MAYA-BAB II

28
BAB II PERANAN MENTHOL SEBAGAI ANALGETIK DITINJAU DARI KEDOKTERAN 2.1 Menthol 2.1.1 Definisi Menthol merupakan salah satu senyawa monoterpen yang ada pada tanaman Mentha piperita atau yang biasa disebut daun mint. Menthol dan minyak menthol didapat dari penyulingan hasil (batang, daun dan bunga) tanaman M. piperita. Senyawa ini terbentuk dari Geranil pirofosfat yang merupakan precursor dari terpen. Geranil pirofosfat akan menjadi senyawa monoterpen seperti terpinolen, piperitenon, pulegon yang selanjutnya menjadi menthon, isomenthon dan menthol (Tyler, 2008). Gambar 2.1 Daun mint Mint atau Mentha adalah herbal abadi kerabat genus Mentha. Ada banyak jenis spesies dari 4

Transcript of MAYA-BAB II

Page 1: MAYA-BAB II

BAB II

PERANAN MENTHOL SEBAGAI ANALGETIK

DITINJAU DARI KEDOKTERAN

2.1 Menthol

2.1.1 Definisi

Menthol merupakan salah satu senyawa monoterpen yang ada pada

tanaman Mentha piperita atau yang biasa disebut daun mint. Menthol dan

minyak menthol didapat dari penyulingan hasil (batang, daun dan bunga)

tanaman M. piperita. Senyawa ini terbentuk dari Geranil pirofosfat yang

merupakan precursor dari terpen. Geranil pirofosfat akan menjadi senyawa

monoterpen seperti terpinolen, piperitenon, pulegon yang selanjutnya

menjadi menthon, isomenthon dan menthol (Tyler, 2008).

Gambar 2.1 Daun mint

Mint atau Mentha adalah herbal abadi kerabat genus Mentha. Ada

banyak jenis spesies dari tumbuhan mint yang ada, dan yang paling umum

adalah peppermint. Herbal ini, terutama bagian daunnya banyak digunakan

sebagai bahan makan atau penghias hidangan. Pemanfaatan terbanyak

adalah dari kandungan minyaknya, yaitu sebagai bahan dasar atau

campuran obat. Daun Mint terdiri dari air, serat, protein abu, dan

karbohidrat. Daun ini juga kaya akan kandungan mineral seperti kalsium,

kalium, magnesium, tembaga, mangan, natrium dan fosfor dengan

persentase yang cukup tinggi. Selain itu, daun mint ini juga banyak

4

Page 2: MAYA-BAB II

mengandung unsur vitamin, yaitu vitamin kelompok A, B, C dan D. Daun

mint juga memiliki asam amino yang bermacam-macam seperti: arginin,

asam aspartat, gluttamico, alanin, leusin, glisin, prolin, serin, dan valin

dalam persentase yang sangat tinggi (Hiki et al., 2011).

2.1.2 Struktur Menthol

Menthol alami merupakan zat yang berfungsi sebagai stereoisomer

murni. Hampir selalu berbentuk (1R,2S,5R) seperti yang terdapat pada

gambar 2.1 mengenai delapan stereoisomer. Delapan stereoisomer tersebut

adalah :

Gambar 2.2. Delapan stereoisomer menthol (Beckett dan Wright, 2006)

Di dalam persenyawaan yang alami, grup isopropil merupakan

trans-orientasi menjadi metil dan grup hidroksil. Dengan demikian, hal

tersebut dapat digambarkan dengan cara sebagai berikut :

Gambar 2.3. Senyawa kimia Menthol (Sandborn, 2003)

5

Page 3: MAYA-BAB II

Enantiomer menthol positif (+) dan negatif (-) merupakan senyawa

yang paling stabil diantara yang memiliki bentuk dasar sikloheksan.

Dengan lingkaran tersebut di dalam bentuk yang utama, ketiga grup yang

penting dapat menyesuaikan diri pada posisi ekuator (Beckett dan Wright

et al., 2006).

Dua bentuk kristal dari menthol memiliki titik lebur diantara suhu

28° C dan 38° C. (-)-Menthol murni memiliki empat bentuk kristal dimana

bentuk yang paling stabil adalah bentuk α, yaitu bentuk yang sudah lazim

dipakai untuk kebutuhan menthol secara luas (Beckett dan Wright et al.,

2006).

2.1.3 Biosintesis Menthol

Biosintesis menthol telah diselidiki pada tanaman M. x piperita dan

seluruh enzim yang terlibat di dalam biosintesis menthol telah

diidentifikasi dan telah ditandai. Hal ini dapat digambarkan seperti pada

gambar 2.3.

Secara spesifik, biosintesis (-)-menthol berada pada sel kelenjar

sekresi tanaman peppermint. Geranil difosfat sintase (GPPS), yang

pertama kali mengkatalisasi reaksi IPP dan DMAPP menjadi Geranil

difosfat. Selanjutnya (-)- limonen sintase (LS) mengkatalisasi perputaran

geranil difosfat menjadi (-)- limonen. (-)-Limonen-3-hidroksilase (L3OH),

menggunakan O2 dan NADPH, selanjutnya mengkatalisasi hidroksilasi

allylic pada (-)-limonen pada 3 posisi menjadi (-)-trans-isoipiperitenol. (-)-

Trans-isopiperitenol dehidrogenase (iPD) mengoksigenasi grup hidroksi

pada 3 posisi menggunakan NAD sehingga menjadi (-)-isopiperitenone.

(−)-Isopiperitenone reductase (iPR) mengurangi ikatan dobel anara karbon

1 dan 2 menggunakan NADPH untuk menjadi bentuk (+)-cis-isopulegon.

(+)-Cis-isopulegone isomerase (iPI) mengisomer sisa ikatan dobel menjadi

bentuk (-)pulegon. Pulegone reductase (PR) akan mengurangi ikatan dobel

ini menggunakan NADPH sehingga menjadi (-)-menthon. (-)-Menthon

6

Page 4: MAYA-BAB II

reduktase (MR) selanjutnya mengurangi grup karbonil menggunakan

NADPH sehingga menjadi (-)-Menthol (Croteau, 2005).

Gambar 2.4. Biosintesis Menthol (Croteau et al., 2005)

Beckett dan Wright menjelaskan bahwa terdapat sedikit perbedaan

pada uraian biosintesis menthol. Biosintesis menthol yang terpapar pada

gambar 2.4 diduga terdapat 2 model lintasan sintesis menthol yang

berpengaruh terhadap mutu minyak yaitu lintasan yang menghasilkan

menthol di bawah persyaratan mutu (kadar menthol < 45%) dan sesuai

persyaratan mutu (kadar menthol di atas 45%) (Beckett dan Wright et al.,

2006).

7

Page 5: MAYA-BAB II

Gambar 2.5. Biosintesis Menthol. Terdapat 2 model lintasan sintesis menthol yang berpengaruh terhadap mutu minyak ( Beckett dan Wright et al., 2006)

2.1.4 Farmakodinamik Menthol

Menthol merupakan salah satu pemicu reseptor sensitif-dingin

TRPM8 pada kulit secara kimiawi. Kemampuan menthol inilah yang

menimbulkan efek yang biasa kita sebut “sensasi dingin” yang muncul

saat menarik napas, dimakan, atau diaplikasikan pada kulit. Pada

pengertian ini, sama seperti capsaicin, yaitu zat ini menimbulkan efek

pedas atau hangat pada lada dimana merangsang sensor panas tanpa

merubah temperatur aslinya (Braina, 2006).

Menthol juga memiliki efek analgetik. Efek tersebut dihantarkan

melalui aktivasi reseptor κ-opioid. Menthol juga memblokade reseptor

sensitif-voltasi pada Natrium channel, sehingga mengurangi aktivitas

persarafan yang dapat merangsang kontraksi otot. Menthol juga dapat

meningkatkan efektivitas dari Ibuprofen pada aplikasi topikal dengan cara

vasodilatasi yang dapat mengurangi fungsi skin barrier (Braina et al.,

2006).

8

Page 6: MAYA-BAB II

2.1.5 Farmakokinetik Menthol

Penambahan menthol pada obat, makanan, atau rokok merupakan

hal yang cukup lazim ditemukan pada saat ini. Akan tetapi nasib menthol

di dalam tubuh terkait penggunaannya dalam campuran obat dan

sebagainya jarang dikemukakan oleh pra peneliti dan produsen obat. Hal

ini menyebabkan timbul pertanyaan pada konsumen tentang

farmakokinetik dan seberapa aman makanan, obat atau rokok yang

mengandung mentol.

Menurut penelitian Braina (2006), menthol yang ditambahkan pada

obat topikal atau balsam dan semacamnya dapat diabaikan dalam

permasalahan penetrasi ke dalam kulit dan pembuluh darah. Hal ini

dikarenakan efek menthol hanya mempengaruhi sistem persarafan yang

ada di kulit dan diteruskan ke otak sehingga menimbulkan efek dingin.

Selain itu, bahan menthol itu sendiri merupakan zat menyerupai alkohol

dimana sifat menguapnya sama dengan alkohol. Dengan kata lain, menthol

tersebut akan menguap terlebih dahulu sebelum ia sempat penetrasi ke

lapisan kulit yang lebih dalam apalagi penetrasi ke pembuluh darah. Hal

ini juga diterapkan pada penggunaan menthol pada makanan (Braina et

al.,2006).

Penambahan menthol pada rokok sering dijumpai saat ini. Rokok

dengan menthol akan memberikan sensasi yang lebih ‘menyenangkan’

dibandingkan dengan yang tidak menggunakan menthol. Hal ini

disebabkan oleh sensasi dingin pada setiap hisapannya. Akan tetapi dibalik

itu ada bahaya yang sudah mengintai perokok menthol, yaitu

ketergantungsn. Bahaya terbesar yang ditimbulkan tidak langsung dari

menthol itu sendiri, melainkan dari kebiasaan merokok yang meningkat

dan penghisapan asap rokok yang lebih dalam karena efek sensasi dingin

dari menthol tersebut. Perokok menthol akan meghisap rokok mentholnya

lebih dalam dan kemudian asap rokok menthol akan masuk saluran napas

lebih dalam serta mengendap di sana. Cara kerja menthol yang berikatan

dengan reseptol k-appa opiod membuat efek adiksi pada perokok menthol.

9

Page 7: MAYA-BAB II

Sebenarnya rokok menthol itu diperuntukkan kepada perokok wanita,

karena menthol memiliki efek menurunkan androgen dalam testosteron

dan kompensasinya adalah meningkatkan esterogen. Hal ini baik untuk

perokok wanita, akan tetapi tidak untuk pria. Jika androgen dan testosteron

turun, esterogen akan meningkat dan libido pria akan menurun, jika hal ini

terus dibiarkan, bukan hal yang tidak mungkin jika akan timbul impotensi.

Menthol juga memiliki efek menurunkan zat besi sehingga ada efek pusing

jika terlalu banyak merokok menthol. Singkatnya, jika perokok

mengkonsumsi rokok menthol dalam jangka waktu yang lama, akan

timbul efek samping seperti sakit kepala, ketergantungan, menderita

penyakit pernapasan dan impotensi bagi pria (Hygrass, 2011).

2.1.6 Manfaat Menthol

Minyak esensial mint yang telah diekstrak menjadi mentol, jenis

alkohol yang disebut kiral, sebenarnya sudah ditemukan sekitar dua ribu

tahun yang lalu di Jepang, terutama digunakan dalam penyusunan parfum

dan obat-obatan. Menthol yang diproduksi oleh orang Jepang ini juga

mengandung sedikit L-epimer, (+)-neomenthol (Tyler et al, 2008).

Manfaat menthol antara lain (Hygrass et al, 2011) :

1. Analgetik, terdapat pada krim penghilang nyeri otot, koyo, dll.

2. Antipruritus, terdapat pada obat penyakit kulit,dll.

3. Tambahan perasa makanan, seperti permen, permen karet,

soda, dll

4. Antiemesis, pada obat gosok atau minyak aromaterapi yang

dapat menghilangkan rasa mual jika dihirup

5. Antiseptik, pada campuran obat kumur

6. Pelega pernapasan dan tenggorokan, pada inhealer dan obat

batuk

7. Rokok menthol

8. Dan lain-lain

10

Page 8: MAYA-BAB II

2.2 Nyeri dan Analgetik

2.2.1 Definisi

Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan

memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh;

seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga

sesungguhnya rasa nyeri berguna sebagai “alarm” bahwa ada yang salah

pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak sengaja menginjak pecahan

kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa nyeri pada

kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi ada kalanya nyeri

yang merupakan pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila

berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya pada penderita kanker

(Bertram, 2007).

Gambar 2.6. Ekspresi nyeri (dikutip dari : sciencemuseum.org.uk)

2.2.2 Etiologi dan Mekanisme Nyeri

Adanya rangsangan-rangsangan mekanis atau kimiawi (kalor atau

listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan

melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri.

Mediator nyeri antara lain adalah seperti : histamin, serotonin,

plasmakinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat-zat ini merangsang

11

Page 9: MAYA-BAB II

reseptor-reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan

jaringan, lalu dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan saraf pusat (SSP)

melalui sumsum tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak

besar dan dibaca sebagai rangsangan terhadap nyeri (Craig, 2007).

Gambar 2.7. Mekanisme Nyeri dan Jalurnya (Craig et al., 2007)

2.2.3 Macam Nyeri

Umumnya nyeri digolongkan menjadi 2 jenis (Gillman, 2006):

1. Nyeri Akut

Merupakan nyeri yang tidak berlangsung lama. Berdasarkan sumber

nyeri, umumnya nyeri ini dibagi menjadi 3, yaitu:

12

Page 10: MAYA-BAB II

a. Nyeri permukaan: sumbernya adalah luka luar, iritasi bahan kimia,

dan rangsangan termal, yang hanya permukaan kulit saja

b. Nyeri somatis dalam: biasanya bersumber dari luka atau iritasi dari

dalam tubuh, seperti karena injeksi atau dari iskemia

c. Nyeri viseral: nyeri ini berasal dari organ-organ besar dalam tubuh,

seperti hati, paru-paru, usus, dll

2. Nyeri Kronis

Merupakan nyeri yang berlangsung sangat lama, bisa menahun, yang

kadang sumbernya tidak diketahui. Nyeri kronis sering diasosiasikan

dengan penyakit kanker dan arthritis. Salah satu tipe nyeri akut adalah

neuropathic pain yang disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang

suatu jalur saraf. Suatu kelainan akan mengganggu sinyal saraf, yang

kemudian akan diartikan secara salah oleh otak. Nyeri neuropatik bisa

menyebabkan suatu rasa sakit dalam atau rasa terbakar dan rasa

lainnya (misalnya hipersensitivitas terhadap sentuhan). Beberapa

sumber yang dapat menyebabkan nyeri neuropati ini adalah herpes

zooster dan phantom limb pain, dimana seseorang yang lengan atau

tungkainya telah diamputasi merasakan nyeri pada lengan atau tungkai

yang sudah tidak ada.

2.2.4 Analgetik

2.2.4.1 Definisi

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dapat mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik

dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif. Analgetik bekerja

dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa nyeri atau sakit. Maka

dari itu, obat-obat yang bersifat analgetik memiliki efek menenangkan dan

memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami nyeri sehingga

ia bisa beristirahat (Gillman et al., 2006).

13

Page 11: MAYA-BAB II

2.2.4.2 Macam Analgetik

Berdasarkan aksinya, obat-obat analgetik atau anti nyeri dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu (Bertram et al., 2007):

1. Analgetik nonopioid, dan

2. Analgetik opioid.

Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target

aksinya.

1. Analgetik Nonopioid / Perifer

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim,

yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis

mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum

dari analgetik jenis ini adalah memblok pembentukan prostaglandin

dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka

dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri.

Mekanismenya tidakberbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.

Gambar 2.8. Asal nyeri dan efek dari prostaglandin (Craig et al., 2007)

14

Page 12: MAYA-BAB II

Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah

gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal

serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh

penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

Gambar 2.9. Penghambatan oleh obat-obat Analgetik Nonopioid

(Craig et al., 2007)

Contoh obat- obat analgetik nonopioid adalah : Acetaminophen,

Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen

Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate,

Asam Mefanamat, Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin,

Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac,

dan Tolmetin (Michael, 2002).

15

Page 13: MAYA-BAB II

2. Analgetik opioid

Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat

seperti opium/morfin. Sifat dari analgetik opioid yaitu menimbulkan

adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan

usaha untuk mendapatkan analgetik ideal (Michael et al., 2002):

a. Potensi analgetik yg sama kuat dengan morfin

b. Tanpa bahaya adiksi

c. Obat yang berasal dari opium-morfin

d. Senyawasemisintetikmorfin

e. Senyawasintetik yang berefek seperti morfin

Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat

kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan saraf pusat (SSP).

Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan

nyaman (euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang

paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat

(Michael et al., 2002).

Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri

(endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang

yang mempersulit penerusan impulsnyeri. Dengan sistem ini dapat

dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan, misalnya luka pada

kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru disadari

beberapa saat kemudian. Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh

sistem endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang

termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin,

endorfin, dan dinorfin (Bertram et al., 2007).

Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting

tubuh seperti fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi,

mediasi stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan

ketergantungan opioid. Opioid endogen mengatur homeostatis,

mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuk ke otak, dan bertindak

16

Page 14: MAYA-BAB II

juga sebagai neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang

eksternal (Bertram et al., 2007).

Baik opioid endogen dan analgetik opioid bekerja pada reseptor

opioid, berbeda dengan analgetik nonopioid yang targetaksinya pada

enzim (Bertram et al., 2007).

Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan

diteliti, yaitu reseptor opioid μ, κ, σ, δ, ε. dan yang terbaru ditemukan

adalah reseptor N/OFQ, biasa disebut the opioid-receptor-like1 (ORL-

1) receptor atau “orphan” opioid receptor dan e-receptor, namum

belum jelas fungsinya (Gillman et al., 2006).

Reseptor μ memediasi efek analgetik dan euforia dari opioid, dan

ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan reseptor μ 2 memediasi

efek depresan pernafasan. Reseptor δ yang sekurangnya memiliki 2

subtipe berperan dalam memediasi efek analgetik dan berhubungan

dengan toleransi terhadap μ opioid. reseptor κ telah diketahui dan

berperan dalam efek analgetik, miosis, sedatif, dan diuresis. Reseptor

opioid ini tersebar dalam otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor

δ dan reseptor κ menunjukan selektifitas untuk enkefalin dan dinorfin,

sedangkan reseptor μ selektif untuk analgetik opioid (Gillman et al.,

2006).

Mekanisme umumnya :

Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan

masuknya ion Ca 2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula

hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K + ke dalam sel.

Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel adalah terjadinya

pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida penghantar

nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan transmisi

rangsang nyeri terhambat. Efek samping yang dapat terjadi adalah

toleransi, ketergantungan, depresi pernafasan, hipotensi, dll (Gillman

et al., 2006).

17

Page 15: MAYA-BAB II

Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid, analgetik opioid dibagi

menjadi (Micahel et al., 2002):

1. Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor μ, κ). Contoh:

Morfin dan fentanil

2. Antagonis opioid. Contoh: Nalokson

3. Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg ambang nyerinya tinggi

4. Opioid dengan kerja campur. Contoh: Nalorfin, pentazosin,

buprenorfin, malbufin, butorfanol

Contoh obat Analgetik Opioid diantaranya adalah : Alfentanil,

Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine,

Dextromethorphan, Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine,

Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone,

LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine,

Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone,

Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine,

Propoxyphene, dan Sufentanil (Michael et al, 2002)

2.3 Peranan Menthol sebagai Analgetik Ditinjau dari Kedokteran

2.3.1 Mekanisme menthol sebagai analgetik

Pemanfaatan menthol di bidang kedokteran medis dan herbal

merupakan hal yang sudah diakui dan dipakai pada produk-produk

kedokteran, rokok, bahkan di bidang kuliner seperti permen karet.

Pemanfaatan menthol terbanyak berada pada bidang kedokteran, yaitu

obat-obatan. Menthol biasa dipakai dalam campuran analgetik atau

penghilang rasa nyeri. Analgetik yang sering memakai tambahan menthol

didalamnya adalah krim analgetik dan koyo.

18

Page 16: MAYA-BAB II

Gambar 2.10. Menthol merupakan pemicu reseptor TRPM8

(Braina et al., 2006).

Menthol merupakan salah satu pemicu reseptor sensitif-dingin

TRPM8 pada kulit secara kimiawi. Pada gambar 2.9 diatas Braina

menunjukkan bahwa menthol positif dapat memacu reseptor ‘cold-

sensitive’ TRPM8 pada kulit dengan naiknya kurva dan warna yang

berubah menjadi agak kekuningan dibandingkan dengan icilin.

Kemampuan menthol inilah yang menimbulkan efek yang biasa kita sebut

“sensasi dingin” yang muncul saat menarik napas, dimakan, atau

diaplikasikan pada kulit. Pada pengertian ini, sama seperti capsaicin, yaitu

zat ini menimbulkan efek pedas atau hangat pada lada dimana merangsang

sensor panas tanpa merubah temperatur aslinya (Braina et al., 2006).

Dalam hal menthol berperan sebagai analgetik, efek analgetik

tersebut dihantarkan menthol melalui aktivasi reseptor κ-opioid. Menthol

juga memblokade reseptor sensitif-voltasi pada Natrium channel, sehingga

mengurangi aktivitas persarafan yang dapat merangsang kontraksi otot

ketika muncul rasa nyeri. Menthol juga dapat meningkatkan efektivitas

dari Ibuprofen pada aplikasi topikal dengan cara vasodilatasi yang dapat

19

Page 17: MAYA-BAB II

mengurangi fungsi skin barrier, sehingga menthol berperan cukup penting

dalam analgetik. (Braina et al., 2006).

