Microsoft Word - Skripsi Jadi!!!!
Transcript of Microsoft Word - Skripsi Jadi!!!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA PUTIH
(Hylocereus undatus H.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA
DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
YUNITA
G 0007176
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 23 November 2010
YUNITA NIM. G 0007176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Jus Buah NagaPutih (Hylocereus undatus H.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus).
Yunita, NIM/Semester : G0007176/VII, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari . . . . . . , Tanggal . . - . . - . . . .
Pembimbing Utama Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., P.Far.K NIP : 19471007 197611 2 001 ( ……………………. ) Pembimbing Pendamping Nama : Nur Hafidha Hikmayani dr., M.Clin.Epid NIP : 19761225 200501 2 001 ( ……………………. ) Penguji Utama Nama : Endang Ediningsih dr., MKK NIP :19530805 198702 2 001 ( ……………………. ) Anggota Penguji Nama : Yul Mariyah Dra., Apt., M.Si NIP :19516329 198303 2 001 ( ……………………. )
Surakarta,
Ketua Tim SkripsiDekan FK UNS
Muthmainah dr., M.Kes Prof. Dr. A.A.Subiyanto, dr., MS NIP : 1966072 199802 2 001 NIP : 194811071973101003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRAK
Yunita, G0007176, 2010.PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus H.)TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pengaruhbuah naga putih(Hylocereus undatus H.)terhadap kadar trigliserida darah masih belum dibuktikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek jus buah naga putihdalam menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih.
Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi dengandesainpretest and posttest controlled group design, dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi Surakarta. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) sebanyak 25 ekor, strain Wistar, umur 3 bulan, berat badan kurang lebih 200 gram, yang dibagi menjadi lima kelompok secara acak. Semua kelompok diberi pakan tinggi lemak selama 28 hari, 7 hari sebelum pretest dan 21 hari selama masa perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol positif diberi perlakuan berupa obat gemfibrozil, sedangkan kelompok II,III dan kelompok IV diberi jus buah naga putih dengan dosis 3,6g/200gBB/hari,7,2g/200gBB/hari dan 10,8g/200gBB/hari. Kelompok V sebagai kontrol negatif tidak diberi perlakuan. Semua tikus diperiksa kadar trigliserida darahnya sebelum dan setelah masa perlakuan selama 21 hari kemudian hasil selisih kadar trigliserida pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji one-way Anova dan uji post hoc.
Hasil penelitian pada ketiga kelompok uji buah naga menunjukkan adanya perbedaan rerata selisih kadar trigliserida yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,001). Pada kelompok II terjadi penurunan kadar trigliserida darah sebesar 18,8 mg/dl yang berbeda secara signifikan (p=0,03) dengan penurunan kadar trigliserida pada kelompok kontrol positif sebesar 34,4 mg/dl. Sedangkan penurunan kadar trigliserida sebesar 23,6 mg/dl pada kelompok IIItidak berbeda secara signifikan dengankelompok kontrol positif (p=0,65), demikian pula dengan penurunan26,0 mg/dl pada kelompok IV(p=0,28).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga dosis jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.)dapat menurunkankadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara signifikan. Jus buah naga dengan dosis 7,2g/200 gBB/hari dan 10,8g/200gBB/harimempunyai efek menurunkan kadar trigliserida yang tidak berbeda secara signifikan dengan gemfibrozil dosis terapi.
Kata kunci : Jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.), trigliserida,Rattus
norvegicus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRACT Yunita, G0007176, 2010.EFFECT OFWHITE DRAGONFRUIT(Hylocereus undatusH.)JUICE ON BLOOD TRIGLYCERIDE LEVEL IN WHITE RATS (Rattus norvegicus),Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.
Effect of white dragonfruit (Hylocereus undatus H.) on blood trygliceride level had not been studied yet. This research aims to examine the effect of white dragonfruit in decreasing blood triglyceride level in white rats(Rattus norvegicus).
This was a quasyexperimental studyusingpretest and posttest controlled group designconductedat Laboratory of Pharmacology,Setia Budi University, Surakarta, Indonesia. Subjects were 25 male Wistar rats, aged 3 months old,weighed about 200 grams, and were divided into five groups. All groups were fed high cholesterol diet for 28 days, 7 days before pretest and 21 days during treatment period. Gemfibrozil was given to Group I (positive control), and white dragonfruitjuice at dose of3,6 g/200 gBW/day,7,2 g/200 gBW/day and 10,8g/200 gBW/day were given to Group II, III and IV, respectively.Group V (negative control) received no treatment. Triglyceride levelswere measured after 21 days treatment. Data were analysed using one-way Anova and post hoc test.
There was a significant difference in trygliceride level decrease between negative control and across groups of white dragonfruit juice (p<0,001). Trygliceride level decreased by 18,8 mg/dl in group II which was statistically significantly different from the 34,4 mg/dl decrease in positive control (p=0,03). No differences were found between trygliceride level decrease in either group III (23,6 mg/dl) or group IV (26,0 mg/dl) and that of positive control (p=0,65 and p=0,28, respectively).
It can be concluded that all three doses ofwhite dragonfruit (Hylocereus undatus H.) juice could significantlydecreasetriglyceride level in white rats (Rattus norvegicus).Compared to a 14,4 mg/200gBW/daydose of gemfibrozil, both white dragonfruitjuice at dose of 7,2g/200 gBW/day and 10,8 g/200 gBW/day showed no significant differencesin reducing triglyceride level.
Keywords :White dragonfruit (Hylocereus undatus H.) juice,Triglyceride,Rattus norvegicus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PRAKATA
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih, karunia, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatusH.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.
Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam proses untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Segala sesuatu yang telah penulis lakukan dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan rasa hormat dan tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Endang Sri Hardjanti, dr., PFarK, selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini. 4. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M.Clin.Epid, selaku Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini.
5. Endang Ediningsih, dr., MKK, selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.
6. Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si, selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik membangun untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya.
Surakarta, 23 Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6
1.Buah naga putih ......................................................................... 6
a. Taksonomi ............................................................................... 6
b. Nama Daerah ........................................................................... 7
c. Morfologi................................................................................. 7
d. Kandungan Buah Naga Putih .................................................. 8
2.Dislipidemia ................................................................................ 10
a. Definisi .................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
b. Klasifikasi……………………………………………………..10
c. Obat-obat Antihiperlipidemia.................................................. 12
3.Trigliserida .................................................................................. 13
a. Pengertian Trigliserida ............................................................ 13
b. Struktur Kimia Trigliserida ..................................................... 14
c. Metabolisme Trigliserida......................................................... 14
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida ........... 16
e. Obat-obat Antihipertrigliseridemia.......................................... 17
f. Trigliserida dan Buah Naga ..................................................... 20
4.Tikus Putih .................................................................................. 22
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 25
C. Hipotesis ........................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 27
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 27
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 27
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 27
D. Teknik Sampling ........................................................................... 28
E. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 28
F. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 28
G. Desain Penelitian ........................................................................... 32
H. Penentuan Dosis............................................................................. 34
I. Alat, Bahan dan Cara Kerja ........................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
J. Analisis Statistik ........................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 42
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 53
A. Simpulan ....................................................................................... 53
B. Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN........................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1. Komposisigizi buah naga putih 9 Tabel 2. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan
trigliserida menurut NCEP ATP III 2001. 12
Tabel3. Rerata kadar trigliserida pretest dan kadar trigliserida posttest
tikus putih 41
Tabel 4. Rerata selisih kadar trigliserida total posttest dan pretest 43 Tabel 5. Hasil uji normalitas dan homogenitas varians data selisih kadar
trigliserida sebelum dan setelah perlakuan. 44
Tabel 6. Ringkasan hasil uji post hoc selisih kadar trigliserida posttest dan
pretest 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Buah naga putih 6 Gambar 2. Struktur Kimia Trigliserida 14 Gambar 3. Metabolisme lipid jalur eksogen dan endogen 15 Gambar 4. Histogram Reratakadar trigliserida darah tikus putih sebelum dan
setelah perlakuan 42
Gambar 5. Histogram rerata selisih kadar trigliserida darah tikus putih setelah
dan sebelum perlakuan (mg/dl) 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia
Lampiran 2 Daftar Volume Maksimum Larutan Obat yang Dapat
Diberikan pada Berbagai Hewan Lampiran 3 Data Biologis Tikus Lampiran 4 Komposisi Pellet Lampiran 5 Cara Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemi Lampiran 6 Cara Pembuatan Jus Buah Naga Putih Lampiran 7 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih Sebelum
Perlakuan (g), kadar trigliserida sebelum (mg/dl), kadar trigliserida setelah perlakuan (mg/dl) dan selisih kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan (mg/dl).
Lampiran 8 Uji Selisih Kadar Trigliserida Serum Tikus Sebelum
Perlakuan (pretest) dan Setelah Perlakuan (Posttest) Lampiran 9 Foto Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya dan telah
menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia (Sampurna,
2000).Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat
dan canggih di zaman sekarang ini tidak dapat begitu saja menggeser peranan
obat-obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan dan saling melengkapi.
Kebangkitan kembali minat untuk menggunakan bahan obat hayati yang
terjadi di beberapa negara akhir-akhir ini, mendorong untuk dilakukan kajian-
kajian yang lebih mendalam dan seksama mengenai obat tradisional.
Penelitian dan pengembangan obat hayati harus dilakukan secara terarah,
berencana dan efektif (Tjokronegoro, 1992).
Penelitian dan pengembangan obat hayati penurun kolesterol dan
trigliserida semakin dikembangkan seiring dengan meningkatnya kejadian
sindroma metabolik dan penyakit jantung koroner. Sindroma metabolik atau
sindrom-X adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-
lipid yang mempunyai salah satu karakteristik khusus yaitu dislipidemia
aterogenik berupa peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar
kolesterol high density lipoprotein (HDL) (Meigs, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kondisi sindroma metabolik merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya penyakit jantung koroner (Lawrence, 2005). Kasus penyakit jantung
koronerdi Indonesia semakin sering ditemukan seiring maraknya pola makan
tinggi lemak jenuh (Suriawiria, 2008). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner di
seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat
hingga 11 juta orang pada tahun 2020. Pola kehidupan manusia di jaman
modern yang cenderung serba enak dan hedonis serta aktivitas gerak yang
serba minimalis, dapat meningkatkan kadar kolesterol, low density lipoprotein
(LDL) dan trigliserida darah (Hasan, 2008).
