Menjaga Lingkaran Energi

3
Menjaga Lingkaran Energi: Menyelamatkan Kehidupan Oleh: Muhammad Abdul Manaf Tanpa kita sadari, kita hidup dalam pusaran energi yang berputar terus menerus. Sesuai dengan hukum kekekalan energi yang dicetuskan oleh James Prescott Joule, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat musnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk. Kita, sebagai manusia adalah makhluk yang menyadari hukum ini, maka dengan akal kita, kita menangkap angin yang berembus menjadi listrik dengan bantuan kincir angin, membakar bensin untuk menggerakkan kendaraan bermotor, bahkan lebih jauh lagi kita sudah dapat mengeskplorasi energi fusi atom untuk dimanfaatkan. Sayangnya, eksplorasi yang kita lakukan sering mengabaikan pemikiran mengenai dampak apa yang akan kita timbulkan ke lingkungan. Sehingga dengan serakah kita mengerksplorasi alam ini demi kepentingan kita tanpa memikirkan makhluk lain yang mungkin terkena dampak dari kegiatan kita. Satu persatu dampak dari keserakahan kita mulai menampakan taringnya. Kekeringan, polusi, hujan asam, hilangnya biodiversitas, hingga global warming hanya merupakan sedikit dari dampak yang kita ciptakan. Semua aktivitas yang kita lakukan membutuhkan energi. Energi yang kita lakukan untuk melakukan setiap aktivitas selalu meninggalkan jejak, karena efisiensi energi tidak bisa mencapai 100%. Maka, setiap apa yang kita lakukan selalu menimbulkan efek ke lingkungan dan menciptakan yang namanya lingkaran energi. Sebagai contoh, setiap aktivitas yang kita lakukan selalu meninggalkan jejak karbon. Jejak karbon tersebut mengandung emisi gas rumah kaca seperti CO 2 maupun gas metana. Gas-gas tersebut kemudian ke udara bergabung dengan awan, beberapa hingga ke atmosfer dan akhirnya berefek ke rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan perubahan iklim dan kemudian berefek kembali ke manusia dan makhluk lain di bumi. Akibatnya bisa bermacam- macam. Dari mencairnya gletser yang ada di kutub hingga punahnya beberapa spesies di bumi.

description

Lingkaran energi yang perlu dijaga, karya M A Manaf

Transcript of Menjaga Lingkaran Energi

Page 1: Menjaga Lingkaran Energi

Menjaga Lingkaran Energi: Menyelamatkan Kehidupan

Oleh: Muhammad Abdul Manaf

Tanpa kita sadari, kita hidup dalam pusaran energi yang berputar terus menerus. Sesuai dengan hukum kekekalan energi yang dicetuskan oleh James Prescott Joule, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat musnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk. Kita, sebagai manusia adalah makhluk yang menyadari hukum ini, maka dengan akal kita, kita menangkap angin yang berembus menjadi listrik dengan bantuan kincir angin, membakar bensin untuk menggerakkan kendaraan bermotor, bahkan lebih jauh lagi kita sudah dapat mengeskplorasi energi fusi atom untuk dimanfaatkan.

Sayangnya, eksplorasi yang kita lakukan sering mengabaikan pemikiran mengenai dampak apa yang akan kita timbulkan ke lingkungan. Sehingga dengan serakah kita mengerksplorasi alam ini demi kepentingan kita tanpa memikirkan makhluk lain yang mungkin terkena dampak dari kegiatan kita. Satu persatu dampak dari keserakahan kita mulai menampakan taringnya. Kekeringan, polusi, hujan asam, hilangnya biodiversitas, hingga global warming hanya merupakan sedikit dari dampak yang kita ciptakan.

