Falsafah keperawatan merupakan dasar tentang hakekat manusia
MODEL DAN STANDART PELAYNAN KEPERAWATAN BEDAH PLASTIK YANG SESEUAI DENGAN FALSAFAH DAN PARADIGMA...
-
Upload
ulqiorra-blackwood -
Category
Documents
-
view
324 -
download
4
description
Transcript of MODEL DAN STANDART PELAYNAN KEPERAWATAN BEDAH PLASTIK YANG SESEUAI DENGAN FALSAFAH DAN PARADIGMA...
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
MODEL DAN STANDART PELAYANAN KEPERAWATAN BEDAH PLASTIK YANG SESUAI DENGAN FALSAFAH DAN PARADIGMA
KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN TERKINI
Fasilitator: Sriyono, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep.MB
Oleh :
KELOMPOK 5
Elyk Dwi Mumpuningtias 131414153031
Febria Fiandina Effendy 131414153026
Nailiy Huzaimah 131414153009
Ganda Ardiansyah 131414153020
Enggal Hadi 131414153018
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah sebagai tugas terstruktur mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.
Selama penyusunan makalah kami banyak mendapat bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Purwaningsih, S.Kp., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga
2. Prof. Dr. Suharto, dr, Sp.PD.KPTI, selaku Ketua Program Studi Magister
Keperawatan Universitas Airlangga
3. Yulis S. D , S.Kep., M.Ng, selaku PJMA Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 2
4. Sriyono, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep.MB, selaku fasilitator yang telah
memberikan banyak masukan dan motivassi dalam penusunan makalah ini.
5. Seluruh teman Magister Angkatan 7 yang telah banyak memberikan bantuan
yang tidak dapat kami sebutkan satu perrsatu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaporan ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami berharap adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun .
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya,
Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... . .iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 3
1.4 Manfaat......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bedah Plastik................................................................................... 4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Bedah Plastik.............................. 10
2.3 Undang-Undang tentang Bedah Plastik........................................................ 19
2.4 Model Konseptual Keperawatan Levine....................................................... 23
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Model dan Standart Pelayanan Keperawatan Bedah Plastik yang Sesuai
dengan Falsafah dan Paradigma Keperawatan............................................. 33
3.2 Perkembangan terkini asuhan keperawatan pada Klien Bedah Plastik
(Rekonstruktif: Skin graft)........................................................................... 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan....................................................................................................... 39
4.2 Saran.............................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembedahan plastik adalah istilah yang luas yang digunakan dalam
kaitannya dengan prosedur-prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
tujuan kosmetik atau rekonstruktif (Gruendemann & Fernsebner, 2006).
Seringkali bedah plastik dikaitkan dengan bedah kulit, padahal ruang lingkup
bedah plastik jauh lebih luas daripada sekedar pembedahan kulit belaka.
Sangat berbeda dengan pengelompokan disiplin ilmu bedah lain yang spesifik
mengacu kepada organ-organ yang dilakukan intervensi pembedahan, maka
seluruh sistem organ manusia dari ujung rambut kepala sampai ujung jari kaki
dapat dicakup pada disiplin ilmu bedah plastik (Fawzy, 2013).
Terdapat lebih dari 1,8 juta prosedur bedah kosmetik dilakukan di AS
pada tahun 2006. Bedah plastik di AS dalam setahun terdapat 10,2 juta orang
yang melakukan bedah plastik.. Menurut ASAPS (American Society for
Aesthetic Plastic Surgery), jumlah pasien estetik meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan terbesar, 44 persen terjadi dari tahun 2003-2004. Dalam
rentang tahun 1997-2004 jumlah pasien bedah plastik di AS meningkat 465%.
Di Inggris setiap tahun yang menjalani operasi plastik sekitar 750.000 orang.
Sedangkan di Shanghai Cina terdapat data dilakukan rata-rata 100
pembedahan setiap harinya. Di Indonesia, sebenarnya operasi plastic juga
bukan “barang baru” lagi. Bedah plastik estetik di Indonesia mulai
berkembang sejak awal periode 1980-an. Sayangnya, Indonesia belum dapat
mendata secara pasti berapa jumlah pasien yang melakukan bedah plastik
estetik setiap tahun. Kelemahan pencatatan data secara akurat ini, karena dari
87 dokter bedah plastik yang tergabung dalam PERAPI (Perhimpunan Ahli
Bedah Plastik Indonesia), tidak mendata langsung setiap pasien sehabis
melakukan bedah plastik.
Seiring dengan berkembangya bedah plastic meningkat pula kebutuhan
akan perawat pada disiplin ilmu bedah plastik. Meskipun kebanyakan pasien
yang menjalani operasi bedah plastik adalah atas kemauannya sendiri namunn
banyak pula pasien yang membutuhkan bedah plastic baik untuk kepentingan
kosmetik mupun untuk kepentingan rekonstruksi misalnya karena luka bakar,
kecelakaan, ataupun cacat bawaan lahir. Bedah plastic dapat membantu
memperbaiki penampilan pasien dan sekaligus meningkatkan kepercayaan
dirinya. Perawat bedah palstik membantu membangun kembali kualitas hidup
pasien hal ini merupakan salah satu penghargaan yang diperoleh perawat
yang bekerja di bedah plastic. Perawat bedah plastic membantu pasien dalam
persiapan operasi, memabntu pada waktu pelaksanaan pembedahan, dan
merawat setelah operasi pada masa pemulihan. Perawat hendaknya selalu
memperbaharui pengetahunnya dan berlatih sehingga dapat memberikan yang
terbaik bagi pasien (ANA, 2013).
Perawat sebagai praktisi kesehatan diharapkan dapat berfikir kritis
dalam praktek keperawatan untuk proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perawat membutuhkan
keterampilan kognitif untuk menganalisa standar-standar, mencari informasi,
memberi alasan secara logis, memprediksi dan mentransfer ilmu. Standar
pelayanan keperawatan ini merupakan performa perilaku dirancang untuk
memastikan dipenuhinya kualitas pelayanan keperawatan yang dapat diukur
dalam proses pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan. Standar praktik
keperawatan medikal bedah khususnya bedah plastik dikembangkan dalam
empat domain keperawatan, yaitu praktik, pendidikan, manajamen, dan
penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana model dan standar asuhan keperawatan bedah plastik sesuai
dengan falsafah dan paradigma keperawatan serta perkembangan terkini?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis model dan menyusun standart asuhan dan pelayanan
keperawatan pada ranah keperawatan bedah plastik sesuai dengan
paradigma dan falsafah keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan standar asuhan dan pelayanan keperawatan bedah plastik
2. Menjelaskan model konsep keperawatan pada keperawatan bedah
plastik
3. Menganalisa standar asuhan keperawatan bedah plastik yang sesuai
dengan model konsep keperawatan
1.3 Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan hasil
analisis standar asuhan dan pelayanan keperawatan bedah plastik dari
pengembangan model teori keperawatan sehingga dapat diaplikasikan dalam
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bedah Plastik
2.1.1 Definisi
Bedah plastic adalah pengubahan (alteration), penggantian
(replacement), perbaikan (restoration) bagian yang tampak dari permukaan
tubuh, dilakukan untuk memperbaiki cacat struktural atau kosmetik. Kata
“plastic” berasal dari kata “plastikos” yang berarti “dapat dibentuk”
(LeMone, 2008).
2.1.2 Macam Bedah Plastik
Pada umumnya ada tiga pembagian bedah plastik. Beberapa ahli
bedah membaginya menjadi tipe bedah plastik, bedah kosmetik, dan bedah
rekonstruktif. Ketiga tipe pembedahan ini ini menggunakan teknik dan
pendekatan yang sama, akan tetapi memiliki tujuan atau fokus yang
berbeda. Bedah plastik biasanya dilakukan untuk mengatasi cacat lahir dan
untuk menghilangkan noda pada kulit seperti kutil, bekas jerawat, atau tanda
lahir. Prosedur bedah kosmetik dilakukan untuk membuat seseorang terlihat
lebih muda dan meningkatkan penampilan dengan berbagai cara. Bedah
rekonstruktif digunakan untuk memasang kembali bagian tubuh yang hilang
akibat kecelakaan atau kerusakan, untuk melakukan skin grafts setelah luka
bakar parah, atau untuk merekonstruksi bagian tubuh seseorang yang
abnormal ketika lahir atau menghilangkannya dengan pembedahan (Mason,
2001).
