Mendel Pkn

12
A. Menganalisis Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang Dalam Masyarakat Indonesia 1. Tipe-Tipe Budaya Politik Proses pembentukan budaya politik dilakukan melalui sosialisasi politik, yaitu proses penerusan atau pewarisan nilai- nilai dari generasi ke generasi berikutnya. Untuk melakukan identifikasi budaya politik Indonesia yang dijadikan titik tolak adalah adanya pola budaya yang dominan yang berasal dari kelompok etnis yang dominan pula, yaitu kelompok. Menurut Prof. Miriam Budiardjo, salah satu aspek dalam politik adalah budaya politik (politic culture) yang mencerminkan factor subjektif. Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma,pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya. Bentuk dari budaya politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh hal-hal berikut. a. Sejarah perkembangan system politik. b. Agama dan kepercayaan yang terkait dengan adat istiadat dan kebiasaan. c. Kesukuan yang terkait dengan adat istiadat dan kebiasaan. d. Konsep mengenai kekuasaan. e. Kepemimpinan.

Transcript of Mendel Pkn

Page 1: Mendel Pkn

A. Menganalisis Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang Dalam

Masyarakat Indonesia

1. Tipe-Tipe Budaya Politik

Proses pembentukan budaya politik dilakukan melalui sosialisasi

politik, yaitu proses penerusan atau pewarisan nilai-nilai dari generasi ke

generasi berikutnya. Untuk melakukan identifikasi budaya politik Indonesia

yang dijadikan titik tolak adalah adanya pola budaya yang dominan yang

berasal dari kelompok etnis yang dominan pula, yaitu kelompok.

Menurut Prof. Miriam Budiardjo, salah satu aspek dalam politik adalah

budaya politik (politic culture) yang mencerminkan factor subjektif. Budaya

politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-

norma,pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada

umumnya. Bentuk dari budaya politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi

oleh hal-hal berikut.

a. Sejarah perkembangan system politik.

b. Agama dan kepercayaan yang terkait dengan adat istiadat dan

kebiasaan.

c. Kesukuan yang terkait dengan adat istiadat dan kebiasaan.

d. Konsep mengenai kekuasaan.

e. Kepemimpinan.

f. Status sosial yang mencerminkan hierarki dalam kelas-kelas sosial

atau pelapisan sosial.

Tipe – tipe budaya politik yang berkembang di Negara-negara di dunia dilihat

dari berbagai sudut pandang. Tipe – tipe budaya politik dapat di bedakan

sebagai berikut.

a. Berdasarkan Sikap yang Ditunjukkan

Berdasarkan sikap yang ditunjukkan, tipe budaya politik dapat

dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut

Page 2: Mendel Pkn

1. Budaya Politik Militan

Budaya politik militant memandang perbedaan sebagai usaha yang

menantang. Apabila terjadi sesuatu, masalah budaya politik seperti ini

mencari kambing hitam. Padahal peraturan yang dibuat oleh pemegang

kekuasaan mungkin tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Budaya politik

ini8 menciptakan ketegangan dan dapat menimbulkan konflik, secara

otomatis kerja sama tidak akan pernah terjalin.

2. Budaya Politik Toleransi

Budaya politik toleransi merupakan budaya politik yang

pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai. Budaya

politik seperti ini berusaha mencari kesepakatan yang sesuai dengan kondisi

masyarakat dengan selalu bersikap terbuka dan bersedia kerja sama.

Budaya politik ini bersifat netral dan mengkritisi ide-ide orang tanpa

mencurigai lorang tersebut.

b. Berdasarkan Sikap Terhadap Tradisi Dan Perubahan

Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan, tipe budaya politik

dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Budaya Politik memiliki Sikap Mental Absolut

Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki

nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tak dapat

diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan,

bukan kebaikan. Pola piker demikian hanya memberikan perhatian pada apa

yang selaras dengan mentalnya dan menolak hal-hal yang baru atau

bertentangan. Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi

dan berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu

dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Tipe absolute dari

budaya politik sering menganggap perubahan sebagai sesuatu yang

membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai sesuatu yang

sangat berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai

perubahan.

2. Budaya Politik Memiliki Sikap Mental Akomodatif

Page 3: Mendel Pkn

Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan bersedia

menerima apa saja yang di anggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan

tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi

berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe akomodatif dari budaya politik

melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan.

Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih

sempurna.

c. Berdasarkan Orientasi Politiknya

Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter

dalam budaya politik maka setiap system politik akan memiliki budaya

politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam

budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dari realitas budaya politik yang berkembang dalam masyarakat, Gabriel

Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut.

1. Budaya politik parokial (parochial political culture)

Budaya parokial yaitu budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu

bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada

menyerahkannya kepada pemimpin lokal seperti suku.

Pada budaya politik parokial umumnya tingkat partisipasi dan kesadaran

politik masyrakatnya masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh

poleh faktor kognitif, yaitu rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan

seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik

masih sangat kecil. Pada budaya politik ini, kesadaran obyek politiknya kecil

atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan

ditemukan di berbagai lapisan masyarakat.

Budaya politik parokial biasanya terdapat dalam sistem politik tradisional

dan sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil, sehingga

pelaku-pelaku politik belumlah memiliki tugas. Tetapi peranan yang satu

dilakukan secara bersamaan dengan peranan lain aktivitas dan peranan

Page 4: Mendel Pkn

pelaku politik dilakukan bersamaan dengan perannya baik dalam bidang

ekonomi, sosial, maupun keagamaan.

Disebabkan sistem politik yang relatif sederhana dan terbatasnya areal

wilayah dan diferensiasinya, tidak terdapat peranan politik yang bersifat

khas dan berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat secara umum tidak menaruh

minat begitu besar terhadap objek politik yang lebih luas tetapi hanya dalam

batas tertentu, yakni keterikatan pada obyek yang relatif sempit seperti

keterikatan pada profesi.

Orientasi parokial menyatakan ketiadaannya harapan-harapan terhadap

perubahan yang dibandingkan dengan sistem politik lainnya. Dengan kata

lain bahwa masyarkat dengan budaya politik parokhial tidak mengharapkan

apa pun dari sistem poltik termasuk bagian-bagian tehadap perubahan

sekalipun. Dengan demikina parokialisme dalam sistem politik yang

diferensiatif lebih bersifat afektif dan orientatif dari pada kognitifnya.

Dalam masyarakat tradisional di indonesia unsur-unsur budaya parokial

masih terdapat, terutama dalam masyarakat pedalaman. Paranata, tata nilai

serta unsur-unsur adat lebih banyak di pegang teguh daripada persoalan

pembagian peran poltik. Pemimpin adat atau kepala suku dapat dikatakan

sebagai pimpinan politik sekaligus dapat berfungsi sebagai pimpinan agama,

pemimpin sosial masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi.

Dengan demikian nyata-nyata menonjol dalam budaya politik parokial ialah

kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan / kekuasaan

politik dalam masyarakat.

2. Budaya politik kaula/subjek (subject political culture)

Budaya Kaula artinya masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sistem

politik namun tidak berdaya dan tidak mampu berpartisipasi sehingga hanya

melihat outputnya saja tanpa bisa memberikan input. Pada budaya politik

Page 5: Mendel Pkn

ini, masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun

ekonominya, tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik kaula adalah mereka

yang berorientasi terhadap sistem politik dan pengaruhnya terhadap outputs

yang mempengaruhi kehidupan mereka seperti tunjangan sosial dan hukum.

Namun mereka tidak berorientasi terhadap partisipasi dalam struktur input.

Tipe ini memliki frekuensi yang tinggi terhadap sistem politiknya, yang

perhatian dan frekuensi orientasi terhadap aspek masukan (input) dan

partisipasinya dalam aspek keluaran sangat rendah.

Hal ini berarti bahwa masyarkat dengan tipe budaya subjek menyadari telah

adanya otoritas pemerintah.

Orientasi pemerintah yang nyata terlihat dari kebanggaan ungkapan saling ,

baik mendukung atau permusuhan terhadap sistem. Namun demikian,

posisinya sebagai subjek (kaula) mereka pandang sebagai posisi pasif.

Diyakini bahwa posisinya tidak akan menentukan apa-apa terhadap

perubahan politik. Mereka beranggapan bahwa dirinya adalah subjek yang

tidak berdaya untuk mempengaruhi ataupun mengubah sistem. Dengan

demikian scara umum mereka menerima segala keputusan yang diambil dari

segala kebijaksanaan pejabat bersifat mutlak, tidak dapat diubah-ubah.