Semua aktivitas yang kita lakukan membutuhkan energi. Energi yang kita lakukan untuk melakukan setiap aktivitas selalu meninggalkan jejak, karena efisiensi energi tidak bisa mencapai 100%. Maka, setiap apa yang kita lakukan selalu menimbulkan efek ke lingkungan dan menciptakan yang namanya lingkaran energi. Sebagai contoh, setiap aktivitas yang kita lakukan selalu meninggalkan jejak karbon. Jejak karbon tersebut mengandung emisi gas rumah kaca seperti CO2 maupun gas metana. Gas-gas tersebut kemudian ke udara bergabung dengan awan, beberapa hingga ke atmosfer dan akhirnya berefek ke rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan perubahan iklim dan kemudian berefek kembali ke manusia dan makhluk lain di bumi. Akibatnya bisa bermacam-macam. Dari mencairnya gletser yang ada di kutub hingga punahnya beberapa spesies di bumi.

Semua aktivitas yang kita lakukan membutuhkan energi. Energi yang kita lakukan untuk melakukan setiap aktivitas selalu meninggalkan jejak, karena efisiensi energi tidak bisa mencapai 100%. Maka, setiap apa yang kita lakukan selalu menimbulkan efek ke lingkungan. Hal yang paling sering diamati adalah jejak karbon (Carbon footprint) manusia. Jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, peristiwa (event), produk atau individu yang biasa dihitung pertahun dan menggunakan satuan setara dengan CO2 (CO2-eq). Emisi tersebut kita keluarkan dari kegiatan sehari-hari dan berefek terhadap lingkungan, seperti climate change dan global warming.

Berdasarkan World bank online database tahun 2004 [http://www.eoearth.org/article/Carbon_footprint] , rata-rata emisi karbon per kapita di Indonesia pada tahun 2002 adalah 1,8 ton setara CO2. jejak karbon tersebut berasal dari berbagai aktivitas mereka, seperti pengeluaran listrik, sampah, dan transportasi. Meskipun relatif kecil dibandingkan dengan

Page 2: Menjaga Lingkaran Energi

negara-negara yang lain seperti Amerika yang mencapai 20 ton CO2 –eq perkapita pertahun, kegiatan kita dalam merusak lingkungan malah lebih parah dibandingkan negara lain.

Indonesia yang mengandung tingkat biodiversitas no. --- di dunia, juga merupakan no. – dalam kerusakan lingkungan. Penebangan hutan, polusi, dan pengrusakan laut juga menyumbang kerusakan lingkungan yang membuat bumi menangis. Akibatnya bisa kita lihat sekarang ini. Ketika musim hujan seperti sekarang ini, hujan yang turun semakin jarang (tingkat menurun curah hujan berapa persen), kekeringan di sejumlah daerah (dimana saja). Bahkan, sungai Citarum yang menghidupi 5 juta orang di kategorikan sebagai sungai paling tercemar di dunia (Ensiclopedy of Britannica, The Environment). Hal itu merupakan akibat dari limbah industry dan agrokimia yang menyumbang jumlah besar polusi.

Saya tinggal di asrama di daerah Tlogowaru- Malang, yang merupakan daerah yang dikenal dengan tingkat curah hujan yang rendah. Penduduk disini menggantungkan kebutuhan air mereka pada sumur atau Hipam (Himpunan Pengguna Air Minum) yang hanya ada 3 untuk memenuhi kebutuhan sekitar 5000 warga. Beberapa warga menggantungkan kebutuhan mereka menggunakan air sungai irigasi yang kotor untuk kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Dengan adanya perubahan iklim, penduduk disini kadang-kadang kekurangan air. Bahkan, saya dan teman-teman di asrama kadang-kadang kelimpungan mencari air bersih untuk mandi karena pompa tidak mengeluarkan air.

Lingkaran energi yang ada di dunia ini, bagaikan jaring-jaring yang saling mempengaruhi dan membentuk lingkaran. Apa yang kita lakukan akan berefek ke lingkungan. Misalnya, kita menebang pohon di lahan. Pohon di lahan tersebut yang seharusnya bisa menyerap air dan menjadi rumah bagi makhluk hidup lain menjadi hilang. Air tidak bisa diserap kemudian bisa menimbulkan banjir saat musim penghujan. Pada saat musim kemarau, tidak ada pasokan air yang menyebabkan kekeringan. Imbasnya tidak hanya dirasakan oleh manusia sebagai actor utama, tetapi juga mencaplok makhluk hidup lain yang tidak bersalah. Itulah lingkaran energi. Semuanya berputar dan saling berkaitan.