Kolesterol dan trigliserida dalam darah terbungkus di dalam protein
pengangkut lemak yang disebut lipoprotein. Low density lipoprotein (LDL)
dan very low density lipoprotein (VLDL) membawa lemak ke sel tubuh,
termasuk sel endotel arteri. Oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan
pembentukan radikal bebas yang diketahui merusak sel-sel endotel (Santoso,
2005). Kadar trigliserida di atas 200 mg/dl perlu diwaspadai dan dikendalikan
(Adiputro,2008). Peningkatan kadar trigliserida darah sebanyak 1,0 mmol/dl
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik sebesar 14% (Jeppesenet
al., 1998).
Untuk menurunkan kadar trigliserida dapat dilakukan olah raga teratur,
pengaturan diet, menghilangkan faktor risiko serta penggunaan obat (Suyatna,
2007).Akan tetapi, obat-obatan penurun kadar trigliserida bila digunakan
jangka panjang memiliki berbagai efek samping, seperti flushing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
hiperglikemia, hiperurisemia, hepatotoksik, dan miopati (U.S. Department of
Health and Human Service, 2001). Oleh karena itu, masyarakat cenderung
mencari berbagai tanaman obat alami, salah satunya adalah buah naga
(Suryono, 2006).
Buah naga yang sering disebut kaktus manis atau kaktus madu
terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia.Buah naga yang termasuk
keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas
batangnya ini berasal dari Meksiko, Amerika Selatan.Dari berbagai jenis buah
naga, buah naga putih paling digemari dan diminati. Selain bentuk dan
ukurannya yang lebih besar dari jenis buah naga lainnya, buah naga putih
relatif lebih murah dan juga terasa lebih segar karena mengandung rasa masam
yang khas (Jacobs, 1999).
Buah naga mengandungberbagai zat, antara lain niasin, asam asorbat
(provitamin C), serat (dietary fiber), phytoalbumin antioxidant,
polyunsaturated fatty acid (PUFA), air, besi, kalsium, fosfor, dan
protein(Ariffin et al., 2008). Zat aktif niasin, asam asorbat dan serat pektin
yang terkandung dalam buah naga diduga dapat menurunkan kadar trigliserida
dan kolesterol (Pratomo, 2008). Niasin merupakan bagian dari vitamin B-
kompleks yang dapat menurunkan produksi VLDLdi hati, sehingga produksi
kolesterol total, LDL, dan trigliserida menurun. Kandungan vitamin C yang
tinggi mempunyai efek protektif terhadap kenaikan lipid darah. Serat larut air
seperti pektin dapat menyerap asam lemak, kolesterol dan asam empedu di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dalam saluran cerna. Lemak yang terikat serat ini tidak akan diabsorbsi oleh
usus sehingga membantu mengontrol lipid darah (Gropper et al., 2005).
Khasiat buah naga diperkirakan dapat menurunkan kadar kolesterol
dan trigliserida, menyeimbangkan kadar gula darah, mencegah kanker usus,
menguatkan fungsi ginjal dan tulang, menguatkan daya kerja otak,
meningkatkan ketajaman mata serta dapat sebagai bahan kosmetik (Suryono,
2006).Buah naga juga diyakinimengandung serat yang tinggi sebagai pengikat
zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan
(Sutomo, 2007).
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam buah naga putih diduga
dapat menurunkan kadar trigliserida darah sehingga mengurangi risiko
pembentukan plak aterosklerosis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh pemberian berbagai dosis jus buah naga putih (Hylocereus
undatus H.) terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus).
B. Perumusan Masalah
a. Adakah pengaruh pemberian jus buah naga putih (Hylocereus undatus
H.)secara oral dalam menurunkankadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak?
b. Adakah pengaruh perbedaan dosis pemberian jus buah naga putih
(Hylocereus undatusH.) dalam menurunkan kadar trigliserida darah tikus
putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis jus buah naga putih
(Hylocereus undatus H.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan dosis pemberian jus buah
naga putih (Hylocereus undatus H.) dalam menurunkan kadar trigliserida
darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh
pemberian berbagai dosis Jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.)
terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diberi diet tinggi lemak.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
penelitian buah naga putih (Hylocereus undatus H.)selanjutnya dalam
rangka mencari dosis yang tepat, aman, dan efektif bagi manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.Buah naga Putih
a. Taksonomi
Gambar 1. Buah naga putih (Arrifin, 2008)
Menurut Kristianto (2008), taksonomi buah naga putih adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus undatus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Nama Daerah
Menurut Suryono (2006), buah naga putih dikenal di banyak negara
dengan nama antara lain sebagai berikut :
Meksiko : Pitahaya
Inggris : Red Pitaya, Dragonfruit, Night Blooming Cereus,
Strawberry Pear, Belle of the Night,Conderella Plant.
Cina : Feuy Long Kwa
Vietnam :Thanh Long atau Clever Dragon
Thailand : Kaew Mangkorn
Taiwan : Mie Kuo
Hawai : Melano
Australia : Rhino Fruit
Indonesia : Buah Naga Putih
c. Morfologi
Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri dan
bunga serta buah. Secara umum, terdapat empat jenis spesies buah naga,
yaitu buah naga berdaging putih (Hylocereus undatus), buah naga
berdaging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga berdaging super
merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit kuning berdaging
putih (Selenicerius megalanthus).
Akar tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat dan
menempel pada batang tanaman lain. Perakaran tanaman buah naga tidak
terlalu panjang dan berbentuk akar cabang. Akar tumbuh di sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Batangnya berbentuk
segitiga, durinya pendek dan tidak mencolok, sehingga sering disebut
"kaktus tak berduri". Jumlah duri di setiap titik pada batang dan cabang
sekitar 4-5 buah. Di bagian durinya akan tumbuh bunga yang bentuknya
mirip bunga wijayakusuma. Bunga yang tidak gugur akan berkembang
menjadi buah.
Buah naga berbentuk bulat agak lonjong dan berdaging tebal. Kulit
buahnya berwarna merah menyala pada jenis buah naga putih (Hylocereus
undatus H.) dan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus H.). Di sekujur
kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai berukuran 1-2 cm yang dianalogikan
dengan sisik seekor naga. Rata- rata berat buahnya hanya 400 gram
(Suryono, 2006).
Bunga tanaman buah naga mekar pada sore hari, berukuran panjang
sekitar 30 cm. Bunga mekar pada malam hari mulai dari mahkota bunga
bagian luar yang berwarna krem, kemudian dilanjutkan mahkota bagian
dalam yang putih bersih. Bunga seperti corong itu akhirnya terbuka penuh
pada tengah malam. Itulah sebabnya buah ini dikenal luas di seluruh dunia
sebagai night blooming cereus (Jacobs, 1999).
d. Kandungan buah naga putih (Hylocereus undatus H.)
Kandungan kimia dan nilai gizi buah naga putih per 100 gram
daging buah naga dapat dilihat pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1. Komposisi gizi per 100 g daging buah naga putih (Hylocereus undatusH.)
Komponen Kadar Air (g) 89,4 Protein (g) 0,5 Karbohidrat (g) 11,5 Lemak (g) 0,1 Kadar gula (briks) 11 – 19 Serat (Dietary fiber) (g) 0,3 Kalsium (mg) 6 Fosfor (mg) 19 Besi (mg) 0,4 Vitamin C (mg) 25 Niasin (mg) 0,2
Sumber: ICBF (1992); Morton 1987
Senyawa-senyawa yang mempunyai efek antihiperlipidemia yang
terkandung dalam buah naga, antara lain niasin, vitamin C dan serat
pangan dari bentuk pektin. Senyawa-senyawa tersebut diyakini dapat
menurunkan kadar trigliserida darah sehingga mengurangi risiko
pembentukan plak aterosklerosis (Kristianto,2008).Selain itu, buah ini
mengandung phytoalbumin antioxidant, polyunsaturated fatty acidserta
mineral seperti besi, fosfor, dan kalsium(Ariffin et al., 2008).
Zat aktif niasin, asam asorbat dan serat pektin diduga dapat
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol (Pratomo, 2008). Niasin
merupakan bagian dari vitamin B-kompleks yang dapat menurunkan
produksi VLDLdi hati, sehingga produksi kolesterol total, LDL, dan
trigliserida menurun. Kandungan vitamin C yang tinggi mempunyai efek
protektif terhadap kenaikan lipid darah. Serat larut air seperti pektin dapat
menyerap asam lemak, kolesterol dan asam empedu di dalam saluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
cerna. Lemak yang terikat serat ini tidak akan diabsorbsi oleh usus
sehingga membantu mengontrol lipid darah (Gropper et al., 2005).
Kandungan serat pada buah naga dapat berperan menurunkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Serat akan mengikat asam empedu (produk
akhir kolesterol) di saluran pencernaan kemudian dikeluarkan bersama
tinja. Semakin tinggi konsumsi serat buah naga maka semakin banyak
lemak yang dikeluarkan tubuh, sehingga kadar kolesterol dan trigliserida
terkontrol (Wibowo, 2008).
2. Dislipidemia
a. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang utama ialah kenaikan kadar kolesterol total, LDL
kolesterol, trigliserida, serta penurunan High Density Lipoprotein
(HDL)(Mansjoer et al., 2005).
Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran
yang penting dan sangat erat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. LDL, kolesterol dan trigliserida
dikenal sebagai triad lipid (Decroli, 2008).
b. Klasifikasi
Berdasarkan proses terjadinya penyakit, dislipidemia dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu dislipidemia primer dan dislipidemia
sekunder. Dislipidemia primer disebabkan karena kelainan genetik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bawaan. Sedangkan dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia yang
menyertai beberapa penyakit seperti diabetes melitus, hipotiroidisme,
sindrom nefrotik, dan gagal ginjal kronik disebut sebagai dislipidemia
sekunder (Irwan, 2008).
Dislipidemia primer dapat berupa hiperkolesterolemia poligenik,
hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnant, sindrom kilomikron.
