MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN …repository.uinjambi.ac.id › 2390 › 1 ›...
Embed Size (px)
Transcript of MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN …repository.uinjambi.ac.id › 2390 › 1 ›...
-
MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
DISEKOLAH MENENGAH
PERTAMANEGERI 26
MUARO JAMBI
SKRIPSI
IIS SUGIARTI
NIM. TK 151140
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
-
MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 26
MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
IIS SUGIARTI
NIM. TK 151140
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
-
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirrobbil’alamiin rasa syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT atas
segala nikmat yang dianugerahkan kepada saya, dan atas ridho dari-Nya saya
berkesempatan untuk bisa berada pada penghujung pendidikan Strata Satu (SI) ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muahammad SAW yang menjadi suri tauladan kehidupan bagi kita semua.
Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta
Bapak Supardi dan Ibu Sukarsih, yang tiada henti memberikan D’oa, semangat dan
berusaha mendidik hingga sampai skripsi ini mampu diselesaikan.
Teruntuk keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi tanpa
henti, yang senantiasa dengan ikhlas membantu dalam menyelesaikan skripsi, dan
semoga Allah selalu melindungi.
Amiin Yaa Rabbal’alamiin
-
MOTTO
َواْعُبُدوا اللََّه َوال ُتْشِسُكوا ِبِه َشْيًئب َوِببْلَواِلَدْيِه ِإْحَسبًوب َوِبِري اْلُقْسَبى َواْلَيَتبَمى
َواْلَمَسبِكيِه َواْلَجبِز ِذي اْلُقْسَبى َواْلَجبِزاْلُجُىِب َوالصَّبِحِب ِببْلَجْىِب َواْبِه
( السَِّبيِل َوَمب َمَلَكْت َأْيَمبُوُكْم ِإنَّ اللََّه ال ُيِحبُّ َمْه َكبَن ُمْخَتبال َفُخوًزا (الىسبء: ٣۶
Artinya: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
suatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.
(Anonim, 2004, hlm. 109)
-
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
sebagaimana mestinya. Salawat beriring salam kita curahkan pada junjungan kita
semua Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari masa kebodohan
menuju masa berilmu pengetahuan yang kita jalani sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak
kesulitan dan hambatan. Namun dengan ridho Allah SWT dan bimbingan dosen
pembimbing skripsi serta orang-orang yang memotivasi baik moril maupun materil,
maka kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yang terhormat Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi .
2. Yang terhormat Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yang terhormat Ibu Dr. Rusmini, M.Pd.I dan Bapak Aris Dwi Nugroho,
M.Pd.I, MSHS selaku ketua dan sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sekaligus
sebagai dosen pembimbing skripsi I dan II.
4. Yang terhormat Bapak Besmi Efian, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Menengah
Pertama Negeri 26 Muaro Jambi dan kepada seluruh warga sekolah yang
terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh teman-teman mahasiswa MPI 15A yang telah menjadi teman diskusi
dan memberikan motivasi serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
-
ABSTRAK
Nama : IisSugiarti
NIM : TK. 151140
Jurusan : ManajemenPendidikan Islam
Judul :
MembangunBudayaOrganisasiDalamPeningkatanMutuPendi
dikan di SekolahMenengahPertamaNegeri 26 Muaro Jambi
Penelitianinimembahastentangperanbudayaorganisasidalammeningkatkanmutupendid
ikan di SekolahMenengahPertamaNegeri 26 Muaro
Jambi.Penelitianinimerupakanpenelitiankualitatifdeskriptifdenganmenggunakantekni
kpengumpulan data observasi, wawancaradandokumentasi, sedangkanteknikanalisis
data yang digunakanadalahreduksi data, penyajian
datadanpenarikankesimpulan.Membaggunbudayaorganisasi di
sekolahadalahsebuahkeharusandimanabudayaadalahcirikhas,
kualitasdanidentitasdarisekolahsertasebagaijembatanuntukmeningkatkanmutupendidi
kan di sekolahtersebu.Budayasekolahadalahkualitassekolahdikehidupansekolah yang
tumbuhdanberkembangberdasarkan spirit dannilai-nilaitertentu yang
dianutsekolah,.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaperanbudayaorganisasidalammenin
gkatkanmutupendidikandilakukandenganmenanamkannilai-nilai, normadankebiasaan
yang adadalambudaya yang di terapkandisekolah. Nilai, normadankebiasaan yang ada
di sekolahditerapkanmelaluibudayahidupsehatdanbersih,
budayadisiplindanbudayasopansantun. Dengantujuan agar
terciptanyasebuahsuasanasekolah yang kondusif,
berwawasanlingkungansesuaidenganvisisekolahdanmampubersaingdengansekolah
lain dalammutupendidikan.
Kata kunci:BudayaOrganisasi; MutuPendidikan;
-
ABSTRACT
Name : IisSugiarti
NIM : TK. 151140
Departmen : Management Of Islamic Education
Title :Building Organization Culture Efforts to Improfe The Quality
of Education the State Junior High Schools of 26 Muaro
Jambi
This study discusses the role of organizational culture in improving the quality of
education at Muaro Jambi 26 Secondary School. This research is a descriptive
qualitative research using data collection techniques of observation, interviews and
documentation, while the data analysis techniques used are data reduction, data
presentation and conclusion drawing. Building organizational culture in schools is a
necessity where culture is a characteristic, quality and identity of the school as well
as a bridge to improve the quality of education in the school. School culture is the
quality of schools in school life that grows and develops based on the spirit and
certain values adopted by the school….The results of the study show that the role of
organizational culture in improving the quality of education is done by instilling
values, norms and habits that exist in the culture that is applied in school. The values,
norms and habits that are in school are applied through a culture of healthy and
clean living, a culture of discipline and a culture of courtesy.with the aim of creting a
conducive, environmentally sound school environment in accordance with the
school’s vision and being able to compete with other schools in the quality of
education.
Keywords: Organizational Culture; Education Quality;
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
NOTA DINAS ........................................................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
ABSTRACT .............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ....................................................................................... 11
1. Budaya Organisasi ........................................................................... 11
a. Pengertian Budaya Sekolah........................................................ 13
b. Pengertian Membangun Budaya Organisasi .............................. 14
c. Fungsi Budaya Organisasi ......................................................... 16
d. Proses Pembentukan Budaya Organisasi ................................... 17
e. Tujuan Budaya Oragnisasi ......................................................... 19
-
f. Peran Budaya Organisasi ........................................................... 20
2. Mutu Pendidikan .............................................................................. 22
a. Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan ................................. 22
b. Kriteria Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu.......................... 25
c. Komponen Mutu Pendidikan ..................................................... 26
d. Pendekatan Mutu Pendidikan ..................................................... 26
B. Studi Relevan ......................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................ 32
B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................................ 33
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 36
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 38
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 40
G. Jadwal Penelitian .................................................................................... 41
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum....................................................................................... 43
1. Historis Sekolah ............................................................................... 43
2. Letak Geografis Sekolah .................................................................. 43
3. Visi dan Misi .................................................................................... 44
4. Struktur Organisasi .......................................................................... 45
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................... 46
6. Keadaan Siswa ................................................................................. 49
7. Keadaan Sarana dan Prasarana......................................................... 50
-
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................................... 51
1. Budaya Organisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
di SMP Negeri 26 Muaro Jambi .................................................... 51
2. Proses Membagun Budaya Organisasi dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi .......................... 57
3. Hasil dari Membagun Budaya Organisasi dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi ..... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...................................................................................... 42
Tabel 4.1 Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Muaro Jambi ........................................ 43
Tabel 4.2 Letak Geografis ........................................................................................ 44
Tabel 4.3 Keadaan Guru dan Karyawan .................................................................. 48
Tabel 4.4 Keadaan Siswa Tahun 2018/2019 ............................................................ 50
Tabel 4.5 Keadaan Siswa 6 Tahun Terakhir ............................................................ 50
Tabel 4.6 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................ 51
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Visi dan Misi SMP Negeri 26 Muaro Jambi ....................................... 45
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 2 Daftar Responden
Lampiran 3 Sertifikat Akreditasi Sekolah
Lampiran 4 Tata Tertib Sekolah
Lampiran 5 Struktur Organisasi
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 Surat Responden
Lampiran 8 Surat Selesai Riset
Lampiran 9 Kartu Bimbingan
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sangat di tentukan oleh kualitas pendidikannya.Oleh
karena itu, pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
memiliki peran yang sangat strategis.Pendidikan merupakan urusan setiap orang,
walaupun tidak semua orang bisa diakui layak untuk berbicara tentang pendidikan
(Soedijarto, 2008, hlm. 23).Dalam aspek ini peranan pendidikan memang sangat
strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu
sendiri(Tilaar, 2008, hlm. 27).Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk
dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan
(Suryabrata, 2010, hlm. 293).
