MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN …repository.uinjambi.ac.id › 2390 › 1 ›...

111
MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DISEKOLAH MENENGAH PERTAMANEGERI 26 MUARO JAMBI SKRIPSI IIS SUGIARTI NIM. TK 151140 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN …repository.uinjambi.ac.id › 2390 › 1 ›...

  • MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM

    PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

    DISEKOLAH MENENGAH

    PERTAMANEGERI 26

    MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    IIS SUGIARTI

    NIM. TK 151140

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DALAM

    PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

    DI SEKOLAH MENENGAH

    PERTAMA NEGERI 26

    MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Pendidikan

    IIS SUGIARTI

    NIM. TK 151140

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • PERSEMBAHAN

    Bismillahirrohmanirrohim

    Alhamdulillahirrobbil’alamiin rasa syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT atas

    segala nikmat yang dianugerahkan kepada saya, dan atas ridho dari-Nya saya

    berkesempatan untuk bisa berada pada penghujung pendidikan Strata Satu (SI) ini.

    Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

    Muahammad SAW yang menjadi suri tauladan kehidupan bagi kita semua.

    Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta

    Bapak Supardi dan Ibu Sukarsih, yang tiada henti memberikan D’oa, semangat dan

    berusaha mendidik hingga sampai skripsi ini mampu diselesaikan.

    Teruntuk keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi tanpa

    henti, yang senantiasa dengan ikhlas membantu dalam menyelesaikan skripsi, dan

    semoga Allah selalu melindungi.

    Amiin Yaa Rabbal’alamiin

  • MOTTO

    َواْعُبُدوا اللََّه َوال ُتْشِسُكوا ِبِه َشْيًئب َوِببْلَواِلَدْيِه ِإْحَسبًوب َوِبِري اْلُقْسَبى َواْلَيَتبَمى

    َواْلَمَسبِكيِه َواْلَجبِز ِذي اْلُقْسَبى َواْلَجبِزاْلُجُىِب َوالصَّبِحِب ِببْلَجْىِب َواْبِه

    ( السَِّبيِل َوَمب َمَلَكْت َأْيَمبُوُكْم ِإنَّ اللََّه ال ُيِحبُّ َمْه َكبَن ُمْخَتبال َفُخوًزا (الىسبء: ٣۶

    Artinya: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

    suatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,

    anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh,

    teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,

    Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.

    (Anonim, 2004, hlm. 109)

  • KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

    dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

    sebagaimana mestinya. Salawat beriring salam kita curahkan pada junjungan kita

    semua Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari masa kebodohan

    menuju masa berilmu pengetahuan yang kita jalani sekarang ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak

    kesulitan dan hambatan. Namun dengan ridho Allah SWT dan bimbingan dosen

    pembimbing skripsi serta orang-orang yang memotivasi baik moril maupun materil,

    maka kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh sebab itu

    penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Yang terhormat Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi .

    2. Yang terhormat Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Yang terhormat Ibu Dr. Rusmini, M.Pd.I dan Bapak Aris Dwi Nugroho,

    M.Pd.I, MSHS selaku ketua dan sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan

    Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sekaligus

    sebagai dosen pembimbing skripsi I dan II.

    4. Yang terhormat Bapak Besmi Efian, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Menengah

    Pertama Negeri 26 Muaro Jambi dan kepada seluruh warga sekolah yang

    terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Seluruh teman-teman mahasiswa MPI 15A yang telah menjadi teman diskusi

    dan memberikan motivasi serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  • ABSTRAK

    Nama : IisSugiarti

    NIM : TK. 151140

    Jurusan : ManajemenPendidikan Islam

    Judul :

    MembangunBudayaOrganisasiDalamPeningkatanMutuPendi

    dikan di SekolahMenengahPertamaNegeri 26 Muaro Jambi

    Penelitianinimembahastentangperanbudayaorganisasidalammeningkatkanmutupendid

    ikan di SekolahMenengahPertamaNegeri 26 Muaro

    Jambi.Penelitianinimerupakanpenelitiankualitatifdeskriptifdenganmenggunakantekni

    kpengumpulan data observasi, wawancaradandokumentasi, sedangkanteknikanalisis

    data yang digunakanadalahreduksi data, penyajian

    datadanpenarikankesimpulan.Membaggunbudayaorganisasi di

    sekolahadalahsebuahkeharusandimanabudayaadalahcirikhas,

    kualitasdanidentitasdarisekolahsertasebagaijembatanuntukmeningkatkanmutupendidi

    kan di sekolahtersebu.Budayasekolahadalahkualitassekolahdikehidupansekolah yang

    tumbuhdanberkembangberdasarkan spirit dannilai-nilaitertentu yang

    dianutsekolah,.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaperanbudayaorganisasidalammenin

    gkatkanmutupendidikandilakukandenganmenanamkannilai-nilai, normadankebiasaan

    yang adadalambudaya yang di terapkandisekolah. Nilai, normadankebiasaan yang ada

    di sekolahditerapkanmelaluibudayahidupsehatdanbersih,

    budayadisiplindanbudayasopansantun. Dengantujuan agar

    terciptanyasebuahsuasanasekolah yang kondusif,

    berwawasanlingkungansesuaidenganvisisekolahdanmampubersaingdengansekolah

    lain dalammutupendidikan.

    Kata kunci:BudayaOrganisasi; MutuPendidikan;

  • ABSTRACT

    Name : IisSugiarti

    NIM : TK. 151140

    Departmen : Management Of Islamic Education

    Title :Building Organization Culture Efforts to Improfe The Quality

    of Education the State Junior High Schools of 26 Muaro

    Jambi

    This study discusses the role of organizational culture in improving the quality of

    education at Muaro Jambi 26 Secondary School. This research is a descriptive

    qualitative research using data collection techniques of observation, interviews and

    documentation, while the data analysis techniques used are data reduction, data

    presentation and conclusion drawing. Building organizational culture in schools is a

    necessity where culture is a characteristic, quality and identity of the school as well

    as a bridge to improve the quality of education in the school. School culture is the

    quality of schools in school life that grows and develops based on the spirit and

    certain values adopted by the school….The results of the study show that the role of

    organizational culture in improving the quality of education is done by instilling

    values, norms and habits that exist in the culture that is applied in school. The values,

    norms and habits that are in school are applied through a culture of healthy and

    clean living, a culture of discipline and a culture of courtesy.with the aim of creting a

    conducive, environmentally sound school environment in accordance with the

    school’s vision and being able to compete with other schools in the quality of

    education.

    Keywords: Organizational Culture; Education Quality;

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

    NOTA DINAS ........................................................................................................... ii

    PENGESAHAN ........................................................................................................ iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... iv

    PERSEMBAHAN ...................................................................................................... v

    MOTTO .................................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

    ABSTRAK .............................................................................................................. viii

    ABSTRACT .............................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 8

    C. Rumusan Masalah .................................................................................... 9

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik ....................................................................................... 11

    1. Budaya Organisasi ........................................................................... 11

    a. Pengertian Budaya Sekolah........................................................ 13

    b. Pengertian Membangun Budaya Organisasi .............................. 14

    c. Fungsi Budaya Organisasi ......................................................... 16

    d. Proses Pembentukan Budaya Organisasi ................................... 17

    e. Tujuan Budaya Oragnisasi ......................................................... 19

  • f. Peran Budaya Organisasi ........................................................... 20

    2. Mutu Pendidikan .............................................................................. 22

    a. Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan ................................. 22

    b. Kriteria Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu.......................... 25

    c. Komponen Mutu Pendidikan ..................................................... 26

    d. Pendekatan Mutu Pendidikan ..................................................... 26

    B. Studi Relevan ......................................................................................... 29

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................ 32

    B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................................ 33

    C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 34

    D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 36

    E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 38

    F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 40

    G. Jadwal Penelitian .................................................................................... 41

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum....................................................................................... 43

    1. Historis Sekolah ............................................................................... 43

    2. Letak Geografis Sekolah .................................................................. 43

    3. Visi dan Misi .................................................................................... 44

    4. Struktur Organisasi .......................................................................... 45

    5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................... 46

    6. Keadaan Siswa ................................................................................. 49

    7. Keadaan Sarana dan Prasarana......................................................... 50

  • B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................................... 51

    1. Budaya Organisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

    di SMP Negeri 26 Muaro Jambi .................................................... 51

    2. Proses Membagun Budaya Organisasi dalam Upaya Peningkatan

    Mutu Pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi .......................... 57

    3. Hasil dari Membagun Budaya Organisasi dalam Upaya

    Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi ..... 65

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 72

    B. Saran ..................................................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 75

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...................................................................................... 42

    Tabel 4.1 Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Muaro Jambi ........................................ 43

    Tabel 4.2 Letak Geografis ........................................................................................ 44

    Tabel 4.3 Keadaan Guru dan Karyawan .................................................................. 48

    Tabel 4.4 Keadaan Siswa Tahun 2018/2019 ............................................................ 50

    Tabel 4.5 Keadaan Siswa 6 Tahun Terakhir ............................................................ 50

    Tabel 4.6 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................ 51

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1. Visi dan Misi SMP Negeri 26 Muaro Jambi ....................................... 45

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data

    Lampiran 2 Daftar Responden

    Lampiran 3 Sertifikat Akreditasi Sekolah

    Lampiran 4 Tata Tertib Sekolah

    Lampiran 5 Struktur Organisasi

    Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 7 Surat Responden

    Lampiran 8 Surat Selesai Riset

    Lampiran 9 Kartu Bimbingan

    Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemajuan suatu bangsa sangat di tentukan oleh kualitas pendidikannya.Oleh

    karena itu, pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

    memiliki peran yang sangat strategis.Pendidikan merupakan urusan setiap orang,

    walaupun tidak semua orang bisa diakui layak untuk berbicara tentang pendidikan

    (Soedijarto, 2008, hlm. 23).Dalam aspek ini peranan pendidikan memang sangat

    strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu

    sendiri(Tilaar, 2008, hlm. 27).Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk

    dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan

    (Suryabrata, 2010, hlm. 293).

