MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada...

79
MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL WUJUD KEDEWASAAN GEREJA KRISTEN INDONESIA RAYA PUPUTAN 108 LT.2, RENON DENPASAR –BALI Martin Krisanto Nugroho PPST – UKDW FEBRUARI 2005

Transcript of MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada...

Page 1: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL

WUJUD KEDEWASAAN

GEREJA KRISTEN INDONESIA RAYA PUPUTAN 108 LT.2, RENON

DENPASAR –BALI

Martin Krisanto Nugroho

PPST – UKDW FEBRUARI 2005

Page 2: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

Dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan terlebih dahulu pembuatan “questioner”yang ditujukan

kepada majelis dan aktifis GKI Denpasar dan diutamakan pada tokoh-tokoh sejarahnya.

Penulis bergabung dalam komunitas GKI di Bali sejak akhir 1999, dimana

Pdt. Em H. Abdi W. sebagai nara sumber (terlampir) telah lebih dahulu berada di Bali. Penulisan dilakukan ketika menempuh kuliah

lanjutannya di program pasca sarjana teologi Universitas Kristen Duta Wacana pada bidang studi

“Master of Divinity” sebagai angkatan pertama.

Page 3: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

1

I. PENDAHULUAN

Sebagai hasil pekabaran Injil yang dilakukan baik dari luar

negeri dan dalam negeri, Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya

disebut GKI) berdiri dengan caranya yang unik di pulau Jawa1. GKI

merupakan gereja protestan yang dimasukkan dalam kategori ‘arus

utama’ dan merupakan gereja beraliran Calvinis

(Reformed/Presbyterian)2 yang nantinya bersama 26 organisasi

gereja di Indonesia (anggota PGI) lainnya menjadi anggota World

Alliance of Reformed Churches (WARC). Calvinisme di Indonesia

mulai (1596) pada saat orang-orang Belanda menetap di Indonesia,

enam tahun kemudian usaha-usaha perdagangan mereka

dipersatukan dengan didirikan Verenigde Oostindische Compagnie

(VOC, 1602)3 yang berlatar belakang pada pemahaman Calvinisme

dalam kewajibannya melindungi gereja dan memajukan agama yang

benar. Tafsiran kewajiban ini drastis dilakukan dengan mengusir

misionaris yang dianggap sebagai mata-mata Portugis dan Spanyol.

Orang-orang pribumi yang sudah masuk Kristen dipaksa menjadi

anggota gereja Gereformeerd4.

1 Berdirilah gereja-gereja baik di Jawa Timur (1934), Jawa Barat (1940) dan Jawa Tengah (1945) yang dalam perkembangannya disebut: Gereja Kristen Indonesia. Sejak tanggal 27 Maret 1962 berupaya menggalang kebersamaan dalam Sinode Am GKI yang menjadi satu gereja: GKI pada 24 Agustus 1988. Lihat Dalam Penjelasan Atas Mukadimah Tata Gereja GKI, Lampiran IX, Akta Persidangan Majelis Sinode Am GKI X di GKI Pajajaran Magelang. 1997 2 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995, hlm. 52. 3 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinisme?, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995, hlm. 30. 4 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinisme?,hlm. 31.

Page 4: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

2

II. HISTORIS

2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di

Jawa Timur.

Menjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang berbahasa

Melayu seperti di Jakarta (1619), Semarang (1753) dan di Surabaya

(1785). Namun keberadaan gereja-gereja ini dapat dikatakan

merupakan Gereja Boneka VOC5” hingga tahun 1815 pada

kekuasaan pemerintah Inggris usaha penginjilan dengan bentuk baru

setelah 10 tahunan baru tampak lebih nyata. Hasil penginjilan dari

perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil di Inggris antara lain

adalah terbentuknya kelompok orang Tiong Hoa Kristen di

Surabaya. Ketika kekuasaan kembali pada pemerintah Hindia

Belanda (1833) keanehan yang nyata terjadi ketika pemerintahan

mengawasi dengan keras setiap usaha penginjilan di Jawa dengan

alasan keamanan, hal ini berlangsung sampai tahun 1850.

Pekabaran Injil melalui Gereja Protestan di Indonesia sejak

1814 sebagai kelanjutan dari jemaat-jemaat sejak VOC (yang

dibubarkan 1799), mengalami banyak hambatan akibat sikap netral

negara di bidang agama selama orang-orang Inggris berkuasa tahun

1811-1816. Hambatan-hambatan itu adalah karena pemerintah tidak

bisa melepaskan sejumlah jemaat bekas asuhan VOC6 dan kebijakan

5 Pranata Gunawan, Benih Yang Tumbuh XIV: Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur, Sinode Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur dan Badan Penelitian dan Pengembangan PGI, Surabaya 1989, hlm. 2. 6 Th. van den End, Ragi Carita 1 – Sejarah Gereja di Indonesia 1500-1860, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001, hlm.144-145

Page 5: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

3

terhadap rakyat yang beragama islam yang kadang bertentangan;

akibat demi keuntungan yang ingin diraih agar tidak dihambat oleh

kemungkinan kerusuhan maka memberi perhatian pada kepekaan

islam dengan menentang usaha pekabaran Injil (selanjutnya p.I),

sehubungan dengan hal tadi maka pemerintah menentang Zending

ditengah suku-suku bangsa Islam dan mendukung Zending didaerah

suku-suku bangsa non-Islam. Jadi didaerah agama suku inilah GPI

berkembang sebagai usaha juga agar Islam tidak berkembang.

Selain itu ditambah lagi hambatan dari golongan pemimpin

masyarakat dan negara (pamong praja/borjuasi) banyak yang liberal

menentang usaha-usaha p.I7

Pada tahun 1870-1910 garis-garis yang ditetapkan para

zendeling dapat berlangsung dan berkembang, yaitu: Membuka

tanah dan mendirikan desa-desa Kristen baru (Swaru – Malang) dan

penyelenggaraan karya p.I. sebagai suatu karya pendidikan sebagai

benang merah sejarah zending di Jawa Timur yang lama-kelamaan

meningkatkan mutu jemaat8 yang berdikari. Sebagai suatu kawasan

Kristen yang paling menonjol dalam hal ini adalah desa

Mojowarno sejak tahun 1851, dibawah pendampingan zending Ds.

Jellesma yang meninjau “Desa Kristen” tersebut bersama inspektur

Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG). Dan pada masa

keluarga Kruyt (1864-1910) memperluas ke Malang Selatan dan

7 Th. van den End & Chr. de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, Jakarta 1997, hlm. 135-136. 8 Th. van den End & J. Weitjens, Ragi Carita 2 – Sejarah Gereja di Indonesia 1860-sekarang, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1993, hlm.236.

Page 6: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

4

nantinya sampai pada jaman zendeling Poensen, J.Kreemer, S.S.

de Vries9.

2.2. Tentang Ketionghoaan

Berikut ini beberapa catatan-catatan sejarah dan pendapat yang

berkaitan dimana kita bisa mempertimbangkannya menjadi rambu-

rambu dalam melangkah ke arah kedewasaan yang ber-kontekstual.

Gereja Kristen Indonesia (GKI) didalam sejarah penyemaian Injil di

pulau Jawa mempunyai corak yang unik dikarenakan pengaruh

ketionghoaan, pengaruh budaya barat dari para zendeling dan tentu

tidak kalah pengaruhnya adalah budaya asli kesukuan di Indonesia

khususnya pulau Jawa.

Charles A. Coppel10 mengatakan; Orang Tionghoa di Indonesia

merupakan kelompok etnis “asing” yang terbesar dan tidak

mempunyai daerah pijakan asal. Dari beberapa sumber literatur

bahkan mengungkapkan bagaimana dilema minoritas, rintangan

menjadi Kristen karena latar belakang tradisi Tionghoa bahkan

alasan orang-orang Tionghoa lebih memilih pada kekristenan

dibanding ke Islam11. Dan tak kalah pentingnya adalah karakter dan

sifat negatif mereka yaitu sifat mereka yang suka mengelompok di

9 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh VII – Suatu Survey Mengenai Gereja Kristen Jawi Wetan, GKJW dan Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, Malang 1976, hlm.43-44. 10 Charles A. Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1994, hlm. 23. 11 Chris Hartono, Orang Tionghoa dan Pekabaran Injil, Taman Pustaka Kristen, Yogyakarta 1996, Hlm. 56-58

Page 7: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

5

kawasan tersendiri, budaya negeri leluhur, memihak kepada

Indonesia demi alasan-alasan oportunistis (mementingkan uang,

dagang dan bisnis), ahli dalam penyogokan juga penyelundupan,

bahkan ikut menindas setelah diberi posisi yang menguntungkan

oleh Belanda melalui dominasi ekonomi.

Sekitar tahun 1920 orang Tionghoa di Indonesia berjumlah

810.000, dengan 60%-nya adalah Tionghoa totok dan orang

Tionghoa peranakan di pulau Jawa saja 70%. Ironisnya perbedaan

latarbelakang antara totok dan peranakan membawa kedalam

pertikaian, peristiwa tersebut juga mewarnai kehidupan jemaat

Tionghoa. Disamping itu juga terdapat latar belakang teologis yang

berbeda dalam jemaat-jemaat Tionghoa. Sehingga secara kasar

dapat dikelompokkan Di Jawa Barat ada dua kelompok yaitu asuhan

NZV yang zendelingnya berasal dari NHK (Nederlandsche

Hervormde Kerk) dan asuhan BFM dari Methodist Episcopal

Church (MEC). Di Jawa Tengah terdapat tiga kelompok yaitu

asuhan ZGKN dengan latar belakang teologis seperti

Gereformeerde Kerken in Nederland, asuhan zending Salatiga

(umumnya pietis yang zendelingnya menganut asas “Faith

Mission”) dan asuhan DZV dari Doopsgezind (Mennonite).

Sedangkan di Jawa Timur terdapat dua kelompok yaitu

dilingkungan Zending der Gereformeerde Kerken in Hersteld

Verband (ZGKHV) dan asuhan BFM dari Methodist12.

12 Naskah Chris Hartono, Dari Cipaku Sampai Jakarta, Yogyakarta, 2003, hlm. 8-9

Page 8: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

6

Terbentuknya GKI merupakan perjalanan panjang melalui

berbagai konferensi dan gerakan-gerakan kesatuan yang memegang

teguh semangat kemandirian. Kesatuan dan kemandirian yang

dicita-citakan atas dasar keprihatinan akan perpecahan, teladan

kesatuan dari dalam dan luar negeri. Kemandirian timbul antara lain

karena sikap anti-zending (pengaruh nasionalisme Tiongkok)13 dan

disisi lain beberapa zendeling juga memotivasi kearah pendewasaan

jemaat-jemaat Tionghoa dalam konferensi-konferensi.

2.3. Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur.

Tuhan memulai karya-Nya melalui carikan kertas “Pembungkus

Petasan” yang berisikan petikan dari Injil Yohanes 10, antara lain

memuat ucapan Yesus: “Akulah Gembala yang baik”.

Menggerakkan pemuda bernama Oei Soei Tiong yang berusia

sekitar 18 tahun dan bekerja di pabrik petasan Sidoarjo (1894)

untuk terus mencari apa arti petikan ayat yang sangat menarik

perhatiannya. Usahanya diawali dengan belajar pada seorang

pendeta di Mojowarno sehingga mengenal Injil Yesus Kristus dan

dibaptis dengan nama permandian “Petrus” oleh Zendeling J.

Kreemer pada tanggal 19 Februari 1898 di desa Kendalpayak 9 km

selatan kota Malang14, agar dipahami keterkaitan secara historis

seperti yang telah diceritakan sebelumnya.

13 Chris Hartono, Orang Tionghoa dan Pekabaran Injil, hlm. 60-65. 14 Pranata Gunawan, op cit. Hal.4.

Page 9: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

7

Semangat “Ngelmu15” makin melekat pada sosok pemuda

Tionghoa ini dimana karya Tuhan nyata hingga ayahnya yang pada

mulanya sangat menentangnya berbalik memberi dirinya dibaptis,

bahkan tahun 1906 segenap keluarga Petrus Oei Soei Tiong menjadi

Kristen. Pranata Gunawan memakai istilah “penyemaian” untuk

menggambarkan studinya dalam mempetakan cikal bakal komunitas

Kristen di Jawa Timur. Pemuda ini mempelopori dengan kunjungan

pada jemaat Jawa di Mlaten, mengadakan kebaktian di Sidoarjo

yang terdiri dari orang Tionghoa dan Jawa juga menjadi Guru Injil

pada masa pelayanannya di Bangil.

