MinProb3_Kominusi 2015.pdf

69
 Pengolahan Mineral Kominusi

Transcript of MinProb3_Kominusi 2015.pdf

  • Pengolahan Mineral

    Kominusi

  • Uraian

    Prinsip Kominusi

    Teori Kominusi

    Grindability

    Crushing

    Primary crushing

    Secondary Crusher

    Crusher circuit and control

  • Prinsip kominusi (1/2)

    Regangan pada kisi kristal baik

    tekan atau tarik yang dapat

    menyebabkan perpatahan pada

    material (bijih).

    Adanya konsetrasi tegangan pada

    ujung retakan, membantu dalam

    memecah bijih.

    Fracture mechanics !

    Energi yang diperlukan untuk

    kominusi dapat dikurangi dengan

    penambahan air atau kimia yang

    ter-adsorb di permukaan bijih.

  • Prinsip kominusi (2/2) Pemecahan padatan bijih dicapai dengan

    crushing, impact, and attrition, dan melalui

    ke-3 mode patahan (tekan, tarik, dan

    geser) dan dapat diatur sesuai dengan

    mekanika dan jenis pembebanannya.

    Ketika batuan bijih berbentuk tidak

    beraturan dikenai beban tekan, tarik atau

    geser, maka batuan tsb. Akan terpecah

    menjadi 2 jenis ukuran.

    Ukuran besar akibat pengaruh beban tarik,

    Ukuran kecil akibat pengaruh beban tekan

    dan geser.

  • Teori Kominusi (1/6)

    Teori yang memperhitungkan hubungan antara energi input dengan ukuran partikel.

    Belum ada teori yang mapan!

    Permasalahan terbesarsebagian besar energi input mesin crushing/grinding diserap oleh mesin itu sendiri dan sebagian kecil dari energi itu untuk memecah material.

    Pada ball mill hanya 1% dari total energi input yang digunakan untuk reduksi ukuran.

  • Teori Kominusi (2/6)

    Faktor lain adalah sifat plastis material. Energi untuk mengubah bentuk tanpa menghasilkan permukaan baru.

    Semua teori kominusi mengasumsikan semua material rapuh.

    Teori tertua, Von Rittinger (1867):

    energi yang dikonsumsi untuk reduksi ukuran sebanding dengan luas permukaan baru yang dihasilkan.

  • Teori Kominusi (3/ 6)

    Hukum Rittinger:

    dimana:

    E = energi input

    D1 = ukuran partikel awal

    D2 = ukuran partikel akhir

    K = konstanta

  • Teori Kominusi (4/ 6)

    Hukum Kick (1885):

    kerja yang diperlukan sebanding dengan reduksi volume dari partikel

    JIka rasio reduksi R = f/p dimana f=

    diameter umpan dan p=diameter produk,

    maka

    Energi input ~ log R/log 2

  • Teori Kominusi (5/6) Hukum Bond (1952): input kerja sebanding dengan panjang

    ujung retakan baru yang dihasilkan dari pecahnya partikel, dan

    sama dengan kerja dari produk dikurangi kerja dari umpan.

    Persamaan Bond:

    dimana,

    W: work input dalam kw.jam/ton;

    Wi: work index parameter kominusi yang menggambarkan ketahanan material terhadap crushing dan grinding kw.jam/ton yang diperlukan untuk mereduksi ukuran material scr teoritik dari

    ukuran umpan 80% melalui 100 mikron.

    P: diameter produk (mikron), 80% pada ukuran tsb;

    F: diameter umpan (mikron, 80% pada ukuran tsb

  • Teori Kominusi (6/6 ) Hukki (1975), menyatakan bahwa hubungan antara energi

    dan ukuran partikel adalah gabungan dari ketiga teori tsb.

    Kemungkinan pecahnya partikel dalam kominusi, sangat

    besar utk partikel besar dan berkurang untuk partikel kecil.

    Teori Kicks akurat untuk rentang crushing dia. 1 cm;

    Teori Bond sesuai untuk rentang konvensional rod-mill dan ball mill;

    Teori Rittinger sesuai untuk rentang grinding halus 10 -1000 mikron

  • Grindability Tingkat kemudahan material untuk dikominusi. Data dari uji

    grindability digunakan untuk mengevaluasi efisiensi crushing

    dan grinding.

  • Grindability Penentuan indeks kerja tidak mudah, Berry & Bruce (1966)

    mengembangkan metode komparasi untuk menentukan

    grindability bijih.