Secara garis besar, berdasarkan tujuannya, bedah plastic dibagi
menjadi bedah plastic kosmetik dan bedah plastic rekonstruktif.
1. Bedah Plastik Kosmetik
Prosedur, tehnik, dan prinsip bedah kosmetik sepenuhnya berfokus
pada peningkatan penampilan pasien. Meningkatkan estetika, kesimetrisan,
dan proporsi merupakan tujuan utama. Bedah kosmetik dapat dilakukan
pada semua bidang kepala, leher, dan tubuh. Karena bagian yang akan
dirawat berfungsi dengan baik, maka bedah kosmetik pada umumnya
bersifat elektif.
Ruang lingkup prosedur bedah kosmetik meliputi:
1. Breasst Enhancement: Augmentation, Lift, Reuction
2. Facial Contouring: Rhinoplasty, Chin, or Cheek Enhancement
2. Peremajaan wajah (Facial Rejuvenation): Facelift, eyelid lift, Neck
lift, Brow lift
3. Body Contouring: Tummy Tuck, Liposuction, Gynecomastia
Treatment
4. Peremajaan Kulit (Skin Rejuvenation): Laser resurfacing, Botox,
Filler treatment
Jangkauan prosedur kosmetik hampir tidak ada batasnya. Prosedur
kosmetik meliputi chemical peels, toxin injection, filler, bedah laser, face
lift, eyelid lift, dan liposuction. Jenis lain dari prosedur kosmetik meliputi
suntik toksin botulinum (botox), kolagen (zyplast), dan pengisian asam
hyaluronic (misalnya restylane, perlane). Efek samping sementara yang
mungkin muncul seperti kemerahan, nyeri, bengkak, dan memar.
Alasan untuk melakukan prosedur bedah plastic bervariasi. Alasan
yang paling banyak adalah merasakan tidak nyaman dan menghabiskan
banyakuang (kebanyakan tidak ditanggung oleh asuransi). Masing-masing
individu memiliki gambaran diri. Ketika mereka merasa lebih baik dengan
diri mereka setelah melakukan prosedur kosmetik mereka akan merasa lebih
percaya diri. Seringkali status social dan ekonomi merupakan bagian dari
pengambilan keputusan. Peningkatan angka harapan hidup menyebabkan
peningkatan populasi individu yang tertarik untuk melakukan prosedur
kosmetik.
Dalam memandang alasan seseorang ketika melakukan prosedur
kosmetik sebaiknya memberikan dukungan, dan bersikap tidak menghakimi
tentang pelakssanaan prosedur kosmetik yang telah dilakukan. Ketika
seseorang menginginkan untuk merubah penampilan yang berbeda dari
biasanya dan medapatkan hasil yang sesuai dengan harapan seharusnya kita
memberikan dukungan terhadap keputusannya.
Pembedahan elektif prosedur bedah kosmetik antara lain:
1. Bedah laser
Ketika sinar laser menembus kulit, cahaya dapat mempengaruhi struktur
kulit dengan cara penyebaran, penyerapan atau melewati lapisan-lapisan
kulit yang berbeda. Spektrum aplikasi klinis dari masing-masing laser
tergantung pada kedalaman emisi panjang gelombang dan teknik
operator. Perbedaan pada teknik seperti durasi atau lamanya tekanan dan
jumlah yang menembus kulit menyebabkan perbedaan pada hasil.
Penemuan teknologi baru dengan ukuran multiple spot dan tambahan alat
pendingin juga dihasilkan oleh teknologi laser baru yang fleksibel.
Laser bias mengurangi kerut di sekitar mulut dan mata serta mengurangi
lesi pada wajah. Bengkak, kemerahan dan memar umumnya terjadi
setelah perlakuan bedah laser. Area yang diberikan perlakuan biasanya
dijaga kelembabannya dengan salep atau dengan balutan oklusif untuk
beberapa hari pertama. Kulit yang mendapat perlakuan harus dilindungi
dari sinar matahari.
2. Face lift
Merupakan tindakan pengangkatan dan reposisi bagian 2/3 bawah wajah
dan leher untuk meningkatkan penampilan. Indikasi prosedur ini
meliputi:
a. Kelebihan jaringan lunak atau scar yang disebabkan oleh penyakit
(luka bekas jerawat)
b. Ketidaksimetrisan jaringan lunak seperti facial palsy
c. Kelebihan jaringan lunak akibat trauma
d. Lesi di preauricular
e. Kelebihan jaringan lunak akibat paparan sinar matahari, perubahan
berat badan, dan efek gravitasi.
f. Perbaikan citra tubuh.
Pendekatan bedah dan garis insisi bervariasi tergantung koreksi
yang diinginkan dan posisi garis rambut. Eyelid-lift
(blepharoplasty) dengan indikasi yang sama dilakukan untuk
mengangkat atau menghilangkan jaringan yang berlebihan dan
mungkin untuk meningkatkan lapang pandang. Pencegahan
terhadap pembentukan hematoma merupakan pertimbangan
postoperative yang paling penting. Aplikasi ice packs (kompres es)
biasanya digunakan pada 24-48 jam pertama untuk mengurangi
bengkak dan mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan
hematoma. Komplikasi dapat terjadi jika individu merokok atau
sedang menjalani latihan yang berat. Biasanya terjadi nyeri skala
minimal. Antibiotic digunakan dengan kebijakan dokter bedah.
3. Sedot Lemak
Sedot lemak adalah teknik untuk mengangkat atau menghilangkan lemak
subkutan untuk meningkatkan kontur wajah dan tubuh. Walaupun bukan
sebagai pengganti diet dan latihan, sedot lemak dapat berhasil dalam
menghilangkan area lemak dari jaringan tubuh.
2. Bedah Plastik Rekonstruktif
Bedah plastic rekonstruktif bertujuan untuk memperbaiki
gangguan fungsional yang disebabkan oleh terbakar; cedera traumatic,
seperti fraktur tulang fasial, abnormalitas kongenital seperti bibir
sumbing, perkembangan yang abnormal; infeksi dan penyakit; dan
kenker atau tumor. Bedah plastic rekonstruktif biasanya ditujukan
untuk peningkatan fungsi. Skin grafts dan flaps digunakan untuk
memperbaiki fungsi dan juga untuk mempertahankan penampilan
seperti sedia kala. Kedua prosedur ini melibatkan/meliputi
pemindahan kulit dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain.
Skin graft adalah sebuah metode pembedahan dengan
mengambil kulit dari donor site dan meletakkannya pada suatu
recipient site, dimana di tempat tersebut akan berkembang suatu
suplai darah baru dari dasar luka. Skin grafting adalah suatu cara
efektif untuk menutupi luka yang masih memiliki suplai darah yang
baik, tidak mengalami infeksi, dan dimana perdarahannya dapat
dikontrol.
Skin grafts dapat sebagian lapisan dermis (split thickness graft)
atau dermis utuh (full thickness graft). Split thickness graft mencakup
epidermis dan sebagian dermis dari donor site. Pada split thickness
graft, batas ketebalan adalah dari 0,010 inci hingga 0,015 inci. Donor
site yang paling sering untuk skin graft adalah bagian paha anterior.
Kulit diambil dalam bentuk lapisan dari donor site dengan
menggunakan dermatom. Donor site pada split thickness graft pulih
atau sembuh kembali dengan reepitelisasi. Meshed graft adalah suatu
tipe split thickness graft yang dilakukan dengan menggunakan mesin
pemotong khusus untuk membentuk pola lubang dengan perforasi
(lubang-lubang kecil). Perforasi tersebut memberikan suatu tempat
aliran (drainase) serum dan darah dari bawah cangkokan. Setelah
penyembuhan, bagaimanapun, kulit memiliki penampilan yang kasar.
Gambar: Split thickness dan Full thickness Graft
Gambar: Split Thickness graft
Full thickness graft mencakup epidermis dan dermis. Kedua
lapisan ini mengandung paling banyak bagian atau elemen kulit
(kelenjar keringat, kelenjar sebasea, atau folikel rambut) dan memiliki
kemampuan paling baik untuk menahan trauma. Daerah kulit yang
tipis adalah tempat donor terbaik untuk full thickness skin graft.
Tempat donor harus ditutup melalui pembedahan dan akan terbentuk
jaringan parut.
Gambar: Full thickness graft
Graft (cangkok) tipe lain adalah cangkok gabungan (composite
grafts) dan cangkok biakan epitel (cultured epithelial grafts). Cangkok
gabungan biasanya digunakan pada wajah. Cangkok gabungan
meliputi kulit, jaringan subkutan, cartilage, atau jaringan lain.
