Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

21
MENILIEK SOERABAJA TEMPOE DOELOE Mengekspresikan “spirit of age” ke dalam arsitektur merupakan arti dari Zeitgeist.Waktu merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi arsitektur.sehingga mampu menjadi bukti dari adanya suatu peradaban yang membuat kita seakan-akan berada pada suatu kawasan tertentu, di mana terdapat perbedaan kehidupan sosial masyarakat yang turut membentuk ciri khas arsitektur khususnya dalam penataan pola pemukiman, bentuk bangunan, dan ornament. Berbagai peradaban asing turut membentuk beberapa kawasan di kota Soerabaja, di mana kawasan tersebut menunjukkan semangat waktu yang diwujudkan melalui karya arsitekturnya. Dalam sejarahnya, Soerabaja memiliki kawasan kota lama yang dikenal dengan nama Kota Bawah / Beneden Stad. Meliputi sekitar kawasan Jl. Kembang Jepun, Ampel dan Jl. Rajawali-Veteran, Beneden Stad telah berkembang sejak abad 18 Pada ketentuan Undang-undang Wilayah atau Wijkenstelsel pada tahun 1843, terjadi pemisahan wilayah kota Bawah berdasarkan etnis yaitu permukiman orang Eropa berada di sisi Barat Jembatan Merah dan permukiman masyarakat Timur Asing (Vreande Oosterlingen) berada di sisi Timur. Vreabde Oosterlingen mencakup permukiman Tionghoa (Chineesche Kamp), Arab (Arabische Kamp) dan permukiman masyarakat pribumi yang menyebar di sekitar hunian masyarakat Tionghoa dan Arab. Semula seregrasi ini dimaksudkan sebagai awal perkembangan kota, namun seiring waktu berlalu menjadi teritori spasial yang diwujudkan dengan pola pemukiman berciri yang terlihat jelas khususnya pada karakter bangunan dimana Jembatan merah sebagai batas maupun penghubung kedua pemukiman di kawasan kota lama Soerabaja.

Transcript of Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Page 1: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

MENILIEK SOERABAJA TEMPOE DOELOE

Mengekspresikan “spirit of age” ke dalam arsitektur merupakan arti dari Zeitgeist.Waktu merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi arsitektur.sehingga mampu menjadi bukti dari adanya suatu peradaban yang membuat kita seakan-akan berada pada suatu kawasan tertentu, di mana terdapat perbedaan kehidupan sosial masyarakat yang turut membentuk ciri khas arsitektur khususnya dalam penataan pola pemukiman, bentuk bangunan, dan ornament.

Berbagai peradaban asing turut membentuk beberapa kawasan di kota Soerabaja, di mana kawasan tersebut menunjukkan semangat waktu yang diwujudkan melalui karya arsitekturnya. Dalam sejarahnya, Soerabaja memiliki kawasan kota lama yang dikenal dengan nama Kota Bawah / Beneden Stad. Meliputi sekitar kawasan Jl. Kembang Jepun, Ampel dan Jl. Rajawali-Veteran, Beneden Stad telah berkembang sejak abad 18

Pada ketentuan Undang-undang Wilayah atau Wijkenstelsel pada tahun 1843, terjadi pemisahan wilayah kota Bawah berdasarkan etnis yaitu permukiman orang Eropa berada di sisi Barat Jembatan Merah dan permukiman masyarakat Timur Asing (Vreande Oosterlingen) berada di sisi Timur. Vreabde Oosterlingen mencakup permukiman Tionghoa (Chineesche Kamp), Arab (Arabische Kamp) dan permukiman masyarakat pribumi yang menyebar di sekitar hunian masyarakat Tionghoa dan Arab.

Semula seregrasi ini dimaksudkan sebagai awal perkembangan kota, namun seiring waktu berlalu menjadi teritori spasial yang diwujudkan dengan pola pemukiman berciri yang terlihat jelas khususnya pada karakter bangunan dimana Jembatan merah sebagai batas maupun penghubung kedua pemukiman di kawasan kota lama Soerabaja.