    Metode ini menggunakan data grindabilitas bijih yang telah

    diketahui

    r: bijih referensi, t: bijih yang diuji, sehingga berlaku:

  • CRUSHER

  • Crushing (penghancuran) Merupakan tahapan mekanik dalam proses kominusi dengan tujuan

    untuk membebaskan mineral berharga dari pengotor.

    Primary crusher: Umpan sekitar

    1,5 m produk 10 20 cm

    Umumnya berada pada

    bagian pertambangan

    Secondary crusher: Umpan 10- 20 cm

    produk 0,5 2 cm

    Umumnya berada pada

    bagian pemrosesan mineral

    Jenis

    penghan

    curan

    Ukuran

    umpan

    (mm)

    Ukuran

    produk

    (mm)

    Kasar 1500 - 300 300 - 100

    Sedang 300 - 100 50 - 10

    Halus 50 - 10 10 - 2

  • Bagan umum

    crushing plant

    Primary crusher

    secondary crusher

    Tertiery crusher

  • Sirkuit crusher

    Konfigurasi Crusher bisa dalam bentuk (a) sirkuit terbuka atau (b) sirkuit tertutup

  • Primary crusher

    Terdapat dua jenis crusher :

    Jaw, menurut titik ayun

    Blake

    Dodge

    universal

    Gyratory

  • Jenis jaw crusher

  • Blake crusher

    Single toggle double toggle

  • Konstruksi Jaw crusher

    Dibuat dari baja cor dengan lining dari

    baja mangan, Ni-hard, baja cor paduan Ni-

    Cr.

    Kecepatan jaw crusher: 100-350 rev/min

    Rentang ukuran bijih diproses jaw crusher:

    1680 - 2130 mm

    Laju penghancuran: 725 t/jam

  • Gyratory crusher

  • Gyratory crusher

    Digunakan utamanya di permukaan,

    meskipun sebagian kecil di bawah tanah.

    Terdiri dari spindle panjang yang

    dilengkapi dengan conical baja

    penghancur.

    Kecepatan putar 85-150 rev/min.

    Kapasitas 900 ton/jam.

    Ukuran bijih 1370 mm dengan laju 5000

    ton/jam, konsumsi daya 750 kw.

  • Gyratory crusher

    Konstruksi gyratory crusher: baja tuang dengan pelindung dari baja mangan.

  • Jaw atau gryratory crusher?

    Faktor utama pemilihan: Ukuran bijih

    Kapasitas yang disyaratkan

    Gyratory crusher: Kapasitas tinggi,

    Relatif lebih efisien dibanding jaw,

    Jaw crusher: Ukuran bongkah lebih penting,

    Jika t/jam < 161,7 (m2) gunakan jaw

  • Kapasitas volumetrik

    Jaw crusher: B: lebar dalam crussher (m) S: setting bukaan (m) s: lemparan (m) a: sudut nip n: kecepatan crusher (rpm) k: konstanta material 1,5 2 Gyratory: D: diameter luar mantel kepala pada titik pengeluaran (m) K : konstanta material 2-3

  • Secondary crusher

    Maksimum umpan dia 15 cm

    Untuk bijih logam biasa menggunakan

    crusher kerucut.

    Crusher tertier memiliki disain yang sama

    dengan sekunder,

  • Cone crusher - simone

  • Cone crusher

    Gyratory crusher dimensi bukaan umpan dan diameter mantel Cone crusher diameter dari kerucut

  • Cone crusher

    Standard Short head cone crusher

  • Cone crusher

  • Gyradisc crusher

    -Sejenis cone crusher untuk memproduksi material yang sangat halus. - sering dijumpai di industri tambang galian yang mengandung pasir dominan

  • Rhodax crusher

    -Disebut juga inertial cone crusher - berbasis pada interparticle compression crushing - 3 parameter yang bisa diatur:

    - gap antara cone dan ring - total momen statis dari massa tak seimbang, - kecepatan rotasi dari massa tak seimbang

  • Roll crushing

  • Tooth crushing mills

  • High pressure grinding roll

  • Hammer and impact crusher

    hammer impact

  • Tidco-duopactor crusher

  • Vertical shaft impact crusher

  • Rotary breaker

    Diameter 1,8 3,6 m

  • Crushing circuit

  • Pyhasalmi crushing circuit

  • Split online

  • Simulasi dan kontrol

  • GRINDING MILLS

  • Grinding

    Merupakan tahap akhir proses kominusi.