Pendidikan merupakan faktor penting dan menentukan dalam kehidupan
berbudaya , berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung
pada tingkat pendidikan yang diperoleh rakyatnya.Rakyat memperoleh
pendidikan melalui mekanisme sistem pendidikan nasional yang telah
ditetapkan.Sistem pendidikan nasional Indonesia dilaksanakan untuk
meningkatkan kehidupan bangsa yang bermutu baik dalam arti moral spiritual
maupun mutu dalam arti intelektual-profesional (Maryamah, 2016, hlm.1-2).
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan
pengertian secara luas.Dalam arti khusus, Langeveld dalam sadulloh (2012)
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya.Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.Tujuan
pendidikan merupakan gambaran dari filsafah atau pandangan hidup manusia,
baik secara perseorangan maupun kelompok. Membicarakan tujuan pendidikan
-
akanmenyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan,
baik dalam mitos, kepercayaan dan realigi, filsafat dan ideology, dan sebagainya
(Sadulloh, 2012, hlm. 54-58).
Terkait dengan kemajuan suatu bangsa dan kualitas pendidikan, pada era
globalisasi dan tuntutan zaman serta masyarakat mengenai suatu pendidikan,
terkait mengenai mutu dari suatu lembaga pendidikan itu sangatlah penting. Salah
satu cara yang harus dilaksanakan adalah peningkatan mutu pendidikan yang
dilandasi dengan kegiatan-kegiatan penjaminan mutu yang dapat di percaya.
Mutu pendidikan semakin berkembang dengan sejalannya waktu.Hal ini
disebabkan kebutuhan atau kriteria konsumen (pelanggan) telah berubah.
Secara klasik, mutu menunjukkan sifat yang mengambarkan derajat “baik”-
nya suatu barang atau jasa yang di produksi atau di pasok oleh suatu lembaga
dengan kriteria tertentu.Salis mengatakan konsep semacam ini sebagai konsep
mutu yang bersifat mutlak (absolute)(Sani, dkk, 2015, hlm. 1–3).
Secara umum, mutu dapat diartiakan sebagai gambaran atau karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input,proses, dan output pendidikan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Output pendidikan adalah merupakan kinerja
sekolah.Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/prilaku sekolah (Mulyasa, 2013, hlm. 157-158).
Mutu pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan (Stakeholders) dengan layanan yang di berikan oleh pengelola
pendidikan. Kerangka filosofi pendidikan dalam pengembangan sekolah bermutu
adalah kesesuaian input, proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan para
pemangku kepentingan. Kerangka filosofi ini harus menjadi kerangka berpikir
seluruh komponen penyelenggara pendidikan di dalam satuan pendidikan.Setiap
-
satuan pendidikan seharusnya menghasilkan lulusan dan /atau jasa pendidikan
yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholdersatau peserta didik.Lulusan
pendidikan dan jasa pendidikan dilakukan karena adanya kebutuhan dari berbagai
pihak terhadap layanan satuan pendidikan harus dikelola sedemikian rupa agar
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya.Lulusan atau layanan
pendidikan dapat dikatakan bermutu jika dapat memenuhi atau melebihi
kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan
(Sani, dkk,2015, hlm.6)
Budaya mutu dalam pandangan Nursya`bani Purnama merupakan sebuah
sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif demi
keberlangsungan dan keberlanjutan perbaikan mutu.Budaya mutu terdiri dari
nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan tentang promosi mutu.Adapun
pengertian mutu, banyak definisi yang dikemukakanpara ahli.
Rumusan tentang mutu bersifat dinamis dandapat ditelaah dari berbagai sudut
pandang.Kesepakatan tentangkonsep mutu dikembalikan pada rumusan acuan
atau rujukan yangada seperti kebijakan pendidikan, proses belajar, mengajar,
kurikulum,sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran dan tenaga
kependidikansesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.
Mutu pendidikan memang harus diupayakan untuk mencapai kemajuanyang
dilandasi oleh sutau perubahan terencana. Peningkatan mutupendidikan diperoleh
melalui dua strategi, yaitu; pertama, peningkatanmutu pendidikan yang
berorientasi akademis untuk memberi dasar minimal dalam perjalanan yang harus
ditempuh mencapai mutupendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman
dan kedua,peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada ketrampilanhidup
yang esensial dicakupi oleh pendidikan yang berlandasan luas,nyata dan
bermakna.
Membangun budaya yang kuat memerlukan pemimpin yangkuat yang
memiliki visi dan kepribadian yang kuat pula.Para pendiriadalah orang yang
membangun visi, misi, filosofi serta tujuan-tujuanutama organisasi. Pada saat itu
-
pula dimulainya perilaku organisasiyang dimotori oleh pendiri dan tim pimpinan
puncak lain. Gerakan pertama pada saat dimulainya operasi adalah memberi
teladan pada para bawahan dan mengantisipasi kegiatan lingkungan eksternal.
Pimpinan mempunyai pengaruh dalam menanamkan nilai-nilaiyang telah
dibangun.Seorang pemimpin harus memberikan contoh bagaimana bawahan
melaksanakan tugas-tugasnya secara benar dan komunikasi, merupakan media
dari pemimpin dalam mengarahkan dan mengontrol perilaku karyawan. Hal lain
perilaku individual parapemimpin dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tugas
organisasi maupun diluar tugas dapat menjadi teladan kesederhanaan dan
kepribadian yang bersahaja. (Amin, Siswanto, & Hakim, 2018, hlm. 1–3)
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama,
dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-
kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur,
hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola
kegiatan untuk menuju kearah tercapainya tujuan bersama.Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar
tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya.(Suryosubroto, 2010, hlm.139).
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang.Integrasi, dan koordinasidalam bagan organisasi (organization
chart).Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif(
Hasibuan, 2001, hlm.22). Louis A. Allen mengatakan organisasi sebagai proses
penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan
melimpahkan wewenang dan tanggung jawab, dengan maksud untuk
memungkinkan orang-orang berkerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan
(Hasibuan, 2005, hlm. 24).
-
Veithzal Rivai dalam Amin, Siswanto, dan Hakim (2018) mengatakan
organisasi adalah sebuah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
memperoleh hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu secara sendiri-
sendiri.Organisasi adalah suatu unit terkordinasi yang terdiri dari dua orang atau
lebih, dan berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian
sasaran.Organisasi juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas sekolah.
Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah,
guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Nilai-nilai
dalam budaya sekolah mencakup: kebiasaan hidup, etika, kejujuran, kasih sayang,
mencintai belajar, bertanggung jawab, menghormati hukum dan peraturan,
menghormati orang lain, mencintai pekerjaan, suka menabung, suka bekerja
keras, tepat waktu (Maryamah, 2016, hlm. 1)
Adapun penerapan budaya tersebut didalam organisasi menjadi budaya
organisasi. Diantara para pakar memberikan pengertian tentang budaya organisasi
dengan cara sangat beragam, karena masing-masing memberikan tekanan pada
sudut pandang masing-masing. Hal seperti itu adalah wajar, seperti memandang
sebuah benda dari sudut yang berbeda, maka masing-masing akan
mendeskripsikan apa yang terlihat menurut pandangannya.
