Makalah iis

45
MAKALAH TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR KONSERVASI SECARA MEKANIK Oleh: Iis Istikayah NIM A1H009059

Transcript of Makalah iis

Page 1: Makalah iis

MAKALAHTEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR

KONSERVASI SECARA MEKANIK

Oleh:Iis Istikayah

NIM A1H009059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2012

Page 2: Makalah iis

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas terstruktur Teknik Pengawetan Tanah dan Air yang berjudul ”Konservasi

Secara Mekanik”.

Tanpa adanya bantuan dan dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak,

makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.

Purwokerto, 10 April 2012

Penyusun

Page 3: Makalah iis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai daerah tropis, erosi tanah oleh air merupakan bentuk

degradasi tanah yang sangat dominan. Praktik deforestarisasi merupakan

penyebab utamanya baik di hutan produksi ataupun di hutan rakyat, yang

menyebabkan terjadinya kerusakan hutan dan lahan. Di samping itu, praktek

usaha tani yang keliru di daerah hulu yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah

konservasi akan menyebabkan terjadinya kemerosotan sumberdaya lahan yang

akan berakibat semakin luasnya lahan kritis. Hal ini terbukti pada tahun 1990-an

luas lahan kritis di Indonesia 13,18 juta hektar, namun sekarang diperkirakan

mencapai 23,24 juta hektar, sebagian besar berada di luar kawasan hutan (65%)

yaitu di lahan milik rakyat dengan pemanfaatan yang sekedarnya atau bahkan

cenderung diterlantarkan. Keadaan ini justru akan membawa dampak lahan

semakin kritis dan kekeringan panjang terjadi dimusim kemarau.

Arti tanah dan air bagi semua makluk hidup mempunyai peranan penting

dalam kehidupannya sejak diciptakan di planet bumi ini. Sejarah mencatat bahwa

perjalanan peradaban manusia yang dimulai sejak manusia purba sampai saat ini

selalu berada dekat dengan air atau sumber air. Essensi tanah dan air bagi manusia

menyebabkan munculnya adaptasi dan budaya yang berkaitan dengan hal tersebut.

Di negara kita dan juga beberapa negara lain, air mempunyai nilai agama, budaya,

sosial, ekonomi dan bahkan politik. Begitu eratnya ikatan masyarakat dengan

tanah dan air, sehingga perlu dilakukan upaya konservasi untuk mempertahan

keberadaannya sehingga tetap terpeliharanya kompenen utama bagi kehidupan

manusia tersebut tetap terpelihara.

Erosi, kekurangan air dan unsur hara adalah masalah yg paling serius di

daerah lahan kering. Paket-paket teknologi untuk mananggulangi masalah-

masalah tersebut juga sudah banyak, akan tetapi kurang optimal di manfaatkan

karena tidak begitu signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani daerah

Page 4: Makalah iis

lahan kering. Memang perlu kesabaran dalam pengelolaan daerah lahan kering,

karena meningkatkan produktivitas lahan di daerah lahan kering yang kondisi

lahannya sebagian besar kritis dan potensial kritis tidaklah mudah.

Produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang

berkaitan dengan air akan menurun. Upaya pencegahan erosi dan sedimentasi

dapat dilakukan dengan perbaikan pola penggunaan lahan dan melakukan usaha

konservasi tanah dan air. Upaya ini umumnya masih dilakukan parsial terutama

karena aktivitas ini masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai

aktivitas ekonomi yang menguntungkan. Untuk itu perlu dikembangkan

pendekatan tindakan pengendalian erosi dalam rangka konservasi tanah dan air

untuk pertanian berkelanjutan.

Kegiatan yang secara siginifikan menyebabkan meningkatnya laju erosi

tanah adalah pembukaan lahan, pembangunan sarana dan prasarana perkebunan

dan penanaman. Kegiatan pembukaan lahan akan menyebabkan terjadinya

peningkatan laju erosi maksimal sebesar 1014,28 % dari kondisi sebelumnya,

kegiatan sarana dan prasarana akan meningkatkan laju erosi maksimal sebesar

66,88 % dan penanaman akan meningkatkan laju erosi maksimal sebesar 50,59 %.