    Pendidikan merupakan faktor penting dan menentukan dalam kehidupan

    berbudaya , berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung

    pada tingkat pendidikan yang diperoleh rakyatnya.Rakyat memperoleh

    pendidikan melalui mekanisme sistem pendidikan nasional yang telah

    ditetapkan.Sistem pendidikan nasional Indonesia dilaksanakan untuk

    meningkatkan kehidupan bangsa yang bermutu baik dalam arti moral spiritual

    maupun mutu dalam arti intelektual-profesional (Maryamah, 2016, hlm.1-2).

    Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan

    pengertian secara luas.Dalam arti khusus, Langeveld dalam sadulloh (2012)

    mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang

    dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai

    kedewasaannya.Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk

    meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.Tujuan

    pendidikan merupakan gambaran dari filsafah atau pandangan hidup manusia,

    baik secara perseorangan maupun kelompok. Membicarakan tujuan pendidikan

  • akanmenyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan,

    baik dalam mitos, kepercayaan dan realigi, filsafat dan ideology, dan sebagainya

    (Sadulloh, 2012, hlm. 54-58).

    Terkait dengan kemajuan suatu bangsa dan kualitas pendidikan, pada era

    globalisasi dan tuntutan zaman serta masyarakat mengenai suatu pendidikan,

    terkait mengenai mutu dari suatu lembaga pendidikan itu sangatlah penting. Salah

    satu cara yang harus dilaksanakan adalah peningkatan mutu pendidikan yang

    dilandasi dengan kegiatan-kegiatan penjaminan mutu yang dapat di percaya.

    Mutu pendidikan semakin berkembang dengan sejalannya waktu.Hal ini

    disebabkan kebutuhan atau kriteria konsumen (pelanggan) telah berubah.

    Secara klasik, mutu menunjukkan sifat yang mengambarkan derajat “baik”-

    nya suatu barang atau jasa yang di produksi atau di pasok oleh suatu lembaga

    dengan kriteria tertentu.Salis mengatakan konsep semacam ini sebagai konsep

    mutu yang bersifat mutlak (absolute)(Sani, dkk, 2015, hlm. 1–3).

    Secara umum, mutu dapat diartiakan sebagai gambaran atau karakteristik

    menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam

    memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks

    pendidikan, pengertian mutu mencakup input,proses, dan output pendidikan.

    Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan

    untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu

    menjadi sesuatu yang lain. Output pendidikan adalah merupakan kinerja

    sekolah.Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari

    proses/prilaku sekolah (Mulyasa, 2013, hlm. 157-158).

    Mutu pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak yang

    berkepentingan (Stakeholders) dengan layanan yang di berikan oleh pengelola

    pendidikan. Kerangka filosofi pendidikan dalam pengembangan sekolah bermutu

    adalah kesesuaian input, proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan para

    pemangku kepentingan. Kerangka filosofi ini harus menjadi kerangka berpikir

    seluruh komponen penyelenggara pendidikan di dalam satuan pendidikan.Setiap

  • satuan pendidikan seharusnya menghasilkan lulusan dan /atau jasa pendidikan

    yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholdersatau peserta didik.Lulusan

    pendidikan dan jasa pendidikan dilakukan karena adanya kebutuhan dari berbagai

    pihak terhadap layanan satuan pendidikan harus dikelola sedemikian rupa agar

    dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya.Lulusan atau layanan

    pendidikan dapat dikatakan bermutu jika dapat memenuhi atau melebihi

    kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan

    (Sani, dkk,2015, hlm.6)

    Budaya mutu dalam pandangan Nursya`bani Purnama merupakan sebuah

    sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif demi

    keberlangsungan dan keberlanjutan perbaikan mutu.Budaya mutu terdiri dari

    nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan tentang promosi mutu.Adapun

    pengertian mutu, banyak definisi yang dikemukakanpara ahli.

    Rumusan tentang mutu bersifat dinamis dandapat ditelaah dari berbagai sudut

    pandang.Kesepakatan tentangkonsep mutu dikembalikan pada rumusan acuan

    atau rujukan yangada seperti kebijakan pendidikan, proses belajar, mengajar,

    kurikulum,sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran dan tenaga

    kependidikansesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.

    Mutu pendidikan memang harus diupayakan untuk mencapai kemajuanyang

    dilandasi oleh sutau perubahan terencana. Peningkatan mutupendidikan diperoleh

    melalui dua strategi, yaitu; pertama, peningkatanmutu pendidikan yang

    berorientasi akademis untuk memberi dasar minimal dalam perjalanan yang harus

    ditempuh mencapai mutupendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman

    dan kedua,peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada ketrampilanhidup

    yang esensial dicakupi oleh pendidikan yang berlandasan luas,nyata dan

    bermakna.

    Membangun budaya yang kuat memerlukan pemimpin yangkuat yang

    memiliki visi dan kepribadian yang kuat pula.Para pendiriadalah orang yang

    membangun visi, misi, filosofi serta tujuan-tujuanutama organisasi. Pada saat itu

  • pula dimulainya perilaku organisasiyang dimotori oleh pendiri dan tim pimpinan

    puncak lain. Gerakan pertama pada saat dimulainya operasi adalah memberi

    teladan pada para bawahan dan mengantisipasi kegiatan lingkungan eksternal.

    Pimpinan mempunyai pengaruh dalam menanamkan nilai-nilaiyang telah

    dibangun.Seorang pemimpin harus memberikan contoh bagaimana bawahan

    melaksanakan tugas-tugasnya secara benar dan komunikasi, merupakan media

    dari pemimpin dalam mengarahkan dan mengontrol perilaku karyawan. Hal lain

    perilaku individual parapemimpin dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tugas

    organisasi maupun diluar tugas dapat menjadi teladan kesederhanaan dan

    kepribadian yang bersahaja. (Amin, Siswanto, & Hakim, 2018, hlm. 1–3)

    Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni

    dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama,

    dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-

    kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur,

    hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola

    kegiatan untuk menuju kearah tercapainya tujuan bersama.Sekolah sebagai

    lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar

    tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya.(Suryosubroto, 2010, hlm.139).

    Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan

    dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

    wewenang.Integrasi, dan koordinasidalam bagan organisasi (organization

    chart).Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

    organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif(

    Hasibuan, 2001, hlm.22). Louis A. Allen mengatakan organisasi sebagai proses

    penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan

    melimpahkan wewenang dan tanggung jawab, dengan maksud untuk

    memungkinkan orang-orang berkerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan

    (Hasibuan, 2005, hlm. 24).

  • Veithzal Rivai dalam Amin, Siswanto, dan Hakim (2018) mengatakan

    organisasi adalah sebuah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat

    memperoleh hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu secara sendiri-

    sendiri.Organisasi adalah suatu unit terkordinasi yang terdiri dari dua orang atau

    lebih, dan berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian

    sasaran.Organisasi juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas sekolah.

    Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,

    kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah,

    guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Nilai-nilai

    dalam budaya sekolah mencakup: kebiasaan hidup, etika, kejujuran, kasih sayang,

    mencintai belajar, bertanggung jawab, menghormati hukum dan peraturan,

    menghormati orang lain, mencintai pekerjaan, suka menabung, suka bekerja

    keras, tepat waktu (Maryamah, 2016, hlm. 1)

    Adapun penerapan budaya tersebut didalam organisasi menjadi budaya

    organisasi. Diantara para pakar memberikan pengertian tentang budaya organisasi

    dengan cara sangat beragam, karena masing-masing memberikan tekanan pada

    sudut pandang masing-masing. Hal seperti itu adalah wajar, seperti memandang

    sebuah benda dari sudut yang berbeda, maka masing-masing akan

    mendeskripsikan apa yang terlihat menurut pandangannya.