Cangkok biakan epitel dibuat dari sel epitel yang dibiakkan secara in
vivo, digabung menjadi sebuah lapisan, kemudian dipakai untuk
menutup luka yang tebal. Cangkok ini dipakai terutama untuk
menangani luka bakar.
Pengangkatan kulit atau skin flap adalah bagian dari sebuah
jaringan yang dilepaskan dan dipindahkan dari tempat donor (donor
site) ke tempat penerima (recipient site) dengan mempertahankan
suplai darah secara kontinyu pada derah sambungan tersebut di dasar
atupun di permukaan. Flap atau penutupan membawa serta suplay
darah (jaringan donor) oleh sebab digunakan untuk menutup tempat
penerima (recipient site) yang suplai darahnya kurang atau mengalami
kehilangan jaringan dalam jumlah besar.
Gambar: Radial Flap
Skin flap sering digunakan untuk memperbaiki atau menutup
luka yang luas. Teknik bedah mikro (microsurgical), dengan
anatomosis pembuluh darah kecil dan saraf, menyediakan perbaikan
dengan free flap (dimana penutup tersebut secara komplit dilepaskan
dari tempat donor dan dipindahkan ke tempat penerima).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Bedah Plastik
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kutaneus atau operasi plastic
sangat individual. Hal ini tergantung dari tipe operasi atau prosedur yang
dilakukan, tipe dari sedikitnya tindakan, alasan dari operasi atau prosedur,
hasil yang diharapkan dari tindakan, dan respon dari klien terhadap luka atau
operasi. Beberapa pembedahan seperti skin graft dan flaps, membutuhkan
perawatan di rumah sakit, perawatan yang diberikan lebih mengarah pada
perawatan primer, dan peningkatan perawatan mandiri pasien dirumah atau
diantara pengobatan (LeMone&Burke, 2008).
2.2.1 Pre Operatif
Pertimbangan keperawatan preoperatif tindakan tandur (graft)1. Tandur melibatkan dua tempat operasi: tempat donor dan tempat
resipien. Apabila mungkin yang dipilih tempat donor yang dapat diakses oleh tempat resipien.
2. Apabila mungkin, pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kedua tempat tersebut dapat diakses. Sebagian prosedur memerlukan reposisi dan penutupan ulang dengan duk setelah tandur kulit diambil.
3. Tempat donor dianggap lebih bersih daripada tempat resipien. Tempat donor dibersihkan pertama kali. Baki pembersih kulit yang sama dapat dibagi untuk membersihkan kedua tempat dengan penggantian sarung tangan, atau dapat digunakan dua baki yang berbeda.
4. Karena tempat donor doanggap lebih bersih, maka tandur biasanya diambil sebelum tempat resipien dikerjakan.
5. Jaringan tandur harus ditangani dengan hati-hati dan dilindungi sedangkan tempat resipien dipersiapkan untuk penanduran. Tandur kulit harus dilipat dermis ke dermis untuk menghindari kekeringan dan dilipat dalam kasa lembab(Gruendemann & Fernsebner, 2006).
Pertimbangan keperawatan preoperatif tindakan flap1. Sebelum pasien tiba, mikroskop dan instrument lain harus diperiksa
untuk memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi baik.2. Suhu ruangan harus dipertahankan antara 75oF sampai 80oF karena
suhu terlalu dingin menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi viabilitas flap.
3. Lindungi pasien dari stress fisik akibat prosedur yang lama. Pasang bantalan untuk mengurangi tekanan dan selimut penghangat di tempat tidur. Lindungi kulit dan tonjolan tulang dengan hati-hati.
4. Kateter urine menetap (indwelling) akan dipasang, pantau pengeluaran urine.
5. Sebelum operasi mungkin digunakan Doppler untuk mengidentifikasi pembuluh-pembuluh di tempat resipien.
6. Sebagian ahli bedah, sebelum pembersihan kulit mungkin memberi tanda pada tandur dan mengidentifikasi arteri dan vena donor serta resipien dengan pena warna untuk difoto.
7. Pengaturan posisi pasien bergantung pada tempat tandur donor dan resipien.
8. Ahli bedah mungkin menggunakan dua unit bedah listrik. Ikuti petunjuk pabrik pembuatnya dengan cermat.
9. Prosedur akan memerlukan pembersihan kulit di dua tempat, yang dilakukan secara terpisah, dimulai dengan tempat donor.
10. Tehnik pemasangan duk akan bergantung pada posisi serta mungkin memerlukan pemakaian bahan duk tertentu.
11. Mungkin terdapat dua tim bedah yang bekerja bersamaan, satu di tempat donor dan yang lain di tempat resipien. Dalam hal ini diperlukan dua set instrument steril yang terpisah. Hati-hati jangan sampai terjadi pencemaran silang di antara kedua set tersebut.
12. Pastikan keamanan dan sterilitas flap yang sudah diambil sampai waktu penanaman(Gruendemann & Fernsebner, 2006).
2.2.2 Intra Operatif
1. Pengkajian
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang
diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada
pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga
maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik
a) Tanda-tanda vital
Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari
pasien maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah
b) Transfusi
Monito transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir
habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya
aliran transfusi).
c) Infus
Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila
hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan
observasi jalannya aliran infuse).
d) Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak
1 cc/kg BB/jam
2. Diagnosis Keperawatan
a. Resiko penurunan volume cairan tubuh
b. Resiko infeksi
c. Kerusakan integritas kulit
3. Rencana Intervensi dan Implementasi Keperawatan
a. memasang IV-line (infus)
b. memberikan medikasi intravena
c. melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan
d. menjaga keselamatan klien (menggenggam tangan klien,
mengatur posisi klien)
2.2.3 Post Operatif
1. Pertimbangan keperawatan postoperative tindakan tandur (graft)
a. Perdarahan atau hematom di bawah tandur merupakan penyebab
terpenting kegagalan tandur. Sebelum tandur dipasang, tempat resipien
harus benar-benar bebas dari perdarahan. Pasca operatif, setiap
penimbunan cairan harus dikeluarkan segera.
b. Penyebab kedua tersering kegagalan tandur adalah cedera mekanis.
Tempat tandur biasanya diimobilisasi dengan pembalut guling/ bantal
(bolster dressing) atau bidai jika tempat tersebut berada di daerah
fleksi.
c. Pendidikan pasien harus mencakup pentingnya perlindungan tempat
tandur serta pengamatan yang cermat terhadap tanda-tanda
penimbunan cairan di bawah tandur. Pasien harus didorong untuk
menghubungi ahli bedah jika ada indikasi bahwa tandur tidak sembuh
dengan benar.
2. Pertimbangan keperawatan postoperatif tindakan flaps
a. Pascaoperatif, tempat donor harus diangkat dan dijaga hangat untuk
mengurangi vasospasme dan meningkatkan sirkulasi.
b. Komplikasi pascaoperatif yang utama adalah gangguan vaskularisasi
di tempat flap. Perlu dilakukan penilaian vascular pascaoperatif yang
seksama. Apabila dicurigai adanya gangguan aliran darah, maka ahli
bedah harus segera diberi tahu sehingga dapat dilakukan tindakan
untuk menyelamatkan flap.
c. Mikroskop dan instrument pembedahan mikro, yang mahal dan mudah
rusak perlu mendapat perhatian khusus. Mikroskop harus dilap bersih
dan lensanya dibersihkan dengan kertas lensa untuk menghindari
goresan. Setelah dibersihakan mikroskop harus ditutup untuk
melindungi dari debu, dan disimpan ditempat yang aman jauh dari lalu
lintas orang. Instrument mikro harus dibersihkan satu persatu sesegera
mungkin. Ujung-ujung yang halus jangan sampai bengkok. Periksa
berulang-ulang instrument untuk mengetahui ada tidaknya
pembengkokan pada bor dan ujung alat dan pastikan bahwa rahang-
rahang pemegang jarum pemegang jarum dapat menutup secara
adekuat. Instrument yang ujungnya sangat halus harus didimpan dalam
wadah yang menjaga instrumen tidak bergerak-gerak dan dengan
ujung terletak dibantalan wadah.