Penyemaian terjadi diberbagai tempat yaitu Sidoarjo, Surabaya,

Bangil, Mojokerto, Mojosari, Malang, Bondowoso dan tentu hal ini

terwujud berkat peran penting Guru-guru Injil, Zendeling, Badan PI

luar negeri, pendeta utusan Oost Java Zending dari Gereformed

Kerken in Hersteld Verband di Nederland Ds. H.A.C Hildering,

Gereja Jawa (GKJW) dan tentunya aktifis kristen Tionghoa atau

keturunan lainnya yang mengikuti jejak semangat p.I. Berikut ini

laporan yang dibuat Ds. H.A.C Hildering pada September 1932

terdapat 4 kelompok Kristen Tionghoa di Bangil, Mojokerto,

Mojosari dan Malang yang merupakan suatu “ikatan” Kristen

Tionghoa dengan nama Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee

(THKTKH) yang artinya sama dengan “The Church of Christ” di

Tiongkok. Demi penghayatan makna Gerejawi, konferensi Kristen

15 Inisiatif perseorangan untuk mencari ilmu atau memperdalam soal keagamaan dengan belajar dari seseorang yang dipandang berilmu, tembang, wayang dalam adat Jawa

Page 10: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

8

Tionghoa memutuskan untuk meningkatkan status ikatan tadi dari

“perkumpulan” menjadi “Gereja”. Pada tanggal 31 Juli 1932 di

Gereja Jawa jl. Talun Malang di resmikan Gereja, suatu kemajelisan

dan peneguhan Guru Injil Oei Soei Tiong. Tekad menuju

kemandirian dan membangun gereja bagi orang Tionghoa

peranakan di “Jawi Wetan” membuahkan keputusan peresmian

THKTKH Klasis Jawa Timur dengan Majelis Besar (Tay Hwee)

dari ketujuh Gereja Setempat (Bangil, Probolinggo, Mojokerto,

Mojosari, Malang, Bondowoso, Jatiroto) pada tanggal 22 Pebruari

1934.

Sejak peristiwa kejemaahan yang luar biasa itu mendorong

Jemaah Tionghoa (totok/singkeh) di Surabaya dan Malang

bergabung dan terus meluas ke kawasan lain di Jawa Timur,

penambahan jumlah jemaat sangat pesat disebabkan baptisan (1935-

1939). Bahkan suatu kebangunan Rohani yang dipimpin oleh Dr.

John Sung (Gereja Methodis di Tiongkok) ikut mengkontribusi

karya Kristus ini dengan sementara mempergunakan Tata Gereja

dari Gereja Kristen Tionghoa Jawa Barat yang disesuaikan.

Hubungan keluar sejak 1924 telah terbina baik melalui

“Perserikatan Kristen Tionghoa di Indonesia” sampai pada

pendirian “Dewan Geredja-geredja Kristen Tionghoa di Indonesia”

(DGKTI) yang keanggotaannya meliputi beberapa kawasan Tanah

Air Indonesia (1925), dengan anggota sekitar 69 jemaat DGKTI

diharap mampu mengkoordinasi usaha-usaha p.I di Indonesia dan

menjalin hubungan dengan Gereja-gereja di luar negeri. Namun

Page 11: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

9

karena bangkitnya rasa nasionalisme akibat situasi kenegaraan di

Indonesia, terbentuknya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (1950)

dan hubungan dengan The Church of Christ in China karena situasi

di Tiongkok sendiri maka DGKTI praktis mulai tidak berfungsi

walau ketiga sinode THKTKH Jawa Barat, Tengah dan Timur

dapat tergabung dalam Badan Permusyawaratan Persatuan Gereja

(BPPG, 1955). Melalui berbagai pertemuan /konferensi

menghasilkan antara lain keseragaman Liturgi Kebaktian,

penggunaan buku Nyanyian gerejani “Mazmur-Rohani” dan

kesempatan penggantian nama gereja THKTKH menjadi GKI.

Kenyataan adanya dua gereja yang masing-masing telah berdiri

sendiri (1956) lalu keterpisahan itu dikukuhkan, badan hukum

dimiliki THKTKH Koe Hwee Jatim Sinode yang berbahasa

Tionghoa walaupun dapat dipergunakan oleh Koe Hwee/Sinode

yang berbahasa Indonesia bila diperlukan. Peristiwa ini mengantar

jemaat THKTKH Koe Hwee Jatim yang berbahasa Indonesia

yang tersebar di berbagai kota, pada tahun 1958 mengganti nama

gerejanya menjadi “Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur16”.

2.4. Gereja Kristen Indonesia Denpasar.

Pada persidangan sinode GKI Wilayah

Jawa Timur disekitar tahun 1980-an, pernah

dibahas permintaan beberapa orang

keturunan Tionghoa di Denpasar yang 16 Pranata Gunawan, op cit, hal. 44.

Page 12: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

10

berharap ada pelayanan dari GKI sebab kebanyakan orang Tionghoa

peranakan tidak terlalu cocok bergabung dengan gereja berlatar

belakang Tionghoa maupun lainnya. Namun setelah majelis sinode

mengirim dua utusan ke Denpasar, menganggap bahwa tidak perlu

ada pelayanan tersebut, sebab sudah ada Gereja Kristen Protestan

Bali (GKPB), yang sebenarnya sudah menampung orang-orang

Kristen dari pelbagai daerah Indonesia untuk berjemaat di Bali.

Namun setelah itu masih banyak orang-orang yang dahulunya

adalah jemaat GKI dari beberapa daerah di Jawa, yang tidak

bergabung di GKPB, bahkan banyak yang menjadi “turis” gereja,

yaitu senantiasa berpindah dari gereja yang satu ke gereja yang lain.

Dan sejak terjadinya peristiwa Mei 1998, di mana banyak orang

Tionghoa pindah dari Jakarta dan Solo ke luar negeri tetapi juga

atau ke Batam dan ke Bali yang mereka anggap daerah aman, maka

banyaklah eks jemaat GKI yang tidak bergereja di Bali, meskipun

mereka berada di Bali. Namun semua ini tidak menjadi sebab

berdirinya GKI Bali.

Gagasan dari seorang yang bernama Hosea Abdi Widhyadi

mengenai kerinduannya mewujudkan sebuah retreat center yang

berseberangan dengan Taize yang lebih berjiwa barat, dengan nama

“Pantai Damai”. Pada awalnya ide ini kurang direstui oleh Sinode

GKI namun ide yang cemerlang pada akhirnya ditanggapi positif

oleh sinode GKI dan gereja-gereja di Bali seperti Gereja Kristen

Protestan Bali (GKPB), GPIB, departemen agama, dan para

pemimpin gereja di Bali. BIMAS Kristen dan MPAG sebetulnya

Page 13: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

11

cukup hati-hati untuk menerima berdirinya “gereja baru” karena

menurut mereka setiap berdirinya gereja baru di Bali, justru

menimbulkan masalah baru17. Dan istimewanya di kota yang tidak

terlalu besar seperti Denpasar itu sudah berdiri sekitar 50 jemaat

dari beberapa aliran18. Lalu dengan alasan menampung saudara-

saudara sendiri, siap menjadi mediasi ketidak akuran antar

denominasi dan diharapkan kelak kontribusinya pada pergumulan

masyarakat maka diberi kesempatan pada GKI untuk melaksanakan

tujuannya.

Tanggapan positif membawa pada ide pendirian terlebih dahulu

GKI Denpasar sebagai salah satu alternatif jembatan menuju “Pantai

Damai”. Dalam perjalanannya menuju kemandiriannya pada

tanggal 20 Maret 2003, jemaat GKI disibukkan oleh berbagai

macam kegiatan ke dalam gereja dan ke luar gereja. Kenyataan

memang menunjukkan bahwa H. Abdi W. adalah seorang yang aktif

berhubungan dengan MPAG, dengan para pemerhati masalah sosial

seperti Alex Pangkahila dan Wimpi Pangkahila, juga para seniman

Bali seperti Darsana, Lasia dan sebagainya sehingga kerjasama-

kerjasama yang dibangun melalui berbagai acara-acara kebersamaan

dapat menunjang visi dan misi yang tengah ditempuh ini.

Peran yang dituju oleh GKI sebagai mediasi pernah dibicarakan

diantara gereja-gereja di Bali, namun tidak ada gereja yang

17 Wawancara via surat-menyurat pada Bapak Yopie Moningka dan Ibu Naniek Moningka yang berperan aktif dalam sejarah berdirinya GKI Denpasar. 18 Wawancara via e-mail dengan Hosea Abdi Widhyadi, 1 Oktober 2004. Terlampir.

Page 14: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

12

menyanggupinya. Titik temu antara gagasan yang bertumbuh

diantara gereja-gereja di Bali bertemu dengan gagasan dari seorang

tokoh GKI diatas membawa keseriusan para panitia dan pengurus

jemaat GKI di Denpasar untuk segera menjadi gereja yang mandiri

dengan kata lain yaitu gereja yang tidak dibawah bayang-bayang

gereja pengasuhnya (GKI Residen Sudirman).

Langkah menuju ke pendewasaan berikut dengan visi dan

misinya juga sempat ditulis dalam buku “Pelembagaan GKI

Denpasar”19 yang isinya mengatakan perpindahan sejumlah

keluarga anggota jemaat GKI dalam lingkup sinode di Jawa ke

Denpasar –Bali pasca kerusuhan 1997-1998 yang merindukan

bersekutu dan beribadah dalam nuansa dan naungan ajaran GKI

ditambah konsep “Pantai Damai” idealisme Pdt. Em. H. Abdi W.

Mengenai konsep “Pantai Damai” sebagai wadah kontemplasi dan

bermeditasi bagi siapa saja dengan tempat didekat pantai, dilembah

perbukitan, dekat persawahan dan jika perlu dekat pegunungan

dimana manusia berjumpa dengan alam dan perjumpaan seluruh

ciptaan Allah. Gagasan berkembang dalam tujuan PPGG mencapai

sebuah “GKI-Fellowship and Community Care Centre” (GKI

FCCC) yaitu sarana Pusat Persekutuan dan Kepedulian kepada

Masyarakat yang dikelola oleh GKI sebagai langkah menuju “Pantai

Damai” dengan catatan dari Majelis Jemaat GKI Residen Sudirman

yang mengusulkan agar proyek tersebut akan menjadi milik

bersama seluruh jemaat GKI disemua wilayah.

19 Panitia Pelembagaan GKI Denpasar – Bali, Pelembagaan

Page 15: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

13

Pada 12 Maret 199920 dimulailah ibadah di rumah-rumah jemaat

atau aktivis GKI dari Jawa yang telah berdomisili di Bali. Berawal

sekitar delapan orang tiap minggunya lalu berpindah tempat di

rumah toko “Citra Mandiri21” dijalan Hayam wuruk dengan jemaat

sekitar 25 orang, dimana diteguhkan dua orang penatua pertama

untuk melayani GKI Residen Sudirman Pos PKP Denpasar- Bali

yaitu Pnt. Leo Emmas dan Pnt. Mery. Berkat upaya perkunjungan

H. Abdi W. bersama istri dan aktifis maka persekutuan ini

berkembang mencapai sekitar 70 orang tiap hari minggunya dan

sekitar 25 orang anggota sidi (2000). Pengurus gereja ini berupa

Panitia Pos dengan penasehat Bp. Yopie Moningka dan Ketua

Badan Pengurus Pos PKP ini adalah Bp. Budi Hariyanto. Bersama

dengan pertumbuhan jemaat ini maka tahun (2001) diteguhkanlah

tiga penatua lagi yaitu Pnt. Djinaldi Gosana, Pnt. Gunawan Santoso

dan Pnt. Naniek Moningka bersamaan dengan diteguhkannya

Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang beranggotakan orang-

orang GKI yang berasal baik dari Surabaya maupun Denpasar.

Kebaktian tiap hari Minggunya dilaksanakan dengan menyewa

salah satu ruangan di lantai III gedung Telkomsel – Renon.

Namun kebaktian di gedung ini hanya berlangsung beberapa

bulan saja karena dianggap kurang efisien. Selanjutnya majelis

memutuskan untuk mengkontrak suatu ruangan lantai II Gedung

bertingkat di jalan Raya Puputan no.108, Renon dengan masa

20 Wawancara via surat dengan Pnt. Naniek Moningka dan Bp. Yopie Moningka, 25 Oktober 2004 21 Artikel dengan judul “Berita Seputar Paguyuban”, Buletin GKI, edisi II, Hlm. 2.

Page 16: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

14

kontrak lima tahun yaitu sampai 2006. Dengan anggota sidi 50

orang, majelis dan badan pengurus bertekad untuk melanjutkan ke

arah kelembagaan yang lebih mandiri dan pada tahun 2002 jemaat

ini dikembangkan menjadi GKI Residen Sudirman Bakal Jemaat

Denpasar. Cita-cita pelembagaan GKI Denpasar terwujud pada

tanggal 20 Maret 2003 bersama dengan diteguhkan delapan orang

majelis jemaat22, kebaktian dipimpin oleh Pdt. Sri Agus

Padnaningsih dari GKI Residen Sudirman Surabaya. Dengan

penetapan Pdt. Yohanes Bambang Mulyono dari GKI Blimbing –

Malang sebagai pendeta konsulen sampai pada bulan juli 2004.

Dari belakang kiri: Aart, Ariel, Johny, Leo, Daniel, Djinaldi, Wibisono. Depan kiri: Martin,

Ny. Leo, Yanti, Naniek, Sufia, Pdt. Sutedjo, Martha, Fanny, Irma, Yanto.

