Model Conected Hiperaktif

71
1 BAB I PENDAHULUAN Setiap orang tua berharap anaknya dapat berkembang dengan sempurna bahkan mungkin berprestasi disekolah dan memiliki kecerdasan yang diatas rata serta bisa menyesuaikan diri dimana pun ia berada. Namun seringkali di kelas ditemukan anak yang mengalami kesulitan belajar. Tugas yang diberikan guru tidak dapat ia kerjakan, perkembangan kemampuannya di bawah anak normal pada umumnya. Di kelas selalu tidak bisa duduk dengan tenang, senang berjalan keliling ruangan sehingga mengganggu teman yang lain. Jika disuruh duduk, dia ngamuk, menjerit jerit bahkan ketika dibujuk malah memukul, mencakar dan menunjukkan perilaku lain yang membuat orang tua merasa malu, bingung, sedih, marah sekaligus juga sering merasa bersalah. Kesulitan belajar, khususnya pada anak anak usia dini lebih banyak disebabkan oleh kurangnya kemampuan anak dalam mempertahankan konsentrasi, kecenderungan yang tinggi untuk menyukai bergerak (tidak mau diam), serta tingginya egosentris sehingga segala keinginanya selalu ingin dituruti. Perilaku tersebut memang menjadi ciri anak pada umumnya, tetapi anak yang tidak mengalami gangguan perilaku, karakteristik tersebut tidak menjadi suatu gangguan saat belajar. Salah satu perilaku yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar diantaranya adalah perilaku hiperaktif. Kirk dan Gallagher (1986) seperti dikutip Jamaris mengatakan terdapat 3 jenis kesulitan belajar yakni 1) kesulitan dalam mempelajari tugas perkembangan (developmental learning disabilities) yang mencakup kesulitan dalam mengingat informasi, kesulitan dalam persepsi dan perseptual motorik, kesulitan dalam proses berpikir dan kesulitan dalam perkembangan bahasa. 2) Kesulitan pengolahan informasi, dan 3) kesulitan belajar Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis[Type text] Page 1

Transcript of Model Conected Hiperaktif

Page 1: Model Conected Hiperaktif

1

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap orang tua berharap anaknya dapat berkembang dengan sempurna bahkan

mungkin berprestasi disekolah dan memiliki kecerdasan yang diatas rata serta bisa

menyesuaikan diri dimana pun ia berada. Namun seringkali di kelas ditemukan anak yang

mengalami kesulitan belajar. Tugas yang diberikan guru tidak dapat ia kerjakan,

perkembangan kemampuannya di bawah anak normal pada umumnya. Di kelas selalu tidak

bisa duduk dengan tenang, senang berjalan keliling ruangan sehingga mengganggu teman

yang lain. Jika disuruh duduk, dia ngamuk, menjerit jerit bahkan ketika dibujuk malah

memukul, mencakar dan menunjukkan perilaku lain yang membuat orang tua merasa malu,

bingung, sedih, marah sekaligus juga sering merasa bersalah.

Kesulitan belajar, khususnya pada anak anak usia dini lebih banyak disebabkan oleh

kurangnya kemampuan anak dalam mempertahankan konsentrasi, kecenderungan yang

tinggi untuk menyukai bergerak (tidak mau diam), serta tingginya egosentris sehingga

segala keinginanya selalu ingin dituruti. Perilaku tersebut memang menjadi ciri anak pada

umumnya, tetapi anak yang tidak mengalami gangguan perilaku, karakteristik tersebut tidak

menjadi suatu gangguan saat belajar.

Salah satu perilaku yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar

diantaranya adalah perilaku hiperaktif. Kirk dan Gallagher (1986) seperti dikutip Jamaris

mengatakan terdapat 3 jenis kesulitan belajar yakni 1) kesulitan dalam mempelajari tugas

perkembangan (developmental learning disabilities) yang mencakup kesulitan dalam

mengingat informasi, kesulitan dalam persepsi dan perseptual motorik, kesulitan dalam

proses berpikir dan kesulitan dalam perkembangan bahasa. 2) Kesulitan pengolahan

informasi, dan 3) kesulitan belajar dalam bidang akademik (Jamaris, 209:41). Anak

yang hiperkatif termasuk pada klasifikasi pertama karena mereka  biasanya sulit

memusatkan perhatian, tidak bisa diam, tidak dapat menyelesaikan tugas sekolah, kurang

bisa memahami aturan, dan cenderung sering ngamuk.

Dalam batas tertentu anak yang hiperaktif tidak selalu abnormal. Kesulitan belajar

tidak berhubungan langsung dengan tingkat intelektual, bukan anak yang mengalami

keterbelakang mental, namun mengalami kesulitan menguasai keterampilan belajar dan

melaksanakan tugas spesifik yang dibutuhkan saat belajar, khususnya dalam pembelajaran

yang konvensional (Jamaris, 2009: 4-5). Namun agar potensi positif yang pada anak bisa

muncul, dan perilaku hiperktifnya dapat dirubah, anak hiperaktif perlu penangan khusus

dalam pembelajarannya

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 1

Page 2: Model Conected Hiperaktif

2

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari

segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan

yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah).

Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka

disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga

mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di

lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.

Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-

matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya

akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang

dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan anak usia dini

harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut

sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat

karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman

belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar

matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih

bermakna (meaningful learning).

Penyampaian materi pelajaran di sekolah lebih bersifat transfer of

knowlegde ( menyampaikan pengetahuan teoritis) belum terpadu secara integral

dengan transfer of value dan transfer of skill ( menanamkan nilai dan melatih keterampilan).

Sehingga proses pembelajaran menghasilkan manusia yang tahu tapi tidak mau dan tidak

mampu

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran

yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang

bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi

pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu

secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat

dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di

lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini

siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 2

Page 3: Model Conected Hiperaktif

3

menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh

tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui

kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin

beragam.

Pembelajaran Terpadu yang ideal menurut konsep ajaran Islam yang bersumber dari

Al Qur’an adalah pembelajaran yang memadukan dan menyatukan antara nilai-nilai

keimanan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah populernya keseimbangan antara

IMTAK dan IPTEK. Istilah ini konsepnya telah lama kita dengar tapi konteksnya masih

jarang kita lihat.

Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata “ integrated teaching and learning” atau

“ integrated curriculum approach ”. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey

sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan

kemampuan pengetahuannya ( Beans, 1993 dalam Novi Resmini).

Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren ( a coherent

curriculum approach ) yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan

pendekatan untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan

menghubungkan berbagai program pendidikan. Keterhubungan dalam kurikulum bukan

hanya antara mata pelajaran dan kebutuhan serta minat dan bakat anak, tetapi juga

menghubungkan antara tujuan dan kegiatan, serta kondisi masyarakat pada umumnya.

Menurut Cohen dan Manian Pembelajaran terpadu adalah “kegiatan belajar yang

terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pada

pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (Center of interest; Cohen dan Manian (1992) dan

Brand (1991).

Pembelajaran Terpadu adalah “pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan

menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate

Practice).

 Pembelajaran terpadu merupakan “suatu konsep pendekatan belajar yang

melibatkan beberapa bidang untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak”.

Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-

konsep yang dipelajari mellui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep-konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya  mempelajari apa

yang berhubungan dengan tema atau peristiwa otentik.

Definisi lain tentang pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik ( a holitic

approach ) yang mengkombinasikan aspek efistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan

paedagogi untuk pendidikan anak, yaitu menghubungkan antara otak dan otot, antara

individu dan individu, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain

pengetahuan. (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, 2006 dalam

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 3

Page 4: Model Conected Hiperaktif

4

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-

terpadu-model-integreted/).

Menurut para pakar pendidikan pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada

sekolah anak usia dini dan pendidikan dasar, karena pada jenjang pendidikan anak usia

dini, siswa memahami dan menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih

sulit menghadapi pemilahan dan pemisahan yang artificial. Keterpaduan dalam

pembelajaran ini dapat dilihat dari asfek proses atau waktu, aspek bahan ajar dan asfek

kegiatan belajar mengajar.

Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan

pengajaran dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan

menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang

berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :

1. Integratif Internal yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri,

misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan

dengan membaca dan mendengarkan juga.

2. Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi

yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka

kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran

bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau

bisa juga pencemaran sungai. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model

pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu

diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang

studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3),

atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).

Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam (http:// anwarholil.

blogspot. com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu. html), terdapat tiga kemungkinan

variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam

suasana pendidikan progresif yaitu:

1. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi

mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang

bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh

dikatakan tidak ada.

2. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu

untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.

3. Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara

lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai

titik pusatnya (center core / center of interest);

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 4

Page 5: Model Conected Hiperaktif

5

Collins dan Dixon (1991:6) dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-

pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai

berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the

driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak

dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar

proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda

Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Terpadu memiliki beberapa macam

karakteristik diantaranya:

1. Berpusat pada anak (studend centered).

2. Memberi pengalaman langsung pada anak.

3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.

4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.

5. Bersipat luwes.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut

pandang yang terkotak-kotak.

8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.

9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.

Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-

terpadu-model-integreted/

Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni kegiatan

pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti pembelajaran proyek,

pembelajaran unit, pembelajaran tematik dan sebagainya.

Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.

3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat

bertahan lebih lama.

4. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 5

Page 6: Model Conected Hiperaktif

6

5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang

sering ditemui dalam lingklungan anak.

6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi,

komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain dalam Hilda Karli (2003: 53)

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-

terpadu-model-integreted/.