Dalam rangka menurunkan laju erosi maka perlu melaksanakan tindakan

konservasi tanah dan air. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras

sederhana atau teras berdasar lebar. Tindakan konservasi tanah ini akan dapat

menurunkan laju erosi minimal 125.255 kali lebih kecil dari laju erosi

sebelumnya.

Konservasi tanah dan air merupakan cara konvensional yang cukup

mampu menanggulangi masalah diatas. Dengan menerapkan sisitem konservasi

tanah dan air diharapkan bisa menanggulangi erosi, menyediakan air dan

meningkatkan kandungan hara dalam tanah serta menjadikan lahan tidak kritis

lagi. Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu metode

fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan

vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode

kimia yaitu memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk mengawetkan tanah.

Page 5: Makalah iis

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian konservasi secara mekanik

2. Mengetahui cara-cara konservasi tanah dan air secara mekanik

Page 6: Makalah iis

II. ISI

Dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan, maka pengelolaan

lahan harus menerapkan suatu teknologi yang berwawasan konservasi. Suatu

teknologi pengelolaan lahan yang dapat mewujudkan pembangunan pertanian

berkelanjutan bilamana memiliki ciri seperti dapat meningkatkan pendapatan

petani, komoditi yang diusahakan sesuai dengan kondisi biofisik lahan dan dapat

diterima oleh pasar, tidak mengakibatkan degradasi lahan karena laju erosi kecil,

dan teknologi tersebut dapat diterapkan oleh masyarakat (Sinukaban, 1994).

Tanah sebagai komponen utama usaha tani yang harus dipelihara,

dimodifikasi bila perlu, sangat mempengaruhi produksi dan penampilan tanaman.

Pada dasarnya teknik konservasi dapat dikelompokkan menjadi (i) tenik

konservasi vegetatif seperti sistem agroforestri, sistem tumpangsari, dan sistem

pertanian lainnya dan (ii) teknis seperti teras, gulud, cek dam, serta perlindungan

saluran drainase dengan tanaman rumput. Teknik konservasi melalui cara

vegetatif pada umumnya lebih mudah penerapannya dan lebih murah biayanya

(Sudirdja, 2008).

Apapun teknik konservasi yang dipilih perlu disesuaikan dengan masalah

yang ada di lapangan. Pada dasarnya masalah erosi berkaitan tingginya erosivitas

hujan, sifat tanah yang mudah tererosi (erodibilitas tanah yang tinggi), bentukan

lahan (landform) dengan lereng yang curam dan panjang, serta penggunaan lahan

yang terlalu intensif dan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. Erosivitas

hujan yang tinggi biasanya spesifik untuk berbagai wilayah dan hampir tidak

dapat diubah. Namun demikian, pengaruh erosivitas yang tinggi dapat dikurangi

dengan jalan melemahkan energi kinetik butiran hujan sebelum sampai di

permukaan tanah, misalnya dengan menutup permukaan tanah. Penutupan

permukaan tanah dapat dilakukan melalui penggunaan mulsa, sistem pertanaman

campuran atau multi strata, peningkatan kerapatan tanaman, bertanam secara

tumpangsari (beberapa jenis tanaman sekaligus), tumpang gilir (menanam

Page 7: Makalah iis

tanaman baru sebelum tanaman yang lama dipanen), dan menanam tanaman

penutup tanah.

Teknik konservasi yang dipilih perlu disesuaikan dengan masalah apa

yang akan dipecahkan. Misalnya untuk memecahkan masalah erodibilitas tanah

yang tinggi disebabkan oleh struktur tanah yang mudah terdispersi (agregat tanah

tidak stabil atau mudah pecah) dapat diatasi dengan peningkatan kandungan bahan

organik tanah. Pilihan teknik pengelolaan tanah untuk meningkatkan kandungan

bahan organik tanah, misalnya sistem tanam campuran, pemberian mulsa,

pemupukan, pemberian pupuk kandang. Selain berdasarkan masalah tanah, iklim

dan topografi, pilihan perlu disesuaikan dengan biaya dan tenaga kerja yang

tersedia, keadaan sistem usahatani di lokasi setempat, luas dan status

kepemilikkan lahan (tenure), dan orientasi pertanian (subsisten atau komersial)

(Sudirdja, 2008).