22 Nama-nama penatua: Djinaldi Gosana (Ketua), Gunawan Santoso (Wakil ketua), Johny Sitorus (Sek I), Martin K. Nugroho (Sek II), Naniek Moningka (Bend I), Yanto Setiawan (Bend II), Leo Emmas, Sri Sufia Martini.

Page 17: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

15

III. KEHIDUPAN JEMAAT

3.1. Sekilas Tentang Bali.

Bali adalah wajah pesona pariwisata Indonesia di Internasional

yang begitu kental dengan upacara adat, kekayaan budaya dan

kesenian juga dilengkapi dengan penataan kawasan pariwisata yang

asri dan akrab dengan alam. Pesona ini tidak lepas dari struktur

sosial budaya dan agama Hindu yang “khas” berbeda dengan agama

Hindu di daerah lain. Seperti upacara agama “Melasti” yang

memungkinkan untuk dilakukan karena pantai yang mengelilingi

pulau Bali relatif mudah dijangkau. Berbeda dengan di luar Bali

dimana hari raya agama Hindu yang terhitung libur nasional

hanyalah pada hari Raya Nyepi, di pulau ini terkenal dengan

sebutan “Ba-Li” atau “Banyak Libur” yaitu Hari Raya Galungan

yang dapat dirayakan dua kali dalam setahun yang mengambil

waktu liburan minimum tiga hari, ditambah satu hari untuk

perayaan Kuningan dan beberapa hari raya lainnya juga hari libur

Nasional.

Yang menarik adalah ketika menjelang hari raya Nyepi ada

suatu adat “Pengerupukan” atau lebih dikenal dengan “Ogoh-ogoh”

dimana monster-monster buatan pemuda banjar-banjar diarak

keliling kota dan pada akhirnya dibakar disuatu tempat mendekati

tengah malam menjelang “Nyepi”. Dan ketika saat “Nyepi” dimulai

maka dapat dikatakan bahwa tidak ada kendaraan bermotor, orang-

Page 18: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

16

orang yang berkeliaran di jalanan selain pecalang23. Pada malam

hari pecalang juga bertugas mengawasi dan memperingatkan

apabila ada lampu-lampu di seluruh tempat yang terlihat menyala,

bahkan Pemerintah daerah juga memadamkan seluruh lampu

penerangan jalan dan menghentikan kegiatan di Bandara udara

Ngurah Rai dan pelabuhan (Gilimanuk dan Padang Bai)

Dalam jalur penerbangan Internasional, Bali menjadi salah satu

tempat transit yang mengundang daya tarik. Bandara udara

Internasional yang ada membuka peluang bagi seluruh jalur turis

mancanegara untuk dapat berlibur atau berdagang. Tidak dapat

disangkali lagi bahwa sumber perekonomian masyarakat Bali

bersumber pada sektor pariwisata ini. Selain itu Bali yang dipadati

oleh sekitar 250 macam hotel dengan berbagai kelas sering kali

dipakai sebagai tempat pertemuan-pertemuan berbagai organisasi

dan perusahaan baik Internasional juga Lokal. Turis domestik juga

memberikan kontribusinya terutama pada masa liburan sekolah atau

hari libur nasional.

Namun nuansa pesona pulau “Dewata” amatlah tercoreng ketika

pada hari Sabtu Malam tanggal 12 Oktober 2002 terjadi peristiwa

“Bom Bali”. Korban terbesarnya adalah ratusan turis mancanegara

dalam hal ini mayoritas orang Australia, disamping itu juga

penduduk sekitar Sari Club dan Paddy’s Club. Goncangan yang

23 “Pecalang” adalah semacam polisi adat yang dipercayai oleh masyarakat adat Bali untuk menjaga ketertiban, mengatur lalu lintas bila diperlukan disekitar lokasi diselenggarakannya upacara-upacara adat Bali. Terkadang mereka juga membantu pentertiban berbagai kegiatan selain adat.

Page 19: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

17

amatlah besar menghantam segenap struktur masyarakat Bali. Tidak

berlebihan bila dikatakan bahwa semua kegiatan pada semua sektor

baik ekonomi, politik, sosial, budaya dan industri pariwisata efektif

selama seminggu terhenti. Dampak dari tragedi ini masih terasa

sampai tahun 2004, karena setelah peristiwa tersebut arus pariwisata

mancanegara (terutama Eropa, Australia dan Amerika Serikat) yang

memberikan kontribusi cukup besar menjadi merosot drastis

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

3.2. Anggota Jemaat

Secara umum dapat dikatakan bahwa jemaat GKI terdiri dari

berbagai suku/etnis, antara lain; Tionghoa peranakkan, Jawa, Batak,

Manado, Kupang, Ambon, dan sebagainya. Mengapa demikian,

karena mereka berasal dari jemaat GKI di Jawa juga jemaat gereja

lain di dalam dan luar Bali yang pindah. Mereka ada di Bali antara

lain dikarenakan untuk bekerja, bersekolah atau alasan lain

diantaranya menikmati “masa tua” oleh sebab itu profesi mereka

juga berbagai ragam. Namun demikian anggota jemaat yang berasal

dari Bali sendiri sangat sedikit, karena sebelum GKI Denpasar

didirikan mereka tergabung dalam Gereja Kristen Protestan Bali

atau disebut juga “Gereja Bali” dan di gereja lain (GKA Zion,

GKY, GPIB, Bethany Lembah Pujian, GKKA, dsb)24.

Pertumbuhan jemaat sejak tahun 2000 – 2002 cukup pesat.

Sejak pelembagaan, jam kebaktian juga ditambah, dengan jumlah 24 GKY = Gereja Kristus Yesus (dulu Gereja Kristen Jemaat Mangga Besar).

Page 20: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

18

kehadiran; kebaktian pagi hari dihadiri sekitar 130 orang dan sore

hari dihadiri sekitar 50 orang. Anggota tercatat baik dari sidi dan

atestasi (keterangan pindah) masuk seluruhnya adalah 120 orang.

3.3. Gambaran Geografis

Lokasi Gereja terletak di tengah kota Denpasar. Posisi gedung di

jalan raya Puputan nomor 108 di lantai dua ini berseberangan

dengan Kantor Pos Pusat Denpasar. Sehingga dengan demikian

memudahkan untuk dicapai oleh jemaat di sekitar Denpasar maupun

jemaat GKI dari Jawa yang berlibur atau keperluan lain sedang

berada di Bali. Gereja ini dapat dicapai sejauh 30 menit dari

Bandara Udara Internasional Ngurah Rai dan 20 menit dari terminal

bis Ubung. Waktu tempuh melalui darat bila berangkat dari

Pelabuhan Gilimanuk yaitu sekitar tiga sampai empat jam sudah

bisa sampai di Denpasar (Ubung).

Lingkungan gereja berada di dekat gereja besar Katolik di jalan

Tukad Musi. Lokasi ini berada didaerah yang disebut “Renon” yang

merupakan daerah pusat perkantoran pemerintah daerah (didepan

gereja). Letak gereja ditepi jalan besar ini rupanya sangat

menguntungkan, tempat parkir di halaman dan di sepanjang jalan

satu arah sejauh ini tidak mengganggu penduduk karena lokasi

permukiman berada dibelakang gedung.

Seperti GKI Lainnya, bisa dikatakan bahwa kebanyakan jemaat

GKI Denpasar tidak bermukim dekat disekitar gedung.Jemaat GKI

tersebar keberbagai arah baik di daerah Barat (Dalung, Gatot

Page 21: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

19

Subroto Barat, Monang-maning), di Utara (Green kori, Gatot

Subroto tengah) yang terjauh adalah Ubud (berjarak sejauh 40

menit), Timur (Sanur, Ketewel, Biaung) dan di Selatan (Kuta,

jimbaran) yang terjauh adalah Nusa Dua (sekitar 40 menit).

3.4. Gambaran Budaya

Pertemuan dengan budaya Bali membuat jemaat yang plural ini

berinteraksi dan saling memperkaya. Hal tersebut dilihat pada corak

keragaman dalam acara-acara gereja yang diselenggarakan. Bahkan

beberapa kegiatan gerejawi dirumah-rumah anggota jemaat diterima

dengan baik oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini tentunya berpulang

pada interaksi positif yang dibangun oleh perilaku para anggota

jemaat GKI dilingkungannya masing-masing.

Jemaat GKI Denpasar yang dari awal sudah terbentuk dalam

kepelbagaian selalu memelihara keakrabannya. Dalam kegiatan-

kegiatan bersama di dalam persekutuan gereja dapat dicatat

beberapa corak budaya yang menarik untuk dibicarakan;

1. Tata letak bangku atau tata ruang yang dibuat dengan

bentuk setengah lingkaran atau berbentuk “U” dengan

mimbar berada ditengah-tengah. Bentuk bertujuan agar

pembicara /pengkotbah berada ditengah-tengah jemaat

sebagai pendengarnya, sehingga lebih memudahkan untuk

terjadinya ibadah yang dialogis.

2. Sejak awal pendirian sampai sekarang, setiap usai kebaktian

disediakan makanan ringan. Kebiasaan ini dipertahankan agar

Page 22: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

20

seusai ibadah jemaat dapat berkumpul dan lebih

memungkinkan terjadinya perbincangan dalam rangka

membangun keakraban dalam jemaat. Jumlah jemaat di gereja

ini tidaklah besar hingga suasana kebersamaan cukup kental

dirasakan.

3. Salah satu budaya yang harus dipertahankan adalah:

keramahan dan tegur sapa yang tulus dari pengurus dan aktifis

kepada jemaat baru atau tamu juga pada jemaat lama.

Sambutan dan senyuman yang hangat memberi warna pada

tali persekutuan di gereja ini.

3.5. Gambaran Ekonomi

Secara umum dapat dikatakan bahwa jemaat GKI Denpasar

dalam hal perekonomian tergolong menengah keatas. Ada sebagian

jemaat yang berkekurangan, akan tetapi karena rasa kebersamaan

yang masih kental maka usaha-usaha untuk saling menopang dapat

menjadi kesaksian yang indah didalamnya. Namun sejak peristiwa-

peristiwa tragedi yang tak kunjung berhenti sejak WTC 11/9 lalu

“Bom Bali” di Legian Kuta dan seterusnya, maka banyak jemaat

yang kehilangan pekerjaan karena diberhentikan oleh perusahaan

juga banyak usaha-usaha wiraswasta yang macet dan harus bertahan

karena hasil yang sangat tidak memadai.

Page 23: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

21

3.6. Struktur Organisasi GKI Denpasar

GKI Denpasar menjalankan sistem organisasi gereja presbiterial-

sinodal. Persidangan majelis jemaat setempat merupakan penentu

dalam mengambil keputusan. Namun segala hal yang berhubungan

dengan bidang-bidang pelayanan yang ada seperti: Dewasa,

pemuda, remaja, anak, musik gerejawi dan oikumene

kemasyarakatan, merupakan pembahasan yang didasarkan pada

masukan-masukan dari pengurus badan pelayanan yang terkait.

Kebijakan tingkat sinodal menjadi masukan penting bagi

setempat agar dalam mengambil langkah tetap seiring dengan jiwa

yang tengah dibangun secara menyeluruh dalam GKI. Namun

dalam hal tertentu GKI Denpasar tetap berupaya untuk

mengkontekstualisasikan beberapa hal yang dipahami sebagai

pendekatan yang khas yang tentunya berbeda dengan GKI lainnya.

Dalam usaha untuk melibatkan kaum awam sekaligus menggali

potensi sumber daya manusia, GKI Denpasar tidak pernah lupa

untuk selalu berusaha mempercayakan kepanitian kepada jemaat

secara bergantian dan diutamakan kepada orang yang belum banyak

terlibat didalam kegiatan GKI Denpasar secara khusus didalam

kepengurusan.

3.7 Visi dan Misi

Visi GKI adalah: “Kita sebagai GKI dipanggil Allah untuk

menjadi gereja di Indonesia secara terus-menerus menjadi mitra

Allah dalam mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah”. Dan

Page 24: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

22

misinya adalah untuk; mengembangkan spiritualitas, perwujudan

persekutuan tanpa memandang perbedaan, hidup dalam kasih

persaudaraan, melaksanakan kesaksian dan pelayanan,

memperjuangkan perwujudan keesaan gereja, meningkatkan

pertumbuhan anggota dan rasa cinta anggotanya terhadap GKI

sebagai tubuh Kristus25.

Atas dasar visi dan misi umum tersebut, GKI Denpasar tema

kerjanya yaitu: “Bertumbuh Dewasa dalam Ibadah, Iman, Kesaksian

dan Pelayanan” yang dicanangkan pelaksanaannya dalam tiga tahun

program kerja dengan penekanan pada Ibadah pada tahun pertama

(2003), Iman (2004) dan KesPel (2005).

Namun warga jemaat dalam hal ini majelis dan pengurus badan

pelayanan, pada umumnya lebih menyukai hal-hal yang praktis dan

bisa segera dilaksanakan. Mereka lebih cepat menanggapi

penyusunan program dalam hal bagaimana?, kapan?, dimana?,

siapakah pembicaranya?, siapa saja yang dilibatkan? dan berapa

besar anggarannya? dari pada mengapa kegiatan itu harus

diselenggarakan?, apa yang ingin ditekankan?, apa sasarannya?

