makalah hiperaktif dan cara mengatasi hiperaktif

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahui anak autis tersebut. Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, 1

description

definisi hiperaktif, penyebab hiperaktif, gejala hiperaktif, ciri hiperaktif, cara mengatasi hiperaktif

Transcript of makalah hiperaktif dan cara mengatasi hiperaktif

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang

Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik.Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahui anak autis tersebut.

Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang sangat sulit di atur emosinya di kelas. Saya bingung, apa lagi yang harus saya lakukan agar siswa saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat dengan mudah memahami yang saya ajarkan. Itulah salah satu contoh keluhan para guru menghadapi siswa yang hiperaktif.

Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.

Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.B. Rumusan MasalahDari latar belakang masalah, penulis dapat menyimpulkan pengertian autis dan hiperaktif.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Untuk menginformasikan kepada mahasiswa secara detail mengenai anak autis dan juga anak hiperaktif.b. Untuk menambah wawasan kepada mahasiswa tentang anak autis dan hiperaktif.2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian anak autis

b. Mahasiswa dapat mengetahui gejala-gejala anak autisc. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab autis

d. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian anak hiperaktif

e. Mahasiswa dapat mengetahui ciri ciri anak hiperaktiff. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengatasi anak hiperaktifD. Manfaat

1. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang anak autis dan anak hiperaktif.2. Mengetahui lebih jelas tentang anak autis dan hiperaktif3. Dapat memberikan inspirasi untuk mengatasi anak autis dan hiperaktifBAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Anak AutisPengertian anak autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri. Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan perkembangan.

a. Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak (Leo Kanner & Asperger, 1943). b. Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme. c. Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.d. Autistic disorder = gangguan autistic= anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan dalam criteria DSM-IV ( Diagnostic and StaticticalManual-IV).

Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.

American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik. (American Psychiatic Association 2000).

Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak norma. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa (PPDGJ III)

Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masik dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.

Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.

Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.

Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.B. Gejala Anak AutisGejala anak autis antara lain:a) Interaksi sosial - Tidak tertarik untuk bermain bersama teman - Lebih suka menyendiri - Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan - Senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diingikanb) Komunikasi - Perkembangan bahasa lambat - Senang meniru atau membeo - Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara - Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya - Mengoceh tanpa arti berulang-ulang - Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasic) Pola Bermain - Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya - Senang akan benda-benda yang berputar - Tidak bermain sesuai fungsi mainan - Tidak kreatif, tidak imajinatif - Dapat sangat lekat dengan benda tertentud) Gangguan Sensoris - Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga - Sering menggunakan indera pencium dan perasanya - Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan - Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takute) Perkembangan Terlambat - Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi - Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirnaf) Gejala Muncul - Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil - Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurangC. Klasifikasi Anak AutisMenurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :a. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.b. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis.c. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat.D. Penyebab Autisa. Penyebab autis antara lain:Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma, herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan.b. Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem limbic (pusat emosi).c. Faktor sensory interpretation errors

Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut:1. Menurut Teori Psikososial

Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.2. Teori Biologis Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan sel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambanga batu bara, dsb.4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatanPerbedaan antara gangguan perkembangan satu dengan yang lain :1. gangguan autis untuk kasus yang berat dan memenuhi kriteria DSM IV atau ICD-102. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified) untuk kasus yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan autis namun gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila menggunakan istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang mempunyai arti sama dengan PDD-NOS3. MSDD (Multisystem Developmental Disorder) untuk kasus-kasus yang menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal primer, namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemrosesan sensoris dan perencanaan gerak motoris.Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi WicaraHampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.

Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi OkupasiHampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.

4) Terapi FisikAutisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi SosialKekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi BermainMeskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi PerkembanganFloortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi VisualIndividu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode dan PECS ( Picture Exchange

Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi BiomedikTerapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

E. Pengertian Hiperaktif

Hiperaktif adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

c. Tipe gabungan.Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.F. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu :

a. Inatensi Tidak Ada Perhatian

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran.

b. Hiperaktif

Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.c. ImpulsifGejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah. Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut : Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.

Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.

Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.

Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.

Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.

Sering terlalu banyak bicara.

Sering sulit menunggu giliran.

Sering memotong atau menyela pembicaraan.

Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).G. Problem yang Biasa Dihadapi Anak Hiperaktif

Problem di Sekolah Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa. Problem di Rumah

Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.

Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

Problem Berbicara Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

Problem Fisik

Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.H. Faktor-Faktor Penyebab HiperaktifAda beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain :

1. Faktor Genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.2. Faktor Neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.

Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan3. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif. 4. Faktor Kultural dan Psikososial

Pemanjaan

Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.

Kurang disiplin dan pengawasan.

Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.

Kesenangan.

Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.I. Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

a. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak

Mengidentifikasi segi positif.

Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.

Memberi hadiah

Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak , konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.

Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.

b. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah

Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran.

Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.

Menatap anak saat berkomunikasi.

Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.

Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.

Memberikan pujian bila anak tenang.

Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.

Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).

Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.BAB III KASUS ANAK AUTIS DAN HIPERAKTIFA. Kasus Anak AutisNia (25) tak pernah menduga akan dikaruniai anak autis. Tapi apa daya, ia pun hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Hanya usaha yang bisa ia lakukan agar kelak putranya itu bisa hidup layaknya anak normal. Kevin adalah anak pertama pernikahan Nia dengan Anton Simbolon. Kini usianya beranjak 5 tahun. Kelainan pada bocah lelaki kelahiran Medan, 1 Oktober 2002 ini mulai nampak ketika ia berusia dua tahun. Di usia itu ia belum bisa bicara dengan jelas. Sebelumnya ia tampak normal. Responnya pun masih normal. Jika dipanggil misalnya, ia akan menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya itu, kenang Nia perempuan berdarah Sunda itu. Cara bicara Kevin yang lambat dan tidak jelas sebelumnya dianggap Nia dan keluarga hanyalah masalah keterlambatan pertumbuhan saja. Dan mereka yakin, Kevin pasti bisa berbicara layaknya anak normal seiring dengan pertumbuhan usianya nanti. Dan Kevin pun sempat mengikuti sekolah playgroup deng ,man sesama anak normal lainnya. Namun hingga enam bulan kemudian, anggapan itu tenyata keliru. Kevin belum menampakkan perubahan. Bahkan, perilaku Kevin tampak semakin tidak seperti biasanya. Hal inilah yang akhirnya menyadarkan Nia bahwa ia perlu memeriksakan apa sebenarnya yang terjadi pada anaknya itu. Karena kurangnya informasi tentang kelainan Kevin, Nia kemudian membawa Kevin ke Bandung. Dokter pertama yang ditemuinya adalah dr Dadang Sharief (spesialias anak) yang mengatakan, Kevin mengalami masalah (gangguan) pada pencernaan. Dugaan-dugaan diagnosa yang belum jelas tentang kelainan yang terjadi pada Kevin sempat membuat Nia bingung. Hingga akhirnya atas rujukan dr Dadang Syarif sendiri, Nia pun bertemu dengan dr Meli Budiman (Ketua Yayasan Autis Indonesia). Kebetulan waktu itu dr Meli Budiman sedang berkunjung ke Bandung. Dan atas diagnosa sang dokter, Kevin dijelasakan positif mengidap autis. Dokter langsung tahu setelah memeriksa tingkah laku Kevin, jelas Nia. Dan menyarankan agar Kevin menjalani terapi rutin. Sayangnya, Kevin hanya bisa menjalani terapi selama enam bulan karena terkendala masalah biaya. Terus terang saya akui, sebagai orang tua yang masih muda, waktu itu kami masih belum mapan secara finansial dan pengalaman, kata Nia. Maka dengan terpaksa Nia pun kembali ke Medan dengan harapan mendapat dukungan dari orangtua dan keluarga. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Nia tidak mendapat respon dan dukungan dari mereka, yang bahkan tidak menerima kenyataan yang menimpa Kevin. Meski demikian, Nia dan suami tidak menyerah. Saya dan ayah Kevin berusaha berjuang sendiri tanpa ada dukungan dari pihak keluarga dengan usia yang masih muda, dengan keadaan yang belum mapan, kata Nia. Dengan keterbatasan itu, Nia pun merawat Kevin sendirian. Selama satu tahun Kevin kami rawat di rumah, tanpa bimbingan medis, katanya. Ibu muda ini hanya merawat anaknya dengan mengandalkan buku-buku dan video. Hingga pada tahun berikutnya, Nia dan suami yang bekerja sebagai pegawai swasta, memutuskan agar Kevin kembali mengikuti terapi dan pendidikan di Yayasan YAKARI, yayasan khusus untuk penanganan bagi anak penderita autis di Kota Medan. Meski demikian, tak banyak harapan Nia pada Kevin. Harapan yang hampir sama bagi ibu yang juga memiliki anak penderita autis, yang juga terjadi bagi Mama Yudha misalnya; juga orang tua lain yang menghadapi kondisi yang sama. Harapan yang sangat sederhana sebenarnya. Bisa mandiri saja sudah cukup, pinta Nia. Kenyataanya, hingga kini Kevin masih kesulitan untuk makan sendiri, buang air kecil (besar) sendiri. Yang jelas, semuanya masih mengharapkan uluran tangan orang lain, meskipun untuk melakukan hal semudah apapun. Semakin Sayang Karena Autis Bagi Nia, menerima kenyataan memiliki anak menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi Kevin adalah putra pertamanya dari perkawinan mudanya. Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu justru menyadarkannya bahwa ia harus menerima Kevin bagaimanapun ia adanya. Sikap menerima adalah kunci ketabahan bagi setiap orangtua yang memiliki anak autis, jelas Nia. Sikap yang pada awalnya sulit ia lakukan. Kalau bukan orangtua yang berusaha mendekatkan diri, maka semakin sulit bagi penderita autis untuk hidup berkembang seperti yang diharapkan, katanya. Nia pun mengaku semakin sadar akan makna cinta sesungguhnya. Juga semakin sadar bahwa anak adalah titipan Tuhan yang bagaimanapun ia adanya haruslah dijaga dan dibesarkan dengan ikhlas. Bahkan dengan rasa syukur. Jika Kevin tidak menderita autis, mungkin cinta saya tidak sebesar ini. Jika Kevin tumbuh normal, mungkin saya tidak akan merasakan kebahagiaan yang pasti tidak dirasakan orangtua lain, tambahnya. Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak autis seperti Nia memang berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak normal. Nia mengaku akan bahagia jika misalanya, Kevin menunjukkan ekspresinya ketika dipanggil oleh ibunya; jika ia berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan hal lain yang bisa dilakukan anak normal, meski tak banyak. Mungkin kedengaran biasa saja bagi orang lain. Tapi itulah kebahagiaan saya sebagai orang tua yang memiliki anak pengidap autis, katanya dengan raut wajah sedih. Pengalaman itu sekaligus membuat ia semakin sayang kepada Kevin. Saya dan suami akan merawatnya semampu kami. Apa pun akan kami lakukan demi Kevin. Sebab inilah tanggung jawab kami sebagai orangtua. Tak terasa matanya tampak basah memerah.