Fogarty (1991:33-83) menjelaskan model pembelajaran terpadu melalui kurikulum

terpadu memungkinkan terjadi penyeberangan beberapa topik, tema, konsep, atau teori ke

mata pelajaran lain dan atau terjadi overlaping yang memungkinkan diajarkan bersama atau

saling mendukung. Karakteristik penataan kurikulum ini, guru tidak hanya berkonsentrasi

pada satu mata pelajaran akan tetapi dapat berdiskusi dengan rekan lain (jika guru bidang

studi) atau menyusun seluruh peta konsep untuk setiap mata pelajaran (jika guru kelas),

sehingga guru memperoleh gambaran secara konkret peta konsep seluruh mata pelajaran

dalam satu satuan waktu, misalnya catur wulan.

B. Model-model Pembelajaran Terpadu

Robin Fogarty menyatakan bahwa sangat dibutuhkan keterampilan yang tinggi baik dari

guru maupun siswa dari sepuluh model kurikulum  yang diterapkan dengan sederhana

hingga yang sangat rumit. Sepuluh model kurikulum ini berorientasi pada mata pelajaran

yang terpotong-potong hingga model pembelajaran terpadu, antara lain :

1. The Fragmented Model ( Model Fragmentasi )

2. The Connected model ( Model Terhubung )

3. The nested Model ( Model Tersarang )

4. The Sequenced Model ( Model Terurut  )

5. The Shared Model ( Model Terbagi )

6. The Webbed Model ( Model Jaring laba-laba )

7. The Threaded Model ( Model pasang Benang )

8. The Integrated Model ( Model Integrasi )

9. The Immersed Model ( Model Terbenam )

10. The Networked Model ( Model Jaringan )

Dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty (1991 : 64-67 ),

dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:

1. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan di dalam mata pelajaran-

mata pelajaran yang ada dalam satu disiplin ilmu, yaitu model Fragmented,

Connected, dan Nested.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 6

Page 7: Model Conected Hiperaktif

7

2. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan yang ada pada  beberapa

mata pelajaran, dari yang sederhana hingga yang rumit dari suatu mata pelajaran.

Model ini terdiri dari Sequenced, Shared, Webbed, threaded.

3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan lintas beberapa disiplin ilmu.

Model ini terdiri atas integrated, Immersed, Networked.

Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada

faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada

produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi

pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak

pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu

menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.

(http://maestrofisika.blogspot.com/2009/05/it-fisika.html).

C. Model Connected

Dalam Model Connected, topik-topik di dalam suatu disiplin ilmu saling berhubungan

(Lake, 1994:4). Dalam satu disiplin ilmu dalam model ini secara eksplisit menghubungkan

satu topik ke topik berikutnya, dari satu konsep ke konsep lainnya, menghubungkan

pekerjaan yang dikerjakan hari ini dengan hari berikutnya, dan bahkan menghubungkan

ide-ide yang ada pada semester ini dengan semester berikutnya (Fogarty, 1991:14)

1. Kelebihan Model Connected

Model Connected merupakan langkah awal pada pembelajaran terpadu. Guru mempunyai

banyak kesempatan untuk menciptakan hubungan-hubungan dalam suatu disiplin ilmu yang

diajarkan. Ketika guru dan siswa sudah mulai terbiasa dengan hubungan yang ada dalam

suatu disiplin ilmu, maka hal tersebut akan mempermudah mereka dalam membuat dan

memahami hubungan antar disiplin ilmu ( antar satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu

lainnya) (Fogarty, 1991:16). Kelebihannya adalah:

a. Hubungan yang ada pada setiap disiplin ilmu membantu pemahaman siswa dalam

mengulang pelajaran yang telah diberikan guru, memahami konsep dengan lebih

jelas, dan membantu menyerap konsep secara lebih baik.

b. Pemahaman konsep-konsep akan berkembang terus menerus dalam diri siswa.

c. Hubungan yang ada pada setiap disiplin membantu siswa untuk mengulang,

mengedit dan secara bertahap menyerap konsep lebih dalam (Fogarty, 1991:15)

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 7

Page 8: Model Conected Hiperaktif

8

2. Kelemahan Model Connected

a. Masing-masing disiplin ilmu tidak saling berhubungan, hubungan yang ada hanya

fokus pada sustu disiplin ilmu (Lake, 1994: 4)

b. Para guru pada masing-masing disiplin ilmu tidak saling bekerja sama, jadi hungan

yang terjadi hanya ada pada satu disiplin ilmu

c. fokus yang diberikan hanya pada satu disiplin ilmu, sehingga melupakan

kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih luas dengan disiplin ilmu

lain (Fogarty, 1991:16)

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 8

Page 9: Model Conected Hiperaktif

9

BAB III

KESULITAN BELAJAR DAN PERILAKU HIPERAKTIF

A. Kesulitan Belajar

WHO meyebutkan kesulitan belajar sebagai perkembangan berpikir yang kurang

sempurna, impairment dalam fungsi intelektual dan fungsi sosial sehingga individu tsb

mengalami kesulitan untuk memahami, mempelajari sesuatu, dan mengingat hal serta

situasi baru yang menyebabkan individu tersebut memiliki kesulitan melaksanakan tugas

sosial seperti berkomunikasi, mengurus diri dan kesadaran akan kesehatan serta

keamaman diri (Jamaris, 2009:7), Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,

diantaranya: (a)learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow

learner, dan (e)learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing

pengertian tersebut.

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar

seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,

yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi

belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,

sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan

sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut

gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa

tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan

adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.

Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi

atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak

dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi

intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan

tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja

atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,

sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain

yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Slow learner (Lambat belajar) adalah

adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada

umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 9

Page 10: Model Conected Hiperaktif

10

tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70

dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian,

kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Tidak

hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-

kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat

tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung

pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar

ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah

dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang

pendek. Anak dengan SL memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit

menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak

berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa

tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi

intelektualnya (Asjaari,2005:3) .

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan

tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek

psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan

manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh

kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada

siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari

kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-

pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak

mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau

mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah

tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.

Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau

menyesal, dan sebagainya (Asjaari, 2005:5)

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) yang dikuti Asjaari (2005)mengidentifikasi

siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 10

Page 11: Model Conected Hiperaktif

11

siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal

dalam belajar apabila :

1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat

keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level)minimal dalam pelajaran

tertentu yang telah ditetapkan oleh guru(criterion reference).

2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan

ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat

digolongkan ke dalam under achiever.

3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai

prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke

dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi

pengulang(repeater)

Kirk dan Gallagher (1986) seperti dikutip Jamaris mengatakan terdapat 3 jenis kesulitan

belajar yakni 1) kesulitan dalam mempelajari tugas perkembangan (developmental learning

disabilities) yang mencakup kesulitan dalam mengingat informasi, kesulitan dalam persepsi

dan perseptual motorik, kesulitan dalam proses berpikir dan kesulitan dalam perkembangan

bahasa. 2) Kesulitan pengolahan informasi, dan 3) kesulitan belajar dalam bidang akademik

(Jamaris, 209:41).

B. Perilaku Hiperaktif

Hiperaktif yaitu suatu pola perilaku pada diri individu yang mcnunjukkan sikap tidak mau

diam, impulsive, tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan dalam arti bertindak

semaunya sendiri. Mereka yang hiperaktif, umumnya langsung menunjukkan aktivitasnya

secara bersemangat (tampak beda dengan anak normal) apabila ada rangsangan-

rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian anak Hiperaktif sangat mudah

terpengaruh pada stimulus luar. Setiap ada stimulus, ia selalu memberikan respon

Temperamen anak hiperaktif lebih sensitive terhadap rangsang lingkungan, umumnya

menunjukkan aktivitas yang berlebihan, irama aktivitasnya tidak konstan dan tidak

beraturan, kemampuan menyesuaikan diri yang sangat rendah, tidak adaptif terhadap

lingkungannya, menghindari/menjauhi dari kondisi-kondisi `atau situasi baru.

Menurut Scaefer dan Millman (1983) dalam Taylor (I992; 8) hiperaktif merupakan

kctidakmampuan anak dalam mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas

motoriknya. Anak hiperaktif tidak mampu mengontrol gerakan

gerakan yang impulsif sehingga tidak pernah diam. Aktivitas anak Hiperaktif selalu

berlebihan tetapi tidak terkontrol sehingga sulit memusatkan perhatian pada perilaku,  atau

permainannya.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 11

Page 12: Model Conected Hiperaktif

12

Gerakan motorik yang ditampilkannya seringkali tidak relevan, tidak dapat dibedakan

dengan aksi yang penting atau tidak penting, antara yang sesuai dengan rangsangan yang

diterima atau tidak sesuai.

Mereka menampilkan gerakan motorik secara terus menerus tanpa memperlihatkan

rasa lelah. cepat beralih pada aktivitas lain, tidak dapat melakukan aktivitas duduk, banyak

bergerak, lari-lari keluar ruangan. Biasanya hiperaktif terdapat pada anak-anak saja.

Anak yang mengalami gangguan perilaku Hiperaktif mengalami tiga aspek dominan

yang mengganggu yakni: 1) pemusatan perhatian, 2) Impulsif dan 3) Aktivitas yang

berlebih. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang

mengalami gangguan perilaku hiperaktif , maka diperlukan kriteria sebagai batas atau

patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat

diperkirakan mengalami kesulitan belajar karena gangguan perilaku hiperaktif. Dalam tabel

berikut diterangkan ketiga aspek tersebut berikut karakteristik anak yang hiperaktif.

TABEL 1.

