MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

download MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

of 20

Transcript of MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    1/20

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit megakolon kongenital atau Hirschsprungsdisease (HD) adalah

    penyakit yang disebabkan oleh kegagalan migrasi sel-sel ganglion kolon selama

    periode gestasi. Hal ini mengakibatkan bagian kolon yang terkena tak mampu

    berelaksasi dan dapat menyebabkan terjadinya obstruksi fungsional. HD paling

    banyak terjadi pada bayi, sekitar 1 dari 5000 kelahiran, meskipun HD juga

    ditemukan pada dewasa dengan gejala konstipasi yang berat dan persisten.1

    Pada umumya HD timbul dengan gejala yang bervariasi mulai dari

    obstruksi intestinal neonatal hingga konstipasi pada usia yang lebih tua.

    Pencitraan sangat membantu dalam penegakan diagnosis. Pada foto polos

    abdomen ditemukan usus halus atau kolon proksimal yang terdilatasi.

    Pemeriksaan kontras enema dapat menemukan adanya bagian kolon yang

    menyempit diikuti bagian kolon yang terdilatasi di bagian proksimalnya, zona

    transisi, dan retensi barium 24 jam setelah kontras enema.1 Berdasarkan panjang

    segmen kolon yang mengalami aganglioner, terdapat berbagai variasi klasifikasi

    yang secara luas digunakan diantaranya menggunakan tipe short dan long

    segment.2 Klasifikasi HD lainnya yang juga umum digunakan adalah ultra-short,

    short/classical, dan long segment.3

    HD merupakan jenis penyakit yang sudah diketahui cukup lama dan

    merupakan salah satu penyebab obstruksi letak rendah pada neonatal yang cukup

    sering dijumpai. Banyak literatur yang telah membahas cukup dalam mengenai

    HD. Teknik pencitraan HD dengan kontras enema masih menimbulkan sejumlah

    pertanyaan, seperti pilihan bahan kontras, perlu atau tidaknya visualisasi seluruh

    kolon, hingga perdebatan mengenai perlu atau tidaknya delayed radiograph atau

    foto retensi barium pasca 24 jam pemeriksaan barium enema. Diagnosis yang

    ditegakkan lebih awal penting dalam menekan komplikasi, diketahui sekitar

    sepertiga kasus HD timbul dengan manifestasi enterokolitis. Selain itu dengan

    pencitraan yang tepat, dapat diketahui klasifikasi HD dan seberapa panjang zona

    transisi lebih awal dan akurat.

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    2/20

    2

    Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan

    diagnosis HD pada pencitraan kontras enema, terutama untuk mengetahui

    penentuan jenis klasifikasi HD dan ketepatan panjang zona transisi. Penentuan

    klasifikasi HD dan panjang zona transisi yang disampaikan dalam pembacaan

    diharapkan dapat berperan dalam perencanaan tindakan berikutnya yang lebih

    baik.

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    3/20

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Hirschsprungs disease (HD) atau megakolon kongenital merupakan

    penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sejumlah sel ganglion bermigrasi secara

    cephalocaudal sepanjang neural crestselama minggu ke 4 hingga 12 kehamilan,

    yang menyebabkan absennya sel-sel ganglion pleksus Auerbach dan submukosa

    (meissner) di sebagian atau seluruh kolon.1,2

    B. Sejarah

    Pada tahun 1887, pertamakalinya dokter berkebangsaan Denmark, Harold

    Hirschsprung, mendeskripsikan mengenai kasus konstipasi pada infant akibat

    dilatasi kolon.2 Absennya sejumlah sel ganglion di pleksus myenteric di kolon

    diberitakan pertama kali pada tahun 1920-an oleh Tittel dan Dalla Valle.4Temuan

    ini telah memberikan definisi patologis dari HD, namun hubungan kausal antara

    defek dan penyakit belum dapat ditegakkan hingga akhir tahun 1940-an. Pada

    tahun 1950-an, Swenson, Neuhaser, dan Pickett memperkenalkan mengenai

    rektum dan kolon rektosigmoid distal yang spastik pada floroskopi dan barium

    enema. Hal ini menjelaskan mengenai titik obstruksi pada pasien megakolon

    kongenital. Swenson selanjutnya melakukan kolostomi proksimal pada pasien

    konstipasi berat yang menampilkan zona transisi klasik. Swenson juga untuk

    pertamakalinya memperkenalkan pull-through procedure pada pasien HD.

    Duhamel, Soave, dan lainnya selanjutnya memperkenalkan teknik pembedahan

    yang berbeda dari Swenson, namun masih terkait erat dengan konsep penanganan

    HD yang berhasil dibuat oleh Swenson.2,4

    C.

    Anatomi dan Fisiologi

    Kolon memiliki panjang bervariasi, dengan rerata panjang 1,5 m. Kolon

    memiliki diameter yang lebih lebar dibanding usus halus, pada orang dewasa

    diameter maksimum dari caecum yaitu 9 cm dan kolon tranversum yaitu 5,5 cm.