B. Kasus Anak HiperaktifHari minggu kemarin, Hercules lagi-lagi bikin kehebohan. 10 menit pertama dia baik-baik saja, tiba tiba menyerang Michelle yang cantik dan pendiam. Selalu Michelleselalu Michelle yang jadi sasaran keisengannya. Untung aku tidak bertugas mengajar didepan kelas, jadi hanya menjaga anak-anak saja. Karena aku melindungin Michelle, duduk dekat dengannya, Hercules mengalihkan perhatian ke majalan dinding, dan mengambil salah satu paku payungnya.Aku takut gerakan gesitnya dengan paku payung akan melukai michelle atau anak yang lain. Aku tidak bisa segera merebut paku itu, karena dia gesit dan cerdik juga. Aku memancingnya keluar kelas, karena ulah Hercules sudah mengganggu suasana kelas. Membawa Hercules keluar kelas, seperti sedang menjebak tikus, supaya lari ke tempat yang kita kehendaki. Aku biarkan pintu terbuka lebar, sementara aku mengejar Hercules, kalau arahnya ke pintu. Kalau ke sudut saja, aku diamkan. setelah berhasil keluar, aku ajak ke dalam kelas kosong, kami main kunci mengunci. aku suruh dia masukkan ujung paku payungnya ke lubang kunci, dan keluarkan lagi, dan sebagainya. Sampai dia bosan dan paku payung ditinggalkannya.Tapi melihat dia masih kelebihan energi, aku tidak mengajak balik ke kelas, tapi diajak main secara fisik, misalnya buka tutup pintu, angkat meja, geser kursi. Pokoknya berisik banget. Hercules kelihatan senang. Tapi aku lelah banget ngladeni dia dan aku terduduk sambil liat Hercules. Tiba-tiba dia menarik tanganku, mengajak ke lantai atas, lalu turun lewat tangga satunya, muter naik lewat tangga yang lain. Biarin dehdemi menguras energinya, meskipun aku juga terkuras.BAB IVPEMBAHASANA. Pengertian Autis

Pengertian anak autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masik dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).

Dari kedua penjelasan tersebut, baik pengertian secara harfiah maupun menurut tokoh Baron-Cohen sudah sesuai dengan kasus Autis pada kasus pertama (autis).B. Gejala Autis

a) Permasalahan Autis

Kevin adalah anak yang memiliki gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi dan tidak dapat membentuk hubungan social. Di usia 2 tahun Kevin belum bisa bicara dengan jelas. Sebelumnya ia tampak normal, responnya masih normal. Jika dipanggil ia akan menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya. Seiring bertambahnya umur, cara bicara Kevin semakin lambat dan semakin tidak jelas.

Setelah sekolah playgroup, ia mengikuti terapi dan pendidikan di Yayasan YAKARI, yayasan khusus untuk penanganan bagi anak penderita autis di Kota Medan, kini Kevin masih kesulitan untuk makan sendiri, buang air kecil (besar) sendiri. Yang jelas, semuanya masih mengharapkan uluran tangan orang lain, meskipun untuk melakukan hal semudah apapun.

Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak autis seperti Nia memang berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak normal. Nia mengaku akan bahagia jika misalanya, Kevin menunjukkan ekspresinya ketika dipanggil oleh ibunya; jika ia berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan hal lain yang bisa dilakukan anak normal, meski tak banyak.b) Latar Belakang Masalah Kevin mengalami gejala autis sejak ia masih kecil. Biasanya pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang. Perkembangan bahasanya lambat, sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata kata) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.c) Diagnosa1. gangguan autis untuk kasus yang berat dan memenuhi kriteria DSM IV atau ICD-102. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified) untuk kasus yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan autis namun gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila menggunakan istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang mempunyai arti sama dengan PDD-NOS3. MSDD (Multisystem Developmental Disorder) untuk kasus-kasus yang menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal primer, namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemrosesan sensoris dan perencanaan gerak motoris.d) EvaluasiOrang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Kevin memerlukan penanganan multi disiplin yaitu Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi perilaku, terapi perkembangan, terapi visual, terapi biomedik, edukasi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.a) Permasalahan HiperaktifHercules salah satu anak yang memiliki adanya suatu pola perilaku yang menetap, yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

Hercules bikin kehebohan. 10 menit pertama dia baik-baik saja, tiba tiba menyerang Michelle yang cantik dan pendiam. Selalu Michelleselalu Michelle yang jadi sasaran keisengannya. Sikap lain ditunjukkan Hercules ketika mengalihkan perhatian ke majalan dinding, dan mengambil salah satu paku payungnya. Kemudian dia berlari dengan gerakan sangat gesit menghampiri salah satu temannya, yaitu Michelle. Hercules kelihatan senang ketika diajak main fisik misalnya buka tutup pintu, angkat meja, geser kursi. Kejadian lain, kadang ia menariktangan gurunya, mengajak ke lantai atas lalu turun lewat tangga satunya, muter naik lewat tangga yang lain.Hercules memiliki special needs, yang termasuk kasus anak dengan gangguan ADHD (Attention Defisit-Hyperactivity Disorder) tipe hiperaktivitas. Gangguan ADHD merupakan gangguan perilaku yang ditandai dengan aktivitas motorik berlebih dan ketidak mampuan untuk memfokuskan perhatian, sementara hiperaktivitas memiliki pengertian yang lebih khususnya pola perilaku abnormal yang ditandai oleh kesulitan mempertahankan perhatian dan kegelisahan yang ekstrem.b) Latar Belakang Masalah Hercules sering meninggalkan tempat duduknya.Hal tersebut terjadi saat ia membuat kehebohan. 10 menit pertama dia baik-baik saja, tiba tiba menyerang Michelle yang cantik dan pendiam. Selalu Michelle , selalu Michelle yang jadi sasaran keisengannya. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya. Tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.Hercules kelihatan senang ketika diajak main fisik misalnya buka tutup pintu, angkat meja, geser kursi, kadang ia menarik tangan gurunya, mengajak ke lantai atas lalu turun lewat tangga satunya, muter naik lewat tangga yang lainc) DiagnosaPara ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :

a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.c. Tipe gabungan.Dari penggolongan tersebut dapat disimpulkan, kasus yang terjadi pada Hercules termasuk dalam Tipe gabungan, dalam arti mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.d) EvaluasiRencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus karena pengunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale Conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan.

Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.BAB VPENUTUPA. Kesimpulan1. Anak AutisPengertian anak autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya2. Anak Hiperaktif

Hercules salah satu anak yang memiliki adanya suatu pola perilaku yang menetap, yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

B. SaranAgar kita lebih peduli bagi anak-anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut. Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan bagai anak-anak autis.Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hl berikut dapat dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktifPERIKSALAHTak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.PAHAMILAHSikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologisLATIH kefokusannya.Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. TELATENLAH.Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.

BANGKITKAN kepercayaan dirinyaMisalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.KENALI arah minatnya.Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.MINTA dia bicara.Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerluka layanan Pendidikan Khusus, Jakarta: DiktiSoetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik Autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: FK UISuryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini.

Singgih D. Gunarsa, Dra. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia

M. Sholikul Huda, Mengenal Anak Hiperaktif (gangguan hiperkinetik) http://www.kafka.web.id. (diakses tanggal 22 September 2013) T. Bradley Tanner, MD. Attention Defisit Hiperactivity Disoder. ADD/ADHDhttp://www.sulastowo.com/2008/04/16/anak-hiperaktif/ (diakses tanggal 25 September 2013).29