Pengembangan kurikulum Model Saylor

25
MAKALAH MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM SAYLOR, ALEXANDER, DAN LEWIS Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kurikulum Dosen Pengampu: Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed. Oleh: Pascasarjana Pendidikan Kimia 1. Vinda Cory Imami (140331807023) 2. Qory Laila Rusda (140331807593) 3. Dayu Ardhiyatmita Nur Rahmawati (140331807081)

description

Pengembangan kurikulum menurut Saylor, Alexander, dan lewis

Transcript of Pengembangan kurikulum Model Saylor

Page 1: Pengembangan kurikulum Model Saylor

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

SAYLOR, ALEXANDER, DAN LEWIS

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kurikulum

Dosen Pengampu: Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed.

Oleh:

Pascasarjana Pendidikan Kimia

1. Vinda Cory Imami (140331807023)

2. Qory Laila Rusda (140331807593)

3. Dayu Ardhiyatmita Nur Rahmawati (140331807081)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Oktober 2014

Page 2: Pengembangan kurikulum Model Saylor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua

pengalaman belajar yang diberikan untuk siswa di sekolah. Rancangan ini disusun

dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam

proses mendidik siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri,

keluarga maupun masyarakat. Banyak model yang dapat digunakan dalam

pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum

bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta

kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan

sistem pendidikan mana yang digunakan.

Kurikulum dikembangkan mengikuti model-model tertentu. Model adalah

konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Model pengembangan kurikulum

dapat ditinjau dari sistem pendidikan dan pengelolaan yang dianut.

Pengembangan kurikulum menurut tinjauan ini dikelompokkan atas sifat,

sentralisasi dan desentralisasi. Model pengembangan kurikulum mencakup antara

lain model 1) Taba, 2) Saylor, Alexander dan Lewis, 3) Tyler, 4) Oliva (Oliva,

1988). Pengembangan kurikulum dalam bahasan makalah ini mencakup model

pengembangan kurikulum oleh Saylor, Alexander dan Lewis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini

antara lain:

1. Bagaimana pengertian kurikulum Saylor, Alexander dan Lewis?

2. Bagaimana langkah-langkah model pengembangan kurikulum Saylor,

Alexander dan Lewis?

3. Bagaimana implementasi kurikulum menurut Saylor, Alexander dan Lewis?

4. Bagaimana evaluasi kurikulum Saylor, Alexander, dan Lewis?

2

Page 3: Pengembangan kurikulum Model Saylor

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penyusunan makalah

ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum Saylor, Alexander dan Lewis

2. Untuk mengetahui langkah-langkah model pengembangan kurikulum

Saylor, Alexander dan Lewis

3. Untuk mengetahui implementasi kurikulum menurut Saylor, Alexander

dan Lewis

4. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum Saylor, Alexander, dan Lewis

3

Page 4: Pengembangan kurikulum Model Saylor

BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pengembangan Kurikulum Menurut Saylor, Alexander dan Lewis

Menurut Saylor, Alexander, and Lewis (1973) , “We define curriculum as

a plan for providing sets of learning opportunities for person to be educate”.

Mereka mendefinisikan kurikulum sebagai perangkat rencana yang diarahkan

pada sekumpulan kesempatan aktivitas pembelajaran bagi individu agar menjadi

terdidik.

Berikut bagan yang menjelaskan proses pengembangan kurikulum model

saylor.

Gambar 2.1Rincian Langkah Pengembangan Kurikulum Saylor.