Bagaimana tindak lanjutnya (Follow up)? Kebiasaan tadi sangat

dirasakan ketika majelis dan badan pelayanan menyusun program

kerja; acara/bentuk kegiatan, waktu dan tempat pelaksanaan serta

hal teknis lainnya lebih dulu dibuat. Setelah itu baru latar belakang,

25 Tim Visi dan Misi GKI, Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia 2002-2010, Persidangan XIII Majelis Sinode GKI, Hlm. 1

Page 25: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

23

tujuan dan sasaran juga tindak lanjut dibicarakan selanjutnya,

bahkan terkadang dilewatkan.

3.8. Kegiatan Pelayanan

Konsentrasi kegiatan pelayanan di GKI Denpasar berorientasi

pada kemantapan wadah-wadah pelayanan dalam Badan Pelayanan

(BP) yang dulu dikenal dengan sebutan “komisi”. Jumlah SDM

yang belum mencukupi membawa pengurus dalam situasi dimana

beberapa personil dapat terlibat lebih dari satu bidang pelayanan.

Dapat dikatakan diluar ke-majelisan, 50% pengurus BP terlibat

beberapa bidang pelayanan.

Beberapa BP mengalami krisis SDM dan motivasi bahkan BP.

OikMas dapat dikatakan non-aktif. Bidang II yaitu KesPel juga

kurang dapat berimprovisasi karena selain koperasi tidak dibentuk

khusus BP-nya, bidang sarana dan prasarana juga mengalami

indikasi yang serupa, sehingga urusan inventarisasi kurang

terjangkau sementara peralatan yang dimiliki bertambah karena

pemberian dari jemaat.

Mengenai koperasi simpan pinjam sudah cukup berhasil

mencapai tujuannya yaitu membantu pedagang kecil dengan

pinjaman ringan. Anggota dari koperasi ini terdiri dari jemaat GKI

Denpasar dan juga masyarakat sekitar Denpasar tanpa dibatasi

dalam bentuk apapun. Namun yang disayangkan bahwa bila ada

rapat anggota, maka tidak ada pertemuan antara seluruh anggotanya.

Page 26: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

24

Kecenderungan anggota lebih kearah pasrah pada keputusan rapat

pengurus bahkan BPH-nya saja.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial karikatif lebih bersifat politis

atau rekreatif dibandingkan usaha untuk benar-benar terjun untuk

bergumul didalam usaha sosial tertentu. Bahkan perkunjungan

diantara jemaat seakan-akan menjadi tugas dari beberapa orang

yang berminat dan bertugas untuk berkunjung.

Usaha-usaha dalam membuka lapangan pekerjaan bagi

beberapa jemaat yang membutuhkan pekerjaan juga mengalami

kegagalan. Kursus-kursus yang diadakan tidak dapat langgeng,

pameran lukisan sebagai usaha kerjasama antara seniman-seniman

Kristen juga tidak berlangsung lancar. Ketika BCAA selaku

penanggungjawab penyelenggaraan pameran lukisan melaksanakan

even di gereja, justru majelis dan anggota jemaat GKI Denpasar

yang terlibat hanya sekitar 5% dari total yang hadir.

Pembentukan Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang

senantiasa bergumul dengan masalah perijinan yang tidak kunjung

tuntas sekalipun sudah berpindah kelokasi baru dan sudah merubah

strategi dalam mengurus ijin. Pada akhirnya harus berhadapan

dengan keputusan Gubernur Bali mengenai jumlah umat sekurang-

kurangnnya 100 KK berdomisili di tempat itu (Desa/Lurah).

Page 27: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

25

IV. MASALAH EKLESIOLOGIS

4.1. Wajah Kemandirian Bagi Jemaat GKI di Denpasar

Sesuai dengan tata gereja yang berlaku di GKI maka ada

beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi agar suatu jemaat

dapat dilembagakan menjadi gereja dewasa melalui tahapan

paguyuban, menjadi bakal jemaat lalu menjadi jemaat penuh

(Dewasa) adalah jumlah anggota sidi minimum 100 orang dan telah

melalui persidangan Klasis dan Sinode serta visitasi khusus yang

berkaitan dengan hal-hal administratif agar memenuhi penilaian

diambang pernyataan dapat di lembagakan atau sehat (dapat

memenuhi kebutuhannya sendiri). Dalam prosesnya majelis jemaat

membentuk Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang senantiasa

bergumul dengan permasalahan ijin yang terutama disandung

Keputusan Gubernur Bali nomor 33 tahun 200326.

Tujuan paguyuban pada awalnya bukanlah sekedar membangun

tembok baru dengan menambah gedung gereja yang didalamnya

semarak dengan acara ritual dan bersifat rutin belaka27, melainkan

terpanggil untuk menghadirkan Kerajaan Allah, menciptakan dunia

26 Tentang prosedur dan ketentuan-ketentuan pembangunan tempat-tempat ibadah di wilayah propinsi Bali pada pasal 2 nomor 3.d & f mengenai daftar jumlah umat yang berdomisili di tempat itu (Desa/Lurah) yaitu sekurang-kurangnya 100 (seratus) KK; Fotocopy KTP dan KK dari para Kepala Keluarga serta memiliki tempat tinggal tetap. 27 Ditekankan kembali dalam buku Pelembagaan GKI Denpasar dalam topik GKI-FCCC, hlm. 27. “VISI keberadaan dan pelayanan GKI di Denpasar tidak hanya terbatas pada melahirkan sebuah jemaat baru GKI, tetapi seyogyanya dikembangkan sebagai wadah bagi perwujudan kepedulian warga GKI kepada masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia, terutama di sekitar Denpasar, Bali”

Page 28: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

26

baru dimana penuh saling pengertian dan saling berdialog didalam

pluralitasnya serta membangun lingkungan dengan filosofi kultur

damai (The Culture of Peace) “Kamu adalah unik, aku juga unik,

dan itulah sebabnya kamu adalah aku….. TAT WAM ASI”28

Sejak GKI Denpasar berdiri maka didalam persidangan majelis

jemaat diutamakan pembicaraan dan konsentrasi pada upaya

mencari pendeta jemaat, pembelian aset berupa tanah dan bangunan

untuk tempat ibadah dan program-program rutin intern. Mengenai

Badan Pelayanan Oikumene Kemasyarakatan (BP. OikMas)

mengalami stagnasi sementara upaya diakonia melalui koperasi juga

mengalami kemunduran karena miskinnya perhatian dari anggota.

Semangat tidak dilengkapi ketahanan untuk konsisten pada

relasinya dengan badan-badan persatuan gereja atau gereja-gereja

lainnya di Bali seperti yang telah dilakukan oleh pendahulunya (H.

Abdi W.).

Dari kedua alinea diatas digambarkan bahwa ada pertanyaan

mengenai apa tujuan kemandirian, perbandingan yang menarik dari

sejarahnya yaitu jemaat GKI Denpasar ingin menunjukkan dirinya

yang “anti-ketergantungan” (serupa dengan anti-zending) antara lain

nampak pada terjadinya kesalahpahaman antara anggota PPGG di

Surabaya dan anggota PPGG setempat di Bali, berkaitan dengan

upaya menyusun kembali keanggotaan PPGG baru yang

diutamakan pada anggota yang berdomisili di Bali.

28 Buletin Paguyuban Warga GKI di Bali edisi I, Maksud/Tujuan serta langkah-langkah yang sudah dikerjakan:, hlm. 2.

Page 29: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

27

Sepanjang perencanaan PPGG baik dalam usaha kepemilikan

sebidang tanah (th. 2002) sampai pada kepemilikan tanah dan

bangunan di jalan Raya Puputan29 menggambarkan campur tangan

Tuhan dalam tersedianya dana secara luar biasa. Dari kondisi yang

akan berhutang malahan berubah menjadi memiliki sebidang tanah

dan simpanan dana pembangunan, seakan-akan membuat jemaat

“terlena” dengan ketegangan sekaligus kekaguman akan penyertaan

Tuhan dan membawa jemaat untuk sejenak memberi ruang pada

tahap stagnasi berikutnya, jika tanah dan bangunan berikutnya

berhasil dimiliki lalu cukupkah waktu bagi perbincangan serius

guna menjawab; Apakah harus mandiri dan memiliki tempat ibadah

permanen untuk mencapai misi GKI-FCCC & visi “Pantai Damai”?

4.2. Sejauh Mana Kematangan Konsep Pantai Damai?

Sesungguhnya visi menuju “Pantai Damai” yang merupakan ide

perseorangan belum menjadi konsep yang matang dan didukung

penuh secara Sinodal maupun jemaat setempat (Bali). Beberapa

gagasan yang tidak berkesinambungan namun memiliki nuansa

yang dapat dihubungkan, konsep “Pantai Damai” yang bersifat

kontemplatif tidak dirumuskan kedalam suatu pemahaman teologis,

sementara ide GKI-FCCC belum dibicarakan dan disusun

perencanaannya ke dalam rapat-rapat PPGG yang baru. Upaya

pengarahan dari Sinode, Klasis dan GKI Residen Sudirman ke arah 29 Surat dari Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Propinsi Bali, No: 630.61-808 perihal Mohon Ijin Tertulis kepada Pimpinan PT. BankBuana Indonesia Tbk. Cabang Denpasar.

Page 30: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

28

konsep “Pantai Damai” maupun GKI-FCCC bisa dikatakan hampir

tidak ada, yang ada adalah anjuran agar GKI Denpasar berbaur

dalam masyarakat Bali. Dan yang tak kalah pentingnya masukan

dari BIMAS Kristen dan MPAG mengenai peranan GKI sebagai

“mediasi” dalam permasalahan antar gereja di Bali.

Kegairahan kehidupan jemaat lebih condong pada terbentuknya

gereja yang eksklusif, hal ini nampak jelas didalam program-

program dan penyusunan tema-temanya. Perbaikan ke dalam

mendapat porsi lebih banyak dibanding membangun hubungan

dengan sekitarnya.

Kalaupun ada bentuk usaha diakonia dan oikumene lebih

kepada usaha politis baik dengan tujuan menjaga hubungan dengan

BIMAS Kristen, Gereja lain, masyarakat sekitar (Banjar dan

Lingkungan) demi alasan keharmonisan dan keamanan. Gereja

kehilangan kelincahannya untuk secara luwes melaksanakan karya

sosial dengan tujuan yang sesungguhnya, akibatnya beberapa

anggota jemaat secara pribadi melakukan karya sosialnya seperti;

melaksanakan kursus pelajaran sekolah tingkat dasar di pedesaan,

menjadi sukarelawan pada saat peristiwa “Bom Bali”30, ikut terlibat

dalam organisasi sosial diluar gereja.

Visi ke arah retreat center tidak berhasil menyentuh jemaat

untuk tergugah dan mulai berkonsentrasi ke arah membangun

30 Pada peristiwa “Bom Bali” 12 Oktober 2003, GKI Denpasar tidak melakukan kegiatan atau aksi aktual tertentu untuk menanggapi tragedi tersebut, hal serupa terjadi pada peristiwa tragedi pembakaran gereja & perburuan orang-orang Kristen di Lombok pada tahun 2000.

Page 31: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

29

kerjasama yang berorientasi lebih banyak memberi (keluar). Bisa

jadi dikarenakan kurangnya sosialisasi dan juga ditambah

konsentrasi mereka lebih diserap oleh kesibukan dalam upaya

PPGG dan kegiatan-kegiatan didalam GKI sendiri. Ditambah

dengan konsentrasi pada pencarian dan penentuan pendeta jemaat

yang sampai saat ini masih dalam proses.

Siapakah GKI Denpasar sehingga ada celah terjadinya cikal

bakal dikotomi pemahaman terhadap kemandirian dan visinya?

Tentu saja jemaat yang terdiri dari para pendatang dari luar Bali dan

mempunyai berbagai latar belakang etnis dan gereja (GKI yang

berbeda) tentu tidak mudah meninggalkan kebiasaan, latar belakang

teologis dan konsep-konsep bergereja yang berbeda telah terbentuk

di gerejanya masing-masing sebelumnya31. Keadaan mereka sebagai

sesama pendatang di satu sisi mempererat jalinan kesatuan, disisi

lain memaklumkan penundaan kematangan konsep. Keeratan

hubungan mereka juga dapat membawa kepada sikap suka

mengelompok yang berkecenderungan kuat membangun

eksklusifitas.

Dari perumusan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam permasalahan kemandirian, visi dan misi GKI Denpasar, ada

masalah teologis sebagai berikut:

1. Dapatkah visi dan gagasan seorang tokoh dapat dihayati

oleh jemaat GKI Denpasar.

31 Masukan dari Pdt. Sri Agus Padnaningsih dalam diskusi pada mata kuliah: Gereja dalam Konteks dengan topik: “GKI Denpasar; Mempelajari Diri Menuju Gereja Yang Kontekstual”.

Page 32: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

30

2. Intropeksi diri apa saja yang dapat didahulukan

sehingga perencanaan misi secara tepat dapat

dilaksanakan.