Hiperkolesterolemia poligenik merupakan hiperkolesterolemia yang paling
sering ditemukan yang merupakan interaksi antara kelainan genetik yang
multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih
dari satu dasar metabolik. Hiperkolesterolemia familial adalah kelainan yang
bersifat autosomal dominan dan terdapat dalam bentuk homozigot maupun
heterozigot. Sedangkan pada dislipidemia remnant terjadi peningkatan
kolesterol dan trigliserida dengan berat bervariasi. Dan hiperlipidemia
kombinasi familial yang merupakan kelainan genetik metabolisme
lipoprotein yang sering berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Serta
sindrom kilomikron, dimana terjadi kelainan enzim lipoprotein lipase atau
apolipoprotein C-II, ini merupakan penyebab hipertrigliseridemia berat yang
jarang ditemukan(Irwan, 2008).
Sedangkan klasifikasi dislipidemia secara klinis menurut European
Atherosclerosis Society(EAS) dibagi menjadi 3, yaitu hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, dan campuran hiperkolesterolemia dan hipertrigliserid-
emia (dislipidemia campuran)(Decroli, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 2. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida menurut NCEP ATP III 2001
Kolesterol Total
<200 mg/dl Optimal 200-239 mg/dl Diinginkan ≥240 mg/dl Tinggi
KolesterolLDL
<100 mg/dl Optimal 100-129 mg/dl Mendekati optimal 130-159 mg/dl Diinginkan 160-189 mg/dl Tinggi ≥190 mg/dl Sangat tinggi
KolesterolHDL
<40 mg/dl Rendah ≥60 mg/dl Tinggi
Trigliserida
<150 mg/dl Optimal 150-199 mg/dl Diinginkan 200-499 mg/dl Tinggi ≥500 mg/dl Sangat tinggi
(Sumber: PAPDI, 2007)
c. Obat-obat Antihiperlipidemia
Obat-obat antihiperlipidemia ditujukan untuk mengatasi kenaikan
lipid serum (pada hiperlipidemia primer dan sekunder). Tujuan pemberian
antihiperlipidemia ini adalah untuk menurunkankadar LDLdan VLDL.
yang bersifat aterogenik. Obat-obat antihiperlipidemia baik yang tergolong
antihiperkolesterolemia atau antihipertrigliseridemia keduanya mampu
menurunkan kadar LDLataupun VLDL (Mycek et al., 2002).
Berdasarkan jenis lipid yang diturunkan kadar plasmanya,obat
antihiperlipidemia dapat digolongkan menjadi :
a. Antihiperkolesterolemia:Resin (kolestiramin, kolestipol), Niasin,
Neomisin sulfat,Probukol,Fibrat,Lovastatin dan Dekstrotiroksin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Antihipertrigliserida:Fibrat (Klofibrat, Gemfibrozil, Fenofibrat,
Bezafibrat), Niasin danFish Oil.
Masing-masing antihiperlipidemia di atas hanya
mampumenurunkan kadar kolesterol atau trigliserida saja, kecuali
niasinyang dapat menurunkan kadar kedua lipid tersebut (Katzung, 2001).
3. Trigliserida
a. Pengertian Trigliserida
Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak(Murray
et al., 2003). Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak
teresterifikasi menjadi gliserol, yaitu lemak netral yang disintesis dari
karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak(Dorland, 2002). Asam lemak
yang muncul secara alamiah mengandung jumlah atom karbon yang genap
dan bisa dijenuhkan (tanpa ikatan ganda) atau tak jenuh (dehidrogenasi
dengan jumlah ikatan ganda bervariasi) (Ganong, 1992).
Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan
energi bagi berbagai proses metabolik yang fungsinya hampir sama
dengan karbohidrat. Akan tetapi, beberapa lipid, terutama kolesterol,
fosfolipid dan sejumlah kecil trigliserida, dipakai di seluruh tubuh untuk
membentuk membran dari semua sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi
seluler yang lain (Guyton, 1997).
Trigliserida ada dalam darah sebagai makromolekul yang
membentuk kompleks dengan protein tertentu (apoprotein) sehingga
membentuk lipoprotein. Lipoprotein ini merupakan bentuk transportasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang dipakai untuk mengenali dan mengukur trigliserida (Widmmann,
1995).
b. Struktur Kimia Trigliserida
Trigliserida merupakan gliserol yang berikatan dengan 3 asam
lemak. Ketiga asam lemak yang berikatan dengan gliserol dapat sama
maupun berbeda (Gambar 2). Rumus kimia trigliserida adalah RCOO-
CH2CH(-OOCR’)-OOCR’’, dimana R, R’, R’’ adalah rantai alkil
(Nugroho, 2008).
Gambar 2. Struktur Kimia Trigliserida (Cox, 1990)
Pada tubuh manusia, lemak yang paling sering terdapat dalam
trigliserida adalah (1) asam stearat, yang mempunyai rantai karbon-18
yang sangat jenuh dengan atom hidrogen, (2) asam oleat, yang juga
mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian
tengah rantai, dan (3) asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon
dan sangat jenuh (Guyton dan Hall, 1997).
c. Metabolisme trigliserida
Dikenal dua jalur metabolisme trigliserida yaitu jalur eksogen dan
dan endogen (Gambar 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 3. Metabolisme lipid jalur eksogen dan endogen (Adam, 2005)
1. Jalur eksogen
Trigliserida yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam darah
melalui duktus torasikus. Dalam jaringan lemak, trigliserid dan
kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat
pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk
asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan
menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot
untuk diubah menjadi trigliserida kembali atau dioksidasi (Sulistia,
2005).
2. Jalur endogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Trigliserida yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDLkaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron
menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu Intermediate
Density Lipoprotein (IDL) dan LDL. LDL merupakan lipoprotein
yang mengandung kolesterol paling banyak(Sulistia, 2005).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida
Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai
sebab, diantaranya: (1) Diet tinggi karbohidat (60% dari intake energi)
dapat meningkatkan kadar trigliserida(U.S. Departement of Health and
Human Services, 2001); (2) Faktor genetik, misalnya pada
hipertrigliseridemia familial dan disbetalipoproteinemia
familial(Widiharto, 2008); (3) Usia, semakin tua seseorang maka terjadi
penurunan berbagai fungsi organ tubuh sehingga keseimbangan kadar
trigliserida darah sulit tercapai akibatnya kadar trigliserida cenderung lebih
mudah meningkat(Anonim, 2008); (4) Stres mengaktifkan sistem saraf
simpatis yang menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang
akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, serta
meningkatkan tekanan darah (Guyton dan Hall, 1997); (5) Penyakit hati,
menimbulkan kelainan pada trigliserida darah karena hati merupakan
tempat sintesis trigliserida sehingga penyakit hati dapat menurunkan kadar
trigliserida; (6) Vitamin niasin dosis tinggi, menurunkan kolesterol LDL
dan meningkatkan kolesterol HDL (Ganong, 1992).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Selain yang tersebut di atas, kadar trigliserida darah juga sangat
dipengaruhi kadar hormon dalam darah. Hormon yang mempengaruhi
kadar trigliserida dalam darah antara lain: (1) Hormon tiroid menginduksi
peningkatan asam lemak bebas dalam darah, namun menurunkan kadar
trigliserida darah (Guyton dan Hall, 1997); (2) Hormon insulin
menurunkan kadar trigliseridadarah, karena insulin akan mencegah
hidrolisis trigliserida (Guyton dan Hall, 1997); (3) Hormon estrogen,
menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL (Ganong,
1992).
e. Obat Antihipertrigliseridemia
1) Fibrat
a) Klofibrat
Klofibrat merupakan suatu derivat asam isobutirat, yang
oleh esterase serum diubah menjadi asam klofibrat. Mekanisme
kerja obat ini merangsang enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga
bersihanVLDL meningkat yang berarti menurunkan kadar
trigliserida. Selain itu karena menghambat sintesis kolesterol dalam
hepar dan merangsang sekresi kolesterol ke dalam empedu dan
feses, obat ini dapat pula menurunkan kadar kolesterol dan menarik
cadangan kolesterol dalam jaringan. Efek ini terbukti dari
berkurangnya ukuran xantoma pada kulit. Dengan dosis 600-1200
mg kadar puncak plasma 50-60 µg/ml dicapai dalam 6 jam. Masa
paruh obat ini berkisar 15-20 jam. Obat ini merupakan obat pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
untuk disbetalipoproteinemia familial karena dapat menghancurkan
partikel VLDL, sehingga kadar trigliserida dan kolesterolnya
menurun. Kemampuan menurunkan kadar kolesterol bervariasi,
oleh karena itu penggunaan untuk hiperkolesterolemia familial
masih dibatasi. Efek samping klofibrat berupa nyeri lambung, mual
muntah, diare dan bertambahnya berat badan. Obat ini dapat
meningkatkan insiden kolelitiasis dan kematian akibat karsinoma
karena efek perangsangan sekresi empedu, sehingga
penggunaannya sangat dibatasi. Juga pernah dilaporkan timbulnya
trombosis dan klaudikasio pada penderita yang menggunakan
klofibrat (Mycek et al, 2002).
b) Gemfibrozil
Obat ini juga merupakan derivat asam fibrat dengan
mekanisme kerja yang mirip klofibrat. Peningkatan bersihan VLDL
dan penghambatan sintesis VLDL dalam hepar dapat menurunkan
kadar trigliserida sampai 50%. Efek ini timbul karena menurunnya
kadar asam lemak bebas dan meningkatnya aktivitas enzim LPL.
Pembentukan LDL dicegah dan bersihannya ditingkatkan. Selain
itu gemfibrozil juga dapat meningkatkan HDL yang penting pada
proteksi timbulnya penyakit jantung koroner.
Obat ini mudah diserap oleh saluran cerna dan diekskresikan
ke dalam urin secara utuh. Masa paruhnya sekitar 1,5 jam. Dosis
yang dianjurkan sekitar 1200 mg/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ini diberikan bila ditemui hipertrigliseridemia berat dan
peningkatan VLDL. Obat ini dapat juga menurunkan LDL
kolesterol pada hiperkolesterolemia. Efek samping gemfibrozil
hampir sama dengan klofibrat (Katzung, 2001).Untuk penderita
hipertrigliseridemia, gemfibrozil dapat diberikan 600-1200 mg/hari
per oral (Katzung, 2001).