Sementara itu, menurut James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H.
Donnelly, Jr memberikan pengertian budaya organisasi sebagai apa yang
dirasakan pekerja dan bagaimana persepsi ini menciptakan pola keyakinan, nilai
nilai dan harapan. (Amin, Siswanto, & Hakim, 2018, hlm. 1–3).Dengan demikian
organisasi dan budaya sanggat berkaitan dalm tercapainya suatu tujuan .
Setiap organisasi mempunyai kepribadian sendiri yang membedakannya dari
organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta
terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses
organisasi itu bertumbuh, berkembang, dan mapan. Pada setiap perkembangan itu
-
dapat dikatakan, bahwa organisasi akan menemukan jati dirinya yang khas;
dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang
lainnya adalah budayanya.Hal tersebut penting untuk dipahami serta
dikenali.Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh
manajemen dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-
faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang.Oleh sebab itu, pengembangan budaya
organisasi di sekolah sangat dibutuhkan.(Suryanti, 2017, hlm. 1).Dapat dipahami
bahwa pendiri sekaligus bertindak sebagai pemimpin pada tahap awal organisasi
menginginkan bawahannya dapat menjalankan apa yang menjadi tujuannya
dengan berdasar pada filosofi dan pola pikir yang dipandangnya benar
berdasarkan pengalamannya.
Manajemen iklim dan budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang
harus diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Iklim
dan budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses
pembelajaran yang efektif. Sehingga semua pihak yang terlibat di dalamnya,
khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian, akan tercita
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (joyfull instruction). Iklim dan
budaya sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar, dan
akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang
secara cepat (Mulyasa, 2013, hlm. 92).
Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelangan menentukan
mutu.Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang
diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha
melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi
dengan mutu maka berlaku prinsip good enougt is never good enougti (Usman,
2013, hlm. 619)
Indonesia telah memiliki sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam
undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003.Namun sejumlah permasalahan
-
pendidika masih dijumpai. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
pada saat ini adalah masalah disiplin dalam mentaati aturan sekolah, prilaku
mencontek pada saat melakukan tes, budaya belajar dan membaca yang rendah,
serta budaya kompetensi antar siswa yang juga dirasakan masih rendah
Permasalahan-permasalah di atas, menuntu sekolah mengembangkan budaya
sekolah, seperti: budaya disiplin, rasa tanggung jawab, kejujuran, keikhlasan, etos
belajar, kebiasaan memecahkan masalah secara rasional dan sebagainya. Budaya
yang dibagun di sekolah akan menumbuhkan disiplin, etos belajar siswa menjadi
manusia yang penuh optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif dan memupuk
rasa tanggung jawab dan rasa kebersamaan siswa.( Maryamah, 2016, hlm.2)
Berdasarkan grand tour yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 26 Muaro Jambi mengenai Budaya Organisasi dengan arah ke budaya
sekolah yang ada terindikasi cukup baik, hal ini terlihat dari prestasi yang didapat
oleh sekolah salah satunya pencapaian juara 1 sekolah adiwiyata ,mendapatkan
juara 1 tari kreasi pada festival candi, mendapatkan juara 1 dan 2 pada
perlombaan gitar solo , dan dengan adanya sebuah sistem poin atau biasa disebut
buku PAKS (Penilaian Akhlak dan Kepribadian Siswa) dalam bentuk peraturan
yang diterapkan sistem ini mampu membuat siswa enggan untuk melakukan
pelangaran, karena semakin banyak pelangaran yang mereka lakukan terhadap
aturan dan tata tertib sekolah maka mereka akan mendapatkan poin dan apa bila
poin tersebut mencapai batas-batas sesuai dengan apa yang telah tetulis maka
akan diberikan sanksi sesuai dengan apa yang telah disepakati.
Selain pin-poin pelangaran terdapat pula poin untuk siswa berprestasi dan
siswa yang mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, dimana poin prestasi ini akan
berpengaruh dengan nilai kepribadian pada raport siswa hal ini dilakukan agar
siswa memiliki motivasi untuk terus berprestasi dan berkarya, peraturan dan poin
dari sistem yang diberlakukan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi ini dapat dilihat
pada lampiran skripsi ini,serta kedisiplinan yang sangat ditekankan pada siwa-
-
siswinya dan tindakan kebersihan yang selalu diciptakan guna terwujudnya
sekolah yang berwawasan lingkungan sesuai dengan visi sekolah.
Hal tersebutlah yang membuat peneliti mampu mengindikasikan bahwa
budaya organisasi disekolah tersebut cukup baik. Hal ini akan berdampak pada
program kerja serta visi misi sekolah yang inggin dicapai dan diharapkan,
sedangkan peran dari budaya organisasi terhadap organisasi, anggota organisasi
dan mereka yang berhubungan dengan organisasi adalah identitas organisasi,
menyatukan organisasi, reduksi konflik, komitmen, reduksi ketidakpastian,
menciptakan konsistensi, motivasi, kinerja organisasi, keselamatan kerja dan
sumber keungulan kompetitif. Terkait dengan mbangunan budaya organisasi di
SMP Negeri 26 Muaro Jambi peneliti inggin mengetahui apakah dengan
membangun budaya organisasi mampu membantu sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.
Suatu lembaga sangat memerlukan peran pemimpin yang memiliki ketegasan
dan contoh yang baik terutama dalam kaitannya kebiasaan yang dapat menjadi
budaya dalam suatu organisasi, hal kecil yang sangat berdampak besar sangat
sulit ditemui pada era saat ini. Terkadang organisasi melupakan budaya kecil
yang malah mampu membuat suatu organisasi tersebut maju, seperti
membudayakan datang tepat waktu dan bila ada anggota yang datang terlambat
seharusnya diberikan panismen atau sangsi yang tegas.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan fokus masalah “Upaya Membangun Budaya
OrganisasiDalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 26 Muaro Jambi”.
B. Fokus Penelitian
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas dengan latar belakang
diatas, penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana meningkatkan mutu
-
pendidikan dengan membagun budaya organisasi dimana budaya organisasi yang
dimaksud adalah budaya sekolah di SMP N 26 Muaro Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini nantinya sebagai acuan yang akan diteliti adalah
1. Bagaimana budaya organisasidalam peningkatan mutu pendidikan di
SMP Negeri 26 Muaro Jambi?
2. Bagaimana proses membangun budaya organisasidalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi?
3. Bagaimana hasil dari membangun budaya organisasi dalam peingkatkan
mutu pendidika di SMP Negeri 26 Muaro Jambi?
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Ingin mengetahui apa saja budaya organisasi di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.
b. Inginmengetahui bagaimana proses membangun budaya organisasi di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.
c. Ingin mengetahui hasil dari budaya organisasi dalam peningkatan
mutu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.
2. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh
selama perkuliahan dalam bidang pendidikan.
b. Untukdapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis dan pembaca
tentang budaya organisasi sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan.
-
c. Untuk dapat di gunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan
pemikiran berupa informasi peningkatan mutu pendidikan di SMP
Negeri 26 Muaro Jambi.
d. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata satu
(S.1) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Budaya Organisasi
Berdasarkan asal usul katanya (etimologis), bentuk jamak dari budaya
adalah kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta budhaya yang merupakan
bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan akal fikiran manusia (Komariah dan Triatna,2006,
hlm. 96).Owen mengatakan budaya dipandang sebagai nilai-nilai atau
norma yang merujuk kepada bentuk pernyataan tentang apa yang dapat dan
apa yang tidak dapat dilakukan oleh anggota organisasi; sebagai asumsi,
yang merujuk kepada hal-hal apa saja yang dianggap benar atau
salah.(Suryanti, 2017, hlm. 1–2).Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan
mengenai organisasi bahawa Allah SWT menciptakan manusia secara
besuku-suku agar saling mengenal. Adapun firman Allah SWT dalam surah
Al-Hujurat ayat 13 yaitu:
َيؤيَُّها الىَّاُس ِإوَّا َخَلْقىُكْم مِّْه َذَكٍس َوُاْوَثى َوَجَعْلىُكْم ُشُعْىًبا َوَقَبآِئِل ِلَتَعاَزُفْىا ۚ
( ٣١:الحجسات)ِإنَّ َأْكَسَمُكْم ِعْىَداهلِل َأْتَقُكْم ۚ ِإنَّ اهلَل َعِلْيٌم َخِبْيٌس
Artinya:Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa, sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha teliti".)Anonim,2004, hlm. 745)
-
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan
menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah
bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena
itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir
dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebu
( Wibowo, 2018, hlm.13).