Page 8: Makalah iis

Gambar 1. Alur Pemilihan Teknik Pengendalian Erosi

A. Pengertian Konservasi Tanah dan Air

Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan

kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau

punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada

sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi termasuk juga

usaha rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan

perkotaan atau lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat

dipertahankan kesinambungannya.

Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan

yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumber daya alam,

baik pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari

potensinya dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling menguntungkan

antara komponen-komponennya.

Hasil pemantauan pengaruh status lahan terhadap konservasi tanah

menunjukkan bahwa:

- Pemilik lahan (dengan sertifikat pemilikan) lebih memperhatikan konservasi

tanah daripada mereka yang bukan pemilik lahan (penggarap lahan tersebut

secara turun temurun yang tidak dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan

yang memperkuat).

- Sistem sakap, sewa dan gadai menghambat usaha penghijauan konservasi

karena cenderung untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan biaya

minimal.

Untuk mempertahankan dan memulihkan fungsi lahan kembali sesuai

dengan peruntukannya, perlu dilakukan konservasi tanah. Konservasi tanah ini

diarahkan pada tiga perlakuan pokok, yaitu: (1) perlindungan tanah dari butir-

butir hujan dengan cara meningkatkan jumlah tutupan tanah dengan bahan

organik dan tajuk tanaman; (2) mengurangi jumlah aliran permukaan melalui

peningkatan infiltrasi, kandungan bahan organik; dan (3) mengurangi kecepatan

aliran permukaan sehingga kecepatan erosi dapat dikurangi.

Page 9: Makalah iis

Konservasi tanah  adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah

erosi  tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara  kimiawi atau

biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman,atau

akibat kontaminasi lainnya. Strategi yang biasanya dipakai, yaitu:

pemilihan vegetasi penutup lahan

pencegahan erosi

pengaturan kadar garam

pengendalian keasaman

meningkatkan kelestarian organisme tanah yang menguntungkan

pencegahan dan remediasi tanah dari kontaminasi

mineralisasi

Strategi lainnya yang biasa dipergunakan dalam bidang pertanian yaitu:

pertanian tanpa pengolahan tanah

pengolahan tanah berkontur

alur penahan angin (windbreak)

rotasi tanaman

penggunaan pupuk alami

mengistirahatkan lahan

Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan

tetap diperlukan dalam pertanian modern. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk

menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran

yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma. Cara

pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang

terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu

intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah

secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan

salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini

mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan ,

menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi

pengaruh buruk pengolahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan

Page 10: Makalah iis

tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud

adalah :

1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan

sisa-sisa tanaman sebelum-nya dibiarkan tersebar di permukaan, yang

akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat

rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman

dilakukan dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan

herbisida.

2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya

barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman

dibiarkan pada permukaan tanah.

3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan

memotong lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan

alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah

menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman

menurut kontur juga yang memungkinkan penyerapan air dan

menghindarkan pengangkutan tanah.

Rotasi tanaman, tanaman penutup lahan, dan tanaman penahan angin

dikatakan sebagai cara yang paling baik dalam mencegah erosi permukaan tanah.

Rotasi tanaman adalah proses pergantian tanaman yang konvensional dan mudah

dilakukan, untuk mencegah pengambilan nutrisi tanah yang berlebihan oleh satu

jenis tanaman saja. Tanaman penutup berfungsi sebagai pencegah tanah dari erosi,

pertumbuhan gulma, dan evapotranspirasi berlebihan, namun tanaman penutup

juga memiliki fungsi penting dalam menjaga kualitas kimia tanah; misalnya

tanaman Leguminoceae untuk kelestarian kandungan nitrogen dalam tanah dan

tanaman Mucuna pruries untuk fosfor. Tanaman penahan angin ditanam dengan

alur yang cukup padat atau barisan pepohonan yang ditanam dengan alur yang

paralel terhadap arah angin.

Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan

mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun yang

akhirnya mampu meningkatkan produktivitasnya. Tanah-tanah di daerah lahan

Page 11: Makalah iis

kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai

curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula, dengan kondisi seperti itu

menyebabkan susahnya tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang, padahal

tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur

langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah

terurai sehingga gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi

erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai

penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan,

memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah.

Sedangkan menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah

penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat

yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air

menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada

musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau.

Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat

melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.

