Mekanisme Nyeri Secara Sederhana

5
Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi. Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam: 1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor. 2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf ( neliola, et at, 2000 ). 3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan. 4. Nyeri spikologik Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri osteoneuromuskuler, yaitu : 1. Nociceptor mechanism. 2. Nerve or root compression. 3. Trauma ( deafferentation pain ). 4. Inappropiate function in the control of muscle contraction. 5. Psychosomatic mechanism. Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS

description

mekanismenyeri

Transcript of Mekanisme Nyeri Secara Sederhana

Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan

korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan

kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu

(panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat.

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi,

yaitu nyeri yang timbul akibat adanya

stimulus mekanis terhadap nosiseptor.

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang

timbul akibat disfungsi primer pada

system saraf ( neliola, et at, 2000 ).

3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana

kelainan patologik tidak dapat

ditemukan.

4. Nyeri spikologik

Berdasarkan factor penyebab rasa

nyeri ada yang sering dipakai dalam

istilah nyeri osteoneuromuskuler,

yaitu :

1. Nociceptor mechanism.

2. Nerve or root compression.

3. Trauma ( deafferentation pain ).

4. Inappropiate function in the control

of muscle contraction.

5. Psychosomatic mechanism.

Apabila elektroterapi ditujukan untuk

menghambat mekanisme aktivasi

nosiseptor baik pada tingkat perifer

maupun tingkat supra spinal. TENS

sebagai salah satu cara/upaya dalam

aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.

Nociceptor:

Sensor elemen yang dapat mengirim

signal ke CNS akan halhal yang

berpotensial membahayakan. Sangat

banyak dalam tubuh kita, serabut-

serabut afferentnya terdiri dari:

1. A delta fibres, yaitu serabut saraf

dengan selaput myelin yang tipis.

2. C fibres, serabut saraf tanpa

myelin.

Tidak semua serabut-serabut tadi

berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga

yang bereaksi terhadap rangsang

panas atau stimulasi mekanik.

Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai

pada serabut-serabut sensory besar

seperti A Alpha, A Beta atau group I,

II. Serabut-serabut sensor besar ini

berfungsi pada propioception dan

motor control.

Nociceptor sangat peka tehadap

rangsang kimia (chemical stimuli). Pada

tubuh kita terdapat algesic chemicalsubstance seperti: Bradykinine,

potassium ion, sorotonin, prostaglandin

dan lain-lain.

Subtansi P, suatu neuropeptide yang

dilepas dan ujung-ujung saraf tepi

nosiseptif tipe C, mengakibatkan

peningkatan mikrosirkulasi local,

ekstravasasi plasma. Phenomena ini

disebut sebagai neurogenic

inflammation yang pada keadaan lajut

menghasilkan noxious/chemical stimuli,

sehingga menimbulkan rasa sakit.

Deregulasi Sistem Motorik yang

Menyebabkan Rasa Sakit

Kita ketahui hypertonus otot dapat

menyebabkan rasa sakit. Pada

umumnya otot-otot yang terlibat

adalah postural system. Nosiseptif

stimulus diterima oleh serabut-serabut

afferent ke spinal cord, menghasilkan

kontraksi beberapa otot akibat spinal

motor reflexes. Nosiseptif stimuli ini

dapat dijumpai di beberapa tempat

seperti kulit visceral organ, bahkan

otot sendiri. Reflek ini sendiri

sebenarnya bermanfaat bagi tubuh

kita, misalnya withdrawal reflexmerupakan mekanisme survival dari

organisme.

Disamping berfungsi tersebut, kita

juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi

tadi dapat meningkatkan rasa sakit,

melalui nosiseptor di dalam otot dan

tendon. Makin sering dan kuat

nosiseptor tersebut terstimulasi,

makin kuat reflek aktifitas terhadap

otot-otot tersebut. Hal ini akan

meningkatkan rasa sakit, sehingga

menimbulkan keadaan vicious circle,

kondisi ini akan diperburuk lagi dengan

adanya ischemia local, sebagai akibat

dari kontrksi otot yang kuat dan

terus menerus atau mikrosirkulasi

yang tidak adekuat sebagai akibat dari

disregulasi system simpatik.

Pada gambar 1, terlihat input serabut

afferent dan organ visceral, kulit,

sendi, tendons, otot-otot atau impuls

dan otak yang turun ke spinal dapat

mempengaruhi rangsangan (exitability)

dan alpha dan gamma motorneurons

yang berakibat kontraksi otot

(muscle stiffness), misalnya

meningkatkan input nosiseptif dari

viscus abdominalis akan meningkatkan

tonus otot-otot abdomen. Atau input

nosiseptif dari sendi kapsul dapat

meningkatkan reflex excitability dan

beberapa otot-otot antagonis yang

bersangkutan dengan pergerakan

sendi tersebut sehingga hal ini dapat

memblok sendi tersebut, disebut juga

sebagai neurogenic block. Pengaruh

yang paling besar berasal dari otak,

stress dan emosi dapat

mengakibatkan descending excitatory

pathways, sehingga merangsang

peningkatan reflek dari otot-otot

postural.

Perasaan nyeri tergantung pada

pengaktifan serangkaian sel-sel saraf,

yang meliputi reseptor nyeri

afferent primer, sel-sel saraf

penghubung (inter neuron) di medulla

spinalis dan batang otak, sel-sel di

traktus ascenden, sel-sel saraf di

thalamus dan sel-sel saraf di kortek

serebri. Bermacam-macam reseptor

nyeri primer ditemukan dan

memberikan persarafan di kulit, sendi-

sendi, otot-otot dan alat-alat dalam

pengaktifan reseptor nyeri yang

berbeda menghasilkan kuatitas nyeri

tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada

kornu dorsalis medulla spinalis

berperan pada reflek nyeri atau ikut

mengatur pengaktifan sel-sel traktus

ascenden. Sel-sel saraf dari traktus

spinothalamicus membantu memberi

tanda perasaan nyeri, sedangkan

traktus lainnya lebih berperan pada

pengaktifan system kontrol desenden

atau pada timbulnya mekanisme

motivasi-afektif.

Beberapa penelitian menunjukan

bahwa thalamus lebih berperan dalam

sensasi nyeri dibandingkan daerah

kortek serebri (willis WD, 1995).

Meskipun demikian penelitian-penelitian

lain membuktikan peranan yang cukup

berarti dan kortek serebri dalam

sensasi nyeri. Struktur diensepalik dan

telesepalik seperti thalamus bagian

medial, hipotalamus, amygdala dan

system limbic diduga berperan pada

berbagai reaksi motivasi dan afektif

dari nyeri.

Nyeri merupakan pengalaman individu

yang melibatkan sensasi sensori dan

emosional yang tidan menyenangkan.

Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri

nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi

nosi reseptor A-d dan C sebagai

respon terhadap rangsangan noxius

(termal , mekanik , kimia). Kedua, neyri

neuropatik merupakan nyeri yang

timbul akibat kerusakan/perubahan

patologis pada system saraf perifer

atau sentral. Pada kasus reumatik

nyeri yang ditimbulkan adalah mixed

pain, yaitu kombinasi antara nyeri

nosiseptif dan neuropatik