3. Diagnosa dan intervensi keperawatan yang mungkin muncul
Meskipun beragam diagnose keperawatan yang lebih tepat utntuk
klien dengan prosedur bedah plastic umumnya adalah kerusakan
integritas kulit, nyeri akut dan gangguan body image
a. Kerusakan integritas kulit
Klien dengan pembedahan kulit mempunyai kerusakan pada
integritas kulitnya. Skin graft dan flaps dilakukuan untuk
memperbaiki luka yang lebar, dan menimbulkan luka baru pada
tempat donor. Eksisi dan pembedahan kosmetik lainnya menyebabkan
luka. Kulit dilukai dengan dibekukan menggunakan bahan kimia,
abrasi, agen sklerotik, elektrik dan laser.meskipun kesemua tindakan
ini dilakukan untuk menghilangkan lesi, peningkatan fungsi,
memperbaiki penampilan, mereka pertama kali memperbaiki
integritas kulit. Kerusakan integritas kulit meningkatkan resiko
infeksi yang akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada integritas
kulit dan mungkin menurunkan keuntungan dari pembedahan.
Perawat menyiapkan perawatan dan pendidikan preoperative, bantuan
intra operatif dan perawatan dan pendidikan post operatif. Pada setiap
kasus, perawatn dan pendidikan dispesifikkan pada tipe pembedahan
dan kliennya. Pada semua kasus, perawat menyiapkan intervensi
preoperative yang tepat untuk menyiapkan kondisi fisik dan
psikologis klien selama pembedahan dan periode post operatif.
Intervensi berikut tepat untuk klien dengan skin graft atau flaps.
1) Monitor insisi dan graft, donor flaps dan tempat pada resipien,
terhadap munculnya infeksi dan nekrosis.
a) Kaji dan catat TTV setiap 4 jam
b) Monitor semua luka, mencakup perubahan warna, konsistensi
dan bau dari drainase setiap 4-8 jam
c) Monitor luka apakah ada bengkak, kemerahan, dan nyeri yang
meningkat setiap 4-8 jam
d) Monitor dan catat kondisi graft setiap 4 jam
e) Monitor dan catat temperature, turgor, warna, perdarahan
dermis, dan perfusi dari flaps setiap 4 jam
Ketika infeksi bakteri muncul, fase inflamasi pada
proses penyembuhan luka menjadi lama sehingga
memperlambat penyembuhan. Peningkatan suhu tubuh dan
takikardi adalah manifestasi dari infeksi. Drainase pada luka
terinfeksi seringkali meningkatkan jumlah purulen, luka
menjadi menebal, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Respon jaringan ketika terjadi infeksi meliputi edema,
peningkatan eritema dan nyeri. Graft dan flaps yang sirkulasi
darahnya tidak baik akan timbul warna kehitaman dari pada
warna pink kemerahan yang normal.
2) Melakukan perawatan untuk lokasi donor.
a) Posisi klien diminimalkan adanya penekanan pada lokasi
donor.
b) Posisikan tempat tidur sehingga linen tidak menyentuh luka.
c) Jika lokasi donor terbuka dan cahaya lampu yang panas
mengenainya maka tempatkan lampu kira-kira 2kaki dari luka.
d) Hindari pergerakan bagian tubuh yang terdapat lokasi donor.
e) Jika lokasi donor pada sisi posterior tubuh, maka tempatkan
klien pada tempat tidur yang special (seperti tempat tidur yang
berisi air atau rendah tekanan) untuk menurunkan tekanan dan
memperbaiki sirkulasi udara disekitar lokasi donor
Dengan meminimalkan trauma karena tekanan dan
pergerakan mempercepat penyembuhan lokasi donor.
Membiarkan lokasi donor terbuka sehingga terkena udara dan
cahaya yang hangat dapat meningkatkan penyembuhan.
Tempat tidur yang khusus meminimalkan terjadinya iskemik
dan lokasi donor yang berada diposisi posterior tubuh
mongering.
3) Menganjurkan diet tinggi protein, asam askorbat, vitamin dan
mineral. Intake protein yang cukup diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan asam amino untuk memperbaiki jaringan. Vitamin C
diperlukan untuk pembentukan kolagen dan memperbaiki luka.
Vitamin dan mineral berkontribusi dalam proses penyembuhan.
4) Mengganti balutan. Tentukan balutan yang mana yang perlu
diganti atau tidak selama proses penyembuhan. Dan apakah luka
harus tetap kering atau lembab.
a) Gunakan tehnik aseptic dan standar precaution ketika
mengganti balutan.
b) Ganti balutan yang lama dengan hati-hati dan lembut.
c) Pilih bahan pembalut yang tepat.
Lokasi donor yang tertutup dengan kassa yang tipis
mempercepat proses penyembuhan. Tehnik aseptic mencegah
infeksi sekunder bakteri. Standar precaution melindungi perawat
dari infeksi HIV. Bila perawatan dilakukan pelepasan pembalut
yang lama mungkin memperparah kerusakan pada jaringan
granulasi atau tepi luka. Penggunaan pembalut semiperbiabel yang
transparan mengoptimalkan penyembuhan luka dengan cara
membentuk sintesis kolagen dan jaringan granulasi. Hal ini juga
meningkatkan migrasi sel dan melapisi lagi epithelium serta
mencegah pembentukan keropeng, kulit yang mengeras (kapalan),
dan jaringan parut.
b. Nyeri akut
Klien dengan graft dan flaps mempunyai 2 jenis luka.
Kenyataannya lokasi donor bisa lebih nyeri disbanding lokasi
resipien. Pembedahan kutaneus, dermabrasi dan penatalaksanaan
kimia menyebabkan jaringan melepuh, membengkak, dan kehilangan
epidermis. Klien dengan pembedahan wajah dapat terjadi edema dan
nyeri.
1) Berikan medikasi nyeri mengikuti anjuran untuk mengontrol nyeri
pada klien yang menjalani prosedur operasi. Nyeri yang hebat sulit
dikontrol dan menyebabkan kondisi fisik dan psikologis
memburuk.
2) Gunakan penurun nyeri alternative yang tepat dan telah dianjurkan
seperti kompres dingin atau kantong es. Dingin mengurangi
bengkak yang berperan sebagai anatesi local serta menurunkan
nyeri.
3) Ajarkan tehnik penurun nyeri noninvasive seperti nafas dalam,
relaksasi, dan imajinasi terpimpin. Metode non invasive penurun
nyeri meningkatkan keefektifan pengobatan nyeri dan juga
membuat klien dapat mengontrol dan memanajemen nyeri.
c. Gangguan citra tubuh
Pembedahan kosmetik dilakukan pada semua umur karena
berbagai alasan. Perubahan penampilan pada beberapa orang
mempengaruhi persepsi dirinya. Lesi atau scar yang terdapat diwajah
mungkin menurunkan kepercayaan diri dan menyebabkan seseorang
menghindari interaksi social. Proses menua menyebabkan kulit
menjadi keriput yang menjadi sumber kecemasan dan rasa kecewa
pada wanita yang selalu bangga pada dirinya sendiri dan
penampilannya. Kebanyakan klien mempunyai 1 alasan untuk
melakukan bedah plastic yaitu “Feel Better about my self”
1) Memberikan pendidikan kesehatan preoperative
a) Menjelaskan bahwa memar dan bengkak akan muncul dan akan
ada selama beberapa minggu.
b) Menjelaskan bahwa penyembuhan yang lengkap membutuhkan
waktu sekitar 1 tahun.
Harapan yang berbeda banyak orang mengharapkan hasil yang
cepat. Pengetahuan tentang respon post operatif diperlukan
oleh klien untuk beradaptasi terhadap perubahan. Klien
mungkin perlu untuk mengajukan cuti bekerja selama proses
penyembuhan.
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya. Berempati dan mendengarkan tetapi tidak
menghakimi. Seperti hal nya interaksi antar perawat dank lien
untuk memfasilitasi penerimaan perubahan citra tubuh klien.
3) Kolaborasi dengan konsultan yang dapat memberikan informasi
pada penggunaan kosmetik untuk meningkatkan penampilan.
Pengetahuan yang lebih tentang penggunaan kosmetik dan pakaian
yang tepat dapat membuat scar terabaikan. Jika klien merasa lebih
baik tentang penampilannya maka citra tubuhnya akan meningkat.