Dikoreksi, apalagi ditentang. Bagi mereka yang prinsip adalah mematuhi

perintahnya, menerima, loyal, dan setia terhadap anjuran, perintah, serta

kebijaksanaan pimpinannya.

Orientasi budaya politik kaula/subjek yang murni sering terwujud dalam

masyarakat yang tidak dapat struktur masukan yang deferensiasi. Demikian

pula orientasi dalam sistem politik lebih bersifat normatif dan afektif

daripada kognitif. Oleh karena itu, dapat dipahami bila mereka memiliki

sikap yang demikian.

Page 6: Mendel Pkn

Masyarakat yang memiliki budaya politik seperti itu, bila tidak menyukai

terhadap sistem politik yang berlaku hanyalah diam dan menyimpannya saja

di dalam hati. Sikap itu tidak direalisasi kedalam bentuk perilaku konkret

karena diyakini tidak ada sarana untuk memanifstasikannya. Lebih-lebih

dalam masyarakat yang berbudaya subjek terdapat pandangan bahwa

masyarakat terbentuk dari struktur hierarkis (vertikal). Sebagai akibatnya

individu atau kelompok digariskan untuk sesuai dengan garis hidupnya

sehingga harus puas dan pasrah pada keadaannya.Biasanya siap-sikap

seperti itu timbul karena diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu seperti

proses kolonisasi dan kidiktatoran.

3. Budaya politik partisipan (participant political culture)

Adalah masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berorientasi

terhadap struktur inputs dan proses dan terlibat didalamnya atau melihat

dirinya sebagai potensial terlibat, mengartikulasikan tuntutan dan membuat

keputusan. Pada budaya poltik ini ditandai dengan kesadaran politik yang

tinggi.

Budaya partisipan adalah budaya dimana masyarakat sangat aktif dalam

kehidupan politik. Masyarakat dengan budaya politik partisipasi, memiliki

orientasi yang secara eksplisit ditujukan kepada sistem secara keseluruhan,

bahkan terhadap struktur, proses politik dan administratif. Tegasnya

terhadap input maupun output dari sistem politik itu. Dalam budaya politik

itu seseorang atau orang lain dianggap sebagai anggota aktif dalam

kehidupan politik, masyarakat juga merealisasi dan mempergunakan hak-

hak politiknya. Dengan demikian, masyarakat dalam budaya politik partsipan

tidaklah menerima begitu saja keputusan politik. Hal itu karena masyarakat

telah sadar bahwa betapa kecilnya mereka dalam sistem politik, meskipun

tetap memiliki arti bagi berlangsungnya sistem itu. Dengan keadaan ini

masyarakat memiliki kesadaran sebagai totalitas, masukan, keluaran dalam

konstelasi sistem politik yang ada. Anggota-anggota masyarakat partisipatif

Page 7: Mendel Pkn

diarahkan pada peranan pribadi sebagai aktivitas masyarakat, meskipun

sebenarnya dimungkinkan mereka menolak atau menerima.

4. Budaya politik campuran (mixed political cultures)

Pada umumnya kebudayaan dalam politik parokial, subjek, dan partisipasi

hampir sama dan sebangun dengan struktur politik tradisional, struktur

otoritarian, dan sentralistis. Disamping itu mengingat bahwa dalam

perubahan sistem politik antara kultur dan struktur seringkali tidak selaras,

dalam pembahasan sistem politik yang cepat dewasa ini terjadi perubahan

format politik karena gagal mencapai harmoni.

Budaya politik campuran, maksudnya disetiap bangsa budaya politik itu

tidak terpaku kepada satu budaya, sekalipun sekarang banyak negara sudah

maju, namun ternyata tidak semuanya berbudaya partisipan, masih ada

yang kaula dan parokial. Inilah yang kemudian disebut sebagai budaya

politik campuran.

Seperti telah dikemukakan bahwa tiga kebudayaan politik murni (parochial,

kaula/subjek, dan partisipan) tersebut merupakan awal bagi tipe-tipe

kebudayaan politik atau disebut budaya politik campuran (mixed political

cultures). Adapun tiga bentuk kebudayaan itu adalah sebagai berikut :

1.Kebudayaan subjek parokial (The Parochial-subject Culture)

Pada masyarakat dengan bentuk budaya subjek parokial terdapat sebagian

besar yang menolak tuntutan-tuntutan eksklusif masyarakat kerukunan desa

atau otoritas feodal. Hal itu juga telah mengembangkan kesulitan dalam

sistem politik yang lebih kompleks dengan struktur-struktur pemerintahan

pusat yang bersifat kompleks. Banyak bangsa yang melaui proses-proses

peralihan parokial awal dari parokialisme lokal menuju pemerintahan

sentralisasi.

