migrain
-
Upload
shaumy-saribanon -
Category
Documents
-
view
104 -
download
6
description
Transcript of migrain
DISKUSI KASUS
MIGRAIN
Oleh:
Shaumy Saribanon
G9911112129
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Migrain berasal dari bahasa Yunani, hemicrania yang artinya nyeri sebelah
kepala merupakan prototipe nyeri kepala vaskular yang berdenyut yang
melibatkan vasodilatasi dan mungkin peradangan lokal yang menyebabkan arteri-
arteri peka terhadap nyeri.
Berdasarkan data, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria di seluruh
dunia. Sekitar 28 juta penduduk U.S.A kurang lebih 10-12% dari populasi
penduduk menderita migrain. Hampir 91% mengalami kelemahan fungsional.
Migrain menyebabkan berkurangnya waktu untuk bekerja dan sekolah, juga
kehilangan kehilangan dalam aktivitas keluarga dan sosial.
Industri di Amerika mengalami kerugian mendekati 13 juta dolar pertahun
karena kehilangan atau menurunnya produktivitas dari pekerja yang menderita
migrain. Hal tersebut dikarenakan rasa sakit yang substansial dan kemunduran
pekerja selama migrain. Jadi migrain merupakan suatu masalah sosial ekonomi
yang besar dengan mempengaruhi kebahagiaan dan mengakibatkan kehilangan
ratusan ribu hari kerja setahunnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Migrain seperti yang ditetapkan oleh panitia ad Hoc mengenai
klasifikasi nyeri kepala (Ad Hoc Committee on Classification of Headache)
adalah serangan nyeri kepala berulang-ulang dengan frekuensi lama dan
hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam, serangannya sesisi dan biasanya
berhubungan dengan tak suka makan dan kadang-kadang dengan mual dan
muntah. Kadang-kadang dengan mual didahului dengan gangguan sensorik,
motorik, dan kejiwaan. Sering ada faktor keturunan (Widjaja, 2003).
2. ETIOLOGI
Penyebab migrain belum diketahui dengan pasti, hanya jarang sekali
diakibatkan oleh suatu penyakit organis seperti tumor otak atau cedera kepala.
Namun sudah dipastikan bahwa migrain adalah suatu gangguan sirkulasi
darah, yang menimbulkan vasodilatasi dan penyaluran darah secara
berlebihan ke selaput otak (meninges) dengan efek nyeri hebat di sebelah
kepala.
Mudah tidaknya seseorang terkena penyakit migrain ditentukan oleh
adanya defek biologis herediter pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor dapat
memicu serangan migrain pada orang yang berbakat tersebut antara lain :
1. Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14% hanya
mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala migrain dipicu oleh
turunnya kadar 17- estradiol plasma saat akan haid. Serangan migrain
berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan
konstan, sebaliknya minggu pertama post partum, 40% pasien mengalami
serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil
kontraseptif juga meningkatkan serangan migrain.
2. Menopause
Umumnya, nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan berat
ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi, beberapa kasus
membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan migrain
pascamenopause.
3. Makanan
Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan migrain. Pemicu
migrain tersering adalah alkohol berdasarkan efek vasodilatasinya di mana
anggur merah dan bir merupakan pemicu terkuat. Makanan yang
mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju,
makanan yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt, dll.
Makanan lain yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan migrain adalah
coklat (feniletilamin), telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis
buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, teh, kopi, dan coca cola yang
berlebihan.
4. Monosodium glutamat
Adalah pemicu migrain yang sering dan penyebab dari sindrom restoran
Cina yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing, parestesia leher
dan tangan, serta nyeri perut dan nyeri dada.
5. Obat-obatan
Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin,
vitamin A dosis tinggi, fluoksetin,dll.
6. Aspartam
Yang merupakan komponen utama pemanis buatan dapat menimbulkan
nyeri kepala pada orang tertentu.
7. Kafein yang berlebihan ( 350 mg/hari) atau penghentian mendadak
minum kafein.
8. Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon pada
siklus haid dan perubahan irama bangun tidur dapat menimbulkan
serangan akut migrain. Perubahan lingkungan eksternal meliputi cuaca,
musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut, dan terlambat
makan.
9. Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang
atau bau parfum, zat kimia pembersih.
10. Stres fisik dan mental dapat memperberat serangan migrain
11. Faktor pemicu lain aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan
tidur (Mansjoer dkk, 2000).
3. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4% dari anak-
anak menderita migrain. Dua perseratus dari kunjungan baru di unit rawat
jalan penyakit saraf menderita nyeri kepala migrain (Widjaja, 2003).
Marcus Ferrone et al menyimpulkan bahwa prevalensi migrain tetap
stabil di U. S. A sejak lebih dari beberapa dekade yang lalu. Pada tahun
pertama prevalensi dilaporkan menjadi 18,2 % di antara wanita dan 6,4 % di
antara pria. Prevalensi tertinggi baik pada laki-laki dan wanita terjadi antara
umur 25 sampai 55 tahun. Angka ini menurun setelah melewati dekade ke-5
dari usia hidup baik pada laki-laki maupun wanita; akan tetapi masih
menyisakan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Lebih dari 28 juta
penduduk Amerika (kira-kira 10% sampai 12% dalam populasi) yang
menderita migrain, hampir 91% memiliki bentuk kelemahan fungsional.
Ketidakmampuan ini tidak hanya mempengaruhi dalam kehilangan waktu
untuk bekerja atau sekolah, akan tetapi juga mengganggu aktivitas sosial dan
keluarga. Perusahaan-perusahaan di Amerika kehilangan mendekati 13 juta
dollar tiap tahun dikarenakan oleh kelemahan atau penurunan produktivitas
pekerja yang menderita migrain (Ferrone et al, 2003).
4. PATOFISIOLOGI
Ada sejumlah teori tentang terjadinya migrain :
1. Teori vaskular
Serangan disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial
sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai dari bagian oksipital dan
meluas ke anterior secara perlahan-lahan, melintasi korteks serebri dengan
kecepatan 2-3 mm per menit, berlangasung beberapa jam dan diikuti
vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri
kepala.
2. Teori neurotransmitter
Saat serangan terjadi pelepasan berbagai neurotransmitter antara
lain serotonin dari tombosit yang memiliki efek vasokonstriktor. Reseptor
serotonin ada di meningen, lapisan korteks serebri, struktur dalam otak,
dan yang paling banyak pada inti batang otak. Dua reseptor yang penting
adalah 5-HT1 yang bila terangsang akan menghentikan serangan migrain,
sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat akan mencegah serangan migrain.
Oleh karena itu, baik agonis (sumatriptan, dihidroergotamin, ergotamin
tartat) maupun antagonis serotonin (siproheptadin, metisergid, golongan
anti depresan trisiklik, penyekat saluran kalsium) bermanfaat dalam
penatalaksannan migrain. Selain itu, neurotransmitter yang bermanfaat
dalam terjadinya migrain adalah katekolamin, dopamin, neuropeptida Y,
dan CGRP (calcitonin gene related peptide), histamin, nitrit oksida, serta
prostaglandin.
3. Teori sentral
Serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas
listrik kortikal yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala
prodormal migrain yang terjadi beberapa jam atau satu hari sebelum nyeri
kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap. Stimulasi lokus
serulues menimbulkan penurunan aliran darah ipsilateral dan peningkatan
aliran dalam sistem karotis ekterna seperti pada migrain. Stimulasi inti rafe
dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan melebarkan sirkulasi karotis
interna dan eksterna.
4. Teori unifikasi
Teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer.
Beberapa proses pada korteks orbitofrontal dan limbik memacu sistem
noradrenergik batang otak melalui lokus seruleus dan sistem
serotoninergik melalui inti rafe dorsal serta sistem trigeminovaskular yang
akan merubah lumen pembuluh darah, yang juga memicu impuls saraf
trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan vomitus
mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada area
postrema dasar ventrikel IV dalam medula oblongata. Proyeksi dari lokus
seruleus ke korteks serebri dapat menimbulkan oligemia kortikal dan
depresi korteks menyebar, menimbulkan aura (Mansjoer dkk, 2000).
