Materi ppn

265
01/29/15 1

Transcript of Materi ppn

Page 1: Materi ppn

01/29/15 1

Page 2: Materi ppn

01/29/15 2

PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI BARANG ATAU JASA

DI DALAM DAERAH

PABEAN

- ORANG PRIBADI; ATAU OLEH

- BADAN;

PENGERTIAN UMUM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

OLEH

Page 3: Materi ppn

01/29/15 3

Karakteristik PPN (VAT)

• Pajak Tidak Langsung• Pajak Objektif• Terutang pada setiap jalur distribusi

maupun produksi• Metode Faktur• Metode pengkreditan dengan indirect

substraction• Pajak atas konsumsi dalam negeri• Bersifat netral• Tidak menimbulkan pajak ganda

Page 4: Materi ppn

01/29/15 4

PPN ADALAH PAJAK TIDAK LANGSUNG

• SUATU JENIS PAJAK YANG BEBAN PAJAKNYA DAPAT DILIMPAHKAN KEPADA PIHAK LAIN

• KEDUDUKAN PENANGGUNG JAWAB PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN KEDUDUKAN PEMIKUL BEBAN PAJAK BERBEDA

Page 5: Materi ppn

01/29/15 5

PPN ADALAH PAJAK OBJEKTIF

• KEWAJIBAN PAJAK DI BIDANG PPN SANGAT DITENTUKAN OLEH ADANYA OBJEK PAJAK.

• KARAKTER PPN SEBAGAI PAJAK OBJEKTIF MENIMBULKAN DAMPAK REGRESIF.

• UNTUK MENGURANGI REGRESIVITAS PPN,MAKA DIKENAKANLAH PPnBM.

Page 6: Materi ppn

01/29/15 6

PPN BERSIFAT MULTI STAGE LEVY

• PPN DIKENAKAN PADA SETIAP MATA RANTAI JALUR PRODUKSI DAN JALUR DISTRIBUSI BARANG KENA PAJAK ATAU JASA KENA PAJAK.

• CONTOH: PENGENAAN PPN ATAS PENYERAHAN BENANG OLEH PERUSAHAAN INDUSTRI BENANG KE PERUSAHAAN TEKSTIL, SELANJUTNYA PERUSAHAAN TEKSTIL KE PERUSAHAAN GARMEN, PERUSAHAAN GARMEN KE PEDAGANG BESAR, PEDAGANG BESAR KE PEDAGANG ECERAN, DAN AKHIRNYA PEDAGANG ECERAN KE KONSUMEN AKHIR.

Page 7: Materi ppn

01/29/15 7

PPN TIDAK BERSIFAT KUMULATIF

PENGUSAHA AKTIVITAS NILAI TAMBAH

HARGA JUAL PPN 10% SETOR KE KAS NEGARA

HARGA YANG DIBAYAR

Industri Benang Menyerahkan 1000 1000 100 100

Industri Tekstil Membeli benang - - - - 1000+100=1100

Menyerahkan Tekstil

400 1000+400=1400 140 140-100=40 -

Industri Garmen Membeli Tekstil 1400+140=1540

Menyerahkan Garmen

350 1400+350=1750 175 175-140=35 -

Pedagang Besar Membeli Garmen 1750+175=1925

Menyerahkan Garmen

300 1750+300=2050 205 205-175=30 -

Pedagang Eceran Membeli Garmen 2050+205=2255

Menyerahkan Garmen

250 2050+250=2300 230 230-205=25 -

KONSUMEN Membeli Garmen - - - 2300+230=2530

Page 8: Materi ppn

01/29/15 8

PENGHITUNGAN PPN MENGGUNAKAN INDIRECT SUBSTARCTION METHOD• NILAI TAMBAH (ADDED VALUE), ADALAH SUATU NILAI YG

MERUPAKAN PENJUMLAHAN BIAYA PRODUKSI ATAU DISTRIBUSI YANG MELIPUTI PENYUSUTAN, BUNGA MODAL, GAJI YANG DIBAYARKAN, SEWA TELPON, LISTRIK DAN PENGELUARAN LAINNYA SERTA LABA YANG DIHARAPKAN.

• NILAI TAMBAH = HARGA JUAL –HARGA BELI• DALAM MENGHITUNG PAJAK TERUTANG ATAS NILAI TAMBAH,

DIKENAL TIGA METODE: ADDITION METHOD SUBSTRACTION METHOD CREDIT METHOD (INDIRECT SUBSTRACTION) METHOD

• PAJAK YANG DIBAYAR PADA SAAT PEROLEHAN BARANG ATAU JASA KENA PAJAK = PAJAK MASUKAN (INPUT TAX)

• PAJAK YANG DIPUNGUT PADA SAAT PENYERAHAN BARANG ATAU JASA KENA PAJAK = PAJAK KELUARAN (OUTPUT TAX)

• BUKTI PEMUNGUTAN PPN : FAKTUR PAJAK, DAPAT DIBEDAKAN MENJADI FAKTUR PAJAK KELUARAN DAN FAKTUR PAJAK MASUKAN.

Page 9: Materi ppn

01/29/15 9

ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPN YANG HARUS DIBAYAR DENGAN BERBAGAI METHOD

Kegiatan produksi seorang Pengusaha mencakup biaya sebagai berikut:• Pembelian:

– Bahan Baku 2000– Bahan Pembantu 1000– Suku Cadang dll 1000Jumlah 4.000Ditambah Biaya:– Penyusutan 250– Bunga Pinjaman 750– Gaji/Upah 1000– Biaya Manajemen 750– Laba Usaha 750Jumlah 3.500Harga Jual 7.500

1. Additon Method (PPN = % PPN x Nilai Tambah)PPN = 10% x Rp 3.500 = 350

2. Substraction Method (PPN = Selisih Harga Jual & H. Beli x %PPN)PPN = 10% x (7.500 – 4.000) = Rp 350

3. Credit MethodPPN yang harus dibayar =( %PPN x Penjualan) – (%PPN x Pembelian)PPN yang harus dibayar =(10% x Rp 7.500) – (10% x Rp 4000) = 350

Page 10: Materi ppn

01/29/15 10

KELEBIHAN PERHITUNGAN PPN DENGAN CREDIT METHOD

Asumsi Pengusaha tadi adalah Pengusaha pabrik minyak kelapa dan bahan baku berupa kelapa dibeli dari petani perkebunan (PPN-nya dibebaskan). Apabilan kelapa merupakan 60% dari nilai pembelian bahan, maka PPN yang terutang adalah:

– Harga Jual Minyak Kelapa 7.500– PPN terutang (10% x 7.500) 750– Harga Beli bahan dan lain-lain 4.000– Bahan baku berupa kelapa 2.400– Bagian harga beli yang terutang PPN 1.600– PPN atas pembelian (10% x 1.600)

160– PPN yang harus dibayar 590

Bandingkan dengan substraction method yang menghasilkan pajak terutang sebesar Rp 350.

UU PPN 1984 yang berlaku di Indonesia menganut “credit method/invoice method/indirect substraction method).

Page 11: Materi ppn

01/29/15 11

PPN INDONESIA MENGANUT TARIF TUNGGAL

• UU PPN 1984, TARIF PPN DITETAPKAN SEBESAR 10%. DENGAN PERATURAN PEMERINTAH, TARIF DAPAT DINAIKKAN PALING TINGGI MENJADI 15% ATAU DITURUNKAN PALING RENDAH 5%.

• SISI NEGATIF TARIF TUNGGAL ADLH MEMPERTAJAM REGRESIVITAS PPN.

• SISI POSITIF ADALAH SEDERHANA BAIK DALAM PELAKSANAAN DAN PENGAWASANNYA.

• TARIF 0% UNTUK EKSPOR, TARIF TEKNIS AGAR PAJAK MASUKAN ATAS PEROLEHAN BKP/JKP YANG TERKAIT DAPAT DIKREDITKAN SEHINGGA TIDAK PERLU DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA.

Page 12: Materi ppn

01/29/15 12

PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI DALAM NEGERI

• PPN HANYA DIKENAKAN ATAS BARANG ATAU JASA YANG DIKONSUMSI DI DALAM DAERAH PABEAN INDONESIA.

• SESUAI DENGAN DESTINATION PRINCIPLE: PPN DIKENAKAN DI TEMPAT TUJUAN BARANG ATAU JASA AKAN DIKONSUMSI

Page 13: Materi ppn

01/29/15 13

PPN BERSIFAT NETRAL

• PPN DIKENAKAN BAIK ATAS KONSUMSI BARANG MAUPUN JASA

• DALAM PEMUNGUTANNNYA, PPN MENGANUT PRINSIP TEMPAT TUJUAN (DESTINATION PRINCIPLE)

Page 14: Materi ppn

01/29/15 14

DASAR HUKUM PPN DI INDONESIA

UU NO.

8/1983UU NO.18

/2000

UU NO.11

/1994Sejak 1-1-1995 perub.

pertama (Ps.1-17)Sejak 1-1-2001 perub.

kedua (Ps.1-16C)

BUKAN

UU PPN

1984

BUKAN

UU PPN

2000

Ps.20:

UU ini dapat disebut

UU PPN 1984

PP No. 50/1994 jis

PP No.20/1996 &

No.36/1996 &

PP No.14/1998 &

PP No.59/1999

Ps.20 UU No.8/1983

tidak diubah

Ps.2 & 14 UU KUP

Tetap menyebut

UU PPN 1984

Ps.III UU No.11/1994

“UU Perubahan

UU PPN 1984”

Nama

Tetap

1. PP No. 143/2000 jo

PP No.24/2004

2. PP No.144/2000

3. PP No.145/2000 jo

PP No.6/2003

4. PP No.146/2000

5. PP No.12/2001 jo

PP No.43/2002

Ps.20 UU No.8/1983

tidak diubah

Ps.II UU No.18/2000

“UU Perubahan Kedua

UU PPN 1984”

Ps.2 & 14 UU KUP

Tetap menyebut

UU PPN 1984

Mulai berlaku sejak

1 April 1985

(PP No.1/1985)

Page 15: Materi ppn

01/29/15 15

Dasar Hukum PPN & PPnBM• Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas

Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah, perubahan terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000;

• Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Undang-Undang PPN & PPnBM dengan perubahan terakhir PP. Nomor 24 Tahun 2002;

• Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN;

• Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, terakhir diubah dengan PP. Nomor 43 Tahun 2003;

• Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, terakhir diubah dengan PP. Nomor 38 Tahun 2003;

• Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, telah diubah terakhir dengan PP. Nomor 38 Tahun 2003

• Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, Surat- Surat Edaran Dirjen Pajak yang akan dibahas dalam pembahasan berikutnya.