Adapun islam memandang budaya organisasi ini merujuk pada ayat
Al-quran yang berkaitan dengan keorganisasian. Firman Allah SWT dalam
Surah An-Nisaa’ ayat 71 yaitu:
( ١٧الىسبء : )َجِمْيًعاِ اْوِفُسْواَأوُخُرْوا ِحْرَزُكْم َفاْوِفُسْوا ُثَباٍت َمُىْىاَأ يَؤيَُّهاالَِّرْيَه
Artinya: Hai orang-oranga yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan
menjauh (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok atau
menjauhlah bersama-sama".(Anonim, 2004, hlm. 116)
Ouchi mendefenisikan organisasi sebagai budaya; symbol, upacara,
mitos kering yang mengkomunikasikan nilai-nilai yang mendasari dan
keyakinan organisasiitu untuk karyawannya. Mintzberg mengatakan
kebudayaan sebagai organisasi ideologi, atau tradisi dan kepercayaan
organisasi yang membedakannya dari organisasi lain dan infuse kehidupan
tertentu kedalam kerangka strukturnya. Budaya organisasi adalah
serangkaian nilai, keyakinan, prilaku, kebiasaan dan sikap yang membantu
seorang anggota organisasi dalam memahami prinsip-prinsip yang dianut
oleh organisasi tersebut (Sunarto,2007, hlm. 157).
-
a. Pengertian Budaya Sekolah
Menurut Deal dan Peterson dalam Maryamah (2016) menyatakan
bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yangdi praktekkan oleh
kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar
sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
Budaya sekolah/Madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari
hasil pertemuan Muhaimin dalam Maryamah (2016) antara nilai-nilai
(values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah /madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-
pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-
pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan
“pikiran organisasi” Kasali dalam Maryamah (2016). Dari pikiran
organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan
menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya
tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat
indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam kehidupan
sekolah/madrasah sehari-hari.
Budaya sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran
individu yang ada didalamnya.Pikiran individu yang paling besar porsi
pengaruhnya adalah pikiran pemimpin Muhaimin dalam Maryamah
(2016). (kepala sekolah). Kepala sekolah/madrasah dengan berbagai
wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk
menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran
organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia
berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang
lebih banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.
-
b. Pengertian Membangun Budaya Organisasi
Pada dasarnya membangun budaya organisasi yang kuat bukanlah
suatu hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama dan
bertahap. Dalam prosesnyapun kemungkinan besar akan memngalami
pasang surut yang berbeda dari waktu kewaktu. Selanjutnya budaya
organisasi yang terbentuk perlu di pelihara dan dengan menggunakan
berbagai cara disampaikan kepada semua anggota organisasi. (Wibowo,
2018, hlm.58). Budaya sekolah adalah kualitas sekolah dikehidupan
sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai
tertentu yang dianut sekolah (Maryamah,2016, hlm. 89)
Menurut Gibson at.all organisasi diartikan sebagai wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak
dapat dicapai oleh seseorang secara individual.Robbins dalam hal ini
mendefinisikan bahwa organisasi merupakan kesatuan (entity) sosial yang
dikordinasikan secara sadar, bekerja secara relatif terusmenerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Dimock menambahkan bahwa organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling
berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai
kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan
yang telah ditentukan.(Yusuf, 2017, hlm. 84)
Budaya organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai,
anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki
secara bersama serta mengikat dalam suatu komunitas tertentu. Secara
spesifik budaya dalam organisasi akan ditentukan oleh kondisi team work,
leaders dan characteristic of organization serta administration process
yang berlaku. Mengapa budaya organisasipenting, karena merupakan
kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili
norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi.Budaya
-
yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi
kuat dan tujuan perusahaan dapat terakomodasi.
Menurut Robbins budaya organisasi adalah nilai-nilai dominan yang
didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntun kebijaksanaan
organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan dilakukan di
tempat itu dan asumsi serta kepercayaan dasar yang terdapat di antara
organisasi.(Darmawan, 2016, hlm. 12).
Irham Fahmi mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah suatu
kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam
kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk
meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manager
perusahaan.Lebih jauh Michael Amstrong mendefinisikan bahwa budaya
organisasi merupakan pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan yang
dimiliki bersama, dan hal itu membentuk cara bagaimana orang-orang
bertindak dan berinteraksi dalam organisasi serta mendukung hal-hal yang
dilakukan ,Fahmidalam Yusuf (2017). Budaya organisasi adalah sebuah
karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi yang dianut oleh
para anggotanya sehingga membedakan organisasi satu dengan lainnya.
Pola dasar budaya merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan
efektivitas organisasi.(Yusuf,2017, hlm. 87)
Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai
dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya
berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun
menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup.Pemakaian seragam
haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk
citra organisasi.Dengan demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi
basic.Menurut Sathe dalam Ndraha (1997) bahwa shared basic
assumptions meliputi : (1) shared things; (2) shared saying, (3) shared
doing; dan (4) shared feeling (Suryanti, 2017, hlm. 19).
-
Pertama, perspektif kognitif yang merupakan salah satu dari tiga
perspektif budaya organisasi yang dikemukakan oleh Sackman.Perspektif
kognitif memberi penekanan pada gagasan, konsep, cetak-biru, keyakinan,
nilai-nilai, norma-norma, dan “pengetahuan yang diorganisasikan” yang
ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas.Kedua, tingkatan
analisis-reflektif sebagai salah satu dari tiga tingkatan analisis budaya
organisasi yang ditawarkan oleh Louis.Tingkat analisis-reflektif, menelaah
sifat dan ciri-ciri budaya.Apa yang merupakan esensi suatu budaya dan
yang menyebabkannya berbeda dari budaya lainnya.
Ketiga, pemahaman holistik terhadap keseluruhan ranah budaya
organisasi sebagaimana yang disarankan oleh Kleden .Pemahaman
holistik meliputi peninjauan terhadap basis material, basis sosial, dan basis
mental-kognitifnya.Basis-material budaya menyangkut hubungan manusia
dengan dunia fisik, sedangkan basis-sosial budaya berkenaan dengan
bentuk-bentuk interaksi antarkelompok. Basis mental-kognitif budaya
melihat hubungan antara suatu kelompok dengan No. 2/XXIV/2005 Yayat
Hidayat, Kepemimpinan Kepada Mimbar Pendidikan dunia pengetahuan
dan dunia nilai-nilai (mental world) mereka.(Amir, 2005, hlm. 4)
c. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting.Fungsi
budaya organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang
ada didalamnya. Menurut Robbins fungsi budaya organisasi sebagai
berikut:
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi
dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi.
-
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas dari pada kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasiitu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk
dilakukan olehkaryawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu danmembentuk sikap serta perilaku(Yusuf, 2017, hlm. 8).
Meskipun tidak ada budaya yang terbaik, budaya yang kuat dapat
mempromosikan kekompakan, loyalitas, dan komitmen, yang pada
gilirannya mengurangi kecenderungan bagi anggotanya. Sejumlah fungsi
penting yang dilakukan oleh budaya organisasi:
1.Budaya berfungsi mendefenisikan batas, itu menciptakan perbedaan
diantara organisasi.