    Kolon terdiri dari kolon ascenden, kolon tranversum, kolon descenden, kolon

    sigmoid, dan rektum Kolon ascenden dimulai dari katup ileocecal menuju

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    4/20

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    5/20

    5

    Pada pemeriksaan rektal digital, bentukan cincin yang dibentuk oleh

    jaringan otot akan teraba dengan jari yang fleksi. Bentukan cincin ini hanya

    berjarak sekitar 1 inci dari margin anal dan disebut cincin anorektal. Ini

    merupakan bagian terdalam dari sfingter ani eksterna yang menyatu dengan

    m.sfingter ani interna dan m.levator ani dan menandakan batas antara kanalis ani

    dan rektum.7 Batas antara kanalis ani dengan rektum pada dasar pelvis mengalami

    angulasi ke anterior disebabkan m. puborectal (bagian medial dari otot levator ani)

    yang melingkupinya. Kanalis ani pada separuh bawah dilapisi oleh epitel

    squamosa dan separuh atas oleh epitel columnar. Bagian separuh atas kanalis ani

    merupakan membran mukosa yang memiliki sejumlah lipatan vertikal yang

    disebut collums of Morgagni atau anal columns dan dihubungkan pada bagian

    bawahnya dengan the valves of ballatau valve-like folds atau anal valves.Garis

    irreguler membentuk comb-shaped pada bagian inferior dari the valves of ball

    disebut linea pectinata. Linea pectinata (linea dentata atau Hiltons white lines)

    menandai batas antara separuh atas rektum yang merupakan jaringan mukosa

    dengan bagian bawah rektum yang berupakan jaringan kutaneus.5,6,7

    Refleks defekasi terjadi akibat rangsangan saraf sensoris dari rektum

    akibat rektum terdistensi. Rangsangan dihantarkan ke bagian sakral medula

    spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon descenden, sigmoid,

    rektum, dan anus melalui serabut saraf parasimpatis dalam nervi erigentes.

    Isyarat aferen yang masuk ke medula spinalis ini memulai reflek lain seperti

    bernafas dalam, penutupan glotis, dan kontraksi abdomen untuk mendorong

    massa feces dalam kolon ke bawah sementara pada saat yang sama menyebabkan

    lantai pelvis terdorong ke bawah dan ke atas anus untuk mengeluarkan feces ke

    bawah.8

    Pendorongan massa feces melalui anus tidak terjadi terus-menerus,

    melainkan dicegah oleh kontraksi tonik dari m. Sfingter ani internus dan

    eksternus. M. Sfingter ani internus merupakan otot polos sirkular yang bersifat

    involunter. M. Sfingter ani eksternus merupakan otot lurik volunter yang diatur

    oleh saraf somatik sehingga dapat dikendalikan dengan sadar.8

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    6/20

    6

    D.

    Epidemiologi

    HD terjadi pada 1 dari 5000 kelahiran hidup dengan rasio laki-laki dan

    perempuan adalah bervariasi antara 3:1 hingga 4:1. Namun bila mengenai seluruh

    kolon maka rasio berubah menjadi 1:1.9 Anak di Asia memiliki insidensi HD lebih

    tinggi, yaitu 3 dari 5000 kelahiran hidup.4 HD 90% ditemukan pada periode

    neonatal. Short segment HD (rektosigmoid) terjadipaling sering, sekitar 75%.10

    HD pada dewasa sangat jarang, terjadi pada sekitar 5 % dan biasanya dikelirukan

    dengan konstipasi kronik.9

    E. Embriologi dan Etiologi

    Sel-sel neural crest berasal dari vagal neural crest bermigrasi ke arah

    kraniokaudal hingga intestinal embrionik mencapai rektum pada minggu ke 12

    kehamilan. Lapisan pleksus myentricus Auerbach dibentuk terlebih dahulu dan

    pleksus submukosa Meissner berkembang setelahnya, dengan maturasi sel-sel

    yang terjadi setelah mencapai lokasi tujuan.11

    Lingkungan mikro yang abnormal menimbulkan kegagalan sel-sel neural

    crestmencapai usus distal. Terdapat perbedaan antara protein matrix extraselular

    (fibronectin, laminin), interaksi sel-sel abnormal (absennya molekul adhesi sel-sel

    neural) dan absennya faktor neurotrofik pada usus aganglionik ketika

    dibandingkan dengan usus normal.11

    Terdapat dugaan sel-sel neural crest baik di vagal maupun sacral dan

    bermigrasi ke arah medial intestinal, besar kemungkinan sel-sel neural crest

    tersebut mencapai tujuannya, namun kemudian mengalami kegagalan untuk

    bertahan hidup, proliferasi, dan berdiferensiasi.11

    F.

    Abnormalitas genetik

    Kejadian sporadik terjadi pada sekitar 80-90% kasus HD. Hasil observasi

    terhadap variabel ekspresif dan penetrasi terkait jenis kelamin menghasilkan

    kecurigaan terhadap bentuk bawaan yang lebih kompleks dan adanya keterlibatan

    beberapa gen.11

    Riwayat keluarga positif terjadi pada sekitar 10% anak-anak, khususnya

    pada kejadian long segment.Anak dengan sindrom Down dan kelainan genetik

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    7/20

    7

    lain juga mengalami insidensi HD yang lebih tinggi. HD diasosiasikan dengan

    RETproto-oncogeneendothelin family, gen SOX-10, dan SIP1.11

    Tidak diketahui dengan jelas bagaimana abnormalitas genetik

    menimbulkan fenotip HD. Perkembangan penyakit ini merupakan fenomena yang

    multi-genik yang dapat terjadi pada berbagaistageselama proses normal migrasi

    sel-sel neural crest, diferensiasi, dan bertahan hidup. Mutasi genetik yang terjadi

    pada sejumlah sindrom dan dihubungkan dengan HD ditunjukkan pada Tabel 1.11

    G.