Page 16: Materi ppn

01/29/15 16

Istilah-istilah Dasar(Pasal 1 Undang-undang PPN)

1. Daerah Pabean2. Barang Kena Pajak3. Jasa Kena Pajak4. Impor5. Ekspor6. Perdagangan7. Pengusaha Kena Pajak8. Dasar Pengenaan Pajak9. Faktur Pajak10. Pajak Masukan 11. Pajak Keluaran12. Pemungut PPN

Page 17: Materi ppn

01/29/15 17

DAERAH PABEANPs. 1 angka 1

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYABERLAKU UU No. 10 Th 1995

TENTANG KE PABEANAN

DARAT

PERAIRAN

RUANG UDARA DI ATASNYA

TEMPAT-TEMPAT TERTENTUDI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

LANDAS KONTINEN

MELIPUTI WILAYAH

D A N

Page 18: Materi ppn

01/29/15 18

BARANG BERWUJUD

BARANG TIDAK BERWUJUD

B A R A N G Ps. 1 angka 2

BARANGBERGERAK

BARANGTIDAK BERGERAK

CONTOH :• HAK ATAS MEREK DAGANG• HAK PATEN• HAK CIPTA

BARANG ADALAH

Page 19: Materi ppn

01/29/15 19

IMPOR( Ps. 1 angka 9 )

ADALAH SETIAP KEGIATAN

MEMASUKKAN BARANG

DARI LUAR DAERAH PABEAN KE DLM

DAERAH PABEAN

PERDAGANGAN( Ps. 1 angka 12)

ADALAH KEGIATAN USAHA MEMBELI &

MENJUAL BRG, TERMASUK KEGIATAN

TUKAR MENUKAR BRG TANPA MENGUBAH BENTUK ATAU SIFATNYA

EKSPOR( Ps. 1 angka 11)

ADALAH SETIAP KEGIATAN MENGELUARKAN BARANG DARI DLM DAERAH PABEAN

KE LUAR DAERAH PABEAN

IMPOR, EKSPOR DAN PERDAGANGANPs. 1 angka 9, 11, 12

Page 20: Materi ppn

01/29/15 20

SKEMA MEKANISME PEMBAYARAN PPN SECARA UMUM

PENJUAL/PENGUSAHA BARANG/JASA

PEMBELI/PENERIMA BARANG/JASA – NON WAPU [PEMUNGUT

PPN]

PENANGGUNG JAWAB

PEMIKUL BEBAN PAJAK

PPN

BKP/JKP

BANK PERSEPSI

PENYETORAN PPNDENGAN SSP

FAKTUR PAJAK

SPT MASA PPN

Page 21: Materi ppn

01/29/15 21

SKEMA MEKANISME PEMBAYARAN PPN SECARA KHUSUS

PENJUAL/PENGUSAHA BARANG/JASA

PEMBELI/PENERIMA BARANG/JASA –

PIHAK WAPU

PENANGGUNG JAWAB PEMIKUL BEBAN PAJAK

PPN

BKP/JKP

BANK PERSEPSI

FAKTUR PAJAK

PENYETORAN PPNDENGAN SSP

SSP

SPT MASA PPN

SPT MASA PPN-PUT

Page 22: Materi ppn

01/29/15 22

MEKANISME UMUM PEMUNGUTAN PPN SECARA DETAIL

Terutang

PKP PT ABC PEMBELIBrg/Jasa Brg/Jasa

PKP PT XYZ

Tdk Terutang

PM

Creditable Uncreditable

Tdk Terutang Terutang

PK

Tak Dpt Faslts Dpt. Fasilitas

KB LB

Nihil

Kompensasi/Restitusi Disetor Dgn SSP PL. Tgl 15 Bulan Berikutnya

SEMUANYA DILAPORKAN DALAM SPT MASA PPN

BKP/JKP

Expense Cost

Page 23: Materi ppn

01/29/15 23

Objek Pajak PPN

Pasal 4 UU PPN

Pasal 16C UU PPN

Pasal 16D UU PPN

Diatur Dlm 3 Pasal

Page 24: Materi ppn

01/29/15 24

Rincian Objek

Dalam Pasal 4:1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean

yang dilakukan oleh Pengusaha ;2. Impor BKP;3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; 5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean; 6. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

Page 25: Materi ppn

01/29/15 25

PPN DIKENAKAN ATAS

PENYERAHAN BARANG DAN JASA

APABILA

SYARAT SUATU PENYERAHAN UNTUK DAPAT DIKENAKAN PPN

Penjelasan Ps. 4 huruf a dan c.

BARANG BERWUJUD DAN JASA YG DISERAHKAN ADALAH BKP ATAU

JKP;

BARANG TIDAK BERWUJUD YANG DISERAHKAN ADALAH BKP TIDAK

BERWUJUD;PENYERAHAN DILAKUKAN DI DALAM DAERAH PABEAN;

PENYERAHAN DILAKUKAN DALAM RANGKA KEGIATAN USAHA ATAU

PEKERJAAN PENGUSAHA

Page 26: Materi ppn

01/29/15 26

• Dalam Pasal 16C:Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

• Dalam Pasal 16D: Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

Rincian Objek

Page 27: Materi ppn

Hal-27

Gambaran Objek PPN

PKP/PengusahaPengusaha/Siapapun

2. Impor BKP 4. Pemanfaatan BKP

Tdk berwujud5. Pemanfaatan JKP

6. Ekspor BKP Oleh PKP

1. Penyerahan BKP3. Penyerahan JKP7. Penyerhn aktiva

sesuai Psl 16D oleh PKP 8. Melakukan kegiatan

membangun sendiri Sesuai Psl. 16C

Daerah Pabean

Luar Daerah Pabean

BKP/JKP

Page 28: Materi ppn

01/29/15 28

Tinjauan Perbedaan Objek PajakNo.

Aspek Penijauan Pasal 4 Pasal 16C Pasal 16 D

1. Subjek Pajak(Pelaksana Kewajiban)

- Oleh PKP atau yang seharusnya PKP : rincian1,3- Oleh Siapapun : rincian 2,4,5- Oleh PKP : rincian 6

Oleh Badan Usaha atau Orang Pribadi

Oleh PKP

2. Hubungannya dengan kegiatan usaha

- Dalam rangka kegiatan usaha: 1,3;-Dalam rangka kegiatan usaha atau bukan : rincian 2,4,5,6

Diluar kegiatan usaha/pekerjaannya

Aktiva yang digunakan untuk kegiatan usaha

3. Pelaporan ke SPT Masa PPN

-Melalui mekanisme PK-PM kecuali yang bersifat khusus

Jumlah terutang disetor tersendiri tidak melalui PK-PM

Jumlah terutang disetor tersendiri tidak melalui PK-PM

Page 29: Materi ppn

01/29/15 29

BARANG KENA PAJAK (BKP)

Ps. 1 angka 3

• BARANG BERWUJUD YANG MENURUT SIFAT ATAU HUKUMNYA DAPAT BERUPA BARANG BERGERAK ATAU BARANG TIDAK BERGERAK, DAN

• BARANG TIDAK BERWUJUD, ANTARA LAIN : HAK ATAS MEREK DAGANG, HAK OKTOROI, HAK CIPTA & HAK PATEN

YANG DIKENAKAN PAJAKBERDASARKAN UU PPN

ADALAH

Page 30: Materi ppn

01/29/15 30

2a2a

BARANG KENA PAJAK

BERWUJUD

TIDAK BERWUJUD

BERGERAK

TIDAK BERGERAK

Kaidah Umum:

Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan pajak kecuali yang ditetapkan sebagai jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan pajak

BARANG KENA PAJAK (BKP)

Page 31: Materi ppn

01/29/15 31

Bukan BKP (Pasal 4A Jo. PP.144 Tahun 2000)

Bukan Barang Kena Pajak :1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang langsung diambil dari

sumbernya yaitu:1. minyak mentah (crude oil);2. gas bumi;3. panas bumi;4. pasir dan kerikil;5. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan6. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak

serta bijih bauksit.2. Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat banyak yaitu:

1. beras;2. gabah;3. jagung;4. sagu;5. kedelai; dan6. garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restauran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, baik yang dikonsumsi di tempat maupun yang dibawa pulang, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering

4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Page 32: Materi ppn

01/29/15 32

JASA KENA PAJAK

JASA(Pasal 1 angka 5 jo. Ps.4A

ayat (3) UU PPN 1984

JASA(Pasal 1 angka 5 jo. Ps.4A

ayat (3) UU PPN 1984

Kaidah Umum

setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan

SEMUA JASA YANG DIKENAKAN PPN, KECUALI DITETAPKAN LAIN DI DALAM UU

Page 33: Materi ppn

01/29/15 33

JASA YANG BUKAN OBYEK PPN (YANG TIDAK DIKENAKAN PPN)SESUAI PASAL 4A UU PPN 1985 jo. PP No.144 TAHUN 2000.

1) Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik

2) Jasa di bidang pelayanan sosial;

3) Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

4) Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

5) Jasa di bidang keagamaan;

6) Jasa di bidang pendidikan;

7) Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan;

8) Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

9) Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air

10) Jasa di bidang tenaga kerja

11) Jasa di bidang perhotelan; dan

12) Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

Page 34: Materi ppn

01/29/15 34

JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIKMeliputi:

1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

2. Jasa dokter hewan;3. Jasa ahli kesehatan seperti

akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi;

4. Jasa kebidanan dan dukun bayi;5. Jasa paramedis dan perawat; dan6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin,

klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.

Page 35: Materi ppn

01/29/15 35

JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIK

Penggantian Obat di Rumah Sakit

•Atas jasa-jasa perawatan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien, tidak terutang PPN. •Atas pemakaian obat-obatan baik yang diperoleh dari apotik rumah sakit itu sendiri, maupun yang diperoleh dari apotik di luar rumah sakit, terutang PPN, sehingga pihak rumah sakit harus memungut PPN sebesar 10% dari jumlah tagihan pemakaian obat-obatan tersebut.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE11/PJ.52/1998 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.52/2000

Mengingat instalasi farmasi juga melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan sebagai lazimnya sebuah apotik, maka atas penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan tetap terutang PPN 10% dari Harga Jual

Atas penyerahan obat-obatan di rumah sakit, PPN yang terutang hanya atas penyerahan obat-obatan yang dilakukan oleh apotik dirumah sakit, sedangkan atas penyerahan obat-obatan yang dilakukan oleh instansi farmasi (kamar obat) yang bukan merupakan apotik tidak terutang PPN.

Page 36: Materi ppn

01/29/15 36

JASA DI BIDANG PELAYANAN SOSIALMeliputi:

1.Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo;

2.Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;

3.Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

4.Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial;

5.Jasa pemakaman termasuk krematorium; dan

6.Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

Page 37: Materi ppn

01/29/15 37

JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN PERANGKO

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 168/KMK.03/2002, Tgl. 22-04-2002 tentang Penyerahan Jasa Pengiriman Surat Dengan Perangko Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai maka jasa pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (persero) merupakan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Page 38: Materi ppn

01/29/15 38

Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi

Meliputi:1. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;

2. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan3. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.

Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No:SE-15/PJ.5/1990 tanggal 19 Juli 1990 menegaskan bahwa jasa perbankan yang tidak dikenakan PPN adalah:

1. Jasa penghimpunan dana (giro, deposito, tabungan dan lain-lain)

2. Jasa penyaluran dana (kredit), dan3. Jasa dibidang lalu lintas keuangan giral dan kartal

Page 39: Materi ppn

01/29/15 39

Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi

Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE - 34/PJ.53/1995, Tgl. 01-08-1995, jasa consumer credit, credit card, dan debit card termasuk jenis jasa perbankan sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang tidak dikenakan PPN, sehingga atas penyerahannya tidak terutang PPN.

Sesuai dengan surat edaran Dirjen Pajak Nomor:SE-03/PJ.32/1996 tanggal 12 Agustus 1996, ditambahkan satu jenis jasa lagi yang dikenakan PPN pada jasa perbankan menjadi:

1. Jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box);

2. Jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak (perjanjian);

3. Jasa anjak piutang;4. Jasa wali amanat (perjanjian antara Bank Umum dengan

emiten surat berharga, ditunjuk untuk mewakili kepentingan semua pemegang surat berharga tersebut).

Page 40: Materi ppn

01/29/15 40

Jasa di bidang pendidikan

Meliputi:a Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa

penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional; dan

b Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

Penjelasan tambahan: Apabila penyerahan jasa pendidikan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari penyerahan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, maka atas penyerahannya jasa dimaksud dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Penyelenggaraan In-house Training dan Public Training merupakan kegiatan jasa di bidang pendidikan sehingga atas penyerahannya tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Penyelenggaraan Seminar untuk umum adalah kegiatan jasa yang dikenakan PPN, sehingga atas penyerahannya terutang PPN.