KEMBANG DJEPUN

Kembang Djepun awalnya dinamakan handelstraat (handel; perdagangan dan straat ; jalan). Pada masa pendudukan Jepang, banyak prajurit Jepang menyinggahi kawasan ini untuk bertemu gadis-gadis lokal yang sering dijuluki ‘kembang’. Kata ‘Jepun’ sendiri adalah sebutan lain dari Jepang. Sejak itulah jalur ini disebut Jalan Kembang Jepun. Kawasan ini dulunya adalah kawasan bisnis utama dan pusat kota Surabaya. Saat ini, kawasan Kembang Jepun telah banyak mengalami perubahan.Ruas jalan kawasan Kembang Jepun mulai tahun 1970 mulai diperlebar, sehingga memudahkan dalam transportasi darat.Toko-toko dagang etnis Tionghoa mulai berubah fungsinya, dari Ruko (Rumah Toko) menjadi toko biasa selayaknya umumnya.

Page 2: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Meskipun telah banyak mengalami perubahan fungsi, tetapi bangunan di kawasan Kembang Jepun tetap mengadopsi bentuk ruko.Hal in tampak dari bentuk bangunan yang memanjang vertikal ke atas.Bangunan pada lantai 1, banyak difungsikan sebagai toko sehingga banyak menggunakan pintu jenis folding gate.Bentuk dasar dari ruko di daerah ini dindingnya terbuat dari bata dan atapnya berbentuk perisai dari genting. Setiap unit dasar mempunyai lebar 3 sampai 6 meter, dan panjangnya kurang lebih 5 sampai 8 kali lebarnya. Pada setiap unit ruko terdapat satu atau dua meter teras sebagai transisi antara bagian ruko dan jalan umum. Bentuk ruko yang sempit dan memanjang tersebut menyulitkan pencahayaan dan udara bersih yang sehat masuk kebagian tengah dan belakang.Untuk mengatasi hal itu biasanya diberikan solusi dengan pembukaan dibagian tengahnya, yang bisa langsung berhubungan dengan langit (courtyar/ patio).

Page 3: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

\Adanya permainan jendela dan pintu yang berbentuk lengkung menunjukkan bahwa bentuk bangunan masih banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial.Penggunaan ornamen-ornamen oriental tidak banyak digunakan pada kawasan utama kembang jepun.Tetapi begitu memasuki kawasan yang lebih dalam, suasana oriental lebih terasa dominan.

Salah satu bentuk aplikasi budaya Cina dapat ditemui di kawasan Kembang Jepun bagian dalam.Arsitektur Cina ini dapat dengan mudah dikenali karena bentuk atap yang berbeda serta adanya penggunaan ornamen – ornamen oriental.

aJenis atap prlana dengan ujung yang melengkung ke atas yang disebut dengan model Ngang Shan banyak ditemui di kawasan ini. Serta pengaplikasian ornamen – ornamen oriental yang dipercaya memiliki arti – arti tertentu.

Page 4: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Arsitektur cina banyak menggunakan Ornamen yang ada beragamseperti ornamen motif geometris, tanaman, binatang, dan legenda.Ornamen-ornamen ini memiliki arti tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat Tiong Hua.

Page 5: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

1. Warna merah merupakan simbol dari unsur api (huo), yang melambangkan kegembiraan, harpan, keuntungan dan kebahagiaan

2. Warna kuning merupakan simbol dari unsur tanah (Tu) yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan

3. Penggunaan pola ornamen geometri yang simetri. Sebagai simbol keseimbangan.4. Penggunaan patung singa dalam bentuk arca batu yang biasanya sepasang yaitu jantan dan

betina. Singa melambangkan keadilan dan kejujuran hati.5. Motif tanaman digunakan sebagai lambang panjang umur, kesabaran dan kebijakan6. Elemen-elemen struktural yang terbuka disertai dengan ornamen ragam hias. Detail-detail

konstruktif seperti penyangga atap (tou kung), atau pertemuan antara kolom dan balok dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi.

7. Penggunaan cermin pada pintu masuk bangunan dipercaya untuk mengusir setan.

KESIMPULAN:

Walaupun merupakan kampung pecinan, tetapi arsitektur di kawasan utama Kembang Jepun banyak di dominasi oleh arsitektur kolonial.Hal ini dikarenakan pada masa itu, warga masih menggunakan arsitektur bekas jajahan Belanda.Hanya Ada perubahan perubahan kecil seperti pintu, jendela yang mengaplikasikan desain Tionghoa.Pengaplikasian bentuk ruko pada bangunan dipertahankan karena pada saat itu, kawasan ini menjadi salah satu pusat dagang di Surabaya.Beberapa arsitektur Tionghoa dapat ditemukan di gang – gang kecil dalam kawasan Kembang Jepun yang difungsikan menjadi klenteng atau rumah penduduk.