.
5. KLASIFIKASI MIGRAIN
Headache Classification Subcommittee of the International Headache
Society memaparkan 7 jenis migrain yang terjadi di kepala manusia. Seperti
yang dicatat dalam buku The International Classification of Headache
Disorders: 2n Edition (Cephalalgia, 2004), ketujuh jenis migrain itu antara
lain:
1. Migrain dengan aura
2. Migrain tanpa aura
3. Childhood periodic syndrome
4. Retinal migraine
5. Komplikasi migrain
6. Probable migraine
7. Migrain kronis
6. GAMBARAN KLINIK
Jalannya serangan migrain dapat diterangkan sebagai berikut :
Fase prodromal.
Sekitar 25% penderita migrain mendapat serangan setelah didahului oleh
suatu fasa pertanda, umumnya ½ - 2 jam sebelum nyeri kepala muncul.
Fasa ini bercirikan tanda-tanda pertama (aura) berupa gejala neurologis
seperti fonofobia dan fotofobia, yaitu kepekaan berlebihan terhadap bunyi-
bunyian yang keras, bau yang tajam, maupun cahaya yang tampak seperti
kilat (teichopsia), bintik-bintik hitam atau warna-warni (scotomata).
Gejala ini disertai gelisah, mudah tersinggung, pusing, termenung, mual
dan pada sebagian orang timbul perasaan nyaman. Lamanya fasa ini lebih
kurang ½ - 1 jam lebih, kemudian disusul serangan.
Serangan.
Aura ini dihubungkan dengan ischemia (tak menerima darah) dari arteri
otak, yang menciut keras (vasokonstriksi) selama kira-kira 15 menit
sampai 1 jam. Kemudian disusul oleh vasodilatasi, udema dari pembuluh
darah dan sakit kepala yang berdenyut-denyut. Penyaluran darah ke bagian
kepala meningkat dan denyutan arteri tersebut (pulsasi) diperkuat hingga
tampak jelas di permukaan pelipis (sebelah atau kedua pelipis). Gejala ini
menimbulkan rasa sakit yang hebat seolah-olah kepala mau pecah.
Perasaan mual meningkat, timbul muntah dan pasien memilih tiduran di
tempat yang gelap. Setelah beberapa jam, serangan migrain ini berhenti
dan kemudian dapat timbul diare, serta pasien cenderung banyak kencing
dan mengantuk.(Tjay dan Rahardja, 2002).
7. DIAGNOSIS
Kadang-kadang timbul kesulitan untuk mengetahui jenis sakit kepala
guna menentukan apakah penderita memerlukan pengobatan atau harus
menjalani terapi “stress management”. Akhir-akhir ini telah dikembangkan
suatu screening test 15 menit (Ohio University) untuk memperoleh informasi
di mana letak sakit, keparahan, dan apakah ada factor-faktor lain yang menjadi
penyebabnya (Tjay dan Rahardja, 2002).
Gejala prodrom atau aura yang dapat terjadi bersamaan atau mendahului
serangan migrain, berupa :
1. Fenomena visual positif (penglihatan berkunang-kunang seperti melihat
kembang api, bulatan-bulatan terang kecil yang melebar seperti gejala
fortifikasi yang berupa gambararan benteng dari atas).
2. Fenomena visual negatif (penglihatan semakin kabur, seperti berawan
sampai semuanya tampak gelap).
3. Anoreksia, mual, muntah, diare, fotofobia/takut cahaya, dan/atau kelainan
otonom lainnya.
8. DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala kluster.
2. Nyeri kepala tegang (tension headache).
3. Spondilosis servikal.
4. Peningkatan tekanan darah.
5. Kelainan intrakranial.
6. Sinusitis.
7. Otitis media.
8. Transcient Ischemic Attack (TIA). (Longmore et al, 2001).
BAB III
PEMBAHASAN
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. H
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Mojosongo, Surakarta
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri kepala berdenyut sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh nyeri kepala berdenyut di kepala sebelah kiri. Nyeri dirasakan
tidak menjalar, muncul mendadak, dirasakan terus menerus dan semakin
lama memberat. Nyeri semakin berat jika digunakan untuk berjalan dan
melakukan aktivitas. Nyeri berkurang jika digunakan untuk berbaring.