Pada penelitian ini gemfibrozil digunakan sebagai kontrol
positif untuk mengetahui tingkat efektivitas buah naga terhadap
penurunan kadar trigliserida.
2) Niasin (Asam Nikotinat)
Obat ini dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida, dengan
penurunan sangat nyata untuk trigliserida. Efek ini berbeda dengan
efeknya sebagai vitamin. Mekanisme kerja efek hipolipidemiknya
karena obat ini mampu menekan sekresiVLDL akibat berkurangnya
sintesistrigliserida. Karena VLDL menurun, maka secara tidak langsung
LDL juga menurun, dan HDL yang mengandung apo-A meningkat.
Trigliserida menurun setelah 4-6 jam minum obat, sedangkan kolesterol
menurun setelah beberapa hari kemudian. Sintesistrigliserida oleh hepar
menunun karena asupan asam lemak bebas dari sirkulasi berkurang
akibat penekanan niasin terhadap jaringan adiposa.
Obat ini mudah diserap di semua bagian saluran cerna dan
diekskresikan terutama melalui urin. Indikasi klinis obat ini sangat baik
untuk tipe hiperlipoproteinemia yang ditandai dengan peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kadar VLDL dan LDL. Kolesterol dapat diturunkan 30%, sedangkan
trigliserida menurun sampai 60%. Efek ini semakin baik bila
dikombinasi dengan kolestiramin atau klofibrat.
Efek samping niasin antara lain kulit panas dan gatal yang sangat
mengganggu. Hubungan antara disfungsi hati berat termasuk nekrosis
akut dengan penggunaan sediaan lepas lambat (sustained release) telah
terbukti. Hiperurikemia dapat terjadi pada seperlimajumlah pasien dan
kadang-kadang memicu timbulnya gout (Katzung, 2001).
f. Trigliserida dan Buah Naga
Buah naga dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah melalui
efek antioksidan yang terkandung di dalamnya. Mekanisme kerja antioksidan
secara umum adalah menghambat oksidasi lemak (Kumalaningsih, 2007).
Antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi
utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Fungsi kedua
merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju
autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme pemutusan
rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipid ke bentuk yang lebih
stabil (Ardiansyah, 2007).
Kandungan senyawa bioaktif dalam buah naga yang memiliki efek
antioksidan, yaitu:
1. Niasin
Niasin merupakan bagian dari vitamin B-kompleks, yang disebut
juga sebagai vitamin B3. Niasin banyak terdapat dalam biji-bijian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kacang-kacangan (Sotyaningtyas, 2007).Niasin dapat menurunkan
produksi VLDLdi hati, sehingga produksi kolesterol total, LDL, dan
trigliserida menurun.
Dengan mengonsumsi 3-6 g niasin sehari, kadar kolesterol total
dapat diturunkan sebanyak 15-20%, kadar trigliserida turun 45-50%, dan
kadar HDL meningkat hingga 20%. Bahkan dengan 1-1,5 g niasin sehari,
kadar LDL sudah dapat diturunkan 15-30% dan HDL meningkat secara
nyata (Sotyaningtyas, 2007).
Niasin juga berperan dalam merangsang pembentukan
prostaglandin I2, suatu hormon yang membantu mencegah pengumpulan
(agregasi) trombosit. Dengan demikian, niasin dapat memperkecil proses
aterosklerosis dan akhirnya memperkecil kemungkinan terjadinya
serangan jantung (Sotyaningtyas, 2007).
Penelitian menunjukkan bahwa niasin menghambat enzim
diasilglycerol asiltransferase–2 yang diperlukan untuk sintesis trigliserida
di hepatosit secara kompetitif maupun non-kompetitif. Penghambatan
sintesis trigliserida oleh niasin menyebabkan peningkatan degradasi apo
B intrasel pada hepar dan penurunan sekresi partikel VLDL dan LDL
(Kamanna dan Kashyab, 2003).
2. Vitamin C
Dalam metabolisme kolesterol, vitamin C berperan meningkatkan
laju ekskresi kolesterol dalam bentuk asam empedu, meningkatkan kadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
HDL, dan berfungsi sebagai pencahar sehingga meningkatkan
pembuangan kotoran. Pada akhirnya hal ini akan menurunkan
penyerapan kembali asam empedu dan pengubahannya menjadi
kolesterol (Sotyaningtyas, 2007).
Vitamin C dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida pada
sejumlah orang yang biasanya memiliki kadar kolesterol dan trigliserida
tinggi. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku pada orang dengan kadar
kolesterol dan trigliserida normal. Jadi tampaknya vitamin C berperan
menjaga keseimbangan (homeostasis) di dalam tubuh (Sotyaningtyas,
2007).
3. Serat (dietary fiber)
Serat larut air yang mengandung berbagai rantai monosakarida
yang secara umum ditemukan diantara dinding sel tumbuhan. Serat larut
air seperti pektin dapat menyerap asam lemak, kolesterol dan asam
empedu di dalam saluran cerna. Asam lemak dan kolesterol yang terikat
serat tidak dapat membentuk misel dan tidak dapat diabsorbsi oleh
saluran cerna. Oleh karena itu, lemak terikat serat tidak akan diabsorbsi
oleh usus kecil melainkan diteruskan melalui usus besar yang selanjutnya
akan diekskresikan dalam feses atau didegradasi oleh bakteri usus
(Gropper et al., 2005).
4. Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang hampir
sama, sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga mirip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berdasarkan fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987). Bahkan kemiripannya tidak
hanya terbatas pada struktur genomnya saja, tetapi sampai tingkat sekuens
DNA (Wart, 2004).
Tikus putih juga relatif bersih, mudah ditangani, dan perawatannya tidak
mahal. Tikus putih juga cukup tahan terhadap infeksi yang umum dan cukup
memuaskan untuk penelitian yang membutuhkan tindakan bedah (Farris,
1954).
Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan sebagai hewan percobaan
karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil
akibat tidak adanya pengaruh siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada
tikus putih betina. Tikus jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat
yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus
betina (Sugiyanto, 1995).
Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan diklasifikasikan sebagai
berikut (Sugianto, 1995) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit
dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar.
Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Terdapat dua
sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu
bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatominya yang tidak
lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak
mempunyai kandung empedu (Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus
putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar
dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus
putih lebih menguntungkan daripada mencit (Mangkoewidjojo, 1988).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Kerangka Pemikiran
Jus daging buah naga
putih (Hylocereus undatusH.)
Diet tinggi lemak
Kadar trigliserida darah
Serat (Dietary
fiber)
↓↓ absorbsi
kolesterol dan asam
lemak
Vitamin C
Niasin
↑↑ ekskresi
kolesterol melalui asam
empedu
↑↑ kadar HDL
menghambat enzim
diacylglycerol acyltransferase–2
↑↑ degradasi
apo-B intrasel
pada hepar
↓↓ sintesis trigliserida
↓↓ pembentukan
partikel VLDL dan
LDL
Keterangan: : Menurunkan kadar trigliserida darah : Meningkatkan kadar trigliserida darah ↑↑ : Peningkatan ↓↓ : Penurunan
Gemfibrozil (asam Fibrat)
↑↑ aktivitas enzim
Lipoprotein lipase (LPL)
↑↑ katabolisme
VLDL
↓↓ trigliserida
↑↑ ekskresi
asam empedu
dan kolesterol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Hipotesis
1. Pemberian jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.) dapat menurunkan
kadar trigliserida darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi
diet tinggi lemak.
2. Pemberian jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.) dengan dosis yang
lebih tinggi dapat lebih bermanfaat dalam menurunkan kadar trigliserida
darah pada tikus putih (Rattus norvegicus)yang diinduksi diet tinggi lemak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental kuasi dengan rancangan
penelitian “pretest and posttest controlled group design”.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan diLaboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi
Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Tikus putih(Rattusnorvegicus) jantan, galurWistar, berumur sekitar 3 bulan
dengan berat kira-kira 200 gram (Sugianto, 1995), diperoleh dari Unit
Pengembangan Hewan Coba Universitas Setia Budi Surakarta.Besarsampel
sebanyak dua puluh lima (25) ekor tikus putih, yang ditentukan dengan
menggunakan rumus Federer (Arkeman,2006) :
(n-1) (t-1) > 15 n: besar sampel; t: jumlah kelompok
Dengan t = 5, maka :
(n-1) (5-1) > 15
4n- 4 > 15
4n >19
n >4,75
Jadi, penelitian ini menggunakan 5ekor tikus di setiap kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Teknik sampling
Pengambilan sampel sebanyak 25 ekor dilakukan secara random purposive
sampling sesuai kriteria pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri yang telah
diketahui sebelumnya (Faris, 1954). Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I sebagai kelompok
kontrol positif, kelompok II sebagai kontrol perlakuan dosis 1, kelompok III
sebagai kelompok perlakuan dosis 2, kelompok IV sebagai kelompok
perlakuan dosis 3 dan kelompok V sebagai kelompok kontrol negatif.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Buah naga putih (Hylocereus undatus H.)
Skala variabel : Ordinal
2. Variabel tergantung : Kadar trigliserida darah tikus putih
Skala variabel : Rasio
3. Variabel luar
a. Dapat dikendalikan :makanan, genetik, jenis kelamin, umur,
dan berat badan.
b. Tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis (stres), penyakit hatidan
hormon.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Jus buah naga putih
Jus buah naga putih adalah hasil jus dari buah naga putih yang
dikupas bersih kulitnya. Buah naga putih yang dipakai dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
ini diperoleh dari Perkebunan Buah Naga Putih Sukoharjo, Surakarta,
Jawa Tengah. Pemberian buah naga putih berupa jus buah naga putih
matang segar dengan menggolongkan menjadi kelompok perlakuan jus
buah naga putih dosis 1, 2, dan 3. Pemberian buah naga dosis 1, 2 dan 3
dilakukan per oral menggunakan sonde lambung (lampiran 6).