Page 6: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

PEMUKIMAN ARAB (ARABISCHE KAMP)

Kampung Arab Surabaya terletak di sisi utara Kembang Jepun di mana sebagian besar kawasan ini merupakan hunian rumah tinggal.Jalan utama pada kawasan ini merupakan jalan Ampel Suci dimana para pedagang dan pembeli bertemu sepanjang jalan menuju ke Masjid Sunan Ampel.Sedangkan, Masjid Sunan Ampel yang awalnya digunakan sebagai tempat berkumpulnya para wali dan ulama dalam upaya dakwah di tanah Jawa merupakan pusat kegiatan di kawasan tersebut sehingga penataan lingkungan ini berpusat pada masjid Ampel.Orientasi perkampungan Arab ke arah dalam inilah yang menyebabkan kawasan Ampel terkesan tertutup dari lingkungan luar kawasan.

P e n a t a a n l i n g k u n g a n i n i b e r p u s a t p a d a m a s j i d A m p e l , s e h i n g g a p e r k a m p u n g a n y a n g a d a

mempunyai orientasi ke arah dalam.Hal inilah yang menyebabkan kawasan Ampel terkesan tertutup dari lingkungan di luar kawasan tersebut.Pola penggunaan lahan pada kawasan secara umum tidak banyak berubah yaitu sebagai permukiman kampung dengan arsitektur rumah tinggal yang beragam terutama pada jalan atau gang-gang yang menuju ke arab masjid Ampel.

Page 7: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Akses keluar masuk kawasan kampung arab cukup rumit dimana terdiri dari beberapa gang yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Jarak jalan di gang- gang cukup sempit dan memanjang sehingga tidak jelas akses keluar masuk ke pusat kawasan tersebut, masjid Ampel.

Umumnya hunian rumah tinggal di kawasan kampung Arab memiliki tatanan bukaan yang simetris dengan pintu ditengah dan dua jendela di antara pintu. Baik pintu maupun jendela memiliki dua layer penutup yang terdapat ornament geometris (garis vertical ) pada setiap bukaan yang ada.

Page 8: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Terdapat lubang udara/ ventilasi di atas pintu/ jendela dengan dominasi bentuk lengkung (biasanya terbentuk dari besi atau batu bata cetak) yang merupakan ciri khas dari gaya arsitektur timur tengah.

Akses masuk guna memasuki area masjid ampel dapat melalui berbagai arah.Akses utama

yang dikenal dengan jalan ampel suci merupakan daerah kios perdagangan dimana ujung lorong Ampel Suci adalah pelataran Masjid Sunan Ampel.

Page 9: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Terdapat gapura sebagai pembatas antara halaman masjid Ampel dan lorong kios sehingga secara tidak langsung gapura-gapura yang ada merupakan batas ruang luar dari masjid Ampel.Gapura sendiri merupakan simbol dari rukun Islam yang memiliki ornamen berhias motif dan dan kelopak bunga.

Bentuk bangunan Masjid Ampel dimana sebagai pusat dari kawasan pemukiman Arab, terasa kental nuansa budaya Arab yang tampak dari ornament-ornamen yang menghiasi masjid seperti

Terdapat ornamen-ornamen pada ventilasi yang menerapkan bentukan geometric seperti bintang, wajik, dll yang merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur timur tengah.

Page 10: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Selain pada daerah ventilasi, ornamen lengkung ( rib arch ) khas timur tengah juga didapati di antara kolom pada sekeliling masjid.

Terdapat sentuhan colonial pada kolom yang terdapat disekeliling luar bangunan .

Page 11: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Terdapat tempat berwudhu pada akses awal masuk area masjid yang berbentuk melingkar dengan atap kerucut segi enam berbahan genteng.Terdapat ornamen kuningan di puncak atapnya dimana merupakan lambing dari rukun iman.

Saat memasuki area masjid Ampel, dapat terlihat menara tunggal yang menjulang setinggi lima puluh meter yang turut menandakan keberadaan masjid. Atap masjid Ampel berbentuk limasan, yang merupakan ciri khas arsitektur masjid jaman walisongo, dengan ornamen seperti bentuk mahkota pada puncaknya

Page 12: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Ruang utama pada masjid memakai kolom kayu sebagai penopang atap dengan ornamen kuningan dan kaligrafi Arab pada bagian bawah kolom yang bertumpu pada umpak berlapis keramik berbentuk segi delapan.Kolom-kolom tersebut berjumlah 16 buah dengan ketinggian 17m yang memiliki makna tujuh belas jumlah rakaat salat dalam sehari.