B. Perumusan Goals dan Objective

Pengembangan kurikulum dilaksanakan oleh perencana kurikulum. Perencana

kurikulum terdiri dari para ahli dalam bidang kurikulum yang ditunjuk oleh

pemerintah. Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah

menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Merancang kurikulum harus

berlandaskan filosofi negara dan tujuan pendidikan. Sebagai contoh untuk

mengembangkan kurikulum di Indonesia, kita perlu mengetahui Tujuan

4

    

   

 

Landasan FilosofisTujuan Pendidikan NasionalAnalisis

Kebutuhan

OBJECTIV

E

STRUKTUR

KURIKULUM

MATERI/ MUATAN

STRATEGI

KURIKULUM

PERANGKAT

PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI TERBAT

AS(UJI

COBA)

EVALUASI I

REVISI

IMPLEMENTASI SECARA

LUAS

EVALUASI II

Kompetensi SosialKemampuan

Belajar BerkelanjutanSpesialisasi

Pengembangan Pribadi

GOAL

VALIDASI

Page 5: Pengembangan kurikulum Model Saylor

Pendidikan Nasional Indonesia. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab (UU No. 20 Th. 2003). Di samping itu Indonesia juga

memiliki landasan filosofis pancasila. Dari Tujuan Pendidikan Nasional dan

landasan filosofis tersebut akan didapatkan tujuan umum. Sementara analisis

kebutuhan dapat dilakukan dengan metode penyebaran angket/kuisoner/

wawancara dengan mempelajari 2 hal, yaitu kebutuhan siswa, dan tuntutan

masyarakat/dunia kerja. Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek

perkembangan psikologis siswa, dan tuntutan masyarakat/dunia kerja dapat

dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-

prediksi kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang. Hasil analisis dari

ketiga aspek tersebut, kemudian disusun menjadi serangkaian kebutuhan

sebagai bahan masukan bagi kegiatan perumusan tujuan.

1. Perumusan Goals and Objective

Setelah serangkaian kebutuhan sudah didapat, langkah selanjutnya adalah

perumusan tujuan kurikulum. Tujuan umum kurikulum sebuah tujuan atau

secara umum tanpa ditandai dengan kriteria pencapaian.

Karena tujuan umum kurikulum masih bersifat umum dan tidak ada

criteria pencapaian yang nantinya dapat mempersulit pengukuran

ketercapaian. Pada Saylor, tujuan umum kurikulum kemudian diturunkan

kedalam 4 domain sehingga dihasilkan tujuan khusus kurikulum yang

lebih spesifik. 4 domain tersebut adalah :

1) Pengembangan diri

Pada tujuan khusus kurikulum hendaknya dapat mengembangkan

potensi diri peserta didik, dimana peserta dibekali kemampuan diri

untuk menghadapi masalah di masa yang akan datang sehingga

setelah lulus diharapkan dapat mencetak generasi yang mampu

bersaing di era globalisasi. Pengembangan diri yang diberikan

5

Page 6: Pengembangan kurikulum Model Saylor

seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam

memecahkan masalah, kemampuan mengkontrol diri,dan

kemampuan berkomunikasi.

2) Kompetensi social

Kompetensi social adalah kompetensi yang diperlukan ketika

lulusan dari sekolah terjun ke lingkungan social. Oleh karena itu

para perencana kurikulum memasukkan kompetensi social pada

tujuan kurikulum. Kompetensi social tersebut antara lain:

- rasa empati/perduli

- Dapat berkerjasama

- Menghormati orang lain

- Menyesuaikan diri

- Berinteraksi

- Mengontrol diri

- Mentaati aturan

3) Keterampilan belajar berkelanjutan

Keterampilan belajar berkelanjutan yang dimaksud adalah

keterampilan yang diberikan atau diajarkan pada satu jenjang dapat

menunjang materi lainnya. Contohnya : keterampilan memahami

sifat logaritma akan menunjang dalam menghitung pH.

4) Spesialisasi

Tujuan kurikulum kemudian dipilah dan dikelompokkan menurut

spesialisai pada tiap jenjang yang diinginkan menjadi tujuan

khusus kurikulum.

Dari 4 domain tersebut tujuan umum kurikulum discreen sehingga

didapatkan tujuan khusus kurikulum. Tujuan khusus kurikulum

merupakan tujuan atau pernyataan akhir secara spesifik dan dapat

diukur pencapaiannya.

