MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA · PDF fileMELALUI METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS...

download MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA · PDF fileMELALUI METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS XII AP SEMESTER GASAL SMK NEGERI 1 ... Tindakan Kelas (PTK) ... matematika di kelas XII

If you can't read please download the document

Transcript of MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA · PDF fileMELALUI METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS...

  • Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

    69

    MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS XII AP

    SEMESTER GASAL SMK NEGERI 1 JOGONALAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

    Oleh : Dewi Yuningrih

    Email : SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar Matematika melalui metode jigsaw bagi siswa kelas XII Administrasi Perkantoran semester gasal SMK Negeri 1 Jogonalan . Klaten Tahun Pelajaran 2015 / 2016.

    Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII AP semester gasal SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten. Sumber data dari penelitian adalah siswa. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dokumentasi, dan studi lapangan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing masing terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kemandirian belajar siswa. Analisis data dalam penelitian ini dengan komparatif kritis yang dilengkapi dengan analisis data pencapaian ketuntasan perubahan perilaku sikap kemandirian siswa kelas XII AP semester genap SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2015 / 2016 . Selama Pelaksanaan Tindakan diperoleh data pencapaian ketuntasan perubahan perilaku sikap kemandirian adalah 41, 18%. Dan pencapaia ketuntasan pada Siklus I meningkat menjadi 61,18%. Dan pencapaian ketuntasan pada Siklus II adalah 82,35%. Berdasarkan pencapaian ketuntasan perubahan perilaku sikap kemandirian belajar Matematika denga metode jigsaw maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran metode jigsaw dapat meningkatkan kemandirian belajar Matematika kelas XII semester gasal SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2015 / 2016 pada Standar Kompetensi Statistika.

    I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pilar

    tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjadikan bangsa yang bermartabat. Dalam Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, disebutkan : Pendidikan Nasional Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Mata Pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai SD untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi

  • Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

    70

    untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

    SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang mempunyai bidang keahlian Bisnis Manajemen dan Teknologi Informasi. Siswa diharapkan mempunyai jiwa percaya diri, ulet, mandiri, dan jujur serta berkompeten sesuai dengan program keahliannya. Dalam hal ini matematika merupakan mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhur yaitu komunikasi yang disajikan sangat padat, singkat, dan tidak mendua arti. Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar Matematika sehingga beranggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit dan memerlukan pemikiran yang keras. Terkadang siswa enggan mencoba dan mengatakan tidak bisa sebelum mencoba mengerjakan soal. Siswa cenderung pasif sebelum ada petunjuk dan penjelasan guru dalam mengerjakan soal.

    Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan dalam mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran yang lain. Siswa yang memiliki kemandirian yang baik akan menemukan konsep dan cara belajar sendiri sehingga mampu memahami dan dapat menyelesaikan persoalan. Siswa yang mandiri tidak akan mudah menyerah ketika tidak mampu menyelesaikan seluruh permasalahan, siswa akan berusaha mencari penyelesaian dengan bertanya pada teman yang lebih mengerti dan mencari referensi buku atau melalui media jaringan internet.

    Upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa tidak mudah dicapai secara maksimal, karena banyak faktor yang harus dipahami oleh guru. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar perlu memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpengaruh pada sikap dan prestasi siswa. Penerapan metode pembelajaran

    model jigsaw adalah model cooperative learning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Metode pembelajaran model jigsaw memberikan semangat pada siswa supaya dapat bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap bagian materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Selain itu siswa juga bertanggung jawab untuk menyampaiakn bagian materi yang dipelajarinya pada siswa lain sehingga siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerjasama secara kooperatif.