2.3 Undang-Undang tentang Bedah Plastik
2.3.1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan diatur garis besar mengenai penyelenggaraan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu, yang terdiri dari 12 bab dan
terinci dalam 90 pasal. Oleh karena undang-undang tersebut disusun
berdasarkan asas dan tujuan yang memberikan arah pembangunan kesehatan
maka pembahasan dan pemahaman antara bagian yang satu dengan bagian
lainnya saling berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan. Demikian
pula pembahasan tentang Bedah Plastik. Pembahasan tentang Bedah Plastik
mencakup antara lain: pengertian, upaya kesehatan termasuk upaya bedah
plastik, tenaga kesehatan yang berwenang melaksanakannya, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan serta pasien, sarana kesehatan yang diperlukan,
serta sanksi-sanksi yang dapat dikenakan terhadap pihak-pihak yang
melanggar ketentuan-ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Demikian pula pembahasan tentang Bedah Plastik. Pembahasan
tentang Bedah Plastik mencakup antara lain: pengertian, upaya kesehatan
termasuk upaya bedah plastik, tenaga kesehatan yang berwenang
melaksanakannya, hak dan kewajiban tenaga kesehatan serta pasien, sarana
kesehatan yang diperlukan, serta sanksi-sanksi yang dapat dikenakan
terhadap pihak-pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
Dengan tetap menyadari adanya keterkaitan antara pasal-pasal yang
tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan, di bawah ini dikutip beberapa
pasal / ketentuan yang secara langsung/eksplisit mengatur tentang dan atau
berkaitan dengan bedah plastik yaitu:
1. Pasal 1.1
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Pasal 1.11
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
3. Pasal 32. (1)
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi
badan akibat cacat atau menghilangkan cacat
4. Pasal 33. (1)
Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat
dan atau. alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi.
5. Pasal 37 dan penjelasannya
(1) Bedah· plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Bedah Plastik dan rekonstruksi adalah suatu rangkaian tindakan medis
yang dilakukan untuk memulihkan keadaan flsik seseorang pada kondisi
tubuhnya termasuk bedah kosmetika dan estetika.
(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Norma yang berlaku dalam masyarakat adalah norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan
rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
6. Pasa1 53. (1)
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
7. Pasal 54
(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan.
8. Pasal 55. (1)
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan.
9. Pasal 81. (1)
Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:
a. Melakukan transplantasi organ atau jaringan tubuh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1);
b. Melakukan implan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (1);
c. Melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1); dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp
140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah).
Dari gambaran pasal-pasal tersebut di atas temyata pengaturan tentang
Bedah Plastik telah tercakup dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan dan istilah yang digunakan adalah Bedah Plastik dan
rekonstruksi., dan juga telah diatur upaya perlindungan hukum baik bagi
dokter dan pasien, mekanisme kerjanya Bedah Plastik serta pembinaan
dan pengawasannya yang dilakukan Pemerintah dan sarana
kesehatannya.
2.3.1 Peraturan Perundang – Undangan Lain
Peraturan tentang Bedah Plastik selama ini temyata belum diatur
dalam bentuk Peraturan Pelaksanaannya. Namun terdapat beberapa
peraturan yang telah dikeluarkan, meskipun tidak berkaitan secara langsung
dengan upaya Bedah Plastik adalah :
1. Peraturan Pemerintah Nomor: 10 Tahun 1966 tentang Wajib Rahasia
Kedokteran.
2. Peraturan Pemerintah Nomor: 26 Tahun 1960 tentang Lafal Sumpah
Dokter.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 191/MENKES/PER/1/
1989 tentang Penunjukan Rumah Sakit dan Tim Ahli sebagai tempat
dan pelaksanaan operasi penyesuaian kel~.
4. Peraturan Menteri Kesehatan ·Nomor: 585/MENKES/PER/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik.
2.3.2 Landasan Pemikiran Bedah Plastik
Bertitik tolak dari penjelasan Pasal 37 UU No. 23 Tahun 1992 yang
menyatakan, bahwa "Bedah plastik dan rekonstruksi adalah suatu rangkaian
tindakan medis yang dilakukan untuk memulihkan keadaan fisik seseorang
pada kondisi tubuhnya termasuk bedah plastik kosmetik dan estetik", maka
sebagai rangkaian tindakan medis, bedah plastik dan rekonstruksi
merupakan hubungan hukum yang bersumber dari hubungan antara dokter
dan pasien. Sekalipun hubungan antara dokter dan pasien dapat dilihat dari
sudut pandang yang berbeda, tetapi dengan intisari yang sama yaitu dokter
dan pasien mempunyai tanggung jawab yang didasarkan sikap saling
percaya. Menurut pandangan yuridis, hubungan antara dokter dan pasien itu
adalah perikatan yang didasarkan pada hubungan perjanjian (contract).
Namun sejak awal perkembangannya, contract itu terikat pada sistem
hukum yang meliputinya.
Oleh karena itu, agar dapat dilakukan analisis dan evaluasi hukum
tentang pengaturan bedah plastik dan rekonstruksinya, perlu dipahami
ketentuan dalam Buku III KUHPerdata mengenai Hukum Perikatan. Sebab,
sekarang tidak lagi dipersoalkan apakah ketentuan tersebut berlaku atau tidak
bagi orang yang dulu tidak tunduk pada hukum perdata barat Dan sudah
menjadi kenyataan sehari-hari, diterima sebagai hukum yang hidup sehingga
ketentuan tentang Hukum Perikatan sebagaimana terdapat dalam Buku III
KUHPerdata dijadikan acuan bagi para pihak yang mengikatkan diri dalam
suatu kontrak. Bahkan, di dalam penerapannya dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dewasa ini, temyata dalam kontrak itupun, konsep itikad baik
yang merupakan salah satu asas dalam pelaksanaan kontrak telah
berkembang. ltikad baik lebih ditekankan sebagai dasar dilakukannya suatu
tindakan atau perbuatan hukum dalam kehidupan bersama. Apalagi
mengenai tindakan medis, baik yang merupakan upaya kesehatan maupun
untuk tujuan pendidikan atau penelitian. Sebab tindakan medis itu
menyangkut hak manusia yang paling pribadi, yang merupakan tindakan
atau intervensi fisik dan psikis pada atau ke dalam tubuh manusia yang
menghasilkan perubahan anatomis dan fisiologis.
Jika dilihat di dalam judul Bab Kedua Buku III KUH Perdata
(BW), istilah "contract": ini ditemukan di samping "overeenkomst" yang
diterjemahkan sebagai perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan "contract"
di sini adalah perjanjian obligatoir. Tetapi di dalam praktik di Indonesia,
istilah kontrak sering ditafsirkan sebagai perjanjian tertulis. Padahal,
ditinjau dari ajaran penemuan hukum hal itu tidak benar, sebab yang
dimaksud dengan kontrak adalah perjanjian. Ada perjanjian yang tertulis
dan ada yang tidak tertulis. Sehingga yang dimaksud dengan kontrak dalam
hubungan antara dokter dan pasien adalah sama dengan perjanjian sebagai
terjemahan dari overeenkomst.
2.4 Model Konseptual Keperawatan Levine
2.4.1 Latar Belakang Tokoh
Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak
tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan
karena ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan
memerlukan perawatan (George, 2002).
Levine lulus dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan
memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of
Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil
untuk US Army sebagai supervisor perawat bedah dan administrasi
keperawatan. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN)
di Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di
berbagai lembaga seperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv
University di Israel. Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang
termasuk artikel “An Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan
berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 & 1989. Ia juga menerima
gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun 1992
(Tomey&Alligood, 2006).
Levine meninggal pada tanggal 20 Maret 1996 di usianya ke 75 tahun.
Levine pribadi menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk
mengembangkan “Teori keperawatan,” tetapi ingin menemukan cara untuk
mengajarkan konsep-konsep utama dalam Keperawatan Medikal Bedah dan
berusaha untuk mengajarkan siswa keperawatan sebuah pendekatan baru
dalam kegiatan keperawatan. Levine juga ingin berpindah dari praktek
keperawatan pendidikan yang menurutnya sangat prosedural dan kembali
fokus pada pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien (George,
2002).
2.4.2 Definisi dan Konsep Mayor
Model konservasi yang dikemukakan oeh Myra Estrin Levine merupakan
keperawatan praktis dengan konservasi model dan prinsip yang berfokus pada
pelestarian energi pasien untuk kesehatan dan penyembuhan. Secara umum,
ada tiga konsep mayor model konservasi Levine (Tomey & Alligood, 2006):
1. Wholeness (holism)
2. Adaptation
Levine mengemukakan tiga karakter adaptasi, yaitu:
a. Historicity
b. Spesificity
c. Redundancy
3. Conservation
Prinsip model konservasi Levine antara lain:
a. Conservation of energy
b. Conservation of structural integrity
c. Conservation of personal integrity
d. Conservation of social integrity
Dalam teori Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan,
sehingga kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam pengumpulan
data, perencanaan, implementasi atau semua fase dari posisi ketergantungan.