2. Kadar trigliserida
Kadar trigliserida dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida darah
yang diukur dengan metode photometry yang dinyatakan dalam mg/dl.
Pengukuran kadar trigliserida darah dilakukan setelah masa adaptasi 7
hari (hari ke-7) dan setelah masa perlakuan 21 hari (hari ke-28) baik pada
kelompok kontrol (positif dan negatif) maupun kelompok perlakuan
(dosis 1, 2 dan 3). Pengukuran kadar trigliserida darah dilakukan dengan
cara mengambil darah tikus pada sinus orbitalis dengan pipet
mikrokapiler, lalu darah ditampung dalam tabung sentrifuge. Darah
dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga
didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar trigliseridanya di
laboratorium klinik dengan menggunakan metode photometry, satuan
dari pengukuran dinyatakan dalam mg/dl.
3. Makanan
a. Makanan diet tinggi lemak
Pemberian makanan diet tinggi lemak 7 hari sebelum perlakuan
dan 21 hari bersamaan dengan pemberian perlakuan. Pemberian
makanan diet tinggi lemak setiap kelompok dibuat sama jenisnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berdasarkan panduan pengujian fitofarmaka dengan komposisi
kolesterol 1%, kuning telur bebek 5%, lipida hewan 10%, minyak
goreng 1 %(Pyto Medica, 1993). Makanan diet tinggi lemak diberikan
sebanyak 2,5 ml dua kali sehari dengan menggunakan per oral sonde
lambung (Lampiran 5).
b. Makanan standar
Makanan standar berupa pellet sesuai komposisi (Lampiran 4)
diberikan pada tikus dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari. Tikus
dibiarkan makan pellet sesuai keinginannya (ad libitum). Pelet
disediakan setiap kandang percobaan sebesar 25 mg per hari.
4. Genetik
Yang dimaksud dengan faktor genetik pada penelitian ini adalah
faktor genetik tikus putih (Rattus novergicus). Faktor ini dapat
dikendalikan secara mutlak. Heterogenitas genetik dapat memberikan
perbedaan tingkat respon pada makanan, yang akan berpengaruh
terhadap kadar trigliserida. Untuk meminimalkan pengaruh faktor
genetik, digunakan tikus putih dari galur yang sama (galur wistar),
dilakukan randomisasi, sehingga persebaran faktor genetik dapat
dikatakan homogen.
5. Jenis kelamin
Tikus jantan dan tikus betina memiliki perbedaan respon terhadap
induksi makanan tinggi lemak. Tikus yang dipakai pada penelitian ini
adalah tikus jantan, bertujuan supaya sampel bersifat homogen karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mempunyai kecepatan metabolisme obat lebih cepat dan kondisi biologis
tubuh lebih stabil dari betina, serta terhindar dari pengaruh hormon
estrogen.
6. Umur
Usia hewan coba mempunyai pengaruh penting dalam penelitian
ini. Kadar lipid serum pada tikus usia 6 minggu akan meningkat,
kemudian menurun dalam beberapa minggu. Kadarlipid serum mencapai
kadar minimum pada usia 12 minggu, setelah itu meningkat lagi
(Kritchevsky, 1993). Kadar lipid minimum pada usia tersebut diharapkan
dapat memaksimalkan manipulasi perlakuan induksi tinggi lemak. Pada
penelitian digunakan tikus putih dengan usia yang sama yaitu 3 bulan
untuk membuat sampel homogen, dan menghindari peningkatan serum
trigliserida karena faktor usia.
7. Berat badan
Adanya perbedaan berat badan pada tikus putih (Rattus
norvegicus) membuat peningkatan berat badan tidak murni karena
perlakuan. Berat badan dapat dikendalikan dengan cara menggunakan
tikus putih (Rattus norvegicus) yang beratnya 200 g dengan toleransi
20% sehingga tikus yang dipakai adalah tikus dengan berat badan 160-
240 g (Sugianto,1995).
8. Kondisi psikologis tikus
Stres merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan karena
tidak mungkin dapat dihindarkan pada tikus yang mendapat perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Stresdapat memacu produksi hormon epinefrin, kortikotropin,
glukokortikoid, yang akan mengaktifkan hormon peka Stres dapat
disebabkan oleh perlakuan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
lama dan juga karena banyaknya tikus dalam satu kandang yang bisa
menimbulkan perkelahian. Pengaruh stres pada tikus dapat dikurangi
dengan pengisian kandang dengan 1 ekor tikus, makanan minuman
cukup, pencahayaan diberikan dari jam 06.00-18.00 dengan mendekatkan
kandang sedekat mungkin dengan jendela.
9. Hormon
Sistem hormon berpengaruh pada pengaturan kadar kolesterol dan
trigliserida darah. Dalam keadaan normal, hormon tertentu disekresi
dalam tubuh yang nantinya dapat mempengaruhi metabolisme kolesterol
dan trigliserida darah. Hormon yang berpengaruh pada metabolisme
trigliserida adalahhormon pertumbuhan (growth hormon), tiroid,
epinefrin dan norepinefrin, kortikotropin, glukokortikoid, dan insulin.
Semua hormon di atas sifatnya meningkatkan terjadinya lipolisis, kecuali
insulin yang memiliki sifat anti lipolisis (Guyton dan Hall, 1997).
Faktor hormonal ini tidak dapat dikendalikan, karena sulitnya
pendeteksian dini terhadap kelainan hormonal dan pemeriksaannya
membutuhkan biaya yang besar.
10. Penyakit hati
Penyakit hati dapat menimbulkan kelainan metabolisme
kolesterol dan trigliserida. Penyakit hati pada tikus merupakan variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
yang sulit dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini dan
membutuhkan pemeriksaan dengan biaya besar. Untuk menghindari
pengaruh penyakit hati, digunakan tikus yang sehat.
G. Desain Penelitian
Pretest and posttest controlled group design.
X = jumlah tikus putih yang dipakai
N1 = kelompok kontrol positif (diberi makanan standar/pelet, ditambah
diet tinggi lemaksebanyak 2,5 ml dua kali sehari dan gemfibrozil
dosis terapi)
N2 = kelompok perlakuan 1
(diberi makanan standar/pelet, diet tinggi lemak sebanyak 2,5 ml
dua kali sehari, dan jus buah naga dosis 1)
N3 = kelompok perlakuan 2
(diberi makanan standar/pelet, diet tinggi lemak sebanyak 2,5 ml
dua kali sehari, dan jus buah naga dosis2)
N4 = kelompok perlakuan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(diberi makanan standar/pelet, diet tinggi lemak sebanyak 2,5 ml
dua kali sehari, dan jus buah naga dosis 3)
N5 = kelompok kontrol negatif
(diberi makanan standar/pelet, ditambah diet tinggi
lemaksebanyak 2,5 ml dua kali sehari)
H1 = kadar trigliserida darah kelompok kontrol positif
sebelumperlakuan
H2 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 1 sebelum perlakuan
H3 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 2 sebelum perlakuan
H4 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 3 sebelum perlakuan
H5 = kadar trigliserida darah kelompok kontrol negatif
sebelumperlakuan
I1 = kadar trigliserida darah kelompok kontrol positif setelah
perlakuan
I2 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 1 setelah perlakuan
I3 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 2 setelah perlakuan
I4 = kadar trigliserida darah kelompok perlakuan 3 setelah perlakuan
I5 = kadar trigliserida darah kelompok kontrol negatif setelah
perlakuan
H. Penentuan dosis
1. Penentuan dosis jus buah naga putih
Dosis terapi buah naga yang digunakan pada manusia adalah 400 g
(Fazila et al., 2006).Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
putih (200 g) adalah 0,018 ditunjukkan dalam Lampiran 1 (Soehardjono,
1993).Maka dosis jus buah naga untuk tikus putih (Rattus norvegicus) :
Dosis 1 = 0,5 x 400 g x 0,018 = 3,6 g
Dosis 2 = 1,0 x 400 g x 0,018 = 7,2 g
Dosis 3 = 1,5 x 400 g x 0,018 = 10,8 g
2. Penentuan dosis Gemfibrozil (Fibrat)
Pada pengobatan penderita hipertrigliseridemia, gemfibrozil
diberikan 600-1200 mg/hari per oral (Katzung, 2001).Gemfibrozil yang
digunakan adalah sediaan dengan merek dagang Lipira. Dosis
gemfibrozil yang digunakan pada manusia dengan berat 70 kg untuk
terapi hipertrigliseridemia adalah 0,6-1,2 g/hari (Katzung, 2001). Peneliti
menggunakan dosis efektif manusia yaitu 0,8 g/hari atau 800 mg/hari
yang kemudian dikonversi ke dosis tikus.Konstanta konversi dosis dari
manusia (70 kg) terhadap tikus putih (200 g) adalah 0,018 (Soehardjono,
1993). Setelah dikonversi untuk tikus putih dengan berat 200 gram
menjadi 0,018 x 800 mgBB/hari = 14,4 mgBB/hari. Jadi dosis
gemfibrozil yang diberikan adalah 14,4 mg/200 gram BB/hari untuk
setiap ekor tikus putih.
I. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat-alat yang digunakan
a. Sonde lambung
b. Tabung mikrokapiler heparin
c. Rak tabung reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Tabung sentrifuge
e. Gelas ukur 25 dan 50 ml
f. Spuit injeksi 1 ml
g. Blender
h. Sentrifuge
i. Timbangan
j. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian makanan
k. Photometer (microlab type 300)
2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Buah naga putih
b. Gemfibrozil
c. Aquadest
d. Pakan diet tinggi lemak
e. Makanan standar : pellet 21
f. Reagen trigliserida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Cara Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Persiapan dan pembuatan uji
i. Siapkan 25 ekor tikus putih galur Wistar serta alat dan bahan
yangakan dipakai. Tikus dibagi lima kelompok masing-masing lima
ekor tikus.
ii. Berat badan subjek penelitian pada tiap kelompok ditimbang. Jika
ada subjek penelitian yang berat badannya dibawah 160 g atau diatas
240 g, maka tikus tersebut diganti dengan tikus lainnya yang
beratnya antara 160-240 g. Hal ini dilakukan agar berat badan tikus
homogen.
iii. Membuat jus buah naga putih dengan cara buah naga putih dikupas
kulitnya dan diambil daging buahnya, kemudian dipotong untuk
mempermudah pemblenderan.
b. Perlakuan
i. Hari 1-7
Selama 7 hari subjek penelitian diadaptasikan dengan
lingkungan laboratorium tempat penelitian dan diberi makanan
standar ad libitum untuk tikus yaitu 25 mg pellet per hari dan
aquadest.
ii. Hari 7-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tikus putih pada setiap kelompok diberi pakan standar dan diet
tinggi lemak selama 7 hari. Pakan standar diberikan ad libitum,
sedangkan diet tinggi lemak diberikan per oral dengan sonde
lambung sesuai dosis yang telah ditentukan.
iii. Hari ke 14
Kadar trigliserida darah (TG pretest) diukur setelah tikus
dipuasakan selama 12 jam.
iv. Hari 14-35
Tikus putih diberikan perlakuan untuk tiap kelompok selama 21
hari.