    Sementara itu, menurut James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H.

    Donnelly, Jr memberikan pengertian budaya organisasi sebagai apa yang

    dirasakan pekerja dan bagaimana persepsi ini menciptakan pola keyakinan, nilai

    nilai dan harapan. (Amin, Siswanto, & Hakim, 2018, hlm. 1–3).Dengan demikian

    organisasi dan budaya sanggat berkaitan dalm tercapainya suatu tujuan .

    Setiap organisasi mempunyai kepribadian sendiri yang membedakannya dari

    organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta

    terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses

    organisasi itu bertumbuh, berkembang, dan mapan. Pada setiap perkembangan itu

  • dapat dikatakan, bahwa organisasi akan menemukan jati dirinya yang khas;

    dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri.

    Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang

    lainnya adalah budayanya.Hal tersebut penting untuk dipahami serta

    dikenali.Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh

    manajemen dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-

    faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang.Oleh sebab itu, pengembangan budaya

    organisasi di sekolah sangat dibutuhkan.(Suryanti, 2017, hlm. 1).Dapat dipahami

    bahwa pendiri sekaligus bertindak sebagai pemimpin pada tahap awal organisasi

    menginginkan bawahannya dapat menjalankan apa yang menjadi tujuannya

    dengan berdasar pada filosofi dan pola pikir yang dipandangnya benar

    berdasarkan pengalamannya.

    Manajemen iklim dan budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang

    harus diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Iklim

    dan budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses

    pembelajaran yang efektif. Sehingga semua pihak yang terlibat di dalamnya,

    khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian, akan tercita

    pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (joyfull instruction). Iklim dan

    budaya sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar, dan

    akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang

    secara cepat (Mulyasa, 2013, hlm. 92).

    Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelangan menentukan

    mutu.Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang

    diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha

    melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi

    dengan mutu maka berlaku prinsip good enougt is never good enougti (Usman,

    2013, hlm. 619)

    Indonesia telah memiliki sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam

    undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003.Namun sejumlah permasalahan

  • pendidika masih dijumpai. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan

    pada saat ini adalah masalah disiplin dalam mentaati aturan sekolah, prilaku

    mencontek pada saat melakukan tes, budaya belajar dan membaca yang rendah,

    serta budaya kompetensi antar siswa yang juga dirasakan masih rendah

    Permasalahan-permasalah di atas, menuntu sekolah mengembangkan budaya

    sekolah, seperti: budaya disiplin, rasa tanggung jawab, kejujuran, keikhlasan, etos

    belajar, kebiasaan memecahkan masalah secara rasional dan sebagainya. Budaya

    yang dibagun di sekolah akan menumbuhkan disiplin, etos belajar siswa menjadi

    manusia yang penuh optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif dan memupuk

    rasa tanggung jawab dan rasa kebersamaan siswa.( Maryamah, 2016, hlm.2)

    Berdasarkan grand tour yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah Pertama

    Negeri 26 Muaro Jambi mengenai Budaya Organisasi dengan arah ke budaya

    sekolah yang ada terindikasi cukup baik, hal ini terlihat dari prestasi yang didapat

    oleh sekolah salah satunya pencapaian juara 1 sekolah adiwiyata ,mendapatkan

    juara 1 tari kreasi pada festival candi, mendapatkan juara 1 dan 2 pada

    perlombaan gitar solo , dan dengan adanya sebuah sistem poin atau biasa disebut

    buku PAKS (Penilaian Akhlak dan Kepribadian Siswa) dalam bentuk peraturan

    yang diterapkan sistem ini mampu membuat siswa enggan untuk melakukan

    pelangaran, karena semakin banyak pelangaran yang mereka lakukan terhadap

    aturan dan tata tertib sekolah maka mereka akan mendapatkan poin dan apa bila

    poin tersebut mencapai batas-batas sesuai dengan apa yang telah tetulis maka

    akan diberikan sanksi sesuai dengan apa yang telah disepakati.

    Selain pin-poin pelangaran terdapat pula poin untuk siswa berprestasi dan

    siswa yang mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, dimana poin prestasi ini akan

    berpengaruh dengan nilai kepribadian pada raport siswa hal ini dilakukan agar

    siswa memiliki motivasi untuk terus berprestasi dan berkarya, peraturan dan poin

    dari sistem yang diberlakukan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi ini dapat dilihat

    pada lampiran skripsi ini,serta kedisiplinan yang sangat ditekankan pada siwa-

  • siswinya dan tindakan kebersihan yang selalu diciptakan guna terwujudnya

    sekolah yang berwawasan lingkungan sesuai dengan visi sekolah.

    Hal tersebutlah yang membuat peneliti mampu mengindikasikan bahwa

    budaya organisasi disekolah tersebut cukup baik. Hal ini akan berdampak pada

    program kerja serta visi misi sekolah yang inggin dicapai dan diharapkan,

    sedangkan peran dari budaya organisasi terhadap organisasi, anggota organisasi

    dan mereka yang berhubungan dengan organisasi adalah identitas organisasi,

    menyatukan organisasi, reduksi konflik, komitmen, reduksi ketidakpastian,

    menciptakan konsistensi, motivasi, kinerja organisasi, keselamatan kerja dan

    sumber keungulan kompetitif. Terkait dengan mbangunan budaya organisasi di

    SMP Negeri 26 Muaro Jambi peneliti inggin mengetahui apakah dengan

    membangun budaya organisasi mampu membantu sekolah dalam meningkatkan

    mutu pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.

    Suatu lembaga sangat memerlukan peran pemimpin yang memiliki ketegasan

    dan contoh yang baik terutama dalam kaitannya kebiasaan yang dapat menjadi

    budaya dalam suatu organisasi, hal kecil yang sangat berdampak besar sangat

    sulit ditemui pada era saat ini. Terkadang organisasi melupakan budaya kecil

    yang malah mampu membuat suatu organisasi tersebut maju, seperti

    membudayakan datang tepat waktu dan bila ada anggota yang datang terlambat

    seharusnya diberikan panismen atau sangsi yang tegas.

    Maka berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian dengan fokus masalah “Upaya Membangun Budaya

    OrganisasiDalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah Pertama

    Negeri 26 Muaro Jambi”.

    B. Fokus Penelitian

    Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas dengan latar belakang

    diatas, penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana meningkatkan mutu

  • pendidikan dengan membagun budaya organisasi dimana budaya organisasi yang

    dimaksud adalah budaya sekolah di SMP N 26 Muaro Jambi.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan

    dalam penelitian ini nantinya sebagai acuan yang akan diteliti adalah

    1. Bagaimana budaya organisasidalam peningkatan mutu pendidikan di

    SMP Negeri 26 Muaro Jambi?

    2. Bagaimana proses membangun budaya organisasidalam meningkatkan

    mutu pendidikan di SMP Negeri 26 Muaro Jambi?

    3. Bagaimana hasil dari membangun budaya organisasi dalam peingkatkan

    mutu pendidika di SMP Negeri 26 Muaro Jambi?

    D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

    1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

    a. Ingin mengetahui apa saja budaya organisasi di Sekolah Menengah

    Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.

    b. Inginmengetahui bagaimana proses membangun budaya organisasi di

    Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.

    c. Ingin mengetahui hasil dari budaya organisasi dalam peningkatan

    mutu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.

    2. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh

    selama perkuliahan dalam bidang pendidikan.

    b. Untukdapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis dan pembaca

    tentang budaya organisasi sebagai upaya peningkatan mutu

    pendidikan.