Untuk mencapai transisi dari tujuan umum ke tujuan khusus, kita dapat

menemukan bahwa  hal ini sangat membantu dengan mencatat kembali

beberapa indikator kinerja siswa yang akan menyediakan layanan

sebagai petunjuk penulisan tujuan khusus kurikulum. Mari kita ambil

6

Page 7: Pengembangan kurikulum Model Saylor

contoh ilustrasi tujuan umum kurikulum pada buku Oliva yang telah

disebutkan terdahulu. “Siswa dapat mendemontrasikan sikap tanggung

jawab sebagai warga negara dalam suatu sekolah, komunitas, negara

bagian, bangsa dan dunia”. Apakah indikator kinerja pembelajar yang

akan menyatakan bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan ini, kita

dapat melihat sikap-sikap berikut:

a) Peduli pada bangunan sekolah dan lingkungannya

b) Tidak berkelahi dengan sesama siswa

c) Tertib pada saat pertemuan di sekolah

d) Berperan pada komunitas organisasi pemuda

e) Tidak mengotori lingkungan sekolah dan komunitasnya.

Kita dapat mengubah indikator kinerja pertama – Peduli pada

bangunan sekolah dan lingkungannya ke dalam tujuan khusus

kurikulum dengan cara berikut: “ Pada akhir semester siswa dapat

menunjukkan kepedulian terhadap bangunan sekolah dan akan ada

pengurangan 95% pada jumlah tulisan-tulisan di dinding”

Setelah tujuan umum dan tujuan khusus sudah diidentifikasi, proses

penilaian kebutuhan dilanjutkan untuk menentukan apakah ada

kebutuhan lain yang belum ditemukan. Ketika kebutuhan yang belum

ditemukan itu dipaparkan, daftar revisi  tujuan umum dan tujuan

khusus sudah disiapkan. Tujuan umum dan tujuan khusus memerlukan

validasi dan penempatan dalam skala prioritas.

2. Proses validasi dan penentuan skala prioritas.

Proses validasi dilakukan oleh komite kurikulum atau dewan kurikulum

yang ditunjuk pemerintah. Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah

tujuan umum dan tujuan khusus dapat diterima dan sesuai atau cocok bagi

semua sekolah. Tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum

disosialisasikan pada perkumpulan-perkumpulan sekolah dari satuan

propinsi kemudian dari propinsi disampaikan hingga ke rayon-rayon.

Komite kurikulum memberikan lembar angket atau opini kepada sekolah

7

Page 8: Pengembangan kurikulum Model Saylor

untuk mengetahui apakah tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum

sesuai dengan kemajuan yang diinginkan di sekolah-sekolah.

Ketika komite menafsirkan data, mungkin tidak menemukan persamaan 

pada tujuan umum dan tujuan khusus diantara beberapa sekolah, hal itu

merupakan tanggung jawab yang sangat berat untuk menyatukan keadaan

yang berbeda dan mencapai konsensus diantara sekolah. Komite

kurikulum harus memutuskan tujuan umum manakah yang valid dan

manakah yang seharusnya menjadi prioritas. Untuk menentukan prioritas,

dapat dikatakan bahwa beberapa tujuan umum lebih penting daripada yang

lain dan membutuhkan banyak waktu, perhatian, dan penekanan di dalam

kurikulum.

Penentuan skala prioritas adalah penempatan tujuan umum dan tujuan

khusus dalam urutan berdasarkan kepentingan di dalam sistem sekolah.

Kelompok-kelompok yang terkait dengan kemajuan sekolah dalam tingkat

provinsi membantu mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus yang

cocok dan untuk menyusun skala prioritas.

Setelah tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum sudah di validasi dan

ditempatkan sesuai urutan , perencana kurikulum melanjutkan ke fase

berikutnya dari sebuah proses pengembangan kurikulum.

C. Perancangan Kurikulum

Draft tujuan kurikulum yang sudah disusun kemudian dijadikan pijakan

untuk merancang kurikulum. Pada perancangan kurikulum perencana kurikulum

melibatkan kelompok-kelompok guru dalam menyusun kurikulum. Hal ini agar

kurikulum nantinya diharapkan dapat dilaksanakan oleh tiap-tiap sekolah.