B. Konservasi Tanah dan Air Secara Mekanik

Secara garis besar, teknik pengendalian erosi dibedakan menjadi dua, yaitu

teknik konservasi mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara mekanik adalah

semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk

mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan

tanah mendukung usahatani secara berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi

mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu

penggunaan tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan

tanah sepanjang tahun.

Menurut Arsyad (1989) metode mekanik merupakan perlakuan fisik

mekanis terhadap terhadap tanah sehingga mampu mengurangi laju aliran

permukaan dan erosi dengan cara pembangunan bagunan yang akhirnya mampu

Page 12: Makalah iis

meningkatkan kemampuan penggunaan lahan. Adapun fungsi dari metode

mekanik adalah (1) untuk mengurangi laju aliran permukaan, (2) menampung dan

menyalurkan aliran permukaan sehingga kekuatan aliran permukaan tidak

merusak, (3) meningkatkan kapisitas infiltrasi tanah dan memperbaiki aerasinya

dan (4) mampu menyediakan air bagi tanaman. terasering merupakan metode

konservasi tanah mekanik yang berfungsi untuk mengurangi panjang lereng

sehingga dapat mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang

akhirnya mampu menekan laju erosi, fungsi lainnya adalah untuk menangkap air

sehingga mampu menyediakan air bagi tanaman.

Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis

adalah upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan

pertanian hingga sesuai dengan prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air.

Teknik ini meliputi: guludan, pembuatan teras gulud, teras bangku, teras individu,

teras kredit, pematang kontur, teraskebun, barisan batu, dan teras batu. Khusus

untuk tujuan pemanenan air, teknik konservasi secara mekanis meliputi

pembuatan bangunan resapan air, rorak, dan embung.

Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan

menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi

tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi

erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).

Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya

pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap

tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan

tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan

sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).

Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha

pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan

pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha

perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat

Page 13: Makalah iis

aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran

permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.

Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah

(pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga

terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong

lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan

mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering.

Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya

penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan

menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering

pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.

Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi

bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan

serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui

proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan teras berfungsi

untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi

kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh

tanah, dengan demikian erosi berkurang.

Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya

air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau.

Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di

lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial

ekonomi, dan keinginan petani. Hal tersebut perlu dicermati mengingat tidak ada

satupun teknik konservasi air yang sempurna. Setiap teknik konservasi air

konservasi membutuhkan persyaratan tertentu agar teknik tersebut efektif. Hal

yang paling penting dari penerapan suatu teknik konservasi dalam pengembangan

lahan kering adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Sistem microcatchment merupakan teknik pemanenan air yang telah lama

dikembangkan untuk memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bagi pertanian

pada daerah beriklim kering. Menurut Critchley dan Siegert (1991) teras gulud

(contour ridges) merupakan salah satu bentuk sistem microcatchment yang cocok

Page 14: Makalah iis

untuk tanaman pertanian yang diusahakan pada lahan kering berlereng. Di

Indonesia telah diperkenalkan teras gulud yang dibangun dengan membuat saluran

menurut kontur dan tanah galian ditumpukkan sebagai guludan sepanjang sisi

bagian hilir saluran. Namun biasanya saluran digunakan untuk membuang

kelebihan air hujan yang menjadi aliran permukaan. Mengingat pentingnya air

hujan sebagai sumber air bagi pertanian lahan kering, upaya meningkatkan

efektivitas teras gulud sebagai sistem microcatchment perlu dilakukan.

Untuk supaya sistem microcatchment tersebut dapat diterapkan di daerah

dengan curah hujan tinggi maka perlu dilakukan modifikasi agar saluran dapat

lebih efektif untuk menampung dan meresapkan air ke dalam tanah.

1. Teras Gulud

Teras Gulud merupakan sistem pengendalian erosi secara mekanis yang

berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan saluran air di

bagian lereng atas. Bermanfaat untuk mengurangi laju limpasan permukaan dan

meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Teras gulud dapat diterapkan pada

tanah dengan infiltrasi/permeabilitas tinggi dan tanah-tanah agak dangkal dengan

lereng 10-30%.

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di

bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran.

Bagian bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah

(Gambar 2). Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam

tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke

saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman

penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku

juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud. Sebagai kompensasi

dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan

tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan

sebagainya.

