Model kurikulum dan pengembangnnya
-
Upload
risma-amalia -
Category
Education
-
view
476 -
download
2
Transcript of Model kurikulum dan pengembangnnya
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengembangan Kurikulum PAI”
Dosen Pengampu :
Muhammad Rizal Fuadiy, M.Pd.Si
Oleh :
Risma Riszki Amelia
2013471951
PAI – SMT 3/Sawo
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGANGUNG
Nopember 2014
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “MODEL PENGEMBANGAN
KURIKULUM” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam hingga sampai kepada kita.
Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan
sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini Bapak Muhamad Rizal Fuadiy M.Pd. Si
3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
(PENYUSUN)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Pengertian Model pengembangan kurikulum......................... 3
B. Hubungan kurikulum dan pembelajaran ……...................… 5
C. Jenis – jenis kurikulum ......................................................... 6
D. Macam – macam pengembangan kurikulum ........... …......... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………....... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum sebagai perangkat yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan anak secara paripurna, khususnya kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu dipikirkan pengalaman apa yang
diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan
mempertimbangkan produk yang hendak dicapai, maka dimensi
pengembangannya harus mengikuti pola the how bukan the what, yaitu
bagaimana muatan yang disusun dalam rancangan pendidikan itu mampu
merangkum pengalaman siswa untuk mencapai otonomi intelektuanya, sehingga
memberikan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dalam memecahkan
persoalan baru yang belum pernah diperoleh di sekolah.
Menyimak urgensinya, maka para pengembang kurikulum dalam
menyususn kurikulum memperhatikan dua faktor, yaitu kompetensi terminal dan
relevansi dengan dunia kerja. Kompetensi terminal yang dimaksudkan,
kompetensi untuk mencapai tujuan pendidikan melalui semua aktivitas dan
pemgnalaman belajar sehingga peserta dapat mengembangangkan potensi lewat
pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan di sekolah. Relevansi dengan dunia
kerja dimaksudkan, apa yang dipelajari dibangku sekolah sesuai dengan jenis
lapangan kerja yang dicita-citakan serta selaras dengan bakat dan kemampuannya.
Sebagai rancangan pendidikan, kurikulum dalam pengembangannya
melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang secara langsung ataupun
tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang
dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa, pejabat
pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat lainnya.
Berdasarkan kepentingannya kurikulum dapat dikembangkan dalam berbagai
2
variasi model, tiap model memiliki karakteristik yang spesifik yang tidak dimiliki
oleh model yang lain.
Untuk itulah dalam makalah ini, saya akan sedikit mengulas tentang
model-model kurikulum dan pengembangannya dari berbagai sumber. Semoga
bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari model pengembangan kurikulum ?
2. Apa hubungan antara kurikulum dan pembelajaran ?
3. Apa saja jenis – jenis kurikulum ?
4. Apa saja model – model pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi model pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui hubungan antara kurikulum dan pembelajaran
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum
4. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang
dikembangkan agar dapat tercapai proses belajar mengajar dengan arahan atau
bimbingan sekolah serta anggota stafnya.1
Dalam kamus bahasa Indonesia kata ”pengembangan” secara etimologi
yaitu berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan. 2 Secara istilah, kata
pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau
cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan
terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. 3 Bila setelah mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang
cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan
pengembangan tersebut.
Pengertian pengembangan di atas, berlaku pula dalam bidang kajian
“kurikulum”, kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan
kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan
penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan
terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil
penilaian.4
Menurut pendapat Ahmad dan kawan-kawannya dalam buku
”Pengembangan Kurikulum” Pengembangan kurikulum yaitu suatu proses
1HM. Ahmad Dkk, Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), hal.59.
2Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), hal.538. 3 Hendayat Sutopo, Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.45. 4 A. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina ilmu, 1993), hal.33.
4
yang mengaitkan antara satu komponen kurikulum dan yang lainnya untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik.5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “model” adalah pola, contoh,
acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model
pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk
kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Dengan demikian model pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena
itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses
sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan.6
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang
memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut
akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang
kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan
kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu
langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum.
Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah
alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum
diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal.
Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan
berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.
5HM. Ahmad Dkk, Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), hal.62.
6 Wulan endang, pengembangan Kurikulum.. dalam
http://wulanendang.blogspot.com/2013/04/model-model-pengembangan-kurikulum, diakses pada
hari rabu 5 nopember 2014 pukul 09.00 WIB
5
B. Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan,
saling ketergantungan meskipun keduanya mempunyai posisi yang berbeda.