Page 8: Mendel Pkn

Dapat dikatakan bahwa sebuah sebuah kebudayaan politik yang memiliki

"kewibawaan" bersifat campuran. Dalam kondisi itu orientasi pribadi yang

tergabung di dalamnya bersifat campuran pula. Dengan demikian,

kebudayaan politik parokial yang menuju hubungan politik subjek dapatlah

dimantapkan pada sebuah titik tertentu dengan menghasilkan perpaduan

politik, psikologi, dan kultural yang berbeda-beda. Namun demikian jenis

perbedaan tersebut merupakan manfaat yang besar terhadap stabilitas dan

penampilan sistem politik itu.

Apabila kebudayaan warga negara merupakan sebuah kebudayaan politik

campuran seperti itu, di dalamnya terdapat banyak individu-individu yang

aktif dalam politik, tetapi banyak pula yang mengambil peranan subjek yang

lebih aktif. Peranan peserta, dengan demikian telah ditentukan ke dalam

peranan subjek parochial. Hal itu berarti bahwa warga Negara yang aktif

melestarikan ikatan-ikatan tradisional dan nonpolitik, dan peranan politiknya

yang lebih penting sebagai seorang subjek.

Oleh karena itu, orientasi subjek dan parokial, telah melunakkan orientasi

keterlibatan dan aktivitas individu dalam politik.

2.Kebudayaan subjek partisipan (Subjek Participant Culture)

Peralihan dari budaya parochial ke budaya subjek bagaimanapun juga akan

mempengaruhi proses peralihan dari budaya subjek ke budaya partisipan.

Secara umum masyarakat yang memiliki bidang prioritas peralihan dari

objek ke partisipan akan cenderung mendukung pembangunan dan

memberikan dukungan terhadap sistem yang demokratis.dalam budaya

subjek partisipan yang bersifat seperti ini sebagian warga negara telah

memiliki orientasi-orientasi masukan yang bersifat khusus dari serangkaian

orientasi pribadi sebagai seorang aktivis. Sementara itu sebagian warga

negara yang lain terus diarahkan dan diorientasikan kearah suatu struktur

pemerintahan otoritarian dan secara relatif memiliki rangkaian orientasi

Page 9: Mendel Pkn

pribadi yang pasif. Dengan demikian, terjadi perbedaan orientasi pada

masyarakat, sebagian yang cenderung mendorong proses partisipasi aktif

warga Negara, sebagian lain justru sebaliknya bersifat pasif.

Masyarakat dengan pola budaya itu, secara orientasi partisipan itu dapat

mengubah karakter bagian dari budaya subjek. Hal itu karena dalam kondisi

yang saling berebut pengaruh antara orientasi demokrasi dan otoritarian.

Degan demikian, mereka harus mampu mengembangkan sebuah bentuk

infra struktur politik mereka sendiri yang berbeda. Meskipun dalam beberapa

hal tidak dapat menstransformasikan subkultur subjek kearah demokratis,

mereka dapat mendorong terciptanya bentuk-bentuk perubahan.

3.Kebudayaan parochial partisipan (The parochial Culture)

Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara berkembang. Pada

tatanan ini terlihat Negara-negara tersebut sedang giat melakukan

pembangunan kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan

bersifat partisipatif, yang berusaha meraih keselarasan dan keseimbangan

sehingga tentu mereka lebih banyak menuntut kultur partisipan.

Persoalannya ialah bagaimana dalam kondisi masyarakat yang sedang

berkembang tersebut dapat dikembangkan orientasi terhadap masukan dan

keluaran secara simultan. Pada kondisi ini sistem politik biasanya diliputi

oleh transformasi parokial, satu pihak cenderung kearah otoritarianisme,

sedangkan pihak lain kearah demokrasi. Struktur untuk bersandar tidak

dapat terdiri atas kepentingan masyarakat, bahkan infrastrukturnya tidak

berakar pada warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab.