MK Abortus inkmplt.docx

27

Click here to load reader

description

Abortus inkmplt

Transcript of MK Abortus inkmplt.docx

Page 1: MK Abortus inkmplt.docx

MANAJEMEN KASUS GYNEKOLOGI

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Soedono Madiun

Oleh :

Dinda Rizki Hutari (08 711 135)

Pembimbing

dr. H. Suwardi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP dr. SOEDONO MADIUN

2013

Page 2: MK Abortus inkmplt.docx

MANAJEMEN KASUS GYNEKOLOGI

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Soedono Madiun

Oleh :

Dinda Rizki Hutari (08 711 135)

Telah di presentasikan pada : .../.../2013

Dokter Pembimbing DM Obsgyn RSUP dr.Soedono

dr. H. Suwardi, Sp.OG Dinda Rizki Hutari

Page 3: MK Abortus inkmplt.docx

RUMAH SAKIT PROVINSI Dr. SOEDONO MADIUN

SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI

Jl. Dr. Soetomo 59, Madiun, Jawa Timur

LAPORAN KASUS GYNEKOLOGI

A. IDENTITAS

1) Nama : Ny. Darmini.

2) Usia : 33 th.

3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4) Nama suami : Tn. S

5) Usia : 34 th

6) Pekerjaan Suami : Swasta

7) Agama : Islam

8) Alamat : Sidorejo, RT 35/ 5, Wungu, Madiun

9) Periksa ke RS : Tgl 19/8/13, Pukul 12.45 WIB

B. RUJUKAN

1) Asal : DTS

2) Alasan : Keluar darah dari jalan lahir disertai gumpalan

C. MASUK DAN KELUAR RUMAH SAKIT

1) Masuk : 19/8/13

2) Keluar : 21/8/13

D. ANAMNESIS

1) Keluhan Utama : Perdarahan disertai gumpalan dari jalan lahir

2) Riwayat Keluhan Sekarang : Pasien kiriman dari poli dengan abortus

inkomplete. Pasien mengeluh perdarahan dari jalan lahir disertai gumpalan

pada pagi hari tadi. Darah warna merah kecoklatan (+), jumlah perdarahan

Page 4: MK Abortus inkmplt.docx

sedang sudah ganti pembalut 2x, lemas (+). Pasien mengaku hamil sekitar 2

bulan dan belum pernah kontrol kehamilan.

3) Riwayat Haid : Menarchea usia 13th, siklus 30 hari, teratur. Lama haid 7 hari,

jumlah sedang, encer, nyeri (kadang2)

4) Riwayat HPHT : 18-5-13. TP : 25-2-14 ( UK 13/14 minggu )

5) Riwayat Perkawinan : Menikah 2x di usia 21 th, lama pernikahan pertama 4

tahun, pernikahan kedua 5 tahun.

6) Riwayat ANC : Belum pernah sama sekali

7) Riwayat Persalinan :

I 9 Bulan Spt B 3300 BPS 13 th L H

II 9 Bulan Spt B 3000 BPS 4,5 th P H

III Hamil ini

8) Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-), Hipertensi (-)

9) Riwayat KB : Suntik 3 bulan, selama 4 tahun

10) Riwayat Kebiasaan Selama Kehamilan : Konsumsi obat2 tertentu selama

hamil (-), kontak dengan hewan peliharaan ( ex : kucing ) (-), rutin kontrol

ANC (-), riwayat trauma/coitus sebelum perdarahan (-), minum obat atau

jamu-jamuan sebelum perdarahan (-)

11) Pemeriksaan Status Fisik Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 4 5 6

Tinggi Badan : 154 cm Berat Badan : 75 kg

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg N : 90x/ menit

o RR : 18x, Suhu :36,5

Kepala / Leher : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dispneu (-)

Kardiovaskuler : S1 S2 Tunggal regular, Bising (-).

