1
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang tua berharap anaknya dapat berkembang dengan sempurna bahkan
mungkin berprestasi disekolah dan memiliki kecerdasan yang diatas rata serta bisa
menyesuaikan diri dimana pun ia berada. Namun seringkali di kelas ditemukan anak yang
mengalami kesulitan belajar. Tugas yang diberikan guru tidak dapat ia kerjakan,
perkembangan kemampuannya di bawah anak normal pada umumnya. Di kelas selalu tidak
bisa duduk dengan tenang, senang berjalan keliling ruangan sehingga mengganggu teman
yang lain. Jika disuruh duduk, dia ngamuk, menjerit jerit bahkan ketika dibujuk malah
memukul, mencakar dan menunjukkan perilaku lain yang membuat orang tua merasa malu,
bingung, sedih, marah sekaligus juga sering merasa bersalah.
Kesulitan belajar, khususnya pada anak anak usia dini lebih banyak disebabkan oleh
kurangnya kemampuan anak dalam mempertahankan konsentrasi, kecenderungan yang
tinggi untuk menyukai bergerak (tidak mau diam), serta tingginya egosentris sehingga
segala keinginanya selalu ingin dituruti. Perilaku tersebut memang menjadi ciri anak pada
umumnya, tetapi anak yang tidak mengalami gangguan perilaku, karakteristik tersebut tidak
menjadi suatu gangguan saat belajar.
Salah satu perilaku yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar
diantaranya adalah perilaku hiperaktif. Kirk dan Gallagher (1986) seperti dikutip Jamaris
mengatakan terdapat 3 jenis kesulitan belajar yakni 1) kesulitan dalam mempelajari tugas
perkembangan (developmental learning disabilities) yang mencakup kesulitan dalam
mengingat informasi, kesulitan dalam persepsi dan perseptual motorik, kesulitan dalam
proses berpikir dan kesulitan dalam perkembangan bahasa. 2) Kesulitan pengolahan
informasi, dan 3) kesulitan belajar dalam bidang akademik (Jamaris, 209:41). Anak
yang hiperkatif termasuk pada klasifikasi pertama karena mereka biasanya sulit
memusatkan perhatian, tidak bisa diam, tidak dapat menyelesaikan tugas sekolah, kurang
bisa memahami aturan, dan cenderung sering ngamuk.
Dalam batas tertentu anak yang hiperaktif tidak selalu abnormal. Kesulitan belajar
tidak berhubungan langsung dengan tingkat intelektual, bukan anak yang mengalami
keterbelakang mental, namun mengalami kesulitan menguasai keterampilan belajar dan
melaksanakan tugas spesifik yang dibutuhkan saat belajar, khususnya dalam pembelajaran
yang konvensional (Jamaris, 2009: 4-5). Namun agar potensi positif yang pada anak bisa
muncul, dan perilaku hiperktifnya dapat dirubah, anak hiperaktif perlu penangan khusus
dalam pembelajarannya
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 1
2
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
A. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari
segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan
yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah).
Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka
disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga
mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-
matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya
akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang
dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan anak usia dini
harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut
sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat
karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar
matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih
bermakna (meaningful learning).
Penyampaian materi pelajaran di sekolah lebih bersifat transfer of
knowlegde ( menyampaikan pengetahuan teoritis) belum terpadu secara integral
dengan transfer of value dan transfer of skill ( menanamkan nilai dan melatih keterampilan).
Sehingga proses pembelajaran menghasilkan manusia yang tahu tapi tidak mau dan tidak
mampu
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi
pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu
secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat
dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini
siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 2
3
menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh
tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui
kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin
beragam.
Pembelajaran Terpadu yang ideal menurut konsep ajaran Islam yang bersumber dari
Al Qur’an adalah pembelajaran yang memadukan dan menyatukan antara nilai-nilai
keimanan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah populernya keseimbangan antara
IMTAK dan IPTEK. Istilah ini konsepnya telah lama kita dengar tapi konteksnya masih
jarang kita lihat.
Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata “ integrated teaching and learning” atau
“ integrated curriculum approach ”. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey
sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan
kemampuan pengetahuannya ( Beans, 1993 dalam Novi Resmini).
Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren ( a coherent
curriculum approach ) yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan
pendekatan untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan
menghubungkan berbagai program pendidikan. Keterhubungan dalam kurikulum bukan
hanya antara mata pelajaran dan kebutuhan serta minat dan bakat anak, tetapi juga
menghubungkan antara tujuan dan kegiatan, serta kondisi masyarakat pada umumnya.
Menurut Cohen dan Manian Pembelajaran terpadu adalah “kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pada
pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (Center of interest; Cohen dan Manian (1992) dan
Brand (1991).
Pembelajaran Terpadu adalah “pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate
Practice).
Pembelajaran terpadu merupakan “suatu konsep pendekatan belajar yang
melibatkan beberapa bidang untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak”.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-
konsep yang dipelajari mellui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep-konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa
yang berhubungan dengan tema atau peristiwa otentik.
Definisi lain tentang pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik ( a holitic
approach ) yang mengkombinasikan aspek efistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan
paedagogi untuk pendidikan anak, yaitu menghubungkan antara otak dan otot, antara
individu dan individu, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain
pengetahuan. (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, 2006 dalam
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 3
4
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-
terpadu-model-integreted/).
Menurut para pakar pendidikan pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada
sekolah anak usia dini dan pendidikan dasar, karena pada jenjang pendidikan anak usia
dini, siswa memahami dan menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih
sulit menghadapi pemilahan dan pemisahan yang artificial. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari asfek proses atau waktu, aspek bahan ajar dan asfek
kegiatan belajar mengajar.
Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan
pengajaran dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan
menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang
berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :
1. Integratif Internal yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri,
misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan
dengan membaca dan mendengarkan juga.
2. Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi
yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka
kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran
bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau
bisa juga pencemaran sungai. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model
pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu
diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang
studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3),
atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam (http:// anwarholil.
blogspot. com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu. html), terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu:
1. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi
mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh
dikatakan tidak ada.
2. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu
untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
3. Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara
lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai
titik pusatnya (center core / center of interest);
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 4
5
Collins dan Dixon (1991:6) dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-
pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai
berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the
driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak
dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda
Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Terpadu memiliki beberapa macam
karakteristik diantaranya:
1. Berpusat pada anak (studend centered).
2. Memberi pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersipat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-
terpadu-model-integreted/
Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni kegiatan
pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti pembelajaran proyek,
pembelajaran unit, pembelajaran tematik dan sebagainya.
Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 5
6
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang
sering ditemui dalam lingklungan anak.
6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain dalam Hilda Karli (2003: 53)
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-pembelajaran-
terpadu-model-integreted/.
Fogarty (1991:33-83) menjelaskan model pembelajaran terpadu melalui kurikulum
terpadu memungkinkan terjadi penyeberangan beberapa topik, tema, konsep, atau teori ke
mata pelajaran lain dan atau terjadi overlaping yang memungkinkan diajarkan bersama atau
saling mendukung. Karakteristik penataan kurikulum ini, guru tidak hanya berkonsentrasi
pada satu mata pelajaran akan tetapi dapat berdiskusi dengan rekan lain (jika guru bidang
studi) atau menyusun seluruh peta konsep untuk setiap mata pelajaran (jika guru kelas),
sehingga guru memperoleh gambaran secara konkret peta konsep seluruh mata pelajaran
dalam satu satuan waktu, misalnya catur wulan.
B. Model-model Pembelajaran Terpadu
Robin Fogarty menyatakan bahwa sangat dibutuhkan keterampilan yang tinggi baik dari
guru maupun siswa dari sepuluh model kurikulum yang diterapkan dengan sederhana
hingga yang sangat rumit. Sepuluh model kurikulum ini berorientasi pada mata pelajaran
yang terpotong-potong hingga model pembelajaran terpadu, antara lain :
1. The Fragmented Model ( Model Fragmentasi )
2. The Connected model ( Model Terhubung )
3. The nested Model ( Model Tersarang )
4. The Sequenced Model ( Model Terurut )
5. The Shared Model ( Model Terbagi )
6. The Webbed Model ( Model Jaring laba-laba )
7. The Threaded Model ( Model pasang Benang )
8. The Integrated Model ( Model Integrasi )
9. The Immersed Model ( Model Terbenam )
10. The Networked Model ( Model Jaringan )
Dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty (1991 : 64-67 ),
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan di dalam mata pelajaran-
mata pelajaran yang ada dalam satu disiplin ilmu, yaitu model Fragmented,
Connected, dan Nested.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 6
7
2. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan yang ada pada beberapa
mata pelajaran, dari yang sederhana hingga yang rumit dari suatu mata pelajaran.
Model ini terdiri dari Sequenced, Shared, Webbed, threaded.
3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan lintas beberapa disiplin ilmu.
Model ini terdiri atas integrated, Immersed, Networked.
Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada
faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada
produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi
pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak
pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu
menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.
(http://maestrofisika.blogspot.com/2009/05/it-fisika.html).
C. Model Connected
Dalam Model Connected, topik-topik di dalam suatu disiplin ilmu saling berhubungan
(Lake, 1994:4). Dalam satu disiplin ilmu dalam model ini secara eksplisit menghubungkan
satu topik ke topik berikutnya, dari satu konsep ke konsep lainnya, menghubungkan
pekerjaan yang dikerjakan hari ini dengan hari berikutnya, dan bahkan menghubungkan
ide-ide yang ada pada semester ini dengan semester berikutnya (Fogarty, 1991:14)
1. Kelebihan Model Connected
Model Connected merupakan langkah awal pada pembelajaran terpadu. Guru mempunyai
banyak kesempatan untuk menciptakan hubungan-hubungan dalam suatu disiplin ilmu yang
diajarkan. Ketika guru dan siswa sudah mulai terbiasa dengan hubungan yang ada dalam
suatu disiplin ilmu, maka hal tersebut akan mempermudah mereka dalam membuat dan
memahami hubungan antar disiplin ilmu ( antar satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu
lainnya) (Fogarty, 1991:16). Kelebihannya adalah:
a. Hubungan yang ada pada setiap disiplin ilmu membantu pemahaman siswa dalam
mengulang pelajaran yang telah diberikan guru, memahami konsep dengan lebih
jelas, dan membantu menyerap konsep secara lebih baik.
b. Pemahaman konsep-konsep akan berkembang terus menerus dalam diri siswa.
c. Hubungan yang ada pada setiap disiplin membantu siswa untuk mengulang,
mengedit dan secara bertahap menyerap konsep lebih dalam (Fogarty, 1991:15)
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 7
8
2. Kelemahan Model Connected
a. Masing-masing disiplin ilmu tidak saling berhubungan, hubungan yang ada hanya
fokus pada sustu disiplin ilmu (Lake, 1994: 4)
b. Para guru pada masing-masing disiplin ilmu tidak saling bekerja sama, jadi hungan
yang terjadi hanya ada pada satu disiplin ilmu
c. fokus yang diberikan hanya pada satu disiplin ilmu, sehingga melupakan
kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih luas dengan disiplin ilmu
lain (Fogarty, 1991:16)
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 8
9
BAB III
KESULITAN BELAJAR DAN PERILAKU HIPERAKTIF
A. Kesulitan Belajar
WHO meyebutkan kesulitan belajar sebagai perkembangan berpikir yang kurang
sempurna, impairment dalam fungsi intelektual dan fungsi sosial sehingga individu tsb
mengalami kesulitan untuk memahami, mempelajari sesuatu, dan mengingat hal serta
situasi baru yang menyebabkan individu tersebut memiliki kesulitan melaksanakan tugas
sosial seperti berkomunikasi, mengurus diri dan kesadaran akan kesehatan serta
keamaman diri (Jamaris, 2009:7), Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,
diantaranya: (a)learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow
learner, dan (e)learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing
pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak
dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Slow learner (Lambat belajar) adalah
adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada
umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 9
10
tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70
dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian,
kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Tidak
hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-
kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat
tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung
pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar
ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah
dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang
pendek. Anak dengan SL memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit
menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak
berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya (Asjaari,2005:3) .
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan
tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya (Asjaari, 2005:5)
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) yang dikuti Asjaari (2005)mengidentifikasi
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 10
11
siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal
dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level)minimal dalam pelajaran
tertentu yang telah ditetapkan oleh guru(criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan
ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi
pengulang(repeater)
Kirk dan Gallagher (1986) seperti dikutip Jamaris mengatakan terdapat 3 jenis kesulitan
belajar yakni 1) kesulitan dalam mempelajari tugas perkembangan (developmental learning
disabilities) yang mencakup kesulitan dalam mengingat informasi, kesulitan dalam persepsi
dan perseptual motorik, kesulitan dalam proses berpikir dan kesulitan dalam perkembangan
bahasa. 2) Kesulitan pengolahan informasi, dan 3) kesulitan belajar dalam bidang akademik
(Jamaris, 209:41).
B. Perilaku Hiperaktif
Hiperaktif yaitu suatu pola perilaku pada diri individu yang mcnunjukkan sikap tidak mau
diam, impulsive, tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan dalam arti bertindak
semaunya sendiri. Mereka yang hiperaktif, umumnya langsung menunjukkan aktivitasnya
secara bersemangat (tampak beda dengan anak normal) apabila ada rangsangan-
rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian anak Hiperaktif sangat mudah
terpengaruh pada stimulus luar. Setiap ada stimulus, ia selalu memberikan respon
Temperamen anak hiperaktif lebih sensitive terhadap rangsang lingkungan, umumnya
menunjukkan aktivitas yang berlebihan, irama aktivitasnya tidak konstan dan tidak
beraturan, kemampuan menyesuaikan diri yang sangat rendah, tidak adaptif terhadap
lingkungannya, menghindari/menjauhi dari kondisi-kondisi `atau situasi baru.
Menurut Scaefer dan Millman (1983) dalam Taylor (I992; 8) hiperaktif merupakan
kctidakmampuan anak dalam mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya. Anak hiperaktif tidak mampu mengontrol gerakan
gerakan yang impulsif sehingga tidak pernah diam. Aktivitas anak Hiperaktif selalu
berlebihan tetapi tidak terkontrol sehingga sulit memusatkan perhatian pada perilaku, atau
permainannya.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 11
12
Gerakan motorik yang ditampilkannya seringkali tidak relevan, tidak dapat dibedakan
dengan aksi yang penting atau tidak penting, antara yang sesuai dengan rangsangan yang
diterima atau tidak sesuai.
Mereka menampilkan gerakan motorik secara terus menerus tanpa memperlihatkan
rasa lelah. cepat beralih pada aktivitas lain, tidak dapat melakukan aktivitas duduk, banyak
bergerak, lari-lari keluar ruangan. Biasanya hiperaktif terdapat pada anak-anak saja.
Anak yang mengalami gangguan perilaku Hiperaktif mengalami tiga aspek dominan
yang mengganggu yakni: 1) pemusatan perhatian, 2) Impulsif dan 3) Aktivitas yang
berlebih. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang
mengalami gangguan perilaku hiperaktif , maka diperlukan kriteria sebagai batas atau
patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat
diperkirakan mengalami kesulitan belajar karena gangguan perilaku hiperaktif. Dalam tabel
berikut diterangkan ketiga aspek tersebut berikut karakteristik anak yang hiperaktif.
TABEL 1.
KARAKTERISTIK ANAK HIPERAKTIF
No ASPEK GANGGUAN
PERILAKU KARAKTERISTIK PENYEBAB
1 Pemusatan Perhatian
Terganggu Oleh rangsang dari luar
a. Langsung menoleh ketika pintu dibuka
b. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu
Kurang konsentrasi
Lupa pada aktivitas sehari hari
a. Lupa memberi salamb. Lupa BAK di kamar
mandic. Lupa memakai sepatu
ketika pulang
Kurang konsentrasi
Sukar mempertahankan perhatian
a. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan
b. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai
c. Selang perhatiannya pendek
d. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan
e. Cepat beralih pada aktivitas lain
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang motivasi menyelesaikan tugas
Tidak mendengarkan ketika diajak bicara
a. Tidak menoleh ketika dipanggil nama
b. Tidak mendengar ketika diberi instruksi
c. Harus diberitahu berkali kali
a. Kurang konsetrasib. Kurang
memahami komunikasi
c. Daya tanggap kurang
d. Sulit melakukan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 12
13
hubungan bermasyarakat
2 Aktivitas Tinggi
Bicara berlebihan a. Mengulang kata kata yang sama berkali kali
b. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti
Kurang terkendali motorik bahasa
Kaki dan tangan tidak mau diam
a. Suka bermain dengan tangannya sendiri
b. Sering bertepuk tangan
c. Sering bermain dengan jarinya
d. Sering menjatuhkan barang
e. Suka jalan jalan tanpa tujuan
f. Suka menabrakg. Berlari dengan badan
tidak condong ke depan
h. Sulit meniru gerakan
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
c. Kurang terampild. Kurang
memahami tata ruang
Banyak bergerak di tempat duduk
a. Suka berdiri di kursib. Menggoyang goyang
badan saat dudukc. Duduk dengan posisi
kaki kemana saja
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
c. Kurang terampilSering meninggalkan tempat duduk
a. Durasi duduknya sebentar
b. Sering berpindah duduk
c. Meninggalkan tempat duduk secara spontan
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
Berlari, memanjat secara berlebihan
a. Suka memanjat mejab. Suka melompat
kesana kemari tidak bertujuan
c. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan
a. Kelemahan mengontrol motorik
b. Tiadk bisa konsentrasi
3 Impulsitas Sering bertindak sebelum berpikir
a. Bertindak secara spontan dan tiba tiba
a. Kurang konsentrasi
b. Kelemahan mengontrol emosi diri
Ngamuk (Tantrum) a. Sering dan mudah menangis
b. Suka mencakarc. Suka menjambakd. Suka memukul tangan
ke wajahe. Mengigitf. Memakig. Menjerit jerith. Merusak atau
melempar barangi. Membenturkan kepalaj. Berguling guling di
lantai
a. Mengalami hambatan emosi
b. Kurang mampu mengontrol diri
c. Kurang bisa berempati
d. Kurang terampil mengekspresi-kan perasaan
e. Kesulitan dalam melakukan hubungan bermasyarakat
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 13
14
k. Suasana hati berubah cepat dan drastis
Bertindak semaunya a. Sulit menahan keinginan
b. Sulit menunggu giliranc. Tidak malu malud. Tidak pernah merasa
bersalah
a. Kurang mampu mengontrol diri
b. Kurang memahami aturan bermasyarakat
c. Kurang pertimbangan moral
Sulit mengikuti aktivitas bermain
a. Bermain dengan rentang yang pendek
b. Tidak mempunyai sahabat dekat
c. Suka bermain sendirid. Suka mengubah
sendiri aturan permainan
Kurang memiliki kemampuan bersosialisasi
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 14
15
BAB IV
MODEL TERPADU CONNECTED UNTUK MEMBANTU ANAK YANG MENGALAMI
KESULITAN BELAJAR DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF
A. Deskripsi Data Hasil Lapangan
Data ini diambil 5,6,7 dan 19 Desember 2011 di TK Persis 66 di Jl Viaduc Bandung
yang merupakan tempat di tengah kota Bandung. Siswa di Kelas TK A awalnya berjumlah
11 anak, namun 2 orang pindah sehingga tinggal 9 orang. Dibantu guru Anne Fitriani,
penulis mendapat hasil assemen karakteristik perilaku hiperaktif pada anak di kelas
tersebut. Dari sembilan orang tersebut, satu anak yakni “RV” menunjukkan memiliki perilau
hiperaktif. Berdasarkan analisis dokumen tentang riwayat perkembangan anak dan
karakteristik anak dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
RV jenis kelamin pria usia 5 tahun anak ke 2 dari 2 bersaudara. Kedua orang tuanya
bekerja sebagai wiraswasta. RV mengalami kejang pada umur 7 bulan dan dirawat di rumah
sakit. Kejang yang dialami berlanjut hingga sekarang.
RV pergi sekolah diantar oleh sopirnya pulang-pergi dan ditunggui pengasuh sampai
belajar selesai. Kadang kadang RV diantar jemput oleh lbu dan ayahnya. Dibandingkgn
dengan saudara/anak pada umumnya perkembangan RV terlambat. Dari segi kemandirian,
RV belum dapat mandi sendiri, belum dapat buang air sendiri, belum dapat bergaul dengan
anak sebaya. Berikut gambaran karakteristik dari subyek RV dilihat dari berbagai aspek:
1. Komunikasi verbal/non verbal
RV sering tidak menoleh ketika dipanggil namanya dan tidak dapat mengikuti
instruksi yang diberikan. Mengambil tangan orangtuanya/orang lain untuk mengambil objek
yang dimaksud. Contohnya ketika mau mengambil box makanan, atau ketika membuka
sepatu, namun RV tidak sering berbicara sendiri.
2. Respons Rangsangan
RV sangat tertarik pada suara seperti sirine ambulan, sirine mobil polisi atau suara
oarang yang berbicara diluar kelas. RV sangat menyukai permukaan kain yang lembut
seperti bahan kaus, dan bahan jilbab yang lembut untuk dicium atau "disun".
3. Pola tidur
RV cepat tidur sebelum jam 19.00 namun sering terbangun tengah malam. Pagi hari
jam 06.00 biasanya RV sudah bangun namun biasanya diawali dengan rengekan
4. Afeksi
Saat marah RV sering berguling di lantai. Menjerit jerit namun dia tidak membentur-
benturkan kepala atau memukul orang lain. Namun jika tidak terpenuhi keinginannya dia
akan menangis meraung raung dan sulit dibujuk.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 15
16
5. Kondisi fisik dan Motorik yang khas
Dilihat dari kondisi fisik RV tidak jauh berbeda dibandingkan dengan anak
seusianya. Namun saat di dalam kelas RV sangat sulit diminta duduk di kursi, jika duduk di
kursi badannya selalu bergerak. RV selalu berjalan jalan walaupun tanpa tujuan, melompat
di atas kursi, atau memanjat meja.
Ketika pintu dibuka biasanya RV langsung menoleh dan berlari keluar. Selalu lupa
untuk memberi salarn, cepat bosan dengan tugas-tugas yang diberikan, mudah beralih
pada aktivitas lain dengan cepat.
B. Assesmen Anak
Assesmen merupakan proses yang dilakukan dalam suatu kegiatan dan
dilakukansecara sistematis dalam rangka mengumpulkan informasi tentang perkembangan
serta kemajuan belajar yang dicapainya (Jamaris, 2009:58). Selanjutnya Jamaris
mengatakan bahwa assesmen terbagi atas dua jenis yakni Assesmen Formal dan
Assesmen Informal. Assesmen Formal menggunakan alat ukur yang telah baku sedangkan
assesmen informal yaitu assesmen yang dikembangkan oleh guru sehingga belum baku
(Jamris (2009: 59).
Untuk mengungkap aspek perilaku hiperaktif dalam modelpembelajaran ini, penulis
menggunakan assemen informal yang dikembangkan penulis berdasarkan analisis teori
yang berkaitan dengan variabel yangakan diukur dalam hal ini perilaku hiperaktif sebagai
prinsip penting dalam pembuatan assemen informal.
Kisi-kisi Assesmen Perilaku Hiperaktif
Dari analisi teori hiperaktif tersebut di atas dibuat kisi-kisi instrumen perilaku hiperaktif
Tabel 1
KISI KISI INSTRUMEN INFORMAL PERILAKU HIPERAKTIF
Variabel Dimensi & Indikator Jumlah Item
Nomor Item
Alat Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
HIPERAKTIF A. PEMUSATAN PERHATIAN
a. Terganggu Oleh rangsang dari luar
13 1 sd 13 Observasi Ordinal 52 - 86 (Rendah)
87 - 121 (Cukup)
b. Lupa pada aktivitas sehari hari
121 - 156(Tinggi)
c. Sukar mempertahankan perhatian
d. Tidak mendengar ketika diajak bicara
B. AKTIVITAS TINGGI
18 14 sd 32
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 16
17
a. Bicara berlebihanb. Kaki dan tangan
tidak mau diamc. Jalan jalan tanpa
tujuand. Berlari dengan
badan tidak condong ke depan
e. Sulit meniru gerakan
f. Banyak bergerak di tempat duduk
g. Sering meninggalkan tempat duduk
h. Berlari, memanjat secara berlebihan
C. IMPULSIF
a. Sering bertindak sebelum berpikir
21 33 sd 52
b. Tantrumc. Bertindak
semaunyad. Sulit mengikuti
aktivitas bermaine. Mengubah aturan
permainan dengan sendirinya
C.Hasil asessemen
Hasil observasi tentang perilaku hiperaktif pada RV berdasarkan aspek yang diungkap
yaitu; pemusatan perhatian, aktivitas tinggi, dan impulsivitas, dimana aktivitas
tinngimemiliki skor yang sangat tinggi. Anak seusia RV memang memiliki rentang perhatian
yang rendah dan cenderung tidak mau duduk dalam rentang waktu yang lama, namun
berdasarkan hasil instrument perilaku hiperaktif, hasil ukur perilaku Hiperaktif RV adalah
tinggi yakni memiliki skor 133
D. Pendekatan Behavioristik
Untuk mengurangi perilaku hiperaktif pada anak diperlukan penanganan yang terpadu.
Berdasarkan gangguan yang dialami pada anak hiperaktif yakni gangguan pemusatan
perhatian, aktivitas yang berlebih dan impulsif disebabkan oleh kelemahan dalam
konsentrasi, kurang motivasi, kurang daya tangkap, kurang terampil dalam
mengkordinasikan motorik, kurang memahamai komunikasi, kelemaham mengontrol emosi,
kelemahan memahami aturan sosial. Penanganan yang perlu dilakukan adalah dengan
memperhatikan penyebab-penyebab hal tersebut karena dengan memperhatikan penyebab
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 17
18
maka penangan kesulitan belajar dalam berperilaku diharapkan dapat dilakukan sesuai
kebutuhan sehingga tetapt sasaran dan tidak membuang waktu.
Berdasarkan hal tersebut diatas dalam tulisan ini digunakan model pembelajaran
terpadu connected dengan pendekatan Behavioristik karena permasalahan yang terjadi
menyangkut gangguan perilaku yang memerlukan latihan melalui pembiasaan. Perubahan
perilaku harus diulang terus menerus sehingg terbentuk perilaku baru yang diharapkan.
Untuk mempertahankan perilaku yang diharapkan, anak perlu diberi rangsangan positif dan
negatif melalui pemberiaan pujian dan arahan larangan. Pelatihan dan Pembiasaan tersebut
merupakan tehnik yang dilakukan dalam metode Behavioristik. Selain itu anak Hiperaktif
sangat mudah terpengaruh pada stimulus luar. Setiap ada stimulus, ia selalu memberikan
respon, oleh karena itu diperlukanpemberian stimulus dan respon yang tepat sebagai teknik
pembelajaran yang ada dalam pendekatan Behavioristik
E. Pembelajaran Individual
Program Pembelajaran Individual merupakan rumusan program pembelajaran yang
disusun dan dikembangkan menjadi suatu program yang didasarkan atas hasil asesmen
terhadap kemampuan individu anak. Oleh karena itu sebelum seorang guru merumuskan
program pembelajaran individual terlebih dahulu harus melakukan asesmen. Ini mutlak
dilakukan, karena dengan melakukan asesmen guru dapat mengungkap kelebihan dan
kekurangan anak.
Sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang harus dikuasai guru agar dapat
meberikan layanan pada anak berkebutuhan khusus secara professional, yaitu: memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam: (1) mengasesmen kemampuan akademik, dan non
akademik, (2) Merumuskan Program Pembelajaran Individual, dan (3) melaksanakan
pembelajaran.yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Ketiga pengetahuan
dan keterampilan yang harus dikuasai guru tersebut tidak dibahas semuanya, hanya yang
terkait dengan PPI saja yang dibahas dalam tulisan ini (Gunarhadi, 2007).
Selanjutnya Gunarhadi menyebutkan ada enam langkah yang dilakukan dalam
melaksanakan pembelajran individual , yaitu:
(1) Mendapatkan anak (kasus)
Tidak semua orang tahu layanan apa yang harus diberikan pada anaknya, demikian juga
problema yang dihadapi anak mereka. Melalui pengamatan teliti pada semua aspek prilaku
belajar anak, pada akhirnya guru dapat menemukan aspek prilaku anak yang perlu segera
mendapatkan layanan
(2) Mengembangkan screening
Mengembangkan screening dimaksudkan untuk mengetahui banyak tentang perkembangan
anak dan masalah-masalah yang potensial dapat mengganggu perkembangan anak.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 18
19
(3) Melaksanakan diagnosis
Diagnosis merupakan kegiatan evaluatif yang intensif terhadap kasus, yang dilakukan
melalui observasi, wawancara, tes, dan sebagainya. Melalui diagnosis ini dapat ditemukan
kelemahan dan kekuatan kasus sehingga berdasar pada hasil ini dapat ditentukan layanan
pendidikan yang lebih sesuai.
(4) Merencanakan program layanan individual
Jika berdasarkan hasil diagnosis menunjukkan bahwa anak perlu diberikan layanan dini
maka segera disusun dan direncanakan program layanan individual.
(5) Melaksanakan program monitoring
Program monitoring yang dilaksanakan secara berkala dimaksudkan untuk mengetahui
ketepatan program intervensi yang telah direncanakan.
(6) Melaksanakan evaluasi
Evaluasi yang dilakukan secara komprehensif terhadap setiap langkah asesmen, dapat
memberikan gambaran terhadap keefektifan program intervensi yang telah dirancang dan
dilaksanakan. Kemungkinan juga melalui kegiatan evaluasi ini, intervensi yang telah
deprogram diganti ataupun dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.
Sesuai tahapan pembelajaran Individual di atas, penulis telah :
1. Mendapatkan anak (Kasus) bernama RV berdasarkan instrumen perilaku hiperaktif
yang diberikan penulis kepada guru
2. Melakukan screening dengan melakukan telaah dokumentasi dan wawancara
dengan guru tentang RV
3. Melaksanakan diagnosis dan
4. Merencanakan penangan berdasarkan tahap sebelumnya seperti terlihat pada tabel
2.
5. Membuat model pembelajaran dan
6. Evaluasi pembelajaran yang akan diurai pada sub bab berikutnya
Tabel 2
KETERKAITAN ANTARA ASPEK GANGGUAN, DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
KESULITAN BELAJAR DALAM PERILAKU HIPERAKTIF
ASPEK GANGGUAN
KARAKTERISTIK PENYEBAB PENANGANAN
Pemusatan Perhatian
1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka
2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu
Kurang konsentrasi Latihan Konsentrasi
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 19
20
3. Lupa memberi salam4. Lupa tidak BAK di
kamar mandi5. Lupa memakai sepatu
ketika pulang
Kurang konsentrasi Latihan konsentrasi
6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan
7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai
8. Selang perhatiannya pendek
9. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan
10. Cepat beralih pada aktivitas lain
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang motivasi menyelesaikan tugas
a. Latihan Konsentrasi
b. Memberi Motivasi
11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama
12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi
13. Harus diberitahu berkali kali
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang memahami komunikasi
c. Daya tanggap kurang
d. Sulit melakukan hubungan bermasyarakat
a. Latihan konsentrasib. Mengembangkan
kemampuan bahasa
c. Mengembangkan kemampuan kogitif
d. Mengembangkan kemampuan sosial
Aktivitas Tinggi 14. Mengulang kata kata yang sama berkali kali
15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti
Kurang terkendali motorik bahasa
Mengembangkan kemampuan bahasa
16. Suka bermain dengan tangannya sendiri
17. Sering bertepuk tangan
18. Sering bermain dengan jarinya
19. Sering menjatuhkan barang
20. Suka menabrak barang
21. Suka Berjalan tanpa tujuan
22. Berlari dengan badan tidak condong ke depan
23. Sulit meniru gerakan
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
c. Kurang terampild. Kurang
memahami tata ruang
Mengembangkan keterampilan motorik
24. Suka berdiri di kursi25. Menggoyang goyang
badan saat duduk26. Duduk dengan posisi
kaki kemana saja
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
c. Kurang terampil
Mengembangkan keterampilan motorik
27. Durasi duduknya sebentar
28. Sering berpindah duduk
29. Suka meninggalkan
a. Kurang mengontrol motorik
b. Kelemahan koordinasi tubuh
Mengembangkan keterampilan motorik
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 20
21
tempat duduk secara tiba tiba
30. Suka memanjat meja31. Suka melompat
kesana kemari tidak bertujuan
32. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan
a. Kelemahan mengontrol motorik
b. Tidak bisa konsentrasi
a. Mengembangkan kemampuan motorik
b. Latihan konsentrasi
Impulsitas 33. Bertindak secara spontan dan tiba tiba
a. Kurang konsentrasi
b. Kelemahan mengontrol emosi diri
c. Kelemaham mengontrol motorik
a. Mengembangkan kemampuan moral
b. Mengembangkan kemampuan motorik
34. Sering dan mudah menangis
35. Suka mencakar36. Suka menjambak37. Suka memukul tangan
ke wajah38. Suka mengigit39. Suka memaki40. Menjerit jerit41. Merusak atau
melempar barang42. Membenturkan kepala43. Bergulingguling di
lantai44. Suasana hati berubah
cepat dan drastis
a. Mengalami hambatan emosi
b. Kurang mampu mengontrol diri
c. Kurang bisa berempati
d. Kurang terampil mengekspresi-kan perasaan
e. Kesulitan dalam melakukan hubungan bermasyarakat
a. Mengembangkan kemampuan moral
b. Mengembangkan kemampuan emosi
c. Mengembangkan kemampuan sosial
45. Sulit menahan keinginan
46. Sulit menunggu giliran47. Tidak malu malu48. Tidak pernah merasa
bersalah
a. Kurang mampu mengontrol diri
d. Kurang memahami aturan bermasyarakat
e. Kurang pertimbangan moral
a. Mengembangkan kemampuan moral
b. Mengembangkan kemampuan sosial
49. Bermain dengan rentang yang pendek
50. Tidak mempunyai sahabat dekat
51. Suka bermain sendiri52. Suka mengubah
sendiri aturan bermain
Kurang memiliki kemampuan bersosialisasi
Mengembangkan kemampuan sosial
F. Hubungan Konsep Teori Behaviorism dalam Mengurangi Perilaku Hiperaktif
Behaviorisme ialah suatu pendekatan yang mengarah pada menekankan
pemahaman, prediksi dan kendali perilaku (Setiawan, 2002: Q4). JB Watson sebagai
pelopor behaviorisme menetapkan suatu pernyataan dan memberikan penekanan pada
pentingnya mengamati secara obyektif pada suatu perilaku yang nampak, juga
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 21
22
memperhitungkan pertilaku yang tidak nampak. Demikian pula halnya tokoh Behaviorism
Skiner (1974) ia mengaplikasikan konsep-konsep dan metodenya secara praktis danteoritis.
Teorinya tentang behaviorism yang terkenal yaitu "stimulus — respon. Behaviorism yang
dinyatakan di sini adalah melihat tingkah laku itu muncul dan nampak, serta menekankan
pada respon-respon yang tidak harus dibangkitkan oleh stimulus (rangsangan), tetapi
sangat dipengaruhi oleh akibat--akibat dari respon itu sendiri (reinforcement).
1. Prinsip Pembelajaran
a. Terstruktur " Pendidikan dan pengajaran anak hiperaktif diterapkan prinsip terstrukrur,
artinya dalam pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dan bahan ajar/materi
yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,
ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian yang
tidak tcrpisah dari materi sebelumnya. Struktur pendidikan dan pcngajaran bagai anak
hiperaktif meliputi; struktur waktu, struktur ruang, dan struktur kegiatan.
b. Terpola
Kegiatan anak anak hiperaktif biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal,
baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur
kembali. Oleh karena itu, dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan
pola yang teratur.
c. Terprogram ‘
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberikan arahan dan tujuan yang ingin dicapai
dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip
dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara
bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program
pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula selanj utnya.
d.Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan perilaku bagi anak hiperaktif prinsip konsistensi mutlak
diperlukan. Artinya apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap suatu
stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), begitupula apabila anak berperilaku negatif.
Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda secara tetap dan
tepat, dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
Konsisten memiliki arti "tetap" mencakup tetap dalam berbagai hal ruang dan waktu.
Konsisten bagi guru berarti tetap dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak
sesuai dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing—maslng individu. Sedangkan
arti konsistensi bagi anak adalah tetap dalam mempertahankan dan menguasai komampuan
sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 22
23
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagai anak hiperaktif sebenamya tidak jauh beda
dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang
berkesinambungan juga mutlak dipcrlukan bagai anak autistik. Kontinyuitas disini meliputi
kesinambungan antara prinsip dasar pcngajaran dan pclaksanaannya. Kontinyuitas dalam
pclaksanaan pcndidikan tidak hanya dikelas, tetapi juga harus ditindak lanjuti untuk kegiatan
di luar kelas, rumah dan lingkungan di sekitar anak. Kesimpulannya, pembelajaran
perubahan perilaku dan pendidikan bagi anak hiperakatif tetap harus dilaksanakan secara
berkesinambungan, simultan dan integral (terpadu).
2.Teknik Pembelajaran
Format umum untuk latihan adalah sebagai berikut; (l) Guru memberi suatu stimulus
(rangsang, berupa instruksi) kepada anak agar memperhatikan guru atau tugas di
tangannya. (2) Stimulus ini mungkin diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respons yang
dimaksud. (3) Anak berespons dengan benar/tepat, salah/tidak tepat, atau tidak berespons
(yang dianggap Salah). (4) Guru berespons (dengan memberi imbalan atau respons anak),
yaitu memberi hadiah jika benar dan mengatakan "tidak" jika salah. (5). Terdapat interval
(senggang waktu) singkat sebelum memulai pelatihan berikutnya.
3. Pelatihan yang Utama
Pembiasaan ( melatih secara berulang) untuk perilaku secara umum dalam:
a. Tidak mau diam, kurang konsentrasi dan kurang motivasi belajar
1. Berdoa sebelum kegiatan
2. Duduk di kursi: tidak berjalan jalan di kelas, tidak keluar ruang kelas
3. Menoleh ketika dipangil nama
4. Mengenal instruksi
5. Melakukan kontak mata
6. Memberikan pujian dan semangat
7. Mengucapkan salam saat datang dan pulang sambil melihat mata yang diberi salam
b. Mengatasi Perilaku Tantrum
1. Memberikan pelukan dan menyatakan kata “tidak” saat anak tantrum dan menyakiti
diri sendiri atau orang lain
2. Belajar berbahasa sederhana untuk menyatakan emosi
3. Mengenal perilaku benar dan salah
4. Memberikan reward dan punishmen secara konsisten, lantang dan jelas
5. Belajar menunggu gilioran
6. Mengalihkan perhatian saat anak menghendaki sesuatu yang tidak diharapkan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 23
24
4. Persiapan Pembelajaran:
1. Menghilangkan benda atau menghalangi pandangan ke pintu yang akan membuat
anak beralih perhatian
2. Menyediakan makakan yang dia sukai
3. Menyiapkan benda yang dia sukai untuk mengalihkan pada keinginan yang tidak
diharapkan
G. Bagan Materi Kegiatan Model Connected
Sesuai konsep model belajar connected dimana topik satu dihubungkan dalam topik
berikutnya dalam satu pembelajaran (bukan dalam beberapa disiplin ilmu atau mata
pelajaran atau bidang pengembangan), maka dalam pembelajaran ini yang di “connected”
kan adalah pada setiap bidang kemampuan dasar untuk merubah perilaku hiperaktif, yakni:
a. Connceted Kemampuan Motorik
b. Conected Kemampuan Bahasa
c. Connected Kemandirian, Moral dan Emosi
d. Connected Kemampuan Sosial
e. Connted Kemampuan Kogniif
Dalam setiap bidang kemampuan dihubungkan sedemikian sehingga pelajaran hari ini
terhubung dengan pelajaran sebelumnya dan pelajaran yang akan datang. Dengan
demikian terdapat lima bagan connected seperti terlihat dap bagan berikut ini.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 24
TOPIK HARI INI
9. Memotong roti binatang
25
MODEL CONNECTED KEMAMPUAN MOTORIK UNTUK ANAK HIPERAKTIF
KELOMPOK TK A
8. Mengoles roti bintang
Keterangan:
Angka menunjukkan urutan pembelajaran
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 25
TOPIK SEBELUMNYA1. Meniru lagu “duduk rapi” 2. Meniru gerakan binatang seperti
duduk atau berdiri 3. Menyobek kertas gambar
binatang4. Merentangkan karet kalung
binatang5. Membuat stempel binatang 6. Meremas adonan roti membentuk
binatang
(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk untuk melatih duduk di
TOPIK SELANJUTNYA10 Meronce gambar binatang11 Menari sesuai irama tanaman12 Mandi bola13 Lempar tangkap mainan bintang9. Berpantomim bebas tentng
tanaman10. Toilet training11. Mencuci muka12. Menuang Minuman
(Jika anak sudah mulai bisa tenang duduk, kegiatan mulai dilakukan tidak sambil duduk untuk melatih motorik lainnya)
TOPIK HARI INI
5. Bermain ciluk ba6. Mengenal instruksi memegang angota badan
dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instrusksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan
(anak mulai belajar memahami kalimat instruksi)
26
MODEL CONNECTED KEMAMPUAN BAHASA UNTUK ANAK HIPERAKTIF
KELOMPOK TK A
Keterangan:
Angka menunjukkan urutan pembelajaran
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 26
TOPIK SEBELUMNYA
1. Mengucapkan salam2. Menyanyi “duduk manis”3. Menyanyi lagu “panggil nama
teman”4. Meniru vokal di depan cermin
(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk untuk melatih duduk di kursi, mendengar panggilan dan meniru bahasa)
TOPIK SELANJUTNYA
7. Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana
8. Main telepon teleponan9. Meniru mengucapkan doa
(Jika anak sudah mulai mengerti instruksi, kegiatan dilanjutkan untuk membantu anak bisa mengungkap keinginan menggunakan kalimat mengurasngi tantrum)
TOPIK HARI INI6. Mengenal tekstur: menyetuh benda halus atau kasar,
hangat dan dingin, basah dan kering7. Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk,
senang, sakit, lapar, pipis dll (anak mulai belajar memahami tekstur dan perasan dalam berperilaku melalui tanda perilaku )
27
MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN MORAL, KEMANDIRIAN, DAN EMOSI UNTUK ANAK HIPERAKTIF
KELOMPOK TK A
Keterangan:
Angka menunjukkan urutan pembelajaran
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 27
TOPIK SEBELUMNYA1. Mengucap salam saat bertemu orang lain2. Menunjukkan benda/makanan/mainan yang
diinginkan3. Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah4. Mengenal benar salah dengan memahami
kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”
5. Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap
(Awal kegiatan dilakukan sambil duduk dan mengenalkan nilai moral baik buruk melalui cerita untuk mengurangi perilaku tantrum)
TOPIK SELANJUTNYA8. Menyebutkan benda/ makanan
/mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll
9. Meniru berdoa mau ke WC10. Antri bermain/menunggu giliran 11. Membantu orang lain12. Membereskan barang usai
berkebun(Jika anak sudah mulai mengerti konsep, ciri suatu emosi, kemudian anak belajar menyatakan keinginan sendiri untuk menghilangkan tantrum
TOPIK HARI INI
4. Bermain lempar mainan binatang berdua teman
5. Duduk diayunan, diayunkan oleh teman
(anak mulai belajar memiliki sahabat dengan bermain berdua )
28
MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN SOSIAL UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELOMPOK TK A
Keterangan:
Angka menunjukkan urutan pembelajaran
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 28
TOPIK SEBELUMNYA
1. Main ular ularan
2. Main Kucing Kucingan
3. Mandi Kuda Kudaan
(Awal kegiatan bermain secara bersama untuk mengenal aturan bermain)
TOPIK SELANJUTNYA
6. Menawarkan mainan kepada
teman
7. Menolong membawakan
mainan teman
8. Gotong royong berkebun
(Jika anak sudah mulai mengerti konsep bermain bersama dan memiliki teman, kemudian anak belajar bekerjasama)
TOPIK HARI INI5. Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda6. Menyusun dengan balok bergambar binatang
(anak mulai belajar menyelasaikan masalah agak rumit karena berdasarkan instruksi tertentu)
29
MODEL CONNECTED PENGEMBANGAN KOGNITIF UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELOMPOK TK A
Keterangan:
Angka menunjukkan urutan pembelajaran
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 29
TOPIK SEBELUMNYA1. Menunjuk gambar binatang2. Mengenal bentuk dan warna
binatang3. Menyebut kembali gambar binatang
yang dilihat4. Menyebut hal yang sudah
dikerjakan hari itu
(Awal kegiatan mengenal problem solving secara sederhana dengan menyebut sesuatu yang sudah dikenal)
TOPIK SELANJUTNYA
1. Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang
2. Memasang benda sesuai pasanganan3. Mengelompokkan benda benda yang
sama4. Menjawab ya dan tidak terhadap
pertanyaan yang melibatkan keinginan
(Anak kemudian memahmi konsep logika yang lebih rumit bahkan memahami keiningan diri sendiri)
30
Model Keterpaduan Tema, Indikator dan Bidang Kemampuan Pembelajaran Individual
