METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

9
TUGAS ILMU PENYAKIT TANAMAN KD-2 METODE PENGENDALIAN Phytophthora palmivora PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO (Theobroma cacao L.) DISUSUN OLEH : RIA AYUDYA H0713154 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

description

METODE PENGENDALIAN Phytophthora palmivora PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO (Theobroma cacao L.)

Transcript of METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

Page 1: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

TUGAS ILMU PENYAKIT TANAMAN KD-2

METODE PENGENDALIAN Phytophthora palmivora PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO (Theobroma cacao L.)

DISUSUN OLEH :

RIA AYUDYA

H0713154

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2015

Page 2: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

METODE PENGENDALIAN Phytophthora palmivora PENYEBAB

PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENDAHULUAN

Phytophthora spp. merupakan salah satu patogen penyebab penyakit penting

pada tanaman kakao. Patogen ini dapat menyebakan penyakit busuk buah, kanker

batang, dan hawar daun yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

tanaman kakao bahkan dapat menurunkan produksi buah kakao. Penyakit busuk

buah merupakan penyakit yang paling penting karena Phytophthora spp. dapat

membuat buah kakao menjadi busuk sampai pada biji kakao, hal ini menyebabkan

kerugian karena dapat menurunkan produksi.

Metode pengendalian telah banyak dikembangkan untuk mengatasi

penurunan produksi akibat penyakit ini. Penggunaan fungisida merupakan

alternatif terakhir dan hampir tidak disarankan dikarenakan dampak buruk yang

ditimbulkannya pada lingkungan. Metode pengendalian yang disarankan dan

sedang dikembangkan saat ini adalah secara mekanik dengan menyungkup buah

kakao, dengan memanfaatkan jamur antagonis ataupun tindakan pencegahan

dengan mengatur sanitasi kebun.

METODE PENGENDALIAN Phytophthora palmivora

Metode pengendalian cendawan Phytophthora palmivora telah banyak

dikembangkan oleh peneliti penyakit tanaman di dunia ini. Pengendalian secara

mekanik dapat dilakukan dengan cara menyungkup atau membrangkas buah

kakao menggunakan plastik. Rosmana et al. (2010) melakukan penelitian di

Sulawesi Selatan dengan menggunakan dua jenis pembungkus plastic (non-

degradable dan biodegradable) yang dikombinasikan dengan pengaplikasian

nematode. Pada buah yang dibungkus plastic non-degradable, insiden penyakit

hampir nol atau tidak terjadi setelah 6 minggu pembungkusan. Akan tetapi dengan

menggunakan plastic degradable, penekanan penyakit bisa lebih lama yaitu

sampai 7 minggu setelah pembungkusan. Saat pengaplikasian nematode

Page 3: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

Steinernema carpocapsae pada buah yang dibungkus, infeksi PPR (Phytophthora

Pod Rot) terjadi lebih awal. Hasilnya, perlakuan paling efektif untuk mngontrol

busuk buah Phytophthora adalah dengan membungkus buah kakao menggunakan

plastic degradable tanpa pemberian nematode.

Penggunaan jamur antagonis untuk mengendalikan serangan cendawan

Phytophthora palmivora telah dikembangkan oleh beberapa peneliti di dunia.

Penelitian yang dilakukan oleh Efendi et al. (2014) mendapatkan jamur saprofit

yang ditemukan dari serasah kulit kakao sebanyak 9 isolat jamur saprofit dan 7

genus yang telah teridentifikasi yaitu, Candida sp., Penicillium sp., Fusidium sp.,

Rhizopus sp., Chepalosporium sp., Trichoderma sp., dan Aspergillus sp. Daya

antagonis jamur saprofit terhadap P. palmivora (in-vitro) tertinggi oleh

Trichoderma sp.2 sebesar 69,17 % dan terendah oleh Chepalosporium sp. 16,66

%. Dari hasil uji penghambatan luas bercak busuk buah kakao, jamur saprofit

berpengaruh sama terhadap perkembangan luas bercak busuk buah kakao. Jamur

saprofit yang menunjukkan kemampuan tertinggi dalam mendekomposisi kompos

kulit kakao adalah, Fusidium sp. (5,18 kg). Jamur saprofit yang mampu menekan

perkembangan P. palmivora dalam kompos kulit kakao adalah Trichoderma sp.2

(0,53 x 104).

Beberapa peneliti kemudian berfokus pada penggunaan Trichoderma sp.

Untuk mengendalikan serangan cendawan Phytophthora palmivora pada buah

kakao. Mbarga et al. (2014) menyatakan bahwa penyemprotan minyak dengan

formulasi Trichoderma asperellum secara sempurna menghambat perkembangan

penyakit. Saat disemprotkan pada klon tanaman kakao yang sangat sensitif

terhadap P. megakarya di lapangan, performa formulasi ini lebih baik daripada

fungisida sintetis dalam hal tingkat dan durasi perlindungan. Penggunaan

Trichoderma sp. untuk mengontrol intensitas infeksi Phytophthora selain dengan

formulasi semprot, juga dapat digunakan dalam bentuk tablet yang kemudian

disuspensikan. Asrul (2009) menyatakan bahwapemberian formulasi kering

berbentuk tablet Trichoderma spp dengan dosis 4 butir ke dalam tanah (setelah di

encerkan dalam 10 ml air steril), merupakan perlakuan dosis yang paling efektif

Page 4: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

dan efisien dalam menghambat luas bercak Phytophthora palmivora pada buah

kakao, dengan daya hambatnya mencapai 99,99%.