KESIMPULAN :

Kehidupan sosial di kawasan Kampoeng Arab , sangat kental terasa perbedaannya terhadap kawasan lain yang ditonjolkan dengan adanya perbedaan budaya, aktivitas masyarakat, bangunan publik ,serta ciri khas arsitektur yang menjadi identitas dari kawasan ini. Arsitektur pada kawasan ini didominasi dengan gaya Timur Tengah sesuai peradaban lampau saat pendatang dari Arab ( Timur Tengah ) memasuki kota Soerabaja. Bukti adanya peradaban tersebut dapat dilihat dari unsur – unsur arsitekturnya, seperti pola pemukiman, bentuk bangunan, serta ornament dekoratif pada bangunannya. Dimana hal tersebut membuat kawasan Kampoeng Arab ini mampu menunjukkan spirit of age dari peradaban lampau dengan gaya arsitektur yang sesuai dengan peradaban tersebut yang dibawa sampai sekarang. Jadi, kawasan kampoeng Arab mampu menunjukan spirit of age.

Page 13: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

KAWASAN JEMBATAN MERAH

Jembatan merah dibentuk atas kesepakatan Pakubowo II dari Mataram dengan VOC sejak 11 November 1743. Dalam perjanjian disebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme Belanda. Sejak saat itu, daerah Jembatan Merah menjadi kawasan komersial dan menjadi jalan satu-satunya yang menghubungkan Kalimas menuju Gedung Keresidenan Surabaya sebagai pusat pemerintahan VOC.

Pusat suatu kota merupakan sebuah lingkungan buatan yang sangat berharga, karena ditempat tersebut adalah bagian tertua dari kota dengan sejarah panjang ratusan tahun yang lalu. Sebagai sebuah kota yang memiliki sejarah panjang, Kota Surabaya juga memiliki suatu pusat kota lama yang dikenal juga dengan nama Kota Bawah (beneden stud) yang telah berkembang sejak sekitar abad ke-17 yang lokasinya berada di sekitar kawasan jalan Kembang Jepun, jalan Ampel, dan jalan Rajawali atau Veteran. Dan pada pembahasan kali ini pusat kota lama yang menjadi point utama adalah sepanjang koridor jalan Rajawali. Disepanjang koridor jalan rajawali merupakan kawasan perdagangan jasa dan banyak ditemukan bangunan cagar budaya. Secara administratif jalan Rajawali terletak di Surabaya Utara, tepatnya di Kelurahan Krembangan Utara.

Utara » jalan Pesapean Selatan Selatan » jalan Krembangan Makam

Timur » jalan Kembang Jepun Barat » jalan Indrapura

Page 14: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Sejarah panjang di koridor jalan Rajawali ini terbukti dengan kehadiran berbagai bangunan-bangunan yang didirikan pada periode yang berbeda, yaitu mulai tahun 1870-an sampai dengan tahun 1945-an dengan jenis bangunan arsitektur yang beragam. Dimana sejarah penggunaan lahan pada jalan Rajawali yaitu dimulai dengan :

Tahun 1743-1808

Tahun 1808-1870

Tahun 1870-1945

Tahun 1945 hingga saat ini

Pada koridor jalan rajawali pemanfaatan lahan didominasi oleh fasilitas perdagangan jasa, misalnya pertokoan, plaza, kantor pemerintahan, kantor perbankan, dan hotel. Karakteristik bangunan cagar budaya maka kawasan ini dapat dikembangkan sebagai kawasan perdagangan jasa dengan tetap mempertahankan bangunan cagar budaya. Sepanjang koridor jalan Rajawali dahulu merupakan pusat kota lama dengan berbagai macam bangunan bersejarah yang merupakan bangunan permanen peninggalan jaman penjajahan dengan keanekaragaman gaya arsitekturnya. Citra arsitektur Eropa yang masih terasa kental hingga saat ini, yang disesuaikan dengan iklim lingkungan sekitar. Bentuk bangunan yang dominan adalah arsitektur semi klasik Eropa. Kecenderungan bangunan klasik terlihat dari proporsi dinding bangunan yang menjulang tinggi yang berfungsi sebagai dinding pemikul dan penggunaan pilar-pilar tinggi, serta komposisi bangunan dan detail bangunan. Namun, sebagian besar bangunan-bangunan tua di wilayah tersebut sudah dikelola pemerintah dan swasta. Bangunan-bangunan tersebut sebenarnya dapat menjadi potensi khusus bagi koridor jalan Rajawali untuk menjadikan koridor tersebut sebagai kawasan cagar budaya. Selain potensi berupa bangunan-bangunan bersejarah, seiring dengan berkembangnya jaman bangunan cagar budaya koridor jalan Rajawali mengalami perubahan karakteristik bangunan yang menjadikannya sebagai suatu permasalahan khusus.