Gambar 2.11. Mekanisme Menthol sebagai analgetik.

(Braina et al., 2006)

2.3.2 Bahaya Menthol sebagai Analgetik ditinjau dari Kedokteran

Menthol adalah salah satu senyawa yang didapat dari penyulingan

hasil (batang, daun dan bunga) tanaman M. piperita atau yang biasa

disebut dengan daun mint. Daun mint bukan hanya sekedar tanaman biasa.

Tanaman ini dapat berguna secara keseluruhan mulai dari daun hingga

batangnya, serta minyak hasil sulingnya. Daun mint segar biasa disertakan

dalam campuran makanan, minuman, atau hanya sebagai penghiasnya

saja. Minyak hasil sulingnya berupa menthol juga memiliki banyak

manfaat di dalam kehidupan sehari-hari. Efek sensasi dingin pada

menthol membuat banyak orang menyukai rasa dingin yang diperoleh dari

penambahan menthol pada makanan, minuman, rokok, atau bahkan obat

yang dikonsumsi (Tyler et al., 2008).

Sampai saat ini, belum ada penelitian yang signifikan

menunjukkan tentang bahaya mengkonsumsi atau memakai obat analgetik

20

Page 18: MAYA-BAB II

dengan menthol yang terdapat di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa

menthol masih dianggap aman jika digunakan dalam batas aman dan

sebagai bahan tambahan pada obat analgetik tersebut. Bahaya yang paling

dimungkinkan terjadi adalah efek ketergantungan karena efek sensasi

dingin yang muncul ketika mengkonsumsi atau memakai obat analgetik

tersebut. Dalam hal ini, bahaya yang ditimbulkan adalah ketika orang

merasa sedikit nyeri otot, misalnya, ia langsung memakai obat krim

penghilang nyeri yang mengandung menthol dalam frekuensi yang sering

dan jangka waktu yang lama. Bahaya yang dimaksud adalah ketika orang

tersebut mengalami nyeri otot yang lebih hebat dari biasanya, tubuhnya

akan resisten atau kebal terhadap krim tersebut. Akhirnya berujung pada

peningkatan dosis yang tidak disarankan, atau bahkan nyeri tidak akan

berkurang sama sekali (Craig et al., 2007).

Penambahan menthol pada rokok juga sering dijumpai saat ini.

Rokok dengan menthol akan memberikan sensasi yang lebih

‘menyenangkan’ dibandingkan dengan yang tidak menggunakan menthol.

Hal ini disebabkan oleh sensasi dingin pada setiap hisapannya. Akan tetapi

dibalik itu ada bahaya yang sudah mengintai perokok menthol, yaitu

ketergantungsn. Bahaya terbesar yang ditimbulkan tidak langsung dari

menthol itu sendiri, melainkan dari kebiasaan merokok yang meningkat

dan penghisapan asap rokok yang lebih dalam karena efek sensasi dingin

dari menthol tersebut. Perokok menthol akan meghisap rokok mentholnya

lebih dalam dan kemudian asap rokok menthol akan masuk saluran napas

lebih dalam serta mengendap di sana. Cara kerja menthol yang berikatan

dengan reseptol k-appa opiod membuat efek adiksi pada perokok menthol.

Sebenarnya rokok menthol itu diperuntukkan kepada perokok wanita,

karena menthol memiliki efek menurunkan androgen dalam testosteron

dan kompensasinya adalah meningkatkan esterogen. Hal ini baik untuk

perokok wanita, akan tetapi tidak untuk pria. Jika androgen dan testosteron

turun, esterogen akan meningkat dan libido pria akan menurun, jika hal ini

terus dibiarkan, bukan hal yang tidak mungkin jika akan timbul impotensi.

21

Page 19: MAYA-BAB II

Menthol juga memiliki efek menurunkan zat besi sehingga ada efek pusing

jika terlalu banyak merokok menthol. Singkatnya, jika perokok

mengkonsumsi rokok menthol dalam jangka waktu yang lama, akan

timbul efek samping seperti sakit kepala, ketergantungan, menderita

penyakit pernapasan dan impotensi bagi pria (Hygrass, 2011).

22