V. UPAYA MEMBANGUN GEREJA KONTEKSTUAL

5.1. Membangun Keutuhan Visi

Konteks Bali yang sudah menjadi ajang ketidak adilan struktural

harus mendapat tempat dalam pergumulan jemaat di Denpasar.

Perlu disadari bahwa 80% keuntungan pariwisata dari pulau

“Dewata” dimanfaatkan oleh orang di luar Bali, pembangunan

pariwisata yang pesat seiring pengerusakan ekologi yang antara lain

ditandai dengan makin punahnya penyu akibat eksploitasi pantai

yang merusak susunan ekosistem di dalamnya. Struktur moral yang

makin digerogoti baik dari dalam dengan budaya “judi” dan

tingginya tingkat aborsi, maraknya pekerja seks komersial (PSK)

impor dari pulau Jawa, peredaran obat-obatan terlarang dan

rentannya penularan virus HIV merupakan masalah sehari-hari yang

sudah menjadi kebiasaan. Bakat materialis dan hedonisme orang-

orang di Bali membuka lebar peluang pendatang baik dari luar Bali

maupun luar negeri untuk dapat mengambil alih kepemilikan tanah

di Bali, lama kelamaan membuat orang-orang Bali akan menjadi

penumpang di tanahnya sendiri.

Menjawab kompleksitas permasalahan diatas, gereja

diperhadapkan pada beberapa alternatif pemantapan visinya tentang

Page 33: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

31

“Pantai Damai”. Kedamaian yang dipanggul diatas pundak gereja

harus mendapat definisi yang spesifik, antara lain:

1. Kedamaian yang dibangun dari keadilan ekologi; agar

dalam upaya kepemilikan sebidang tanah nantinya tidak

memposisikan diri pada situasi bahwa tanah yang tadinya

memberi makanan pada pemiliknya terhenti bahkan merubah

status pemilik menjadi pekerja ditanahnya sendiri32.

2. Kedamaian adalah buah dari praksis yang terjadi seperti

di Taize (Eropa) bagaimana Liturgi diartikan kedalam liturgi

ritual dan liturgi kehidupan33. Kedamaian yang dipancarkan dari

kesatuan oikumenikal dimana GKI Denpasar telah diberi

peluang yang lebar oleh gereja-gereja di Bali.

3. Kedamaian yang dibawakan dalam suatu konsep tidak

mungkin dalam bentuk gedung, kelembagaan, dan dibatasi

dengan berlama-lama dalam verbal (melalui mimbar) tanpa

suatu aksi, sehingga membudayakan sikap inklusif yang pada

gilirannya membawa jemaat GKI ke dalam hubungan dialogis

baik bagi lingkungan gereja-gereja di Bali, pemerintahan daerah

dan benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat seperti yang

diungkapkan diatas.

32 Suatu analogi terhadap banyaknya contoh-contoh terjadinya kemerosotan status bagi orang-orang Bali yang tadinya adalah pemilik menjadi pekerja akibat pendirian hotel-hotel yang memakan tempat begitu luas. Dan timbullah masalah ketika hotel tersebut tidak bisa memberi nafkah lagi bagi pekerjanya akibat situasi krisis yang dialami secara nasional. 33 A. Pieris, Berteologi Dalam Konteks Asia, Kanisius, Yogyakarta, 1996, hlm.

Page 34: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

32

4. Kedamaian merupakan jawaban dari pertanyaan apakah

gereja, siapakah gereja? Karena gereja dapat berdiri, hidup dan

berkarya tanpa memerlukan bangunan gedung. Apa artinya

sebuah gedung berdiri ditengah-tengah lingkungan penduduk

yang tidak membutuhkannya untuk beribadah? Bukankah

kehadiran gedung gereja merupakan suatu gangguan dan

mengusik ketenteraman masyarakat sekitar. Agar bijak kita

bersikap tentang kontroversi seputar ijin pembangunan gereja

seharusnyalah kita berpikir bagaimana seandainya suatu

lingkungan Kristen (mayoritas) yang padat dan ditengah-

tengahnya akan bangun sebuah rumah ibadat agama lain,

apakah orang-orang Kristen memberikan ijin dengan begitu

mudahnya? Gereja dituntut untuk ikut meletakkan dasar-dasar

pembangunan struktur sosial dimana gereja itu berada tanpa

mengganggu dan mengusik struktur sosial yang sudah ada

sebelumnya.

Gereja yang dibangun harus mendapat arti yang khusus bagi

masyarakatnya. Gereja yang dibangun tidak dapat dijadikan ajang

uji pengalaman dari gereja-gereja dimana jemaat-jemaat berada

sebelumnya. Jemaat yang terkumpul ditempat yang baru dapat

mengupayakan kemandiriannya dengan menemukan sendiri dari

perjumpaannya dengan permasalahan ditempat baru tersebut. Dalam

hal ini jemaat GKI Denpasar dapat mendefinisikan gerejanya bukan

hanya berdasarkan jumlah anggota jemaatnya, kemampuan finansial

dan aset yang dimiliki seperti gedung, pastori, perlengkapan ibadah

Page 35: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

33

dan fasilitas lainnya. Definisi dasar-dasar kekristenan yang hidup

dalam jemaat yang menjadi inti gereja; yaitu benih-benih berupa

keluarga yang: menyatakan kekristenan, nampak kepeduliannya

pada mereka yang tidak mengenal Kristus, berorientasi pada

pengajaran dan tuntunan gereja sebagaimana gereja yang establis

juga yakin untuk mengambil bagian dalam upaya penetapan sebuah

gereja34.

5.2. Menyusun Rencana Misi

Langkah-langkah yang sistematis dan mudah untuk dilaksanakan

merupakan salah satu faktor utama dalam merealisasikan suatu visi.

Beberapa langkah evaluasi menjadi pilihan penting agar mengetahui

sejauh mana suatu visi sudah ditanamkan dan menemukan

kelebihan-kelebihan yang dapat menjadi kekuatan dalam

pencapaian visi sementara kekurangan-kekurangan dapat dipelajari

dengan lebih teliti agar tidak terulang.

Kemandirian yang dituju telah diperkaya oleh pemahaman baru

dalam menjawab pertanyaan pada bagian II.1 bahwa visi “Pantai

Damai” lebih dipahami sebagai upaya membangun suatu filosofi

tentang bagaimana kedamaian dapat dinyatakan oleh sebuah gereja

dimana gereja tersebut dibangun oleh semangat, jiwa dan

pemahaman jemaatnya tentang Kristus yang sangat peduli pada

berbagai ketidakadilan sehingga dalam penyusunan misi GKI-

34 Donald J. MacNair, The Birth, Care, and Feeding of a Local Church, Baker Book House, Michigan, 1979, hlm. 37.

Page 36: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

34

FCCC dapat dimuati langkah-langkah aktual yang erat

hubungannya dengan upaya-upaya:

1. Menciptakan keharmonisan antar gereja-gereja di Bali

bahkan antar agama-agama di Bali agar kelak dapat

menjadi teladan bagi cita-cita bersama untuk menjadikan

GKI sebagai salah satu mediator dalam menanamkan

semangat oikumenikal di Indonesia.

2. Menyusun program-program kerja yang diawali dengan

analisa-analisa yang berkaitan erat dengan beberapa

permasalahan struktural yang terjadi dalam masyarakat

Bali untuk dijadikan landasan rencana aksi.

3. Membuka kesempatan seluas mungkin bagi jemaat

yang mempunyai ketertarikan khusus untuk dapat

berperan dalam pelaksanaan program dengan terlebih

dahulu mengupayakan penanaman visi sehingga mereka

dapat tetap teguh melampaui generasi demi generasi.

5.3. Kajian Alkitab

Bagian ini akan mengkaji Alkitab sebagai sumber nilai dan moral

kristiani sebagai pijakan suatu kemandirian dan pendirian sebuah

misi kemanusiaan.

a. Membangun Rumah Rohani (1 Petrus 2:5)

Membangun rumah yang bagaimanakah sehingga secara rohani

dapat dipahami sebagai tempat dimana semua orang percaya

dapat hidup bukan bagi dirinya melainkan bagi sekitarnya.

Page 37: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

35

Suatu peletakan batu dasar terbangunnya gereja yang

seharusnya disusun dalam sebuah jemaat dimana Kristus kali ini

ditampilkan sebagai “batu yang hidup” oleh Petrus. Bagian ini

menghubungkan pada pros hon proserchomenoi35 yaitu kepada

siapa kita memandang seperti yang digambarkan Mazmur 34:5.

Perhatian ditujukan pada upaya membangun sebuah jemaat

secara spiritual bersumber pada kematian dan kebangkitan

dalam karya penebusan Kristus, sehingga persembahan rohani

dari siapa yang benar-benar percaya pada-Nya akan dibawa

pada kehidupan yang mampu menampilkan terang Kristus.

Tidak dipungkiri bahwa perikop ini kental mengupas

ketidaktaatan, yang dimaksud tentu terkait dengan keraguan

akan campur tangan Kristus dalam perjalanan pelayanan GKI

Denpasar atau juga gambaran yang salah tentang bangunan

rohani yang lebih ditampilkan dalam bentuk fisik materi yang

secara lebih mudah dapat diukur dan dinilai. “Hidup”

seharusnya mendapat makna yang kuat akan kedinamisan dan

berani menampilkan diri dalam kesederhanaan sehingga gereja

dalam masyarakatnya akan mendapat tempat sebagai bagian

dari lingkungannya. Berbaurnya gereja dalam masyarakatnya

tanpa mengurangi dan melunturkan pemahaman akan pokok-

pokok ajaran akan memperkokoh ikatan emosional dalam suatu

masyarakat, dampak yang positif pada waktunya akan

35 Frank E. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, Zondervan Publishing House, Michigan, 1982, hlm. 229.

Page 38: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

36

mengambil bagian ketika gereja yang menyatu itu tidak bisa

tercabut dari lingkungannya karena Kristus semata-mata yang

menganugerahi mereka.

b. Melawat dan merawat sebagai amanat Agung (Yakobus

1:26-27).

Sebagai bagian Alkitab yang menekankan bahwa amat

memungkinkan bagi gereja untuk meindikasikan kemuliaan

dengan kerumitan kulit luar dari penampilan mereka juga

dengan musik yang begitu megah merupakan kebiasaan yang

ditentang dengan memuliakan Kristus melalui evpiske,ptomai

(Episkeptomai) bersifat aktif keluar untuk datang menolong

mereka yang membutuhkan sebagai wujud dari Thrēskeia yaitu

ibadah yang dilakukan oleh Thrēskos yang berarti suatu religi

yang sudah di bawa pada aktualisasi. Dengan kata lain sebuah

tata ibadah yang rapih dan indah dilengkapi dengan gedung

yang megah merupakan cikal bakal pemalsuan terhadap upaya

menyembah dan memuliakan Kristus jika tanpa upaya melawat,

merawat dan menolong mereka yang menjadi korban berbagai

macam ketidakadilan.

c. Motivasi menjadi Mediasi Upaya Oikumenikal

(Yohanes 17:21)

Ketika Kristus sendiri memohon pada Bapa agar “mereka yang

telah diberikan pada Kristus” untuk menjadi satu supaya umat

percaya sebagai buah pekerjaan itu dipersatukan dan dipelihara

keesaannya. Keberbedaan yang berpotensi untuk memecah

Page 39: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

37

belah di antara sesama umat percaya menjadi salah satu fakta

yang sangat menuntut perhatian dan keseriusan untuk

dipersatukan menjadi tugas bagi setiap gereja.

5.4. Upaya Merumuskan Teologi Kontekstual.

Berdasarkan kajian diatas maka tidak dapat disangkali bahwa

nilai-nilai teologis biblis sangat menopang bagaimana bersikap dan

bertindak dalam merealisasikan sebuah visi dan misi gereja dalam

konteks di Denpasar yang mana sudah terdiri dari berbagai

denominasi gereja berikut dengan berbagai permasalahan struktur

yang khas di daerah tersebut. Semangat oikumene senantiasa harus

dijaga kelanggengannya karena sejalan dengan kemapanan yang

kita pelajari dari gereja-gereja GKI lainnya justru telah membawa

gereja pada posisi yang lebih sulit dibanding keadaan GKI Denpasar

sekarang ini. Pemaknaan baru bagi GKI Denpasar yang bisa

dikatakan sangat berbeda dengan GKI pada umumnya adalah GKI

Denpasar bukanlah suatu bertuk gereja yang mapan melainkan

sebagai suatu komunitas yang dapat menghadirkan suasana

kebersamaan dan suasana yang dihiasi semangat menjunjung tinggi

keadilan. Tidaklah terlambat bagi GKI Denpasar untuk menyadari

bahwa jemaat yang sudah ada sekarang ini merupakan suatu karunia

yang sudah sangat cukup untuk dengan jiwa besar lebih

memprioritaskan pematangan rencana misi GKI-FCCC sebagai

”jembatan emas” untuk menghantar pada “Pantai Damai” yang

bukan lagi menjadi impian belaka.