  • c. Untuk dapat di gunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan

    pemikiran berupa informasi peningkatan mutu pendidikan di SMP

    Negeri 26 Muaro Jambi.

    d. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata satu

    (S.1) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    Jambi.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik

    1. Budaya Organisasi

    Berdasarkan asal usul katanya (etimologis), bentuk jamak dari budaya

    adalah kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta budhaya yang merupakan

    bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang

    berhubungan dengan akal fikiran manusia (Komariah dan Triatna,2006,

    hlm. 96).Owen mengatakan budaya dipandang sebagai nilai-nilai atau

    norma yang merujuk kepada bentuk pernyataan tentang apa yang dapat dan

    apa yang tidak dapat dilakukan oleh anggota organisasi; sebagai asumsi,

    yang merujuk kepada hal-hal apa saja yang dianggap benar atau

    salah.(Suryanti, 2017, hlm. 1–2).Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan

    mengenai organisasi bahawa Allah SWT menciptakan manusia secara

    besuku-suku agar saling mengenal. Adapun firman Allah SWT dalam surah

    Al-Hujurat ayat 13 yaitu:

    َيؤيَُّها الىَّاُس ِإوَّا َخَلْقىُكْم مِّْه َذَكٍس َوُاْوَثى َوَجَعْلىُكْم ُشُعْىًبا َوَقَبآِئِل ِلَتَعاَزُفْىا ۚ

    ( ٣١:الحجسات)ِإنَّ َأْكَسَمُكْم ِعْىَداهلِل َأْتَقُكْم ۚ ِإنَّ اهلَل َعِلْيٌم َخِبْيٌس

    Artinya:Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari

    seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan

    kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

    mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi

    Allah ialah orang yang paling bertakwa, sungguh, Allah Maha

    Mengetahui, Maha teliti".)Anonim,2004, hlm. 745)

  • Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan

    dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan

    menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah

    bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena

    itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir

    dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebu

    ( Wibowo, 2018, hlm.13).

    Adapun islam memandang budaya organisasi ini merujuk pada ayat

    Al-quran yang berkaitan dengan keorganisasian. Firman Allah SWT dalam

    Surah An-Nisaa’ ayat 71 yaitu:

    ( ١٧الىسبء : )َجِمْيًعاِ اْوِفُسْواَأوُخُرْوا ِحْرَزُكْم َفاْوِفُسْوا ُثَباٍت َمُىْىاَأ يَؤيَُّهاالَِّرْيَه

    Artinya: Hai orang-oranga yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan

    menjauh (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok atau

    menjauhlah bersama-sama".(Anonim, 2004, hlm. 116)

    Ouchi mendefenisikan organisasi sebagai budaya; symbol, upacara,

    mitos kering yang mengkomunikasikan nilai-nilai yang mendasari dan

    keyakinan organisasiitu untuk karyawannya. Mintzberg mengatakan

    kebudayaan sebagai organisasi ideologi, atau tradisi dan kepercayaan

    organisasi yang membedakannya dari organisasi lain dan infuse kehidupan

    tertentu kedalam kerangka strukturnya. Budaya organisasi adalah

    serangkaian nilai, keyakinan, prilaku, kebiasaan dan sikap yang membantu

    seorang anggota organisasi dalam memahami prinsip-prinsip yang dianut

    oleh organisasi tersebut (Sunarto,2007, hlm. 157).

  • a. Pengertian Budaya Sekolah

    Menurut Deal dan Peterson dalam Maryamah (2016) menyatakan

    bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku,

    tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yangdi praktekkan oleh

    kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar

    sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan

    citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

    Budaya sekolah/Madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari

    hasil pertemuan Muhaimin dalam Maryamah (2016) antara nilai-nilai

    (values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam

    sekolah /madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-

    pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-

    pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan

    “pikiran organisasi” Kasali dalam Maryamah (2016). Dari pikiran

    organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan

    menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya

    tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat

    indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam kehidupan

    sekolah/madrasah sehari-hari.

    Budaya sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran

    individu yang ada didalamnya.Pikiran individu yang paling besar porsi

    pengaruhnya adalah pikiran pemimpin Muhaimin dalam Maryamah

    (2016). (kepala sekolah). Kepala sekolah/madrasah dengan berbagai

    wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk

    menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran

    organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia

    berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang

    lebih banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.

  • b. Pengertian Membangun Budaya Organisasi

    Pada dasarnya membangun budaya organisasi yang kuat bukanlah

    suatu hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama dan

    bertahap. Dalam prosesnyapun kemungkinan besar akan memngalami

    pasang surut yang berbeda dari waktu kewaktu. Selanjutnya budaya

    organisasi yang terbentuk perlu di pelihara dan dengan menggunakan

    berbagai cara disampaikan kepada semua anggota organisasi. (Wibowo,

    2018, hlm.58). Budaya sekolah adalah kualitas sekolah dikehidupan

    sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai

    tertentu yang dianut sekolah (Maryamah,2016, hlm. 89)

    Menurut Gibson at.all organisasi diartikan sebagai wadah yang

    memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak

    dapat dicapai oleh seseorang secara individual.Robbins dalam hal ini

    mendefinisikan bahwa organisasi merupakan kesatuan (entity) sosial yang

    dikordinasikan secara sadar, bekerja secara relatif terusmenerus untuk

    mencapai suatu tujuan bersama. Dimock menambahkan bahwa organisasi

    adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling

    berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai

    kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan

    yang telah ditentukan.(Yusuf, 2017, hlm. 84)

    Budaya organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai,

    anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki

    secara bersama serta mengikat dalam suatu komunitas tertentu. Secara

    spesifik budaya dalam organisasi akan ditentukan oleh kondisi team work,

    leaders dan characteristic of organization serta administration process

    yang berlaku. Mengapa budaya organisasipenting, karena merupakan

    kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili

    norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi.Budaya

  • yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi

    kuat dan tujuan perusahaan dapat terakomodasi.

    Menurut Robbins budaya organisasi adalah nilai-nilai dominan yang

    didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntun kebijaksanaan

    organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan dilakukan di

    tempat itu dan asumsi serta kepercayaan dasar yang terdapat di antara

    organisasi.(Darmawan, 2016, hlm. 12).

    Irham Fahmi mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah suatu

    kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam

    kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk

    meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manager

    perusahaan.Lebih jauh Michael Amstrong mendefinisikan bahwa budaya

    organisasi merupakan pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan yang

    dimiliki bersama, dan hal itu membentuk cara bagaimana orang-orang

    bertindak dan berinteraksi dalam organisasi serta mendukung hal-hal yang

    dilakukan ,Fahmidalam Yusuf (2017). Budaya organisasi adalah sebuah

    karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi yang dianut oleh

    para anggotanya sehingga membedakan organisasi satu dengan lainnya.

    Pola dasar budaya merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan

    efektivitas organisasi.(Yusuf,2017, hlm. 87)

    Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai

    dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya

    berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun

    menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup.Pemakaian seragam

    haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk

    citra organisasi.Dengan demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi

    basic.Menurut Sathe dalam Ndraha (1997) bahwa shared basic

    assumptions meliputi : (1) shared things; (2) shared saying, (3) shared

    doing; dan (4) shared feeling (Suryanti, 2017, hlm. 19).

  • Pertama, perspektif kognitif yang merupakan salah satu dari tiga

    perspektif budaya organisasi yang dikemukakan oleh Sackman.Perspektif

    kognitif memberi penekanan pada gagasan, konsep, cetak-biru, keyakinan,

    nilai-nilai, norma-norma, dan “pengetahuan yang diorganisasikan” yang

    ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas.Kedua, tingkatan

    analisis-reflektif sebagai salah satu dari tiga tingkatan analisis budaya

    organisasi yang ditawarkan oleh Louis.Tingkat analisis-reflektif, menelaah

    sifat dan ciri-ciri budaya.Apa yang merupakan esensi suatu budaya dan

    yang menyebabkannya berbeda dari budaya lainnya.

    Ketiga, pemahaman holistik terhadap keseluruhan ranah budaya

    organisasi sebagaimana yang disarankan oleh Kleden .Pemahaman

    holistik meliputi peninjauan terhadap basis material, basis sosial, dan basis

    mental-kognitifnya.Basis-material budaya menyangkut hubungan manusia

    dengan dunia fisik, sedangkan basis-sosial budaya berkenaan dengan

    bentuk-bentuk interaksi antarkelompok. Basis mental-kognitif budaya

    melihat hubungan antara suatu kelompok dengan No. 2/XXIV/2005 Yayat

    Hidayat, Kepemimpinan Kepada Mimbar Pendidikan dunia pengetahuan

    dan dunia nilai-nilai (mental world) mereka.(Amir, 2005, hlm. 4)

    c. Fungsi Budaya Organisasi

    Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting.Fungsi

    budaya organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang

    ada didalamnya. Menurut Robbins fungsi budaya organisasi sebagai

    berikut:

    1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi

    dan yang lain.

    2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota

    organisasi.

  • 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

    luas dari pada kepentingan diri individual seseorang.

    4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

    organisasiitu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk

    dilakukan olehkaryawan.

    5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

    memandu danmembentuk sikap serta perilaku(Yusuf, 2017, hlm. 8).

    Meskipun tidak ada budaya yang terbaik, budaya yang kuat dapat

    mempromosikan kekompakan, loyalitas, dan komitmen, yang pada

    gilirannya mengurangi kecenderungan bagi anggotanya. Sejumlah fungsi

    penting yang dilakukan oleh budaya organisasi:

    1.Budaya berfungsi mendefenisikan batas, itu menciptakan perbedaan

    diantara organisasi.