Page 41: Materi ppn

01/29/15 41

Jasa di bidang kesenian dan hiburan &

Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan

1. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

2. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, adalah jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.Penjelasan:Angka 5 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-29/PJ.5/1989 tentang PPN atas Usaha Periklanan mengatur bahwa dalam hal terjadi pemuatan Iklan Layanan Masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan umum, maka sepanjang iklan tersebut dibiayai oleh mass media yang bersangkutan atau dibiayai oleh sponsor tertentu asalkan identitas atau kepentingan sponsor tidak diungkapkan dalam iklan dan dana yang disediakan oleh sponsor tersebut benar-benar sebesar biaya diperlukan untuk membuat ILM, atas pemuatan ILM dalam mass media tersebut tidak terutang PPN.

Page 42: Materi ppn

01/29/15 42

Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air

Adalah adalah jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 527/Kmk.03/2003 Tentang Jasa Di Bidang Angkutan Umum Di Darat Dan Di Air Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, Atas penyerahan jasa Angkutan Umum di darat dan di air tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.Pengertian:

1. Penyerahan jasa Angkutan Umum di darat adalah penyerahan jasa Angkutan Umum di jalan dengan menggunakan Kendaraan Angkutan Umum dan penyerahan jasa Angkutan Kereta Api.

2. Penyerahan jasa Angkutan Umum di air adalah penyerahan jasa Angkutan Umum di laut, penyerahan jasa Angkutan Umum di sungai dan danau, dan penyerahan jasa Angkutan Umum penyeberangan

Page 43: Materi ppn

01/29/15 43

Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 28/PMK.03/2006, Tgl. 24-03-2006 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 527/Kmk.03/2003 Perubahan Penting:1.Tidak dikenakan PPN atas Jasa Kendaraan Angkutan Umum adalah kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk kegiatan pengangkutan orang dan/atau barang yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek maupun tidak dalam trayek, dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam.2.Dihapusnya ketentuan pengenaan PPN atas Jasa Angkutan jalan yang dilakukan dengan cara:

a. ada perjanjian lisan atau tulisan;b. waktu dan atau tempat pengangkutan telahditentukan

sesuai dengan perjanjian; danc. kendaraan angkutan dipergunakan hanya untuk

mengangkut muatan milik 1 (satu) pihak dan atau untuk mengangkut orang, yang terikat perjanjian dengan Pengusaha Angkutan Umum, dalam satu perjalanan (trip).

Page 44: Materi ppn

01/29/15 44

Jasa di bidang Tenaga Kerja

Meliputi:aJasa tenaga kerja;bJasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dancJasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.

Sesuai dengan butir 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ.32/1991 tanggal 12 Desember 1991 hal Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dan Jasa Tenaga Kerja, ditegaskan bahwa jenis jasa di bidang tenaga kerja yang tidak dikenakan PPN antara lain:

1. Jasa tenaga kerja, yaitu jasa yang diberikan oleh perseorangan kepada pemakai jasa dalam bentuk tenaga kerja. Perseorangan atau pemberi jasa bertanggung jawab langsung kepada pemakai jasa atas jasa yang diserahkan. Atas penyerahan jasa tenaga kerja tersebut pemberi jasa memperoleh imbalan dalam bentuk upah/gaji.

2. Jasa penyediaan tenaga kerja, yaitu jasa yang diberikan oleh pengusaha dimana pengusaha hanya mencarikan tenaga kerja dan memperoleh imbalan atas jasanya tersebut. Penyediaan tenaga kerja dimaksud tidak terkait dengan pemberian jasa lainnya, seperti jasa pengurusan perusahaan, manajemen, konsultasi, bongkar muat, dan lain-lain. Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut, dan tenaga kerjalah yang bertanggung jawab langsung kepada pemberi kerja.

Page 45: Materi ppn

01/29/15 45

Jasa di bidang Perhotelan

Meliputi:1.Jasa persewaan kamar termasuk

tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

2.Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Page 46: Materi ppn

01/29/15 46

Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum

Meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian lzin Usaha Perdagangan, pembuatan SIM, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

Page 47: Materi ppn

01/29/15 47

PPN ATAS JASA PERDAGANGAN

JASAPERDAGANGAN, MELIPUTI JASA

PEMASARAN,PERANTARA ATAU MENCARIKAN

PENJUAL

JASAPERDAGANGAN, MELIPUTI JASA

PEMASARAN,PERANTARA ATAU MENCARIKAN

PENJUAL

Dasar: Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor:SE-08/PJ.52/1996

a. Pengusaha jasa Perdagangan dan penjual barang selaku

penerima jasa perdagangan berada di dalam Daerah Pabean;

b. Pengusaha jasa perdagangan dan pembeli barang selaku

penerima jasa perdagangan berada di dalam Daerah Pabean;

c. Pengusaha jasa perdagangan berada di luar Daerah Pabean,

sedang penjual barang selaku penerima jasa perdagangan dan

pembeli barang berada di dalamDaerah Pabean;

d. Pengusaha jasa perdagangan berada diluar Daerah Pabean,

sedang pembeli barang selaku penerima jasa perdagangan dan

penjual barang berada di dalam Daerah Pabean;

e. Pengusaha jasa perdagangan dan penjual barang berada di luar

Daerah Pabean, sedang pembeli barang selaku penerima jasa

perdagangan berada di dalam Daerah Pabean;

f. Pengusaha jasa perdagangan dan pembeli barang berada di luar

Daerah Pabean, sedang penjual barang selaku penerima jasa

perdagangan berada di dalamDaerah Pabean.

Jasa Perdagangan adalah Jasa yang diberikan oleh orang atau badan kepada pihak lain, karena menghubungkan pihak lain tersebut kepada pembeli barang pihak lain itu atau menghubungkan pihak lain tersebut kepada penjual barang yang akan dibeli pihak lain itu.

DIKENAKAN PPN

Page 48: Materi ppn

01/29/15 48

PPN ATAS JASA PERDAGANGAN

JASAPERDAGANGAN, MELIPUTI JASA

PEMASARAN,PERANTARA ATAU MENCARIKAN

PENJUAL

JASAPERDAGANGAN, MELIPUTI JASA

PEMASARAN,PERANTARA ATAU MENCARIKAN

PENJUAL

Dasar: Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor:SE-08/PJ.52/1996

g. Pengusaha jasa Perdagangan dan pembeli barang di

dalam daerah pabean, sedang Penjual selaku penerima

Jasa Perdagangan berada di luar daerah pabean tetapi

memiliki BUT di Indonesia, meskipun pembayaran

dilakukan langsung oleh penjual dari luar Daerah

Pabean (tanpa melalui BUT-nya di Indoesia) kepada

Pengusaha Jasa Perdagangan;

h. Pengusaha jasa Perdagangan dan penjual barang di dalam

daerah pabean, sedang Pembeli selaku penerima Jasa

Perdagangan berada di luar daerah pabean tetapi memiliki

BUT di Indonesia, meskipun pembayaran dilakukan

langsung oleh pembeli dari luar Daerah Pabean (tanpa

melalui BUT-nya di Indoesia) kepada Pengusaha Jasa

Perdagangan;

Jasa Perdagangan adalah Jasa yang diberikan oleh orang atau badan kepada pihak lain, karena menghubungkan pihak lain tersebut kepada pembeli barang pihak lain itu atau menghubungkan pihak lain tersebut kepada penjual barang yang akan dibeli pihak lain itu.

DIKENAKAN PPN

Page 49: Materi ppn

01/29/15 49

SKEMA JASA PERDAGANGAN (PENGUSAHA JASA PERDAGANGAN, PENJUAL & PEMBELI DI DAERAH PABEAN

PT APengusaha Jasa

PT BPenjual PT C

Pembeli

Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean

BARANG KENA PAJAK

JKP JKP

Page 50: Materi ppn

01/29/15 50

SKEMA JASA PERDAGANGAN (PENGUSAHA JASA PERDAGANGAN DILUAR DAERAH PABEAN SEDANGKAN PENJUAL & PEMBELI DI DAERAH PABEAN)

Singapore Ltd. CoyPengusaha Jasa

PT BPenjual

PT CPembeli

Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean

BARANG KENA PAJAK

JKP

JKP

Page 51: Materi ppn

01/29/15 51

SKEMA JASA PERDAGANGAN (PENGUSAHA JASA PERDAGANGAN & PENJUALA DILUAR DAERAH, PABEAN PEMBELI DI DAERAH PABEAN)

Singapore Ltd. CoyPengusaha Jasa

PT BPembeli

JAPAN LTD(PENJUAL)

Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean

BARANG KENA PAJAK

JKP

Page 52: Materi ppn

01/29/15 52

Penyerahan Barang Kena Pajak dan Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak(Pasal 1A)

a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;b. Penyerahan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian

leasing dgn hak opsi;c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru

lelang;d. Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma - Cuma;e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;f. Penyerahan BKP dari Kantor Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan

penyerahan BKP antar Cabang;g. Penyerahan BKP secara konsinyasi;h. Penyerahan BKP antar Divisi atau antar Unit dalam sebuah perusahaan

terpadu yang terletak dalam wilayah KPP yang berbeda(PP.143/2000 Jp.

PP. 24/2002;

•Penyerahan BKP :Penyerahan BKP :

Page 53: Materi ppn

01/29/15 53

Penyerahan Barang Kena Pajak dan Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;

b. penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;

c. penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar

cabang bagi PKP yang telah memperoleh izin

pemusatan tempat PPN terutang;

•Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak :Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak :

Page 54: Materi ppn

01/29/15 54

PENYERAHAN JASA KENA PAJAK

Ps. 1 angka 7

SETIAP KEGIATAN PEMBERIAN JASA KENA PAJAK

TERMASUK

PEMAKAIAN SENDIRI JKP PEMBERIAN CUMA-CUMA JKP

OLEH PKP

Page 55: Materi ppn

01/29/15 55

Subjek Pajak

Tidak mesti PKPObjek Pajak :

a. Impor BKP;b. Kegiatan membangun sendiri di

luar kegiatan usaha atau pekerjaannya;

c. Pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabean

PKPObjek Pajak :

a. Penyerahan BKP/JKP di dalam Daerah Pabean oleh pengusa- ha termasuk oleh kerjasama operasi;

b. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean oleh Pengu- saha;

c Penyerahan aktiva yang menu- rut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan apabila Pajak Masukan pada saat pembelian nya menurut ketentuan dapat dikreditkan;

d. Ekspor BKP;

Page 56: Materi ppn

01/29/15 56

Pengusaha Kecilsejak 1 Januari 2004

• Pengusaha kecil tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Namun diperbolehkan untuk menjadi PKP.

• Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003, Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang menyerahkan BKP dan atau JKP s.d. Rp. 600.000.000,00

• Apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka pengusaha ini memenuhi syarat sebagai pengusaha kena pajak sehingga wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya.

Page 57: Materi ppn

01/29/15 57

Pencabutan Pengukuhan PKP

• Apabila pada suatu tahun buku, jumlah peredaran bruto PKP tidak melebih atau memenuhi batas minimal jumlah peredaran bruto yang ditetapkan, PKP tersebut dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP paling lambat satu bulan setelah akhir tahun buku.

• Setelah melakukan pemeriksaan, dalam jangka waktu 2 bulan sejak surat permohonan diterima, Dirjen Pajak harus memberikan keputusan.

• Lewat 2 bulan belum diberikan keputusan, permohonan dianggap dikabulkan.

Page 58: Materi ppn

01/29/15 58

Saat Terutangnya PPN(Psl. 11 UU PPN)

1. Penyerahan BKP- untuk Brg bergerak : Saat penyerahan kepada pembeli/ pihak ke 3 untuk dan atas nama pembeli atau penyerahan kepada juru kirim/pengusaha jasa angkutan- Brg. Tidak bergerak : saat penyerahan hak untuk menggunakan/ menguasai BKP Ybs. Scr hukum atau kenyataan kepada pembeli

2. Penyerahan JKP- saat tersedia fasilitas/kemudahan untuk dipakai secara nyata- saat dilakukan penagihan penggantian- saat pembayaran yang mendahului penyerahan

3. Ekspor BKP- saat BKP dikeluarkan dari Daerah Pabean

4. Impor BKP- saat BKP dimasukan ke dalam Daerah Pabean

Page 59: Materi ppn

01/29/15 59

SAAT TERUTANG PAJAKPasal 11 UU PPN Tahun 2000 – Pasal 13 PP Nomor 143 Tahun 2000

PENYERAHAN BKPPENYERAHAN BKP

Brg. GerakBrg. Gerak

Brg. Tak GerakBrg. Tak Gerak

BerwujudBerwujud

Diserahkan kepada Pembeli / Juru Kirim

Penyerahan Hak Secara Hukum / Nyata

Harga Penyerahan Dinyatakan Sebagai Piutang

Harga Penyerahan Ditagih

Pembayaran Seluruh / Sebagian Pembayaran

Kontrak / Perjanjian Ditandatangani

Tak BerwujudTak Berwujud

Masuk Daerah Pabean IMPOR BKPIMPOR BKP

Mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakaiSecara nyata

PENYERAHAN JKPPENYERAHAN JKP

Page 60: Materi ppn

01/29/15 60

Saat Terutangnya PPN(Pasal 11 UU PPN)

5. Pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud dari luar Daerah PabeanSaat BKP tidak berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean dimanfaatkan di dalam Daerah Pabean.Saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, adalah saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini:1. saat Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak secara

nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut;

2. saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut;

3. saat harga jual Barang Kena Pajak tidak berwujud atau penggantian Jasa Kena Pajak ditagih oleh pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut;

4. saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut;

Page 61: Materi ppn

01/29/15 61

Saat Terutangnya PPN(Pasal 11 UU PPN)

6. Saat PembayaranJika pembayaran diterima sebelum penyerahan

7. Penyerahan BKP tidak berwujud di Dalam Daerah Pabean- saat dinyatakan sebagai piutang- saat penagihan- saat diterima pembayaran- saat kontrak ditandatangani

8. Aktiva perusahaan dan persediaan BKP pada saat pembubaran– saat akte pembubaran ditandatangani oleh Notaris– kenyataan bubar atau sudah tidak melakukan kegiatan usaha

berdasarkan hasil pemeriksaan atau data/dokumen yang ada– berdasarkan penetapan pengadilan yang menyatakan perseroan

dibubarkan– Berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan

dalam Anggaran Dasar

Page 62: Materi ppn

01/29/15 62

Saat Terutangnya PPN(Pasal 11 UU PPN)

9. Pada saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan

– Termasuk disini contohnya adalah saat terutang PPN atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dari debitur kepada kreditur (Bank Kreditur atau BPPN) dalam rangka program BPPN, Indonesia Debt Restructuring Agency (INDRA) atau Prakarsa Jakarta yang merupakan penyerahan sementara dan bukan untuk dimiliki adalah penyerahan yang belum terutang PPN.

– Saat Terutang PPN adalah pada saat penyerahan aktiva dari Bank Kreditur dan atau BPPN dan atau melalui Juru Lelang kepada pembeli sebenarnya. Dalam hal aktiva tersebut tidak dialihkan dalam jangka waktu 5 tahuns sejak penyerahan dari debitur, maka Bank Kreditur atau BPPN dianggap telah menerima penyerahan aktiva tersebut sehingga terutang PPN.

Page 63: Materi ppn

01/29/15 63

Tempat PPN Terutang(Pasal 12 UU PPN)

1. Penyerahan di dalam Daerah Pabean :Pajak terutang di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan yaitu di tempat usaha dikukuhkan atau seharusnya dikukuhkan.

2. Impor BKP :Pajak terutang di tempat BKP dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.

3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar DaerahPabean di dalam Daerah Pabean:Di tempat Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan, Yg memanfaatkan , atau terdaftar sb. WP

4. Kegiatan membangun sendiri di luar kegiatan usaha/pekerjaannya:Tempat terutang di tempat bangunan didirikan

4. Ditentukan lain oleh DJP atas permintaan PKP/secara jabatan

Page 64: Materi ppn

01/29/15 64

TEMPAT TERUTANG PAJAKPasal 11 UU PPN Tahun 2000 – Pasal 13 PP Nomor 143 Tahun 2000

Tempat tinggal/tempat kedudukan danTempat kegiatan usaha

Tempat tinggal/tempat kedudukan danTempat kegiatan usaha

ATAU

Tempat tinggal/tempat kedudukan danTempat kegiatan usaha

Tempat tinggal/tempat kedudukan danTempat kegiatan usaha

KEP – 525/PJ./2000KEP – 525/PJ./2000

PENYERAHAN BKP/JKP

EKSPOR BKP

BKP TAK BERWUJUD /

JKP DARI LUAR PABEAN

PENYERAHAN BKP/JKP

EKSPOR BKP

BKP TAK BERWUJUD /

JKP DARI LUAR PABEAN

Tempat BKP dimasukkanTempat BKP dimasukkanIMPORIMPOR DJBCDJBC

PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

Dirjen PajakDirjen Pajak KAKANWILKAKANWIL

Page 65: Materi ppn

01/29/15 65

Pemusatan Tempat PPN terutang(Pasal 12 (2) UU PPN)

a. Pemusatan secara otomatis/ Scr. Jabatan, yaitu bagi PKP yang dikukuhkan di KPP WP Besar, KPP BUMN, KPP PMA; KPP Madya;

b. Pemusatan melalui permohonan atau melalui pemberitahuan (KEP-128/PJ./2003):- melalui pemberitahuan bagi PKP

yang menyampaikan SPT dengan e-efiling (menyampaikan

SPT) melalui internet baik induk

maupun lampiran).- melalui permohonan, yaitu bagi

PKP selain menyampaikan SPTnya dengan e-filing.

Ada dua Jenis Pemusatan

Page 66: Materi ppn

01/29/15 66

Persyaratan Pemusatan(KEP-128/PJ./2003)

• Administrasi penjualan dan pembelian dilakukan oleh tempat pemusatan;

• Fungsi tempat dipusatkan hanya melakukan penyerahan BKP atau JKP kepada pembeli atas perintah tempat pemusatan;

• Semua Faktur Pajak dan Faktur Penjualan diterbitkan oleh tempat pemusatan, kecuali dicetak berdasarkan data yang diinput secara on line dari tempat pemusatannya.

• Tempat dipusatkan hanya mengadministrasi persediaan dan administrasi kegiatan perolehan BKP/JKP untuk keperluan operasional kantor ybs. Yang dananya dari kas kecil.

• Khusus untuk PKP Pedagang eceran dapat dikabulkan jika kegiatan dan administrasi pembelian untuk jaringan penjualan yang tersebar di berbagai tempat, dipusatkan di tempat pemusatan yang dimohonkan.

Page 67: Materi ppn

01/29/15 67

Prosedur Pemusatan (KEP-128/PJ./2003)

• Bagi yang SPT-nya tidak e-filing:1. PKP mengajukan permohonan secara tertulis kepada DJP c.q. Kakanwil yang membawahi KPP tempat pemusatan diinginkan paling lambat tiga bulan sebelum dimulai pemusatan yang memuat keterangan :

- Nama, alamat, dan NPWP tempat kegiatan penyerahan BKP dan atau JKP yang dipusatkan dan pusat;- Tanggal yang diinginkan untuk dimulainya pemusatan- Pernyataan PKP bahwa sistem administrasinya telah sesuai dengan persyaratan pemusatan tempat PPN terutang.

2. Kakanwil DJP memerintahkan ke KPP tempat yang akan dipusatkan untuk melakukan PSL dan dalam waktu paling lambat 2 bulan harus ada laporan hasil pemeriksaan;

3. Berdasarkan LHP, Paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterimalengkap Kakanwil menerbitkan keputusan.

Page 68: Materi ppn

01/29/15 68

Prosedur Pemusatan

• Bagi yang SPT-nya e-filing :1. PKP mengajukan pemberitahuan tertulis kepada DJP c.q. Kakanwil yang membawahi KPP tempat pemusatan diinginkan paling lambat iga bulan sebelum dimulai pemusatan yang memuat keterangan :– Nama, alamat, dan NPWP tempat kegiatan penyerahan BKP dan atau

JKP yang dipusatkan dan pusat;– Tanggal yang diinginkan untuk dimulainya pemusatan– Melampirkan fotokopi dan memperlihatkan yang asli berita acara

penyampaian SPT Masa PPN dengan e-filing bagi tempat masa pajak yang dipusatkan.

2. Kakanwil atas nama Dirjen Pajak menerbitkan keputusanpaling lambat 14 hari sejak tanggal diterimanya pemberitahuan.

Page 69: Materi ppn

01/29/15 69

Faktur Pajak(Psl 13 UU PPN)

• Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh DJBC.

Page 70: Materi ppn

01/29/15 70

Jenis Faktur Pajak

Faktur Pajak dikategorikan menjadi tiga :1. Faktur pajak Standar *)2. Faktur Pajak Sederhana3. Faktur Pajak Gabungan, sebenarnya Faktur

Pajak Standar yang digunakan untuk semua penyerahan BKP/JKP kepada satu pembeli dalam satu bulan

*) Ada dokumen-dokumen tertentu sebagai Faktur Pajak Standar

Page 71: Materi ppn

01/29/15 71

KEP-549/PJ./2000 stdd PER-59/PJ./2005Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran,

Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

SE 01/PJ.9/1995

Penggantian/Pemberian Kode Seri Faktur Pajak

DASAR HUKUM FAKTUR PAJAK STANDAR (Existing)

Pasal 13 ayat (4) UU PPN

Page 72: Materi ppn

01/29/15 72

FAKTUR PAJAK STANDARPs. 13 ayat (5)

HARUS DICANTUMKAN PALING SEDIKIT :

NAMA, ALAMAT, NPW YANG MENYERAHKAN BKP/JKP

NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP / PENERIMA JKP

JENIS BARANG/JASA, JUMLAH HARGA JUALATAU PENGGANTIAN & POTONGAN HARGA

PPN YG DIPUNGUT

PPn BM YG DIPUNGUT

KODE, NO. SERI & TGL. PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

NAMA, JABATAN & TANDA TANGAN YG BERHAKMENANDATANGANI FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK HARUS DIISI DENGAN LENGKAP, JELAS, DAN BENAR BAIK FORMAL MAUPUN MATERIIL & DITANDATANGANI OLEH PEJABAT YANG

DITUNJUK OLEH PKP UNTUK MENANDATANGANINYA

Page 73: Materi ppn

01/29/15 73

ABCDE - 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0

KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR (Sebelum 01 Januari 2007)

Kode Huruf Kode KPP Nomor Urut

Kelemahan : Belum ada pengawasan penggunaan Kode dan

Nomor Seri FP Standar Belum ada penatalaksanaan bila FP Standar

dibatalkan

Page 74: Materi ppn

Hal-74

PERUBAHAN KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

STANDARDalam rangka : memberikan kemudahan dan kepastian

hukum kepada PKP dalam membuat Faktur Pajak Standar

Mengoptimalkan kegunaan sistem faktur pajak yang dianut dalam UU PPN, dengan dukungan teknologi informasi

Page 75: Materi ppn

01/29/15 75

Membuat Rancangan Per Dirjen Pajak sebagai pengganti KEP-549/PJ./2000 stdd PER-59/PJ./2005, inti perubahan :

Mengganti Kode Seri FP Standar (semula diatur di SE-01/PJ.9/1995) Kode FP Standar berbasis ITmengutamakan sequence & pengawasanMengatur Penatalaksanaan FP Standar Pengganti dan Pembatalan FP Standar

Mengatur masalah sanksi

PERUBAHAN KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR

Page 76: Materi ppn

01/29/15 76

0 0 0 . 0 0 0 – 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0

KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR

Kode Transaksi

Kode Status

Tahun Penerbitan Nomor Urut

Nomor Seri FP StandarKode FP Standar

Kode Cabang

Page 77: Materi ppn

01/29/15 77

Kode Transaksi :01-kepada Selain Pemungut PPN02-kepada Pemungut Bendaharawan03-kepada Pemungut PPN lainnya 04-yg mnggnkn DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN05-yg PM-nya diDeemed kpd Selain Pemungut PPN06-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN07-yang PPN-nya TDP kpd Selain Pemungut PPN08-yg dibbskan dr pengenaan PPN kpd Selain Pemungut PPN09-pnyrhn Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN

Kode Status :0 – Normal1 - Penggantian

KODE FAKTUR PAJAK STANDAR

Page 78: Materi ppn

01/29/15 78

Contoh penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar

– 010.000-07.00000001, berarti penyerahan kepada Selain Pemungut PPN, Faktur Pajak Standar Normal (bukan Faktur Pajak Standar Pengganti), diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 1.

– 011.000-07.00000005, berarti penyerahan kepada Selain Pemungut PPN, Faktur Pajak Standar Pengganti. Faktur Pajak Standar Pengganti diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 5. Dalam hal ini Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang diganti harus dicantumkan dalam kolom yang telah disediakan (yaitu kolom Kode dan Nomor Seri FP yang diganti).

Page 79: Materi ppn

01/29/15 79

Contoh penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar

• 010.000-07.00000001, berarti penyerahan kepada Selain Pemungut PPN, status Faktur Pajak Standar adalah Normal, dilakukan oleh Kantor Pusat, diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 1.

• 020.000-07.00000002, berarti penyerahan kepada Pemungut Bendaharawan Pemerintah, status Faktur Pajak Standar adalah Normal, dilakukan oleh Kantor Pusat, diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 2.

• 010.001-07.00000001, berarti penyerahan kepada Selain Pemungut PPN, status Faktur Pajak Standar adalah Normal, dilakukan oleh Kantor Cabang ke-1 (satu), diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 1.

• 020.001-07.00000002, berarti penyerahan kepada Pemungut Bendaharawan Pemerintah, status Faktur Pajak Standar adalah Normal, dilakukan oleh Kantor Cabang ke-1 (satu), diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 2.

• 020.000-07.00000003, berarti penyerahan kepada Pemungut Bendaharawan Pemerintah, status Faktur Pajak Standar adalah Normal, dilakukan oleh Kantor Pusat, diterbitkan tahun 2007 dengan nomor urut 3.

Page 80: Materi ppn

Hal-80

Saat Pembuatan FP Standar, paling lambat :

1. akhir bln berikutnya setelah bln pnyrhn dlm hal pmbyrn diterima setelah akhir bln berikutnya setelah bulan pnyrhn

2. saat penerimaan pmbyrn dlm hal pmbyrn terjadi sebelum akhir bln berikutnya setelah bln pnyrhn;

3. saat penerimaan pmbyrn dlm hal penerimaan pmbyrn terjadi sebelum pnyrhn;

4. pada saat penerimaan pmbyrn termin dlm hal pnyrhn sebagian tahap pekerjaan; atau

5. pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut PPN

KETENTUAN PENTING

Page 81: Materi ppn

Hal-81

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Saat Pembuatan FP Gabungan :

1. pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan, dalam hal pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi setelah berakhirnya bulan penyerahan; atau

2. pada akhir bulan penyerahan, dalam hal pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi sebelum berakhirnya bulan penyerahan

Page 82: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 82

ILUSTRASI: MEKANISME PENERBITAN FAKTUR PAJAK STANDAR

PENYERAHAN BKP

21/1 28/2 31/3

PPN TELAH TERUTANG

BATAS AKHIR PENERBITAN

FAKTUR PAJAK

PELUNASAN HARGA BKP

PPN TERUTANG = 10% X HARGA JUAL BARANG

SUDAH TIDAK DITERBITKAN

FP LAGI

Page 83: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 83

ILUSTRASI: MEKANISME PENERBITAN FAKTUR PAJAK STANDAR

UANG MUKA

PPN TERUTANG DIPUNGUT DENGAN

FP TGL. 21/1

PENYERAHAN BKP

21/1 12/2 31/3 12/4

PPN TERUTANG

ATAS SELURUH HARGA JUAL

BARANG

BATAS AKHIR PENERBITAN

FAKTUR PAJAK

PELUNASAN HARGA BKP

PPN TERUTANG = HARGA JUAL

BARANG – UANG MUKA

SUDAH TIDAK DITERBITKAN

FP LAGI

Page 84: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 84

CONTOH PEMBUATAN FAKTUR PAJAK STANDAR

PT TUNJUNG membeli dua unit truck”SENTOSA” dari PT KENCANA selaku dealer mobil dengan harga jual Rp 200.000.000. Pada tanggal 21 Januari 2007 dibayar uang muka 20%, sisanya dibayar 5 (lima) kali angsuran dalam jumlah yang sama tiap 2 bulan dimulai tanggal 12 Februari 2007, pada saat mobil diserahkan sebagai berikut:

1) 12 Februari 2007, Angsuran 1 Rp 32.000.000,00 kedua mobil diserahkan.2) 12 April 2007, Angsuran II Rp 32.000.000,003) 12 Juni 2007, Angsuran III Rp 32.000.000,004) 12 Agustus 2007, Angsuran IV Rp 32.000.000,005) 12 Oktober 2007, Angsuran V Rp 32.000.000,00

Page 85: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 85

MEKANISME PEMUNGUTAN PPN YANG TERUTANG

UANG MUKA Rp 40 juta

ANGSURAN II, III, IV, V Rp 32 juta

PPN TERUTANG= Rp 4 JUTA, PPN

DIPUNGUT DENGAN FP 21/1 =

Rp 4 JUTA

PPN terutang = 10% x (Rp 200 juta- Rp 40 juta) = Rp 16 jutaPPN dipungut dengan FP 12/2 = 10% x Rp 32 juta = RP 3,2 juta

ANGSURAN Rp 32 juta TRUK

DISERAHKAN

21/1 12/2 31/3 12/4 12/6 12/8 12/10

Selambat-lambatnya dibuat FP 31/3 dengan PPN=10%x (Rp 200 juta-Rp 40 juta-Rp 32juta)= Rp

12,8 juta

PENYERAHAN BKP

Page 86: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 86

CONTOH PENERBITAN FP STANDAR DALAM HAL PENYERAHAN JASA

1. 1 April 2007, perjanjian pemborongan ditandatangani dan diterima uang muka 20%.

2. 2 Mei 2007, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran tahap I.3. 2 Juli 2007, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran tahap II.4. 2 September 2007, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran

tahap III.5. 2 November 2007, pekerjaan selesai 100%, bangunan diserahkan.6. 2 Januari 2008, diterima pembayaran tahap IV sebesar 95% dari

harga borongan.7. 1 April 2008, diterima pembayaran tahap V, pelunasan seluruh

jasa pemborongan.

Page 87: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 87

Uang Muka: 1 April 2007

Tahap I: 2 Mei 2007,selesai 20%

Tahap II: 2 Juli 2007,selesai 50%

Tahap III: 2 Sept. 2007,selesai 80%

Pekerjaan selesai 100%Bangunan diserahkan 2/11/2007

Tahap IV: 2 Jan 2008

Tahap V 1 April 2008

CONTOH PENERBITAN FP STANDAR DALAM HAL PENYERAHAN JASA

Pembayaran sebelum dilakukan penyerahan, pajak terutang pada saat pembayaran, FP dibuat pada saat pembayaran

Penyerahan JKP

FP dibuat pada selambat-lambatnya pada tgl. 31/12/2007

PENYERAHAN KEPADA NON PEMUNGUT PPN PENYERAHAN KEPADA

PEMUNGUT PPN

1. Pajak terutang pada saat pembayaran

2. FP dibuat pada saat penagihan

3. SSP diisi pada saat penagihan

Page 88: Materi ppn

©2004 Ikatan Akuntan Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM, Andik Tri Sulistyono,Ak 1 - 88

FP

KEWAJIBAN PKP REKANAN DALAM PEMUNGUTAN PAJAK OLEH WAPU

Ps.16A UU PPN 1984 Jo.KEPMENKEU No.536/KMK.03/2003

PENYER.BKP/JKPKEPADA WAPU

PENAGIHANKEPADA WAPU

PEMBAYARANDARI WAPU

12/1/2007 18/2/2007 16/4/2007

MEMBUAT:1. FP 18/2/2004 DIISI LENGKAP2.SSP DIISI:• IDENTITAS• JML PAJAK

FP:Lbr 1: utk pemungut PPNLbr2: Arsip PKPLbr3 : utk KPP melalui Pemungut PPN

SSP

SPT MASA PPNFEBRUARI 2004

FP Dilaporkan oleh PKP

PENYETORAN PPNOLEH WAPU

7/5/2007

Page 89: Materi ppn

Hal-89

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Bentuk dan Ukuran :Disesuaikan kep. PKP, dpt ditambah keterangan lainLamp.IA utk mata uang rupiahLamp.IB utk mata uang asing dan/atau rupiah

PengadaanDilakukan oleh PKP2 rangkap (lb 1 utk Pembeli, lb.2 utk Penjual)

Dapat dibuat lebih dari 2, dinyatakan secara jelas peruntukannya dlm lembar FP Std ybs.

Tata Cara Pengisian Ket. pada FP Std Lamp.II

FP Penjualan yg :- Memuat ket sesuai Ps.13 ayat (5) UU PPN- Pengisian sesuai Lamp.II = FP Standar

Page 90: Materi ppn

Hal-90

Tata Cara Penerbitan FP Standar :

1. Kode Transaksi2. Kode Status3. Kode Cabanga. Bagi PKP tertentu:

a. PKP yg dipusatkan sec jabatan di KPP Modern yang belum online penerbitan FP Std Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya;

b. dan/atau ada yang ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau berada di Pulau Batam dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor);

• Maka kode cabang ditentukan sendiri KP 000, Kcab mulai 001• Dapat ditambah dan/atau dihentikan penggunaannya• Tidak boleh diubah peruntukannya dan yang sudah dihentikan penggunaannya

tidak boleh digunakan lagib. Selain PKP tertentu, Kode Cabang diisi 000

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Page 91: Materi ppn

Hal-91

• Untuk pertama kali sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, Pengusaha Kena Pajak dapat mengurutkan Kode Cabang menurut cara yang dianggap paling mudah, namun untuk penambahan Kode Cabang baru setelah berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini Pengusaha Kena Pajak dapat mengurutkan Kode Cabang berdasarkan tanggal pengukuhan masing-masing Kantor Cabang.

• Contoh : Pengusaha Kena Pajak memiliki Cabang 3 di Surabaya, 3 di Medan, 1 di Batam berstatus sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan Pusatnya ada di Menado, maka Pengusaha Kena Pajak dapat menentukan Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak Standar sebagai berikut :

Pengaturan Kode Cabang bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu

No. Kantor Pusat/Cabang Tanggal Pengukuhan PKP

Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak Standar

1. Menado 5 Agustus 2000 ’000’

2. Cabang Surabaya 1 10 Desember 2000 ’001’

3. Cabang Surabaya 2 25 Januari 2003 ’002’

4. Cabang Medan 1 1 Januari 2001 ’003’

5. Cabang Medan 2 15 April 2003 ’004’

6. Cabang PDKB Batam 23 Juli 2003 ’005’

7. Cabang Surabaya 3 15 Januari 2007 ’006’

8. Cabang Medan 3 15 Februari 2007 ’007’

Page 92: Materi ppn

Hal-92

Tata Cara Penerbitan FP Standar :Dalam masa peralihan, bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pemusatan tempat pajak terutang yang keputusan pemusatannya diterbitkan sebelum Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku, namun :

− sistem penerbitan Faktur Pajak Standar-nya belum online antara Kantor Pusat dan Kantor-kantor Cabang-nya; dan/atau

− Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada yang ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau berada di Pulau Batam dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor;

maka pengisian Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak Standar dilakukan sama dengan pengisian Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak Standar yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Tertentu sampai dengan berakhirnya masa berlaku pemusatan sepanjang sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemusatan tempat pajak terutang.