KARAKTERISTIK ANAK HIPERAKTIF

No ASPEK GANGGUAN

PERILAKU KARAKTERISTIK PENYEBAB

1 Pemusatan Perhatian

Terganggu Oleh rangsang dari luar

a. Langsung menoleh ketika pintu dibuka

b. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu

Kurang konsentrasi

Lupa pada aktivitas sehari hari

a. Lupa memberi salamb. Lupa BAK di kamar

mandic. Lupa memakai sepatu

ketika pulang

Kurang konsentrasi

Sukar mempertahankan perhatian

a. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan

b. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai

c. Selang perhatiannya pendek

d. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan

e. Cepat beralih pada aktivitas lain

a. Kurang konsentrasi

b. Kurang motivasi menyelesaikan tugas

Tidak mendengarkan ketika diajak bicara

a. Tidak menoleh ketika dipanggil nama

b. Tidak mendengar ketika diberi instruksi

c. Harus diberitahu berkali kali

a. Kurang konsetrasib. Kurang

memahami komunikasi

c. Daya tanggap kurang

d. Sulit melakukan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 12

Page 13: Model Conected Hiperaktif

13

hubungan bermasyarakat

2 Aktivitas Tinggi

Bicara berlebihan a. Mengulang kata kata yang sama berkali kali

b. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti

Kurang terkendali motorik bahasa

Kaki dan tangan tidak mau diam

a. Suka bermain dengan tangannya sendiri

b. Sering bertepuk tangan

c. Sering bermain dengan jarinya

d. Sering menjatuhkan barang

e. Suka jalan jalan tanpa tujuan

f. Suka menabrakg. Berlari dengan badan

tidak condong ke depan

h. Sulit meniru gerakan

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

c. Kurang terampild. Kurang

memahami tata ruang

Banyak bergerak di tempat duduk

a. Suka berdiri di kursib. Menggoyang goyang

badan saat dudukc. Duduk dengan posisi

kaki kemana saja

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

c. Kurang terampilSering meninggalkan tempat duduk

a. Durasi duduknya sebentar

b. Sering berpindah duduk

c. Meninggalkan tempat duduk secara spontan

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

Berlari, memanjat secara berlebihan

a. Suka memanjat mejab. Suka melompat

kesana kemari tidak bertujuan

c. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan

a. Kelemahan mengontrol motorik

b. Tiadk bisa konsentrasi

3 Impulsitas Sering bertindak sebelum berpikir

a. Bertindak secara spontan dan tiba tiba

a. Kurang konsentrasi

b. Kelemahan mengontrol emosi diri

Ngamuk (Tantrum) a. Sering dan mudah menangis

b. Suka mencakarc. Suka menjambakd. Suka memukul tangan

ke wajahe. Mengigitf. Memakig. Menjerit jerith. Merusak atau

melempar barangi. Membenturkan kepalaj. Berguling guling di

lantai

a. Mengalami hambatan emosi

b. Kurang mampu mengontrol diri

c. Kurang bisa berempati

d. Kurang terampil mengekspresi-kan perasaan

e. Kesulitan dalam melakukan hubungan bermasyarakat

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 13

Page 14: Model Conected Hiperaktif

14

k. Suasana hati berubah cepat dan drastis

Bertindak semaunya a. Sulit menahan keinginan

b. Sulit menunggu giliranc. Tidak malu malud. Tidak pernah merasa

bersalah

a. Kurang mampu mengontrol diri

b. Kurang memahami aturan bermasyarakat

c. Kurang pertimbangan moral

Sulit mengikuti aktivitas bermain

a. Bermain dengan rentang yang pendek

b. Tidak mempunyai sahabat dekat

c. Suka bermain sendirid. Suka mengubah

sendiri aturan permainan

Kurang memiliki kemampuan bersosialisasi

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 14

Page 15: Model Conected Hiperaktif

15

BAB IV

MODEL TERPADU CONNECTED UNTUK MEMBANTU ANAK YANG MENGALAMI

KESULITAN BELAJAR DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF

A. Deskripsi Data Hasil Lapangan

Data ini diambil 5,6,7 dan 19 Desember 2011 di TK Persis 66 di Jl Viaduc Bandung

yang merupakan tempat di tengah kota Bandung. Siswa di Kelas TK A awalnya berjumlah

11 anak, namun 2 orang pindah sehingga tinggal 9 orang. Dibantu guru Anne Fitriani,

penulis mendapat hasil assemen karakteristik perilaku hiperaktif pada anak di kelas

tersebut. Dari sembilan orang tersebut, satu anak yakni “RV” menunjukkan memiliki perilau

hiperaktif. Berdasarkan analisis dokumen tentang riwayat perkembangan anak dan

karakteristik anak dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:

RV jenis kelamin pria usia 5 tahun anak ke 2 dari 2 bersaudara. Kedua orang tuanya

bekerja sebagai wiraswasta. RV mengalami kejang pada umur 7 bulan dan dirawat di rumah

sakit. Kejang yang dialami berlanjut hingga sekarang.

RV pergi sekolah diantar oleh sopirnya pulang-pergi dan ditunggui pengasuh sampai

belajar selesai. Kadang kadang RV diantar jemput oleh lbu dan ayahnya. Dibandingkgn

dengan saudara/anak pada umumnya perkembangan RV terlambat. Dari segi kemandirian,

RV belum dapat mandi sendiri, belum dapat buang air sendiri, belum dapat bergaul dengan

anak sebaya. Berikut gambaran karakteristik dari subyek RV dilihat dari berbagai aspek:

1. Komunikasi verbal/non verbal

RV sering tidak menoleh ketika dipanggil namanya dan tidak dapat mengikuti

instruksi yang diberikan. Mengambil tangan orangtuanya/orang lain untuk mengambil objek

yang dimaksud. Contohnya ketika mau mengambil box makanan, atau ketika membuka

sepatu, namun RV tidak sering berbicara sendiri.

2. Respons Rangsangan

RV sangat tertarik pada suara seperti sirine ambulan, sirine mobil polisi atau suara

oarang yang berbicara diluar kelas. RV sangat menyukai permukaan kain yang lembut

seperti bahan kaus, dan bahan jilbab yang lembut untuk dicium atau "disun".

3. Pola tidur

RV cepat tidur sebelum jam 19.00 namun sering terbangun tengah malam. Pagi hari

jam 06.00 biasanya RV sudah bangun namun biasanya diawali dengan rengekan

4. Afeksi

Saat marah RV sering berguling di lantai. Menjerit jerit namun dia tidak membentur-

benturkan kepala atau memukul orang lain. Namun jika tidak terpenuhi keinginannya dia

akan menangis meraung raung dan sulit dibujuk.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 15

Page 16: Model Conected Hiperaktif

16

5. Kondisi fisik dan Motorik yang khas

Dilihat dari kondisi fisik RV tidak jauh berbeda dibandingkan dengan anak

seusianya. Namun saat di dalam kelas RV sangat sulit diminta duduk di kursi, jika duduk di

kursi badannya selalu bergerak. RV selalu berjalan jalan walaupun tanpa tujuan, melompat

di atas kursi, atau memanjat meja.

Ketika pintu dibuka biasanya RV langsung menoleh dan berlari keluar. Selalu lupa

untuk memberi salarn, cepat bosan dengan tugas-tugas yang diberikan, mudah beralih

pada aktivitas lain dengan cepat.

B. Assesmen Anak

Assesmen merupakan proses yang dilakukan dalam suatu kegiatan dan

dilakukansecara sistematis dalam rangka mengumpulkan informasi tentang perkembangan

serta kemajuan belajar yang dicapainya (Jamaris, 2009:58). Selanjutnya Jamaris

mengatakan bahwa assesmen terbagi atas dua jenis yakni Assesmen Formal dan

Assesmen Informal. Assesmen Formal menggunakan alat ukur yang telah baku sedangkan

assesmen informal yaitu assesmen yang dikembangkan oleh guru sehingga belum baku

(Jamris (2009: 59).

Untuk mengungkap aspek perilaku hiperaktif dalam modelpembelajaran ini, penulis

menggunakan assemen informal yang dikembangkan penulis berdasarkan analisis teori

yang berkaitan dengan variabel yangakan diukur dalam hal ini perilaku hiperaktif sebagai

prinsip penting dalam pembuatan assemen informal.

Kisi-kisi Assesmen Perilaku Hiperaktif

Dari analisi teori hiperaktif tersebut di atas dibuat kisi-kisi instrumen perilaku hiperaktif

Tabel 1

KISI KISI INSTRUMEN INFORMAL PERILAKU HIPERAKTIF

Variabel Dimensi & Indikator Jumlah Item

Nomor Item

Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

HIPERAKTIF A. PEMUSATAN PERHATIAN

a. Terganggu Oleh rangsang dari luar

13 1 sd 13 Observasi Ordinal 52 - 86 (Rendah)

87 - 121 (Cukup)

b. Lupa pada aktivitas sehari hari

121 - 156(Tinggi)

c. Sukar mempertahankan perhatian

d. Tidak mendengar ketika diajak bicara

B. AKTIVITAS TINGGI

18 14 sd 32

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 16

Page 17: Model Conected Hiperaktif

17

a. Bicara berlebihanb. Kaki dan tangan

tidak mau diamc. Jalan jalan tanpa

tujuand. Berlari dengan

badan tidak condong ke depan

e. Sulit meniru gerakan

f. Banyak bergerak di tempat duduk

g. Sering meninggalkan tempat duduk

h. Berlari, memanjat secara berlebihan

C. IMPULSIF

a. Sering bertindak sebelum berpikir

21 33 sd 52

b. Tantrumc. Bertindak

semaunyad. Sulit mengikuti

aktivitas bermaine. Mengubah aturan

permainan dengan sendirinya

C.Hasil asessemen

Hasil observasi tentang perilaku hiperaktif pada RV berdasarkan aspek yang diungkap

yaitu; pemusatan perhatian, aktivitas tinggi, dan impulsivitas, dimana aktivitas

tinngimemiliki skor yang sangat tinggi. Anak seusia RV memang memiliki rentang perhatian

yang rendah dan cenderung tidak mau duduk dalam rentang waktu yang lama, namun

berdasarkan hasil instrument perilaku hiperaktif, hasil ukur perilaku Hiperaktif RV adalah

tinggi yakni memiliki skor 133

D. Pendekatan Behavioristik

Untuk mengurangi perilaku hiperaktif pada anak diperlukan penanganan yang terpadu.

Berdasarkan gangguan yang dialami pada anak hiperaktif yakni gangguan pemusatan

perhatian, aktivitas yang berlebih dan impulsif disebabkan oleh kelemahan dalam

konsentrasi, kurang motivasi, kurang daya tangkap, kurang terampil dalam

mengkordinasikan motorik, kurang memahamai komunikasi, kelemaham mengontrol emosi,

kelemahan memahami aturan sosial. Penanganan yang perlu dilakukan adalah dengan

memperhatikan penyebab-penyebab hal tersebut karena dengan memperhatikan penyebab

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 17

Page 18: Model Conected Hiperaktif

18

maka penangan kesulitan belajar dalam berperilaku diharapkan dapat dilakukan sesuai

kebutuhan sehingga tetapt sasaran dan tidak membuang waktu.

Berdasarkan hal tersebut diatas dalam tulisan ini digunakan model pembelajaran

terpadu connected dengan pendekatan Behavioristik karena permasalahan yang terjadi

menyangkut gangguan perilaku yang memerlukan latihan melalui pembiasaan. Perubahan

perilaku harus diulang terus menerus sehingg terbentuk perilaku baru yang diharapkan.

Untuk mempertahankan perilaku yang diharapkan, anak perlu diberi rangsangan positif dan

negatif melalui pemberiaan pujian dan arahan larangan. Pelatihan dan Pembiasaan tersebut

merupakan tehnik yang dilakukan dalam metode Behavioristik. Selain itu anak Hiperaktif

sangat mudah terpengaruh pada stimulus luar. Setiap ada stimulus, ia selalu memberikan

respon, oleh karena itu diperlukanpemberian stimulus dan respon yang tepat sebagai teknik

pembelajaran yang ada dalam pendekatan Behavioristik

E. Pembelajaran Individual

Program Pembelajaran Individual merupakan rumusan program pembelajaran yang

disusun dan dikembangkan menjadi suatu program yang didasarkan atas hasil asesmen

terhadap kemampuan individu anak. Oleh karena itu sebelum seorang guru merumuskan

program pembelajaran individual terlebih dahulu harus melakukan asesmen. Ini mutlak

dilakukan, karena dengan melakukan asesmen guru dapat mengungkap kelebihan dan

kekurangan anak.

Sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang harus dikuasai guru agar dapat

meberikan layanan pada anak berkebutuhan khusus secara professional, yaitu: memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam: (1) mengasesmen kemampuan akademik, dan non

akademik, (2) Merumuskan Program Pembelajaran Individual, dan (3) melaksanakan

pembelajaran.yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Ketiga pengetahuan

dan keterampilan yang harus dikuasai guru tersebut tidak dibahas semuanya, hanya yang

terkait dengan PPI saja yang dibahas dalam tulisan ini (Gunarhadi, 2007).

Selanjutnya Gunarhadi menyebutkan ada enam langkah yang dilakukan dalam

melaksanakan pembelajran individual , yaitu:

(1) Mendapatkan anak (kasus)

Tidak semua orang tahu layanan apa yang harus diberikan pada anaknya, demikian juga

problema yang dihadapi anak mereka. Melalui pengamatan teliti pada semua aspek prilaku

belajar anak, pada akhirnya guru dapat menemukan aspek prilaku anak yang perlu segera

mendapatkan layanan

(2) Mengembangkan screening

Mengembangkan screening dimaksudkan untuk mengetahui banyak tentang perkembangan

anak dan masalah-masalah yang potensial dapat mengganggu perkembangan anak.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 18

Page 19: Model Conected Hiperaktif

19

(3) Melaksanakan diagnosis

Diagnosis merupakan kegiatan evaluatif yang intensif terhadap kasus, yang dilakukan

melalui observasi, wawancara, tes, dan sebagainya. Melalui diagnosis ini dapat ditemukan

kelemahan dan kekuatan kasus sehingga berdasar pada hasil ini dapat ditentukan layanan

pendidikan yang lebih sesuai.

(4) Merencanakan program layanan individual

Jika berdasarkan hasil diagnosis menunjukkan bahwa anak perlu diberikan layanan dini

maka segera disusun dan direncanakan program layanan individual.

(5) Melaksanakan program monitoring

Program monitoring yang dilaksanakan secara berkala dimaksudkan untuk mengetahui

ketepatan program intervensi yang telah direncanakan.

(6) Melaksanakan evaluasi

Evaluasi yang dilakukan secara komprehensif terhadap setiap langkah asesmen, dapat

memberikan gambaran terhadap keefektifan program intervensi yang telah dirancang dan

dilaksanakan. Kemungkinan juga melalui kegiatan evaluasi ini, intervensi yang telah

deprogram diganti ataupun dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Sesuai tahapan pembelajaran Individual di atas, penulis telah :

1. Mendapatkan anak (Kasus) bernama RV berdasarkan instrumen perilaku hiperaktif

yang diberikan penulis kepada guru

2. Melakukan screening dengan melakukan telaah dokumentasi dan wawancara

dengan guru tentang RV

3. Melaksanakan diagnosis dan

4. Merencanakan penangan berdasarkan tahap sebelumnya seperti terlihat pada tabel

2.

5. Membuat model pembelajaran dan

6. Evaluasi pembelajaran yang akan diurai pada sub bab berikutnya

Tabel 2

KETERKAITAN ANTARA ASPEK GANGGUAN, DIAGNOSIS DAN PENANGANAN

KESULITAN BELAJAR DALAM PERILAKU HIPERAKTIF

ASPEK GANGGUAN

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENANGANAN

Pemusatan Perhatian

1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka

2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu

Kurang konsentrasi Latihan Konsentrasi

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 19

Page 20: Model Conected Hiperaktif

20

3. Lupa memberi salam4. Lupa tidak BAK di

kamar mandi5. Lupa memakai sepatu

ketika pulang

Kurang konsentrasi Latihan konsentrasi

6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan

7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai

8. Selang perhatiannya pendek

9. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan

10. Cepat beralih pada aktivitas lain

a. Kurang konsentrasi

b. Kurang motivasi menyelesaikan tugas

a. Latihan Konsentrasi

b. Memberi Motivasi

11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama

12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi

13. Harus diberitahu berkali kali

a. Kurang konsentrasi

b. Kurang memahami komunikasi

c. Daya tanggap kurang

d. Sulit melakukan hubungan bermasyarakat

a. Latihan konsentrasib. Mengembangkan

kemampuan bahasa

c. Mengembangkan kemampuan kogitif

d. Mengembangkan kemampuan sosial

Aktivitas Tinggi 14. Mengulang kata kata yang sama berkali kali

15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti

Kurang terkendali motorik bahasa

Mengembangkan kemampuan bahasa

16. Suka bermain dengan tangannya sendiri

17. Sering bertepuk tangan

18. Sering bermain dengan jarinya

19. Sering menjatuhkan barang

20. Suka menabrak barang

21. Suka Berjalan tanpa tujuan

22. Berlari dengan badan tidak condong ke depan

23. Sulit meniru gerakan

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

c. Kurang terampild. Kurang

memahami tata ruang

Mengembangkan keterampilan motorik

24. Suka berdiri di kursi25. Menggoyang goyang

badan saat duduk26. Duduk dengan posisi

kaki kemana saja

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

c. Kurang terampil

Mengembangkan keterampilan motorik

27. Durasi duduknya sebentar

28. Sering berpindah duduk

29. Suka meninggalkan

a. Kurang mengontrol motorik

b. Kelemahan koordinasi tubuh

Mengembangkan keterampilan motorik

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 20

Page 21: Model Conected Hiperaktif

21

tempat duduk secara tiba tiba

30. Suka memanjat meja31. Suka melompat

kesana kemari tidak bertujuan

32. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan

a. Kelemahan mengontrol motorik

b. Tidak bisa konsentrasi

a. Mengembangkan kemampuan motorik

b. Latihan konsentrasi

Impulsitas 33. Bertindak secara spontan dan tiba tiba

a. Kurang konsentrasi

b. Kelemahan mengontrol emosi diri

c. Kelemaham mengontrol motorik

a. Mengembangkan kemampuan moral

b. Mengembangkan kemampuan motorik

34. Sering dan mudah menangis

35. Suka mencakar36. Suka menjambak37. Suka memukul tangan

ke wajah38. Suka mengigit39. Suka memaki40. Menjerit jerit41. Merusak atau

melempar barang42. Membenturkan kepala43. Bergulingguling di

lantai44. Suasana hati berubah

cepat dan drastis

a. Mengalami hambatan emosi

b. Kurang mampu mengontrol diri

c. Kurang bisa berempati

d. Kurang terampil mengekspresi-kan perasaan

e. Kesulitan dalam melakukan hubungan bermasyarakat

a. Mengembangkan kemampuan moral

b. Mengembangkan kemampuan emosi

c. Mengembangkan kemampuan sosial

45. Sulit menahan keinginan

46. Sulit menunggu giliran47. Tidak malu malu48. Tidak pernah merasa

bersalah

a. Kurang mampu mengontrol diri

d. Kurang memahami aturan bermasyarakat

e. Kurang pertimbangan moral

a. Mengembangkan kemampuan moral

b. Mengembangkan kemampuan sosial

49. Bermain dengan rentang yang pendek

50. Tidak mempunyai sahabat dekat

51. Suka bermain sendiri52. Suka mengubah

sendiri aturan bermain

Kurang memiliki kemampuan bersosialisasi

Mengembangkan kemampuan sosial

F. Hubungan Konsep Teori Behaviorism dalam Mengurangi Perilaku Hiperaktif

Behaviorisme ialah suatu pendekatan yang mengarah pada menekankan

pemahaman, prediksi dan kendali perilaku (Setiawan, 2002: Q4). JB Watson sebagai

pelopor behaviorisme menetapkan suatu pernyataan dan memberikan penekanan pada

pentingnya mengamati secara obyektif pada suatu perilaku yang nampak, juga

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 21

Page 22: Model Conected Hiperaktif

22

memperhitungkan pertilaku yang tidak nampak. Demikian pula halnya tokoh Behaviorism

Skiner (1974) ia mengaplikasikan konsep-konsep dan metodenya secara praktis danteoritis.

