raport sebelumnya•

Skor Kuis : Tes Individu / Pos-Tes (B)B - A : Selisih nilai kuis ( Pos-Tes ) dan BS

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201258

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

tabel 4kriteria Pemberian Skor Pembelajaran kooperatif Stad

kriteria Skor Siswa ( iP )

B – A = -11 dstB – A = -1 s.d -10B – A = 0 B – A = 1 s.d 10B – A = 11 keatas

510152030

Penghargaan Kelompok5.

Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkem-bangan semua anggota kelompok yang ada. Nama kelompok / team dianjurkan diambil dari istilah kompetensi yang dibahas.

Skor kelompok/team : Skor yang ditetapkan Guru Mata Pelajaran

AIP : Average Improvement Point / rata2 IP

AIP = Σ IP kelompokΣ anggota team

aiP yang diperoleh Penghargaan / gelar15 - 1920 - 2425 - 30

GOOD TEAMGREAT TEAMSUPER TEAM

ketuntaSan Belajar

Belajar tuntas merupakan usaha memperoleh pencapaian kepandai-an suatu ilmu secara menyeluruh. Ketuntasan belajar merupakan suatu usaha pencapaian hasil belajar mengajar, melalui proses analisis yang te-lah ditentukan berdasarkan rambu-rambu yang telah disepakati bersama oleh suatu lembaga pendidikan.

Ketuntasan belajar siswa pada kurikulum 2004 ditentukan ber-dasarkan rambu-rambu kurikulum sekolah. Sekolah dapat menentu-kan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) merupakan tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa permata pelajaran. Siswa mengala-

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 59

Agus Zamroni

mi ketuntasan belajar bila mencapai standar ketuntasan belajar minimal yang sudah ditentukan oleh sekolah tersebut.

Penetapan SKBM tentunya mempunyai tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa. Penetapan SKBM bertujuan untuk menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa, dan menjadi Patokan / acu-an / dasar menentukan kompeten siswa. Sedangkan manfaatnya adalah sebagai sekolah / guru / siswa yang memiliki patokan yang jelas dalam menentukan ketuntasan, dan adanya keseragaman batas ketuntasan se-tiap mata pelajaran kelas paralel.

contoh Penelitian Pendidikan karakter SiSwa dalaM PeM-

Belajaran Pai Model student teams aChieVement diVi Cion

Untuk memudahkan memahami pembelajaran kooperatif mo-del STAD ini, maka dalam tulisan ini akan diberikan contoh penelitian yang dilakukan di SMAN I Pacitan kelas X pada tahun 2010.8 Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilakukan da-lam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 4 jam pelajar an untuk pokok bahasan sebagai berikut : materi pembelajaran siklus 1 tentang Membiasakan perilaku terpuji dan materi pembelajar-an siklus 2 tentang menghindari perilaku tercela. Pada tiap Siklus ter-diri atas 4 tahap, yaitu : 1) Rancangan, 2)Kegiatan dan Pengamatan, 3) Refleksi, 4) Revisi.

Pada siklus 1, perencanaan yang dilakukan adalah 1) menyiapkan si-labus, 2) menyiapkan skenario pembelajaran (RP), 3) menyiapkan ma teri pelajaran, 4) menyiapkan lembar kegiatan siswa (LKS 1), 5) menyi apkan soal tes hasil belajar (Pos-Tes I), dan 6) menyiapkan lembar pengamatan untuk pengelolaan kelas. Setelah itu pada tahap kegiatan dan pengamat-an dilakukan hal-hal berikut:

Proses pembelajaran siklus I, guru mengaitkan materi pelajaran 1. dengan mengaitkan pengetahuan awal siswa mengenai pengerti-an perilaku terpuji, kemudian guru memotivasi siswa dengan me-nyebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan akhlak mahmudah dan dilanjutkan dengan menyampaikan indikator pencapai an pada siswa.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201260

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi po-2. kok pelajaran dengan menyajikan gambar perilaku terpuji. Pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa kelompok. Setiap ke-3. lompok terdiri dari 4 siswa yang heterogen yaitu laki-laki dan pe-rempuan dengan kemampuan akademik yang berbeda. Membahas jawaban dari semua kelompok dengan salah satu anggo-4. ta kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan guru mengevaluasi.Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran yang dilan-5. jutkan dengan mengerjakan Soal Kuis 1 (tes hasil belajar siklus I) secara mandiri bukan secara kelompok dan guru mengevaluasi. Guru mengumumkan penghargaan pada kelompok yang telah ber-6. aktivitas baik dan memahami materi adab dalam berpakaian, ber-hias, bertamu, dilanjutkan dengan memberi tugas rumah berupa portofolio dengan membuat resume tentang berbagai macam con-toh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, dan ber-tamu, dan memberikan tugas baca atau mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, yaitu mengenai membia-sakan perilaku terpuji dalam berpakaian, berhias, perjalanan, ber-tamu, atau dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut :

Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran1.

Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembe-lajaran.

tabel 5data Pengelolaan Pembelajaran kooperatif Stad

no. aspek yang diamati Skor kategori

III

PersiapanPelaksanaan •Pendahuluan •Menyampaikan indikator pencapaian •Memotivasi siswa •

3

43

Cukup baik

BaikCukup baik

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 61

Agus Zamroni

IIIIV

Menghubungkan pelajaran sekarang •dengan pelajaran terdahulu Kegiatan inti•Menyampaikan materi •Mengatur siswa dalam kelompok •Melatih keterampilan kooperatif •Menyampaikan ide/pendapat •Mendengarkan secara aktif•Berada dalam tugas •Menghargai pendapat orang lain •Mengajukan pertanyaan •Menjawab pertanyaan dan menanggapi •Mengawasi kelompok secara bergantian •Membantu kelompok yang mengalami •kesulitan Membimbing siswa menger-jakan LKS •Memberi resitasi/umpan balik/ evaluasi •Penutup •Membimbing siswa membuat rangkuman •Memberikan penghargaan •Memberikan tugas rumah •

Pengelolaan Waktu Suasana Kelas •Berpusat pada siswa •Siswa antusias •Guru antusias •

3

44

3343433444

4443

344

Cukup baik

BaikBaik

Cukup baikCukup baikBaikCukup baikBaik Cukup baik Cukup baik Baik BaikBaik

BaikBaikBaikCukup baik

Cukup baik BaikBaik

Pada tabel di atas, ada 4 tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: (1) Persiapan, mendapat skor 3 (cukup baik); (2) Pelaksanaan yang mempunyai 3 sub bagian pengamatan yaitu penda-huluan, mendapat skor rata-rata 3 (cukup baik), kegiatan inti mendapat skor rata-rata 3,5 (cukup baik), dan penutup mendapat skor rata-rata 4 (baik); (3) Pengelolaan waktu mendapat skor 3 (cukup baik); dan (4) Suasana kelas mendapat skor rata-rata 3,6 (mengarah ke baik).

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, fase yang mendapatkan skor 3 (cukup baik) adalah persiapan. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa kurang mengerti tentang metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sebagian siswa datangnya terlambat sehingga mereka terke-san kurang siap mengikuti tahap 1.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201262

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok pada Si-2. klus I

tabel 6data nilai Perkembangan individu terhadap nilai kelompok Siklus i

no nama Siswa BS(Pre-test)

kuis (Post test ) (B-a) iP nama

teamSkor team aiP gelar

team

1. Aini Arofah 60 70 10 20

Arrahman 80 17,50 Good Team

2. Ambar Wijayanti 61 71 10 203. Andi Cahyo B 64 74 10 204. Arum Ngesti 71 70 -1 105. Bayu Tri 54 64 10 20

Arrahim 75 17,50 Good Team

6. Dannis Yoan 44 54 10 207. Desi 71 70 -1 108. Dewinta 65 75 10 209. Dian 58 68 10 20

Alwahid 85 17,50 Good Team

10. Dias 71 70 -1 1011. Dita Indra 61 60 -1 1012. Eli R 60 80 20 3013. Fanny 62 62 0 15

Al Majid 70 18,75 Good Team

14. Fendhi 46 56 10 2015. Firman 60 70 10 2016. Hardi 70 80 10 2017. Herlina 72 72 0 15

AlFatah 75 16,25 Good Team

18. Itus Erwin 63 73 10 2019. Khoiri 65 64 -1 1020. Muhammad 54 64 10 2021. Mahrisa 65 75 10 20

Al Aziz 80 18,75 Good Team

22. Maulana 60 60 0 1523. Maya 70 80 10 2024. Mochamad 58 68 10 2025. Normaningsih 53 63 10 20

Al’afwu 90 17,50 Good Team

26. Nurrani F 60 70 10 2027. Nurul S 62 72 10 2028. One Yunita 51 50 -1 1029. Riska Agustin 63 73 10 20

AlQohhar 8030. Rizka Liatmaja 55 65 10 2031. Satrya 55 65 10 2032. Septian 58 68 10 2033. Tamara 59 69 10 20