Page 40: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

38

VI. USULAN AKSI

Beberapa aksi yang bisa dipertimbangkan untuk diupayakan

adalah;

1. Menyusun filosofi pelayanan yang akan dipakai pada

GKI-FCCC berdasarkan pemahaman teologis yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Mempersiapkan tenaga kategorial dan/atau kepanitiaan

yang telah dibekali pemahaman cukup untuk menerima

mandat penyusunan rencana kerja.

3. Mengembangkan hubungan keluar dan mengumpulkan

dukungan baik dari dalam maupun luar melalui Badan

Pelayanan Oikumene dan Masyarakat secara intensif dan

mencetak kader-kader yang mau mengembangkan diri

dalam hubungan kemasyarakatan (HUMAS).

4. Banyak melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan antar

gereja, antar agama juga kegiatan kemasyarakatan lainnya

untuk mengembangkan hubungan semaksimal mungkin.

Page 41: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

39

LAMPIRAN I36

Wawancara dengan Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi

HISTORIS PENDIRIAN GKI DENPASAR

MENGAPA DI BALI DIDIRIKAN GKI?

Pada suatu sidang sinode GKI Sinode Wilayah Jawa Timur pada

sekitar tahun sembilan belas delapan puluhan, ada permintaan dari

dua orang keturunan Tionghoa dari Denpasar Bali yang

mengharapkan adanya pelayanan GKI di Denpasar, karena yang ada

adalah gereja berlatar belakang bahasa Tionghoa, dan kebanyakan

orang Tionghoa peranakan tidak terlalu cocok untuk menggabung,

demikian juga untuk menggabung dengan gereja yang lainpun

mereka tidak bisa. Tetapi setelah majelis sinode mengirim dua

utusan ke Denpasar, menganggap bahwa tidak perlu ada pelayanan

36 Jawaban Pdt. Em. H. Abdi W. terhadap pertanyaan-pertanyaan penulisan sehubungan dengan penyusunan karya tulis ini.

Page 42: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

40

tersebut, sebab sudah ada Gereja Kristen Protestan Bali, yang

sebenarnya sudah menampung orang-orang Kristen dari pelbagai

daerah Indonesia untuk berjemaat di Bali. Namun setelah itu masih

banyak orang-orang yang bekas jemaat GKI dari beberapa daerah di

Jawa, yang tidak bergabung di GKPB, bahkan banyak yang menjadi

turis gereja, yaitu senantiasa berpindah dari gereja yang satu ke

gereja yang lain. Selain itu sejak terjadinya peristiwa Mei 1998, di

mana banyak orang Tionghoa berimigrasi dari Jakarta dan Solo ke

luar negeri tetapi juga atau ke Batam dan ke Bali yang mereka

anggap daerah aman, maka banyaklah eks jemaat GKI yang tidak

bergereja di Bali, meskipun mereka beada di Bali. Namun semua ini

tidak menjadi sebab berdirinya GKI Bali.

Yang menjadi sebab adalah seorang pendeta emeritus yang bernama

Hosea Abdi Widhyadi, setelah menyelesaikan tugas pendirian GKI

di Batam, maka dengan enaknya tanpa berpikir panjang dia

mengungkapkan kepada beberapa majelis GKI Residen Sudirman

yang adalah temannya, bahwa dia ingin mendirikan GKI di

Denpasar Bali, tetapi dengan pemikiran bahwa bukan jemaat yang

seperti jemaat-jemaat lain, namun sebuah retreat center yang

diharapkan dapat berseberangan dengan Taese yang lebih berjiwa

barat, dan retreat center yang di Bali ini lebih berjiwa timur dan

khususnya Bali/Jawa. Mengapa Bali yang dipilih tempatnya. Karena

Bali adalah pulau international meskipun berada di wilayah

Indonesia. Selain itu Bali memang sangat cocok untuk keperluan

Page 43: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

41

tersebut, sebab budaya dan kesenian sangat kental sekali di Pulau

Dewata ini. Sehingga retreat center itu menjadikan budaya dan seni

sebagai landasan pogram. Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi

menamakan program itu dengan nama: “Pantai Damai”.

Namun setelah disidangkan di majelis GKI Residen Sudirman,

maka mengharapkan bahwa yang harus membangun adalah jemaat

Bali sendiri, sebab itu jika itu akan menjadi program GKI, biarlah di

Bali dan khususnya Denpasar didirikan GKI dahulu.

USAHA APA YANG MEMPERTEGUH TUJUAN TERSEBUT?

Maka setelah itu Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi bersama

dengan seorang majelis GKI Residen Sudirman pergi ke Bali

khususnya Denpasar untuk mengunjungi seorang eks majelis GKI

Residen Sudirman yang sudah lama bermukim di Denpasar. Dan

saat itu pula Pak Leo Emmas yaitu eks majelis GKI Residen

Sudirman tersebut mengundang seorang yang bernama Bapak Jopie

Moningka seorang yang cukup berpengaruh di Denpasar sebab dia

adalah eks komandan Kodim Denpasar yang sudah pensiun. Setelah

Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi memberitahukan ide

pengembangan retreat center yang menjadi program GKI, maka

mereka sangat antusias untuk ikut menunjang program pendirian

GKI di Denpasar. Maka pada kemudian harinya Bapak Leo Emmas

menjadi ketua panitia pos GKI Denpasar dan Bapak Jopie

Page 44: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

42

Moningka dan Istrinya menjadi anggota bersama dengan beberapa

orang lain yang kebetulan eks jemaat GKI Surabaya.

.

PERISTIWA HISTORIKAL APA YANG MENUNJANG USAHA

TERSEBUT?

Setelah itu Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi ditempatkan oleh

majelis GKI Residen Sudirman di Denpasar untuk melaksanakan

tugas pendirian GKI di sana. Sebagai rumah tinggal dipinjamkan

sebuah rumah di Denpasar yang dimiliki saudara Bapak Yopie

Moningka yang tinggal di Kupang.

Dalam melaksanakan program tersebut maka yang dilakukan oleh

Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi menghubungi para tokoh gereja

yang ada di Denpasar terutama Bishop dari Gereja Kristen Protestan

Bali, serta departemen agama propinsi Bali bagian Protestan. Dan

tampaknya para pimpinan gereja-gereja di Denpasar sangat antusias

juga untuk menunjang ide tersebut. Dan istimewanya di kota yang

tidak terlalu besar seperti Denpasar itu sudah berdiri sekitar 50

jemaat dari beberapa aliran.

Maka sejak keberadaan Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi di

Denpasar diadakanlah kebaktian-kebaktian baik rumahan maupun

setiap hari minggu. Dimulai dengan jemaat yang sangat sedikit

sekali. Dari jumlah sekitar delapan orang yang berkembang setiap

minggunya, sehingga saat Pdt Emeritus Hosea Abdi Widhyadi ini

Page 45: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

43

meninggalkan Bali pada tiga tahun kemudiannya menjadi sekitar

150 orang jemaat.

HUBUNGAN BUDAYA GKI DAN BUDAYA BALI

BUDAYA APA YANG ADA DI JEMAAT GKI DENPASAR?

Jemaat GKI Denpasar adalah kumpulan orang menengah ke bawah.

Artinya sedikit sekali pengusahanya, sebagian besar dari kelompok

menengahnya adalah pekerja pada perusahaan orang lain, dengan

pangkat sejajar pimpinan. Lebih banyak orang mudanya yang

memang adalah pendatang dari Jawa yang mencari kerja di Bali.

Anehnya keturunan Tionghoanya tidak terlalu banyak sekitar 30%

dari seluruh jemaat, selain itu ada dari suku Ambon, suku Batak,

suku Menado dan suku Jawa. Hanya ada satu keluarga dari suku

Bali. Sehingga di jemaat sendiri terasa budaya multi kultural sudah

terjadi. Namun sebagaimana GKI di mana saja meskipun jemaatnya

adalah dari pelbagai suku Indonesia, terasa sekali budaya GKI

menjadi budaya yang cukup dominan. Bagaimana budaya tersebut?

Cara berpikir, berorganisasi, terutama dalam pengolahan ekonomi

gereja sangat GKI sekali, ketat dalam pengeluaran, hanya sesuai

dengan program yang sudah disidangkan. Dan celakanya justru dari

kalangan orang Tionghoalah yang menjadi pimpinan, meskipun ini

kurang disadari dalam melakukan pemilihan majelis, tetapi hasilnya

senantiasa demikian. Sebab itu saat Pdt Emeritus Hosea Abdi

Widhyadi masih di tengah jemaat GKI Denpasar, hal itu coba

Page 46: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

44

dengan sengaja dihindarkan. Sehingga pada suatu saat pimpinan pos

GKI Denpasar adalah seorang dari suku Jawa.

Meskipun demikian terasa dalam kehidupan bersama kepelbagaian

tersebut tidak dirasakan menyolok. Hidup kebersamaan menjadi

adalah modal perjuangan yang mampu menjadikan jemaat yang

tadinya jemaat yang sangat kecil menjadi jemaat yang cukup

lumayan banyaknya.

BAGAIMANA PERTEMUAN JEMAAT DENGAN BUDAYA BALI?

Bali adalah sebuah pulau yang indah. Yang mempersona banyak

orang dari banyak negara di dunia ini. Sebuah pulau yang sarat

dengan kesenian. Sebab itu di jemaat ada beberapa seniman yang

menjadi jemaat kita meskipun mereka bukan orang Bali asli, tetapi

mereka adalah aktifis seni di Bali, dan juga karena kepemimpinan

Pdt emeritus Hosea Abdi Widhyadi sangat memperhatikan seni dan

budaya, maka banyak seniman yang simpati terhadap program GKI

Denpasar. Sehingga sering dalam ibadah-ibadah khusus, dipakailah

budaya Bali dalam liturgi; seperti pakaian adat Bali untuk pelayan

liturgy khususnya saat perjamuan kudus, demikian juga selama

kebaktian diiringi oleh seruling dan gamelan Bali. Selain itu

dilakukan pelayanan kepada para seniman Kristen di Denpasar dan

Ubud. Separoh dari gedung yang disewa GKI untuk ibadah dipakai

untuk galeri lukisan persembahan para seniman Kristen Bali

maupun yang bukan dari Bali. Untuk anggur perjamuan kudus

Page 47: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

45

dipakailah anggur buatan Bali sendiri. Sehingga perjamuan kudus

itu benar-benar hasil dari anak-anak Bali. Saat setelah Bom WTC

maka jemaat GKI Denpasar ikut menjadi penyelenggara dan

melaksanakan Festival Perdamaian di Denpasar yang isinya sarat

dengan tarian dan musik Bali yang dikolaborasi dengan gamelan

Bali.

Memang sulitnya adalah adanya beberapa jemaat yang sangat

fundamentalis, sehingga mereka agak tidak mau bersentuhan

dengan adat dan budaya dengan alasan agama Hindu Bali yang

menyembah alam. Padalah mereka makan dari hasil

perdagangannya dengan orang Bali. Kelompok orang yang

demikian ini yang membuat hubungan budaya GKI dan Bali kurang

mampu berdialog dengan baik, meskipun Pdt emeritus Hosea Abdi

Widhyadi mencoba dengan sekeras tenaga untuk mendekatkannya,

dengan pedoman buat apa kehadiran GKI di Bali kalau GKI di

Denpasar tidak bisa berdialog dengan sekitarnya dengan baik.

Bukan berarti mencoba mengkawinkan dua budaya yang berbeda

ini, tetapi kemampuan berdialog bersama sudah cukup simpati

dalam kehidupan bersama.

MAMPUKAH BUDAYA BALI MENUNJANG BUDAYA JEMAAT?

Seharusnya budaya Bali menunjang bukan saja GKI Denpasar tetapi

semua gereja yang ada di Bali. Memang sulitnya ada beberapa

Page 48: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

46

masalah yang membuat menjadi jauh budaya Bali dengan gereja-

gereja di Bali. Hal ini dapat diterangkan dari beberapa unsur:

Sejarah Kehadiran Gereja di Bali. Terjadinya orang Bali berkenalan

dengan Kristus adalah karena beberapa misi, yaitu dari beberapa

orang Tionghoa Kristen yang mengabarkan injil ke Bali, tetapi yang

terutama adalah karena kerja dari Gereja Kristen Jawi Wetan yang

mampu memperkenalkan banyak orang Bali dengan Kristus. Tetapi

pemerintah Belanda yang harus mengambil hati masyarakat Bali

saat itu, mengumpulkan sekian banyak orang Bali Kristen Protestan

maupun Katolik yang dibuang ke Bali Barat yaitu yang sekarang

dikenal dengan desa Kristen Blimbingsari yang menghasilkan

banyak pendeta Bali. Orang Bali yang beragama Hindu Bali merasa

dikhianati orang Bali yang menjadi Kristen, sehingga mereka tidak

bisa berhubungan dengan baik. Lalu akibatnya, jemaat Kristen Bali

sendiri kurang bisa memakai budaya sendiri dengan mantap, ibadah

mereka masih benar-benar berbau Eropa. Bahkan gereja-gereja

Jerman dan Belanda seakan-akan saudara kandung dari gereja

Kristen Bali.