Connected Untuk ‘RV” (KELOMPOK TK A)
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 30
SOSIAL1. Mampu bermain bersama main ular
ularan2. Mampu bermain bersama kuda kudaan 3. Mampu mengenal aturan permainan
Kucing Kucingan4. Mampu bermain berdua dengan teman 5. Mampu memilih teman berdua6. Mampu menawarkan mainan kepada
teman7. Mampu menolong membawakan
mainan teman 8. Mampu gotong royong berkebun
KEMANDIRIAN,EMOSI DAN MORAL1. Mampu mengucap salam saat bertemu orang lain2. Mampu menunjukkan benda/makanan/mainan yang diinginkan3. Mampu menyebut sifat sifat Allah 4. Mampu memahami benar salah dengan memahami kata : “tidak”,
“jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”5. Mampu meenunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap6. Mampu mengenal benda halus atau kasar, hangat dan dingin,
basah dan kering7. Mampu mengenal bentuk perasaan yang wajar seperti haus,
cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll8. Mampu menyatakan perilaku yang diinginkan: minta mainan, mau
bobo, ngantuk, mau pipis dll 9. Mampu meniru berdoa mau makan10. Mau antri bermain/menunggu giliran 11. Mampu meniru praktek shalat12. Mampu membantu orang lain13. Membereskan barang usai berkebun
MOTORIK1. Mampu duduk rapi 2. Mampu meniru gerakan
tubuh binatang seperti duduk atau berdiri
3. Mampu menyobek gambar binatang
4. Mampu membuat stempel binatang
5. Mampu merentangkan karet kalung binatang
6. Mampu meremas adonan roti berbentuk binatang
7. Mampu memotong roti8. Mampu mengoles roti9. Mampu meronce bentuk
binatang10. Mampu menari sesuai
irama binatang11. Mampu berguling di kolam
bola12. Mampu melempar tangkap
Tanaman13. Mampu berpantomim
bebas gerakan tanaman14. Mampu ke WC 15. Mampu mencuci muka
BAHASA1. Mampu mengucapkan salam2. Mampu menyanyi “duduk manis”3. Mampu menyanyi lagu “panggil nama teman”4. Mampu meniru vokal di depan cermin5. Mampu mengucapkan “ciluk ba6. Mengenal instruksi memegang angota badan
binatang dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instruksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan
7. Mampu menyebutkan mainan binatang/ makanan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana
8. Mampu berbicara di telepon teleponan9. Mampu mengucapkan doa mau makan
TEMA:
BINATANG (Minggu I)
TANAMAN (Minggu II)
KOGNITIF1. Mampu menunjuk gambar
Binatang laut2. Mampu mengenal jenis dan
warna binatang3. Mampu menyebut kembali
gambar binatang yang dilihat4. Mampu menyebut hal yang
sudah dikerjakan hari itu5. Mampu mengambil mainan
binatang di kotak sesuai ciri-cirinya
6. Mmpu menyusun dengan 5 balok bergambar binatang
7. Mampu membuka dan mengisi wadah sesuai jenis
8. Mampu memasang gambar tanaman sesuai pasanganan
9. Mampu mengelompokkan tanaman yang sama
10. Mampu menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan
31
Rencana Kegiatan Mingguan
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL MINGGUAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu : I Bulan Januari
Tema : Binatang
HARI MOTORIK BAHASA MORAL SOSIAL KOGNITIF1 Meniru duduk
rapi
Meniru gerakan tubuh binatang seperti duduk atau berdiri
Mengucapkan salam
Menyanyi “duduk manis”
Terbiasa mengucap salam saat bertemu orang lain
Main bersama main ular ularan
Menunjuk gambar binatang
2 Menyobek kertas gambar binatang
Merentangkan karet kalung binatang
Menyanyi lagu “panggil nama teman”
- Main bersama kucing kucingan
Mengenal bentuk dan warna binatang
3 Membuat stempel binatang
Meniru vokal di depan cermin
Menunjukkan benda/makanan/mainan yang diinginkan
Main bersama kuda kudaan
Menyebut kembali gambar binatang yang dilihat
4 Meremas adonan roti membentuk binatang
Bermain ciluk ba
Mengenal instruksi memegang angota badan dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instrusksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan
Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah
Bermain lempar mainan binatang berdua teman
Duduk diayunan, diayunkan oleh teman
-
5 Memotong roti berbentuk binatang
Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana
Mengenal benar salah dengan memahami kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”
Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap
- Menyebut hal yang sudah dikerjakan hari itu
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 31
32
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL MINGGUAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu : II Bulan Januari
Tema : Tanaman
HARI MOTORIK BAHASA MORAL SOSIAL KOGNITIF1
Meronce bentuk tanaman
Main telepon teleponan
Mengenal tekstur: menyetuh benda halus atau kasar, hangat dan dingin, basah dan kering
Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll
- Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda
Menyusun dengan balok bergambar tanaman
2 Menari sesuai irama
Lempar tangkap mainan
- Menyebutkan benda/ makanan /mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll
- Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang
Memasang benda sesuai pasangan
3 Berpantomim bebas tentang tanaman
- - Menawarkan mainan kepada teman
Menolong membawakan mainan teman
Mengelompokkan tanaman yang sama
4 Toilet training Meniru mengucapkan doa ke WC
Berdoa masukWC
Menunggu giliran ke WC
- -
5 Mencuci tangan
Menuang minuman teh
- Membereskan barang usai berkebun
Gotong royong berkebun
Menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 32
33
Rencana Kegiatan Harian
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : I/ 1 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap tentang kegiatan belajar kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appersepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaTerbiasa mengucapkan salam
Mengucapkan salam Praktek langsung
Mampu mengulang menyanyikan lagu anak
Menyanyi “duduk manis” Kursi
Terbiasa duduk tenang Meniru duduk rapiSenang bermain dengan temanMengenal aturan bermain
Main bersama main ular ularan Kaset recorder
Mampu melakukan gerakan sederhana
Terbiasa duduk tenang
Meniru gerakan tubuh binatang seperti duduk atau berdiri
Mampu mengenal jenis jenis binatang
Melatih konsentrasi
Menunjuk gambar binatang Gambar binatang berdasarkan jenisnya
\\
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 33
34
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : I/ 2 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menyanyi lagu anak
Mampu menjawab ketika dipanggil nama
Menyanyi lagu “panggil nama teman”
Praktek langsung
Senang main bersama temanMengenal aturan bermain
Main bersama kucing kucingan Kaset dan lagu anak
Mampu berkonsentrasi
Mampu mengotrol motorik halus
Menyobek kertas gambar binatang
Merentangkan karet kalung binatang
Kertas gambar binatang
Kalung binatang dari karet
Mampu menyebutkan benda yang dilihat
Mengenal jenis dan warna binatang
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 34
35
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : I/ 3 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menirukan kembali kata kata dengan benar
Meniru vokal di depan cermin Praktek langsung Cermin
Senang bermain dengan temanMengenal aturan bermain
Main bersama kuda kudaan Kuda kudaan dari kertas karton
Mampu mencap dengan berbagai alat dan bentukMelatih koordinasi dan konsentrasi
Membuat stempel binatang Stempel dari kentang berbentuk binatang dan pewarna makanan berbagai warna
Mampu mengingat benda yang dilihatMelatih konsentrasi
Menyebut kembali gambar binatang yang dilihat
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 35
36
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : I/ 4 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menirukan kalimat sederhana
Mengerti kalimat perintah secara sederhana
Bermain ciluk ba
Mengenal instruksi memegang angota badan dan melakukan gerakan badan seperti duduk, berdiri atau instruksi larangan memegang atau larangan melakukan gerakan badan
Praktek langsung
Mampu mendengarkan ceritaMelatih konsentrasiMengenal sifat sifat/ perilaku yang baik
Mendengar cerita mengenal sifat sifat Allah
Bercerita Buku cerita sifat Allah
Senang bermain bersama temanMampu mengenal aturanMampu memilih teman bermainMelatih motorik halusMelatih konsentrasiMampu membentuk sesuai imajinasi
Bermain lempar mainan binatang berdua teman
Duduk diayunan, diayunkan oleh teman
Meremas adonan roti membentuk binatang
Bermain bersama
Bermain ayunan
Praktek langsung membuat roti
Berbagai mainan berbentuk binatang
Mainan ayunan
Adonan roti
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 36
37
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : I/ 5 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu menyampaikan maksud dan keinginan dengan kalimat sederhanaMengenal benar salahMemahami kalimat laranganMelatih memahami bentuk emosiMelatih menunjukkan emosi secara wajar