    Kesadaran siswa di SMK N 1 Jogonalan dalam belajar Matematika masih sangat rendah. Menurut peneliti siswa di kelas XII AP SMK N 1 Jogonalan masih 41% yang mempunyai kesadaran untuk belajar matematika dengan mandiri. Siswa cenderung untuk menunggu guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Pada permasalahan menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar matematika peniliti menggunakan metode pembelajaran metode jigsaw. Siswa diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri. Setiap siswa diberi tugas dalam tanggung jawab untuk mempelajari dan mempresentasikan di hadapan teman temannya dalam satu kelompok yang heterogen kemudian berdiskusi lagi dengan teman di lain kelompok untuk memperdalam materi yang dipelajarinya sehingga menjadi kelompok homogenya yang ahli. Dengan metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat lebih meningkat belajar matematika menjadi 80%, sehingga dapat mencapai 70 sesuai kriteria ketuntasan minimal matematika di kelas XII AP di SMK N 1 Jogonalan.

    Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Metode Jigsaw Bagi

  • Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

    71

    Siswa Kelas XII AP Semester Gasal SMK N 1 Jogonalan Klaten Tahun 2015 adalah : 1. Mempersiapkan siswa untuk sanggup

    menghadapi persiapan di dunia kerja dan dunia industri dengan selalu berkembang dengan kemandirian.

    2. Meningkatkan kesiapan siswa yang berkualitas, mandiri, dan mempunyai kepribadian yang bermoral.

    3. Mengembangkan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhur matematika yaitu sikap kemandirian pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

    4. Mempersiapkan siswa SMK untuk mandiri, kreatif, jujur, dan kompetitif dalam kehidupan diera globalisaasi ini.

    II. TINJAUAN PUSTAKA Kemandirian belajar Matematika

    Kemandirian adalah pilihan atas prioritas ketergantungan kita pada sesuatu. Kemandirian adalah cara kita memandang bagaimana hubungan ketergantungan kita kepada yang lain. Steven Covey menjelaskan 3 tingkatan hubungan ini, yaitu : 1. Bergantung pada yang lain. 2. Mandiri. 3. Membina hubugan saling bergantung.

    Siswa harus dibina agar tidak bergantug pada orang lain. Jika dalam segala hal siswa mengandalkan kemampuan diri untuk berbuat, maka siswa bisa dikatakan mandiri. Kemandirian selalu diikuti dengan kejujuran. Apabila siswa sudah dapat mandiri dalam belajar dan mengerjakan soal-soal dalam mata pelajaran matematika, maka siswa akan bertindak dan berkata dengan sportif dan jujur.

    Kemandirian didiskripsikan sebagai sikap dari perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Zubaedi, 2011: 74). Pribadi yang mandiri berarti mampu memilki pendamping dan pikiran yang jelas, mampu mempu mengambil keputusan sendiri, tidak terpengaruh pada

    orang lain tanpa mengabaiakn saran dari orang lain. Siswa yang mandiri mampu bertindak sesuai dengan nilai yang baik walaupun melawan arus. Utari Sumarno (2004:4) memberikan tiga karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu : 1. Merancang belajar sendiri sesuai

    dengan tujuannya. 2. Memilih strategi kemudian

    melaksanakan rancangan belajarnya. 3. Memantau kemajuan belajar,

    mengevaluasi hasilnya dan dibandingkan dengan standar tertentu.

    Jika penerapan tiga karakteristik kemandirian ini dapat dilaksanakan siswa dengan baik maka kesadaran dan kemandirian siswa dalam belajar Matematika akan maksimal. Penerapan Model Pembelajaran

    Metode pembelajaran model jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Metode jigsaw ini mengarahkan siswa tidak hanya mempelajari bagian materi yang diberikan, tetapi siswa dapat memberikan dan mengajarkan bagian materi tersebut pada kelompoknya.

    Jigsaw dalam bahasa Inggris berarti gergaji, karena teknis penerapan model pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan metode pembelajaran model jigsaw dalam Matematika, yaitu : 1. Membentuk kelompok heterogen yang

    beranggotakan 4-6 orang. 2. Masing-masing kelompok mem