AlWahab 7034. Tomi 50 50 0 1535. Yayuk 59 69 10 2036. Yuni 60 70 10 20

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 63

Agus Zamroni

Pada siklus I rata-rata nilai Pre-Tes 61,67 dan rata-rata nilai Pos-Tes 67,61 sedangkan nilai perkembangan individu berkisar antara 10-20, dengan nilai kelompok rata-rata 18,05. Siswa kelas X SMA Negeri 1 Pacitan yang berjumlah 36 orang, dibagi menjadi 9 kelompok, ma sing-masing kelompok mempunyai 4 anggota. Pada proses pembelajaran si-klus I, 8 kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok “Good” dan 1 kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok “Great”. Hasil ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus selanjutnya.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa3.

Pada siklus I didapat hasil cukup baik dengan nilai rata-rata Pre-Tes 61,67 dan Pos-Tes 67,61. Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

tabel 7data hasil tes Belajar pada Siklus i

no. karakteristik nilai

1 N (Jumlah Siswa) 36

2 Rata-rata Pretest 61,67

3 Rata-rata Postest 67,61

4 Jumlahsiswayangtuntas≥SKBM 25

5 Jumlah siswa yang belum tuntas < SKBM 11

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 36 siswa yang mendapatkan nilai ≥ SKBM 25 siswa. Jadi pembelajaran Siklus I dari 36 siswa yang 25 siswa tuntas belajarnya.

Selanjutnya pada tahap refleksi diperoleh data bahwa dalam belajar, siswa sudah menerapkan belajar kelompok kooperatif, hal ini dibukti-kan hasil belajar siswa mengalami peningkatan 9,63 %, namun demikian masih ada siswa yang belum memahami pembelajaran kooperatif tipe STAD terutama dalam proses pembentukkan dan kerja kelompok, hal ini berdampak pada keaktifan siswa yang masih banyak diantara mereka bermain sendiri pada saat diskusi kelompok maupun pada saat presen-tasi hasil kerja kelompok.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201264

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Terakhir pada tahap Revisi perlu dilakukan perbaikan pada siklus II nanti, yaitu pertama, perlu adanya sosialisasi sistem penilaian yang di-lakukan oleh guru kepada siswa sehingga siswa siap melakukan pro ses pembelajaran dan berupaya untuk mendapatkan nilai sebaik-baiknya untuk individu maupun kelompoknya. Kedua, guru hendaknya tidak terlalu banyak membimbing siswa yang mengalami kesulitan karena ber dampak kurang baik terhadap siswa yaitu siswa kurang mandiri dan akan bergantung pada penjelasan guru saja.

Pada siklus II, perencanaan yang dilakukan adalah 1)menyiapkan si-labus II, 2)menyiapkan skenario pembelajaran (RP 2), 3)menyiapkan ma-teri pelajaran, 4)menyiapkan lembar kerja siswa (LKS 2), 4)menyiapkan lembar pengamatan pengelolaan kelas, 5)menyiapkan soal tes hasil bela-jar siklus II (Pos-Tes II), 6)memperhatikan refleksi pada siklus I. Setelah itu pada tahap kegiatan dan pengamatan dilakukan hal-hal berikut:

Awal pertemuan ke-II, guru mengaitkan pelajaran dengan meng-1. ingatkan siswa tentang pengertian perilaku tercela kemudian me-motivasi siswa dengan menujukkan contoh-contoh perilaku tercela yang sering dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa mudah mengingatnya. dilanjutkan dengan me nyampaikan indikator pencapaian. Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi po-2. kok pelajaran dengan menunjukkan gambar seseorang yang mela-kukan perbuatan tercela. Guru membentuk kelompok kooperatif seperti pada pertemuan 3. sebelumnya dan mengingatkan pada setiap kelompok untuk ber-aktivitas lebih baik lagi dan maksimal. Pada tahap ini, guru me-minta siswa mengerjakan LKS 2 yaitu tentang menghidari perilaku tercela, sedangkan guru mengamati kegiatan dan memberi bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Membahas jawaban dari semua kelompok Dengan menyuruh salah satu anggota kelompok membacakan 4. hasil diskusi, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan Guru meng evaluasi.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 65

Agus Zamroni

Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran dan dilan-5. jutkan dengan mengerjakan soal Pos-Tes II (tes hasil belajar siklus II) dan Guru mengevaluasi. Guru mengemukakan penghargaan pada kelompok, memberikan 6. tugas rumah dan mempelajari materi berikutnya.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut :

Hasil pengamatan pengelolaan pengajaran1.

Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembela-jaran:

tabel 8data Pengelolaan Pembelajaran kooperatif tipe Stad

no. aspek yang diamati Skor kategori

III

IIIIV

PersiapanPelaksanaan •Pendahuluan •Menyampaikan indikator pencapaian •Memotivasi siswa •Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran •terdahulu Kegiatan inti•Menyampaikan materi •Mengatur siswa dalam kelompok •Melatih keterampilan kooperatif •Menyampaikan ide/pendapat •Mendengarkan secara aktif•

Berada dalam tugas Menghargai pendapat orang lain •Mengajukan pertanyaan •Menjawab pertanyaan dan menanggapi •Mengawasi kelompok secara bergantian •Membantu kelompok yang mengalami kesulitan •Membimbing siswa mengerjakan LKS •Memberi resitasi / umpan balik / evaluasi •Penutup •Membimbing siswa membuat rangkuman •Memberikan penghargaan •Memberikan tugas rumah •

4

444

4444344444434

443

Baik

BaikBaikBaik

BaikBaikBaikBaikCukup baikBaikBaikBaikBaik Baik Baik Cukup baik Baik

BaikBaikCukup baik

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201266

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pengelolaan Waktu •Suasana Kelas •Berpusat pada siswa •Siswa antusias •Guru antusias•

444

Baik BaikBaik

Pada tabel di atas, pengelolaan kelas dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ada yang mengalami peningkatan dan ada yang tetap. Pada bagian pertama yaitu persiapan meningkat menjadi skor 4 (baik). Bagian kedua (pelaksanaan) pada sub bagian pertama yaitu pen-dahuluan meningkat menjadi skor 4 (baik). Pada sub bagian kedua yaitu kegiatan inti hampir keseluruhan aspek yang diamati mendapat skor 4 (baik) kecuali pada aspek menyampaikan ide/pendapat mendapat skor 3 (cukup baik). Pada bagian penutup mendapat skor tetap yaitu 4 (baik). Sedangkan pengelolaan waktu mendapat skor tetap yaitu 3 (cukup baik). Bagian keempat yaitu suasana kelas, skor secara keseluruhan mendapat skor 4 (baik).

Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok Siklus II2.

tabel 9data nilai Perkembangan individu terhadap nilai kelompok Siklus ii

no nama SiswaBS

(Pre-test)kuis

(Pos-test) (B-a) iP

nama team

Skor team

aiPgelar team

1. Aini Arofah 60 70 10 20

Arahman 90 20,00GreatTeam

2. Ambar Wijayanti 62 72 10 203. Andi Cahyo B 73 74 1 204. Arum Ngesti 63 73 10 205. Bayu Tri 59 70 11 30

Arrahim 85 25,00SuperTeam

6. Dannis Yoan 54 65 11 307. Desi 69 70 1 208. Dewinta 75 76 1 209. Dian 75 73 -2 10

Alwahid 95 20,00GreatTeam

10. Dias 65 75 10 2011. Dita Indra 55 65 10 2012. Eli R 68 86 18 3013. Fanny 56 66 10 20

AlMajid 80 17,50GoodTeam

14. Fendhi 55 55 0 1515. Firman 69 69 0 1516. Hardi 70 76 6 20

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 67

Agus Zamroni

17. Herlina 74 74 0 15

Alfatah 70 17,50Good Team

18. Itus Erwin 71 81 10 2019. Khoiri 57 67 10 2020. Muhammad 49 49 0 1521. Mahrisa 65 69 4 20

Al’aziz 75 27,50SuperTeam

22. Maulana 50 67 17 3023. Maya 57 68 11 3024. Mochamad 58 69 11 3025. Normaningsih 65 66 1 20

Al’afwu 80 22,50GreatTeam

26. Nurrani F 63 67 4 2027. Nurul S 64 74 10 2028. One Yunita 49 60 11 3029. Riska Agustin 63 72 9 20

Alqahar 80 20,00GreatTeam

30. Rizka Liatmaja 65 70 5 2031. Satrya 56 65 10 2032. Septian 59 66 7 2033. Tamara 67 67 0 15

Alwahab 80 17,50GoodTeam

34. Tomi 61 61 0 1535. Yayuk 70 72 2 2036. Yuni 60 66 6 20

Pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata nilai Pre-Tes 62,33 dan rata-rata Pos-Tes 69,02 sedangkan nilai perkembangan indi-vidu berkisar 10-30. Peningkatan ini dapat dilihat ada 3 kelompok yang mendapat penghargaan “Good”, 4 kelompok mendapat penghargaan “Great” dan 2 kelompok mendapat penghargaan “Super”.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa 3.