Respirasi : Rh (-/-), Wh (-/-)

Muskuloskletal : Edema (-/-)

12) Pemeriksaan Status Obstetri

TFU : 1/3 di atas simfisis-pusat

Page 5: MK Abortus inkmplt.docx

DJJ : (-)

HIS : (-)

VT :

V/V : fluxus (+) fluor (-)

Portio : Terbuka 1 jari, teraba jaringan (+), licin

CU ~ RF , membesar sesuai usia kehamilan 13-14 minggu

AP- dextra&sinistra : massa (-), nyeri (-)

Cavum Douglas : dbn

13) Diagnosis : Abortus Inkomplit

14) Planning :

Pro Kuretase

Tgl 19/ 8/13 pukul 17.15 WIB

Setelah dilakukan kuretase

Sonde : 11 cm

CU : RF

Jaringan : (+)

PA : (+)

Povidone : (+)

Hb Post Kuret: 6,4 g/dL

Tgl 19/ 8/13 pukul 19.15 WIB

S : Keluhan (-)

O :

Pemeriksaan Status Fisik Umum (STU) :

KU : baik

AICD : (-)

VS : TD 120/80, N 88, RR 18x

C/P : dbn

Pemeriksaan Status Fisik Gyn :

V/V : flux (+-), fluor (-), darah (-)

Page 6: MK Abortus inkmplt.docx

A : Post Kuretase ai Abortus Inkomplit + Anemia (Hb 6,4 g/ dL)

P :

Pro transfusi PRC s/d Hb > 10 g/dL

Metergin tab 3x1 gr iv

Asam mefenamat 3x 500 mg

Amoxicilin tab 3x 500 mg

Mx kel/ ku/ vs/ fx

Tgl 20/ 8/13 pukul 08.20 WIB

S : Keluhan (-)

O :

Pemeriksaan Status Fisik Umum (STU) :

KU : baik

K/L : A/I/D/C = -/-/-/-

VS : TD 120/80, N 81, RR 18, T 36,5.

Pemeriksaan Fisik Obstetri (STO) :

v/v : flux (-), darah (-)

A : Post Kuretase ai Abortus Inkomplit hari 1 + Anemia dalam koreksi

P :

Pro pindah ruangan

Pro transfusi s/d Hb > 10 g/dL

Metergin tab 3x10

SF 2x1

Asam Mefenamat 3x 500 mg

Pro cek Hb post koreksi

Mx kel/ fluxus/ kontraksi

Tgl 21/ 8/13 pukul 07.00 WIB

Page 7: MK Abortus inkmplt.docx

S : Perdarahan (-), keluhan (-)

O :

Pemeriksaan Status Fisik Umum (STU) :

KU : baik

K/L : A/I/D/C = -/-/-/-

VS : TD 110/80, N 80, RR 19,

Pemeriksaan Fisik Obstetri (STO) :

v/v : flux (-), darah (-), gumpalan daging (-)

Portio : terbuka

AP D/S : massa (-), nyeri (-)

CD : TAK

CU : baik

Inspekulo : jaringan sisa (-).

A : Post Kuretase ai Abortus Inkomplit hari 2+ Anemia dalam koreksi

P :

Cek DL

Bila Hb > 8 g/dL pro KRS

TINJAUAN PUSTAKA

ABORTUS INKOMPLIT

Page 8: MK Abortus inkmplt.docx

I. Pengertian Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500

gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15% dari semua kehamilan yang

diketahui (Naylor, 2005).

II. Etiologi Abortus

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh

faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang terjadi

disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).

a. Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus,

ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.

Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan

chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan

implantasi dengan adekuat.

b. Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic

lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus

berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa,

inkompetensia servik).

Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus

meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.Penyebab abortus

inkompletus bervariasi, Penyebab terbanyak di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Faktor genetik

Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh

kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama

merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik

pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35

Page 9: MK Abortus inkmplt.docx

tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia

35 tahun. Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2

kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua,

faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa

bila didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya

juga berisiko abortus.

2. Kelainan kongenital uterus

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik. Insiden

kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan riwayat

abortus, dimana ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak

abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%), kemudian

uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%). Mioma uteri juga bisa

menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko kejadiannya 10 - 30% pada

perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma Asherman bias menyebabkan

gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.

Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada berat ringannya gangguan.

3. Penyebab Infeksi

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917,

ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang

pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Berbagai teori diajukan untuk

mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaraya sebagai

berikut :

a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang

berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat

sehingga janin sulit bertahan hidup.

c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bias berlanjut

kematian janin.

d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah

yang bisa mengganggu proses implantasi.

Page 10: MK Abortus inkmplt.docx

4. Faktor Hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan adanya

mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum

terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-

kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering

terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6

minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu.

Hiperhomosisteinemi, bisa congenital ataupun akuisita juga berhubungan dengan

thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21% abortus

berulang.

5. Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1 – 10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau

radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan

gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik,

antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga

menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan

oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada

sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat

terjadinya abortus.

6. Faktor Hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem

pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem

hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi

terutama kadar progesterone.

Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama , risiko

abortus meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa

tidak adekuat punya peluang 2 – 3 kali lipat mengalami abortus.

Pada tahun 1929, allen dan Corner mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus luteum,

dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang rendah berhubungan dengan risiko

Page 11: MK Abortus inkmplt.docx

abortus. Sedangkan pada penelitian terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari

atau sama dengan 3 kali, didapatkan 17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan

dengan histologi defek fase luteal punya gambaran progesterone yang normal (Prawirohadjo,

2009). Selain penyebab-penyebab diatas kategori penyebab abortus inkompletus antara lain :

1. Kelainan dari ovum : Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering

menyebabkan abortus spontan, termasuk abortus inkompletus.Menurut penyelidikan

mereka dari 1000 abortus inkompletus:

-  48,9% disebabkan karena ovum yang patologis.

-  3,2% disebabkan kelainan letak embrio.

-  9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.

Abortus inkompletus yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang

kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan

waktu terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50 – 80

%).

2. Kelainan genitalia ibu

a. Kongenital anomaly (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).

b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofelsi uteri fiksata.

c. Tidak sempurnanya persiapan uterus untuk menanti nidasi daripada ovum yang sudah

dibuahi seperti kurangnya progesterone/oestrogen, endometritis, mioma submukus.

d. Uterus terlalu cepat renggang (kehamilan ganda, mola).

e. Distorsio dari uterus : oleh karena didorong oleh tumor pelvis.

3. Gangguan sirkulasi plasenta , Kita jumpai pada penyakit nefritis, hipertensi, toksemia-

gravidarum, anomaly plasenta dan endartritis oleh lues.

4. Penyakit-penyakit ibu, Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi :

Page 12: MK Abortus inkmplt.docx

pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Berdasarkan faktor

ibu yang paling sering menyebabkan abortus adalah infeksi. Sesuai dengan keluhan

yang biasa ibu alami kemungkinan penyebab terjadinya abortus adalah infeksi pada

alat genital. Tapi bisa saja juga dipengaruhi oleh faktor- faktor yang lain. Infeksi

vagina pada kehamilan sangat berhubungan dengan terjadinya abortus atau partus

sebelum waktunya Macam-macam infeksi pada vagina, yaitu:

a. Infeksi vagina akibat bakteri disebabkan karena tidak seimbangnya ekosistem

bakteri pada vagina. Biasanya ditandai dengan adanya keputihan yang encer

dan berbau busuk/ amis.

b. Infeksi vagina akibat trikomonas disebabkan oleh parasit yang berflagela yaitu

trikhomonas. Keputihan yang ditimbulkan sangat banyak, purulen, berbau

busuk dan disertai rasa gatal.

c. Infeksi vulva dan vagina akibat jamur penyebabnya candida albicans yang

merupakan 90 % infeksi jamur di vagina. Faktor predisposisinya adalah

penggunaan antibiotik pada kehamilan dan diabetes melitus . Keputihan yang

terjadi sangat khas seperti bubuk keju dan sangat gatal. Bila perjalanan

penyakitnya kronik dapat menyebabkan rasa nyeri dan panas.

d. Infeksi akibat proses peradangan pada vagina penyebab pasti belum diketahui.

