Glaucoma Kongenital

4
 GLAUCOMA KONGENITAL Glaucoma adalah kerusakan saraf retina akibat perubahan tekanan bola mata yang ti dak normal. Glaucoma pada anak biasanya di hasilkan da ri kelainan dala m  perkembangan struktur bagian depan bola mata. Kelainan ini menghasilkan tekanan bola mata yang tinggi. Peninggian tekanan mata menyebabkan kerusakan saraf optik dan kehilangan penglihatan yang ditandai dengan penyempitan lapang pandang. Glaucoma berkembang saat pengeluaran cairan aqueous (out flow) dari bilik mata depan terganggu sehingga terj adi penumpuka n aqueous didalam bola mata ya ng memper ti nggi tekanan bola mata. Gang gua n out flo w aqueous mer upak an penyebab utama glaucoma kongenital. Glaucoma pada bayi umumnya terjadi pada sekitar 1 : 10.000 kelahiran. Di Eropa  bagian barat, kejadian yang dicatat 1 : 12.500 kelahiran, dan 1 : 22.000 kelahiran di Irlandia Utara. Daerah yang paling ektrim yaitu 1 : 2.500 yang terjadi di Arab Saudi. Penyakit ini umumnya terjadi pada 2 mata, tetapi dapat juga terjadi pada satu mata. Kasus ini sangat banyak terjadi di Amerika Serikat, tetapi sedikit di Jepang. Usia terj adiny a penyakit ini mulai sejak lahir atau berkemban g pada masa kanak- kanak. Ada  beberapa ciri-ciri anak yang menderita glaucoma, diantaranya : - Pe mbesar an bola ma ta (Bupthal mos) - Ukuran bo la ma ta le bih besa r dar i pada ukur an nor mak ( Megalocornea ) - Silau (P hotopho bia) - Ma ta ber ai r ( Ep ip ho ra ) - Pe mbeng kakan kor nea (Edema cor nea) - Mata merah ( Conj unct ival inje ct ion) - Kekeruhan k ornea - Tukak kornea - Cekun gan syar af opt ik pada re ti na - Ma ta me nj adi minus (Myopi a) - Mata me nj adi juli ng (Str abis mus) - Mata ma las / lazy eye ( Ambl yopi a) http://www.mahendraindonesia.com email : [email protected] Oleh : Refraksionis Optisien Alex Sugiarto Laoh. MD Dibimbing oleh DR. Rini MS, SpM

Transcript of Glaucoma Kongenital

Page 1: Glaucoma Kongenital

5/10/2018 Glaucoma Kongenital - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/glaucoma-kongenital-55a0c1602885a 1/4

 

GLAUCOMA KONGENITAL

Glaucoma adalah kerusakan saraf retina akibat perubahan tekanan bola mata yang

tidak normal. Glaucoma pada anak biasanya dihasilkan dari kelainan dalam

 perkembangan struktur bagian depan bola mata. Kelainan ini menghasilkan tekanan bolamata yang tinggi. Peninggian tekanan mata menyebabkan kerusakan saraf optik dan

kehilangan penglihatan yang ditandai dengan penyempitan lapang pandang.

Glaucoma berkembang saat pengeluaran cairan aqueous (out flow) dari bilik mata

depan terganggu sehingga terjadi penumpukan aqueous didalam bola mata yang

mempertinggi tekanan bola mata. Gangguan out flow aqueous merupakan penyebab

utama glaucoma kongenital.

Glaucoma pada bayi umumnya terjadi pada sekitar 1 : 10.000 kelahiran. Di Eropa

 bagian barat, kejadian yang dicatat 1 : 12.500 kelahiran, dan 1 : 22.000 kelahiran di

Irlandia Utara. Daerah yang paling ektrim yaitu 1 : 2.500 yang terjadi di Arab Saudi.

Penyakit ini umumnya terjadi pada 2 mata, tetapi dapat juga terjadi pada satu

mata. Kasus ini sangat banyak terjadi di Amerika Serikat, tetapi sedikit di Jepang. Usia

terjadinya penyakit ini mulai sejak lahir atau berkembang pada masa kanak-kanak. Ada

 beberapa ciri-ciri anak yang menderita glaucoma, diantaranya :

- Pembesaran bola mata (Bupthalmos)

- Ukuran bola mata lebih besar dari pada ukuran normak (Megalocornea)

- Silau (Photophobia)

- Mata berair (Epiphora)

- Pembengkakan kornea (Edema cornea)

- Mata merah (Conjunctival injection)

- Kekeruhan kornea

- Tukak kornea

- Cekungan syaraf optik pada retina- Mata menjadi minus (Myopia)

- Mata menjadi juling (Strabismus)

- Mata malas / lazy eye (Amblyopia)

http://www.mahendraindonesia.comemail : [email protected]

Oleh : Refraksionis OptisienAlex Sugiarto Laoh. MD

Dibimbing oleh DR. Rini MS, SpM

Page 2: Glaucoma Kongenital

5/10/2018 Glaucoma Kongenital - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/glaucoma-kongenital-55a0c1602885a 2/4

 

Awal kejadian ini dimulai sejak adanya kelainan pada janin terutama terhadap

struktur bola mata. Kelainan ini menaikkan tekanan dari dalam bola mata ke dinding luar,

sclera dan kornea. Sklera dan kornea bayi sangat berbeda dibandingkan orang dewasa.