Teorinya tentang behaviorism yang terkenal yaitu "stimulus — respon. Behaviorism yang

dinyatakan di sini adalah melihat tingkah laku itu muncul dan nampak, serta menekankan

pada respon-respon yang tidak harus dibangkitkan oleh stimulus (rangsangan), tetapi

sangat dipengaruhi oleh akibat--akibat dari respon itu sendiri (reinforcement).

1. Prinsip Pembelajaran

a. Terstruktur " Pendidikan dan pengajaran anak hiperaktif diterapkan prinsip terstrukrur,

artinya dalam pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dan bahan ajar/materi

yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,

ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian yang

tidak tcrpisah dari materi sebelumnya. Struktur pendidikan dan pcngajaran bagai anak

hiperaktif meliputi; struktur waktu, struktur ruang, dan struktur kegiatan.

b. Terpola

Kegiatan anak anak hiperaktif biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal,

baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur

kembali. Oleh karena itu, dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan

pola yang teratur.

c. Terprogram ‘

Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberikan arahan dan tujuan yang ingin dicapai

dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip

dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara

bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program

pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula selanj utnya.

d.Konsisten

Dalam pelaksanaan pendidikan perilaku bagi anak hiperaktif prinsip konsistensi mutlak

diperlukan. Artinya apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap suatu

stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif

(reward/penguatan), begitupula apabila anak berperilaku negatif.

Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda secara tetap dan

tepat, dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.

Konsisten memiliki arti "tetap" mencakup tetap dalam berbagai hal ruang dan waktu.

Konsisten bagi guru berarti tetap dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak

sesuai dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing—maslng individu. Sedangkan

arti konsistensi bagi anak adalah tetap dalam mempertahankan dan menguasai komampuan

sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang berbeda.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 22

Page 23: Model Conected Hiperaktif

23

e. Kontinyu

Pendidikan dan pengajaran bagai anak hiperaktif sebenamya tidak jauh beda

dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang

berkesinambungan juga mutlak dipcrlukan bagai anak autistik. Kontinyuitas disini meliputi

kesinambungan antara prinsip dasar pcngajaran dan pclaksanaannya. Kontinyuitas dalam

pclaksanaan pcndidikan tidak hanya dikelas, tetapi juga harus ditindak lanjuti untuk kegiatan

di luar kelas, rumah dan lingkungan di sekitar anak. Kesimpulannya, pembelajaran

perubahan perilaku dan pendidikan bagi anak hiperakatif tetap harus dilaksanakan secara

berkesinambungan, simultan dan integral (terpadu).

2.Teknik Pembelajaran

Format umum untuk latihan adalah sebagai berikut; (l) Guru memberi suatu stimulus

(rangsang, berupa instruksi) kepada anak agar memperhatikan guru atau tugas di

tangannya. (2) Stimulus ini mungkin diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respons yang

dimaksud. (3) Anak berespons dengan benar/tepat, salah/tidak tepat, atau tidak berespons

(yang dianggap Salah). (4) Guru berespons (dengan memberi imbalan atau respons anak),

yaitu memberi hadiah jika benar dan mengatakan "tidak" jika salah. (5). Terdapat interval

(senggang waktu) singkat sebelum memulai pelatihan berikutnya.

3. Pelatihan yang Utama

Pembiasaan ( melatih secara berulang) untuk perilaku secara umum dalam:

a. Tidak mau diam, kurang konsentrasi dan kurang motivasi belajar

1. Berdoa sebelum kegiatan

2. Duduk di kursi: tidak berjalan jalan di kelas, tidak keluar ruang kelas

3. Menoleh ketika dipangil nama

4. Mengenal instruksi

5. Melakukan kontak mata

6. Memberikan pujian dan semangat

7. Mengucapkan salam saat datang dan pulang sambil melihat mata yang diberi salam

b. Mengatasi Perilaku Tantrum

1. Memberikan pelukan dan menyatakan kata “tidak” saat anak tantrum dan menyakiti

diri sendiri atau orang lain

2. Belajar berbahasa sederhana untuk menyatakan emosi

3. Mengenal perilaku benar dan salah

4. Memberikan reward dan punishmen secara konsisten, lantang dan jelas

5. Belajar menunggu gilioran

6. Mengalihkan perhatian saat anak menghendaki sesuatu yang tidak diharapkan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 23

Page 24: Model Conected Hiperaktif

24

4. Persiapan Pembelajaran:

1. Menghilangkan benda atau menghalangi pandangan ke pintu yang akan membuat

anak beralih perhatian

2. Menyediakan makakan yang dia sukai

3. Menyiapkan benda yang dia sukai untuk mengalihkan pada keinginan yang tidak

diharapkan

G. Bagan Materi Kegiatan Model Connected

Sesuai konsep model belajar connected dimana topik satu dihubungkan dalam topik

berikutnya dalam satu pembelajaran (bukan dalam beberapa disiplin ilmu atau mata

pelajaran atau bidang pengembangan), maka dalam pembelajaran ini yang di “connected”

kan adalah pada setiap bidang kemampuan dasar untuk merubah perilaku hiperaktif, yakni:

a. Connceted Kemampuan Motorik

b. Conected Kemampuan Bahasa

c. Connected Kemandirian, Moral dan Emosi

d. Connected Kemampuan Sosial

e. Connted Kemampuan Kogniif

Dalam setiap bidang kemampuan dihubungkan sedemikian sehingga pelajaran hari ini

terhubung dengan pelajaran sebelumnya dan pelajaran yang akan datang. Dengan

demikian terdapat lima bagan connected seperti terlihat dap bagan berikut ini.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 24

Page 25: Model Conected Hiperaktif

TOPIK HARI INI

9. Memotong roti binatang

25

MODEL CONNECTED KEMAMPUAN MOTORIK UNTUK ANAK HIPERAKTIF

KELOMPOK TK A

8. Mengoles roti bintang

Keterangan:

Angka menunjukkan urutan pembelajaran

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 25

TOPIK SEBELUMNYA1. Meniru lagu “duduk rapi” 2. Meniru gerakan binatang seperti

duduk atau berdiri 3. Menyobek kertas gambar

binatang4. Merentangkan karet kalung

binatang5. Membuat stempel binatang 6. Meremas adonan roti membentuk

binatang

(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk untuk melatih duduk di

TOPIK SELANJUTNYA10 Meronce gambar binatang11 Menari sesuai irama tanaman12 Mandi bola13 Lempar tangkap mainan bintang9. Berpantomim bebas tentng

tanaman10. Toilet training11. Mencuci muka12. Menuang Minuman

(Jika anak sudah mulai bisa tenang duduk, kegiatan mulai dilakukan tidak sambil duduk untuk melatih motorik lainnya)

Page 26: Model Conected Hiperaktif

TOPIK HARI INI

5. Bermain ciluk ba6. Mengenal instruksi memegang angota badan

dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instrusksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan

(anak mulai belajar memahami kalimat instruksi)

26

MODEL CONNECTED KEMAMPUAN BAHASA UNTUK ANAK HIPERAKTIF

KELOMPOK TK A

Keterangan:

Angka menunjukkan urutan pembelajaran

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 26

TOPIK SEBELUMNYA

1. Mengucapkan salam2. Menyanyi “duduk manis”3. Menyanyi lagu “panggil nama

teman”4. Meniru vokal di depan cermin

(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk untuk melatih duduk di kursi, mendengar panggilan dan meniru bahasa)

TOPIK SELANJUTNYA

7. Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana

8. Main telepon teleponan9. Meniru mengucapkan doa

(Jika anak sudah mulai mengerti instruksi, kegiatan dilanjutkan untuk membantu anak bisa mengungkap keinginan menggunakan kalimat mengurasngi tantrum)

Page 27: Model Conected Hiperaktif

TOPIK HARI INI6. Mengenal tekstur: menyetuh benda halus atau kasar,

hangat dan dingin, basah dan kering7. Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk,

senang, sakit, lapar, pipis dll (anak mulai belajar memahami tekstur dan perasan dalam berperilaku melalui tanda perilaku )

27

MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN MORAL, KEMANDIRIAN, DAN EMOSI UNTUK ANAK HIPERAKTIF

KELOMPOK TK A

Keterangan:

Angka menunjukkan urutan pembelajaran

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 27

TOPIK SEBELUMNYA1. Mengucap salam saat bertemu orang lain2. Menunjukkan benda/makanan/mainan yang

diinginkan3. Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah4. Mengenal benar salah dengan memahami

kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”

5. Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap

(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk dan mengenalkan nilai moral baik buruk melalui cerita untuk mengurangi perilaku tantrum)

TOPIK SELANJUTNYA8. Menyebutkan benda/ makanan

/mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll

9. Meniru berdoa mau ke WC10. Antri bermain/menunggu giliran 11. Membantu orang lain12. Membereskan barang usai

berkebun(Jika anak sudah mulai mengerti konsep, ciri suatu emosi, kemudian anak belajar menyatakan keinginan sendiri untuk menghilangkan tantrum

Page 28: Model Conected Hiperaktif

TOPIK HARI INI

4. Bermain lempar mainan binatang berdua teman

5. Duduk diayunan, diayunkan oleh teman

(anak mulai belajar memiliki sahabat dengan bermain berdua )

28

MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN SOSIAL UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELOMPOK TK A

Keterangan:

Angka menunjukkan urutan pembelajaran

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 28

TOPIK SEBELUMNYA

1. Main ular ularan

2. Main Kucing Kucingan

3. Mandi Kuda Kudaan

(Awal kegiatan bermain secara bersama untuk mengenal aturan bermain)

TOPIK SELANJUTNYA

6. Menawarkan mainan kepada

teman

7. Menolong membawakan

mainan teman

8. Gotong royong berkebun

(Jika anak sudah mulai mengerti konsep bermain bersama dan memiliki teman, kemudian anak belajar bekerjasama)

Page 29: Model Conected Hiperaktif

TOPIK HARI INI5. Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda6. Menyusun dengan balok bergambar binatang

(anak mulai belajar menyelasaikan masalah agak rumit karena berdasarkan instruksi tertentu)

29

MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN KOGNITIF UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELOMPOK TK A

Keterangan:

Angka menunjukkan urutan pembelajaran

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 29

TOPIK SEBELUMNYA1. Menunjuk gambar binatang2. Mengenal bentuk dan warna

binatang3. Menyebut kembali gambar binatang

yang dilihat4. Menyebut hal yang sudah

dikerjakan hari itu

(Awal kegiatan mengenal problem solving secara sederhana dengan menyebut sesuatu yang sudah dikenal)

TOPIK SELANJUTNYA

1. Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang

2. Memasang benda sesuai pasanganan3. Mengelompokkan benda benda yang

sama4. Menjawab ya dan tidak terhadap

pertanyaan yang melibatkan keinginan

(Anak kemudian memahmi konsep logika yang lebih rumit bahkan memahami keiningan diri sendiri)

Page 30: Model Conected Hiperaktif

30

Model Keterpaduan Tema, Indikator dan Bidang Kemampuan Pembelajaran Individual

Connected Untuk ‘RV” (KELOMPOK TK A)

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 30

SOSIAL1. Mampu bermain bersama main ular

ularan2. Mampu bermain bersama kuda kudaan 3. Mampu mengenal aturan permainan

Kucing Kucingan4. Mampu bermain berdua dengan teman 5. Mampu memilih teman berdua6. Mampu menawarkan mainan kepada

teman7. Mampu menolong membawakan

mainan teman 8. Mampu gotong royong berkebun

KEMANDIRIAN,EMOSI DAN MORAL1. Mampu mengucap salam saat bertemu orang lain2. Mampu menunjukkan benda/makanan/mainan yang diinginkan3. Mampu menyebut sifat sifat Allah 4. Mampu memahami benar salah dengan memahami kata : “tidak”,

“jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”5. Mampu meenunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap6. Mampu mengenal benda halus atau kasar, hangat dan dingin,

basah dan kering7. Mampu mengenal bentuk perasaan yang wajar seperti haus,

cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll8. Mampu menyatakan perilaku yang diinginkan: minta mainan, mau

bobo, ngantuk, mau pipis dll 9. Mampu meniru berdoa mau makan10. Mau antri bermain/menunggu giliran 11. Mampu meniru praktek shalat12. Mampu membantu orang lain13. Membereskan barang usai berkebun

MOTORIK1. Mampu duduk rapi 2. Mampu meniru gerakan

tubuh binatang seperti duduk atau berdiri

3. Mampu menyobek gambar binatang

4. Mampu membuat stempel binatang

5. Mampu merentangkan karet kalung binatang

6. Mampu meremas adonan roti berbentuk binatang

7. Mampu memotong roti8. Mampu mengoles roti9. Mampu meronce bentuk

binatang10. Mampu menari sesuai

irama binatang11. Mampu berguling di kolam

bola12. Mampu melempar tangkap

Tanaman13. Mampu berpantomim

bebas gerakan tanaman14. Mampu ke WC 15. Mampu mencuci muka

BAHASA1. Mampu mengucapkan salam2. Mampu menyanyi “duduk manis”3. Mampu menyanyi lagu “panggil nama teman”4. Mampu meniru vokal di depan cermin5. Mampu mengucapkan “ciluk ba6. Mengenal instruksi memegang angota badan

binatang dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instruksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan

7. Mampu menyebutkan mainan binatang/ makanan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana

8. Mampu berbicara di telepon teleponan9. Mampu mengucapkan doa mau makan

TEMA:

BINATANG (Minggu I)

TANAMAN (Minggu II)

KOGNITIF1. Mampu menunjuk gambar

Binatang laut2. Mampu mengenal jenis dan

warna binatang3. Mampu menyebut kembali

gambar binatang yang dilihat4. Mampu menyebut hal yang

sudah dikerjakan hari itu5. Mampu mengambil mainan

binatang di kotak sesuai ciri-cirinya

6. Mmpu menyusun dengan 5 balok bergambar binatang

7. Mampu membuka dan mengisi wadah sesuai jenis

8. Mampu memasang gambar tanaman sesuai pasanganan

9. Mampu mengelompokkan tanaman yang sama

10. Mampu menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan

Page 31: Model Conected Hiperaktif

31

Rencana Kegiatan Mingguan

PEMBELAJARAN INDIVIDUAL MINGGUAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu : I Bulan Januari

Tema : Binatang

HARI MOTORIK BAHASA MORAL SOSIAL KOGNITIF1 Meniru duduk

rapi

Meniru gerakan tubuh binatang seperti duduk atau berdiri

Mengucapkan salam

Menyanyi “duduk manis”

Terbiasa mengucap salam saat bertemu orang lain

Main bersama main ular ularan

Menunjuk gambar binatang

2 Menyobek kertas gambar binatang

Merentangkan karet kalung binatang

Menyanyi lagu “panggil nama teman”

- Main bersama kucing kucingan

Mengenal bentuk dan warna binatang

3 Membuat stempel binatang

Meniru vokal di depan cermin

Menunjukkan benda/makanan/mainan yang diinginkan

Main bersama kuda kudaan

Menyebut kembali gambar binatang yang dilihat

4 Meremas adonan roti membentuk binatang

Bermain ciluk ba

Mengenal instruksi memegang angota badan dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instrusksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan

Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah

Bermain lempar mainan binatang berdua teman

Duduk diayunan, diayunkan oleh teman

-

5 Memotong roti berbentuk binatang

Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana

Mengenal benar salah dengan memahami kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”

Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap

- Menyebut hal yang sudah dikerjakan hari itu

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 31

Page 32: Model Conected Hiperaktif

32

PEMBELAJARAN INDIVIDUAL MINGGUAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu : II Bulan Januari

Tema : Tanaman

HARI MOTORIK BAHASA MORAL SOSIAL KOGNITIF1

Meronce bentuk tanaman

Main telepon teleponan

Mengenal tekstur: menyetuh benda halus atau kasar, hangat dan dingin, basah dan kering

Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll

- Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda

Menyusun dengan balok bergambar tanaman

2 Menari sesuai irama

Lempar tangkap mainan

- Menyebutkan benda/ makanan /mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll

- Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang

Memasang benda sesuai pasangan

3 Berpantomim bebas tentang tanaman

- - Menawarkan mainan kepada teman

Menolong membawakan mainan teman

Mengelompokkan tanaman yang sama

4 Toilet training Meniru mengucapkan doa ke WC

Berdoa masukWC

Menunggu giliran ke WC

- -

5 Mencuci tangan

Menuang minuman teh

- Membereskan barang usai berkebun

Gotong royong berkebun

Menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 32

Page 33: Model Conected Hiperaktif

33

Rencana Kegiatan Harian

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : I/ 1 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap tentang kegiatan belajar kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appersepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaTerbiasa mengucapkan salam

Mengucapkan salam Praktek langsung

Mampu mengulang menyanyikan lagu anak

Menyanyi “duduk manis” Kursi

Terbiasa duduk tenang Meniru duduk rapiSenang bermain dengan temanMengenal aturan bermain

Main bersama main ular ularan Kaset recorder

Mampu melakukan gerakan sederhana

Terbiasa duduk tenang

Meniru gerakan tubuh binatang seperti duduk atau berdiri

Mampu mengenal jenis jenis binatang

Melatih konsentrasi

Menunjuk gambar binatang Gambar binatang berdasarkan jenisnya

\\

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 33

Page 34: Model Conected Hiperaktif

34

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : I/ 2 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menyanyi lagu anak

Mampu menjawab ketika dipanggil nama

Menyanyi lagu “panggil nama teman”

Praktek langsung

Senang main bersama temanMengenal aturan bermain

Main bersama kucing kucingan Kaset dan lagu anak

Mampu berkonsentrasi

Mampu mengotrol motorik halus

Menyobek kertas gambar binatang

Merentangkan karet kalung binatang

Kertas gambar binatang

Kalung binatang dari karet

Mampu menyebutkan benda yang dilihat

Mengenal jenis dan warna binatang

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 34

Page 35: Model Conected Hiperaktif

35

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : I/ 3 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menirukan kembali kata kata dengan benar