    Patofisiologi

    Gambaran klinis primer HD adalah obstruksi yang disebabkan

    defek/gangguan pada perambatan gelombang peristaltik. Defek perambatan

    disebabkan oleh absennya sejumlah sel ganglion di pleksus Myentericus dan

    Submucosa.4 Peristaltik usus yang menghilang menyebabkan aliran feces

    terhambat sehingga menimbulkan distensi dan penebalan dinding kolon pada

    bagian proksimal segmen yang aganglioner sebagai akibat usaha untuk melewati

    daerah sempit dibawahnya. Gejala ini menimbulkan obstruksi pada usus.

    Obstruksi menimbulkan distensi usus sehingga dinding usus mengalami iskemia

    yang disertai iritasi feces dan menyebabkan invasi bakteri. Selanjutnya dapat

    terjadi nekrosis, ulkus mukosa kolon, pneumatosis, sampai perforasi usus.

    Kejadian ini menimbulkan gejala enterokolitis dari ringan sampai berat. 3,12

    H. Klasifikasi

    Panjang dari kolon distal yang tak mampu relaksasi bervariasi. Segmen

    yang aganglionik biasanya dimulai dari anus dan berlanjut ke proksimal.

    Berdasarkan panjang segmen kolon yang mengalami aganglioner, terdapat

    berbagai variasi klasifikasi yang secara luas digunakan diantaranya menggunakan

    klasifikasi dua tipe dan tiga tipe. Klasifikasi dua tipe meliputi short dan long

    segment hirschsprungs disease. Short segment HDdiartikan aganglionosis terjadi

    pada distal fleksura lienalis, dan long segmentHD diartikan aganglionosis terjadi

    pada distal dan proksimal fleksura lienalis. Long segment HD sendiri

    diklasifikasikan memiliki subdivisi total kolonic aganglionosis (Zuelzer-wilsons

    disease).5

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    8/20

    8

    Klasifikasi HD lainnya yang juga umum digunakan yaitu klasifikasi tiga

    tipe, yaitu ultra short, short/classical, dan long segment hirschsprungs

    disease.3,13 Ultra-short segment HD ( 3 dikatakan sugestif kuat

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    9/20

    9

    untuk HD dan membantu klinisi dalam melanjutkan investigasi diagnostik invasif

    berikutnya seperti rectal suction biopsy ataufull thicknessbiopsy.14

    K. Pencitraan

    Pemeriksaan radiografi pada kolon dimulai dengan foto polos abdomen,

    yang akan melihat adanya distensi usus terutama kolon yang tampak mengecil

    pada bagian distal. Foto polos abdomen juga berguna dalam mengetahui

    keberadaan necrotizing enterocolitis (NEC) hingga perforasi yang merupakan

    kontraindikasi dilakukannya pemeriksaan kontras enema. Selanjutnya dilakukan

    pemeriksaan dengan kontras, baik dengan water soluble contrast atau dengan

    barium enema. Enema diagnostik dapat dilakukan dengan mengisi penuh kolon

    dengan barium (single-contrast examination) atau dengan memasukkan barium

    terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan memberikan udara (double-contrast

    examination). Pada barium enema berbagai view,posisi, dan proyeksi diperlukan.

    Hal ini penting karena loop usus dapat tumpang tindih satu sama lain. Selain

    anteroposterior view, lateral view khusus untuk rektum juga dibutuhkan.15

    Teknik pemeriksaan pada kecurigaan HD sebaiknya tidak memerlukan

    preparasi kolon sebelum pemeriksaan barium enema, karena dikhawatirkan akan

    mengganggu dalam memvisualisasikan zona transisi. Pemeriksaan rektum juga

    sebaiknya dihindari meskipun ada bukti yang menyebutkan hal tersebut tidak

    mempengaruhi akurasi diagnostik. Kontras enema dimulai pada posisi pasien

    lateral, lalu kateter dimasukkan melalui kanalis ani tanpa dilakukan

    pengembangan balon kateter sebagai fiksasi. Kolon lalu diisi kontras secara

    bertahap untuk mengidentifikasi zona transisi, yang biasanya terlihat pada 80%

    pasien HD. Pemeriksaan dihentikan begitu zona transisi sudah terlihat tanpa perlu

    mengisi sisa kolon di proksimalnya. Delayed radiograph diperlukan untuk

    mengevaluasi evakuasi bahan kontras dari usus.16

    Temuan radiologis pada kontras enema untuk HD meliputi adanya zona

    transisi, rektosigmoid index kurang dari 1, denervasi hiperspastik (peyempitan)

    segmen distal usus dengan sawtooth configuration akibat kontraksi muskular,

    microkolon, gangguan evakuasi atau delayed evacuationbahan kontras dari usus.