Page 15: Makalah iis

Gambar 2. Sketsa penampang samping teras gulud

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:

1. Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%,

dapat juga pada lahan dengan kemiringan 40-60% namun relatif kurang

efektif.

2. Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut

arah kontur. Pada tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat

miring terhadap kontur, tidak lebih dari 1% ke arah saluran pembuangan.

Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke dalam tanah

dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah.

2. Teras Bangku atau Teras Tangga

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan

bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usahatani lahan kering, fungsi

utama teras bangku adalah:

1. memperlambat aliran permukaan;

2. menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak sampai merusak;

3. meningkatkan laju infiltrasi; dan

4. mempermudah pengolahan tanah.

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o)

dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring

Page 16: Makalah iis

beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar

(bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem

lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani. Tipe teras

bangku dapat dilihat pada Gambar 2. Teras bangku miring ke dalam (goler

kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar

air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke

luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di

mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di

areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih

mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar,

karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku

sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat

teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman

yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai

tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras

bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada

tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku

adalah:

1. Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan

pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi

terlalu sempit.

2. Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)

3. Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin

pertanian.

4. Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi

tinggi.

5. Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.

Page 17: Makalah iis

Gambar 3. Teras Bangku

3. Teras Individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman,

terutama tanaman tahunan (Gambar 4). Jenis teras ini biasa dibangun di areal

perkebunan atau pertanaman buah-buahan.

Gambar 4. Sketsa teras individu pada areal pertanaman tahunan

Page 18: Makalah iis

4. Teras Kebun

Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman

pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi

menurut jarak tanam (Gambar 5). Pembuatan teras bertujuan untuk:

1. meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah, dan

2. memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya

untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam

pemeliharaan kebun.

Gambar 5. Teras kebun

Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30

– 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan.

Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut

terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup

tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis

komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras

yang berdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja, 2004).

Dalam Yuliarta, et. al., 2002, dijelaskan bahwa teras kebun merupakan

bangunan konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan

yang akan ditanami tanaman tertentu, dibuat sejajar kontur dan membiarkan

bagian lainnya tetap seperti keadaan semula, biasanya ditanami tanaman penutup

tanah. Teras ini dibuat pada lahan dengan kemiringan 10 – 30 %, tetapi dapat

dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah cukup stabil / tidak mudah longsor.

Page 19: Makalah iis

5. Teras Datar

Teras datar adalah teknik konservasi tanah berupa tanggul tanah sejajar

kontur yang dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul, bidang olah tidak

diubah dari kelerengan permukaan asli. Syarat teknis kemiringan lereng < 5 %.

Teras datar atau teras sawah (level terrace) adalah bangunan konservasi

tanah berupa tanggul sejajar kontur, dengan kelerengan lahan tidak lebih dari 3 %

dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul (Yuliarta, 2002).

Menurut Arsyad (1989), teras datar dibuat tepat menurut arah garis kontur

dan pada tanah-tanah yang permeabilitasnya cukup besar sehingga tidak terjadi

penggenangan dan tidak terjadi aliran air melalui tebing teras. Teras datar pada

dasarnya berfungsi menahan dan menyerap air, dan juga sangat efektif dalam

konservasi air di daerah beriklim agak kering pada lereng sekitar dua persen.

Dalam Sukarta atmadja (2004) dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras

datar adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu

dengan pembuatan selokan menurut garis kontur. Tanah galian ditimbun di tepi

luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya

ditanami tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak.

Menurut Schwab et al (1966), tujuan utama dari teras datar ini adalah

konservasi air / kelembaban tanah, sedangkan pengendalian erosi adalah tujuan

sekunder. Karena itu teras tipe ini dibangun di daerah dengan curah hujan rendah

sampai sedang untuk menahan dan meresapkan air ke lapisan tanah. Di daerah

yang permeabilitasnya tinggi, teras tipe ini dapat digunakan untuk tujuan yang

sama di daerah dengan curah hujannya tinggi.

Page 20: Makalah iis

Gambar 6. Penampang Melintang Teras Datar

6. Teras Kredit

Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah

atau batu sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras

kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu (Priyono, et

al., 2002).

Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara

3 sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro,

kaliandra, gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai

12 meter. Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah

akibat erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian

atas akan menurun, sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur

tanaman akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga

bidang olah menjadi datar atau mendekati datar. (Sukartaatmadja, 2004).

Gambar 7. Penampang Teras Kredit

Page 21: Makalah iis

7. Pengolahan Tanah Konservasi (Minimum dan Tanpa Olah)

Pengolahan tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap

tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan

tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus

merupakan upaya pemberantasangulma. Dalam kaitannya dengan konservasi

tanah dan air, pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja. Untuk

tanah yang berlereng curam pengolahan tanah sebaiknya diminimumkan, bahkan

ditiadakan. Kegiatan pengolahan tanah biasa atau konvensional (dengan cara

mencangkul atau membajak tanah dua kali dan diikuti dengan

menghaluskan bongkahan tanah satu atau dua kali sebelum bertanam) lebih

banyak bertujuan untuk memberantas gulma. Jika gulma dapat diatasi misalnya

dengan penggunaan mulsa atau penggunaan herbisida, maka pengolahan tanah

dapat dikurangi atau malah ditiadakan.

Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana

gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini

kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan

erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk

pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk  penyiangan secara

mekanik. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi,

dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.

Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur.

Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus

menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan

organik yang lain secara terusmenerus. Penerapan teknik pengolahan tanah

minimum selalu perlu disertai pemberianmulsa.

Keuntungan:

Menghindari kerusakan struktur tanah.

Mengurangi aliran permukaan dan erosi.

Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara

dalam bahan- bahan organik lebih berkelanjutan.

Page 22: Makalah iis

Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga

mengurangi biaya produksi.

Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara

ini mungkintidak dapat diolah.

Kelemahan:

Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan

pertumbuhan yangkurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk

tanaman seperti jagung dan ubi.

Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.

Lebih cocok untuk tanah yang gembur 

Keunggulan dari tanaman tahunan adalah bahwa hampir semuanya

tanaman ini tidak memerlukan pengolahan tanah. Hal ini dimungkinkan karena

setelah tajuknya berkembangmenaungi permukaan tanah pertumbuhan gulma

akan sangat berkurang.

Olah tanah konservasi adalah suatu sistem pengolahan tanah dengan tetap

mempertahankansetidaknya 30% sisa tanaman menutup permukaan tanah. Olah

tanah konservasi dilakukandengan cara:

• Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan

mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman.

• Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya

dibersihkan darigulma baik secara manual maupun dengan menggunakan

herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugalkan. Jika

penugalan sulit dilakukan, dapatdigunakan cangkul untuk memudahkan

penanaman.

Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah

(pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga

terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong

lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan

mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering.

Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya

penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan

Page 23: Makalah iis

menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering

pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi

8. Rorak

Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di

bidang olah atau saluran resapan yang dibuat memotong lereng yang berfungsi

untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan (Gambar 7). Pengertian

lain dari rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat

pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk

menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen

dari bidang olah.

Rorak adalah bangunan konservasi tanah dan air yang  relatif mudah diuat.

Adanya rorak akan menjebak aliran permukaan dan memberikan kesempatan

kepada air hujan untuk terinfiltrasi ke dalam tanah. Dengan demikian rorak akan

menurunkan aliran permukaan yang keluar dari persil lahan secara signifikan. Hal

ini tentu saja akan ikut berkontribusi terhadap pengendalian banjir. Pembuatan

rorak bertujuan untuk (1) memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan

menampung tanah yang tererosi; (2) memperlambat limpasan air pada saluran

peresapan; (3) sebagai pengumpul tanah yang tererosi, sedimen tanah lebih mudah

dikembalikan ke bidang olah. Ukuran rorak sangat bergantung pada kondisi dan

kemiringan lahan serta besarnya limpasan permukaan. Umumnya rorak dibuat

dengan ukuran panjang 1-2 m, lebar 0,25-0,50 m dan dalam 0,20-0,30 m, atau

panjang 1-2 m, lebar 0,3-0,4 m dan dalam 0,4-0,5 m. Jarak antar-rorak dalam

kontur adalah 2-3 m dan jarak antara rorak bagian atas dengan rorak di bawahnya

3-5 m.

Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat

pemanen air hujan dan aliran permukaan. Dimensi rorak yang disarankan sangat

bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara

50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke

samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan

jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada

lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan

Page 24: Makalah iis

kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan

ditampung. Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau

serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-menerus, bahan-bahan

yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru.

Gambar 7. Rorak dengan teras gulud

9. Sengkedan

Sengkedan adalah teknik konservasi tanah dengan cara menempatkan

batang, cabang, ranting kayu atau bamboo mengikuti garis kontur dengan jarak

tertentu.

10. Embung

Merupakan bangunan penampung air yang berfungsi sebagai pemanen

limpasan air permukaan dan air hujan. Embung bermanfaat untuk menyediakan

air pada musim kemarau. Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan

mudah, embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran air dan pada lahan

dengan kemiringan 5-30%.

11. Mulsa

Tanah-tanah bertekstur liat dan atau lempung sangat cocok untuk

pembuatan embung. Mulsa adalah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-

lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Mulsa

bermanfaat untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari

pukulan langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah.

12. Saluran Air / Parit Jebakan

Membuat saluran air/ parit jebakan dimaksudkan untuk menahan air di

parit sehingga mempertinggi kelembaban tanah di bagian hilirnya. Cara ini

dilaksanakan secara lokal ataupun regional dalam suatu kawasan tertentu.

Page 25: Makalah iis

13. Dam Penahan / Pengendali

Bendungan/ reservoir/ waduk dapat dimanfaatkan sebagai penyedia air

irigasi, PLTA, air industri dan domistik, pengendali banjir, serta untuk pariwisata.

Checkdam merupakan bangunan melintang sungai untuk menahan bahan sedimen

serta melandaikan kemiringan dasar sungai. Cara ini dilaksanakan secara

regional.

14. Dam Parit

Dam parit adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air

pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga

dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan

aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.

Keunggulan:

Menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air di

saluran/parit.

Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang produktif.

Mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri di seluruh daerah

aliran sungai (DAS).

Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi erosi dan

hilangnya lapisan tanah atas yang subur serta sedimentasi.

Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam tanah di seluruh

wilayah DAS, sehingga mengurangi risiko kekeringan pada musim

kemarau.

Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat dijangkau petani.

Pada prinsipnya teknologi ini bertujuan dan berfungsi untuk (1)

Menurunkan debit puncak, yaitu debit yang paling tinggi yang terjadi pada aliran

tersebut. Biasanya pada musim penghujan debit air pada suatu parit / saluran

sangat tinggi sehingga dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor serta erosi

dengan membawa serta lapisan tanah atas yang subur. Dengan dibangunnya dam

parit yang memotong aliran, itu akan mengurangi kecepatan aliran parit. (2)

Memperpanjang waktu respon, yaitu memperpanjang selang waktu antara saat

curah hujan maksimum dengan debit maksimumnya. Dengan lamanya air tertahan

Page 26: Makalah iis

dalam DAS, maka sebagian air akan meresap kedalam tanah untuk mengisi

(recharge) cadangan air tanah dan sebagian air dapat dialirkan ke l;ahan yang

membutuhkan air / lahan yang tidak pernah mendapat air irigasi melalui parit-

parit. Pada parit-parit itu pun selanjutnya juga dibuat dam / bendung lagi.

Demikian seterusnya, sehingga luas lahan yang dapat dialiri dapat dimaksimalkan.

15. Bangunan Terjun (Drop Structures)

Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu

memotong saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan

menyerupai terjunan. Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit

dimana kemiringan saluran dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Selain itu

pada saluran terbuka bangunan tersebut berfungsi untuk mengubah kemiringan

saluran yang pada awalnya cukup curam agar menjadi landai, dimana pada

keadaan tersebut kecepatan aliran akan berubah menjadi kecepatan aliran tidak

kritis. Secara keseluruhan bangunan terjun juga dapat berfungsi untuk :

Mengendalikan erosi pada selokan dan sungai.

Mengendalikan tinggi muka air pada saluran.

Mengendalikan kecuraman saluran alam maupun buatan.

Mengendalikan air yang keluar, pada spillway atau pipa.

Menahan arus dan menghindari kerusakan dasar saluran.

