Perang padri xi iis 1

15
KELOMPOK 3 XI IIS 1 1. Erfi Dwi Indriastuti (09) 2. Eri Anggraini (10) 3. Fariskha Isnaeni (11) 4. Galang Sansaka M (12)

Transcript of Perang padri xi iis 1

Page 1: Perang padri xi iis 1

KELOMPOK 3 XI IIS 1

1. Erfi Dwi Indriastuti (09)2. Eri Anggraini (10)3. Fariskha Isnaeni (11)4. Galang Sansaka M (12)

Page 2: Perang padri xi iis 1
Page 3: Perang padri xi iis 1

Sebab-sebab Terjadinya Perang Padri1. Pada awal abad ke-19, muncul kelompok

gerakan wahabi di Sumatra Barat yang bertujuan memurnikan kehidupan Islam. Kelompok pendudung gerakan ini dikenal sebagai Kaum Padri.

2. Gerakan Kaum Padri mendapat tentanngan dari kelompok Kaum Adat.

3. Pemerintah kolonial Belanda berpihak pada Kaum Adat. Pada tanggal 10 Februari 1821, diadakan perjanjian antara Residen De Puy dan Tuanku Suruaso ( pimpianan Kaum Adat ).

4. Berdasarkan perjanjian itu, Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatra Barat. Peristiwa itu menandai dimulainya Perang Padri.

Page 4: Perang padri xi iis 1

Datuk Malim Basa ( Tuanku Imam Bonjol ), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, Tuanku nan Alahan, Datuk Bandoro, Tuanku Pasaman, Tuanku nan Renceh.

Page 5: Perang padri xi iis 1

Perang Paderi meletus di Minangkabau antara tahun 1821 hingga 1837. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol melawan penjajah Hindia Belanda.Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.

Page 6: Perang padri xi iis 1

Perang baru berhenti tahun 1838 setelah seluruh bumi Minang ditawan Belanda dan

setahun sebelumnya, 1837, Imam Bonjol ditangkap.

Meskipun secara resmi Perang Paderi berakhir pada tahun kejatuhan benteng Bonjol,

tetapi benteng terakhir Paderi, Dalu-Dalu, di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, baru

jatuh tahun 1838. Alam Minangkabau menjadi bagian dari pax neerlandica. Tetapi

pada tahun 1842, pemberontakan Regent Batipuh meletus.

Page 7: Perang padri xi iis 1

Lanjutan.... Belanda menyerang benteng kaum Paderi di

Bonjol dengan tentara yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, tetapi yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda adalah Letnan Kolonel Bauer, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der Tak, dan seterusnya, tetapi juga nama Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.

Page 8: Perang padri xi iis 1

Ketika dimulai serangan terhadap benteng Bonjol, orang-orang Bugis berada di bagian depan menyerang pertahanan Paderi.

Belanda menggunakan 2 benteng sebagai pertahanan selama perang Padri,Fort de Kock dan Fort van der Capellen di Batusangkar.

Page 9: Perang padri xi iis 1

Perang Bonjol

Kepala Perang Bonjol ialah Baginda Telabie. Kepala-kepala lain adalah Tuanku Mudi Padang, Tuanku Danau, Tuanku Kali Besar, Haji Mahamed, dan Tuanku Haji Berdada yang tiap hari dijaga oleh 100 orang. Yang memberi perintah ialah Tuanku Haji Be Di Bonjol dengan pertahanan enam meriam di daerah gunung. Halaman-halaman dikitari oleh pagar pertahanan dan parit-parit.

Page 10: Perang padri xi iis 1

Pada tahun 1832, benteng Bonjol jatuh ke tangan serdadu Kompeni. Hal ini memicu kembali peperangan. Pos Goegoer Sigandang yang dijaga oleh seorang sersan Belanda dan 18 serdadu dipersenjatai dengan sebuah meriam pada tahun 1833 diserbu oleh orang-orang Minang. Mereka membunuh sersan dan seluruh isi benteng. Kolonel Elout membalas dendam dengan cara memanggil beberapa pemimpin dari daerah Agam untuk menghadapnya di Goegoer Sigandang dan 13 orang menghadap. Atas perintah Kolonel, ke-13 orang itu digantung semua. Setelah kejadian ini Sultan Bagagarsyah Alam dari Pagaruyung dibuang ke Batavia.

Page 11: Perang padri xi iis 1

Pemerintah Hindia Belanda kini telah menyadari bahwa mereka tidak lagi hanya menghadapi kaum paderi, tetapi masyarakat Minangkabau. Maka pemerintah pun mengeluarkan pengumuman yang disebut Plakat Panjang (1833) berisi sebuah pernyataan bahwa kedatangan Kompeni ke Minangkabau tidaklah bermaksud untuk menguasai negeri ini, mereka hanya datang untuk berdagang dan menjaga keamanan, penduduk Minangkabau akan tetap diperintah oleh para penghulu adat mereka dan tidak pula diharuskan membayar pajak.

Page 12: Perang padri xi iis 1

Karena usaha Kompeni untuk menjaga keamanan, mencegah terjadinya "perang antar-nagari", membuat jalan-jalan, membuka sekolah, dan sebagainya memerlukan biaya, maka penduduk diwajibkan menanam kopi. Akhirnya benteng Bonjol jatuh juga untuk kedua kalinya pada tahun 1837.

Page 13: Perang padri xi iis 1

Negosiasi Residen Belanda mengirim utusan-utusannya untuk berunding dengan Tuanku Imam Bonjol. Tuanku menyatakan bersedia melakukan perundingan dengan Residen atau dengan komandan militer. Perundingan itu tidak boleh lebih dari 14 hari lamanya. Selama 14 hari berkibar bendera putih dan gencatan senjata berlaku. Tuanku datang ke tempat berunding tanpa membawa senjata. Tapi perundingan tidak terlaksana. Tuanku Imam Bonjol yang datang menemui panglima Belanda untuk berunding, malah ditangkap dan langsung dibawa ke Padang, untuk selanjutnya diasingkan ke berbagai daerah hingga meninggal dunia tahun 1864.

Page 14: Perang padri xi iis 1

Nilai – nilai Kejuangan

1. Pantang menyerah2. Cinta tanah air3. Kerja sama4. Berani memperjuangkan hak5. Rela berkorban6. Totalitas, loyalitas, profesionalitas.

Sumber :https://feranianggraini23.wordpress.com/2014/09/25/sejarah-smk-kelas-xi-bab-2-semester-1/

Page 15: Perang padri xi iis 1