    Hipertrofi kolon dapat juga dijumpai pada anak usia diatas 3 bulan, hipertrofi otot

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    10/20

    10

    sirkular dan longitudinal pada kolon proksimal merupakan respon dari obstruksi

    yang ditimbulkan oleh segmen usus distal yang mengalami aganglioner.16

    Pada tahun 1975 sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Pochaczevsky

    dan Leonidas memuat penggunaan anteroposterior dan lateral view pada barium

    enema untuk mendiagnosis HD. Rectosigmoid index dihitung berdasarkan

    diameter rektum terlebar dibagi diameter kolon sigmoid terlebar (Gambar 4).

    Diameter rektum terlebar pada barium enema diukur pada level manapun dibawah

    os vertebra sacral III. Loop sigmoid diukur pada 3 titik (proksimal, puncak dari

    loop, dan kolon sigmoid distal). Pengukuran terbesar dipilih sebagai diameter

    sigmoid. Semua pengukuran dilakukan sepanjang axis transversal, vertikal dari

    aksis longitudinal kolon pada titik tersebut.17Zona transisi merupakan perubahan

    dari segmen sempit (aganglioner) ke segmen yang dilatasi (ganglioner). Zona

    transisi mempunyai 3 jenis gambaran pada foto kontras enema yaitu abrupt (

    perubahan mendadak), Cone (seperti corong atau kerucut), dan funnel (seperti

    pipa).12 Foto pasca evakuasi 24 jam sangat membantu dalam penegakan kasus HD

    yang tidak begitu jelas baik secara klinis maupun pemeriksaan kontras enema,

    misalnya pada kasus ultrashort segment HD.Pada pasien dengan adanya residu

    kontras setelah 24 jam kontras enema dikatakan sugestif untuk HD dengan

    sensitivitas berkisar antara 60-98%.18

    L. Pemeriksaan manometri

    Pemeriksaan manometri anorektal dilakukan dengan memasukkan balon

    kecil (kateter mikro) yang sensitif pada tekanan pada kedalaman yang berbeda

    pada rektum dan kolon. Tekanan yang diperoleh balon/kateter ini akan tercatat

    pada sistem pencatat seperti poligraph atau komputer. Alat ini melakukan

    pemeriksaan objektif terhadap fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang

    melibatkan sfingter anorektal. Hasil manometri anorektal yang spesifik untuk HD

    meliputi hiperaktivitas pada segmen dilatasi, tidak didapatkan kontraksi usus yang

    terkoordinasi pada segmen usus aganglionik, dan reflek inhibisi antara rektum dan

    sfingter ani internal tidak berkembang. Dalam prakteknya pemeriksaan anorektal

    manometri tersebut hanya digunakan apabila hasil pemeriksaan klinis, radiologis,

    dan histologis meragukan.12

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    11/20

    11

    M.

    Pemeriksaan Baku Emas

    Biopsi merupakan pemeriksaan baku emas untuk HD. Rectal suction

    biopsy yang adekuat ataufull thickness biopsy didefinisikan sebagai biopsi dimana

    lapisan submukosa berhasil ditampakkan. Pasien yang ditemukan sejumlah sel

    ganglion pada biopsi dikatakan negatif untuk HD. Sedangkan pasien dengan

    absensi sejumlah sel ganglion (pada kedua pleksus Auerbach dan Meissner

    dikatakan positif untuk HD.17 Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi jika

    menggunakan pengecatan kimia asetilkolinesterase, suatu enzim yang banyak

    ditemukan pada serabut saraf parasimpatis, dibandingkan dengan pengecatan

    konvensional dengan hematoxilin-eosin. Pada beberapa pusat pediatrik,

    peningkatan asetilkolinesterase di mukosa dan submukosa disertai dengan

    manifestasi gejala yang khas dan adanya foto barium enema yang menunjukkan

    adanya zona transisi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis HD. Hanya saja

    pengecatan immunohistokimia asetil kolinesterase memerlukan ahli patologi

    anatomi yang berpengalaman, sebab dapat dikelirukan dengan adanya

    perdarahan.12

    N.