Pasien sudah minum obat anti nyeri, namun tidak berkurang. Pasien juga
mengeluh mual dan lemas.
Satu bulan sebelumnya pasien juga mengeluhkan hal yang serupa.
Saat itu pasien hanya membeli obat anti nyeri dan digunakan istirahat, lalu
hilang dengan sendirinya. Nyeri kepala sebelah ini pertama kali dirasakan
pasien sejak 2 tahun yang lalu. Dan kekambuhannya semakin hari semakin
sering.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan sama : (+)
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum : CM Gizi cukup (GCS=E4M6V5),
2 Tanda Vital : Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 96 x/ menit
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
3 Kepala : Bentuk kepala normal , mata konjungtiva pucat,
pupil isokor, reflek cahaya +/+
4 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
5 Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
6 Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan
(-/-)
7 Abdomen
Inspeksi : Distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, hepar lien tak teraba
D. DIAGNOSA
Diagnosa Klinik : Migrain
E. TUJUAN PENGOBATAN
1. Mengatasi nyeri pada serangan akut
Dalam mengatasi rasa nyeri kepala pada migrain maka salah satu
pilihan obatnya adalah agonis serotonin seperti golongan triptan,
dihidroergotamin, dan ergotamin tartrat. Dari beberapa pilihan derivat
obat tersebut penulis lebih memilih ergotamin tartrat karena memiliki
efek yang lebih poten dibandingkan triptan dan DHE.
Ergotamin tartrat yang dipilih adalah sediaan yang dikombinasikan
dengan kafein yaitu Cafergot karena kafein diketahui dapat
meningkatkan absorbsi dan efek analgesinya. Rentang dosis oral antara
1 mg sampai maksimum 6 mg per serangan, tetapi jarang ada yang
menggunakan dosis maksimum sebanyak itu.
2. Sebagai preventif
Antikonvulsan sudah banyak direkomendasikan sebagai terapi
preventif migrain. Tetapi hanya divalproex sodium dan topiramate yang
diterima sebagai obat preventif migrain. Dari banyak obat-obat anti
konvulsan, beberapa studi menunjukkan keefektifan dari divalproex
sodium untuk mencegah serangan migrain. Dosis yang
direkomendasikan untuk profilaksis migrain dimulai dari 250 mg
sebanyak dua kali sehari.
3. Menghilangkan mual
F. PENGOBATAN
R/ Cafergot tab No. X
S 2 dd tab I
R/ Depakote tab mg 250 No. XV
S 2 dd tab I
R/ Metoklopramid tab mg 10 No. X
S 3 dd tab I ac
Pro: ny.H (43 th)
PEMBAHASAN OBAT
1. CAFERGOT ( Ergotamin 1mg + Kafein 100 mg)
Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan
kafein. Ergotamin menstimulir maupun memblokir reseptor alfa
adrenergik dan serotoninergik. Misalnya mesnstimulir reseptor 5HT1,
khususnya 5HT1D dan memblokir reseptor alfa (alfa blocker) dengan
efek vasodilatasi ringan. Sifat ini dikuasai oleh daya vasokonstriksinya
yang kuat dari arteri otak dan perifer berdasarkan daya antiserotoninnya
(blokade 5HT1). Karena sifat vasokontriksinya tersebut, ergotamin
banyak digunakan sebagai obat khas terhadap serangan migrain, yang
hanya efektif bila digunakan pada fase permulaan. Biasanya obat ini
dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual, terutama siklizin,
terhadap muntah-muntah. Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala
cluster. Daya oksitosisnya lebih ringan daripada ergometrin.
Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi, dengan
BA hanya 1.k. 2% maka sebaiknya digunakan sebagai injeksi i.m. atau
secara rektal (BA 1-5%) dan sublingual. Kafein meningkatkan
resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. PP-nya 98%, plasma
t ½ nya panjang sekali, sampai 21 jam, sehingga dapat menyebabkan
kumulasi. Ekskresinya berupa metabolit, terutama lewat empedu dan
tinja (secara rektal 1-5%).
Efek sampingnya berupa mual, muntah dan sakit kepala mirip
gejala migrain. Bila diminum terlalu banyak, gejala bertahan, dan
terjadilah lingkaran setan. Akibat kumulasi dapat timbul efek toksik,
seperti kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari
tangan menjadi dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena
sifat-sifat itu, ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan
hipertensi. Wanita hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek
oksitosisnya.
Dosis oral/rektal 3-4 dd 1mg, maksimal 4mg per serangan dan 8mg
seminggu. Sebaiknya dikunyah halus sebelum ditelan untuk
mempermudah resorpsinya atau diletakkan di bawah lidah (sublingual).
Sebagai aerosol 360 mikrogram, injeksi i.m. atau s.c. 0,25-0,5mg
semuanya sebagai garam tartrat.
2. METOKLOPRAMID
Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat
berdasarkan blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga
memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua
muntah, termasuk akibat radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat
ini tidak ampuh.
Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit, PP-nya 20%
dan waktu paruh plasma kurang lebih 4 jam. Ekskresinya berlangsung
80% dalam keadaan utuh melalui kemih.
Efek sampingnya adalah sedasi dan gelisah karena dapat melintasi
sawar darah-otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung-usus
dan gejala ekstrapiramidal, terutama pada anak kecil.
Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan
berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang
diserap diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal,
diazepam, dan levodopa.
Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari.
Rektal 2-3 kali sehari 20 mg.
3. DEPAKOTE
Depakote (Divalproax Sodium) merupakan obat antikonvulsan
yang digunakan untuk mengobati epilepsi dan kelainan bipolar. Obat ini
sudah diterima untuk profilaksis migraine sejak tahun 1996. Mekanisme
kerja dari depakote untuk mencegah serangan migraine belum diketahui
secara pasti. Namun depakote diduga dapat menghambat neuron %-HT
di dorsal raphe, yang dapat mengontrol rasa nyeri kepala.
Bioavailibilitas oabat ini sekitar 80% setelah pemberian secara oral dan t
½ selama 8-17 jam.
Efek samping yang paling dirasakan adalah mual, muntah, dan
gangguan gastrointestinal. Tetapi hal tersebut secara umum merupakan
selg-limited.
Dosis yang direkomendasikan sebagai profilaksis migraine adalah
250 mg sebanyak dua kali sehari. Beberapa pasien dapat diberikan
sampai 100 mg per hari.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Migrain adalah penyakit yang sering menyerang masyarakat, terutama pada
wanita.
2. Bila tidak segera ditangani, migrain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan
menurunkan produktivitas kerja.
3. Terapi migrain dapat bervariasi, dapat disesuaikan dengan gejala yang
menyertai.
DAFTAR PUSTAKA
Adystiani, RY. 2011. Mengenal Seluk-Beluk Migrain.
Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta. EGC. Pp : 1359
Ferrone, M., and Moti, S., 2003. “ Current Pharmacotherapy for the Treatment of Migraine”. http://www.uspharmacist.com/index.asp?show=article&page=8_1039.htm. Last update : 10-11-2005, 20 ;
Longmore, M.; Wilkinson, I.; Torok, E.; 2001. Oxford Handbook of Clinical Medicine. New York. Oxford University Press. Pp : 333
Mansjoer, A dkk, 2000. “Nyeri Kepala” dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta. Media Aesculapius. Pp : 34-40
Tjay, T.H dan Rahardja, K . 2002. “Obat-obat Migrain“ dalam Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta. Elex Media Komputindo. Pp :780-791
Xu GY, Wang F, Jiang X, Tao J. 2010 . Aquaporin 1, a potensial therapeutic target for migraine with aura. Molecular Pain. 6:68.