Kelompok I: Pemberian pakan standar, diet tinggi lemak dua
kalisehari sebanyak2,5 ml,Gemfibrozil dosis
terapidan aquadest.
Kelompok II: Pemberian pakan standar, diet tinggi lemak dua
kalisehari sebanyak 2,5 ml, jus buah naga putihdosis
1 dan aquadest.
Kelompok III : Pemberian pakan standar, diet tinggi lemak dua kali
sehari sebanyak 2,5 ml, jus buah naga putih dosis 2
dan aquadest.
KelompokIV: Pemberian pakan standar, diet tinggi lemak dua
kalisehari sebanyak 2,5 ml, jus buah naga putih
dosis 3 dan aquadest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kelompok V: Pemberian pakan standar, diet tinggi lemak dua kali
sehari sebanyak2,5 ml, dan aquadest.
Diet tinggi lemak, jus buah naga putih dan gemfibrozil diberikan
per oral dengan menggunakan sonde lambung. Pakan standar dan
aquadest diberikan ad libitum.
v. Hari ke 35
Kadar trigliserida tikus putih diukur (TG posttest) setelah
dipuasakan selama 12 jam.
c.Pengukuran kadar trigliserida darah
i. Darah tikus putih diambil dari vena orbitalis mata kurang lebih
sebanyak 3 ml. Sebelumnya tikus dipuasakan terlebih dahulu selama
12 jam.
ii. Setelah darah yang tertampung dalam tabung mikrohematokrit dirasa
cukup (3 ml), masukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dalam
tabung sentrifuge dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan
3000 rpm maka akan didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar
trigliserida serum darahnya. Kadar trigliserida yang didapatkan
adalah kadar trigliserida sebelum perlakuan (pretest) dan kadar
trigliserida setelah perlakuan (posttest). Kadar trigliserida total
diukur dengan metode photometry.
d. Setelah perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Semua data pengukuran kadar trigliserida darah tikus putih yang
diperoleh dicatat, ditabulasi, ditampilkan dalam grafik dan dianalisis
menggunakan uji statistik
J. Analisis Statistik
Data selisih kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan
diperiksaapakah memenuhi uji prasyarat uji parametrik yaitu data
terdistribusi normal dan varians antarkelompok homogen. Bila memenuhi
uji prasyarat maka perbedaan rerata selisih kadar trigliseridapretest dan
postest darah antar 5 kelompok tikus selanjutnya dianalisis dengan uji one-
way Anova (α = 0,05). Jika terdapat perbedaan yang bermakna dari uji one-
way Anova, maka dilanjutkan dengan posthoc test (α = 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil pengukuran kadar trigliserida baik sebelum maupun setelah
perlakuan, diperoleh hasil yang dirangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3.Reratakadar trigliserida darah tikus putih sebelum perlakuan dan setelah perlakuan (mg/dl)
Kadar trigliserida (mg/dl)*
Kelompok sebelum perlakuan
setelah perlakuan
I (Kontrol positif Gemfibrozil) 89,60 ± 5,03 55,20 ± 5,97
II(Jus buah naga putih dosis 1) 91,20 ± 4,14 72,40 ± 5,59
III (Jus buah naga putih dosis 2) 89,40 ± 1,14 65,80 ± 8,25
IV (Jus buah naga putih dosis 3) 84,00 ± 5,91 58,00 ± 5,09
V (Kontrol negatif ) 88,60 ± 3,20 99,80 ± 4,76
* Dinyatakan dalam rerata ± simpangan baku
Perbandingan hasil pengukuran kadar trigliserida sebelum dan setelah
perlakuan lebih jelas ditampilkan dalam histogram dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar4.Histogram reratakadar trigliserida darah tikus putih sebelum
dan setelah perlakuan (mg/dl)
Dari Gambar 4 terlihatadanya penurunan kadar trigliserida pada
kelompok kontrol positif dan kelompok uji jus buah naga dosis 1, 2 dan 3
setelah diberi perlakuan.Pada kelompok kontrol positif terjadi penurunan
sebesar 34,4 mg/dl, kelompok uji jus buah naga dosis 1 sebesar 18,8 mg/dl,
dosis 2 sebesar 23,6 mg/dl dan dosis 3 sebesar 26 mg/dl. Pada kelompok
kontrol negatif justru terjadi peningkatan kadar trigliserida sebesar 11,2 mg/dl
setelah masa perlakuan.
Selisih kadar trigliserida setelah perlakuan dengan sebelum perlakuan
selengkapnya disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4. Rerata selisih kadar trigliserida (mg/dl)setelah perlakuan dengan sebelum perlakuan
Kelompok Selisih kadar trigliserida (mg/dl)*
setelah dan sebelum perlakuan
I (Kontrol positif Gemfibrozil) -34,40± 5,94
II(Jus buah naga putih dosis 1) -18,80 ± 3,11
III (Jus buah naga putih dosis 2) -23,60 ± 7,36
IV (Jus buah naga putih dosis 3) -26,00± 4,84
V (Kontrol negatif ) 11,20 ± 5,93
* Dinyatakan dalam rerata ± simpangan baku
Gambar 5.Histogram rerata selisih kadar trigliserida darah tikus putih setelah dan sebelum perlakuan (mg/dl)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Uji Parametrik
Uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.
Uji normalitas (dengan uji Kolmogorov-Smirnov) digunakan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh mempunyai distribusi yang
normal. Data yang mempunyai distribusi normal berarti mempunyai
sebaran data yang normal sehingga dapat dianggap mewakili populasi.
Nilai p>0,05 pada tiap kelompok menunjukkan data terdistribusi normal.
Sedangkan uji homogenitas (menggunakan uji Levene) dilakukan
untuk mengetahui apakah variansantarkelompok homogen atau tidak. Nilai
signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa varians dari dua atau lebih
kelompok adalah sama atau homogen.
Ringkasan hasil uji prasyarat selisih kadar trigliserida pada tikus
putih sebelum dan setelah perlakuan disajikan dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5.Hasil uji normalitas dan uji homogenitas varians data selisih kadar trigliserida setelah dan sebelum perlakuan
Nilai p
Kelompok Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji Levene
I (Kontrol positif Gemfibrozil) 0,059
II(Jus buah naga putih dosis 1) 0,200
III (Jus buah naga putih dosis 2) 0,200
IV (Jus buah naga putih dosis 3) 0,200
0,564
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
V (Kontrol negatif ) 0,122
Dari Tabel 6diperoleh nilai p >0,05 pada semua kelompok sehingga
dapat disimpulkan bahwa data selisih kadar trigliserida mempunyai
distribusi yang normal.Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai p = 0,564
sehingga dapat diasumsikan bahwa varians data antar kelima kelompok
adalah homogen. Dengan kedua hasil tersebut, maka data selisih kadar
trigliserida sebelum dan setelah perlakuan memenuhi syarat untuk
dianalisis dengan uji parametrik one-way Anova.
2. Uji One-way Anova
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji one-way Anova
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata selisih kadar trigliserida
yangbermakna pada kelima kelompok.
Hasil uji one-way Anova data selisih kadar trigliserida sebelum dan
setelah perlakuan menunjukkan nilai p <0,001(Lampiran 6) sehingga dapat
disimpulkan terdapat perbedaan rerata selisih yang signifikan antar lima
kelompok perlakuan.
3. Uji Post Hoc
Uji post hoc dilakukan sebagai lanjutan dari diperolehnya perbedaan
signifikan (p<0,05) pada uji one-way Anova. Hasil uji post hoc (Lampiran
6) dapat secara ringkas ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 6.Ringkasan hasil uji post hoc selisih kadar trigliserida setelah dan
sebelum perlakuan
*Terdapat perbedaan bermakna pada α = 0,05
Hasil uji post hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih
kadar trigliserida setelah dan sebelum perlakuan yang secara
statistiksangat bermakna (p < 0,001) antara kelompok kontrol negatif
dengan keempat kelompok lainnya, serta perbedaan selisih kadar
trigliserida yang bermakna (p < 0,05) antara kelompok kontrol positif
dengan kelompok uji jus buah naga dosis 1. Pada perbandingan antara
selisih kadar trigliserida kelompok uji jus buah naga dosis 1 dengan dosis
2 dan 3 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p =
1,000 dan p = 0,564).