    Diagnosis Banding

    HD dibedakan dari konstipasi fungsional jika saat onset anak berusia

    kurang dari 12 bulan, tidak mampu mengeluarkan meconium pada 24 jam pertama

    kehidupan, adanya gagal tumbuh, atau adanya sfingter ani yang kaku dengan

    rektum yang kosong. Gejala dapat terjadi berulang setelah sebelumnya sembuh

    dengan enema, laxatif, atau peruahan pola makan.1

    Pada konstipasi fungsional, foto polos menunjukkan kolon dan rektum

    yang tampak terdistensi dengan feces. Barium enema menunjukkan rektum yang

    besar, luas, dan pada foto postevakuasi tak ada segmen yang menyempit serta tak

    ada zona transisi antara usus yang terdilatasi dan tidak terdilatasi.19

    Small left colon syndrome secara radiologis sulit dibedakan dengan HD,

    karena sama-sama menampilkan segmen distal yang menyempit dengan bagian

    proksimal yang melebar. Ditemukannya zona transisi pada kontras enema sangat

    membantu dalam menyingkirkan diagnosis small left colon syndrome. Pada

    keadaan dimana zona transisi tidak dijumpai, foto polos abdominal dapat

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    12/20

    12

    digunakan dalam menyingkirkan diagnosis banding tersebut. Preperitoneal fat

    yang menebal terjadi jauh lebih sering pada pasien dengan small left colon

    syndrome (2/3 pasien) dibandingkan HD.Preperitoneal fatnormal biasanya tidak

    tampak pada neonatus dan anak usia < 5 tahun.20

    O. Komplikasi

    Komplikasi HD bervariasi tergantung keparahannya meliputi infeksi,

    enterocolitis, hingga perforasi. Enterocolitis disebut sebagai komplikasi yang

    menakutkan pada HD. Insidensi diketahui sekitar 33%. Hipertonik sfingter ani

    yang persisten sehubungan HD menyebabkan obstruksi fungsional yang

    mengakibatkan stasis vaskular dan berlanjut menjadi infeksi dan inflamasi kolon.

    Secara klinis akan tampak dengan adanya distensi abdomen dan nyeri tekan, diare

    yang eksplosif, demam, emesis, letargi, hematochezia, dan kadang terjadi syok.

    Diagnosis dibuat dengan foto polos abdomen, dengan ditemukan adanya loop

    usus yang terdistensi sepanjang flank kiri dengan abrupt termination (akhir yang

    mendadak berubah) pada pelvis, yang disebut intestinal cut off sign.13 Tanda-

    tanda lain yang mengarah pada enterocolitis bervariasi terkadung pada derajat

    keparahannya, meliputi adanya penebalan dinding usus, pneumatosis intestinal,

    portal vein gas,pneumoperitoneum, hingga ascites.13,19

    P.

    Penatalaksanaan

    Penatalaksaan untuk HD terdiri atas tindakan non bedah dan bedah.

    Tindakan non bedah dimaksudkan untuk mengatasi komplikasi yang mungkin

    terjadi atau untuk perbaikan keadaan umum pasien sampai operasi definitif dapat

    dilakukan. Tindakan non bedah mengarah pada stabilisasi cairan, elektrolit, asam-

    basa, dan mencegah terjadinya distensi berlebihan sehingga perforasi usus dapat

    dihindari dan sepsis tidak terjadi. Tindakan non bedah yang dapat dikerjakan

    adalah pemasangan infus, pemasangan pipa nasogastrik, pemasangan pipa rektum,

    pemberian antibiotik, lavase kolon dengan irigasi cairan, koreksi elektrolit, serta

    menjaga keseimbangan nutirisi.12

    Tindakan bedah pada HD terdiri atas tindakan bedah sementara dan

    definitif. Tindakan bedah sementara dimaksudkan untuk dekompresi abdomen

    dengan cara membuat kolostomi (transversal/sigmoid) atau ileostomi pada bagian

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    13/20

    13

    proksimal, yaitu usus normal yang memiliki ganglion (idealnya dikonfirmasi

    dengan frozen section). Terkadang diperlukan biopsi seromuskular atau full-

    thickness serial untuk mengetahui level penyakit pada kolon yang tersisa.

    Colostomi dilakukan dengan indikasi meliputi laparatomi pada obstruksi intestinal

    neonatal, bayi BBLR dan premature, usus proksimal yang sangat terdistensi, dan

    adanya episode berulang enterocolitis.10

    Tindakan bedah definitif dilakukan dengan cara memotong segmen usus

    aganglioner lalu merekonstruksi traktus intestinal dengan menarik usus yang

    terinervasi (memiliki ganglion) menuju anus lalu mempersiapkan fungsi sfinter

    yang normal. Tindakan bedah definitif yang terkenal antara lain prosedur

    Swenson, Soave, Duhamel, Rehbein, dan sebagainya (Gambar 5 dan Tabel 4).

    Prosedur tersebut merupakan pembedahan transabdominal. Prosedur Swenson

    yang lama dilakukan secara 3 tahap, dengan melakukan kolostomi terlebih dahulu

    sebelum rekonstruksi. Duhamel, Soave, dan Rehbein melakukan modifikasi

    terhadap teknik tersebut. Pada tahun 1980-an teknik pembedahan HD berubah

    tajam dari prosedur pull-through 3 tahap menjadi 1 tahap pull-through tanpa

    kolostomi, sehingga menekan biaya dan lama rawat inap. Terapi pembedahan

    terus mengalami kemajuan pada 10 tahun terakhir dan pendekatan dengan teknik

    transanal dianggap lebih baik dibandingkan transabdominal untuk pembedahan

    pada HD. 21

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    14/20

    14

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    Seorang bayi laki-laki, by MDR, usia 28 hari dengan keluhan utama perut

    kembung dikirim ke RSUP dr. Sardjito tanggal 5 Juni 2013. Pasien merupakan

    rujukan dari spesialis anak di RS PDHI Yogyakarta dengan diagnosis

    meteorismus, muntah kuning,prolonged jaundice, failure to thrive.