Sklera bayi tidak terlalu keras dan lebih elastis. Apabila tekanan bola mata meninggi,

maka akan menghasilkan pembengkakan, pembesaran, peregangan dan penipisan dinding

 bola mata. Mekanisme yang sama juga terjadi secara tidak langsung pada pembesaran

kornea melalui peregangan sklera. Keadaan ini dapat menimbulkan pembesaran bola

mata (bupthalmos) dan pembesaran kornea (megalocornea).

Disamping itu, selama proses perengangan dan pembesaran kornea, terjadi

kerusakan kornea bagian belakang yaitu pada membrane descemet’s dan endothelium.

Kerusakan pada lapisan ini mengganggu metabolisme kornea sehingga terjadi edema

kornea yang dapat membuat kornea menjadi keruh. Edema kornea menimbulkan iritasi,

rasa sakit dan menghasilkan penyebaran cahaya yang memberikan efek silau. Iritasi dan

silau ini menyebabkan mata selalu berair (epiphora) dan rasa silau (photophobia).

Pembesaran bola mata atau bupthalmos menyebabkan myopia axial yaitu mata

minus karena bola mata lebih panjang dari ukuran normal. Astigmastisme juga sangat

nyata sebagai efek dari pembesaran kornea. Kombinasi dari kerusakan retina, kekeruhan

kornea, myopia dan astigmatisme menyebabkan amlyopia atau mata malas

Ukuran diameter kornea yang normal berkisar 9.5 – 10.5 mm. Saat usia 1 tahun

diameter kornea mencapai 11 mm dan mencapai ukuran orang dewasa (12 mm) pada usia

2-3 tahun. Bayi berusia kurang dari 1 tahun yang memiliki diameter kornea 12 mm atau

lebih berada diluar batasan normal dan perlu diwaspadai adanya glaucoma.

Tekanan mata normal pada bayi berkisar 10-15 mm. Jadi, tekanan bola mata yang

 berkisar 20 mm Hg harus diwaspadai adanya tendensi kearah peninggian tekanan mata.

Pada glaucoma kongenital tekanan bola mata biasanya lebih tinggi dari 25 mm Hg atau

diatas 30 mm Hg.

http://www.mahendraindonesia.comemail : [email protected]

Oleh : Refraksionis OptisienAlex Sugiarto Laoh. MD

Dibimbing oleh DR. Rini MS, SpM

Page 3: Glaucoma Kongenital

5/10/2018 Glaucoma Kongenital - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/glaucoma-kongenital-55a0c1602885a 3/4

 

Gambar glaucoma congenital

Proses pembesaran kornea dan sklera menyebabkan kerusakan syaraf optik. Kerusakan

 pada syaraf optik dapat dilihat melalui evaluasicekungan syaraf optik (cup optic disc).

 Normalnya, syaraf optik simetris pada semua bagian dengan cekungan yang kecil pada

optik disk, namun glaucoma dapat memperbesar cekungan optik disk.

PENANGANAN

Glaucoma pada bayi ditangani melalui operasi dan perngobatan. Operasi

merupakan terapi yang banyak disarankan oleh para dokter mata. Operasi dilakukan

http://www.mahendraindonesia.comemail : [email protected]

Oleh : Refraksionis OptisienAlex Sugiarto Laoh. MD

Dibimbing oleh DR. Rini MS, SpM

Page 4: Glaucoma Kongenital

5/10/2018 Glaucoma Kongenital - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/glaucoma-kongenital-55a0c1602885a 4/4

 

untuk membuat saluran pengeluaran baru untuk menyeimbangkan tekanan bola mata.

Tehnik operasi yang banyak lakukan yaitu, goniotomy dan trabeculotomy.

Selain operasi, terapi pengobatan juga dilakukan melalui pemberian beberapa

  jenis obat, diantaranya : timolol, betaxolol, levobunolol, metipranolol, dan carteolol.

Sangat penting untuk dilakukan pengontrolan yang berkesinambungan terhadap tekanan

 bola mata agar tidak terjadi kerusakkan yang lebih lanjut.

PROGNOSIS

Pada dasarnya bayi yang lahir dengan glaucoma memiliki struktur bola mata yang

tidak sempurna sehingga pada banyak kasus berakhir dengan kebutaan. Sebagian berakhir 

dengan kehilangan lapang pandang, penurunan tajam penglihatan dan amblyopia. Oleh

karena itu, penting sekali disadari oleh orang tua untuk memantau kondisi mata anak 

apakah terdapat gejala-gejala atau tanda-tanda seperti yang sudah disebutkan.

Pemeriksaan dini harus segera dilakukan oleh dokter mata untuk memberikan terapi yang

terbaik agar dapat menghindari resiko kebutaan.

http://www.mahendraindonesia.comemail : [email protected]

Oleh : Refraksionis OptisienAlex Sugiarto Laoh. MD

Dibimbing oleh DR. Rini MS, SpM