2.Budaya organisasi menyediakan dengan identitas.
3.Budaya memfasilitasi pengembangan komitmen untuk kelompok.
4.Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial.
5.Budaya ialah perangkat sosial yang mengikat organisasi; ia
menyatakan standar yang sesuai untuk prilaku.
6.Budaya berfungsi untuk membimbing dan membentuk sikap dan
prilaku anggota organisasi. Hal ini penting untuk diingat,
bagaimanapun, bahwa budaya yang kuat yang dapat berupa
emosional atau disfungsional yang mempromosikan atau
menghambat efektifitas. (Daryanto dan Farid, 2013, hlm. 219-220).
d. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Ndraha dalam Darmawan (2016, hlm. 13) menginventarisir sumber-
sumber pembentuk budaya organisai, diantaranya:
-
1. Pemilik organisasi
2. Pendiri organisasi
3. Sumber daya manusia asing
4. Luar organisasi
5. Orang yang berkepentingan dengan organisasi
6. Masyarakat
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi
dengan cara: (1)kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian
budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit
untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Setelah mapan, budaya organisasi sering mengabadikan dirinya dalam
sejumlah hal. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring
berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi.
Kepada anggota organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan
gayakelompok secara eksplisit. Kisah- kisah atau legenda-legenda historis
bisa diceritakan terus menerus untuk mengingatkan setiap orang tentang
nilai-nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya. Para manajer
bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai dengan contoh budaya dan
gagasan budaya tersebut.Begitu juga, anggota senior bisa
mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus menerus dalam
percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-perayaan khusus.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang baik
atau buruk, yang ada hanyalah budaya yang sesuai atau tidak sesuia.Jika
dalam suatu organisasi memiliki budaya yang sesuai, maka
manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai yang
ada dan perubahan tidak perlu dilakukan.Namun, jika terjadi kesalahan
dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya
kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan. Karena
-
budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah
proses belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah.
Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan(Suryanti,, 2017 hlm. 7)
Tahap yang penting dalam proses pembentukan budaya adalah dalam
proses sosialisasi kepada segenap sumber daya manusia dalam organisasi.
Sosialisasi merupakan suatu proses menyesuaikan pekerja pada budaya
organisasi. Adapun menurut Stephen P. Robbins proses sosialisasi perlu
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. The prearrival stage, merupakan periode pembelajaran dalam proses
sosialisasi yang terjadi sebelum pekerja baru bergabung dalam dalam
organisasi.
2. The encounter stage, suatu tahap sosialisasi dimana pekerja baru
melihat apa yang diingginkan organisasi dan menghadapi
kemungkinan bahwa antara harapan dan realitas mungkin berbeda.
3. the metamorphosis stage, suatu tahap proses sosialisasi dimana
pekerja baru berubah dan menyesuaikan diri dari pada pekerjaan,
kelompok kerja, dan organisasi.
Sosialisasi budaya menurut James L, Gibson, Jhon M. Ivancevich.
Dan James H. Donnelly adalah suatu proses dimana organisasi
membawa pekerja baru kedalam budaya. Dalam budaya terjadi
transformasi nilai-nilai, asumsi dan sikap dari pekerja tua kepada yang
muda. Tahapan sosialisasi biasanya sesuai dengan jalannya tahapan
karier seseorang salam organisasi (Wibowo, 2018, hlm.60)
e. Tujuan Budaya organisasi Sekolah
Menurut Mangkunegara Tujuan penerapan budaya organisasi adalah
agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan
berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku
dalam perusahaan atau organisasi tersebut.Setiap individu karyawan
-
memiliki tujuan dan kepentingan sendiri, begitu juga organisasi dan
perusahaan, oleh karena itu sebagai organisasi yang terdiri dari berbagai
unsur sumber daya yang salah satunya adalah manusia, maka diperlukan
nilai-nilai dan keyakinan yang disepakati bersama agar tujuan organisasi
dan tujuan karyawan dapat sejalan dan selaras.
Hal itulah mengapa budaya perusahaan sangat penting dan bertujuan
agar seluruh individu dalam organisasi atau perusahaan mematuhi dan
berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang dalam
organisasi atau perusahaaan sehingga diharapkan tujuan organisasi dan
dapat dicapai.(Ikhsan, 2016, hlm. 7)
f. Peran Budaya Organisasi
Wirawan(2007) mengatakan Budaya organisasi mempunyai peran
yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Akan tetapi
budaya organisasi juga dapat menghambat perkembangan
organisasi.Berikut ini dikemukakan peran budaya organisasi terhadap
organisasi, anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan
organisasi.
a. Identitas organisasi. Budaya organisasi berisi satu set karakteristik
yang melukiskan organisasi dan membedakannya dengan organisasi
yang lain. Budaya organisasi menunjukan identitas organisasi kepada
orang diluar organisasi.
b. Menyatukan organisasi. Budaya organisasi merupakan lem normative
yang merekatkan unsur-unsur organisasi menjadi satu. Norma, nilai-
nilai, dan kode etik budaya organisasi menyatukan dan
mengkoordinasi anggota organisasi.
c. Reduksi konflik. Budaya organisasi sering dilukiskan sebagai semen
atau lem yang menyatukan organisasi. Isi budaya mengembangkan
kohesi sosial anggota organisasi yang mempunyai latar belakang
-
berbeda, pola pikir, asumsi, dan filsafat organisasi yang sama
memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik diantara anggota
organisasi.
d. Komitmen kepada anggota organisasi dan kelompok. Budaya
organisasi bukan saja menyatukan, tetapi juga memfasilitasi
komitmen anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok
kerjanya.
e. Reduksi ketidakpastian. Budaya organisasi mengurangi
ketidakpastian dan meningkatkan kepastian. Dalam mencapai
tujuannya, organisasi menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas
lingkungan, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam
mencapai tujuan tersebut.
f. Menciptakan konsistensi. Budaya organisasi menciptakan knsistensi
berpikir, berperilaku, dan merespon lingkungan organisasi. Budaya
organisasi memberikan perauran, panduan, prosedur, serta pola
memproduksi dan melaytani konsumen, nasabah, pelanggan, atau
klien organisasi.
g. Motivasi. Budaya organisasi merupakan kekuatan tidak terlihat
dibelakang faktor-faktor organisasi yang kelihatan dan dapat
diobservasi. Budaya merupakan energi sosial yang membuat anggota
organisasi untuk bertindak. Budaya organisasi memotivasi anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
h. Kinerja organisasi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan,
meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya
organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan
motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator
terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan
kinerja organisasi yang juga tinggi.
-
i. Keselamatan kerja. Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap
keselamatan kerja. Richard L Gardner dalam penelitiannya
menunjukan bahwa faktor penyebab kecelakaan industri adalah
budaya organisasi perusahan. Ada hubungan kausal positif antara
budaya organisasi dan kecelakaan industri. Untuk meningkatkan
kinerja keselamatan dan kerja.
j. Sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi merupakan salah
satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat
mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas, dan efisiensi, serta
menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan
organisasi dalam pasar dan persaingan. (Ariwibowo, 2010, hlm. 43-
46)
2. Mutu Pendidikan
a. Pengertian Peningkatan Mutu pendidikan
Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan
segi deskriptif.Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan
pertimbangan instrinsik dan ekstrinsik.Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu
pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik
sesuai standar ideal.Sedangkan berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan
merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun
dalam arti deksriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya
misalnya hasil tes prestasi belajar.(Suti, 2011, hlm. 2)
Dalam manajemen pendidikan terutama yang berada di sekolah,
setiap lembaga mempunyai harapan agar mutu pendidikan yang dikelola
dapat sukses dan bermutu.Namun, realitas di lapangan, kualitas
pendidikan yang ditangai oleh lembaga pendidikan masih banyak kendala
dalam pencapaian mutu tersebut.Menurut Husaini Usman Ada beberapa
faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan. Karena: 1) kebijakan dalam
-
penyelenggaraan pendidikan masih banyak menerapkan pendekatan
educational production function atau input-input analisis yang tidak
konsisten; 2) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik;
dan, 3) Peran masyarakat terutama para orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan, masih sangat rendah. Adapun firman Allah
yang menjelaskan tentang sebuah aturan dalam organisasi dalam surah As-
saff ayat 4
(٤ :الصف )ْىَياٌن َمْسُصىٌصِإنَّ اللََّه ُيِحبُّ الَِّريَه ُيَقاِتُلىَن ِفي َسِبيِلِه َصفًّا َكَؤوَُّهْم ُب
Artinya:Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan
seperti satu bangunanyang tersusun kokoh”.(Anonim, 2004,
hlm. 805)
Berdasarkan faktor penyebab tersebut maka kebijakan strategis yang
diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan, yaitu: 1)
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (school based
management) di mana sekolah diberi kewenangan untuk merencanakan
sendiri upaya peningkatan mutu secara menyeluruh; 2) Pendidikan yang
berbasis partisipasi komunitas (community based education) di mana
terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah
sebagai community learning center; dan 3) Menggunakan paradigma
belajar (learning paradigm) yang akan menjadikan para siswa atau
learner menjadi manusia yang berdaya.
Selain itu. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka
pemerintah dalam hal Mendikbud, melakukan gerakan nasional untuk
peningkatan mutu pendidikan (2 Mei 2002), sekaligus mengantar
perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE), yang
memberi pembekalan kepada para siswa untuk siap bekerja. Dengan
pendekatan tersebut, setiap siswa diharapkan akan memperoleh bekal life
-
skills yang berisi pemahaman yang luas tentang lingkungan dan
kemampuannya untuk kemanfaatan hidupnya. Manajemen peningkatan
mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada
sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, yang didasarkan
pada terpenuhinya data kuantitatif dan kualitatif.Dan pemberdayaan
semua komponen sekolah sangat perlu dilakukan, dalam rangka untuk
kesinambungan dalam pemingkatkan kapasitas dan kemampuan sekolah
untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat sekitar.
Dalam Manajemen Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingkat
MPM, terkandung upaya: 1) Mengendalikan proses yang berlangsung di
sekolah, baik kurikuler maupun administrasi; 2) Melibatkan proses
diagnosa dan proses tindakan untuk diagnosa; dan 3) Memerlukan
partisipasi semua pihak: kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa,
orang tua dan pakar. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa
Manajemen Peningkatan Mutu mempunyai prinsip-prinsip sebagai
berikut: 1) Peningkatan mutu dilakukan di sekolah; 2) Peningkatan mutu
hanya dapat dilakukan dengan kepemimpinan yang baik; 3) Peningkatan
mutu didasarkan pada data dan fakta, baik bersifat kualitatif maupun
kuantitatif; 4) Peningkatan mutu selalu memberdayakan dan melibatkan
semua kompomen yang ada di sekolah; dan 5) Peningkatan mutu memiliki
tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang
tua dan masyarakat.( Maswan, 2015, hlm. 5-6)
Sekolah sebagai sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat
berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni : Proses belajar mengajar,
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta budaya sekolah. Budaya
merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakat, yang mencakup cara berfikir,prilaku, sikap, nilai yang
tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak (Maryamah, 2016, hlm.
89)
-
b. Kriteria Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu
Dalam pandangan Mulyadi kriteria manajemen sekolah berbudaya
mutu ditandai 5 (lima) pilar mutu pendidikan, yaitu:
1. Fokus Pada Siswa (Peserta Didik)
Bahwa sekolah/madrasah dan para professional pendidikan
memiliki tanggung tawab yang besar untuk selalu mengoptimalkan
potensi-potensi siswa agar mendapat manfaat dari proses belajar di
sekolah. Dengan kata lain dalam proses kegiatan belajar
mengajarharus dipersiapkan dengan baik, dikelola secara
professional agar dapat memberikan nilai manfaat yang besar bagi
pengembangan potensi siswa.
2. Keterlibatan Total
Bahwa setiap orang harus berpartisipasi dalam transformasi
mutu.Mutu bukan hanya tanggung jawab Kepala Sekolah, mutu
merupakan tanggungjawab semua pihak yaitu, komite, guru, staf,
orang tua, bahkan siswa itu sendiri.Mutu, berarti menuntut kepada
setiap orang untuk memberikan kontribusi bagi upaya mutu.
3. Pengukuran
Pengukuran merupakan bidang yang sering kali banyak gagal
disekolah, karena setiap yang dikerjakan tidak diiringi pengukuran
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.Secara tradisional
ukuran mutu pada keluaran sekolah adalah prestasi siswa.
4. Komitmen
Para professional pendidikan harus memiliki komitmen pada mutu.
Jika mereka tidak memiliki komitmen, maka proses transformasi
mutu tidak akan dapat dimulai, karena terpaksa dijalankan maka
dipastikan akan gagal. Hal ini berarti perlu adanya perubahan
budaya dan manajemen yang memiliki komitmen untuk
mendukung proses perubahan kearah peningkatan mutu.
-
5. Perbaikan berkelanjutan (Continous Inprofmen)
Mutu didasarkan pada sebuah konsep, bahwa setiap proses itu
dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Maka para
profesional pendidikan harus konstan menemukan cara untuk
menangani masalah yang muncul, mereka harus memperbaiki
proses yang dikembangkannya dan membuat perbaikan yang
diperlukan .(Amin, Siswanto, dan Hakim, 2018, hlm. 1–2)
c. Komponen Mutu Pendidikan
Komponen yang terkait dengan mutupendidikan adalah
1. Kesiapan danmotivasi siswa.
2. Kemampuan guruprofesional dan kerjasama dalam organisasi
sekolah.
3. Kurikulum meliputirelevansi isi dan operasional
prosespembelajarannya.
4. sarana danprasarana meliputi kecukupan dankeefektifan dalam
mendukung prosespembelajaran.
5. partisipasi masyarakat(orang tua, pengguna lulusan dan
perguruantinggi) dalam pengembangan program-
programpendidikan sekolah.(Suti, 2011, hlm. 2)
d. Pendekatan Mutu Pendidikan
Pendekatan yang perlu diperhatikandalam peningkatan mutu
pendidikan yaitu:
1. Perbaikan Secara Terus-menerus(Continuous Improvement)
Konsep inimengandung pengertian bahwa pihakpengelola
senantiasa melakukan berbagaiperbaikan dan peningkatan secara
terusmenerusuntuk menjamin semua komponenpenyelenggara
pendidikan telah mencapaistandar mutu yang telah
-
ditetapkan.Konsepini senantiasa memperbaharui prosespendidikan
berdasarkan kebutuhan dantuntutan pelanggan. Jika tuntutan
dankebutuhan pelanggan berubah, maka pihakpengelola institusi
pendidikan dengansendirinya akan merubah mutu, serta
selalumemperbaharui komponen produksi ataukomponen-komponen
yang ada dalaminstitusi pendidikan.
2. Menentukan Standar Mutu(Quality Assurance)
Paham ini digunakanuntuk menetapkan standar-standar mutudari
semua komponen yang bekerja dalamproses produksi atau
transformasi lulusaninstitusi pendidikan. Standar mutu pendidikan
misalnya dapat berupapemilikan atau akuisisi kemampuan dasarpada
masing-masing bidang pembelajaran,dan sesuai jenjang pendidikan
yangditempuh. Selain itu, pihak manajemen jugaharus menentukan
standar mutu materikurikulum dan standar evaluasi yang
akandijadikan sebagai alat untuk mencapaistandar kemampuan dasar.