    2.Budaya organisasi menyediakan dengan identitas.

    3.Budaya memfasilitasi pengembangan komitmen untuk kelompok.

    4.Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial.

    5.Budaya ialah perangkat sosial yang mengikat organisasi; ia

    menyatakan standar yang sesuai untuk prilaku.

    6.Budaya berfungsi untuk membimbing dan membentuk sikap dan

    prilaku anggota organisasi. Hal ini penting untuk diingat,

    bagaimanapun, bahwa budaya yang kuat yang dapat berupa

    emosional atau disfungsional yang mempromosikan atau

    menghambat efektifitas. (Daryanto dan Farid, 2013, hlm. 219-220).

    d. Proses Pembentukan Budaya Organisasi

    Ndraha dalam Darmawan (2016, hlm. 13) menginventarisir sumber-

    sumber pembentuk budaya organisai, diantaranya:

  • 1. Pemilik organisasi

    2. Pendiri organisasi

    3. Sumber daya manusia asing

    4. Luar organisasi

    5. Orang yang berkepentingan dengan organisasi

    6. Masyarakat

    Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi

    dengan cara: (1)kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian

    budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang

    sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit

    untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.

    Setelah mapan, budaya organisasi sering mengabadikan dirinya dalam

    sejumlah hal. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring

    berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi.

    Kepada anggota organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan

    gayakelompok secara eksplisit. Kisah- kisah atau legenda-legenda historis

    bisa diceritakan terus menerus untuk mengingatkan setiap orang tentang

    nilai-nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya. Para manajer

    bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai dengan contoh budaya dan

    gagasan budaya tersebut.Begitu juga, anggota senior bisa

    mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus menerus dalam

    percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-perayaan khusus.

    Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang baik

    atau buruk, yang ada hanyalah budaya yang sesuai atau tidak sesuia.Jika

    dalam suatu organisasi memiliki budaya yang sesuai, maka

    manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai yang

    ada dan perubahan tidak perlu dilakukan.Namun, jika terjadi kesalahan

    dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya

    kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan. Karena

  • budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah

    proses belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah.

    Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan(Suryanti,, 2017 hlm. 7)

    Tahap yang penting dalam proses pembentukan budaya adalah dalam

    proses sosialisasi kepada segenap sumber daya manusia dalam organisasi.

    Sosialisasi merupakan suatu proses menyesuaikan pekerja pada budaya

    organisasi. Adapun menurut Stephen P. Robbins proses sosialisasi perlu

    dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

    1. The prearrival stage, merupakan periode pembelajaran dalam proses

    sosialisasi yang terjadi sebelum pekerja baru bergabung dalam dalam

    organisasi.

    2. The encounter stage, suatu tahap sosialisasi dimana pekerja baru

    melihat apa yang diingginkan organisasi dan menghadapi

    kemungkinan bahwa antara harapan dan realitas mungkin berbeda.

    3. the metamorphosis stage, suatu tahap proses sosialisasi dimana

    pekerja baru berubah dan menyesuaikan diri dari pada pekerjaan,

    kelompok kerja, dan organisasi.

    Sosialisasi budaya menurut James L, Gibson, Jhon M. Ivancevich.

    Dan James H. Donnelly adalah suatu proses dimana organisasi

    membawa pekerja baru kedalam budaya. Dalam budaya terjadi

    transformasi nilai-nilai, asumsi dan sikap dari pekerja tua kepada yang

    muda. Tahapan sosialisasi biasanya sesuai dengan jalannya tahapan

    karier seseorang salam organisasi (Wibowo, 2018, hlm.60)

    e. Tujuan Budaya organisasi Sekolah

    Menurut Mangkunegara Tujuan penerapan budaya organisasi adalah

    agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan

    berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku

    dalam perusahaan atau organisasi tersebut.Setiap individu karyawan

  • memiliki tujuan dan kepentingan sendiri, begitu juga organisasi dan

    perusahaan, oleh karena itu sebagai organisasi yang terdiri dari berbagai

    unsur sumber daya yang salah satunya adalah manusia, maka diperlukan

    nilai-nilai dan keyakinan yang disepakati bersama agar tujuan organisasi

    dan tujuan karyawan dapat sejalan dan selaras.

    Hal itulah mengapa budaya perusahaan sangat penting dan bertujuan

    agar seluruh individu dalam organisasi atau perusahaan mematuhi dan

    berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang dalam

    organisasi atau perusahaaan sehingga diharapkan tujuan organisasi dan

    dapat dicapai.(Ikhsan, 2016, hlm. 7)

    f. Peran Budaya Organisasi

    Wirawan(2007) mengatakan Budaya organisasi mempunyai peran

    yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Akan tetapi

    budaya organisasi juga dapat menghambat perkembangan

    organisasi.Berikut ini dikemukakan peran budaya organisasi terhadap

    organisasi, anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan

    organisasi.

    a. Identitas organisasi. Budaya organisasi berisi satu set karakteristik

    yang melukiskan organisasi dan membedakannya dengan organisasi

    yang lain. Budaya organisasi menunjukan identitas organisasi kepada

    orang diluar organisasi.

    b. Menyatukan organisasi. Budaya organisasi merupakan lem normative

    yang merekatkan unsur-unsur organisasi menjadi satu. Norma, nilai-

    nilai, dan kode etik budaya organisasi menyatukan dan

    mengkoordinasi anggota organisasi.

    c. Reduksi konflik. Budaya organisasi sering dilukiskan sebagai semen

    atau lem yang menyatukan organisasi. Isi budaya mengembangkan

    kohesi sosial anggota organisasi yang mempunyai latar belakang

  • berbeda, pola pikir, asumsi, dan filsafat organisasi yang sama

    memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik diantara anggota

    organisasi.

    d. Komitmen kepada anggota organisasi dan kelompok. Budaya

    organisasi bukan saja menyatukan, tetapi juga memfasilitasi

    komitmen anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok

    kerjanya.

    e. Reduksi ketidakpastian. Budaya organisasi mengurangi

    ketidakpastian dan meningkatkan kepastian. Dalam mencapai

    tujuannya, organisasi menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas

    lingkungan, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam

    mencapai tujuan tersebut.

    f. Menciptakan konsistensi. Budaya organisasi menciptakan knsistensi

    berpikir, berperilaku, dan merespon lingkungan organisasi. Budaya

    organisasi memberikan perauran, panduan, prosedur, serta pola

    memproduksi dan melaytani konsumen, nasabah, pelanggan, atau

    klien organisasi.

    g. Motivasi. Budaya organisasi merupakan kekuatan tidak terlihat

    dibelakang faktor-faktor organisasi yang kelihatan dan dapat

    diobservasi. Budaya merupakan energi sosial yang membuat anggota

    organisasi untuk bertindak. Budaya organisasi memotivasi anggota

    organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

    h. Kinerja organisasi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan,

    meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya

    organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan

    motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator

    terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan

    kinerja organisasi yang juga tinggi.

  • i. Keselamatan kerja. Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap

    keselamatan kerja. Richard L Gardner dalam penelitiannya

    menunjukan bahwa faktor penyebab kecelakaan industri adalah

    budaya organisasi perusahan. Ada hubungan kausal positif antara

    budaya organisasi dan kecelakaan industri. Untuk meningkatkan

    kinerja keselamatan dan kerja.

    j. Sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi merupakan salah

    satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat

    mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas, dan efisiensi, serta

    menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan

    organisasi dalam pasar dan persaingan. (Ariwibowo, 2010, hlm. 43-

    46)

    2. Mutu Pendidikan

    a. Pengertian Peningkatan Mutu pendidikan

    Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan

    segi deskriptif.Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan

    pertimbangan instrinsik dan ekstrinsik.Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu

    pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik

    sesuai standar ideal.Sedangkan berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan

    merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun

    dalam arti deksriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya

    misalnya hasil tes prestasi belajar.(Suti, 2011, hlm. 2)

    Dalam manajemen pendidikan terutama yang berada di sekolah,

    setiap lembaga mempunyai harapan agar mutu pendidikan yang dikelola

    dapat sukses dan bermutu.Namun, realitas di lapangan, kualitas

    pendidikan yang ditangai oleh lembaga pendidikan masih banyak kendala

    dalam pencapaian mutu tersebut.Menurut Husaini Usman Ada beberapa

    faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan. Karena: 1) kebijakan dalam

  • penyelenggaraan pendidikan masih banyak menerapkan pendekatan

    educational production function atau input-input analisis yang tidak

    konsisten; 2) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik;

    dan, 3) Peran masyarakat terutama para orang tua siswa dalam

    penyelenggaraan pendidikan, masih sangat rendah. Adapun firman Allah

    yang menjelaskan tentang sebuah aturan dalam organisasi dalam surah As-

    saff ayat 4

    (٤ :الصف )ْىَياٌن َمْسُصىٌصِإنَّ اللََّه ُيِحبُّ الَِّريَه ُيَقاِتُلىَن ِفي َسِبيِلِه َصفًّا َكَؤوَُّهْم ُب

    Artinya:Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang

    dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan

    seperti satu bangunanyang tersusun kokoh”.(Anonim, 2004,

    hlm. 805)

    Berdasarkan faktor penyebab tersebut maka kebijakan strategis yang

    diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam

    meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan, yaitu: 1)

    Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (school based

    management) di mana sekolah diberi kewenangan untuk merencanakan

    sendiri upaya peningkatan mutu secara menyeluruh; 2) Pendidikan yang

    berbasis partisipasi komunitas (community based education) di mana

    terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah

    sebagai community learning center; dan 3) Menggunakan paradigma

    belajar (learning paradigm) yang akan menjadikan para siswa atau

    learner menjadi manusia yang berdaya.