Tahapan tahapan yang dilakukan perencana kurikulum dan kelompok-kelompok

guru dalam merancang kurikulum adalah :

1) Penentuan struktur kurikulum

Desain kurikulum diawali dengan penentuan struktur kurikulum.Struktur

kurikulum merupakan pola dan susunan pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

8

Page 9: Pengembangan kurikulum Model Saylor

kurikulum.Stuktur kurikulum ini biasanya tertuang dalam kompetensi yang

harus dikuasai oleh peserta didik.

2) Memilih dan mengelompokkan materi

Setelah didapatkan draft tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum kemudian

memilih materi yang menunjang tercapainya tujuan kurikulum. Beberapa

materi ini selanjutnya dikelompokkan dalam beberapa jenjang atau tingkatan.

Penyusunan tingkatan materi harus memperhatikan beberapa hal yaitu :

a. Taraf kesulitan materi pelajaran

Materi disusun dari taraf kesulitan yang rendah, sedang hingga yang

kompleks agar menyesuaikan kemampuan yang dimiliki siswa.

b. Apersepsi atau pengalaman masa lalu

Penyusunan materi hendaknya melihat pengalaman pada masa lalu. Materi

dimasa lalu yang tidak dapat diajarkan/ tidak kompeten untuk diajarkan

pada jenjangnya tidak perlu diberikan kembali agar tujuan kurikulum

dapat dicapai secara efektif.

c. Kematangan dan perkembangan siswa

Materi disusun hendaknya berdasarkan tingkat kematangan dan

perkembangan siswa.

d. Minat dan kebutuhan siswa

Materi disusun hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa pada tiap

jenjang. Pada tiap jenjang dianalisis materi apa yang dibutuhkan untuk

diberikan.

3) Menentukan strategi kurikulum

Langkah yang selanjutnya adalah penentuan strategi pelaksanaan kurikulum.

Dalam pembahasan strategi ini, juga dibahas mengenai sumber belajar,

fasilitas, waktu, tujuan, pendidik, dan peserta didik, sehingga diperoleh draf

kurikulum.Penentuan strategi ini disesuaikan dengan tujuan kurikulum (goal

dan objective) dan masih dilakukan di pusat.Misalnya goal nya menciptakan

insan yang cerdas, kreatif, inovatif dan produktif menghasilkan produk-

produk teknologi terbaru. Maka strategi pembelajaran kurikulumnya sesuai

dengan goal tersebut. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan, kreativitas,

produktivitas, dan keinovativan, misalnya dapat tercapai jika seorang siswa

9

Page 10: Pengembangan kurikulum Model Saylor

memiliki literasi sains yang tinggi. Salah satu cara mencapainya adalah

dengan pemahaman hakikat sains yang kuat yang salah satunya dapat

dilakukan dengan menjadikan metode ilmiah sebagai salah satu kebiasaan alur

berpikir bagi siswa. Dengan demikian, dapat digunakan strategi pembelajaran

kurkulum yaitu scientific approach yang merupakan strategi yang berdasar

pada metode ilmiah. Penentuan strategi tersebut dilakukan di pusat agar tujuan

kurikulum dapat tercapai secara optimal.

4) Menyusun perangkat pembelajaran

Setelah materi sudah didapat, perencana kurikulum dan guru menyusun

perangkat pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan kurikulum baik khusus

maupun umum dapat dicapai. Perangkat pembelajaran merupakan pedoman/

petunjuk yang digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu

perencana kurikulum melibatkan guru-guru melalui pertemuan-pertemuan

untuk menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, buku guru, dan

buku siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Karakteristik materi pelajaran

Perangkat pembelajaran perlu disusun dengan mempertimbangkan

karakteristik masing-masing agar hasil belajar yang akan diperoleh siswa

tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku.