    Bayi lahir 29 hari sebelum masuk rumah sakit (HSMRS) dari ibu P1A0

    usia 19 tahun, melalui tindakansectio cesarean atas indikasi letak sungsang. Bayi

    langsung menagis kuat dengan Apgar Score 7/9. Bayi mengeluarkan mekonium

    dan BAK dalam 24 jam (+). Setelah 24 jam BAB tiap hari hanya 5x/hari. Pada

    26 HSMRS, bayi mulai kuning dan dilakukan pemeriksaan bilirubin dikatakan

    belum ada indikasi untuk foto terapi, pasien boleh pulang. Pada 19 HSMRS, bayi

    kuning dengan hasil pemeriksaan bilirubin tidak disertakan, dilakukan fototerapi

    selama 48 jam, lalu pasien boleh pulang. Pada 10 HSMRS, perut mulai kembung,

    BAB cair berampas, kuning, kadang-kadang gumoh. Berobat ke spesialis anak

    dan boleh pulang. Pada 1 HSMRS, perut masih kembung dan disarankan mondok.

    Hasil bilirubin tinggi, bilirubin total 11,95 mg/dL dan bilirubin direct 2,146

    mg/dL. Pasien dirujuk ke RS Sarjito.

    Pada HMRS (5 Juni 2013, pukul 08.26 wib), Saat tiba di RS Sardjito,

    perut tampak membesar dan anak tampak ikterik. Anak tidak demam, BAB cair,

    kuning, 4x/hari, muntah kuning. Diagnosis awal masuk adalah meteorismus,

    prolonged jaundice, failure to thrive. Tanda vital dalam batas normal. BB= 3 kg,

    TB=46 cm, index quetelete: 14,17, status gizi kurang (BB/u : -2 SD, TB/u: -3

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    15/20

    15

    (N: 2-8), neutrofil 36,2% (N: 50-70), Albumin 3,47 gr/dl, bilirubin direct : 0,92

    mg/dl ( N: 0-0,3), bilirubin total: 9,5 mg/dL (N: 1,2).FT4 : 1,29 ng/dLL (N:

    0,89-1,76), TSH : 1,26 uIU/ml (N: 0,4-4). Kalsium : 2,54 mmol/L (N: 2,15-2,55),

    Natrium : 133, Kalium : 4,5, Clorida : 101. N CRP < 5mg/L (< 5 = negatif).

    Morfologi darah tepi (MDT) dikesankan gambaran anemia suspek e.c proses

    hemolitik disertai proses infeksi viral.

    Hasil pemeriksaan babygram (Gambar 6) tanggal 5 Juni 2013 (pukul 09.36

    wib) kesan suspek Hirschsprungs disease dd ileus fungsional. Kemungkinan

    NEC belum dapat disingkirkan. Tidak tampak tanda peritonitis maupun perforasi.

    Terpasang-gastric tube dengan ujung distal di proyeksi gaster. Foto abdomen 3

    posisi pada hari yang sama (Gambar 7), pukul 13.00 wib dikesankan ileus

    obstruksi letak rendah dd Hirchsprung dd ileus paralitik. Pada tanggal 10 Juni

    2013 dilakukan pemeriksaan colon in loop (Gambar 8), dengan kesan tampak

    ultrashort segment Hirschsprungs disease dengan aganglionic zone di rektum

    distal dan transitional zone di rektosigmoid, sepanjang k.l 5 cm. Foto post

    evakuasi barium 24 jam kemudian tampak masih ada retensi barium di rektum,

    Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan manometri anal. Pada tanggal

    21 Juni 2013 dilakukan colostomi dan direncanakan untuk dilakukan operasi

    tahap kedua sekitar 3-6 bulan lagi. Dari sampel yang didapat saat operasi

    selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologis, dengan hasil pada colon

    sigmoid tidak didapatkan plexus dan ganglion Meissner (submucosa), didapat

    sedikit plexus Auerbach (muscularis) tanpa ganglion, dan Colitis kronis non

    spesifik.

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    16/20

    16

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Hirschsprungs disease (HD) merupakan salah satu kelainan organik yang

    menjadi penyebab masalah konstipasi pada anak. Pencitraan radiologi memiliki

    peranan penting dalam penegakan diagnosis. Pemeriksaan kontras enema telah

    digunakan secara luas dalam penegakan diagnosis HD. Terdapat kontroversi

    dalam pemilihan media kontras dalam penegakan HD, apakah menggunakan

    barium sulfat ataukah bahan kontras water soluble. Mayoritas pendapat

    menyetujui bahwa barium merupakan bahan kontras yang terbaik dan aman bila

    digunakan secara tepat dan hati-hati.15,22 Tidak seperti barium yang beresiko

    menimbulkan barium peritonitis, kelebihan dari bahan kontras water-soluble

    dipercaya lebih minimal beresiko menimbulkan peritonitis terutama pada kasus-

    kasus yang dicurigai memiliki kemungkinan besar perforasi.22,23 Namun ada

    pendapat yang menyebutkan resiko perforasi dapat lebih meningkat pada

    penggunaan bahan kontras water-soluble terutama pada penggunaan agen

    hipertonis seperti gastrografin, karena meningkatkan volume dengan osmosis.