Klien membutuhkan bantuan dari perawat untuk beradaptasi terhadap
gangguan kesehatannya. Perawat bertanggung jawab dalam menentukan
besarnya kemampuan partisipasi klien dalam perawatan.
2.4.3 Penjelasan Model Konsep
Tiga konsep utama dari model konservasi, yaitu:
1. Wholeness (Keutuhan)
Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah
sistem terbuka: “Wholeness emphasizes a sound, organic, progressive
mutuality between diversified functions and parts within an entirety, the
boundaries of which are open and fluent. (Keutuhan menekankan pada
suara, organik, mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan
bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang terbuka)” Levine
(1973, hal 11) menyatakan bahwa “interaksi terus-menerus dari organisme
individu dengan lingkungannya merupakan sistem yang ‘terbuka dan cair’,
dan kondisi kesehatan, keutuhan, terwujud ketika interaksi atau adaptasi
konstan lingkungan, memungkinkan kemudahan (jaminan integritas) di
semua dimensi kehidupan”. Kondisi dinamis dalam interaksi terbuka
antara lingkungan internal dan eksternal menyediakan dasar untuk berpikir
holistik, memandang individu secara keseluruhan.
2. Adaptasi
Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan
mempertahankan integritas individu dalam menghadapi realitas
lingkungan internal dan eksternal. Konservasi adalah hasil dari adaptasi.
Beberapa adaptasi dapat berhasil dan sebagian tidak berhasil.
Levine mengemukakan 3 karakter adaptasi yakni: historicity, spesificity,
dan redundancy. Levin menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
pola respon tertentu untuk menjamin keberhasilan dalm aktivitas
kehidupannya yang menunjukkan adaptasi historis dan spesificity.
Selanjutnya pola adaptasi dapat disembunyikan dalam kode genetik
individu. Redundancy menggambarkan pilihan kegagalan yang
terselamatkan dari individu untuk menjamin adaptasi. Kehilangan
redundancy apakah melalui trauma, umur, penyakit, atau kondisi
lingkungan yang membuat individu sulit mempertahankan hidup.
a. Lingkungan
Levine memandang setiap individu memiliki lingkungannya sendiri
baik lingkungan internal maupun eksternal. Perawat dapat
menghubungkan lingkungan internal individu dengan aspek fisiologis
dan patofisiologis, dan lingkungan eksternal sebagai level persepsi,
opersional dan konseptual. Level perseptual melibatkan kemampuan
menangkap dan menginterpretasi dunia dengan organ indera. Level
operasional terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi individu
secara fisiologis meskipun mereka tidak dapat mempersepsikannya
secara langsung, seperti mikroorganisme. Pada konseptual level,
lingkungan dibentuk dari pola budaya, dikarakteristikkan dengan
keberadaan spiritual, dan ditengahi oleh simbol bahasa, pikiran dan
pengalaman.
b. Respon organisme
Respon organisme adalah kemampuan individu untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, yang bisa dibagi menjadi fight atau flight,
respon inflamasi, respon terhadap stress, dan kewaspadaan persepsi.
1) Fight-flight
Merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman yang
diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon
terhadap ketakutan melalui menyerang atau menghindar hal ini
bersifat reaksi yang tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah
kewaspadaan untuk mencari informasi untuk rasa aman dan
sejahtera.
2) Respon peradangan atau inflamasi
Merupakan mekanisme pertahanan yang melindungi diri dari
lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk menyembuhkan
diri, respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada
dalam dirinya untuk membuang iritan atau patogen yang merugikan,
untuk hal ini sangat dibutuhkan kontrol lingkungan.
3) Respon terhadap stress
Respon terhadap stress menghasilkan respon defensif dalam bentuk
perubahan yang tidak spesifik pada manusia, perubahan struktural
dan kehilangan energi untuk beradaptasi secara bertahap terjadi
sampai rasa lelah terjadi, dikarakteristikkan dengan pengaruh yang
menyebabkan pasien atau individu berespon terhadap pelayanan
keperawatan.
4) Kewaspadaan perseptual
Respon sensori menghasilkan kesadaran persepsi, informasi dan
pengalaman dalam hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara
utuh oleh individu, semua pertukaran energi terjadi dari individu ke
lingkungan dan sebaliknya. Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau
tingkah laku. Respon ini sangat tergantung kepada kewaspadaan
perseptual individu, hanya terjadi saat individu menghadapi dunia
(lingkungan) baru disekitarnya dengan cara mencari dan
mengumpulkan informasi dimana hal ini bertujuan untuk
mempertahankan keamanan dirinya.
c. Trophicognosis
Levine merekomendasikan trophicognosis sebagai alternatif untuk
diagnosa keperawatan. Ini merupakan metode ilmiah untuk menentukan
sebuah penentuan rencana keperawatan.
3. Konservasi
Levine menguraikan model Konservasi sebagai inti atau dasar teorinya.
Konservasi menjelaskan suatu sistem yang kompleks yang mampu
melanjutkan fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian
konservasi juga, bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi dan
beradaptasi demi mempertahankan keunikan mereka. Ada empat prinsip
model konservasi, yaitu sebagai berikut:
a. Konservasi energi
Individu memerlukan keseimbangan energi dan memperbaharui energi
secara konstan untuk mempertahankan aktivitas hidup. Konservasi
energi dapat digunakan dalam praktek keperawatan.
b. Konservasi integritas struktur
Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari integritas struktur.
Seorang perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat
dengan penyakit melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan.
c. Konservasi integritas personal
Seorang perawat dapat menghargai klien ketika klien dipanggil dengan
namanya. Sikap menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai
personal yang menyediakan privasi selama prosedur.
d. Konservasi integritas sosial
Kehidupan berarti komunitas sosial dan kesehatan merupakan keadaan
sosial yang telah ditentukan. Oleh karena itu, perawat berperan
menyediakan kebutuhan terhadap keluarga, membantu kehidupan
religius dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi
integritas sosial.
2.4.4 Asumsi Mayor
Levine menekankan kebutuhan dalam memandang individu sebagai
makhluk holistik yang termasuk individu sebagai makhluk yang kompleks.
Dia mendefinisikan perawatan berdasarkan pada ketergantungan/hubungan
manusia dengan orang lain. Besarnya ketergantungan ini membuatnya
merencanakan empat prinsip konservasi yakni kebutuhan energi dan
pemakaiannya, integritas sosial, integritas struktur, integritas personal.
Manusia tergantung pada yang lain pada semua aspek kehidupan, makanan,
keamanan, rekreasi dan penghargaan. Levine mengharapkan seorang perawat:
1. Mengetahui kekomplekan interaksi.
2. Mendukung dalam mempertahankan atau memulihkan hubungan saat
klien mengalami gangguan kesehatan.
Keseimbangan yang normal berubah saat sakit dan klien akan
berusaha mengatasi stresnya dan mungkin menunjukkan perubahan pola
tingkah laku dan fungsi. Seorang perawat harus mempersepsikan
pertanggungjawaban dalam membantu klien.
Aspek-aspek paradigma keperawatan apabila dikaitkan dengan model
konservasi Levine adalah sebagai berikut:
1. Manusia
a. Individu terus mempertahankan keutuhan mereka dalam interaksi
konstan dengan lingkungan mereka dan memilih, yang paling ekonomis
hemat, energi-sparing pilihan yang tersedia untuk menjaga integritas
mereka.
b. Individu menjadi sentinent yang holistik, berpikir, berorientasi masa
depan dan masa lalu-sadar.
c. Seorang holistik yang memiliki batas-batas yang terbuka dan
beradaptasi dengan lingkungan.
d. Individu adalah "holistik".
e. Sebuah makhluk sosial terpadu.
f. "Whole" tidak hanya dalam aspek fisik tetapi juga berkaitan dengan
aspek psikososio-budaya dan spiritual.
g. Individu adalah sebuah identitas dan layak.
h. Individu adalah unik dalam persatuan dan kesatuan, merasa, percaya,
berpikir dan seluruh sistem dari sistem.