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Page 93: Materi ppn

01/29/15 93

4. Tahun PenerbitanTahun Penerbitan yang digunakan pada Nomor Seri Faktur Pajak Standar ditulis dengan mencantumkan dua digit terakhir dari tahun diterbitkannya Faktur Pajak Standar, contohnya tahun 2007 ditulis ‘07’.

5. Nomor Urut• Penulisan sesuai banyaknya digit. • Urut tanpa membedakan Kode Transaksi, Kode Status dan mata uang

yg digunakan.• Dimulai dari 1 tiap awal tahun takwim (termasuk bagi PKP tertentu di

KP dan Kcab-nya), kec bagi PKP yang baru dikukuhkan • Apabila sebelum awal tahun takwim berikutnya. Nomor Urut telah habis,

PKP dapat mulai dari 1 (termasuk bagi PKP tertentu di KP dan Kcab-nya) dan memberitahukan ke KPP. Pada awal tahun takwim berikutnya, Nomor Urut dimulai dari 1 kembali.

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Page 94: Materi ppn

01/29/15 94

Contoh bagi Nomor Urut telah habis digunakan oleh Pengusaha Kena Pajak

No. Kantor Pusat/Cabang Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak

Standar

Tahun Takwim

Nomor Urut yang telah diterbitkan s.d.

tanggal 16 November 2007

1. Menado ’000’ 2007 00000001 s.d. 00000040

2. Cabang Surabaya 1 ’001’ 2007 00000001 s.d. 00050001

3. Cabang Surabaya 2 ’002’ 2007 00000001 s.d. 9999999900000001 s.d. 00000020

4. Cabang Medan 1 ’003’ 2007 00000001 s.d. 00004979

5. Cabang Medan 2 ’004’ 2007 00000001 s.d. 00099998

6. Cabang PDKB Batam ’005’ 2007 00000001 s.d. 00040005

7. Cabang Surabaya 3 ’006’ 2007 00000001 s.d. 9999999900000001 s.d. 00000035

8. Cabang Medan 3 ’007’ 2007 00000001 s.d. 05000005

Page 95: Materi ppn

01/29/15 95

6. Penandatanganan• PKP memberitahukan Pejabat yg ditunjuk (dapat lebih dari

1) dan contoh tanda tangannya, paling lambat sebelum menandatangani

• PKP memberitahukan bila ada perubahan• PKP OP yg tidak memiliki struktur org yg FP-nya

ditandatangani oleh Kuasa wajib memberitahukan + surat kuasa.

• Pejabat yg ditunjuk termasuk Pejabat di Cabang yg menandatangani FP yg diterbitkan secara online

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Page 96: Materi ppn

Hal-96

KETENTUAN PENTING (cont’d)

SANKSI (Ps. 14 ayat (4))1. PKP menerbitkan FP Cacat :FP yg tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dlm Psl 13 ayat (5) UU PPN.

Termasuk didalamnya : • FP yang PKP-nya (PKP tertentu) tlbt atau tidak

memberitahukan penggunaan Kode Cabang (termsk bila ada penambahan atau penghentian penggunaan Kode Cabang) s.d. diterimanya pemberitahuan

• FP yang PKP-nya (selain PKP tertentu) yang menggunakan Kode Cabang selain 000

• FP No Urut 1 tidak di awal th takwim, yg PKP-nya tidak atau terlambat memberitahukan s.d. MsPj Desember atau diterimanya pemberitahuan

Page 97: Materi ppn

Hal-97

KETENTUAN PENTING (cont’d)

• FP ditandatangani oleh Pejabat yg ditunjuk atau Kuasa yg PKP-nya tidak atau terlambat memberitahukan, s.d. diterimanya pemberitahuan.

• Utk pertama kali, jk waktu penyampaian pemberitahuan penggunaan Kode Cabang dan/atau Pejabat atau Kuasa yang ditunjuk adalah s.d. 20 Januari 2007

2. PKP menerbitkan FP Standar setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak Standar seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan FP Standar

Konsekuensi bagi PKP Pembeli :tidak dapat mengkreditkan sebagai Pajak Masukan

Page 98: Materi ppn

Hal-98

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Tata Cara Penggantian FP Std yang cacat, rusak, salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan

Lamp.VII huruf A

Tata Cara Penggantian FP Std yang hilangLamp. VII huruf B

Tata Cara Pembatalan FP StdLamp. VII huruf C

Page 99: Materi ppn

01/29/15 99

Tata Cara Penggantian FP Std yang cacat, rusak, salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan

Atas permintaan Pengusaha Kena Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau atas kemauan sendiri, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat Faktur Pajak Standar Pengganti terhadap Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan.

Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan tidak diperkenankan dengan cara menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud dalam butir 1.

Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar Pengganti di laksanakan seperti penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar yang biasa sesuai dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang telah ditetapkan pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Page 100: Materi ppn

01/29/15 100

Tata Cara Penggantian FP Std yang cacat, rusak, salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan

Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam penulisan atau salah dalam pengisian tersebut.

Pada Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti dapat diisi dengan cara manual.

Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak Standar tersebut.

Page 101: Materi ppn

01/29/15 101

Tata Cara Penggantian FP Std yang cacat, rusak, salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan

1 Faktur Pajak Standar Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada :

a Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak Standar yang diganti, dengan mencantumkan nilai setelah penggantian; dan

b Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak Standar Pengganti tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN dan PPn BM, untuk menjaga urutan Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak.

2 Pelaporan Faktur Pajak Standar Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 7 huruf a dan b, harus mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang diganti pada kolom yang telah ditentukan.

Page 102: Materi ppn

Hal-102

Tata Cara Pembatalan FP Std :

Pembatalan harus didukung oleh bukti atau dokumen PKP Penjual harus memiliki bukti dari PKP Pembeli yang menyatakan

bahwa transaksi dibatalkan PKP Penjual harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari FP

Std yg dibatalkan ke KPP Penjual dan ke KPP Pembeli. Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan FP Std yg dibatalkan di dalam

SPT Masa PPN, maka PKP harus tetap melaporkan dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn BM.

Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan Faktur Pajak Standar tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak Keluaran, maka PKP Penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan tersebut dan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn BM.

Dalam hal PKP Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak Masukan, maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN

Page 103: Materi ppn

Hal-103

TATA CARA PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK STANDAR YANG HILANG

1Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dapat mengajukan permohonan tertulis untuk meminta copy dari Faktur Pajak Standar yang hilang kepada Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dengan tembusan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dikukuhkan dan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan.

2Berdasarkan permohonan dari Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat copy dari arsip Faktur Pajak Standar yang disimpan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak, untuk dilegalisir oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan.

Copy dibuat dalam rangkap 2 (dua), yaitu :

- Lembar ke-1 :diserahkan ke Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak melalui Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak.

- Lembar ke-2:arsip Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan

Page 104: Materi ppn

Hal-104

KETENTUAN PENTING (cont’d)

• Penerbitan FP Std Pengganti atau pembatalan FP Std, hanya dapat dilakukan paling lambat 2 tahun sejak diterbitkan sepanjang belum dilakukan pemeriksaan dan belum dibebankan sebagai biaya

• Sebagai konsekuensi, PKP Penjual harus melakukan pembetulan terhadap SPT Masa PPN dimana FP Standar yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan.

• Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP yang telah melakukan pengkreditan PM atas PPN pada FP Standar yang diganti atau dibatalkan oleh PKP Penjual, harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN dimana FP Standar yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan dan belum dibebankan sebagai biaya.

Page 105: Materi ppn

Hal-105

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Ketentuan Peralihan :Atas penyerahan sebelum berlakunya PerDirjen yg

FP Standar-nya blm diterbitkan, maka penerbitannya menggunakan Kode dan No Seri yang baru

Atas perolehan sebelum berlakunya PerDirjen yg msh menggunakan Kode dan No Seri yang lama, namun FP Standar-nya diterima/dilaporkan sesudah berlakunya PerDirjen, maka PKP Pembeli tetap dapat mengkreditan, spj sesuai kettn.

Penerbitan FP Standar Pengganti atas FP Standar yang telah diterbitkan sebelum PerDirjen berlaku, wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang baru

Page 106: Materi ppn

Hal-106

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Ketentuan Peralihan : Bagi PKP yg melakukan pemusatan tempat pajak terutang

(sukarela) dan kep. pemusatannya diberikan sebelum PerDirjen berlaku, namun sistem penerbitan FP Standar-nya belum online antara KP dan KCab-nya; dan/atau KP dan/atau KCab-nya ada yang ditetapkan sebagai PKB dan/atau PDKB dan/atau berada di Pulau Batam dan/atau mendapat fasilitas KITE, maka tata cara pengisian Kode Cabangnya sama dengan tata cara pengisian Kode Cabang yang dipusatkan secara jabatan di KPP Modern, s.d. berakhirnya masa berlaku pemusatan sepanjang sesuai dengan ketentuan

Untuk pertama kali, jangka waktu penyampaian pemberitahuan penggunaan Kode Cabang serta Pejabat atau Kuasa yg ditunjuk utk menandatangani FP Standar adalah 20 Januari 2007

Page 107: Materi ppn

Hal-107

KETENTUAN PENTING (cont’d)

Ketentuan yang dicabut :

Keputusan Direktur jenderal Pajak nomor KEP-549/PJ./2000 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PER-59/PJ./2005

KEP-424/PJ./2002 tentang Penerbitan dan Pengkreditan Faktur Pajak yang Dibuat Tidak Tepat Waktu.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.9/1995 tentang Penggantian/Pemberian Kode Seri Faktur Pajak

Page 108: Materi ppn

01/29/15 108

Penerbitan Faktur Pajak Secara On-line oleh Kantor Cabang(PER-59/PJ./2005, Perubhn ketiga KEP-549))

• FP. dapat dicetak scr. On-line oleh K-Cabang.• Penandatgnan dpt dilakukan oleh pejabat di K-Cabang

dengan surat kuasa khusus dari pejabat yang berhak td.tgn.

• Surat Kuasa tersebut paling sedikit memuat :– Nama, jabatan,dan td.tgn. Pejabat KP dan Pejabat KC;– Masa berlaku surat kuasa (berlaku tahun, jika

habis/perubahan pejabat di KC dibuat Surat Kuasa baru);

– PKP wajib menyampaikan surat kuas khusus kepada KPP tempat PKP dikukuhkan.

Page 109: Materi ppn

01/29/15 109

Faktur Pajak Standar cacat

• Akibat Faktur Pjak Standar yang cacat adalah :

- Penerbit Faktur dapat dikenakan sanksi

administrasi berupa denda 2% dari DPP

(Pasal 14 UU KUP);

- PKP pembeli tidak dapat mengkreditkan

PPN yang dipungut dengan Faktur Pajak

tersebut.

Page 110: Materi ppn

01/29/15 110

Sebab-sebab Faktur Pajak Standar Cacat

• Tidak memenuhi kriteria unsur-unsur minimal yang harus ada pada pasal 13 ayat (5) UU PPN.

• Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 3.f.1.1. yang Pengusaha Kena Pajak-nya tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan penggunaan Kode Cabang, termasuk apabila ada penambahan atau penghentian penggunaan Kode Cabang sampai dengan diterimanya pemberitahuan. Untuk pertamakali sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006, Pengusaha Kena Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan penggunaan Kode Cabang pada Kode Faktur Pajak Standar sampai dengan tanggal 20 Januari 2007, maka Faktur Pajak Standar yang diterbitkan sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan Faktur Pajak Cacat.