Perbandingan Kelompok |Beda rerata| Nilai p
Kontrol positif
vs Buah naga dosis 1
vs Buah nagadosis 2
vsBuah nagadosis 3
vsKontrol negatif
15,60
10,80
8,40
45,60
0,030*
0,650
0,284
0,000*
Kontrol negatif
vsBuah nagadosis 1
vsBuah nagadosis 2
vsBuah nagadosis 3
30,00
34,80
37,20
0,000*
0,000*
0,000*
Buah naga dosis 1
Buah naga dosis 2
vsBuah nagadosis 2
vs Buah nagadosis 3
vs Buah nagadosis 3
4,80
7,20
2,40
1,000
0,564
1,000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V
PEMBAHASAN
Data deskriptif menunjukanrerata kadar trigliserida pretest pada lima
kelompok cukup homogen meskipun analisis formal tentang perbandingan kadar
trigliserida pretestantar kelompok tidak dilakukan, yaitu antara 84 mg/dl sampai
dengan 91 mg/dl. Selisih kadar trigliserida pretest7 mg/dl antar kelompok tidak
memiliki kemaknaan klinis yang cukup berarti (tabel4 dan gambar 4).Sedangkan
hasil deskriptif kadar trigliserida posttest antar kelompok menunjukkan rentang
yang cukup bervariasi yang membuat selisih kadar trigliserida pretest dan posttest
juga bervariasi. Selisih kadar trigliserida pretest dan posttest terbesar terdapat
pada kontrol positif yang berarti daya antihipertrigliseridemia gemfibrozil tetap
lebih besar dibandingkankelompok buah naga dosis 3 sekalipun.Padahal data
deskriptif kadar pretestkelompok buah nagadosis 3 lebih rendah 5mg/dl
dibandingkan kelompok gemfibrozil, tetapi penurunannya tetap tidak bisa
melampaui penurunan gemfibrozil. Secara logis, jika kadar trigliserida awal tidak
terlalu tinggi semestinya lebih mudah mencapai penurunan, tetapidalam
penelitian ini buah naga dosis 3 tetap tidak dapat melampaui kelompok
gemfibrozil yang kadar trigliserida pretesnya justru lebih tinggi.
Analisis data statistik one-way Anova selisih kadar trigliserida pretest dan
posttest menunjukkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Hal ini sejalan
dengan analisa deskriptif sebelumnya. Analisa kemudian dilanjutkan dengan Uji
post hoc untuk mengetahui letak nilai kemaknaan antar kelompok. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
analisismenunjukan terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok V
yang tidak diberi perlakuan (Kontrol negatif) dengan kelompok I, II, III dan IV
yang diberikan perlakuan (kontrol positif, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3). Pada
kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan terdapat peningkatan kadar
trigliserida yang tidak terjadi pada kelompok lain yang diberi perlakuan jus buah
naga putih.
Meskipun demikian, variasi dosis buah naga tidak banyak berpengaruh
dalam efektivitas buah naga tersebut. Hal ini ditunjukan oleh tidak adanya
perbedaan signifikan (p>0,05) selisih kadar trigliserida antar kelompok II (dosis
1), III (dosis 2), dan IV (dosis 3). Pengaruh yang terjadi antar berbagai dosis
pemberian jus buah naga putih baik dosis 1, dosis 2, maupun dosis 3 tidak
memberikan perbedaan yang bermakna, sehingga dapat disimpulkan kenaikan
dosis jus buah naga putih tidak meningkatkan efek penurunan kadar trigliserida
darah yang bermakna secara statistik. Peningkatan berbagai dosis oraljus buah
naga putih(Hylocereus undatusH.)3,6g/200 gBB/hari,7,2g/200 gBB/hari dan
10,8g/200 gBB/hari tidak berpengaruh secara signifikan terhadapefek penurunan
kadar trigliserida.
Perbedaan selisih kadar trigliserida yang tidak signifikan (p>0,05) antara
kelompok I (kelompokkontrol positif) dengan kelompok III (dosis 2) dan IV(dosis
3) menunjukkan efektivitas jus buah naga putih dosis 2 dan dosis 3 dalam
menurunkan kadar trigliserida tidak memiliki perbedaan bermakna secara statistik
dengan efektivitas gemfibrozil.Perbedaan selisih kadar trigliserida yang signifikan
antara kelompok I (kelompok kontrol positif) dengan kelompok II (kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dosis 1) menunjukan efektivitas jus buah naga dosis 1 dalam menurunkan kadar
trigliserida memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik dengan efektivitas
gemfibrozil. Sehingga penurunan kadar trigliserida jus buah naga putih dosis 2
dan 3 diasumsikan paling mendekati (tidak terdapat perbedaan signifikan)
kelompok kontrol obat gemfibrozil.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus buah
naga putih dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih. Hal ini terkait
adanya perbedaan yang signifikan antara selisih kadar trigliserida darah tikus
kelompok kontrol negatif dengan tikus kelompok perlakuan buah naga dosis 1
(3,6 g/200gBB/hari), dosis 2(7,2 g/200gram BB/hari) dan dosis 3 (10,8 g/200
gBB/hari). Sedangkan Efektivitas penurunan kadar trigliserida buah naga putih
yang mendekati efektivitas penurunan gemfibrozil adalah buah naga putih dosis
7,2 g/200gram BB/hari dan 10,8 g/200 gBB/hari. Buah naga putih dosis 7,2 g/200
gBB/hari merupakan dosis efektif terendah diantara ketiga dosis tersebut.Jadi
meskipun data deskriptif menunjukkan daya antihipertrigliseridemia buah naga
tidak sebesar gemfibrozil, tetapi setelah diolah secara statistik ternyata perbedaan
daya antihipertrigliseridemia dosis dosis 10,8 g/200gBB/hari tidak berbeda secara
bermakna atau bisa dikatakan cukup sebanding. Bahkan hal tersebut berlaku pula
untuk dosis 7,2 g/200gBB/hari, namun tidak untuk dosis 3,6 g/200gBB/hari.Pada
penelitian ini tidak diperoleh data uji toksisitas, sehingga untuk menghindari efek
samping yang tidak terdeteksi dosis efektif terendah menjadi pilihan utama, yaitu
dosis 2 sebesar 7,2 g/200gBB/ hari.Dosis 7,2 g/200gBB/haridiintrepetasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sudah cukup efektif dalam menurunkan trigliserida,meskipun tidakseprogresif
gemfibrozil.
Jus buah naga putih dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah
melalui efek antioksidan yang terkandung didalamnya. Penelitian Norhayati
(2006) menunjukkan Efek antioksidan ekstrak akueus Hylocereus spberupa
pengurangan radikal bebas sebesar 47,54%.Mekanisme kerja antioksidan secara
umum adalah menghambat oksidasi lemak (Kumalaningsih, 2007). Kandungan
senyawa bioaktif dalam buah naga putih yang memiliki efek antioksidan, yaitu:
vitamin C dan niasin.
Niasin dapat menurunkan produksi VLDL di hati, sehingga produksi
kolesterol total, LDL, dan trigliserida menurun (Sotyaningtyas, 2007). Hasil
Penelitian Kamanna dan Kashyab (2003) menunjukkan bahwa niasin menghambat
enzim diacylglycerol acyltransferase–2, enzim yang diperlukan untuk sintesis
trigliserida, pada hepatosit secara kompetitif maupun non-kompetitif.
Penghambatan sintesis trigliserida oleh niasin menyebabkan peningkatan
degradasi apo B intrasel pada hepar dan penurunan sekresi partikel VLDL dan
LDL (Kamanna dan Kashyab, 2003).
Serat larut air yang terkandung dalam buah naga putih juga berperan dalam
mencegah peningkatan dan menurunkan kadar trigliserida. Serat dapat menyerap
asam lemak, kolesterol dan asam empedu di dalam saluran cerna. Asam lemak
dan kolesterol yang terikat serat tidak dapat membentuk misel dan tidak dapat
diabsorbsi oleh saluran cerna (Wibowo, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pemberian gemfibrozil sebagai baku emas atau gold standarddalam
penelitian ini terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih.
Penurunan yang dicapai gemfibrozil merupakan terapi yang dilakukan selama 3
minggu padahal menurut Hoogt et al. (2007) efek terapi gemfibrozil optimal pada
tikus putih akan dicapai dalam waktu 8 minggu. Pada penelitian Hoogt et al.
digunakan tikus putih transgenik sedangkan pada penelitian ini digunakan tikus
putih biasa sehingga dapat memberikan hasil yang berbeda. Perbedaan pengaruh
efektivitas gemfibrozil dibandingkan buah naga dapat pula dipengaruhi perbedaan
mekanisme kerja keduanya. Gemfibrozil bekerja melalui peningkatan bersihan
VLDL diperantarai LPL, sedangkan buah naga melalui aktivitas antioksidan
niasin dan vitamin C.
Variasi dosis jus lebih dari 10,8g/200 gBB/hari tidak dilakukan karena
keterbatasan kapasitas lambung tikus putih (Rattus norvegicus) yang sebelum
penelitian telah dibuktikan dengan uji orientasi, sehingga variasi dosis
terbatas.Hal ini juga terjadi pada dosis penelitian Panjuantiningrum (2009) yang
menggunakan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap kadar
glukosa darah. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan
menggunakan hewan coba lain atau dapat menggunakan bentuk simplisia ekstrak
untuk memunculkan dosis yang lebih bervariasi.
Usaha untuk membuat tikus putih hipertrigliseridemia selama satu minggu
sebelum pretest mungkintidak cukup lama untuk mencapai kadar
hipertrigliseridemiapretestyang optimal. Kadartrigliserida darah tikus normal
menurut Malole danPramono (1989) adalah berkisar antara 70-112 mg/dl.Kadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
hipertrigliseridemia pretestyang belum optimal terlihat dari data pengambilan
kadar trigliserida pretest yang menunjukan angka rerata di bawah 100 mg/dl. Pada
penelitian selanjutnya usaha untuk membuat tikus hipertrigliseridemia dengan
pakan tinggi lemak sebelum dilakukannya pretest dapat dilakukan lebih lama.
Meskipun demikian, efek peningkatan trigliserida pretest sudah terlihat, namun
masih dalam batas normal dan bukan merupakan kondisi hipertrigliseridemia
kronis.
Selain waktu usaha membuat tikus hipertrigliseridemia, peningkatan kadar
trigliserida yang tidak optimal pada penelitian ini dapat disebabkan oleh pengaruh
hormon tiroid yang berlebihan pada tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar
ini. pemberian pakan tinggi lemak disertai cekok propiltiourasil (PTU) dapat
menjadi masukkan bagi penelitian selanjutnya. Pemberian pakan tinggi lemak
bersamaan dengan PTU merupakan usaha untuk menginduksi tikus sehingga
dapat tercipta kondisi hiperlipidemia. PTU merupakan suatu zat anti tiroid
yangmampu menghambat pembentukan hormon tiroid.Hormon tiroid berperan
dalam lipolisis, makapenghambatan hormon tiroid akan menyebabkanpeningkatan
kadar lipid darah melalui peningkatanbiosintesis kolesterol endogen (Murray,
2003).
Jumlah sampel dalam penelitian ini terbilang minimal. Jumlah sampel
dapat mempengaruhi tingkat presisi estimasi statistik dan kesalahan sampling.
semakin besar jumlah sampel yang diambil akan meningkatkan tingkat presisi
estimasi statistik dan mengurangi kesalahan sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
56
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pemberian oral jus buah naga putih (Hylocereus undatus H.) dapat
menurunkan kadar trigliserida serum tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Perbedaan dosis pemberian oraljus buah naga putih (Hylocereus undatus
H.) dengan dosis 3,6g/200 gBB/hari, dosis 7,2g/200 gBB/hari dan dosis
10,8g/200 gBB/hari tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna
secara statitik dalammenurunkan kadar trigliserida serum tikus
putih(Rattus norvegicus).
3. Efektivitas penurunan kadar trigliserida oleh pemberian jus buah naga
putih (Hylocereus undatus H.) dosis 7,2g/200gBB/hari dan dosis
10,8g/200 gBB/hari tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna
secara statistik dengan efektivitas gemfibrozil sebagai gold standard.
B. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang
lebih besaragar hasil yang didapat lebih bermakna secara statistik.
2. Pemberian pakan tinggi lemak dapat dilakuan lebih lama untuk hasil
hipertrigliseridemia pretest lebih signifikan.
3. Pemberian aquadest dapat dicampur PTU 1% untuk meminimalisir
pengaruh hormon tiroid.
4. Dapat dilakukan penelitian mengenai efikasi buah naga sebagai
antihiperlipidemia dengan menggunakan ekstrak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F. 2005. Meningkatkan kolesterol-HDL, paradigma baru penatalaksanaan dislipidemia. J Med Nus. 26:200-203.
Adiputro. 2008. Penyakit Jantung. http://ww3.rsudulin.com/content/view/37/47/ (5 Maret 2010)
Anonim. 2008. Triglycerides. http://www.med.umich.edu/1libr/aha/aha_trigly_crs.htm(8 Maret 2010)
Ardiansyah. 2007. Antioksidandan Peranannya Bagi Kesehatan.http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-01-23-Antioksidan-dan-Peranannya-Bagi-Kesehatan.shtml (5 Maret 2010)
Ariffin, A.A.,J.Bakar, C.P.Tan, R.A.Rahman, R.Karim, C.C.Loi, 2008.Essential fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil,Food Chemistry (in press), 20:1-4.
Arkeman, D.H. 2006. Efek vitamin C dan E terhadap sel goblet saluran nafas
pada tikus akibat pajanan asap rokok. Universal 25:62
Cox, R.A., García M.R. 1990. Cholesterol, Triglycerides, and Lipoproteins. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=a951
Decroli, E. 2008. Penatalaksanaan Dislipidemia Guna Pencegahan Primer dan Sekunder Penyakit Kardiovaskuler (PKV). http://www.internafkunand.or.id/KUMPULAN%20ARTIKEL/METAB/Dr.%20Eva%20Decroli.doc. (16 Maret 2010)
Dorland, W. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Alih Bahasa: Huriawati Hartanto, dkk. Jakarta: EGC. hal: 2289.
Farris, J.E. 1954. The Rat as An Experimental Animal,In:The Care and Breeding of Laboratory Animals. New York:John Wiley and Sons, Inc. pp: 43.
Fazila, H., Rokiah, M.Y., Norhayanti,A.H., Adzim, K.R. 2006. Effect of Red Pitaya Fruit (Hylocereus sp.) on blood lipid profiles in mild hipercholesterolemia and hypercholesterolemia subjects. In: Siong, T.E. (ed). Proceedings of 21 Scientific Conference and Annual General Meeting of the Nutrition Society in Malaysia. Kuala Lumpur: Nutrition Society of Malaysia, p: 108.
Ganong, W.F. 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Editor Bahasa Indonesia : J. Oswari. Jakarta: ECG. Hal: 280
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gropper, S.S., Smith,J.L., Goff,J.L. 2005. Advance Nutririon and Human Metabolism. 4th ed. Belmont: Thomson Wadsworth.
Guyton, A.C. and Hall, E. J. 1997. Metabolisme lemak. Dalam:Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa: I. Setiawan, K.A. Tengadi, A.S. Edisi 9. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC. Hal: 1076-91.
Hasan, M.N. 2008. Hindari Sindrom Metabolik dengan Vitamin. http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=163785&actmenu=45 (16 Maret 2010).
Hoogt, V.D.C.C., Haan, W.D., Westerterp, M., Hoekstra, M., Dallinga-Thie,
G.M., Romijin, J.A., Princen, H.M.G.,et al.. 2007. Fibrate reduces trigliceride by incresing clearence of VLDL and inhibiting liver synthesis of VLDL. J.L.R. 48:1763-81.
ICBF. 1992. Table De Compisition de alimentos. 6th ed. In: El Cultivo de Pitaya
y su Positionmiento en el Mercardo.http:// www.angelfire.com/ia2/ingenieriaagricola/pitaya.htm.(16 Maret 2010).
Irwan, A.F. 2008. Dislipidemia.
http://freemedicarticles.blogspot.com/2008/04/dislipidemi.html (5 Maret 2010)
Jacobs, D. 1999. Pitaya (Hylocereus undatus), a potential new crop for Australia. Australian New Crops Newsletter 11: 16.
Jeppesen J, Hein OH, Suadicani P, Gyntelberg S. 1998. Triglyceride concentration and ischemic heart disease. Circulation. 97:1029-36
Kamanna, V.and Kashyap, M. 2003. Mechanism of action of niacin. The
American Journal of Cardiology. Volume 101, Issue 8. Pp: S20-S26
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed 8. Diterjemahkan oleh: Dr. Dripa Syabana dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 435-440.
Koeman, J. H. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 77-78.
Kristanto, D. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Jakarta: Penebar Swadaya
Kritchevsky, M. 1996. Animal techniques for evaluating hypocholesteremic drugs. Animal and Clinical Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Edited by Nodine, J.H., pp: 193-197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kumalaningsih, S. 2007. Antioksidan, Sumber & Manfaatnya. http://antioxidantcentre.com/index.php/Antioksidan/3.-Antioksidan-Sumber-Manfaatnya.html. (12 Maret 2010).
Lawrence, G.S. Sindrom metabolik merupakan manifestasi dari keadaan
inflamasi. J Med Nus 26:48-57
Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. Hal: 37-8.
Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I., Setiowulan W. (eds). 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. hal: 588
Malole MBM, SU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat AntarUniversitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Meigs, J. B. 2003.The metabolic syndrome. British Medical Jurnal. 327:61-2.
Morton, J.F. 1987. Fruits of Warn Climates Strawberry Pear.Miami: Florida Flair Books. Pp: 347-8, 505
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. 2003. Bioenergetika dan metabolisme karbohidrat serta lipid. In : Ana P.B. dan Tiara M.N. (eds). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 276 – 283.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. 2002. Obat antilipidemia.In : Farmakologi ulasan bergambar. Edisi 2. Alih Bahasa: Misnadiarly. Jakarta: Widya Medika
Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM.
Norhayati H., 2006. Komposisi Kimia dan Aktiviti Antioksidan Buah Pitaya Merah (Hylocereus Sp.) dan Kesan ke Atas Paras Glukosa dan Profil Lipid Tikus yang diaruh Hiperglisemia. Universitas Putra, Malaysia. [Tesis].
Nugroho, H.S.W. 2008. Metabolisme Lipid.
http://static.schoolrack.com/files/14204/34773/5-metabolisme_lipid.doc (16Maret 2010)
Panjuantiningrum, F. 2009. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih yang Diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta [Skripsi].
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). 2007. Sindroma Metabolik. In :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. hal: 1849-51.
Pratomo. 2008. Manfaat dari pangan fungsional. Suara Merdeka, Jumat 12 September 2008.
Phyto Medica. 1993. Anti Hiperlipidemia. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka dan Pengujian Klinik. Jakarta, Hal: 38-45.
Sampurna, L. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Hal: 1.
Santoso, M. dan Setiawan, T. 2005. Penyakit jantung koroner. Cermin Dunia Kedokteran. 147: 5-9
Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta. pp : 37-8.
Soehardjono, D. 1993. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 207
Sotyaningtyas, C. 2007. Sehat & Segar dari Alam. http://theeazayoe.blogspot.com/2007_07_01_archive.html (6 Maret 2010)
Sugiyanto. 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi. Edisi IV. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi dan Taksonomi UGM. Hal:11-2
Sulistia, G.G. 2005. Hipolipidemik. In : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru. Hal: 373-88
Suriawiria, H.U. 2008. Omega 3 Ikan Mengurangi ancaman Sakit Jantung! http://bankjamal.blogdetik.com/2008/08/(10Maret 2010 )
Suryono, J.2006. Mengkonsumsi buah naga untuk obati berbagai penyakit. Sinar
Tani, Edisi 15-21 Februari 2006
Sutomo, B. 2007. Buah naga merah segar dan berkhasiat. http://id.shuoong.com/exact-sciences(6 Maret 2010)
Suyatna, F.D. 2007. Hipolipidemik. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Gaya Baru. Hal: 373-388.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tjokronegoro, A., 1992. Semiloka Etik Penelitian Obat Tradisional.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 27-9.
U.S. Departement of Health and Human Services. 2001. Third Report of the National Cholesterol Education Program Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (Adult Teratment Panel III). NIH Publication No. 01-3670
Wart, P. 2004. Rats! Rodents and Human are Similiar. Well Source, Inc.
Wibowo, B. 2008.Manfaat Buah Naga (Dragon Fruit). http://benyali wibowo.wordpress.com/2008/03/10/manfaat-buah-naga-dragon-fruit-2/. (5 Agustus 2010).
Widiharto, M. 2008. Hiperkolesterolemia. http://puskesmas-
sleman.net/Artikel_Pertama.html. (16 Maret 2010).
Widmmann, F.K., 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Clinical Interpretation of Laboratory Tests). Jakarta: EGC. hal: 261.
Witjaksono, F. 2006. Bahaya dari kolesterol tinggi. http://www.arekprobolinggo.net/blog/2006/11/10/bahaya-dari-kolesterol-tinggi/ (3 Juli 2010)