    Partikel direduksi ukuran dengan

    kombinasi impak dan abrasi, kering atau

    basah.

    Dilakukan dalam grinding mills, yang

    diklasifikasikan menjadi dua yi:

    Tumbling mills

    Stirred mills

  • Tumbling mills Tumbling mills:

    Digunakan untuk proses grinding kasar.

    Umpan: 5-250 mm, produk: 40 300 mikron.

    Grinding medium: batang baja, bola atau batuan

    bijih.

    Stirred mills:

    Mill shell dalam kondisi statis, baik horisontal

    maupun vertikal,

    Pergerakan terjadi akibat perpindahan pengaduk

    internal, rotasi atau agitasi.

    Ukuran produk: 15-40 mikron dan < 15 mikron.

  • Energi pada Grinding

    Konsumsi energi pada proses grinding merupakan

    konsumsi terbesar dalam pemrosesan mineral.

    Crushing: 2,2 kWh/t

    Grinding: 11,6

    Flotasi: 2,6

    Mayoritas energi pada proses grinding diubah menjadi:

    panas, suara dan rugi-rugi lainnya, hanya sebagian

    kecil untuk memecah partikel.

  • Mekanisme grinding

  • Konstruksi Tumbling Mill

    Terdapat 3 jenis tumbling

    mills:

    Batang (rod)

    Bola (ball)

    Autogenous.

    Konstruksi tumbling mills:

    Shell

    Mills Ends

    Trunions and bearings

  • Konstruksi Tumbling Mill: shell

    Shell

    Di-desain untuk

    pembebanan tinggi dan

    kejut.

    Dibuat dari plat baja

    yang dirol dan di-las

    Sambungan ke trunnion

    heads menggunakan

    flange yang dibuat dari

    baja cor.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Mills

    End Mills End atau

    Trunnion head dibuat dari BTN atau BTK jika dia< 1 m.

    Dia>1 m dibuat dari baja cor, yang relatif lebih ringan.

    Bagian kepala bisa diberi rusuk untuk penguatan, rata, konikal atau cakram.

  • Konstruksi Tumbling Mill:

    Trunnions and bearings Dibuat dari BTK atau baja

    tuang dan dibaut atau

    tersambung scr integral

    dengan ujung plat utk mill

    kecil.

    Permukaan dipoles utk

    mengurangi friksi.

    Dibuat dari Besi tuang

    kualitas tinggi dengan

    lining 120-180o BT Putih.

    Housing dari baja dan

    dibaut pada fondasi

    tanah.

  • Konstruksi Tumbling Mill:

    Trunnions and bearings

    Untuk mills kecil

    pelumasan dengan

    gemuk.

    Pelumasan oli digunakan

    untuk mills besar.

    Roller bearing, bisa juga

    digunakan untuk mills

    besar agar mampu

    menahan bobot lebih

    tinggi dibanding bantalan

    logam biasa.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Drive

    Tumbling mills kecil umumnya diputar oleh penggerak mula melalui V belt.

    Mill besar diputar dengan trunnion drive, 2 atau 3 tingkat kecepatan. Konstruksi Tumbling Mill: Trunnions and bearings

    Dikembangkan juga penggerak tanpa roda gigi dia. 6,5 m dan p. 9 m di Norwegia.

    Keuntungan gearless: kapasitas variabel kecepatan, tidak ada batasan disain daya, efisiensi penggerak tinggi, pemeliharan rendah dan instalasai ruang lantai rendah.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Liners

    Liners, merupakan

    permukaan yang

    berhubungan langsung

    dengan proses kominusi.

    Syarat: tahan impak, tahan

    aus, mendorong pada

    pergerakan umpan.

    Liners harus ber-profil untuk

    meingkatkan daya angkat

    umpan, menambah impak

    dan crushing.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Liners

    Rod mill liners: Baja paduan

    Besi tuang

    Paduan Ni

    Ball mill liners: Besi tuang putih,

    Baja Mn cor

    Baja Cr cor

    Paduan Ni

    Bahan liner lainnya, karet

    Karet memiliki

    kelemahan, spt: Konsumsinya medium tinggi,

    Lebih tebal dari baja menurunkan kapasitas mills

    Tidak layak untuk proses yang

    perlu tambahan reagen flotasi

    ke dalam mills atau temp >

    80oC.:

    Kelebihan karet:

    Bentuk tidak berubah pada

    gaya impak rendah, meskipun

    jika terlalu tinggi, laju keausan

    sangat besar.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Liners

    Konsep lining lainnya untuk ball mill: angular

    spiral lining.