Meniru vokal di depan cermin Praktek langsung Cermin

Senang bermain dengan temanMengenal aturan bermain

Main bersama kuda kudaan Kuda kudaan dari kertas karton

Mampu mencap dengan berbagai alat dan bentukMelatih koordinasi dan konsentrasi

Membuat stempel binatang Stempel dari kentang berbentuk binatang dan pewarna makanan berbagai warna

Mampu mengingat benda yang dilihatMelatih konsentrasi

Menyebut kembali gambar binatang yang dilihat

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 35

Page 36: Model Conected Hiperaktif

36

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : I/ 4 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menirukan kalimat sederhana

Mengerti kalimat perintah secara sederhana

Bermain ciluk ba

Mengenal instruksi memegang angota badan dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instruksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan

Praktek langsung

Mampu mendengarkan ceritaMelatih konsentrasiMengenal sifat sifat/ perilaku yang baik

Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah

Bercerita Buku cerita sifat Allah

Senang bermain bersama temanMampu mengenal aturanMampu memilih teman bermainMelatih motorik halusMelatih konsentrasiMampu membentuk sesuai imajinasi

Bermain lempar mainan binatang berdua teman

Duduk diayunan, diayunkan oleh teman

Meremas adonan roti membentuk binatang

Bermain bersama

Bermain ayunan

Praktek langsung membuat roti

Berbagai mainan berbentuk binatang

Mainan ayunan

Adonan roti

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 36

Page 37: Model Conected Hiperaktif

37

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : I/ 5 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menyampaikan maksud dan keinginan dengan kalimat sederhanaMengenal benar salahMemahami kalimat laranganMelatih memahami bentuk emosiMelatih menunjukkan emosi secara wajar

Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana

Mengenal benar salah dengan memahami kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”

Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap

Bercakap cakap Kursi untuk bercakap cakap

Melatih motorik halusMelatih konsentrasi

Memotong roti berbentuk binatang

Praktek langsung Roti dan pisau dari plastik

Mampu berceritaMampu mengingat melatih konsentrasi

Menyebut hal yang sudah dikerjakan hari itu

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 37

Page 38: Model Conected Hiperaktif

38

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke :II / 1 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu berbicara lancar dalam tanya jawab

Main telepon teleponan Bermain HP

Mengenal indera dan perasaanMemahami emosi diri dan orang lainMelatih mengekspresikan emosi secara wajar

Mengenal tekstur: menyentuh benda halus atau kasar, hangat dan dingin, basah dan kering

Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll

Praktek langsung

Tanya Jawab

Kain kasar, halus, kering, dan basah

Memahami konsepMelatih motorik halusMampu membedakan bendaMelatih konsentrasi

Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda

Menyusun dengan balok bergambar tanaman

Praktek langsung Wortel, tomat, salak, dukuh, rambutan, mentimun, Jeruk BaliBalok bergambar

Melatih motorik halusMelatih konsentrasi

Meronce bentuk tanaman Tanaman tiruan, tali, dan jarum besar

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 38

Page 39: Model Conected Hiperaktif

39

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN“RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : II/ 2 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMemahami ukuran dan bentukMampu mencocokkan bendaMelatih konsentrasi

Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang

Memasang benda sesuai pasangan

Praktek langsung Beberapa wadah dan sayuran atau buah buahan yang akan dimasukkan ke wadah

Memahami keinginan sendiriMengutarakan emosi secara wajarMengutarakan keinginan dengan kalimat yang dimengerti

Menyebutkan benda/ makanan /mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll

Tanya jawab Mainan

Melatih koordinasi tubuh

Menari sesuai irama

Lempar tangkap mainan

Menari

Praktek langsung

Kaset dan recorder

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 39

Page 40: Model Conected Hiperaktif

40

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : II/ 3 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu membuat imajinasi gerakan

Berpantomim bebas tentang tanaman

Praktek langsung

Terbiasa berbagiMampu menunjukkan rasa empati dan rasa sayang

Menawarkan mainan kepada teman

Menolong membawakan mainan teman

Mainan

Mampu memngelompokkan berdasarkan jenis tertentuMelatih konsentrasi

Mengelompokkan tanaman yang sama

Berbagai jnis tanaman

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 40

Page 41: Model Conected Hiperaktif

41

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : II/ 4 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda Media

Terbiasa berdoa sebelum melakukan kegiatanMengenal baik burukMelatih konsentrasi

Berdoa masukWC Prakek langsung

AirSabunToiletTisue

Terbiasa sabar, mengurangi perilaku spontan dan tidak sabarMengenal aturan

Menunggu giliran ke WC

Terbiasa mengurus diri sendiri (kemandirian)

Toilet training

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 41

Page 42: Model Conected Hiperaktif

42

SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”

Kelas : TK A

Semester : II

Minggu/Hari ke : II/ 5 Bulan Januari

Tema : Binatang

Alokasi waktu : 08.00 – 10.15

Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan

duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian

atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :

a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan

hangat dan cinta.

b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab

salam sambil melihat ke wajah guru.

c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.

d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk

berhadapan dengan anak.

e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak

bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan

melakukan kontak mata pada anak.

f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari

ini (appresepsi)

Kegiatan Inti:

Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda Media

Senang bekerjasama dengan orang lain

Gotong royong berkebun Berkebun Lahan kebunTanaman dan bibit

Terbiasa membereskan dan menempatkan benda sesuai tempatnya

Membereskan barang usai berkebun

buah buahanSekopPupukAir

Terbiasa mengurus diri sendiri danmenjaga kebersihan

Mencuci tanganMenuang minuman teh

Praktek cuci tangan dan menuang

CangkirTeko

Mampu menyampaikan keinginan secara tepat

Menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan

minuman Teh daun

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 42

Page 43: Model Conected Hiperaktif

43

H. Evaluasi Pembelajaran

Lembar Penilaian Perilaku

EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN OBSERVASI

Nama : .. RV.........

Kelas : TK A

Waktu : Minggu I hari I

Tema: Binatang

Indikator Belajar Penilaian

Dapat melakukan sendiri

Harus dibantu Tugas Tidak Selesai

Mampu mengucapkan salamMampu mengulang menyanyikan lagu anakMampu duduk tenangMampu bermain dengan temanMengenal aturan bermainMampu melakukan gerakan berdiriMampu mengenal jenis jenis binatang dengan menunjuk gambarMelatih konsentrasi

EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN OBSERVASI

Nama : .. RV.........

Kelas : TK A

Waktu : Minggu I hari II

Tema: Binatang

Indikator Belajar Penilaian

Mampu menyanyi lagu anakMampu menjawab ketika dipanggil namaSenang main bersama temanMengenal aturan bermainMampu berkonsentrasiMampu mengotrol motorik halusMampu menyebutkan benda yang dilihatPenilaian 1,2,3, dan 4, menunjukan tingkatan nilai yang diperoleh1 = belum berkembang2 = sudah berkembang3 = berkembang4 = memiliki bakat khusus

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 43

Page 44: Model Conected Hiperaktif

44

EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN LEMBAR KERJA

Nama : .. RV.........

Kelas : TK A

Waktu : Minggu I hari II

Tema: Binatang

Indikator Belajar : Mampu mencap berbentuk binatang dengan Kentang

Nama :

Kelas :

Tanggal:

PENILAIAN : Beri penilain dengan simbol:

☻: Mampu mengerjakan sendiri dengan tuntas

☺: Mampu mengerjakan tugas namun perlu dibantu

√ : Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 44

Page 45: Model Conected Hiperaktif

45

INSTRUMEN

MENGUNGKAP PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TK

Inisial Anak :.................

Kelas : TK A

Tanggal Observasi :.......... ..

KARAKTERISTIK SELALU(3)

KADANG KADANG(2)

TIDAK PERNAH(1)

1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka

2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu

3. Lupa memberi salam4. Lupa BAK tidak di kamar mandi

5. Lupa memakai sepatu ketika pulang

6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan

7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai

8. Selang perhatiannya pendek

9. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan

10. Cepat beralih pada aktivitas lain

11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama

12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi

13. Harus diberitahu berkali kali

14. Mengulang kata kata yang sama berkali kali

15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti

16. Suka bermain dengan tangannya sendiri

17. Sering bertepuk tangan18. Sering bermain dengan

jarinya19. Sering menjatuhkan

barang20. Suka berjalan dengan

menabrak barang21. Suka Berjalan tanpa tujuan22. Berlari dengan badan tidak

condong ke depan23. Sulit meniru gerakan

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 45

Page 46: Model Conected Hiperaktif

46

24. Suka berdiri di kursi25. Menggoyang goyang

badan saat duduk26. Duduk dengan posisi kaki

kemana saja27. Durasi duduknya sebentar28. Sering berpindah duduk29. Suka meninggalkan tempat

duduk secara tiba tiba30. Suka memanjat meja31. Suka melompat kesana

kemari tidak bertujuan32. Tidak kenal lelah dalam

beraktivitas berlebihan33. Bertindak secara spontan

dan tiba tiba34. Sering dan mudah

menangis35. Suka mencakar36. Suka menjambak37. Suka memukul tangan ke

wajah38. Suka mengigit39. Suka memaki40. Menjerit jerit ketika

keinginannya tidak terpenuhi

41. Merusak atau melempar barang saat keinginannya tidak terpenuhi

42. Membenturkan kepala43. Bergulingguling di lantai44. Suasana hati berubah

cepat dan drastis45. Sulit menahan keinginan46. Sulit menunggu giliran47. Tidak malu malu48. Tidak pernah merasa

bersalah49. Bermain dengan rentang

yang pendek50. Tidak mempunyai sahabat

dekat51. Suka bermain sendiri52. Suka mengubah sendiri

aturan bermainTotal Skor Nilai

Bandung, ............... 2011Yang Mengukur, Guru TK ................................