Masyarakat Bali sendiri adalah masyarakat yang penuh dengan

toleransi terhadap kehadiran orang asing dan agama lain di tenganh

kehidupan mereka. Sebenarnya terhadap bertumbuhnya gereja-

geerja di Bali tidak terlalu menjadi masalah di antara orang Bali,

namun setelah ada suara kesombongan dari gereja-gereja

Page 49: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

47

kharismatik yang bersemboyan: “Mari kita rebut Bali untuk

Kristus!”, membuat banyak orang Bali menjadi marah. Sehingga

sejak saat itu orang Bali menjadi tidak terlalu suka dengan adanya

gereja-gereja yang bertumbuh subur di Bali. Hal ini ditunjang

dengan adanya kebangkitan semangat kesukuan dari orang muda

Bali.

Kalau dahulu gedung gereja harus berarsitektur Bali, dan

diharapkan bisa memakai nama-nama Bali, pada pertengahan tahun

2001, ada gerakan anti terhadap agama yang bukan Hindu Bali

untuk pemakaian nama dalam bahasa Bali maupun arsitektur Bali.

Benar-benar sayang.

GKI pun terkena imbasnya. Padahal apa artinya kehidupan di

tengah masyarakat tertentu kalau tidak bisa bersentuhan secara

kontekstual dengan sekitar?

PENGARUH POLITIK YANG ADA DI MASYARAKAT

TERHADAP JEMAAT

BAGAIMANA MENYELESAIKAN GESEKAN DARI LUAR YANG

MENGHAMBAT PERJUANGAN GKI?

Di Indonesia adalah omong kosong kalau hubungan antar agama

cukup baik, sebab sebaik-baiknya di sana sini masih ada kecurigaan

terutama dari kelompok mayoritas. Tetapi yang lebih celaka adalah

dari kaum fundamentalis yang sering kurang mampu menerima

Page 50: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

48

yang lain. Ini yang menyebabkan hubungan antar agama lebih buruk

lagi. Salah satu yang menjadi kendala adalah pembangunan rumah

ibadah. Kalau terjadi yang sangat simpati adalah hanya terjadi di

Ambon sebelum Ambon diobrak-abrik oleh mereka yang tidak suka

hidup kebersamaan yang baik.

Maka demikian juga GKI Denpasar untuk mengatasi hal tersebut,

yang utama adalah melakukan pendekatan, khususnya dengan

pimpinan grass-root seperti dengan kepala desa atau kepala adat di

mana jemaat GKI Denpasar melakukan ibadahnya. Jangan harap

untuk mendapatkan IMB untuk pembangunan gedung gereja. Di

Denpasar yang punya gereja dari macam-macam aliran sebanyak

kurang lebih sekitar 50 gereja, maka yang punya gedung gereja

yang sah, hanya sebanyak 4 gedung gereja, selebihnya hanya berdiri

begitu saja, tetapi masyarakatnya tidak melakukan apa-apa, sebab

mereka seakan-akan sudah membaptis keberadaan gedung gereja

tersebut. Padahal peraturan pemerintah daerah adalah sebuah rumah

ibadah apakah itu pure atau gereja atau mesjid atau apapun saja,

hanya boleh sah berdiri kalau dikitari 40 KK jemaatnya.

BAGAIMANA MENYELESAIKAN HAL DARI LUAR ITU YANG

MEMPENGARUHI KEHIDUPAN JEMAAT?

Kehidupan pribadi jemaat sendiri tidak terpengaruh oleh masalah

gesekan tersebut, apalagi mereka dating ke Bali untuk mencari

makan, karena itu mereka mampu berhubungan dengan baik dengan

Page 51: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

49

sekitarnya, setidak-tidaknya dalam hubungan ekonomi. Apalagi

kalau seorang jemaat memang sangat diperlukan oleh masyarakat,

seperti seorang dokter yang kerjanya di desa tertentu. Dia adalah

orang yang sangat dihormati di desa tersebut. Namun anehnya

begitu dia masuk ke dalam lingkungan gereja, langsung berobah

hidup menjadi orang Kristen asli se-asli dari kota besar di Jawa

mana dia asalnya.

Ternyata gereja harus berbentuk seperti gereja-gereja di Jawa saat

belum kenal akan historical critics dahulu saja, padahal sekarang

gereja seharusnya lebih dari itu. Nyanyian harus agak Barat,

sehingga menamakan kelompok paduan suara saja harus pakai nama

barat. Ini adalah kerja berat untuk mempertemukan jemaat atau

gereja dengan budaya luar yang benar-benar bisa meledak menjadi

musuh pada suatu kali.

PELAJARAN APA YANG DAPAT DIAMBIL DARI PERGUMULAN

TERSEBUT?

Memang sangat sayang kalau hubungan menjadi sangat buruk,

kehidupan akan lebih buruk lagi, terutama bagi masyarakat yang

memerlukan hidup layak di Indonesia ini, dan mereka ini adalah

masyarakat yang paling bawah. Gereja harus menjadi pejuang

perdamaian, kesejahteraan dan keadilan dalam kehidupan ini. GKI

Denpasar dihadirkan oleh Tuhan di Bali bukan untuk kenikmatan

Page 52: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

50

kehidupan jemaat GKI, tetapi untuk mampu memberikan sejahtera

kepada sekitarnya.

GEOGRAFIS DAN EKONOMI

APA ISTIMEWANYA GEOGRAFIS DENPASAR YANG JAUH

DARI GKI YANG LAIN?

Saya kira dalam abad teknologi yang begitu maju, jarak geografis

tidak telalu menjadi masalah. Yang jauh menjadi dekat. Kalau ada

masalah hubungan antar gereja sekarang dengan mudah kita bisa

berSMS atau berEMAIL atau ber apa saja. Kalau mau cepat sampai

tujuan ada pesawat udara yang sekarang sedang murah. Tetapi satu

hal yang penting adalah: Dengan hadirnya GKI di Denpasar Bali,

maka jemaat dari seluruh dunia di mana ada GKI, kalau sedang

liburan di Bali, pada hari minggunya, mereka beribadah di GKI

Denpasar Bali.

APAKAH HANCURNYA WTC, KERUSUHAN LOMBOK DAN

BOM BALI MEMPENGARUHI EKONOMI JEMAAT?

Saat hancurnya WTC, maka Bali menjadi sepi sekali, sebab semua

negara Barat mencekal warga negaranya untuk ke Indonesia. Tetapi

tidak terlalu lama Bali menjadi ramai lagi, tetapi belum pulih betul

maka meledaklah Bom Legian, yang benar-benar mematikan Bali

sama sekali, beberapa bulan ini mulai ramai lagi, tetapi terjadi

ledakan Kuningan Jakarta. Apa maunya para pengebom ini?

Apakah mau membunuh seluruh bangsa ini? Segala kerusuhan di

Page 53: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

51

bagian Indonesia mana saja sekarang, akan membunuh Bali. Dan

yang terkena imbasnya pasti semua orang yang tinggal di Bali,

termasuk jemaat GKI Denpasar. Saya kok berpikir, lebih baik para

pengebom itu dikumpulkan jadi satu diikat jadi satu, lalu diledakkan

dengan bom yang paling dahsyat di tengah lautan. Pikiran ini tidak

Kristen sama sekali.

STRUKTUR ORGANISASI GKI TERHADAP KEHIDUPAN

JEMAAT

APAKAH STRUKTUR GKI SANGAT MEMPENGARUHI

KEHIDUPAN BERJEMAAT DI GKI DENPASAR?

Struktur organisasi GKI sebenarnya sangat membantu kehidupan

berjemaat di GKI Denpasar, terutama untuk mencegah mereka yang

terlalu fundamentalis, dan mengarahkan jemaat pindahan dari

jemaat lain untuk mengenal GKI. Apalagi GKI menerima Lima

Dokumen Keesaan untuk persatuan gereja-gereja Indonesia dan

persatuan Indonesia yang penuh kepelbagaian.

MISI DAN VISI

APAKAH MISI DAN VISI GKI MAMPU BERKOMUNIKASI

DENGAN VISI DAN MISI LOKAL?

Sesuai dari sejak permulaan paper ini, kehadiran GKI di Bali harus

mampu berkomunikasi dengan budaya sekitar, maka visi dan misi

GKI harus mampu membaca dan mengerti visi dan misi sekitarnya,

Page 54: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

52

sehingga visi dan misi GKI senantiasa bisa diaktuilkan dalam

kehidupan nyata.

KONSEP EKLESIOLOGI APA YANG DITERAPKAN DALAM

PEMBANGUNAN JEMAAT DI BALI?

Kalau anda membaca dengan teliti seluruh tulisan ini, maka Anda

dapat menyimpulkan konsep eklesiologi GKI Denpasar dalam

pembangunan Jemaat di Bali. Konsep menghadirkan diri secara

utuh di tengah lingkungan kepelbagaian, dan menjadi peserta

perjuangan untuk meningkatkan kehidupan siapa saja dalam

kehidupan ini.

Page 55: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

53

LAMPIRAN II

Wawancara dengan Keluarga Moningka

Pergumulan I. Aspek Historis 1. Mengapa keluarga berada di Bali?

Ketika kami masih berada di Kupang, menjelang akhir tugas tahun

1989, kami suami istri mulai memikirkan / merencanakan tempat

dimana kami menikmati “masa tua kami”. Dengan berbagai

pertimbangan antara lain kemudahan untuk menjangkau berbagai

kota di tanah air dan ketenaran Bali ke pelbagai pelosok dunia maka

akhirnya kami memilih Bali sebagai tempat tinggal. Untuk

mewujudkan rencana tersebut, tahun 1987 kami menempati rumah

di Denpasar. Tepatnya di jalan Gunung Lempuyang 42.

Page 56: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

54

Tadinya kami adalah jemaat GPIB Denpasar yang seing berbakti di

GKPB Gereja Kristus Kasih di jalan Debes Denpasar. Disana kami

bertemu Bp. Leo Emmas yang juga ketika itu masih berstatus

jemaat GKI Surabaya. Tanggal 27 Februari 1999, ketika utusan GKI

Ressud dari Surabaya (Pdt. Abdi W cs) berkunjung ke Denpasar ke

kediaman Bp. Leo Emmas, kami diundang hadir. Disana

dibicarakan tentang kemungkinan di bentuknya Paguyuban GKI tgl

12 Maret 1999 dilakukan kebaktian RT Perdana di rumah Bp. Leo

Emmas sebagai tanda terbentuknya Paguyuban Warga GKI di Bali

(selanjutnya baca perkembangan dalam hal 24 pada buku

pelembagaan bakal jemaat Dps dan bulletin edisi 1 mei 1999)

dengan pertimbangan bahwa suami saya ketika itu sebagai ketua

Forum Komunikasi Kristiani di Bali, beliau diminta sebagai

penasehat paguyuban.

2. Menurut Anda apakah tujuan yang melandasi dan memacu

proses pendirian?

Untuk mendirikan sebuah gereja harus melewati suatu prosedur baik

yang dibuat oleh pemerintah maupun konsensus bersama yang

disetujui oleh MPAG (Musyawarah Persekutuan Antar Gereja di

Bali) tugas penasehat ketika itu melakukan lobi baik kepada

pemerintah , BIMAS Kristen maupun kepada MPAG. Kedua

lembaga ini membentuk persyaratan khusus terhadap pendirian GKI

di Denpasar ini yaitu

Page 57: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

55

GKI diharapkan menjadi contoh sekaligus mediator

bagi gereja-gereja di Bali

Mampu memberika kesaksian yang baik bagi

masyarakat di sekitarnya (Masyarakat Bali)

Diharapkan tidak melakukan ekspansi (Merebut

anggota gereja lain)

Memadukan tugas khusus diatas dengan misi dari Pdt. Abdi Cs,

khususnya “Pantai Damai” sekaligus memperhatikan perkembangan

situasi secara global terwujudlah visi dan misi GKI Bali sesuai

tulisan yang ada pada bulletin edisi 1 paguyuban GKI Bali (Hal 1-

2).

Langkah awal untuk menjawab visi dan misi diatas adalah

pendekatan terhadap gereja-gereja yang ada di Bali. Pdt Abdi

bersama penasehat melakukan kunjungan baik secara resmi maupun

tidak resmi kepada pengurus MPAG dengan BIMAS Kristen

termasuk mengikuti kegiatan bulanan di Forum Bali Partnership

(Persekutuan Hamba-hamba Tuhan se-Bali) serta kegiatan yang

diadakan oleh Full Gospel Men’s Fellowship International.

Disamping itu melibatkan diri dalam berbagai kegiatan oikumene.

Dalam rangka mewujudkan kesaksian keluar GKI coba melakukan

beberapa kegiatan bersama masyarakat sekitarnya;

Ikut serta bahkan sekaligus mensukseskan acara festival

Budaya yang dilakukan bersama dengan berbagai

komunitas agama-agama di Bali. Tampilnya GKI dalam

Page 58: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

56

acara tersebut mulai persiapan (Latihan bersama di

Gedung GKI) sampai pelaksanaannya yang dilakukan

di Art Center Denpasar memberikan dampak positif

yang besar baik terhadap berbagai gereja di Bali

maupun terhadap masyarakat Bali khususnya

pemerintah di wilayah Bali. Keterlibatan beberapa

anggota jemaat pada berbagai kegiatan – kegiatan sosial

kemasyarakatan yang berskala nasional samapi

Internasional memberikan warna tersendiri bagi GKI

Denpasar. Dapat disebut disini antara lain Forum

Pengkaji dan Pemberdayaan Bangsa yang mulai

merambah kepelbagai kota-kota besar di Indonesia.