Aplikasi T. asperellum pada konsentrasi 4 g L-1 dapat menghambat

kemunculan penyakit BBP sekitar 50% di musim hujan. Hasil proteksi yang sama

diperoleh dengan penggunaan pestisida kimiawi sintetis yang diaplikasikan

berulang dengan interval satu minggu selama kurang lebih 3–4 bulan oleh petani

kakao. Setelah enam bulan aplikasi, sejumlah buah terdeteksi mengandung T.

asperellum yang sama. Hal ini merupakan bukti pertama yang menunjukkan

bahwa T. asperellum dapat bertahan lama pada pertanaman kakao (Hakkar et al.

2014). Penelitian lain mengenai tingkat efektivitas Trichoderma sp. dalam

menekan perkembangan Phytophthora palmivora dilakukan oleh Umrah et al.

(2014) menghasilkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata antara kontrol dengan

perlakuan buah yang diinokulasi P. palmivora dan Trichoderma koningii (T-D),

perlakuan buah yang diinokulasi P. palmivora dan Trichoderma sp (T-E),

perlakuan buah yang diinokulasi P. palmivora dan Trichoderma sp (T-G),

masing-masing dalam bentuk tunggal dan campuran, semuanya tidak terlihat

adanya bercak. Hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma dalam bentuk tunggal

dan campuran tersebut mempunyai kemampuan secara efektif dalam menekan

perkembangan P palmivora pada buah kakao. Namun Trichoderma sp T-G yang

akan dikembangkan lebih lanjut sebagai agen pengendali hayati, berdasarkan

sporulasi, antagonisitas dan efektivitas tertinggi dalam menekan perkembangan P.

palmivora pada buah kakao.

Agen hayati lain seperti bakteri ternyata juga dapat digunakan untuk

menghambat perkembangan P. palmivora. Pratama et al. (2013) menyatakan

bahwa bakteri P. fluorescence dan B. subtilis mampu menghambat pertumbuhan

jamur P. palmivora berdasarkan persentase penghambatan. Berdasarkan kriteria

keefektifan yang diperoleh menunjukkan bahwa lebar zona bening B. subtilis

menghasilkan luas area lebih lebar terhadap jamur P. palmivora dibandingkan

dengan P. fluorescence. B. subtilis dan P. fluorescence efektif digunakan sebagai

agens hayati.

Page 5: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

KESIMPULAN

Beberapa metode pengendalian cendawan Phytophthora palmivora

penyebab penyakit busuk buah kakao antara lain pengendalian mekanik dengan

cara menyungkup atau membungkus buah kakao dengan menggunakan plastik.

Plastic biodegradable lebih efektif untuk mencegah cendawan Phytophthora

palmivora menginfeksi buah kakao. Pengendalian dengan menggunakan agen

hayati dengan memanfaatkan jamur antagonis dan bakteri. Trichoderma spp.

terbukti dapat menghambat perkembangan cendawan P. palmivora. Selain itu,

bakteri Pseudomonas fluorescence dan Bacillus subtilis mampu menghambat

pertumbuhan jamur P. palmivora berdasarkan persentase penghambatan.

Page 6: METODE PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO

DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2009. Uji Daya Hambat Jamur Antagonis Trichoderma spp dalam Formulasi Kering Berbentuk Tablet terhadap Luas Bercak Phytophthora palmivora pada Buah Kakao. J. Agrisains 10(1): 21-27.

Efendi S, Liliek S dan Abdul C. 2014. Potensi Jamur Antagonis dari Serasah Kulit Buah Kakao untuk Menekan Perkembangan Phytophthora palmivora (Pythiales : Phythiaceae) pada Buah dan Kompos Kulit Kakao. J. HPT 2(3): 121-130.

Hakkar AA, Ade R, Muhammad DR. 2014. Pengendalian Penyakit Busuk Buah Phytophthora pada Kakao dengan Cendawan Endofit Trichoderma asperellum. J. Fitopatologi Indonesia 10(5): 139-144.

Mbarga JB, BAD Begoudea, Z Ambang, M Meboma, J Kuate, B Schiffers, W Ewbankd, L Dedieue, GM ten Hoopen. 2014. A New Oil-Based Formulation of Trichoderma asperellum for the Biological Control of Cacao Black Pod Disease Caused by Phytophthora megakarya. Biological Control 77:15-22.

Pratama SW, Sri S, Iis NA dan Yeni VE. 2013. Penghambatan Pertumbuhan Jamur Patogen Kakao Phytophthora palmivora oleh Pseudomonas fluorescence dan Bacillus subtilis. Pelita Perkebunan 29(2): 120-127.

Rosmana A, Merle S, Prakash H, dan Anita M. 2010. Control of Cocoa Pod Borer and Phytophthora Pod Rot Using Degradable Plastic Pod Sleeves and A Nematode, Steinernema carpocapsae. Indonesian Journal of Agricultural Science 11(2): 41-47.

Umrah, Tjandra A, Rizkita RE, I Nyoman PA. 2009. Antagonisitas dan Efektivitas Trichoderma sp dalam Menekan Perkembangan Phytophthora palmivora pada Buah Kakao. J. Agroland 16(1): 9-16.