( ..........................................)

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 46

Page 47: Model Conected Hiperaktif

47

INSTRUMEN

MENGUNGKAP PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TK

Kelas : TK A

Tanggal Observasi : 5, 6, dan 7 Desember 2011

KARAKTERISTIK ANAKPERILAKU AI BS CB D EV VR G RV YY

1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka

2 2 2 1 1 2 1 2 2

2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu

1 1 1 1 1 2 1 3 2

3. Lupa memberi salam 1 1 1 2 1 1 1 3 34. Lupa BAK tdk di kamar mandi 1 1 1 1 1 1 1 3 15. Lupa memakai sepatu ketika

pulang1 1 2 1 2 1 1 2 1

6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan

1 2 1 1 1 1 2 3 1

7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai

1 1 1 2 1 1 1 3 1

8. Selang perhatiannya pendek 1 1 1 2 1 1 1 3 19. Cepat bosan dengan tugas

tugas yang diberikan1 1 1 1 1 2 1 3 1

10. Cepat beralih pada aktivitas lain

1 1 1 1 1 1 1 3 1

11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama

1 1 1 1 1 1 1 3 1

12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi

1 1 1 2 1 1 1 3 1

13. Harus diberitahu berkali kali 1 1 1 2 2 1 1 2 114. Mengulang kata kata yang

sama berkali kali1 1 1 1 1 1 1 1 1

15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti

1 1 1 1 1 1 1 1 1

16. Suka bermain dengan tangannya sendiri

1 1 1 1 1 1 1 1 1

17. Sering bertepuk tangan 1 1 1 1 1 1 1 2 118. Sering bermain dengan

jarinya1 1 1 1 1 1 1 1 1

19. Sering menjatuhkan barang 1 2 1 2 1 1 2 3 120. Suka berjalan dengan

menabrak barang1 1 1 1 1 1 2 3 1

21. Suka Berjalan tanpa tujuan 1 1 1 1 1 1 1 3 122. Berlari dengan badan tidak

condong ke depan1 1 1 1 1 1 1 3 1

23. Sulit meniru gerakan 1 1 1 1 1 1 1 3 124. Suka berdiri di kursi 2 2 2 3 1 1 2 3 125. Menggoyang goyang badan

saat duduk1 1 2 2 1 1 2 3 1

26. Duduk dengan posisi kaki kemana saja

1 1 2 2 2 2 1 3 1

27. Durasi duduknya sebentar 1 1 1 1 2 1 1 3 128. Sering berpindah duduk 1 2 2 3 2 2 1 3 129. Suka meninggalkan tempat

duduk secara tiba tiba1 1 1 1 1 1 1 3 1

30. Suka memanjat meja 1 2 2 2 1 1 1 3 131. Suka melompat kesana

kemari tidak bertujuan1 1 1 1 2 1 1 3 1

32. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan

1 1 2 1 2 2 1 3 1

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 47

Page 48: Model Conected Hiperaktif

48

33. Bertindak secara spontan dan tiba tiba

1 1 1 1 1 1 1 3 1

34. Sering dan mudah menangis 1 2 3 2 3 1 1 3 335. Suka mencakar 1 1 1 1 1 1 1 1 136. Suka menjambak 1 1 1 1 1 1 1 1 137. Suka memukul tangan ke

wajah1 1 1 1 1 1 1 1 1

38. Suka mengigit 1 1 1 1 1 1 1 1 139. Suka memaki 1 1 2 1 1 1 1 2 140. Menjerit jerit ketika

keinginannya tidak terpenuhi2 1 2 2 2 1 1 3 2

41. Merusak atau melempar barang saat keinginannya tidak terpenuhi

1 1 3 2 1 1 1 3 1

42. Membenturkan kepala 1 1 1 1 1 1 1 1 143. Bergulingguling di lantai 1 1 2 3 1 2 1 3 144. Suasana hati berubah cepat

dan drastis1 1 1 1 1 1 1 3 1

45. Sulit menahan keinginan 1 1 2 2 3 2 1 3 146. Sulit menunggu giliran 1 1 1 2 3 1 1 3 147. Tidak malu malu 1 1 1 1 1 1 1 3 148. Tidak pernah merasa

bersalah1 2 1 2 1 1 1 3 1

49. Bermain dengan rentang yang pendek

1 1 1 1 1 1 1 3 1

50. Tidak mempunyai sahabat dekat

1 1 1 1 1 1 1 3 1

51. Suka bermain sendiri 1 1 2 1 2 1 1 3 352. Suka mengubah sendiri

aturan bermain1 1 1 1 1 1 1 3 1

Total Skor 55 60 69 74 66 60 58 133 61Kriteria R R R R R R R T R

Bandung, 20 Desember 2011

Yang Mengukur, Guru TK

(....................................)

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 48

Page 49: Model Conected Hiperaktif

49

BAB V

PENUTUP

Model Pembelajajarn Connected merupalan pembelajaran terpadu yang

menghubungkan antara satu topik ke topik lainnya, antara satu tema dengan tema lainnya,

secara berurutan dalam satu bidang pembelajaran, bidang studi atau bidang kemampuan.

Model ini dipandang penulis tepat dipakai membantu menangani kesulitan belajar anak yang

hiperaktif karena anak yang hiperkatif memerlukan pelatihan melalui pembisaan yang terus

menerus diulang sehingga anak dapat melakukan perilaku yang diharapkan. Perilaku

merupakan hal sulit diubah dalam waktu singkat, berbeda dengan gangguan kemampuan

akademik yang mungkin dapat diberi latihan bimbingan belajar dalam waktu yang relatif

lebih pendek. Oleh karena itu untuk merubah perilaku hiperaktif, pembelajaran tidak

dilanjutkan sebelum pembelajaran yang sebelumnya dapat difahami anak, hal ini sesuai

dengan prinsip model belajar Connected.

Pendekatan yang dipakai untuk mengubah perilaku hiperaktif adalah pendekatan

belajar Behavioristik. Teori belajar ini menekankan pemberian stimulus dan respon, hal ini

cocok dengan karakteristik perilaku hiperaktif yang rentan mendapat pengaruh rangsang,

dimana timbulnya rangsang memicu timbulnya respon dari anak, sehingga anak dengan

cepat beralih perhatian, cenderung selalu tidak mau diam, kurang peduli terhadap

lingkungan dan menjadi mudah ngamuk.

Sesuai prinsip pembelajaran Behavioristik, respon harus selalu diberikan selama

pembelajaran, dimana jika anak bersikap sesuai yang diharapkan, guru memberikan pujian

sehingga anak mengerti bahwa hal tersebut adalah perilaku yang benar, dan jika anak

masih hiperaktif atau agresif, guru harus memberitahu bahwa perilaku tersebut buruk

dengan mengatakan “tidak”, atau “sakit’ (jika anak memukul, mencakar atau mengigit).

Pernyataan tersebut harus disampaikan secara jelas, konsisten, lantang namun penuh

kehangatan. Memberi pelukan atau “time out” sebagai perwujudan kasih sayang ketika anak

ngamuk tetap menjadi pilihan yang disarankan.

Agar anak hiperaktif dapat bekomunikasi dengan orang lain, guru harus selalu

melakukan kontak mata selama memberikan latihan, demikian juga melatih agar anak selalu

melakukan kontak mata pada orang yang diajak berkomunikasi.Hal tersebut bisa dilakukan

diantaranya dengan selalu berbicara berhadapan dengan anak.

Sedangkan untuk mengurangi kesukaan bergerak, tidak mau diam, maka guru selalu

mengajak anak duduk dlam setiap awal pembelajaran, dimana guru memberi contoh dengan

duduk. Guru duduk berhadapan dengan anak sehingga guru dapat melakukan kontak mata

dengan anak dan memastikan bahwa anak mengerti permintaan guru kepada untuk duduk.

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 49

Page 50: Model Conected Hiperaktif

50

Jika Model Pembelajaran Connected ini berhasil bagianak anak hiperaktif, tentu akan

lebih bermanfaat untuk diterapkan pada anak anak yang tumbuh normal atau tidak

mengalami gangguan kesulitan belajar.

Wallau ‘alam bisyawab

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 50

Page 51: Model Conected Hiperaktif

51

REFERENSI

Asjaari, Musjafak. Kesulitan Belajar. Dirjen Pendidikan Nasional. 2005

Collins dan Dixon dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model- pembelajaran-

terpadu-di-sekolah.html. 1991

Drake Susan M.,Creating Standards-Based Integrated Curriculum, Colifornia : A Sage

Publications Company Thousand Oaks, 2007

Fogarty, Robi. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing,

Inc.1991

Gunarhadi. dalam Model Pembelajaran Individual. [email protected]

Hilda Karli. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-

pembelajaran-terpadu-model-integreted/. 2005

Jamaris, Martini. Kesulitan Belajar. Persfektif, Assemen dan Penanggulangannya.

Yayasan PenaMas Murni, Jakarta. 2009

Resmini Novi. Model Model Pembelajaran Terpadu. Universitas Pendidikan Indonesia.

2007

Taylor, Eric. Anak yang Hiperaktif. Tuntutan Bagi Orang Tua. Gramedia. Jakarta. 1972.

Tries L. Ronald. Hiperactivity in Children, Etiologi, Measurement, and Treatmen

Implications. University Park Press, Baltimor. 1979

Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 51