    Keunggulan lain dari bahan kontras water-soluble adalah memfasilitasi persiapan

    usus preoperasi dan mencegah impaksi fekal, meskipun impaksi fekal sendiri

    tidak umum terjadi.22 Bayi dengan kelainan lain seperti ileus mekonium akan

    mendapat keuntungan dengan penggunaan water soluble contrast media, karena

    terapi dapat dimulai lebih awal bersamaan dengan pencitraan diagnostik.

    Keberhasilan dalam mengurangi ileus mekonium dikatakan lebih besar dengan

    penggunaan water soluble contrast media pada enema diagnostik daripada

    barium.16

    Barium enema tanpa preparasi kolon lebih umum digunakan sebagai tes

    diagnostik pada HD dan dianggap lebih baik dalam menampilkan gambaran

    anatomi kolorektal (Gambar 9). Penting untuk memastikan pasien terhidrasi

    dengan baik setelah dilakukan barium enema. Jika barium menetap di kolon

    dalam beberapa hari, air akan di reabsorpsi dan pasien mengalami kesulitan dalam

    mengekskresikan barium dan bisa memicu terbentuknya fecalith.15,19

    Dilaporkan

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    17/20

    17

    sensitivitas pada populasi pediatrik umum untuk penggunaan barium enema pada

    HD berkisar antara 80%-88%, dengan spesifisitas antara 76%-98%.17

    Kontras enema dengan menggunakan water soluble contrast media

    sebenarnya lebih dianjurkan pada berbagai kasus obstruksi neonatal letak rendah

    (Gambar 10).24HD merupakan salah satu penyebab yang cukup sering pada kasus

    tersebut. Media kontras ionik yang digunakan dalam pencitraan HD seperti

    menggunakan teknik pengenceran seperti yang digunakan dalam cystography.

    Chapman (2001) menggunakan kontras ionik seperti urografin 150 karena

    memiliki keuntungan tidak memicu pergerakan cairan dalam jumlah besar dan

    cukup dense untuk menciptakan image yang memuaskan.25 Bahan kontras

    lainnya yang juga water soluble misalnya iohexol (omnipaque (411mOsm/kg

    water), yang merupakan low-osmolal, non-ionic water soluble contras media.12

    Rata-rata kesuksesan dengan water soluble contrast media diperkirakan sekitar

    50-60% dengan rerata perforasi 2%.25 Penilaian berbeda disampaikan oleh

    Donovan dkk (1996), yang menyebutkan rerata keberhasilan water soluble

    contras media hampir sama dengan pemeriksaan barium enema untuk HD (Tabel

    5 dan gambar 10).24

    Tabel 5 juga mendasari ditemukannya sistem skoring untuk HD

    berdasarkan kriteria radiologis. Sistem skoring ini memberikan nilai 1 untuk

    masing-masing kriteria radiologis yang ditemukan, nilai 0 bila tidak ditemukan,

    dan 8 untuk nilai maksimal. Interpretasi untuk hasil sistem skoring ini ditunjukkan

    pada Tabel 6. Nilai dikelompokkan menjadi 1-3, 4-5, dan 6-8 dengan persentase

    kemungkinan HD berturut-turut 40%, 66%, dan 100%. Kriteria radiologis untuk

    HD meliputi adanya zona transisi, kontraksi irreguler, indeks rektosigmoid

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    18/20

    18

    tanda kardinal untuk HD dengan sensitivitas yang tinggi dibandingkan tanda

    radiologis lain.24 Sedangkan untuk sistem skoring berdasarkan manifestasi klinis,

    pencitraan, dan manometri anal (Tabel 3), pasien ini memiliki skor 5 yang sugestif

    kuat untuk HD. Tanda yang positif pada sistem skoring ini adalah distensi

    abdomen, obstruksi usus, anus yang kaku, masing-masing diberikan skor 1

    Pemeriksaan barium enema yang positif diberikan skor 2.14 Penegakan diagnosis

    HD pada pasien ini tidak menjadi masalah utama karena relatif khas untuk HD.

    Namun timbul permasalahan dalam penentuan tipe dari HD ini, apakah ultrashort

    segment HDataushort segment HD.

    Sejak pertama kali diperkenalkan istilah ultrashort segment HD oleh

    Davidson dan Bauer, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa entitas

    ini masih memiliki terminologi yang sama dengan short segment HD. Dikatakan

    sama definisi dengan short segment HD dengan alasan pada neonatus rektum

    memang lebih pendek. Alasan lain adalah adanya zona fisiologis yang

    aganglioner pada sphincter anal. Meskipun zona aganglioner fisiologis memang

    ada, namun disepakati bahwa sel ganglion normal hanya absen pada bagian distal

    1-2 cm dari canalis analis. Meier-Ruge dan Scharli memperjelas definisi dari ultra

    short segment HD, yaitu bila ditemukannya sel ganglion pada 1-3 cm dari

    proksimal pectinate line.26 Terminologi lain menyatakan panjang segmen yang

    aganglioner hanya sampai sekitar 3-4 cm dari sfingter ani interna atau kurang dari

    1/3 rektum distal.26,27Secara radiologis kriteria untuk diagnosis ultrashort segment

    HD secara umum sama dengan tipe HD yang lain, yang paling umum adalah

    distensi kolon dan adanya retensi barium setelah 24 jam barium enema. Namun

    berbeda dengan tipe HD yang lain, pada ultrashort segment HD tidak ditemukan

    adanya zona transisional pada barium enema. Kriteria untuk ultra short segment

    HD secara klinis, radiologis, dan hitopatologis ditunjukkan pada Tabel 7.26

    Pada kasus ini sayangnya balon kateter masih terpasang, sehingga awal

    dari segmen usus yang menyempit (aganglioner) tidak tervisualisasi sempurna.