    Selain itu. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka

    pemerintah dalam hal Mendikbud, melakukan gerakan nasional untuk

    peningkatan mutu pendidikan (2 Mei 2002), sekaligus mengantar

    perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE), yang

    memberi pembekalan kepada para siswa untuk siap bekerja. Dengan

    pendekatan tersebut, setiap siswa diharapkan akan memperoleh bekal life

  • skills yang berisi pemahaman yang luas tentang lingkungan dan

    kemampuannya untuk kemanfaatan hidupnya. Manajemen peningkatan

    mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada

    sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, yang didasarkan

    pada terpenuhinya data kuantitatif dan kualitatif.Dan pemberdayaan

    semua komponen sekolah sangat perlu dilakukan, dalam rangka untuk

    kesinambungan dalam pemingkatkan kapasitas dan kemampuan sekolah

    untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat sekitar.

    Dalam Manajemen Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingkat

    MPM, terkandung upaya: 1) Mengendalikan proses yang berlangsung di

    sekolah, baik kurikuler maupun administrasi; 2) Melibatkan proses

    diagnosa dan proses tindakan untuk diagnosa; dan 3) Memerlukan

    partisipasi semua pihak: kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa,

    orang tua dan pakar. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa

    Manajemen Peningkatan Mutu mempunyai prinsip-prinsip sebagai

    berikut: 1) Peningkatan mutu dilakukan di sekolah; 2) Peningkatan mutu

    hanya dapat dilakukan dengan kepemimpinan yang baik; 3) Peningkatan

    mutu didasarkan pada data dan fakta, baik bersifat kualitatif maupun

    kuantitatif; 4) Peningkatan mutu selalu memberdayakan dan melibatkan

    semua kompomen yang ada di sekolah; dan 5) Peningkatan mutu memiliki

    tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang

    tua dan masyarakat.( Maswan, 2015, hlm. 5-6)

    Sekolah sebagai sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat

    berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni : Proses belajar mengajar,

    kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta budaya sekolah. Budaya

    merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok

    masyarakat, yang mencakup cara berfikir,prilaku, sikap, nilai yang

    tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak (Maryamah, 2016, hlm.

    89)

  • b. Kriteria Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu

    Dalam pandangan Mulyadi kriteria manajemen sekolah berbudaya

    mutu ditandai 5 (lima) pilar mutu pendidikan, yaitu:

    1. Fokus Pada Siswa (Peserta Didik)

    Bahwa sekolah/madrasah dan para professional pendidikan

    memiliki tanggung tawab yang besar untuk selalu mengoptimalkan

    potensi-potensi siswa agar mendapat manfaat dari proses belajar di

    sekolah. Dengan kata lain dalam proses kegiatan belajar

    mengajarharus dipersiapkan dengan baik, dikelola secara

    professional agar dapat memberikan nilai manfaat yang besar bagi

    pengembangan potensi siswa.

    2. Keterlibatan Total

    Bahwa setiap orang harus berpartisipasi dalam transformasi

    mutu.Mutu bukan hanya tanggung jawab Kepala Sekolah, mutu

    merupakan tanggungjawab semua pihak yaitu, komite, guru, staf,

    orang tua, bahkan siswa itu sendiri.Mutu, berarti menuntut kepada

    setiap orang untuk memberikan kontribusi bagi upaya mutu.

    3. Pengukuran

    Pengukuran merupakan bidang yang sering kali banyak gagal

    disekolah, karena setiap yang dikerjakan tidak diiringi pengukuran

    untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.Secara tradisional

    ukuran mutu pada keluaran sekolah adalah prestasi siswa.

    4. Komitmen

    Para professional pendidikan harus memiliki komitmen pada mutu.

    Jika mereka tidak memiliki komitmen, maka proses transformasi

    mutu tidak akan dapat dimulai, karena terpaksa dijalankan maka

    dipastikan akan gagal. Hal ini berarti perlu adanya perubahan

    budaya dan manajemen yang memiliki komitmen untuk

    mendukung proses perubahan kearah peningkatan mutu.

  • 5. Perbaikan berkelanjutan (Continous Inprofmen)

    Mutu didasarkan pada sebuah konsep, bahwa setiap proses itu

    dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Maka para

    profesional pendidikan harus konstan menemukan cara untuk

    menangani masalah yang muncul, mereka harus memperbaiki

    proses yang dikembangkannya dan membuat perbaikan yang

    diperlukan .(Amin, Siswanto, dan Hakim, 2018, hlm. 1–2)

    c. Komponen Mutu Pendidikan

    Komponen yang terkait dengan mutupendidikan adalah

    1. Kesiapan danmotivasi siswa.

    2. Kemampuan guruprofesional dan kerjasama dalam organisasi

    sekolah.

    3. Kurikulum meliputirelevansi isi dan operasional

    prosespembelajarannya.

    4. sarana danprasarana meliputi kecukupan dankeefektifan dalam

    mendukung prosespembelajaran.

    5. partisipasi masyarakat(orang tua, pengguna lulusan dan

    perguruantinggi) dalam pengembangan program-

    programpendidikan sekolah.(Suti, 2011, hlm. 2)

    d. Pendekatan Mutu Pendidikan

    Pendekatan yang perlu diperhatikandalam peningkatan mutu

    pendidikan yaitu:

    1. Perbaikan Secara Terus-menerus(Continuous Improvement)

    Konsep inimengandung pengertian bahwa pihakpengelola

    senantiasa melakukan berbagaiperbaikan dan peningkatan secara

    terusmenerusuntuk menjamin semua komponenpenyelenggara

    pendidikan telah mencapaistandar mutu yang telah

  • ditetapkan.Konsepini senantiasa memperbaharui prosespendidikan

    berdasarkan kebutuhan dantuntutan pelanggan. Jika tuntutan

    dankebutuhan pelanggan berubah, maka pihakpengelola institusi

    pendidikan dengansendirinya akan merubah mutu, serta

    selalumemperbaharui komponen produksi ataukomponen-komponen

    yang ada dalaminstitusi pendidikan.

    2. Menentukan Standar Mutu(Quality Assurance)

    Paham ini digunakanuntuk menetapkan standar-standar mutudari

    semua komponen yang bekerja dalamproses produksi atau

    transformasi lulusaninstitusi pendidikan. Standar mutu pendidikan

    misalnya dapat berupapemilikan atau akuisisi kemampuan dasarpada

    masing-masing bidang pembelajaran,dan sesuai jenjang pendidikan

    yangditempuh. Selain itu, pihak manajemen jugaharus menentukan

    standar mutu materikurikulum dan standar evaluasi yang

    akandijadikan sebagai alat untuk mencapaistandar kemampuan dasar.

    Standar mutu proses pembelajaranharus pula ditetapkan, dalam arti

    bahwapihak manajemen perlu menetapkan standarmutu proses

    pembelajaran yang diharapkandapat berdaya guna untuk

    mengoptimalkanproses produksi dan untuk melahirkanproduk yang

    sesuai, yaitu yang menguasaiMarsus Suti, Strategi Peningkatan Mutu

    di Era Otonomi Pendidikanstandar mutu pendidikan

    berupapenguasaan standar kemampuan dasar.Pembelajaran yang

    dimaksud sekurangkurangnya memenuhi karakteristik, menggunakan

    pendekatan pembelajaranpelajar aktif (student active

    learning),pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,pembelajaran

    konstruktif, dan pembelajarantuntas (master learning).