Menyebutkan benda/ makanan/ mainan/ perilaku yang diinginkan dengan kalimat sederhana
Mengenal benar salah dengan memahami kata : “tidak”, “jangan”, “boleh”, “bagus”, “benar”
Menunjukkan emosi sayang: peluk, cium, usap
Bercakap cakap Kursi untuk bercakap cakap
Melatih motorik halusMelatih konsentrasi
Memotong roti berbentuk binatang
Praktek langsung Roti dan pisau dari plastik
Mampu berceritaMampu mengingat melatih konsentrasi
Menyebut hal yang sudah dikerjakan hari itu
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 37
38
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke :II / 1 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu berbicara lancar dalam tanya jawab
Main telepon teleponan Bermain HP
Mengenal indera dan perasaanMemahami emosi diri dan orang lainMelatih mengekspresikan emosi secara wajar
Mengenal tekstur: menyentuh benda halus atau kasar, hangat dan dingin, basah dan kering
Mengenal bentuk perasaan seperti haus, cape, ngantuk, senang, sakit, lapar, pipis dll
Praktek langsung
Tanya Jawab
Kain kasar, halus, kering, dan basah
Memahami konsepMelatih motorik halusMampu membedakan bendaMelatih konsentrasi
Mengambil barang di kotak sesuai ciri-ciri benda
Menyusun dengan balok bergambar tanaman
Praktek langsung Wortel, tomat, salak, dukuh, rambutan, mentimun, Jeruk BaliBalok bergambar
Melatih motorik halusMelatih konsentrasi
Meronce bentuk tanaman Tanaman tiruan, tali, dan jarum besar
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 38
39
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN“RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : II/ 2 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMemahami ukuran dan bentukMampu mencocokkan bendaMelatih konsentrasi
Membuka dan mengisi wadah sesuai jenis barang
Memasang benda sesuai pasangan
Praktek langsung Beberapa wadah dan sayuran atau buah buahan yang akan dimasukkan ke wadah
Memahami keinginan sendiriMengutarakan emosi secara wajarMengutarakan keinginan dengan kalimat yang dimengerti
Menyebutkan benda/ makanan /mainan/ perilaku yang diinginkan: minta mobil, mau bobo, ngantuk, mau pipis dll
Tanya jawab Mainan
Melatih koordinasi tubuh
Menari sesuai irama
Lempar tangkap mainan
Menari
Praktek langsung
Kaset dan recorder
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 39
40
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : II/ 3 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda MediaMampu membuat imajinasi gerakan
Berpantomim bebas tentang tanaman
Praktek langsung
Terbiasa berbagiMampu menunjukkan rasa empati dan rasa sayang
Menawarkan mainan kepada teman
Menolong membawakan mainan teman
Mainan
Mampu memngelompokkan berdasarkan jenis tertentuMelatih konsentrasi
Mengelompokkan tanaman yang sama
Berbagai jnis tanaman
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 40
41
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : II/ 4 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda Media
Terbiasa berdoa sebelum melakukan kegiatanMengenal baik burukMelatih konsentrasi
Berdoa masukWC Prakek langsung
AirSabunToiletTisue
Terbiasa sabar, mengurangi perilaku spontan dan tidak sabarMengenal aturan
Menunggu giliran ke WC
Terbiasa mengurus diri sendiri (kemandirian)
Toilet training
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 41
42
SATUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL HARIAN “RV”
Kelas : TK A
Semester : II
Minggu/Hari ke : II/ 5 Bulan Januari
Tema : Binatang
Alokasi waktu : 08.00 – 10.15
Pembukaan (Pembiasaan kontak mata, mendengar sapaan, mengucapkan salam, dan
duduk tenang serta pemberian reward terhadap perilaku yang diharapkan dan pengabaian
atau pernyataan kata “tidak” terhadap perilaku hiperaktif secara jelas dan konsisten) :
a. Melakukan kontak mata, mengucap salam dan menyambut kedatangan anak dengan
hangat dan cinta.
b. Mendengar jawaban salam anak dan mengingatkan/meminta agar anak menjawab
salam sambil melihat ke wajah guru.
c. Menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi itu.
d. Mengajak anak untuk duduk dan guru memberi contoh duduk, guru duduk
berhadapan dengan anak.
e. Mengucapkan Ikrar dan berdoa, guru boleh memimpin doa jika anak sedang tidak
bersedia namun anak harus meniru dan guru mengucapkan ikrar dan doa dengan
melakukan kontak mata pada anak.
f. Bercakap cakap mengenai pelajaran hari kemarin dan rencana kegiatan belajar hari
ini (appresepsi)
Kegiatan Inti:
Indikator Belajar Kegiatan Belajar Metoda Media
Senang bekerjasama dengan orang lain
Gotong royong berkebun Berkebun Lahan kebunTanaman dan bibit
Terbiasa membereskan dan menempatkan benda sesuai tempatnya
Membereskan barang usai berkebun
buah buahanSekopPupukAir
Terbiasa mengurus diri sendiri danmenjaga kebersihan
Mencuci tanganMenuang minuman teh
Praktek cuci tangan dan menuang
CangkirTeko
Mampu menyampaikan keinginan secara tepat
Menjawab ya dan tidak terhadap pertanyaan yang melibatkan keinginan
minuman Teh daun
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 42
43
H. Evaluasi Pembelajaran
Lembar Penilaian Perilaku
EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN OBSERVASI
Nama : .. RV.........
Kelas : TK A
Waktu : Minggu I hari I
Tema: Binatang
Indikator Belajar Penilaian
Dapat melakukan sendiri
Harus dibantu Tugas Tidak Selesai
Mampu mengucapkan salamMampu mengulang menyanyikan lagu anakMampu duduk tenangMampu bermain dengan temanMengenal aturan bermainMampu melakukan gerakan berdiriMampu mengenal jenis jenis binatang dengan menunjuk gambarMelatih konsentrasi
EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN OBSERVASI
Nama : .. RV.........
Kelas : TK A
Waktu : Minggu I hari II
Tema: Binatang
Indikator Belajar Penilaian
Mampu menyanyi lagu anakMampu menjawab ketika dipanggil namaSenang main bersama temanMengenal aturan bermainMampu berkonsentrasiMampu mengotrol motorik halusMampu menyebutkan benda yang dilihatPenilaian 1,2,3, dan 4, menunjukan tingkatan nilai yang diperoleh1 = belum berkembang2 = sudah berkembang3 = berkembang4 = memiliki bakat khusus
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 43
44
EVALUASI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DENGAN LEMBAR KERJA
Nama : .. RV.........
Kelas : TK A
Waktu : Minggu I hari II
Tema: Binatang
Indikator Belajar : Mampu mencap berbentuk binatang dengan Kentang
Nama :
Kelas :
Tanggal:
PENILAIAN : Beri penilain dengan simbol:
☻: Mampu mengerjakan sendiri dengan tuntas
☺: Mampu mengerjakan tugas namun perlu dibantu
√ : Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 44
45
INSTRUMEN
MENGUNGKAP PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TK
Inisial Anak :.................
Kelas : TK A
Tanggal Observasi :.......... ..
KARAKTERISTIK SELALU(3)
KADANG KADANG(2)
TIDAK PERNAH(1)
1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka
2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu
3. Lupa memberi salam4. Lupa BAK tidak di kamar mandi
5. Lupa memakai sepatu ketika pulang
6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan
7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai
8. Selang perhatiannya pendek
9. Cepat bosan dengan tugas tugas yang diberikan
10. Cepat beralih pada aktivitas lain
11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama
12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi
13. Harus diberitahu berkali kali
14. Mengulang kata kata yang sama berkali kali
15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti
16. Suka bermain dengan tangannya sendiri
17. Sering bertepuk tangan18. Sering bermain dengan
jarinya19. Sering menjatuhkan
barang20. Suka berjalan dengan
menabrak barang21. Suka Berjalan tanpa tujuan22. Berlari dengan badan tidak
condong ke depan23. Sulit meniru gerakan
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 45
46
24. Suka berdiri di kursi25. Menggoyang goyang
badan saat duduk26. Duduk dengan posisi kaki
kemana saja27. Durasi duduknya sebentar28. Sering berpindah duduk29. Suka meninggalkan tempat
duduk secara tiba tiba30. Suka memanjat meja31. Suka melompat kesana
kemari tidak bertujuan32. Tidak kenal lelah dalam
beraktivitas berlebihan33. Bertindak secara spontan
dan tiba tiba34. Sering dan mudah
menangis35. Suka mencakar36. Suka menjambak37. Suka memukul tangan ke
wajah38. Suka mengigit39. Suka memaki40. Menjerit jerit ketika
keinginannya tidak terpenuhi
41. Merusak atau melempar barang saat keinginannya tidak terpenuhi
42. Membenturkan kepala43. Bergulingguling di lantai44. Suasana hati berubah
cepat dan drastis45. Sulit menahan keinginan46. Sulit menunggu giliran47. Tidak malu malu48. Tidak pernah merasa
bersalah49. Bermain dengan rentang
yang pendek50. Tidak mempunyai sahabat
dekat51. Suka bermain sendiri52. Suka mengubah sendiri
aturan bermainTotal Skor Nilai
Bandung, ............... 2011Yang Mengukur, Guru TK ................................
( ..........................................)