Festifal Bali Matembang II (I tahun 2003) yang

dirancang berskala nasional dan internasional juga

merupakan “konsep bahkan perjuangan” kawan-kawan

beberapa anggota jemaat GKI. Hal-hal tersebut diatas

juga merupakan peristiwa histories yang menunjang

terbangunnya jemaat dihadapkan pada misi dan visi

utama gereja menjadi garam dan terang bagi dunia

sekelilingnya.

Membentuk atau mendirikan koperasi yang melibatkan

masyarakat sekitarnya. Kegiatan-kegiatan koperasi

antara lain memberikan ketrampilan kepada para

anggota (Baik anggota jemaat maupun bukan

jemaat/non-kristen) membantu pedagang-pedagang

Page 59: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

57

kecil dengan memberikan kredit usaha sangat dirasakan

oleh para anggota koperasi yang memiliki usaha

tersebut. Karena kekurangan SDM pada pengurus

koperasi maka kegiatan-kegiatannya masih tersendat-

sendat.

Pergumulan II. Aspek Kultural GKI Denpasar terdiri berbagai suku (etnis) antara lain:

Jawa, Tionghoa peranakan, Batak, Ambon, Kupang,

Manado sekalipun masing-masing memiliki keunikan

tersendiri, tetapi interaksi antara mereka sangat positif.

Interaksi positif ini nampak pada pelbagai kegiatan

kepanitiaan dan acara-acara yang diselenggarakan oleh

gereja. Dengan perkataan lain keunikan-keunikan masing-

masing justru memperkaya kehidupan jemaat GKI. Hal

yang perlu “dicermati” adalah adanya “like and dislike”

(kelompok/etnis) terhadap pemilihan atau pencarian

seorang pendeta.

Pertemuan jemaat dengan budaya Bali, menurut

pengamatan kami belum membawa masalah yang negatif,

justru anggota jemaat yang mampu memainkan perannya

dengan melibatkan diri ditengah kehidupan masyarakat Bali

membawa efek/pengaruh positif bagi kehidupan gereja.

Suami saya, kebetulan terlibat bahkan menjadi penasehat

pada paguyuban yang anggota masyarakatnya kebanyakan

Page 60: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

58

berasal dari Bali. Akibatnya kegiatan yang bersifat gerejawi

di rumah-rumah anggota jemaat sangat diterima oleh

masyarakat sekitarnya.

Menurut hemat kami, interaksi yang positif yang pada

gilirannya membawa keuntungan dalam membangun

budaya masing-masing itu sangat terbantu dari perilaku

para anggota jemaat GKI yang berada di tengah-tengah

masyarakat Bali.

Pergumulan III. Aspek Politis Beberapa unsur yang menghambat ijin tanah dijalan tukad

musi oleh pemerintah propinsi permohonan pembangunan

gereja sudah “dipersulit” antara lain dengan berbagai

persyaratan antara lain:

o Jumlah jemaat harus diatas 100 KK

o Memiliki ijin masyarakat sekitar

o Dll.

Untuk memenuhi jumlah 100 KK dapat “disiasati” tetapi untuk

memiliki ijin masyarakat sekitarnya sangat sulit untuk

mendapatkannya

Unsur lain adalah kekawatiran “mereka” yaitu: kehadiran

sebuah gereja yang berada ditengah masyarakat sering

menimbulkan masalah, antara lain kebisingan kemacetan

(Tidak ada parkir yang memadai) dan yang paling mereka

Page 61: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

59

takuti adalah perpindahan agama (Orang Hindu Bali masuk

Kristen).

Salah satu alternatif yang dilakukan oleh Majelis GKI

adalah pendekatan terhadap pejabat desa, kecamatan dan

masyarakat disekitar bangunan baru.

Pergumulan IV. Aspek Geografis dan Ekonomis GKI Berada di pusat kota (Lokasinya diseberang kantor pos

pusat Denpasar) mudah dikenal oleh siapapun juga, baik

oleh jemaat (gereja) di Denpasar maupun jemaat diluar

Bali. Oleh sebab itu banyak jemaat baik disekitar Denpasar

maupun diluar Bali dengan mudah beribadah di GKI

Denpasar.

Hancurnya WTC, Bom Bali, dsb menyebabkan terpuruknya

perekonomian di Indonesia, secara khusus di Bali.

Pariwisata Bali sangat terpukul oleh peristiwa tersebut.

Banyak perusahaan perusahaan terpaksa melakukan PHK

dengan ini berakibat secara tidak langsung terhadap jemaat

GKI. Banyak anggota gereja yang kehilangan pekerjaan.

Bagi jemaat pendatangpun sulit mendapatkan pekerjaan.

Pergumulan V. Aspek Tokoh-tokoh pendiri GKI

Kehadiran GKI di Denpasar cukup unik. Awal berdirinya GKI

nampaknya kurang direstui sinode karena berbagai “pertimbangan”

tertentu. BIMAS Kristen dan MPAG sebetulnya cukup hati-hati

Page 62: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

60

untuk menerima berdirinya “gereja baru” karena menurut mereka

setiap berdirinya gereja baru di Bali, justru menimbulkan masalah

baru.

Lewat pendekatan yang baik dengan alasan bahwa berdirinya GKI

Denpasar semata-mata menampung saudara-saudara (Anggota GKI

yang “hijrah” karena usaha diberbagai kota (Jakarta, Solo,

Surabaya, dll). Akhirnya kedua lembaga ini dapat menerima

kehadiran GKI, tetapi dengan harapan:

1. GKI mampu menjadi “Mediasi” diantara berbagai

denominasi gereja-gereja yang dirasakan kurang “akur”

2. Mampu memberikan kontribusi pada pergumulan

masyarakat di pemerintahan setempat.

Pergumulan VI. Aspek Struktur/Organisasi Pembentukan komisi OikMas sekaligus pemberdayaannya dapat

menghilangkan penilaian negatif baik BIMAS Kristen/MPAG dan

gereja lain. Saat ini berbagai upaya dilakukan untuk mengaktifkan

komisi ini. Panitia tetap Natal dan Paskah Oikumene yang dalam

proses pembentukannya akan diisi oleh paling sedikitnya 5 orang

anggota GKI Denpasar. Demikian juga dengan kegiatan yang

berhubungan dengan masyarakat sekitar; sepuluh orang anggota

GKI dipersiapkan untuk menjadi penyuluh pada penanggulangan

Narkoba, dll

Page 63: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

61

Pergumulan VII. Aspek Misi dan Visi Menurut hemat kami visi dan misi GKI Denpasar ada hubungannya

dengan misi umum GKI. Yang menjadi masalah saat ini adalah

bagaimana melaksanakan misi dan visi ini secara konkrit. Karena

yang menangkap misi dan visi tersebut baru beberapa jemaat. Dan

ini berdampak negatif pada penilaian baik dari MPAG maupun

BIMAS Kristen.

Untuk diketahui, BIMAS Kristen pernah menilai GKI adalah gereja

yang paling eksklusif, yang tidak mau tahu tentang situasi baik

gereja maupun masyarakat sekitarnya. Setelah adanya teguran keras

dari BIMAS Kristen saat ini GKI mulai menyadari sikapnya denga

tindakan dan berbagai tindakan a.l:

Memfasilitasi pembinaan para guru-guru yang

penyelenggaraannya dilakukan di gedung GKI.

Mensponsori persiapan penyelenggaraan Natal Oikumene,

dll

EVALUASI Menurut hemat kami pemahaman yang perlu disempurnakan adalah

misi dan visi gereja yang cenderung bersifat simbolik ritual,

tekstual. Pemahaman tentang gereja sebagai garam masih perlu

ditingkatkan. Menurut hemat kami. Fungsi garam adalah

kontekstual, mampu memecahkan problem-problem diluar gereja.

Misi dan Visi gereja menyangkut peran sebagai utusan, terjun pada

Page 64: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

62

permasalahan masyarakat di sekitarnya, memberi “Perlindungan”

bukan mencari “Perlindungan”

Potensi dan keunggulan yang perlu dipertahankan adalah:

1. Nama “Paguyuban” (Paguwon GKI) yang mewarnai kiprah

dan peran dibalik nama tersebut agar dipertahankan.

2. Keanekaragaman anggota jemaat (berbagi etnis)

3. Ibadah musik yang khas (Yang belum dimiliki oleh gereja-

gereja mainstream)37

4. Suasana kekeluargaan yang ditandai dengan berbagai

kegiatan lewat program – program bersifat kekeluargaan,

baik remaja, pemuda maupun dewasa.

37 Ibadah musik ini tidak sekedar meniru pesta-pesta yang terkesan hingar bingar

Page 65: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

63

DAFTAR PUSTAKA

Akta Persidangan Majelis Sinode Am GKI X di GKI Pajajaran

Magelang. Penjelasan Atas Mukadimah Tata Gereja GKI,

Lampiran IX. 1997

Aritonang J. S., Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja,

BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995

Artikel dengan judul “Berita Seputar Paguyuban”, Buletin GKI,

edisi II, Denpasar, 2000

Coppel C. A., Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta 1994

De Jonge C., Apa Itu Calvinisme?, BPK Gunung Mulia, Jakarta

1995

Gaebelein F. E., The Expositor’s Bible Commentary, Zondervan

Publishing House, Michigan, 1982

Gunawan P., Benih Yang Tumbuh XIV: Gereja Kristen Indonesia

Jawa Timur, Sinode Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur dan

Badan Penelitian dan Pengembangan PGI, Surabaya 1989

Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh VII – Suatu Survey

Mengenai Gereja Kristen Jawi Wetan, GKJW dan Lembaga

Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, Malang

1976

Hartono C., Orang Tionghoa dan Pekabaran Injil, Taman Pustaka

Kristen, Yogyakarta 1996

Page 66: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

64

Hartono C., naskah: Dari Cipaku Sampai Jakarta, Yogyakarta,

2003

MacNair D. J., The Birth, Care, and Feeding of a Local Church,

Baker Book House, Michigan, 1979

Panitia Pelembagaan GKI Denpasar – Bali, Pelembagaan,

Surabaya, 2003

Pieris A., Berteologi Dalam Konteks Asia, Kanisius, Yogyakarta,

1996

Tim Visi dan Misi GKI, Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia

2002-2010, Persidangan XIII Majelis Sinode GKI

Van den End, Ragi Carita 1 – Sejarah Gereja di Indonesia 1500-

1860, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001

Van den End & Chr. de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan

Islam, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, Jakarta 1997

Van den End & J. Weitjens, Ragi Carita 2 – Sejarah Gereja di

Indonesia 1860-sekarang, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1993

Wawancara via surat dengan Pnt. Naniek Moningka dan Bp. Yopie

Moningka, 25 Oktober 2004

Page 67: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

65

Drama Natal 2003; Diana, Indara, Peter, Asmari, Hofrin, Dika

Out Bound di Pantai Padang-padang. Dari kiri; Irma, Ruth, Eka,

Stephen, Diana, Betty, …, Ardika, Simon, Duddy, Anna.

Page 68: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

66

Page 69: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

67

Galeri GKI Denpasar; Yudoatmojo & istri (Hilda)

Karya “Kain Perca”; Ruth, Anna, Eka, Iwan, Johny, Hilda

Page 70: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

68

Page 71: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

69

Baptis Anak; Mariana, Peter & Sonya, Pdt. Timotius, Pnt. Martin

Kunjungan Panti Asuhan di Bangli; Grace

Page 72: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

70

Page 73: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

71

Saresehan Musik Gerejawi; Dpo: (kiri) Andreas Sugeng &

(kanan) Nyandra

Tim Sepak Bola Pemuda Kolaborasi GKI Denpasar

Page 74: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

72

Page 75: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

73

Rapat Kerja BP. Pemuda di Bedugul; Johny, Roy, Melly, Betty,

Rudy L., Lina, Diana, Juliana, Danidito, Ruth, Binsar

Kebaktian Rumah Tangga; Rudy L, Leo Emmas, Budi Nugroho

Page 76: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

74

Page 77: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

75

Mimbar Ruang Kebaktian GKI Denpasar pada Pelembagaan

Jordan River Choir GKI Denpasar – Ibadah Musik

Page 78: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

76

Page 79: MEMPELAJARI DIRI MENUJU GEREJA YANG KONTEKSTUAL · 2.1. Gereja Protestan di Indonesia sampai pada Kekristenan di Jawa Timur. M enjelang akhir abad 19 mulai ada gereja-gereja yang

77

Foto bersama di jalan Gatot Subroto dengan Vina, Duddy dan

Pnt. Gunawan Santoso sebelum berangkat menuju Yogyakarta.

Agustus 2004

Kebaktian Perpisahan dengan Pdt. Bambang Mulyono

di GKI Blimbing - Malang