    3. Perubahan Kultur (Change Ofculture)

    Konsep ini bertujuan membentukbudaya organisasi yang

    menghargai mutudan menjadikan mutu sebagai orientasisemua

  • komponen organisasi. Jika manajemenini ditetapkan di institusi

    pendidikan, makapihak pimpinan harus berusaha

    membangunkesadaran para anggotanya, mulai daripemimpin, staf,

    guru, siswa, dan berbagaiunsur terkait, seperti pemimpin

    yayasan,orang tua, dan para pengguna lulusanpendidikan akan

    pentingnyamempertahankan dan meningkatkan mutupembelajaran,

    baik mutu hasil maupunproses pembelajaran.

    4. Perubahan Organisasi (Upside Down Organization)

    Jika visi dan misi, sertatujuan organisasi sudah berubah

    ataumengalami perkembangan, maka sangatdimungkinkan terjadinya

    perubahanorganisasi.Perubahan organisasi ini bukanberarti perubahan

    wadah organisasi,melainkan sistem atau struktur organisasiyang

    melambangkan hubungan-hubungankerja struktur organisasi dan

    pengawasandalam organisasi.Perubahan ini menyangkutperubahan

    kewenangan, tugas-tugas dantanggung jawab.Misalnya, dalam

    kerangkamanajemen berbasis sekolah, strukturorganisasi dapat

    berubah terbalikdibandingkan struktur konvensional. Jikadalam

    struktur konvensional berturut-turutdari atas ke bawah; senior

    manager, middlemanager, teacher dan support staff’ sedangkan

    struktur yang baru, berupastruktur organisasi layanan dari

    ataskebawah berturut-turut; leader, team,teacher and support, staff, dan

    leader

    5. Mempertahankan HubunganDengan Pelanggan (Keeping Close To

    TheCostumer)

    Karena organisasi pendidikanmenghendaki kepuasan pelanggan,

    makaperlunya mempertahankan hubungan baikdengan pelanggan

    menjadi sangat penting.Dan inilah yang dikembangkan dalam

    unitpublic relations.Berbagai informasi antaraorganisasi pedidikan dan

    pelanggan harusterus-menerus dipertukarkan, agar institusipendidikan

  • senantiasa dapat melakukanperubahan-perubahan atau improvisasi

    yangdiperlukan, terutama berdasarkan perubahansifat dan pola

    tuntutan serta kebutuhanpelanggan.Bukan hanya itu, pelanggan

    jugadiperkenankan melakukan kunjungan,pengamatan, penilaian dan

    pemberianmasukan kepada institusi pendidikan. Semuamasukan itu

    selanjutnya akan diolah dalamrangka mempertahankan dan

    meningkatkanmutu proses dan hasil-hasil pembelajaran.Dan yang

    perlu diperhatikan adalah bahwadalam manajemen berbasis sekolah,

    gurudan staf justru dipandang sebagai pelangganinternal, sedangkan

    pelajar, termasuk orangtua pelajar dan masyarakat umum,

    termasukpelanggan eksternal.Maka, pelanggan baikinternal maupun

    eksternal harus dapatterpusatkan melalui interval kretaifpimpinan

    institusi pendidikan.(Suti, 2011, hlm. 2)

    B. Studi Relevan

    Berhubungan dengan bahasan penelitian yang penulis kerjakan, terdapat

    beberapa penelitian yang pernah dilakukan.Hasil penelitian ini penulis jadikan

    bahan kajian awal yang mana studi relevan ini adalah memuat hasil-hasil

    penelitian terdahulu terkait dengan fokus atau tema yang diteliti. Hasil penelitian

    tersebut adalah:

    1. Skripsi M. Ahsan Agussalim (2017), dengan judul “Implementasi Budaya

    Organisasi Dalam Peningkatan Pelayanan Administrasi Pendidikan Di Man

    1 Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak budaya organisasi

    cukup memberikan sebuah pengaruh yang sangat menonjodalam sistem

    admnistrasi untuk menciptakan sebuah nilai positif, tentunya ini adalah awal

    dari terbentuknya sebuah karakteristik pembeda dari sekolah lainnya yang

    kemudian menjadi instrumen dalam menegakkan sebuah aturan yang telah

    disepakati dan juga menjadikan seluruh personal sekolah mampu bersaing

    secara berkualitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh M. Ahsan

  • Agussalim (2017) adalah penelitian ini lebih menekankan pada

    implementasi budaya organisasi apakah berpengaruh atau tidakpada bidang

    administrasi. Sementrara penelitian yang dilakukann oleh penulis adalah

    penelitian yang inggin mengetahui apakah dengan adanya budaya organisasi

    dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sementara persamaan adalah

    penelitian M. Ahsan Agussalim dan penelitian yang penulis lakukan sama-

    sama meneliti budaya organisasi yang ada di lembaga pendidikan..

    2. Jurnal penelitian Yusmariono (2017) dengan judul “ Hubuangan Antara

    Budaya Organisasi Dengan Kompetensi Sosial Guru.Hasil analisis

    menujukan bahwa hubungan antara budaya organisasi dengan kompetensi

    sosial guru di MTsN 1 Blangkejeren signifikan dengan nilai korelasi sebesar

    0.465, dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel yakni 3.14> 1.701.

    Kontribusi Budaya Organisasi dengan kompetensi sosial guru 21.62%

    sedangkan sisanya sebesar 78.28 % disebabkan oleh factor lain yang tidak

    di teliti dalam penelitian ini.Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh

    Yusmariono (2017) adalah penelitian ini lebih menekankan pada hubungan

    budaya organisasi dengan kompetensi sosial guru sementara penelitian yang

    dilakukan penulis adalah lebih menekankan pada peningkatan mutu

    pendidikan. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dan penelitian

    yang dilakukan oleh Yusmariono adalah fokus pada budaya organisasi.

    3. Jurnal Penelitian Eva Maryamah (2016) dengan judul “ Pengembangan

    Budaya Sekolah” Hasil penelitian ini adalah pengembangan budaya sekolah

    mampu meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan

    kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya

    dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah

    yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu

    lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.perbedaan penelitian yang

    dilakukan oleh Eva Maryamah adalah penelitian yang berfokus pada hasil

    dari pengembangan budaya sekolah sementara penelitian yang penulis

  • lakukan adalah inggin mengetahui bagaimana budaya yang ada di SMP N

    26 Muaro Jambi.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Dan Metode Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

    maksudnya data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga

    tidak menekankan pada angka. Data yang terkumpul setelah dianalisis

    selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Metode

    penelitian ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

    dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2017, hlm.7-8).

    Dukeshire dan Thurlow dalam Sugiyono (2017, hlm.3) menyatakan bahwa

    penelitian kualitatif berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan

    data menganalisis data yang bersifat naratif. Metode penelitian kualitatif

    terutama digunakan untuk memperoleh data yang kaya, informasi yang

    mendalam tentang isu atau masalah yang akan dipecahkan. Metode penelitian

    kualitatif menggunakan focus grup, interview secara mendalam, dan observasi

    berperan serta, dalam mengumpulkan data.

    Saldana dalam Sugiyono (2017, hlm.6) menyatakan bahwa penelitian

    kualitatif merupakan payungnya berbagai metode penelitian naturalistic dalam

    kehidupan sosial.data atau informasi yang berupa teks hasil wawancara, catatan

    lapangan, dokumen, bahan-bahan yang bersifat visual seperti artifacts, foto-foto,

    video, data dari internet, dokumen pengalaman hidup manusia dianalisis secara

    kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

    deskriptif kualitati.Descriptive researce adalah penelitian yang menjelaskan

    (mendeskripsikan) suatu situasi atau era populasi tertentu yang bersifat factual

    secara sistematik.

    Oleh karena itu penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan keadaan

    atau fenomena yang sebenarnya tentang : Membagun Budaya Organisasi Dalam

  • Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro

    Jambi”

    B. Setting dan Subjek Penelitian

    1. Setting/Lokasi

    Lokasi penelitian ini terletak di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26

    Muaro Jambi yang beralamatkan di Jalan Lintas Timur Sumatra, Km 35,

    Desa Bukit Baling, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi.Pemilihan

    lokasi penelitian ini di dasarkan pada pertimbangan, pertama, karena peneliti

    mengambil lokasi terdekat, sehingga memudahkan dalam mencari data,

    peluang waktu yang luas dan subjek yang sesuai dengan penulis.Kedua,

    Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi menurut peneliti

    sekolah ini cocok untuk di jadikantempat penelitian tentang budaya

    organisasi sebagai upaya peningkatan mutu sekolah.

    2. Subjek Penelitian

    Subjek atau responden penelitian merupakan orang yang diminta untuk

    memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Menurut Lofland

    (dalam Moleong, 2014, Hal. 157) sumber data utama dalam penelitian

    kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

    seperti dokumen dan lain-lain.Jadi, subjek penelitian ini merupakan sumber

    informasi yang digali untuk mengungkapkan kejadian fakta yang ada pada

    lapangan.