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 46
47
INSTRUMEN
MENGUNGKAP PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TK
Kelas : TK A
Tanggal Observasi : 5, 6, dan 7 Desember 2011
KARAKTERISTIK ANAKPERILAKU AI BS CB D EV VR G RV YY
1. Langsung menoleh ketika pintu dibuka
2 2 2 1 1 2 1 2 2
2. Meninggalkan tugas ketika mendengar bunyi, melihat makanan, atau melihat tamu
1 1 1 1 1 2 1 3 2
3. Lupa memberi salam 1 1 1 2 1 1 1 3 34. Lupa BAK tdk di kamar mandi 1 1 1 1 1 1 1 3 15. Lupa memakai sepatu ketika
pulang1 1 2 1 2 1 1 2 1
6. Gagal menyelesaikan tugas secara keseluruhan
1 2 1 1 1 1 2 3 1
7. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai
1 1 1 2 1 1 1 3 1
8. Selang perhatiannya pendek 1 1 1 2 1 1 1 3 19. Cepat bosan dengan tugas
tugas yang diberikan1 1 1 1 1 2 1 3 1
10. Cepat beralih pada aktivitas lain
1 1 1 1 1 1 1 3 1
11. Tidak menoleh ketika dipanggil nama
1 1 1 1 1 1 1 3 1
12. Tidak mendengar ketika diberi instruksi
1 1 1 2 1 1 1 3 1
13. Harus diberitahu berkali kali 1 1 1 2 2 1 1 2 114. Mengulang kata kata yang
sama berkali kali1 1 1 1 1 1 1 1 1
15. Berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak dimengerti
1 1 1 1 1 1 1 1 1
16. Suka bermain dengan tangannya sendiri
1 1 1 1 1 1 1 1 1
17. Sering bertepuk tangan 1 1 1 1 1 1 1 2 118. Sering bermain dengan
jarinya1 1 1 1 1 1 1 1 1
19. Sering menjatuhkan barang 1 2 1 2 1 1 2 3 120. Suka berjalan dengan
menabrak barang1 1 1 1 1 1 2 3 1
21. Suka Berjalan tanpa tujuan 1 1 1 1 1 1 1 3 122. Berlari dengan badan tidak
condong ke depan1 1 1 1 1 1 1 3 1
23. Sulit meniru gerakan 1 1 1 1 1 1 1 3 124. Suka berdiri di kursi 2 2 2 3 1 1 2 3 125. Menggoyang goyang badan
saat duduk1 1 2 2 1 1 2 3 1
26. Duduk dengan posisi kaki kemana saja
1 1 2 2 2 2 1 3 1
27. Durasi duduknya sebentar 1 1 1 1 2 1 1 3 128. Sering berpindah duduk 1 2 2 3 2 2 1 3 129. Suka meninggalkan tempat
duduk secara tiba tiba1 1 1 1 1 1 1 3 1
30. Suka memanjat meja 1 2 2 2 1 1 1 3 131. Suka melompat kesana
kemari tidak bertujuan1 1 1 1 2 1 1 3 1
32. Tidak kenal lelah dalam beraktivitas berlebihan
1 1 2 1 2 2 1 3 1
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 47
48
33. Bertindak secara spontan dan tiba tiba
1 1 1 1 1 1 1 3 1
34. Sering dan mudah menangis 1 2 3 2 3 1 1 3 335. Suka mencakar 1 1 1 1 1 1 1 1 136. Suka menjambak 1 1 1 1 1 1 1 1 137. Suka memukul tangan ke
wajah1 1 1 1 1 1 1 1 1
38. Suka mengigit 1 1 1 1 1 1 1 1 139. Suka memaki 1 1 2 1 1 1 1 2 140. Menjerit jerit ketika
keinginannya tidak terpenuhi2 1 2 2 2 1 1 3 2
41. Merusak atau melempar barang saat keinginannya tidak terpenuhi
1 1 3 2 1 1 1 3 1
42. Membenturkan kepala 1 1 1 1 1 1 1 1 143. Bergulingguling di lantai 1 1 2 3 1 2 1 3 144. Suasana hati berubah cepat
dan drastis1 1 1 1 1 1 1 3 1
45. Sulit menahan keinginan 1 1 2 2 3 2 1 3 146. Sulit menunggu giliran 1 1 1 2 3 1 1 3 147. Tidak malu malu 1 1 1 1 1 1 1 3 148. Tidak pernah merasa
bersalah1 2 1 2 1 1 1 3 1
49. Bermain dengan rentang yang pendek
1 1 1 1 1 1 1 3 1
50. Tidak mempunyai sahabat dekat
1 1 1 1 1 1 1 3 1
51. Suka bermain sendiri 1 1 2 1 2 1 1 3 352. Suka mengubah sendiri
aturan bermain1 1 1 1 1 1 1 3 1
Total Skor 55 60 69 74 66 60 58 133 61Kriteria R R R R R R R T R
Bandung, 20 Desember 2011
Yang Mengukur, Guru TK
(....................................)
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 48
49
BAB V
PENUTUP
Model Pembelajajarn Connected merupalan pembelajaran terpadu yang
menghubungkan antara satu topik ke topik lainnya, antara satu tema dengan tema lainnya,
secara berurutan dalam satu bidang pembelajaran, bidang studi atau bidang kemampuan.
Model ini dipandang penulis tepat dipakai membantu menangani kesulitan belajar anak yang
hiperaktif karena anak yang hiperkatif memerlukan pelatihan melalui pembisaan yang terus
menerus diulang sehingga anak dapat melakukan perilaku yang diharapkan. Perilaku
merupakan hal sulit diubah dalam waktu singkat, berbeda dengan gangguan kemampuan
akademik yang mungkin dapat diberi latihan bimbingan belajar dalam waktu yang relatif
lebih pendek. Oleh karena itu untuk merubah perilaku hiperaktif, pembelajaran tidak
dilanjutkan sebelum pembelajaran yang sebelumnya dapat difahami anak, hal ini sesuai
dengan prinsip model belajar Connected.
Pendekatan yang dipakai untuk mengubah perilaku hiperaktif adalah pendekatan
belajar Behavioristik. Teori belajar ini menekankan pemberian stimulus dan respon, hal ini
cocok dengan karakteristik perilaku hiperaktif yang rentan mendapat pengaruh rangsang,
dimana timbulnya rangsang memicu timbulnya respon dari anak, sehingga anak dengan
cepat beralih perhatian, cenderung selalu tidak mau diam, kurang peduli terhadap
lingkungan dan menjadi mudah ngamuk.
Sesuai prinsip pembelajaran Behavioristik, respon harus selalu diberikan selama
pembelajaran, dimana jika anak bersikap sesuai yang diharapkan, guru memberikan pujian
sehingga anak mengerti bahwa hal tersebut adalah perilaku yang benar, dan jika anak
masih hiperaktif atau agresif, guru harus memberitahu bahwa perilaku tersebut buruk
dengan mengatakan “tidak”, atau “sakit’ (jika anak memukul, mencakar atau mengigit).
Pernyataan tersebut harus disampaikan secara jelas, konsisten, lantang namun penuh
kehangatan. Memberi pelukan atau “time out” sebagai perwujudan kasih sayang ketika anak
ngamuk tetap menjadi pilihan yang disarankan.
Agar anak hiperaktif dapat bekomunikasi dengan orang lain, guru harus selalu
melakukan kontak mata selama memberikan latihan, demikian juga melatih agar anak selalu
melakukan kontak mata pada orang yang diajak berkomunikasi.Hal tersebut bisa dilakukan
diantaranya dengan selalu berbicara berhadapan dengan anak.
Sedangkan untuk mengurangi kesukaan bergerak, tidak mau diam, maka guru selalu
mengajak anak duduk dlam setiap awal pembelajaran, dimana guru memberi contoh dengan
duduk. Guru duduk berhadapan dengan anak sehingga guru dapat melakukan kontak mata
dengan anak dan memastikan bahwa anak mengerti permintaan guru kepada untuk duduk.
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 49
50
Jika Model Pembelajaran Connected ini berhasil bagianak anak hiperaktif, tentu akan
lebih bermanfaat untuk diterapkan pada anak anak yang tumbuh normal atau tidak
mengalami gangguan kesulitan belajar.
Wallau ‘alam bisyawab
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 50
51
REFERENSI
Asjaari, Musjafak. Kesulitan Belajar. Dirjen Pendidikan Nasional. 2005
Collins dan Dixon dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model- pembelajaran-
terpadu-di-sekolah.html. 1991
Drake Susan M.,Creating Standards-Based Integrated Curriculum, Colifornia : A Sage
Publications Company Thousand Oaks, 2007
Fogarty, Robi. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing,
Inc.1991
Gunarhadi. dalam Model Pembelajaran Individual. [email protected]
Hilda Karli. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/perencanaan-
pembelajaran-terpadu-model-integreted/. 2005
Jamaris, Martini. Kesulitan Belajar. Persfektif, Assemen dan Penanggulangannya.
Yayasan PenaMas Murni, Jakarta. 2009
Resmini Novi. Model Model Pembelajaran Terpadu. Universitas Pendidikan Indonesia.
2007
Taylor, Eric. Anak yang Hiperaktif. Tuntutan Bagi Orang Tua. Gramedia. Jakarta. 1972.
Tries L. Ronald. Hiperactivity in Children, Etiologi, Measurement, and Treatmen
Implications. University Park Press, Baltimor. 1979
Taty Setiaty, M,Pd, Dosen STAIPersis Page 51
Top Related