Page 111: Materi ppn

01/29/15 111

Sebab-sebab Faktur Pajak Standar Cacat

– Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 3.f.1.2. yang menggunakan Kode Cabang selain dari Kode Cabang yang telah ditetapkan.

– Faktur Pajak Standar yang pada awal tahun takwim bulan Januari atau pada Masa Pajak saat Pengusaha Kena Pajak pertama kali dikukuhkan tidak diterbitkan mulai dari Nomor Urut 1 (satu), termasuk Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang

– Faktur Pajak Standar yang diterbitkan mulai dari Nomor Urut 1 (satu) sebelum Masa Pajak Januari tahun takwim berikutnya yang Pengusaha Kena Pajak-nya tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan sampai dengan Masa Pajak Desember atau sampai dengan diterimanya pemberitahuan, termasuk Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang

Page 112: Materi ppn

01/29/15 112

Sebab-sebab Faktur Pajak Standar Cacat

– Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan mengenai pejabat atau kuasa yang berhak menandatangani Faktur Pajak Standar sampai dengan diterimanya pemberitahuan, termasuk apabila terdapat perubahan pejabat atau kuasa. Untuk pertamakali sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006, Pengusaha Kena Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan mengenai pejabat atau kuasa yang berhak menandatangani Faktur Pajak Standar sampai dengan tanggal 20 Januari 2007, maka Faktur Pajak Standar yang diterbitkan sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan Faktur Pajak Cacat.

– Pengusaha Kena Pajak menerbitkan Faktur Pajak Standar setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak Standar seharusnya dibuat dan Pengusaha Kena Pajak tersebut dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak Standar

Page 113: Materi ppn

01/29/15 113

Dokumen Tertentu Sebagai Faktur Pajak Standar (KEP-522/PJ./2000 Jo KEP-312/PJ./2002

1. PIB dan SSPCP untuk impor BKP;2. PEB yg telah difiat muat yang dilampiri dgn invoice (Bill of

Lading);3. SPPB (Surat Perintah Pengiriman Barang) dari BULOG/DOLOG

untuk penyaluran gula pasir dan tepung terigu;4. PNBP (Paktur Nota Bon Penyerahan) yang dikeluarkan oleh

pertamina untuk penyerahan BBM atau bukan BBM;5. Tanda pembayaran atau kuitansi atas penyerahan jasa

telekomunikasi;6. Tiket dan surat muatan udara (air waybill), deliveri bill, yg dibuat

untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;7. SSP atas pembayaran PPN atas pemanfaatan JKP dan atau BKP

tidak berwujud dari luar Daerah Pabean;8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk jasa

kepelabuhanan;9. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.

Page 114: Materi ppn

01/29/15 114

Keterangan yang ada pada dokumen tertentu sbg Faktur Pajak Standar

Sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen;

b. Nama, alamat dan NPWP penerima dokumen;

c. Jumlah satuan apabila ada;

d. Dasar Pengenaan Pajak;

e. Jumlah Pajak yang terutang.

Page 115: Materi ppn

01/29/15 115

Faktur Pajak Sederhana(KEP-524/PJ./2000 Jo. KEP-128/PJ./2004)

• PKP dapat membuat Faktur Pajak Sederhana dengan syarat: - penyerahan BKP dan atau JKP yang dilakukan

secara langsung kepada konsumen akhir, atau- penyerahan BKP dan atau JKP kepada pembeli

BKP dan atau penerima JKP yang nama, alamatatau NPWP tidak diketahui.

• FP Sederhana dibuat pada saat penyerahan BKP/JKP.

• FP Sederhana dibuat dua lembar/bagian.

Page 116: Materi ppn

01/29/15 116

Muatan FP Sederhana

Paling Sedikit Memuat :• Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP dan atau

JKP;• Jenis dan kuantum BKP dan atau JKP yangdiserahkan;• Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk

PPN atau besarnya PPN dicantumkan secara terpisah;• Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana

Page 117: Materi ppn

01/29/15 117

- bon kontan,

- faktur penjualan,

- segi kas register,

- karcis,

- kuitansi, atau

- tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis

Jenis Faktur Pajak Sederhana

Page 118: Materi ppn

01/29/15 118

Larangan membuat Faktur Pajak(Pasal 14 Undang-undang PPN)

• Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP membuat Faktur Pajak.• Dalam hal pengusaha tersebut menerbitkan Faktur Pajak maka pengusaha

dimaksud wajib menyetor pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak ke kas negara

1. Tidak dikukuhkan tapi membuat; 2. PKP tidak membuat/membuat

Faktur Pajak tapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya.

Dilarang

Sanksi

Dikenakan Sanksi AdministrasiSebesar 2% dari DPP

Page 119: Materi ppn

01/29/15 119

Nota Retur

• Nota Retur dibuat apabila PKP pembeli mengembalikan BKP.

• Fungsi Nota Retur :

- mengurangi Pajak Masukan bagi PKP pembeli

- mengurangi Pajak Keluaran bagi PKP penjual.

• Nota retur dibuat dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP.

Page 120: Materi ppn

01/29/15 120

Keterangan pada Nota Retur

• Nota Retur paling sedikit memuat :a. Nomor urut;b. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan;c. Nama, alamat dan NPWP pembeli;d. Nama, alamat, NPWP, serta nomor dan tanggal pengukuhan;e. Macam, jenis, kuantum, dan harga jual BKP yang dikembalikan;f. PPN atas BKP yang dikembalikang. PPnBM atas BKP tergolong mewah yang dikembalikan;h. Tanggal pembuatan nota retur;i. Tanda tangan pembeli

Page 121: Materi ppn

01/29/15 121

Kasus

• PT. A menerima Faktur bulan November 2004 yang tertanggal 15 Agustus 2004, apakah PM-nya dapat dikreditkan?

• PT. B selalu membuat Faktur Pajak pada tanggal barang dikirim. Suatu ketika menerima pesanan (belum dibayar) dalam jumlah besar.ketika barang di packing PT. B sudah membuat Faktur Pajak, Barang baru dikirim besok dengan bukti pengiriman barang tertanggal hari itu. Jika anda sebagai pembeli apakah anda akan menerima Faktur Pajak yang tertanggal pada saat packing?, apa alasannya ?

Page 122: Materi ppn

01/29/15 122

DASAR PENGENAAN PAJAKPasal 1 angka 17 UU PPN Tahun 2000

HARGA JUAL;NILAI PENGGANTIAN;NILAI IMPOR;NILAI EKSPOR;NILAI LAIN YANG DITETAPKAN DENGAN KMK.

HARGA

JUALHARGA

JUAL =

BIAYA YANG DIMINTA

ATAU YANG

SEHARUSNYA DIMINTA

BIAYA YANG DIMINTA

ATAU YANG

SEHARUSNYA DIMINTA(-)

PPN YANG DIPUNGUT

+

POTONGAN

HARGA

DALAM FP

PPN YANG DIPUNGUT

+

POTONGAN

HARGA

DALAM FP

PPn BM hanya dikenakan pada lini pertama (pabrikan atau saat Impor).

Unsur PPn BM pada saat perolehan (lini pertama), pada penyerahan

lini berikutnya akan menjadi bagian DPP (HARGA JUAL) penyerahan

selanjutnya.

Page 123: Materi ppn

01/29/15 123

NILAI LAIN SEBAGAI DPP

1. PEMAKAIAN SENDIRI BKP/JKP = HARGA JUAL/PENGGANTIAN – LABA KOTOR.

2. PEMBERIAN CUMA-CUMA BKP/JKP = HARGA JUAL/PENGGANTIAN – LABA KOTOR.

3. PENYERAHAN MEDIA REKAMAN SUARA ATAU GAMBAR = PERKIRAAN HARGA JUAL RATA-RATA.

4. PENYERAHAN FILM CERITA = PERKIRAAN HASIL RATA-RATA PER JUDUL FILM.

5. PERSEDIAAN AKTIVA YANG DAPAT DIKREDITKAN = HARGA PASAR WAJAR.

6. KENDARAAN BERMOTOR BEKAS = 10% HARGA JUAL.

7. PENYERAHAN JASA TRAVEL/PARIWISATA = 10% HARGA TAGIHAN.

8. JASA PENGIRIMAN PAKET = 10% HARGA TAGIHAN.

9. JASA ANJAK PIUTANG = 5% IMBALAN (SERVICE CHARGE, PROVISI, DISKON).

KMK No. 567/KMK.04/2000

Page 124: Materi ppn

01/29/15 124

Dasar Pengenaan Pajak• PPN dihitung dengan tarif (10%) x Dasar Pengenaan Pajak.• Dasar Pengenaan Pajak adalah Harga Jual, Penggantian, Nilai

Impor, Nilai Ekspor, atau DPP Nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.

• DPP Nilai Lain ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 567/KMK.04/2000 Jo. KMK No. 251/KMK.03/2002 antara lain :– Pemakaian sendiri/pemberian Cuma-Cuma, DPP adalah harga

jual tidak termasuk laba kotor;– Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran, DPP

adalah harga pasar wajar;– Jasa Biro perjalanan, DPP adalah 10% dari tagihan atau yang

seharusnya ditagih;– Jasa pengiriman paket, DPP adalah 10% dari tagihan atau yang

seharusnya ditagih;– Jasa anjak piutang, DPP adalah 5% dari Provisi, diskon, service

charge.– Penjualan Kbm bekas, DPP adalah 10%

Page 125: Materi ppn

01/29/15 125

PADA SAAT PENYERAHAN BKP/JKP

DILAKUKAN

HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN

SEBAGAI DPP DIHITUNG ATAS DASAR

HARGA PASAR WAJAR

MAKA

DALAM HAL HARGA JUAL/PENGGANTIAN LEBIH RENDAH DARI HARGA PASAR WAJAR KARENA

PENGARUH HUBUNGAN ISTIMEWA

HUBUNGAN ISTIMEWAPs. 2 ayat (1)

Page 126: Materi ppn

01/29/15 126

HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA DALAM HAL

Ps. 2 ayat (2)

1. FAKTOR KEPEMILIKAN ATAU PENYERTAAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA PENGUSAHA LAINNYA, ATAU HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA

DENGAN PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH

3. FAKTOR HUBUNGAN KELUARGA, SEDARAH DAN SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN KESAMPING SATU DERAJAT

2. FAKTOR PENGUASAAN MELALUI MANAJEMEN ATAU PENGGUNAAN TEKNOLOGI

HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG MENJADI DASAR PENGENAAN PAJAK

DITEKAN LEBIH RENDAH DARI HARGA PASAR WAJAR

YANG DISEBABKAN OLEH :

Page 127: Materi ppn

01/29/15 127

CONTOH FAKTORKEPEMILIKAN / PENYERTAAN

(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

PT A PT D

PT B

PT C

> 25 %

PTL

PTL

PL

PL

> 50 %

> 50 %

PTL

PTL = PENYERTAAN TIDAK LANGSUNG

PENYERTAANLANGSUNG (PL)

Page 128: Materi ppn

01/29/15 128

CONTOH FAKTORPENGUASAAN MANAJEMEN

DAN TEKNOLOGI(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

CONTOH :

- PT. A SELAKU PERUSAHAAN REAL ESTAT MENEMPATKAN TENAGA AHLI PEMASARANNYA PADA PT. B YANG JUGA PERUSAHAAN REAL ESTAT.