Gejala yang ditimbulkan keputihan yang banyak, purulen dan menimbulkan

gejala iritasi/ panas pada vulva dan vagina disertai nyeri panggul (Ayurai,

2009).

5. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dan lain-lain.

a. Ibu yang asfiksia seperti pada dekom.kordis, penyakit paru berat, anemi gravis.

b. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, avit A/C/E,diabetes

mellitus.

III. Mekanisme Abortus

Page 13: MK Abortus inkmplt.docx

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian

embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang

terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan

mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat

yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan

secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau

di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan

pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun

plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis

servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan

perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya

sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-

kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi

uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu

banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai

dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

IV. Tahapan Abortus

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai

perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam

kandungan.

2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah

mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum

uteri dan dalam proses pengeluaran.

3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan

masih ada yang tertinggal.

4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada

Page 14: MK Abortus inkmplt.docx

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal

dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih

tertahan dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut- turut.

7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.

8.Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009)

V. Abortus Imkompletus (Keguguran Bersisa)

Abortus inkompletus adalah keluarnya sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi, sebelum

umur kehamilan lengkap 20 minggu dan sebelum berat janin 500 gram Abortus inkompletus

adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram (Prawirorahardjo, 2009). Adapun gejala-gejala dari abortus

inkompletus adalah sebagai berikut:

1. Amenorea

2. Perdarahan yang bias sedikit dan bias banyak, perdarahan biasanya berupa darah beku

3. Sakit perut dan mulas – mulas dan sudah ada keluar fetus atau jaringan

4. Pada pemeriksaan dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang –

kadang dapat diraba sisa – sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri

dan uterus lebih kecil dari seharusnya kehamilan

Diagnosis Abortus Inkompletus

1. Anamnesis

a. Adanya amenore pada masa reproduksi

b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi

c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis

2. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan

Page 15: MK Abortus inkmplt.docx

b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus,

dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.

c. Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.

d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,

waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.

b. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil

konsepsi

VI. Komplikasi Abortus Inkompletus

Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkompletus adalah sebagai berikut:

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus

segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan

alat-alat lain.

3. SyokSyok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

4. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora

normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif

enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,

Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci,

Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur

Page 16: MK Abortus inkmplt.docx

(Prawirohardjo, 1999).

VII. Tindakan Operatif Penanganan Abortus Inkompletus

Tindakan Operatif Penanganan Abortus Inkompletus terdiri dari:

- PengeIuaran Secara digital, Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran bersisa.

Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan serviks uteri

yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dalam kavum uteri cukup luas, karena

manipulasi ini akan menimbulkan rasa nyeri.

- Kuretase adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).

Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk

menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.

- Vacum kuretase adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum (Setyasworo,

2010).

VIII. Penanganan

Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan gejala klinis syok, tindakan

pertama ditujukan untuk perbaikan keadaan umum. Tindakan selanjutnya adalah untuk

menghentikan sumber perdarahan.

Tahap Pertama :

Tujuan dari penanganan tahap pertama adalah, agar penderita tidak jatuh ke tingkat

syok yang lebih berat, dan keadaan umumnya ditingkatkan menuju keadaan yang lebih balk.

Dengan keadaan umum yang lebih baik (stabil), tindakan tahap ke dua umumnya akan

berjalan dengan baik pula.Pada penanganan tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan,

berupa :

a. Memantau tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, frekuensi denyut nadi,

frekuensi pernafasan, dan suhu badan).

b. Pengawasan pernafasan (Jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti adanya

takipnu, sianosis, saluran nafas harus bebas dari hambatan. Dan diberi oksigen

melalui kateter nasal).

c. Selama beberapa menit pertama, penderita dibaringkan dengan posisi Trendelenburg.

d. Pemberian infus cairan (darah) intravena (campuran Dekstrose 5% dengan NaCl

0,9%, Ringer laktat).