Dalam bukunya Developing the Curriculum dalam Efendi tahun 2009, Peter F.
Olive menggambarkan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran.
1) Model Dualistic.
Model dualistic dari suatu kurikulum adalah keadaan dimana
kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem terpisah, tidak bertemu.
Perencanaan dan pelaksanaan tidak serasi dan tidak sejalan. Sehingga tidak ada
korelasi yang mengaitkan kedua hal tersebut. Hubungan dapat digambarkan
sebagai berikut :
2) Model Berkaitan
Pada model berkaitan, terdapat hubungan antara kurikulum dan
pembelajaran. Di dalam keterkaitan tersebut, ada bagian essensial yang
terpadu. Model kaitan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut :
3) Model Konsentris
Dalam Model Konsentris, kurikulum dan pembelajaran berhubungan
dengan kemungkinan bahwa kurikulum dapat berada dalam ruang lingkup
pembelajaran atau sebaliknya, dimana pembelajaran dapat pula berada dalam
ruang lingkup kurikulum. Keterlibatan ini terjadi jika salah satu unsur
merupakan subsistem dengan yang lain atau salah satu bergantung dengan yang
lain. Model konsentris tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut :
6
4) Model Sirkuit
Dari keempat model yang dijelaskan oleh Peter F. Olive, Model Sirkuit
adalah model kurikulum yang paling erat korelasinya dengan pembelajaran.
Tidak hanya sekedar terkait atau menyinggung salah satu aspek, namun model
ini menunjukkan hubungan timbal balik antara kurikulum dan pembelajaran.
Keduanya saling berpengaruh. Kurikulum berfungsi memberikan keputusan
tentang pembelajaran, sebaliknya keputusan tentang pembelajaran akan
mempengaruhi peningkatan kurikulum (sesudah dievaluasi).
C. Jenis – jenis kurikulum
a. Separated Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah
satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah berarti kurikulumnya
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai
keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran bentuk kurikulum ini
cenderung kurang memerhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting
adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat
diterima dan dihafal oleh siswa.
b. Correlated Curriculum
7
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah mata pelajaran
dihubungkan antara yang satu dan yang lain sehingga ruang lingkup bahan
yang tercakup semakin luas. kurikulum ini memungkinkan substansi
pembelajaran bisa lebih bermakna dan mendalam dibandingkan dengan mata
pelajaran yang terpisah – pisah. Sebagai contoh, pada mata pelajaran fiqih
dapat dihubungkan dengan mata pelajaran AlQuran dan Hadis.
c. Broad Fields Curriculum
Kurikulum Board Field kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan
Alexander menyebutkan dengan sebutan The Board Field of Subject Matter.
Board Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan pelajaran yang
berhubungan dengan erat. ini memiliki keunggulan di antaranya adalah mata
pelajaran akan semakin dirasakan kegunaanya, sehingga memungkinkan
pengadaan mayta pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan
prinsip dasar generalisasi. Ada pun kelemahannya adalah hanya memberikan
pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran.
Sebagai contoh, sejarah, geografi, ilum ekonomi dan ilmu politik menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Integrated Curriculum
Kurikulm terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian
bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan
memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya
dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ata mata pelajaran. Kurikulum
ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun
secara individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagi sumber balajar,
memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat
melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.
8
D. Macam – Macam Model Pengembangan Kurikulum
a. Model Pengembangan Kurikulum Administratif (the administrative model)
The administrative model atau line staff adalah pengembangan
kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat
keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Dengan
wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor
wilayah pendidikan serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim yang
terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan
perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep
dasar, landasan- landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara
operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn sekuens bahan
pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun
pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru.
Pengembangan kurikulum model administratif tersebut menekankan
kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing. Berhubung pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah,
pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut
sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga
pengajarnya masih rendah.
Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap adanya
perubahan masyarakat, di samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat
seragam secara nasional. Sehingga kadang-kadang melupakan atau
mengabaikan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada tiap daerah.7
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan
diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan
serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat perlu
7Burhan Nurgiyanto, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: BPFEE,
1988), hal.169.
9
juga diadakaan suatu evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-
komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya. Penilaian
menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil
penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik instansi pendidikan tingkat
pusat, daerah, maupun sekolah.
b. Model Pengembangan Kurikulum dari Bawah (The grass roots model)
Model pengembangan grass roots ini merupakan lawan dari model
adminitratif. Inisiatif dan pengembangan kurikulum model yang pertama, yang
digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat
sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem
pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang
bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di
suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Model grass roots
memungkinkan terjadinya kopetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang
lebih mandiri dan kreatif.
Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat Grass Rootsseorang guru,
sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan upaya
pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat
berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.
Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan
guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan
kurikulum model grass roots, akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna
10
dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikum bagi kelasnya.8
Pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah
pengembangan kurikulum secara demokratis, yaitu yang berasal dari bawah.
Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada para
pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para staf
pengajar karena mereka yang tahu terhadap kondisi lapangan dan kemampuan
siswa serta keinginan para orang tua murid di lingkungan sekolah tersebut.
c. Model Pengembangan Kurikulum Sistem Beu’camp (Beauchamp’s system)
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beu’camp
seorang ahli kurikulum. Beu’camp mengemukakan lima hal di dalam suatu
pengembangan kurikulum:9
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
Yakni yang dicakup oleh kurikulum, baik dari tingkat sekolah; kecamatan;
kabupaten; propinsi; ataupun seluruh negara.
2. Menetapkan personalia.
Yakni orang – orang yang mengambil andil dalam penegembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada
pada pusat pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan perguruan tinggi
atau sekolah dan guru-guru, para profesional dalam sistem pendidikan, dan
tokoh masyarakat.
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
8 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Paraktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), hal.163. 9 Ibid, hal.163.
11
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan
tujuan, memilih isi pengalaman belajar, serta kegiaatan evaluasi, dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum)
5. Evaluasi kurikulum.
Mencakup evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain
kurikulum, hasil belajar siswa, dan dari keseluruhan sistem kurikulum.
d. The demonstration model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots).
Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya
sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen
suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas
tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen,
uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di
antaranya adalah :
1. kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses
yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah;
2. perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus
kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda
dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks;
3. hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan
dokumen dan pelaksanaan di lapangan;
12
4. model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta
memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan
dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Model Pengembangan Kurikulum Rogers (roger’s interpersonal relations
model)
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming,
developing, changing) yang mempunyai kekuatan dan potensi untuk
berkembang sendiri. Guru bukan pemberi informasi apalagi penentu
perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar
perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
a) Pemilihan target dari sistem pendidikan
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok intensif.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau
unit pengajaran.
d) Partisispasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Model ini berbeda dengan model-model lainnya yakni tidak ada suatu
perencanaan kurikulum tertulis, tetapi yang ada hanyalah rangkaian kegiatan
kelompok.
f. Model Hilda Taba
Hilda Taba mengikuti cara pengembangan kurikulum yang berlaku secara
umum yang mengikut langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menseleksi pengalaman belajar
13
3. Organisasi bahan kurikulum dan legiatan belajar
4. Evaluasi hasil kurikulum
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba
menganjurkan cara berlainan dengan yang lazim dilakukan dalam
pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru memulai satuan
pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup
jumlah satuan pelajaran yang diujicobakan.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Model pengembangan kurikulum yaitu suatu alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan
mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum.
2. Peter F. Olive menggambarkan hubungan antara kurikulum dengan
pembelajaran dalam empat model, yaitu :
a. Model dualistic
b. Model berkaitan
c. Model konsentris
d. Model sirkuit
3. Jenis – jenis kurikulum
a. Separated Curriculum
b. Correlated Curriculum
c. Broad Fields Curriculum
d. Integrated Curriculum
4. Macam – Macam Model Pengembangan Kurikulum
a. Model Pengembangan Kurikulum Administratif (the administrative
model)
b. Model Pengembangan Kurikulum dari Bawah (The grass roots model)
c. Model Pengembangan Kurikulum Sistem Beu’camp (Beauchamp’s
system)
d. The demonstration model
e. Model Pengembangan Kurikulum Rogers ( roger’s interpersonal
relations model)
f. Model Hilda Taba
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, HM. Dkk. 1997. Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi.
Bandung; Pustaka Setia. Endang, Wulan. Pengembangan Kurikulum.. dalam
http://wulanendang.blogspot.com/2013/04/model-model-pengembangan-kurikulum, diakses pada hari rabu 5 nopember 2014.
Hendayat Sutopo, Westy Soemanto. 1993. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara.
Nurgiyanto, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta; BPFEE.
Syarif, A. Hamid. 1993. Pengembangan Kurikulum. Surabaya; Bina ilmu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Pengembangan Kurikulum Teori dan Paraktek. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.