b. Pemilihan model pembelajaran

Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran

mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan pembelajaran

model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model

induktif, model kooperatif, atau model pembelajaran langsung. Demikian

juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model

pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran,

terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran

c. Alokasi waktu

Penentuan alokasi waktu dilakukan berdasarkan tingkat kompleksitas

materi dan kesulitan materi.

d. Buku guru dan buku siswa

10

Page 11: Pengembangan kurikulum Model Saylor

Buku guru dan buku siswa merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan, jangan sampai materi yang diajarkan tidak didukung dengan

buku peganggan siswa maupun buku pedoman guru yang ada. Jika tidak

buku guru dan buku siswa yang mendukung materi dan pengalaman

belajar yang diinginkan maka diperlukan pembuatan buku pedoman untuk

guru dan siswa yang baru untuk mendukung tercapainya tujuan kurikulum.

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran dipilih berdasarkan karakteristik dari materi yang

akan disampaikan. Ada, beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan

dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:

a) Tujuan instruksional. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang

pencapaian tujuan instruksional yang telah ditetapkan sebelumnya

b) Keefektifan. Dari beberapa alternative media yang sudah dipilih, mana

yang dianggap paling efektif (tepat guna) untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

c) Siswa. Apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan kemampuan,

perbendaharaan pengalaman, dan menarik perhatian siswa? Digunakan

untuk siapa? Apakah secara individual atau kelompok kecil, kelas atau

massa? Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh ?

d) Ketersediaan.

e) Biaya pengadaan

f) Kualitas teknis

f. Instrumen evaluasi/ penilaian

Keberhasilan proses belajar mengajar tentu tidak dapat diukur tanpa

adanya evaluasi. Instrumen ini disusun baik dalam bentuk instrumen test

maupun non test. Instrumen evaluasi meliputi :

a) Evaluasi kognitif untuk melihat daya serap anak terhadap

materi yang di pelajari

b) Evaluasi afektif untuk melihat perubahan perilaku, etika, nilai-

nilai (value) pada siswa

c) Evaluasi psikomotorik untuk mengetahui keterampilan siswa

dalam melakukan pekerjaan.

11

Page 12: Pengembangan kurikulum Model Saylor

Setelah penentuan instrument evaluasi sudah dibuat, maka draft kurikulum siap

untuk di implementasikan.

D. Penerapan Kurikulum

Saylor, Alexander, dan Lewis dalam Oliva (1991) menjelaskan bahwa

penerapan kurikulum merupakan “decision to instructional modes by the

responsible teacher(s). The curriculum plan includes alternative modes with

suggestions as to resources, media, and orgnization, thus encouraging flexibility

and more freedom for teacher(s) and students”. Guru mulai dilibatkan dalam

penerapan kurikulum.

Kurikulum tidak langsung diimplementasikan secara meluas, melainkan

melalui tahap uji coba terlebih dahulu. Kurikulum diimplementasikan secara

terbatas pada beberapa sekolah yang telah dipilih karena mewakili kondisi

sekolah-sekolah di Indonesia. Jadi pemilihan sekolah tidak hanya didasarkan pada

sekolah-sekolah hanya bermutu tinggi sehingga kurikulum terkesan dapat

diterapkan. Proses uji coba ini dievaluasi secara kontinu untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Setelah dievaluasi, kurikulum

kemudian direvisi dan hasilnya akan diterapkan secara luas.

3. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan data-

data untuk tujuan perbaikan suatu sistem. Evaluasi dalam suatu kurikulum tidak

hanya dilaksanakan pada akhir progam penerapan kurikulum tetapi juga

dilaksanakan sebelum dan selama proses implementasi kurikulum. Menurut Oliva

(1991), tujuan utama evaluasi kurikulum adalah untuk menentukan apakah tujuan

dan sasaran kurikulum telah terpenuhi dengan baik. Evaluasi kurikulum menurut

Saylor, Alexander, dan Lewis dalam Oliva (1991) terbagi ke dalam lima

komponen yaitu:

1. The goals, subgoals, and objectives

2. The program of education as a totality

3. The specific segments of the education program

4. Instruction

12

Page 13: Pengembangan kurikulum Model Saylor

5. Evaluation program

Evaluation of goals, subgoals, danobjectives dilakukan oleh tim

pengembang kurikulum dengan cara melihat kualitas lulusannya seperti apa,

berapa persen yang telah bekerja ataupun berapa persen yang masuk perguruan

tinggi favorit. Apabila kualitas lulusannya baik, maka tujuan dari kurikulum itu

sendiri telah tercapai.

Evaluation of instructional mencakup evaluasi keterlaksanaan

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Evaluasi keterlaksanaan

pembelajaran berkaitan dengan keterlaksanaan sintaks dalam RPP oleh guru.

Evaluasi ini dilakukan oleh tim pengembang kurikulum dengan cara melihat

misalnya apakah alokasi waktu yang direncanakan dalam RPP sudah diterapkan

secara nyata di kelas, bila belum kira-kira faktor apa yang menyebabkan belum

sesuainya rencana pembelajaran di RPP dengan kenyataannya. Hal ini nantinya

akan menjadi bahan evaluasi bagi tim pengembang kurikulum maupun bagi guru.

Sedangkan evaluasi pembelajaran itu sendiri bertujuan untuk mengumpulkan

informasi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan dan pencapaian

belajar siswa sehingga dalam evaluasi pembelajaran ini yang mempunyai peran

penting adalah guru mata pelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran terjadi

dalam tiga tahap yaitu sebelum pembelajaran berlangsung (preassessment),

selama proses pembelajaran (formative), dan setelah proses pembelajaran

(summative). Berikut penjelasan mengenai ketiga evaluasi tersebut.

1. Preassessment

Menurut Dick dan Carey dalam Oliva (1992), terdapat dua

tipepreassessmentyaitu entry-behaviors test dan pretest. Entry-behaviors test

adalah tes yang didasarkan pada PAP (Penilaian Acuan Patokan) untuk

mengevaluasi pengetahuan awal (prior knowledge) atau keterampilan awal siswa

yang dibutuhkan untuk mempelajari materi selanjutnya. Sedangkan

pretestmerupakan tes yang juga didasarkan pada PAP (Penilaian Acuan Patokan)

tetapi digunakan untuk menentukan apakah siswa telah menguasai materi yang

akan dipelajari. Tes yang didasarkan pada PAP bertujuan untuk mengukur

pencapaian siswa yang didasarkan pada seberapa baik siswa menguasai materi

13

Page 14: Pengembangan kurikulum Model Saylor

yang telah ditentukan oleh Kompetensi Dasar dan bukan didasarkan pada

seberapa baik siswa tersebut dibandingkan dengan teman sekelasnya.

2. Formative

Evaluasi formatif terdiri dari teknik formal dan informal, termasuk

mengadakan tes selama proses pembelajaran. Melalui evaluasi formatif, guru

dapat mendiagosis dan memberikan remidial kepada siswa untuk membantu siswa

mengatasi kesulitan yang dihadapinya sebelum mereka menghadapi evaluasi

sumatif.

3. Summative

Evaluasi sumatif dilaksanakan pada setiap akhir materi pembelajaran.

Dalam evaluasi ini, guru memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui

apakah siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru. Hasil

evaluasi sumatif ini digunakan guru untuk merevisi metode pembelajaran yang

digunakan.

Evaluation of specific segments diperlukan apabila pada suatu sekolah

memiliki segmen khusus dalam program pendidikannya. Pada pendidikan yang

ada di Indonesia misalnya, adanya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) membuat

kurikulum pada sekolah bertaraf internasional tersebut berbeda dengan sekolah

standar nasional pada umumnya. Evaluasi segmen khusus ini seperti evaluasi

instruksional, namun yang dievaluasi adalah ketercapaian segmen khususnya

tersebut.Evaluasi segmen khusus dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan

kurikulum tersebut cukup efektif untuk mencapai tujuan kurikulum yang dibuat.