2. Kesehatan
a. Kesehatan menjadi "Whole" bukan hanya bebas dari penyakit atau
penyakit.
b. Ditentukan oleh kemampuan untuk berfungsi secara cukup normal.
c. Hal ini secara kultural ditentukan dan dipengaruhi oleh etos dan
keyakinan.
d. Kesehatan adalah keutuhan dan keberhasilan adaptasi.
e. Bukan hanya menyembuhkan bagian yang menderita, itu adalah
kembali ke kegiatan sehari-hari, kemandirian dan kemampuan untuk
sekali lagi menjadi individu, mempunyai hubungan tanpa kendala.
f. Kesehatan dapat ditentukan secara sosial (melalui interaksi mereka
dengan orang lain yang signifikan). Kegagalan dalam melakukannya
adalah skenario negatif.
3. Lingkungan
a. Lingkungan adalah tempat orang tersebut terus-menerus dan secara
aktif terlibat.
b. Lingkungan adalah di mana kita menjalani hidup kita.
c. Lingkungan terdiri dari semua pengalaman dari individu-individu.
d. Ini berkaitan dengan lingkungan internal (fisiologis) dan eksternal
(persepsi, operasional, dan konseptual).
4. Keperawatan
a. Keperawatan adalah interaksi manusia yang dirancang untuk
mempromosikan keutuhan melalui adaptasi.
b. Asuhan keperawatan adalah baik mendukung dan terapi (untuk
mencapai tingkat maksimum adaptasi).
c. Promosi keperawatan konservasi melalui penggunaan empat prinsip
konservasi.
d. Keperawatan menyadari bahwa setiap individu membutuhkan cluster
yang unik dan terpisah dari aktivitas.
e. Integritas individu adalah perhatian taat dan itu adalah tanggung jawab
perawat untuk membantunya untuk membela dan mencari
kenyataannya.
f. Daerah utama perhatian bagi perawat dalam pemeliharaan keutuhan
seseorang.
2.4.5 Praktik Keperawatan
Teori Konservasi tidak hanya terbatas hanya pada pelayanan
keperawatan saja tapi juga bisa diaplikasikan secara luas disetiap
lingkungan, rumah sakit dan komunitas (Levine, 1990). Levine
mendefinisikan keperawatan dengan mengidentifikasi keperawatan yang
meliputi prinsip-prinsip keilmuan yang melatarbelakanginya. Prinsip
konservasi sebagai suatu kerangka kerja tidak terbatas pada pelayanan
keperawatan di rumah sakit, tetapi dapat digeneralisasi dan dapat
digunakan pada lingkungan, rumah sakit atau komunitas (Levine, 1990).
Prinsip konservasi digunakan sebagai kerangka kerja untuk beberapa
tempat praktek di bidang cardiology, obstetric, gerontology, acute care
(neurology), anak anak, gawat darurat dan keperawatan kritis. Terdapat
banyak praktisi keperawatan yang menggunakan teori konservasi ini
misalnya: Hirschfeld (1976) menggunakan teori Levine untuk diterapkan
pada usia lanjut, Savage and Culbert (1989) menggunakan teori ini untuk
membuat suatu rencana keperawatan pada neonates, Robert & Flaming
menggunakan pada wanita yang melahirkan dan beberapa praktisi yang
lain.
Teori yang dikembangkan oleh Levine memunculkan proses
keperawatan, yaitu:
1. Assesment
Pengumpulan (melewati observasi dan wawancara) terhadap
tantangan lingkungan internal dan eksternal. Perawat mengobservasi
respons organismik terhadap sakit, membaca laporan medis, mengevaluasi
hasil diagnose medis dan berbicara kepada pasien serta keluarga tentang
bantuan memenuhi kebutuhan. Perawat mengkaji ancaman fisiologi dan
patofisiologi terhadap lingkungan internal dan faktor-faktor yang ada
dalam level perceptual, operasional, dan konseptual dalam lingkungan
eksternal yang mengancam individu.
2. Trophicognosis
Diagnosa keperawatan memberikan arti nyata yang provokatif.
Perawat menyusun fakta provokatif dalam memberikan pengertian pada
kesulitan pasien.
3. Hypotheses
Mengacu terhadap intervensi keperawatan dengan mencapai tujuan
wholeness dan meningkatkan adaptasi. Perawat memvalidasi masalah
pasien atau orang disekitarnya. Kemudian perawat menentukan hipotesis
tentang masalah dan solusi, misalnya delapan gelas air perhari
meningkatkan evakuasi bowel. Hal ini akan menjadi rencana tindakan.
4. Interventions
Perawat menggunakan hipotesis untuk menyusun tindakan perawat.
Perawat menyebutkan hipotesis dan bentuk intervensi pada prinsip
konservasi: konservasi energi, kesatuan struktural, kesatuan personal,
kesatuan sosial.
5. Evaluation
Outcome hipotesis dievaluasi dengan mengkaji respons organismik
apakah tercapai atau tidak. Konsekuensi dari care adalah dukungan dan
terapeutik; terapeutik mengukur sense of well-being; dukungan mengukur
kenyamanan yang terjadi pada fase sakit. Jika hipotesis tidak tercapai,
rencana harus direvisi dan hipotesis baru harus dibuat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Model dan Standart Pelayanan Keperawatan Bedah Plastik Sesuai
dengan Falsafah dan Paradigma Keperawatan
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah
plastik dapat mengaplikasikan teori model konservasi Myra E. Levine dalam
beradaptasi untuk mempercepat kesembuhan pasien. Asuhan keperawatan pada
pasien bedah plastik yang sesuai dengan paradigma keperawatan berdasarkan
model konservasi Levine adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Berdasarkan teori Konservasi energi Myra E. Levine, seorang pasien bedah
plastik memerlukan keseimbangan energi dan memperbaharui energi secara
konstan untuk mempertahankan aktivitas hidup. Keseimbangan cairan dan nutrisi
pasien bedah plastik baik pada masa pre-operasi, intra operasi, maupun post-
operasi harus terpenuhi sesuai kebutuhan pasien. Adanya gangguan pada
konservasi energi ini akan memperlambat proses penyembuhan luka bedah plastik
dan pemulihan pasien bahkan bisa menimbulkan komplikasi.
Dalam Konservasi integritas struktur Myra E. Levine dimana penyembuhan
adalah suatu proses pergantian dari integritas struktur, maka asuhan keperawatan
ditujukan untuk merawat luka bedah plastik agar struktur jaringan kulit dapat
segera menyatu dan mencegah terjadinya infeksi yang akan mengganggu
integritas kulit sehingga memperlambat proses penyembuhan luka.
Mengaplikasikan Teori Konservasi integritas personal Myra E. Levine dimana
seorang perawat menghargai klien ketika klien dipanggil dengan namanya. Sikap
menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai personal yang
menyediakan privasi selama prosedur. Sikap menghargai pasien ini akan
meningkatkan integritas personal dalam beradaptasi terhadap kesembuhannya
2. Kesehatan
Menurut teori model konservasi Myra E. Levine, Kesehatan menjadi "Whole"
bukan hanya bebas dari penyakit atau penyakit. Kesehatan adalah keutuhan dan
keberhasilan adaptasi. Kesehatan dapat ditentukan secara sosial (melalui interaksi
mereka dengan orang lain yang signifikan). Kegagalan dalam melakukannya
adalah skenario negatif. Peran perawat dalam mengaplikasikan model konservasi
Myra E. Levine diharapkan mampu menjaga keseimbangan Konservasi energi
pasien, meningkatkan Konservasi integritas personal, dan memelihara
hubungan Konservasi integritas sosial sehingga akan meningkatkan adaptasi
pasien dalam kesembuhannya untuk mencapai derajad kesehatan
"Wholeness".
3. Lingkungan
Model konservasi Myra E. Levine memandang setiap individu memiliki
lingkungannya sendiri baik lingkungan internal maupun eksternal. Perawat dapat
menghubungkan lingkungan internal individu dengan aspek fisiologis dan
patofisiologis, dan lingkungan eksternal sebagai level persepsi, opersional dan
konseptual. Lingkungan dibentuk dari pola budaya, dikarakteristikkan dengan
keberadaan spiritual, dan ditengahi oleh simbol bahasa, pikiran dan pengalaman.