    Berdasarkan defenisi tersebut maka yang menjadi sumber data dalam

    penelitian ini adalah , Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,Waka Kesiswaan,

    Waka Sarpras, Guru BK, Guru mata pelajaran, Pembina OSIS, Staf dan

    siswa siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi. Maka

    ditetapkan key informan/informan kunci adalah Kepala Sekolah. Sedangkan

    tenaga pendidik, staf dijadikan informan dan siswa dijadikan sebagai

    responden.

  • Penelitian ini menggunakan Purposive sampling dimana teknik

    pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

    tertentu ini misalnya orang tersebut paling tahu tentang apa yang kita

    harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

    peneliti menjelaskan obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2017, hlm.

    95-96).

    C. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang diambil dari peneliti dari sumber tanpa

    adanya perantara.Sumber yang dimaksud dapat berupa benda-benda atau

    manusia.Teknik pengumpulan data yang diambil langsung dari jenis data

    yang diperlukan. Jika yang diperlukan tentang manusia, maka peneliti

    dapat memperoleh dengan mempersiapkan seperangkat instrument

    melakukan observasi langsung terhadap subjek yang akan diteliti.

    Dalam hal ini peneliti akan memperoleh data primer dari Kepala

    sekolah, tenaga pendidik, karyawan, siswa, keadaan sekolah, dan

    kegiatan yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro

    Jambi, khususnya mengenai norma, nilai, kebiasaan, keyakinan, dan

    harapan.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

    kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

    (Sugiyono, 2017, hlm. 104). Data sekunder adalah data yang diperoleh

    melalui pengamatan atau observasi melalui dokumentasi yang meliputi

    a. Historis dan geografis SMP N 26 Muaro Jambi.

    b. Data struktur organisasi dan beberapa sumber dokumentasi

    lainnya.

  • 2. Sumber Data

    Sumber data adalah tempat, orang, atau benda dimana peneliti dapat

    mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenan dengan

    variabel yang diteliti. Sumber data secara garis besar dapat dibedakan atas:

    orang (person), tempat (place), dan kertas atau dokumen (paper). Sumber

    data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

    a. Sumber data berupa manusia yaitu kepala sekolah, tenaga pendidik,

    karyawandan siswa SMP Negeri 26 Muaro Jambi.

    b. Sumber data berupa peristiwa/keadaan yaitu bentuk darikegiatan dan

    kebiasaan atau budaya yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.

    c. Sumber data berupa dokumen yaitu arsip, dokumen resmi, dan hal yang

    berkaitan dengan budaya organisasi di SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    dalam upaya penigkatan mutu pendidikan.

    Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Kepala Sekolah

    Data atau informasi yang peneliti terima dari Kepala Sekolah adalah

    mengenai bagaimana budaya yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi,

    bagaimana proses membagun budaya dan bagaimana hasil dari budaya

    organisasi yang di bagun dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

    b. Tenaga Pendidik

    Data atau informasi yang peneliti terima dari tenaga pendidik yaitu sama

    dengan informasi yang peneliti terima dari Kepala Sekolah karena

    tenaga pendidik dalam hal ini merupakan elemen penting di dalam

    sebuah lembaga pendidikan.

    c. Karyawan/staf

    Data atau informasi yang peneliti terima dari karyawan/staf adalah

    bagaimana budaya organisasi yang ada di SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    dan melalui kegiatan apa saja proses buadaya organisasi di terapkan.

  • d. Siswa

    Data atau informasi yang peneliti terima dari siswa adalah mengenai

    bagaimana kebiasaan-kebiasaan yasng sudah membudaya di SMP

    Negeri 26 Muaro Jambi.

    e. Arsip, Dokumen, Kejadian dan Peristiwa

    Data atau informasi yang peneliti kumpulkan dari arsip, dokumen,

    kejadian dan peristiwa yaitu histori sekolah dan prestasi siswa di SMP

    Negeri 26 Muaro Jambi.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Sugiyono (2017, hlm. 104) mendefinisikan teknik pengumpulan data

    merupakan langkah yang palingstrategis dalam penelitian, karena tujuan utama

    dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

    data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dapat

    dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan

    dokumentasi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan teknik

    pengumpulan data sebagai berikut:

    1. Observasi

    Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diakukan

    dengan cara mengadkan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara

    sistematis. Menurut Arikunto dalam Gunawan (2015, hlm. 143) observasi ialah

    studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala

    psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Hal ini dapat membantu

    peneliti untuk mengumpulkan data dan mengetahui bagaimana budaya yang

    dibangun di SMP Negeri 26 Muaro Jambi.

    2. Wawancara

    Esterberg menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang

    untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

    dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.Wawancara digunakan

  • sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti inggin melakukan studi

    pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

    apabila peneliti inggin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam

    (Sugiyono, 2017, hlm. 114).

    Stainback dalam Sugiyono (2017, hlm. 114) mengemukakan bahwa dengan

    wawancara, maka penelliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

    tentang partisipan dalam menginterprestasikan dan fenomena yang terjadi,

    dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam penelitian ini

    melakukan wawancara terstruktur dengan, wakil kepala sekolah, tenaga

    pendidik, staf dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.

    Sebelum melakukan kegiatan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat

    pedoman wawancara agar proses tetap terfokus dan tidak keluar dari konteks

    yang menjadi tujuan utama peneliti yaitu mendeskripsikan budaya organisasi

    sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Wawancara yang

    dilakukan bersifat terbuka dan fleksibel, sementara itu pedoman wawancara

    hanya digunakan sebagai acuan.

    3. Dokumentasi

    Sugiyono (2017, hlm. 124) mendefenisikan dokumentasi merupakancatatan

    peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

    karya-karya monumental dari seseorang. Data-data dokumen yang diteliti

    adalah:

    a. Struktur organisasi SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    b. Historis dan geografis SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    c. Keadaan guru, siswa/I, karyawan SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    d. Serta, keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 26 Muaro Jambi

    e. Visi dan Misi SMP Negeri 26 Muaro Jambi.

  • E. Teknik Analisis Data

    Bodgan dalam Sugyiono (2017, hlm. 130) menyatakan bahwa analisis data

    adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

    hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

    dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Huberman

    dkk dalam Sugiyono (2017, hlm. 132-133) mengemukakan bahwa aktivitas

    dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

    terus menerus sampai tuntas, sehingga datanyasudah jenuh.Aktivitas dalam

    analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikkan kesimpulan.

    a) Data Reduction (Reduksi Data)

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu

    dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin

    lama peneliti kelapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin

    banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

    melalui reduksi data.

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.Dengan

    demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

    jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

    selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu

    dengan peralatan elektronik, seperti computer mini, dengan memberikan kode

    pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2017, hlm. 134-135).

    Pada tahap reduksi data, peneliti merekam data lapangan dalam bentuk

    catatan-catatan lapangan, menafsirkan, dan menyeleksi masing-masing data

    yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.Penelitian mengenai

    Membangun Budaya Organisasi Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di

    Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.Dengan melalui observasi

    dan wawancara yang kemudian peneliti menganalisis memilih, menggolongkan,

  • dan membuang data yang dianggap kurang penting serta mengorganisir data-

    data tersebut sehingga data tersebut dapat tersajikan sebagaimana mestinya.

    b) Data Display (Penyajian Data)

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

    data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

    uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Dengan

    mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

    dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

    tersebut (Sugiyono, 2017, hlm. 137). Penyajian data terkait dengan Membangun

    Budaya Organisasi Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah

    Pertam Negeri 26 Muaro Jambi, direduksi sebelumnya melalui data yang telah

    tersedia.

    c) Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)

    Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut

    Miles dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

    awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

    ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap penyimpulan data

    berikutnya (Sugiyono, 2017, hlm. 141).

    Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

    yang sebelumnya belum pernah ada.temuan dapat berupa deskripsi atau

    gambaran suatu objek yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

    berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remag-

    remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

    hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2017, hlm. 142).

    Hasil penyajian data dapat diambil kesimpulan tentang Membangun Budaya

    Organisasi Upaya : Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah

    Pertama Negeri 26 Muaro Jambi.

  • F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    1. Triangulasi Sumber

    Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan

    cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai

    contoh, untuk menguji kreadibilitas data tentang gaya kepemimpinan

    seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh

    dilalakukan ke bawahan yang dipimpin, keatasan yang menguasai, dan

    keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga

    sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalamm penelitian

    kualitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang

    sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data

    yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

    selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut

    (Sugiyono, 2017, hlm. 191).

    2. Trianggulasi Teknik

    Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan

    cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

    misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

    dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik penguji kreadibilitas

    data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti

    melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau

    yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin

    semuanya benar, karena sudut pandangnya ber