Dari hasil ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

tabel 10data hasil tes Belajar Siswa pada Siklus ii

no. karakteristik nilai

1 N (Jumlah Siswa) 36

2 Rata-rata Pretest 62,33

3 Rata-rata Postest 69,02

4 Jumlahsiswayangtuntas≥SKBM 32

5 Jumlah siswa yang belum tuntas < SKBM 4

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201268

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pada siklus II ini, hasil ketuntasan belajar siswa secara individu da-pat dikatakan memuaskan. Hal ini terjadi karena dari 36 siswa, hanya 4 siswa yang belum mendapatkan ketuntasan belajar.

Selanjutnya pada tahap refleksi diperoleh data bahwa proses Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Siklus II dilihat hasil Pre-Tes dan Pos-Tes terdapat peningkatan hasil belajar siswa 10,73 %, hal ini terjadi karena kelemahan-kelemahan pada Siklus I sudah dapat diatasi de ngan adanya siswa dapat mengatasi permasalahan sendiri tidak tergan-tung pada guru karena aktifitas guru membantu kelompok berkurang. Siswa sudah memahami Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terlihat saat pengelompokkan siswa langsung melakukan diskusi kelompok dan setiap anggota kelompok aktif mengikutinya, pada saat presentasi ber-langsung siswa sangat antusias memperhatikan hasil presentasi teman-nya dengan mengajukan pertanyaan maupun menanggapinya.

Terakhir, pada tahap tindak lanjut (follow up), anak yang belum meng alami ketuntasan belajar (4 Siswa) akan diberikan program per-baikan khusus dengan memberi tugas membuat beberapa kliping ten-tang perilaku terpuji. Sedangkan pada anak yang sudah mengalami ketuntasan belajar (32 siswa) guru akan memberikan program penga-yaan dengan memberi tugas membuat leaflet atau poster tentang peri-laku terpuji dan tercela.

PenutuP

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa model pembela-jaran kooperatif tipe STAD dapat berhasil meningkatkan kualitas pem-belajaran PAI dalam pendidikan karakter siswa sehingga meningkatkan ketuntasan belajar siswa, hal ini dapat dibuktikan dengan :

Inovasi pembelajaran PAI ini meningkatkan kemampuan guru da-1. lam mengelola KBM mengalami peningkatan dari Siklus I, dan Siklus II yaitu dengan nilai rata-rata 3,37 pada siklus I dengan ka-tegori baik menjadi 3,80 (mendekati nilai maksimal 4,00) dengan kategori baik pada Siklus II.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012 69

Agus Zamroni

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu: 2. pada Siklus I, siswa mengalami peningkatan hasil belajar 9,63 % se-hingga siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 25 siswa dan pada siklus II siswa mengalami peningkatan hasil belajar 10,73 % sehingga siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 32 siswa. [ ]

endnoteS

لقد خلقنا اإلنسان يف أحسن تقويم 1

لناهم على كثري من خلقنا تفضيال 2 يبات وفض لناهم يف الب والبحر ورزقناهم من الط منا بن آدم وح ولقد كر

يريد اهلل أن يفف عنكم وخلق اإلنسان ضعيفا 3

4 Ibrahim, Muslimin dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Un Pres Unesa, 2000), hlm. 11

5 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 19 92), hlm. 5.

6 Muh. Nur, Pemotivasian Siswa untuk Belajar, (Surabaya: University Press Unesa , 2001), hlm. 32

7 Muh. Nur, Keterampilan Kooperatif, (Surabaya: Un Pres Unesa, 2000), hlm. 42

8 Penelitian ini dilakukan penulis pada tanggal 19 April 2011untuk siklus I, dan tanggal 24 April 2011 untuk siklus II.

daftar PuStaka

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Mi­lennium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992.

Muhaimin, Kurikulum PAI di Sekolah Umum Antara Harapan dan Tan­tangan, makalah disajikan pada penataran GPAI, 2004.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 201270

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Muslimin dkk., Ibrahim, Pembelajaran kooperatif, Surabaya: University Pres Unesa, 2000.

Nur, Muh., Ketrampilan kooperatif, Surabaya: Un Pres Unesa, 2000._________, Pemotivasian Siswa untuk Belajar, Surabaya: University Press

Unesa, 2001Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajae Mengajar, Jakarta: Bina

Ak sara, 1996Sutarto, Ayu, Budi Pekerti Suatu Tinjauan Filosofis, makalah disajikan

dalam sarasehan budi pekerti, Surabaya, 2004.Wriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan kelas, Bandung: Re-

maja Rosdakarya, 2007.