    Bentuk penampang lingkaran pada mill

    konvensional diubah menjadi penampang

    persegi yang pada tiap sudutnya ditambahkan

    karet sebagai lining nya, disusun membentuk

    spiral pada arah yang berlawanan dengan

    putaran mill.

    Bentuk lining ini dapat mengurangi energi dan

    konsumsi medium grinding.

  • Konstruksi Tumbling Mill: Liners Paten teknologi baru dalam lining: magnetic

    metal liner dikembangkan oleh China Metallurgical Mining Corp.

    Magnet menjaga lining kontak dengan shell baja dan plat tutup tanpa penggunaan baut.

    Gaya magnet membentuk lapisan bijih pada liner, membentuk lapisan protektif setebal 30-40 mm.

    Telah digunakan lebih dari 300 ball mill skala penuh.

    Keuntungan lain: liner menjadi lebih tipis dan ringan dari konvensional

    baja mangan. Volume Mill efektif besar, Berat mill dikurangi.

  • Konstruksi Tumbling Mill: feeder Jenis susunan pengumpanan mill

    bergantung pada: Sirkuit terbuka atau tertutup,

    Basah atau kering.

    Ukuran dan laju umpan.

    Dry mills biasa diumpan dengan vibratory feeder.

    Wet mills diumpan dengan: Spout feeder

    Drum feeder

    Combination drum-scoop feeder.

  • Konstruksi Tumbling Mill:

    Feeder spout feeder

    drum feeder

    scoop feeder

    consisting of a cylindrical

    or elliptical chute supported

    independently of the mill, and

    projecting directly into the trunnion

    liner.

    Material is fed by gravity through

    the spout to feed the mills.

    Drum feeders (Figure 7.13) may

    be used as an alternative to a spout feeder

    when headroom is limited. The entire mill feed

    enters the drum via a chute or spout and an

    internal spiral carries it into the trunnion liner.

    The drum also provides a convenient method

    of adding grinding balls to a mill.

    New material

    is fed directly into the drum, while

    the scoop picks up the classifier

    sands for regrinding.

    Scoop feeders are sometimes

    used in place of the drum-scoop

    combination when mill feed is in

    the fine-size range.

  • Jenis mill: Rod mills center peripheral discharge mills

    end peripheral discharge mills overflow mills

    The short path and steep gradient give a coarse grind

    with a minimum of fines, but the reduction ratio is

    limited.

    This type of mill is used mainly for dry and damp

    grinding, where moderately coarse products are

    involved.

    This type of mill is used only for wet grinding

    and its principal function is to convert crushingplant

    product into ball-mill feed.

  • Rod mills mekanisme grinding

    The grinding action results from line contact of the rods on the ore particles;

    the rods tumble in essentially a parallel alignment, and also spin, thus acting rather like a

    series of crushing rolls.

    The coarse feed tends tospread the rods at the feed end, so producing a wedge- or cone-

    shaped array. This increases the tendency for grinding to take place preferentially on

    the larger particles, thereby producing a minimum amount of extremely fine material.

  • Ball mills

    The final stages of comminution are performed in tumbling mills

    using steel balls as the grinding medium and so designated "ball

    mills.

    The term ball mill is restricted to those having a length to diameter

    ratio of 1.5 to 1 and less. Ball mills in which the length to diameter

    ratio is between 3 and 5 are designated tube mills.

    These are sometimes divided into several longitudinal

    compartments, each having a different charge composition; the

    charges can be steel balls or rods, or pebbles, and they are often

    used dry to grind cement clinker, gypsum, and phosphate.

  • Jenis mill: Ball mills

    grate discharge mill

    hardinge mill

    grinding media

  • Jenis mills: autogenous mills bagian AG

    jenis pulp lifter

  • Jenis mill: Vibratory mills

    Tower mills

  • Jenis mill:

    Stirred mills - IsaMill

    Stirred media mills

  • Jenis mill:

    table and roller mills pendulum roller mills

  • Grinding circuit

    single stage open

    cyclone and screen in the closed circuit

    Two-stage grinding circuit