Page 17: MK Abortus inkmplt.docx

e. Pengawasan jantung (Fungsi jantung dapat dipantau dengan elektrokardiografi dan

dengan pengukuran tekanan vena sentral).

f. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, jenis Rhesus,

Tes kesesuaian darah penderita dengan darah donor, pemeriksaan pH darah, pO2,

pCO2 darah arterial. Jika dari pemeriksaan ini dijumpai tanda-tanda anemia sedang

sampai berat, infus cairan diganti dengan transfusi darah atau infus cairan bersamaan

dengan transfusi darah. Darah yang diberikan dapat berupa eritrosit, jika sudah timbul

gangguan pembekuan darah, sebaiknya diberi darah segar. Jika sudah timbul tanda-

tanda asidosis harus segera dikoreksi.

Tahap kedua :

Setelah keadaan umum penderita stabil, penanganan tahap ke dua dilakukan.

Penanganan tahap ke dua meliputi menegakkan diagnosis dan tindakan menghentikan

perdarahan yang mengancam jiwa ibu. Tindakan menghentikan perdarahan ini dilakukan

berdasarkan etiologinya.

Pada keadaan abortus inkompletus, apabila bagian hasil konsepsi telah keluar atau

perdarahan menjadi berlebih, maka evakuasi hasil konsepsi segera diindikasikan untuk

meminimalkan perdarahan dan risiko infeksi pelvis. Sebaiknya evakuasi dilakukan dengan

aspirasi vakum, karena tidak memerlukan anestesi

VIII. Tindakan pengobatan abortus inkompletus

Setiap fasilitas kesehatan seharusnya menyediakan dan mampu melakukan tindakan

pengobatan abortus inkompletus sesuai dengan kemampuannya. Biasanya tindakan

evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini merupakan kendala

yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai dengan kendaraan umum.

Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan pengobatan abortus inkompletus di

setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan kemampuannya akan mengurangi risiko

kematian dan kesakitan. Tindakan pengobatan abortus inkompletus meliputi :

a. Membuat diagnosis abortus inkompletus

b. Melakukan konseling tentang keadaan abortus inkompletus dan rencana pengobatan.

c. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

d. Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.

e. Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim (Saifudin, 2002).

Page 18: MK Abortus inkmplt.docx

IX. Faktor Yang Mempengaruhi Abortus Inkompletus

1. Umur

Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden

abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Risiko ibu terkena

aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan

kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun (Prawirohardjo, 2009).

2. Usia Kehamilan

Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang penyebabnya.

Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan

sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama

berupa trisomi autosom (Prawirohardjo, 2009).

3. Paritas

Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu (SPMPOGI, 2006).

4. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit ibu seperti pneumonia, typhus abdominalis, pielonefritis, malaria

dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit- penyakit

infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinya abortus

5. Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus

berulang. Kejadiannya sekitar 3 – 5 %. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa

setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,

sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi

meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30 – 45%

(Prawirohardjo, 2009).

Page 19: MK Abortus inkmplt.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ayurai. 2009. http://KTI Asuhan Kebidanan. Bidanku Sahabatku Asuhan Kebidanan

Pada Ny ”D” P 10021 Dengan Abortus Incomplete di BPS Surabaya.

Cunningham dkk, 2000. Abortus, Suyono,J., dan Hartono, A.,(alih bahasa), Obstetri

Williams, EGC, Jakarta (edisi 20).

Depkes RI, 2009. http://bascommetro.blogspot.com.html. Aki dan Akb tahun 2007.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Murti, B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-

Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu

Prawiroharjo, S, dkk. 1992. Ilmu Kebidanan. Edisi Pertama. Yayasan Bina Pustaka, 1976. 66

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80. Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Saifuddin, A, B, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sayidun, R, 2001. http://medic.webs88.com. Berita Kedokteran Indikasi tindakan abortus

di Indonesia.

Standar Pelayanan Medik Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia.

http://spmpogi..co.id.Pdf, 2006.

Yulia, A. 2009. http://spesialis-torch.com.pdf. Penyebab Keguguran Kandungan.