Evaluation of the total program telah mencakup evaluasi tujuan,

subtujuan, dan sasaran; evaluasi pembelajaran; dan evaluasi segmen khusus dari

program pendidikan.Program pendidikan secara keseluruhan merupakan sesuatu

yang kompleks. Hal ini menyangkut fungsi kurikulum secara keseluruhan.

Kurikulum tersebut secara keseluruhan dievaluasi untuk mengetahui apakah goals

dan objectives dari kurikulum secara keseluruhan telah tercapai. Evaluasi program

pendidikan secara keseluruhan dapat dilakukan baik di tingkat satuan pendidikan

ataupun tingkat yang lebih tinggi misalnya kabupaten, provinsi, ataupun tingkat

nasional.

14

Page 15: Pengembangan kurikulum Model Saylor

Evaluation of evaluation program digunakan untuk mengevaluasi program

evaluasi kurikulum itu sendiri. Keputusan mengenai bagaimana pengevaluasian

program evaluasi yang akan dilaksanakan harus dibuat sebelum pelaksanaan

program evaluasi kurikulum itu sendiri. Tim pengembang kurikulum dapat

meminta bantuan kepada ahli analisis untuk meninjau teknik evaluasi yang sudah

dibuat. Kriteria yang harus diperhatikan adalah apakah instrumen yang digunakan

bersifat reliabel dan valid, apakah program evaluasi telah bersifat menyeluruh,

dan apakah prosedur yang dilakukan telah sesuai. Masukan dan saran tentang

prosedur evaluasi dapat diperoleh dariguru.

Berdasarkan bagan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa evaluasi pada

pengembangan kurikulum Model Saylor, Alexander dan Lewis ini dilakukan saat

implementasi terbatas serta saat dan setelah implementasi secara luas. Evaluasi

saat implementasi terbatas ini merupakan evaluasi yang pertama yang dilakukan

dalam kurun waktu satu tahun. Evaluasi pertama ini mencakup evaluasi

instruksional yaitu evaluasi mengenai ketercapaian guru dan siswa dalam

pembelajaran yang menerapkan kurikulum tersebut. Dengan demikian evaluasi

pada tahap ini hanya melakukan komponen evaluasi instruksional pada model

evaluasi Saylor, Alexander dan Lewis. Evaluasi kedua dilakukan saat dan setelah

implementasi secara luas. Evaluasi ini mencakup keseluruhan komponen evaluasi

dan dilakukan secara formatif dan sumatif untuk mengetahui ketercapaiangoals

dan objectives dari kurikulum itu sendiri. Dari evaluasi ini akan dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang dikembangkan, untuk selanjutnya

dapat digunakan untuk dasar pengembangan kurikulum selanjutnya.

15

Page 16: Pengembangan kurikulum Model Saylor

BAB III

KESIMPULAN

1. Menurut Saylor, kurikulum adalah perangkat rencana yang diarahkan pada

sekumpulan kesempatan aktivitas pembelajaran bagi individu agar menjadi

terdidik.

2. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan merumuskan tujuan dan sasaran,

kemudian merancang kurikulum sesuai dengan sistem politik dan sosial yang

ada, kemudian diterapkan oleh guru, dan kemudian dievaluasi

3. Pada penerapan kurikulum, guru merumuskan tujuan pembelajaran, kemudian

memilih strategi yang cocok dengan yang telah ditetapkan oleh kurikulum

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

4. Kurikulum dievaluasi meliputi lima komponen yaitu goals, subgoals, and

objective; program of education as a totality; specific segments of the

education program; instruction; and evaluation program

16

Page 17: Pengembangan kurikulum Model Saylor

DAFTAR RUJUKAN

Ishartini. 2009. Continous Learning Bagi Kemajuan Masa Depan

Siswa.Yogyakarta: UNY

Oliva, Peter F.G. 1991. Developing The Curriculum, Third Edition. Harper

Collins.

Saylor, Galen J and Wiliiam M. Alexander. 1973. Curriculum Planning for Better

Teacher and Learning. New York:Holt, Rinehart and Winst.

17