Kawasan Permukiman orang Eropa

Pusat Bongkar Muat Barang

Pusat Perdagangan Utama

Perdagangan, Jasa dan Perkantoran

Page 15: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Perubahan fungsi bangunan banyak terjadi pada kawasan ini, yang memprihatinkan adalah perubahan fungsi bangunan yang tidak didukung dengan adanya pemeliharaan gedung. Sedangkan perubahan karakter kawasan kolonial besar terjadi pada koridor jalan Rajawali yaitu dengan adanya beberapa pembangunan baru, seperti Plasa Jembatan Merah, hotel Ibis, bank BRI, dan bank BCA. Sangat disayangkan bahwa pembangunan baru ini dapat merusak karakteristik bangunan-bangunan dengan arsitektur colonial. Namun tidak semua pembangunan baru di koridor tersebut merubah karakter yang ada, salah satu contohnya adalah pembangunan hotel Ibis yang dapat dikatakan sebagai pembangunan bangunan baru yang harmonis dengan lingkungan lamanya. Hotel ini dahulunya adalah sebuah kantor perdagangan swasta Belanda, Geo Wehry & Co. (tahun 1913-an) dan bagian belakang bangunan berfungsi sebagai gudang. Tampak depan gedung lama masih dipertahankan dan tampilan bangunan baru yang serasi dengan bangunan-bangunan lama di sekitarnya, baik dalam hal skala, warna dan bahan bangunan, sehingga karakter lingkungan Jalan Rajawali kelihatan tidak mengalami banyak perubahan.

Jalan Rajawali merupakan jalan utama kawasan komersial yang merupakan pusat pemerintahan VOC yang hingga saat ini masih dipertahankan. Pada kawasan ini pula terdapat beberapa jalan kecil dengan bangunan-bangunan yang masih kental dengan jaman konial.

Page 16: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

Selain itu, terdapat pula beberapa bangunan yang masih mempertahankan dan melestarikan gaya arsitektural Kolonial.

GEDUNG CERUTU

Pada gedung cerutu ini memiliki keunikan tersendiri yaitu pada bagian atap menara yang berbentuk menyerupai kerucut dengan sudut 75ᵒ. Sehingga facade bangunan terlihat menjulang namun masih terlihat proporsional karena didukung oleh dinding bangunan yang tinggi. Selain itu permainan elemen garis pada bagian jendela, mendukung fasad bangunan.

Sedangkan pada bagian gevel bangunan terdapat elemen berupa dormer yang merupakan jendela pada atap, yang berfungsi mempercepat pengeluaran udara panas dalam banguan.

Dinding bangunan umumnya dibuat tebal yang fungsi struktur sebagai dinding pemikul serta disesuaikan dengan iklim tropis (panas), sehingga menciptakan kenyamanan thermal dalam bangunan. Selain itu, terdapat pula permainan tekstur yang unik pada dinding polos bangunan, sehingga menampilkan citra bangunan.

Page 17: Meniliek Soerabaja Tempoe Doeloe(Fix)

KESIMPULAN :

Sepanjang koridor jalan Rajawali dahulu merupakan pusat kota lama yang memiliki berbagai macam bangunan bersejarah dengan keanekaragaman gaya arsitekturnya yang hingga saat ini masih bertahan. Citra arsitektur Eropa yang masih terasa kental pula hingga saat ini, memberikan nuansa peradaban masa kolonial dengan bentuk bangunan yang dominan semi klasik Eropa. Perubahan karakter kawasan kolonial terbesar terjadi pada koridor jalan Rajawali yaitu dengan adanya beberapa pembangunan baru, seperti Plasa Jembatan Merah, hotel Ibis, bank BRI, dan bank BCA. Namun tidak semua pembangunan baru di koridor tersebut merubah karakter yang ada.

Sedangkan pada entrance bangunan menggunakan ornamen lengkung (arch) yang menjadi ciri khas bangunan kolonial di tempo dulu.