Standar mutu proses pembelajaranharus pula ditetapkan, dalam arti
bahwapihak manajemen perlu menetapkan standarmutu proses
pembelajaran yang diharapkandapat berdaya guna untuk
mengoptimalkanproses produksi dan untuk melahirkanproduk yang
sesuai, yaitu yang menguasaiMarsus Suti, Strategi Peningkatan Mutu
di Era Otonomi Pendidikanstandar mutu pendidikan
berupapenguasaan standar kemampuan dasar.Pembelajaran yang
dimaksud sekurangkurangnya memenuhi karakteristik, menggunakan
pendekatan pembelajaranpelajar aktif (student active
learning),pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,pembelajaran
konstruktif, dan pembelajarantuntas (master learning).
3. Perubahan Kultur (Change Ofculture)
Konsep ini bertujuan membentukbudaya organisasi yang
menghargai mutudan menjadikan mutu sebagai orientasisemua
-
komponen organisasi. Jika manajemenini ditetapkan di institusi
pendidikan, makapihak pimpinan harus berusaha
membangunkesadaran para anggotanya, mulai daripemimpin, staf,
guru, siswa, dan berbagaiunsur terkait, seperti pemimpin
yayasan,orang tua, dan para pengguna lulusanpendidikan akan
pentingnyamempertahankan dan meningkatkan mutupembelajaran,
baik mutu hasil maupunproses pembelajaran.
4. Perubahan Organisasi (Upside Down Organization)
Jika visi dan misi, sertatujuan organisasi sudah berubah
ataumengalami perkembangan, maka sangatdimungkinkan terjadinya
perubahanorganisasi.Perubahan organisasi ini bukanberarti perubahan
wadah organisasi,melainkan sistem atau struktur organisasiyang
melambangkan hubungan-hubungankerja struktur organisasi dan
pengawasandalam organisasi.Perubahan ini menyangkutperubahan
kewenangan, tugas-tugas dantanggung jawab.Misalnya, dalam
kerangkamanajemen berbasis sekolah, strukturorganisasi dapat
berubah terbalikdibandingkan struktur konvensional. Jikadalam
struktur konvensional berturut-turutdari atas ke bawah; senior
manager, middlemanager, teacher dan support staff’ sedangkan
struktur yang baru, berupastruktur organisasi layanan dari
ataskebawah berturut-turut; leader, team,teacher and support, staff, dan
leader
5. Mempertahankan HubunganDengan Pelanggan (Keeping Close To
TheCostumer)
Karena organisasi pendidikanmenghendaki kepuasan pelanggan,
makaperlunya mempertahankan hubungan baikdengan pelanggan
menjadi sangat penting.Dan inilah yang dikembangkan dalam
unitpublic relations.Berbagai informasi antaraorganisasi pedidikan dan
pelanggan harusterus-menerus dipertukarkan, agar institusipendidikan
-
senantiasa dapat melakukanperubahan-perubahan atau improvisasi
yangdiperlukan, terutama berdasarkan perubahansifat dan pola
tuntutan serta kebutuhanpelanggan.Bukan hanya itu, pelanggan
jugadiperkenankan melakukan kunjungan,pengamatan, penilaian dan
pemberianmasukan kepada institusi pendidikan. Semuamasukan itu
selanjutnya akan diolah dalamrangka mempertahankan dan
meningkatkanmutu proses dan hasil-hasil pembelajaran.Dan yang
perlu diperhatikan adalah bahwadalam manajemen berbasis sekolah,
gurudan staf justru dipandang sebagai pelangganinternal, sedangkan
pelajar, termasuk orangtua pelajar dan masyarakat umum,
termasukpelanggan eksternal.Maka, pelanggan baikinternal maupun
eksternal harus dapatterpusatkan melalui interval kretaifpimpinan
institusi pendidikan.(Suti, 2011, hlm. 2)
B. Studi Relevan
Berhubungan dengan bahasan penelitian yang penulis kerjakan, terdapat
beberapa penelitian yang pernah dilakukan.Hasil penelitian ini penulis jadikan
bahan kajian awal yang mana studi relevan ini adalah memuat hasil-hasil
penelitian terdahulu terkait dengan fokus atau tema yang diteliti. Hasil penelitian
tersebut adalah:
1. Skripsi M. Ahsan Agussalim (2017), dengan judul “Implementasi Budaya
Organisasi Dalam Peningkatan Pelayanan Administrasi Pendidikan Di Man
1 Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak budaya organisasi
cukup memberikan sebuah pengaruh yang sangat menonjodalam sistem
admnistrasi untuk menciptakan sebuah nilai positif, tentunya ini adalah awal
dari terbentuknya sebuah karakteristik pembeda dari sekolah lainnya yang
kemudian menjadi instrumen dalam menegakkan sebuah aturan yang telah
disepakati dan juga menjadikan seluruh personal sekolah mampu bersaing
secara berkualitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh M. Ahsan
-
Agussalim (2017) adalah penelitian ini lebih menekankan pada
implementasi budaya organisasi apakah berpengaruh atau tidakpada bidang
administrasi. Sementrara penelitian yang dilakukann oleh penulis adalah
penelitian yang inggin mengetahui apakah dengan adanya budaya organisasi
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sementara persamaan adalah
penelitian M. Ahsan Agussalim dan penelitian yang penulis lakukan sama-
sama meneliti budaya organisasi yang ada di lembaga pendidikan..
2. Jurnal penelitian Yusmariono (2017) dengan judul “ Hubuangan Antara
Budaya Organisasi Dengan Kompetensi Sosial Guru.Hasil analisis
menujukan bahwa hubungan antara budaya organisasi dengan kompetensi
sosial guru di MTsN 1 Blangkejeren signifikan dengan nilai korelasi sebesar
0.465, dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel yakni 3.14> 1.701.
Kontribusi Budaya Organisasi dengan kompetensi sosial guru 21.62%
sedangkan sisanya sebesar 78.28 % disebabkan oleh factor lain yang tidak
di teliti dalam penelitian ini.Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh
Yusmariono (2017) adalah penelitian ini lebih menekankan pada hubungan
budaya organisasi dengan kompetensi sosial guru sementara penelitian yang
dilakukan penulis adalah lebih menekankan pada peningkatan mutu
pendidikan. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dan penelitian
yang dilakukan oleh Yusmariono adalah fokus pada budaya organisasi.
3. Jurnal Penelitian Eva Maryamah (2016) dengan judul “ Pengembangan
Budaya Sekolah” Hasil penelitian ini adalah pengembangan budaya sekolah
mampu meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan
kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya
dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah
yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu
lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh Eva Maryamah adalah penelitian yang berfokus pada hasil
dari pengembangan budaya sekolah sementara penelitian yang penulis
-
lakukan adalah inggin mengetahui bagaimana budaya yang ada di SMP N
26 Muaro Jambi.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
maksudnya data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada angka. Data yang terkumpul setelah dianalisis
selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Metode
penelitian ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2017, hlm.7-8).
Dukeshire dan Thurlow dalam Sugiyono (2017, hlm.3) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan
data menganalisis data yang bersifat naratif. Metode penelitian kualitatif
terutama digunakan untuk memperoleh data yang kaya, informasi yang
mendalam tentang isu atau masalah yang akan dipecahkan. Metode penelitian
kualitatif menggunakan focus grup, interview secara mendalam, dan observasi
berperan serta, dalam mengumpulkan data.
Saldana dalam Sugiyono (2017, hlm.6) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan payungnya berbagai metode penelitian naturalistic dalam
kehidupan sosial.data atau informasi yang berupa teks hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumen, bahan-bahan yang bersifat visual seperti artifacts, foto-foto,
video, data dari internet, dokumen pengalaman hidup manusia dianalisis secara
kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif kualitati.Descriptive researce adalah penelitian yang menjelaskan
(mendeskripsikan) suatu situasi atau era populasi tertentu yang bersifat factual
secara sistematik.