Mengurangi energi dan kecepatan aliran air yang tinggi yang mengalir

melalui saluran yang miring

Menurut jenisnya bangunan terjun dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Bangunan terjun tegak. Bangunan ini digunakan bila beda tinggi energi tidak lebih

dari 1,5 meter. Bangunan terjun miring. Bangunan ini digunakan bila beda tinggi

energi lebih dari 1,5 meter. Kemiringan bangunan ini dibuat securam mungkin

dengan perbandingan maksimum 1 : 1, agar didapat bangunan yang efisien dari

segi biaya.

Dalam merencanakan struktur bangunan terjun perlu memperhatikan hal-

hal berikut ini :

Bangunan harus dapat menahan gaya guling dan gaya gelincir.

Page 27: Makalah iis

Bangunan harus dapat menahan gaya desakan air tanah pada pondasi.

Bangunan harus memperhitungkan gaya uplift terhadap apron dan kolam

olak.

Perlu diperhatikan kekuatan tanah untuk pondasi pada saat perencanaan.

Pembangunan bangunan terjun juga memerlukan pembuatan kolam pada

bagian hilir terjunan, karena kedua bangunan ini merupakan kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Dimensi kolam yang direncanakan harus memperhitungkan

energi air yang datang dari bangunan terjun, karena itu kolam harus

diperhitungkan sedemikian panjang sehingga pada akhir kolam energi air sudah

tidak ada. Bila pada kenyataannya panjang kolam dirasa terlalu berlebihan, maka

dapat diperpendek dengan cara menambah bangunan pemecah energi di dasar

kolam.

Pada bagian hilir kolam olak perlu dipertimbangkan suatu konstruksi

peralihan dari pasangan batu/beton menjadi saluran tanah, karena meskipun energi

air dari bangunan terjun sudah dipecahkan pada daerah tersebut, namun perubahan

kecepatan dari tinggi ke rendah tetap terjadi. Untuk mengatasinya maka pada

dasar saluran dan sayap transisi tebing saluran konstruksi peralihan tersebut perlu

ditaruh pasangan batu kosong. Adapun panjang pasangan batu kosong sebaiknya

lebih dari empat kali kedalaman air dan minimum sama dengan panjang sayap

transisi.

III. PENUTUP

Page 28: Makalah iis

Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan

kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau

punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada

sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi termasuk juga

usaha rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan

perkotaan atau lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat

dipertahankan kesinambungannya.

Dari uraian sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang

dapat dirangkum dibawah ini :

1. Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis

adalah upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan

pertanian hingga sesuai dengan prinsip konservasi tanah sekaligus

konservasi air. Teknik ini meliputi: guludan, pembuatan teras gulud, teras

bangku, teras individu, teras kredit, pematang kontur, teraskebun, barisan

batu, dan teras batu. Khusus untuk tujuan pemanenan air, teknik

konservasi secara mekanis meliputi pembuatan bangunan resapan air,

rorak, dan embung.

2. Cara-cara konservasi tanah dan air secara mekanik yaitu dengan Teras

Gulud, Teras Bangku atau Teras Tangga, Teras Individu, Teras Kebun,

Teras Datar , Teras Kredit, Pengolahan Tanah Konservasi (Minimum dan

Tanpa Olah), Rorak, Sengkedan, Embung, Mulsa, Saluran Air / Parit

Jebakan, Dam Penahan / Pengendali, Dam Parit, Pengertian Bangunan

Terjun (Drop Structures).

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Makalah iis

Anonim. Teknologi Budidaya pada Sistem Usaha Tani Konservasi. Pedoman

Umum Budidaya Pertanian di Lahan Pegunungan.

Agus, F., E. Surmaini, dan N. Sutrisno. 2002. Teknologi Hemat air dan Irigasi Suplemen Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Balitbang Pertanian Departemen Pertanian. Bogor

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Critchley, W. and K. Siegert. 1991. Water Harvesting. A Manual for Design and Construction of Water Harvesting Schemes for Plant Production. FAO. Rome.

Fahmuddin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. Bogor: WORLD AGROFORESTRY CENTRE ICRAF Southeast Asia. Hal 59-60

Riri Fithriadi dkk (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di  Indonesia; Kumpulan Informasi. Bogor: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Sudirja, R. 2008. Rekayasa Teknik Manajemen Konservasi Tanah dan Air di Indonesia. Jurusan Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.

Sinukaban, N. 1994. Membangun pertanian menjadi lestari dengan konservasi. Faperta IPB. Bogor.