    Namun pada proyeksi lateral barium enema tampak adanya zona transisi dari

    rektum distal hingga kolon sigmoid proksimal. Penyempitan pada ultrashort

    segment HD seharusnya tidak melebihi 1/3 distal rektum dan zona transisi

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    19/20

    19

    bukanlah suatu tanda dari ultrashort segment HD. Selain itu pada pemeriksaan

    histopatologis ternyata hingga kolon sigmoid pun belum ditemukan adanya sel-sel

    ganglion pada pleksus Auerbach maupun submukosa, yang berarti segmen

    aganglioner memiliki panjang yang melebihi untuk didefinisikan sebagai

    ultrashort segment HD. Pasien hanya memenuhi satu dari kriteria untuk sistem

    skoring pada ultrashort segmentHD, yaitu distensi abdomen. Secara keseluruhan

    tampaknya tipeshort segment HD lebih tepat untuk kasus ini.

    Pada ultra short segment HD, tindakan pembedahan adalah anal

    myomectony.26Operasi bisa dilakukan hanya dalam 1 tahap dan tidak selalu perlu

    dilakukan colostomy. Namun karena dicurigai kemungkinan adanya colitis, pada

    pasien ini meskipun pada awalnya bagian bedah mendiagnosis ultra short segment

    HD seperti hasil pada pemeriksaan barium enema, pasien dilakukan colostomy

    terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi kolon di bagian proksimal segmen

    aganglioner. Alasan lain adalah untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis

    terlebih dahulu sehingga diketahui panjang segmen yang aganglioner lebih tepat.

    Posisi stoma yang dibuat tampaknya masih belum tepat, karena seharusnya

    stoma dibuat pada bagian proksimal dari segmen yang aganglioner, yaitu pada

    bagian usus yang normal. Pada kasus ini spesimen (yang diambil pada bagian

    proksimal dari stoma pada kolostomi) masih belum ditemukan adanya sel

    ganglion. Padahal adanya segmen aganglionar yang tersisa dapat menimbulkan

    potensi terjadinya obstruksi berulang atau memicu timbulnya enterocolitis.

    Gambar 11 menunjukkan contoh kasus HD dengan lokasi kolostomi yang tidak

    tepat.11Biopsi ulang juga terkadang harus dilakukan sampai diketahui secara tepat

    segmen usus yang tidak lagi aganglioner, sehingga tindakan bedah

    penyambungan/membungkus usus dapat dilakukan pada posisi yang lebih tepat.

    Hal ini seharusnya bisa dihindari apabila pada pemeriksaan radiologis bisa

    mencantumkan dengan lebih akurat tipe HD dan menentukan panjang dari zona

    transisional.

  • 8/10/2019 MEGACOLON KONGENITAL REFERAT

    20/20

    20

    BAB V

    KESIMPULAN

    Dilaporkan seorang bayi 28 hari dengan keluhan utama perut kembung,

    masih bisa BAB, dan tidak ada gangguan pengeluaran meconeum saat lahir.

    Penyakit penyerta lainnya adalah adanyaprolonged jaundice dan failure to thrive.

    Pada pemeriksaan baby gram dan abdomen 3 posisi dicurigai adanya

    kemungkinan Hirschsprungs disease (HD). Pemeriksaan barium enema

    menunjukkan adanya R/S index < 1, zona transisional yang cukup panjang dari

    rektum distal hingga pertengahan sigmoid, dan adanya retensi barium setelah 24

    jam.

    Diagnosis dari hasil pemeriksaan radiologis dan hasil pasca operasi

    sepakat untuk ultra short segment HD, Namun secara radiologis sebenarnya

    diagnosis ini tidak memenuhi kriteria untuk ultra short segment HD, Penyempitan

    pada ultrashort segment HD seharusnya tidak melebihi 1/3 distal rektum dan zona

    transisi bukanlah suatu tanda dari ultrashort segment HD. Kriteria ultra short

    segment HD yang seharusnya ditemukan adalah adanya distensi abdominal

    dengan fecal material pada ampula rektum, serta yang paling penting adalah pada

    pemeriksaan barium enema tidak ditemukan adanya zona transisional, dan pada

    pemeriksaan histopatologis ditemukan segmen yang aganglionik kurang dari 1/3

    rektum distal. Pada pasien ini, spesimen yang diambil pada colon sigmoid tetap

    tidak menunjukkan keberadaan sel ganglion pada pleksus auerbach maupun

    myenteric. Tindakan kolostomitelah dilakukan pada pasien ini, dan direncanakanpembedahan tahap kedua sekitar 3-6 bulan berikutnya. Berdasarkan pemeriksaan

    radiologis dan histopatologis kasus ini lebih tepat untuk classic/short segment

    HD.