Dalam Konservasi integritas sosial, kehidupan berarti komunitas sosial dan
kesehatan merupakan keadaan sosial yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
perawat berperan menyediakan kebutuhan terhadap keluarga, membantu
kehidupan religius dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi
integritas sosial. Dengan mengaplikasikan model konservasi Myra E. Levine,
diharapkan dapat meningkatkan adaptasi pasien bedah plastik terhadap
lingkungannya, sehingga masyarakay di lingkungan sekitar mau menerima
kembali pasien bedah plastik dalam beraktivitas sosial. Mengingat pasien-pasien
bedah plastik mengalami perubahan struktural dalam bentuk tubuhnya.
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan struktur tubuh pasien bedah plastik,
akan meningkatkan adaptasi pasien yang akan meningkatkan integritas struktural
dan personal pasien dalam mempercepat kesembuhannya dan beraktivitas normal
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
4. Keperawatan
Myra E. Levine mendefinisikan keperawatan dengan mengidentifikasi
keperawatan yang meliputi prinsip-prinsip keilmuan yang melatarbelakanginya.
Prinsip konservasi sebagai suatu kerangka kerja tidak terbatas pada pelayanan
keperawatan di rumah sakit, tetapi dapat digeneralisasi dan dapat digunakan pada
lingkungan, rumah sakit atau komunitas. Dia mendefinisikan perawatan
berdasarkan pada ketergantungan/hubungan manusia dengan orang lain. Besarnya
ketergantungan ini membuatnya merencanakan empat prinsip konservasi yakni
kebutuhan energi dan pemakaiannya, integritas sosial, integritas struktur,
integritas personal. Asuhan keperawatan kepada pasien bedah plastik dilakukan
bertahap dari Assesment, Trophicognosis, Hypotheses, Interventions, Evaluation.
Asuhan keperawatan model Myra E. Levine akan mendukung terapi untuk
mencapai tingkat maksimum adaptasi untuk mencapai tingkat derajad kesehatan
Wholeness. Dengan ini pasien bedah plastik bisa kembali ke lingkungan
masyarakat tanpa ada gangguan integritas personal dan sosial sehingga dapat
segera beraktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Perkembangan terkini asuhan keperawatan pada Klien Bedah Plastik
(Rekonstruktif: Skin graft)
Berdasarkan jurnal dari Semmelweis University, Budapest, Hungary oleh
Rajki dkk, Ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat diimplementasikan
kepada pasien dengan skin graft, yaitu :
1. Mengurangi nyeri pasien setelah operasi skin graft
Verbal pain measurement scale digunakan sebagai bagian dari
dokumentasi keperawatan. Pengkajian nyeri termasuk dibawah ini:
- Lokasi nyeri
- Gambaran nyeri
- Panjang periode nyeri
- Frekuensi nyeri
Nyeri muncul pada saat :
- Bergerak
- Istirahat
- Muncul terus-menerus
Obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri yaitu Tramadol
2. Rawat luka setelah skin graft
Beberapa bahan dibawah ini digunakan dalam rawat luka dengan
bermacam-macam indikasi :
- ALSOL – ung. alum. acetatum,
- silver sulfamidichum,
- mixture of Betadine and Gentamicine ointment,
- H2O2 (Hyperol),
- 0,5% hexochlorophen solution,
- 70% alcohol,
- octenisept,
- inadine,
- mercurochrom solution,
- Suprasorb
Mencukur rambut pada area donor sangat diperlukan. Betadine “soaked”
gauzes diletakkan disekeliling luka pada saat operasi/transplantasi. Tujuannya
agar “the gauzes” tidak menempel pada luka. Perban diatas area donor diganti
keesokan harinya (haripertama setelah operasi), dan perban diatas area skin graft
diganti pada hari ke dua setelah operasi. Sampai hari itu, perawat meletakkan
gauze pad dengan silver sulfamidichum disekitar area. Selama wound dressing,
rawat luka, perawat tidak menggunakan sarung tangan latex tetapi sarung tangan
dari Nitril. Dengan bahan ini keadaan luka tetap netral.
3. Nutrisi pasien setelah transplantasi kulit
Pasien dengan luka bakar makan 5 kali sehari, mereka harus minum 2,5
liter cairan secara enteral per hari. Cairan yang dibawa oleh anggota keluarga
dapat dikonsumsi pasien (karbonat, minuman dengan gula tidak dianjurkan).
Intake garam harus diperhatikan, suplemen mungkin dibutuhkan, 120 gram
protein per hari dibutuhkan pasien. Diantara vitamin, intake vit B dan vit C harus
ditingkatkan, ini sangat penting
Komposisi nutrisi parenteral :
- 20% fat,
- 10% amino acid,
- 40% carbohydrate,
- 10% fructose,
- 10% glucose,
- ringer-laktate (hingga 4000 ml per hari pada hari pertama),
- trace elements and vitamin larut lemak
Makanan spesifik lewat selang NGT:
Komposisi nutrisi disediakan oleh ahli Gizi (di dapur rumah sakit). Komposisi
nutrisi yang diberikan pada pasien :
- nutridrink,
- ensure,
- reconvan,
- dipeptiven (ini sangat penting karena besisi glutamin)
perawat menggunakan continuous tube feeding dengan gravity tube feeding bag,
atau perawat memberikan formula lewat spuit (dengan kecepatan 50 ml/jam atau
80 ml/jam)
Pasien mendapatkan formula (formula pabrik) dalam bentuk dilusi. Untuk dilusi
perawat menggunakan teh pahit (untuk menghindari diare). Teh pahit juga
digunakan untuk membilas selang NGT. Air putih tidak cocok untuk membilas
karena pseudomonas tinggal di air pipa. Kalori nutrisi berkisar 1.00 to 1.5 cal/ml
disediakan oleh ahli gizi di dapur.
4. Indikasi dan aplikasi transfusi pada pasien luka bakar
Indikasi:
- Hasil lab terbaru (hasil lab preoperasi lebih baik daripada postoperatif,
disebabkan dalamnya luka bakar, dan kehilangan darah)
- Besaran area, perkiraan kehilangan darah
- Kadar hematocrit kurang dari 0.30 (pada pasien non-luka bakar kurang
dari 0,24)
Beberapa tipe darah yang dibutuhkan:
- fresh frozen plasma,
- platelet suspension,
- 20% human albumin,
- RBC concentrate.
Test lab total dilakukan selama terapi transfusi. Test urine juga termasuk dalam
test lab. Jika pasien memerlukan donor darah, anamnesa transfusi terdapat dalam
riwayat penyakit.
5. Beberapa aspek asuhan keperawatan rutin
Perawatan oral dan kuku dirawat dengan instrumen desinfektan. Pasien
tidak diizinkan meninggalkan kamar dan pasien lain tidak diizinkan memasuki
kamar. Anak-anak dibawah umur enam dan ibu hamil tidak boleh mengunjungi
pasien luka bakar. Perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan dihari
tindakan keperawatan dilakukan, dan dievaluasi setelah tindakan. Tetanus
prophylaxix digunakan ketika dibutuhkan. Asupan protein yang dibutuhkan
pasien luka bakar berubah-ubah, biasanya dibutuhkan 10 gram protein perhari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Metode keperawatan terkini diperlukan untuk mengimbangi semakin
berkembangnya tren bedah plastik
2. Dalam melakukan perawatan kepada pasien memiliki cara yang harus
sesuai dengan standart asuhan dan keperawatan
3. Teori keperawatan konservasi Levine dapat digunakan untuk melandasi
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien bedah plastik
4.2 Saran
1. Kepada praktisi keperawatan supaya lebih memperhatikan dalam
keterbaruan penelitian
2. Mahasiswa keperawatan supaya lebih aktif dalam penelitian keperawatan
dalam keperawatan bedah plastic pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
ANA. 2013. Plastic Surgery Nursing: Scope and Standards of Practice. USA:
Nursesbooks.org
Fawzy, Ahmad. 2013. Bedah Plastik. www.bedah-plastik.com. Diakses tanggal 1
Maret 2015
Gruendemann, Barbara J & Fernsebner, Billie. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif Volume 2. Jakarta:EGC
LeMone, P & Burke, K. 2008. Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in
Client Care Ed.4. USA: Pearson Education International
Mason, AC. 2001. Handbook of Plastic Surgery. St. Louis: Mosby
Rajki Veronika etc. 2014. Specifics Of The Nursing Care Of Patients Undergoing
Skin Grafting, Particularly The Aspects Of Transfusiology.
https://repo.lib.semmelweis.hu/bitstream/handle/123456789/941/newmed_2
014_067_071_u_091817.398267.pdf?sequence=1 diakses tanggal 8 april
2015