Oleh karena itu penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan keadaan
atau fenomena yang sebenarnya tentang : Membagun Budaya Organisasi Dalam
-
Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro
Jambi”
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting/Lokasi
Lokasi penelitian ini terletak di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26
Muaro Jambi yang beralamatkan di Jalan Lintas Timur Sumatra, Km 35,
Desa Bukit Baling, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi.Pemilihan
lokasi penelitian ini di dasarkan pada pertimbangan, pertama, karena peneliti
mengambil lokasi terdekat, sehingga memudahkan dalam mencari data,
peluang waktu yang luas dan subjek yang sesuai dengan penulis.Kedua,
Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi menurut peneliti
sekolah ini cocok untuk di jadikantempat penelitian tentang budaya
organisasi sebagai upaya peningkatan mutu sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek atau responden penelitian merupakan orang yang diminta untuk
memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Menurut Lofland
(dalam Moleong, 2014, Hal. 157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.Jadi, subjek penelitian ini merupakan sumber
informasi yang digali untuk mengungkapkan kejadian fakta yang ada pada
lapangan.
Berdasarkan defenisi tersebut maka yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah , Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,Waka Kesiswaan,
Waka Sarpras, Guru BK, Guru mata pelajaran, Pembina OSIS, Staf dan
siswa siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi. Maka
ditetapkan key informan/informan kunci adalah Kepala Sekolah. Sedangkan
tenaga pendidik, staf dijadikan informan dan siswa dijadikan sebagai
responden.
-
Penelitian ini menggunakan Purposive sampling dimana teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini misalnya orang tersebut paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelaskan obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2017, hlm.
95-96).
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari peneliti dari sumber tanpa
adanya perantara.Sumber yang dimaksud dapat berupa benda-benda atau
manusia.Teknik pengumpulan data yang diambil langsung dari jenis data
yang diperlukan. Jika yang diperlukan tentang manusia, maka peneliti
dapat memperoleh dengan mempersiapkan seperangkat instrument
melakukan observasi langsung terhadap subjek yang akan diteliti.
Dalam hal ini peneliti akan memperoleh data primer dari Kepala
sekolah, tenaga pendidik, karyawan, siswa, keadaan sekolah, dan
kegiatan yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro
Jambi, khususnya mengenai norma, nilai, kebiasaan, keyakinan, dan
harapan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2017, hlm. 104). Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui pengamatan atau observasi melalui dokumentasi yang meliputi
a. Historis dan geografis SMP N 26 Muaro Jambi.
b. Data struktur organisasi dan beberapa sumber dokumentasi
lainnya.
-
2. Sumber Data
Sumber data adalah tempat, orang, atau benda dimana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenan dengan
variabel yang diteliti. Sumber data secara garis besar dapat dibedakan atas:
orang (person), tempat (place), dan kertas atau dokumen (paper). Sumber
data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Sumber data berupa manusia yaitu kepala sekolah, tenaga pendidik,
karyawandan siswa SMP Negeri 26 Muaro Jambi.
b. Sumber data berupa peristiwa/keadaan yaitu bentuk darikegiatan dan
kebiasaan atau budaya yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.
c. Sumber data berupa dokumen yaitu arsip, dokumen resmi, dan hal yang
berkaitan dengan budaya organisasi di SMP Negeri 26 Muaro Jambi
dalam upaya penigkatan mutu pendidikan.
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Data atau informasi yang peneliti terima dari Kepala Sekolah adalah
mengenai bagaimana budaya yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi,
bagaimana proses membagun budaya dan bagaimana hasil dari budaya
organisasi yang di bagun dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
b. Tenaga Pendidik
Data atau informasi yang peneliti terima dari tenaga pendidik yaitu sama
dengan informasi yang peneliti terima dari Kepala Sekolah karena
tenaga pendidik dalam hal ini merupakan elemen penting di dalam
sebuah lembaga pendidikan.
c. Karyawan/staf
Data atau informasi yang peneliti terima dari karyawan/staf adalah
bagaimana budaya organisasi yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi
dan melalui kegiatan apa saja proses buadaya organisasi di terapkan.
-
d. Siswa
Data atau informasi yang peneliti terima dari siswa adalah mengenai
bagaimana kebiasaan-kebiasaan yasng sudah membudaya di SMP
Negeri 26 Muaro Jambi.
e. Arsip, Dokumen, Kejadian dan Peristiwa
Data atau informasi yang peneliti kumpulkan dari arsip, dokumen,
kejadian dan peristiwa yaitu histori sekolah dan prestasi siswa di SMP
Negeri 26 Muaro Jambi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017, hlm. 104) mendefinisikan teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang palingstrategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan
dokumentasi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diakukan
dengan cara mengadkan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara
sistematis. Menurut Arikunto dalam Gunawan (2015, hlm. 143) observasi ialah
studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Hal ini dapat membantu
peneliti untuk mengumpulkan data dan mengetahui bagaimana budaya yang
dibangun di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.
2. Wawancara
Esterberg menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.Wawancara digunakan
-
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti inggin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti inggin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam
(Sugiyono, 2017, hlm. 114).
Stainback dalam Sugiyono (2017, hlm. 114) mengemukakan bahwa dengan
wawancara, maka penelliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterprestasikan dan fenomena yang terjadi,
dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam penelitian ini
melakukan wawancara terstruktur dengan, wakil kepala sekolah, tenaga
pendidik, staf dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.
Sebelum melakukan kegiatan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat
pedoman wawancara agar proses tetap terfokus dan tidak keluar dari konteks
yang menjadi tujuan utama peneliti yaitu mendeskripsikan budaya organisasi
sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Wawancara yang
dilakukan bersifat terbuka dan fleksibel, sementara itu pedoman wawancara
hanya digunakan sebagai acuan.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2017, hlm. 124) mendefenisikan dokumentasi merupakancatatan
peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Data-data dokumen yang diteliti
adalah:
a. Struktur organisasi SMP Negeri 26 Muaro Jambi
b. Historis dan geografis SMP Negeri 26 Muaro Jambi
c. Keadaan guru, siswa/I, karyawan SMP Negeri 26 Muaro Jambi
d. Serta, keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 26 Muaro Jambi
e. Visi dan Misi SMP Negeri 26 Muaro Jambi.
-
E. Teknik Analisis Data
Bodgan dalam Sugyiono (2017, hlm. 130) menyatakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Huberman
dkk dalam Sugiyono (2017, hlm. 132-133) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanyasudah jenuh.Aktivitas dalam
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikkan kesimpulan.
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin
lama peneliti kelapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin
banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik, seperti computer mini, dengan memberikan kode
pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2017, hlm. 134-135).
Pada tahap reduksi data, peneliti merekam data lapangan dalam bentuk
catatan-catatan lapangan, menafsirkan, dan menyeleksi masing-masing data
yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.Penelitian mengenai
Membangun Budaya Organisasi Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.Dengan melalui observasi
dan wawancara yang kemudian peneliti menganalisis memilih, menggolongkan,
-
dan membuang data yang dianggap kurang penting serta mengorganisir data-
data tersebut sehingga data tersebut dapat tersajikan sebagaimana mestinya.
b) Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Dengan
mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut (Sugiyono, 2017, hlm. 137). Penyajian data terkait dengan Membangun
Budaya Organisasi Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertam Negeri 26 Muaro Jambi, direduksi sebelumnya melalui data yang telah
tersedia.
c) Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut
Miles dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap penyimpulan data
berikutnya (Sugiyono, 2017, hlm. 141).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada.temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remag-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2017, hlm. 142).
Hasil penyajian data dapat diambil kesimpulan tentang Membangun Budaya
Organisasi Upaya : Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.
-
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai
contoh, untuk menguji kreadibilitas data tentang gaya kepemimpinan
seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh
dilalakukan ke bawahan yang dipimpin, keatasan yang menguasai, dan
keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga
sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalamm penelitian
kualitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang
sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data
yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut
(Sugiyono, 2017, hlm. 191).
2. Trianggulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik penguji kreadibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya ber