- ANTARA PT. A DENGAN PT. B DIANGGAP TELAH TERJADI HUBUNGAN ISTIMEWA

APABILA LEBIH DARI SATU ATAU BEBERAPA PERUSAHAAN BERADA DI BAWAH PENGUASAAN

PENGUSAHA YANG SAMA DALAM BIDANG MANAGEMEN DAN TEKNOLOGI, MAKA DIANGGAP

ADA HUBUNGAN ISTIMEWA

Page 129: Materi ppn

01/29/15 129

CONTOH FAKTORHUBUNGAN KELUARGA

(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

10

KE

SAM

PING

IPAR PKP

10

KE

SAM

PING

10 KE ATAS 10 KE ATAS

AYAH+

IBU

MERTUAPKP

SAUDARAKANDUNG

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAKKANDUNG

ANAKTIRI PKP

SEDARAH SEMENDA

PKP + ISTRI

SEMENDASEDARAH

Page 130: Materi ppn

01/29/15 130

PENGKREDITAN PAJAK MASUKANPs. 9 ayat (2), (2a), (3), (4)

PM DIKREDITKAN DG PKUNTUK MASA PAJAK YG SAMA

Ps. 9 (2)

PK > PM PK < PM

SELISIH DIBAYAROLEH PKP

Ps. 9 (3)

SELISIH DAPAT DIMINTA KEMBALI ATAU

DIKOMPENSASI KE MASA PAJAK BERIKUTNYA

Ps. 9 (4)

DALAM HAL BELUM ADA PK DALAM SUATU MASA PAJAK, PAJAK MASUKAN

TETAP DAPAT DIKREDITKAN Ps. 9 ayat (2a)

Page 131: Materi ppn

01/29/15 131

SELAMBAT-LAMBATNYA TIGA BULAN SETELAH

BERAKHIRNYA MASA PAJAK

PM YANG DAPAT DIKREDITKANTETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK

PADA MASA PAJAK YG SAMAPs. 9 ayat (9)

DAPAT DIKREDITKANPADA MASA PAJAK

BERIKUTNYA

APABILA JANGKA WAKTU

TSB. DILAMPAUI

PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN YBS

SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN

DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS. & BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN

Page 132: Materi ppn

01/29/15 132

Pengkreditan Pajak Masukan (PM)(Pasal 9 UU PPN)

• PKP berhak mengkreditkan Pajak Masukan• Kriteria Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah :

– PM tercantum pada Faktur Pajak Standar yang tidak cacat;

– PM yang dibayar berkaitan langsung dengan kegiatan usaha (managemen, produksi dan Pemasaran);

• PM dapat dikreditkan pada Masa Pajak yang sama atau Masa Pajak yang tidak sama.

• Pengkreditan Masa Tidak Sama (MTS) paling lambat pada bulan ketiga setelah Masa Pajak berakhir.

• Pengkreditan pada Masa Pajak lebih dari bulan ketiga diperbolehkan dengan mekanisme pembetulan.

Page 133: Materi ppn

01/29/15 133

Pajak Masukan Tidak Dapat dikreditkan (Pasal 9 (8) UU PPN)

• PM bagi pengeluaran untuk perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;

• PM bagi pengeluaran untuk perolehan BKP atau JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan Usaha;

• PM bagi pengeluaran untuk pembelian atau pemeliharaan kendaraan bermotor bentuk sedan, jeep, station wagon, van dan kombi kecuali sebagai barang dagangan atau disewakan;

• PM yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana;

• PM yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13(5).

Page 134: Materi ppn

01/29/15 134

Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• PM atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean , sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;

• Pajak Masukan yang pembayarannya ditagih dengan SKP;

• PM yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang ditemukan dalam pemeriksaan, kecuali perolehan BKP/JKP tersebut telah dibukukan/dicatat (Pasal 12 PP. 143/2000 Jo. PP. 24/2002;)”

• PM untuk perolehan BKP atau JKP yang digunakan untuk kegiatan usaha yang menghasilkan penyerahan yang dibebaskan dari PPN (Pasal 16B UU PPN)

• PM yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak terutang.

Page 135: Materi ppn

01/29/15 135

Kasus

• PM yang tercantum dalam Faktur Pajak yang terlambat diterbitkan, apakah dapat dikreditkan?

• Penghapusan piutang oleh pihak ketiga, apakah dapat dapat dilakukan koreksi atas PM/PK yang telah dilaporkan pada SPT?

• Atas barang yang musnah/dicuri, apakah PM-nya dapat dikoreksi?

• PM atas impor yang dibayar melalui pengusaha jasa pengiriman paket dari luar negeri,apakah PM tersebut dapat dikreditkan?

• PM atas BKP yang dipakai sendiri oleh perusahaan, apakah dapat dikreditkan?

Page 136: Materi ppn

01/29/15 136

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP YANG DIKENAKAN PPh DENGAN MENGGUNAKAN NORMA

PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPs. 9 ayat (7)

PENGUSAHA YG DIKENAKAN PPh

PM DIHITUNG DENGANMENGGUNAKAN PEDOMAN

PENGHITUNGAN PENGKREDITANPM YG DITETAPKAN OLEH MENKEU

DENGAN

MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN

PENGHASILAN NETO

Page 137: Materi ppn

01/29/15 137

Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan

• Bagi PKP yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN):- PKP pedagang eceran: PM = 80% x Pajak Keluaran - PKP selain pedagang eceran : PM = 70% x Pajak Keluaran- PKP Jasa PM = 40% x Pajak Keluaran(KMK NO. 533/KMK.04/2000 JO. KMK NO. 252/KMK.03/2002)

Page 138: Materi ppn

01/29/15 138

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN DLM SUATU MASA PAJAK DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN

PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAKPs. 9 ayat (5), (6)

TERUTANG PAJAK TIDAK TERUTANG PAJAKPM = TIDAK DPT DIKREDITKAN

PM DAPAT DIKETAHUIDG PASTI DARIPEMBUKUAN

PM TIDAK DAPATDIKETAHUI

DENGAN PASTI

PM YG TERKAITDG PENYERAHAN YANG

TERUTANG PPNDAPAT DIKREDITKAN

PM YG DAPAT DIKREDITKAN DIHITUNG

DG PEDOMAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN

DLM HAL PENYERAHAN

Page 139: Materi ppn

01/29/15 139

CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN

YG TIDAK TERUTANG PAJAKPs. 9 ayat (5)

PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN

DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI PEMBUKUAN PKP

CONTOH :

PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN :

a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 25.000.000

PAJAK KELUARAN = Rp. 2.500.000

b. PENYERAHAN TDK DIKENAKAN PPN = Rp. 5.000.000

c. PENYERAHAN DIBEBASKAN DARI PPN = Rp. 5.000.000

PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :

• BKP/JKP TERUTANG PPN = Rp. 1.500.000

• BKP/JKP TDK DIKENAKAN PPN = Rp. 300.000

• BKP/JKP DIBEBASKAN DARI PPN = Rp. 500.000

PM YG DPT DIKREDITKAN DGN PK Rp. 2.500.000 HANYA SEBESAR Rp. 1.500.000

Page 140: Materi ppn

01/29/15 140

CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK DAN

PENYERAHAN YG TIDAK TERUTANG PAJAKPenjelasan Ps. 9 ayat (6)

DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI

PM YG DAPAT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN

CONTOH :

PKP MELAKUKAN DUA MACAM PENYERAHAN :

a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000

PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000

b. PENYERAHAN TDK TERUTANG PPN = Rp. 15.000.000

PM YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN BKP/JKP YG BERKAITAN DENGAN SELURUH PENYERAHAN = Rp. 2.500.000, SEDANGKAN PM ATAS PENYERAHAN YG TERUTANG PPN TIDAK DIKETAHUI DGN PASTI.

PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DG PK SEBESAR Rp. 3.500.000

BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN

Page 141: Materi ppn

01/29/15 141

Pedoman pengkreditan bagi PKP yang melakukan penyerahan yang terutang PPN dan yang tidak terutang/dibebaskan dari PPN

* Perlakuan Pajak MasukanPajak Masukan dikategorikan menjadi dua yaitu : PM yang dapat dikreditkan dan PM yang tidak dapat dikreditkan.

- PM yang tidak dapat dikreditkan dapat dibiayakan atau dimasukan sebagai harga pokok.

- Namun demikian ada PM atas perolehan BKP/JKP :a. Sebagian terutang dan sebagian lain dibebaskan atau tidak terutang;b. Menghasilkan BKP/JKP yang penyerahannya sebagian terutang dan sebagian lain tidak terutang atau dibebaskan; (integrated company)c. BKP berupa barang modal yang digunakan untuk kegiatan usaha dan selain kegitan usaha.Atas PM tersebut dilakukan pengkreditan dengan mekanisme khusus.

Page 142: Materi ppn

01/29/15 142

Metode Pengkreditan

• Dikreditkan secara proporsional (jika sudah diketahui pada mulanya) atau

• Pajak Masukan dikreditkan semuanya pada masa pajak perolehan BKP/JKP kemudian pada akhir tahun buku Pajak Masukan yang telah dikreditkan tersebut dihitung kembali berapa bagian yang tidak boleh dikreditkan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

Page 143: Materi ppn

01/29/15 143

Formula dan Aplikasi

• PM yang dibayar untuk perolehan Barang modal untuk penggunaan lain yang tidak berhubungan dengan usaha, dapat dikreditkan dengan rumus sebagai berikut :

P’ x PM/T - P’ = prosentase rata-rata penggunaan barang modal untuk

kegiatan lain yang tidak berhubungan dgn usaha; - PM = Pajak Masukan yang telah dikreditkan semuanya - T = Waktu alokasi, untuk bangunan adalah 10 tahun

sedangkan untuk selain bangunan 5 tahun.

Page 144: Materi ppn

01/29/15 144

PT ABADI membeli Generator listrik seharga Rp. 110 juta termasuk PPN. Pada tahun pertama listrik itu digunakan untuk pabrik dan perumahan karyawan.Dari catatan diperoleh penggunaan generator listrik sebagai berikut :

- Semester I : Pabrik = 80% dan perumhn = 20%- Semester II: Pabrik = 70% dan perumhn = 30%

Dengan rumus P’ x PM/T , maka Pajak Masukan yang diperhitungkan kembali (tidak boleh dikreditkan) adalah Rp. 500.000,-

Contoh 1

Page 145: Materi ppn

01/29/15 145

Formula dan Aplikasi

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang digunakan baik untuk kegiatan yang atas penyerahan terutang atau kegiatan tidak terutang PPN/dibebaskan dari pengenaan PPN dapat dikreditkan dengan dua cara :1. Dikreditkan sebanding dengan proporsi penggunaanya;2. Dikreditkan semuanya pada Masa perolehan BKP kemudian dihitung kembali pada akhir tahun buku dengan rumus sebagai berikut .rumus :1

1) Barang modal : X/Y x PM/T2) Bukan barang modal : X/Y x PM - X : Jumlah penyerahan yang tidak terutang/ dibebaskan

dalam satu tahun - Y : Jumlah seluruh penyerahan

Page 146: Materi ppn

01/29/15 146

Contoh 2 :

• Bukan barang modal :

PT. Sejahtera mempunyai beberapa truk yang dipakai untuk mengangkut hasil produksinya berupa Makanan ringan. Selain itu truk juga dipakai untuk mengangkut beras yang juga merupakan barang dagangan. Jumlah PM berkaitan dengan pembelian solar yang digunakan truk adalah Rp. 8 juta. Jumlah penyerahan beras selama setahun adalah Rp. 500 juta sedangkan penjualan makanan ringan Rp. 1 milyar.Rumus : X/Y x PMHasilnya : Rp. 2.666.667,-

Page 147: Materi ppn

01/29/15 147

Contoh 3 :

• Barang Modal

PT. MUGI (PKP) adalah konsultan pajak. Tahun 2004 membeli gedung sebesar Rp. 500 juta, dipungut PPN Rp. 50 juta. Pemakaian gedung selain untuk kantor penyerahan jasa konsultan juga dipakai untuk Kursus Perpajakan (Brevet A/B) di lantai dua. Jumlah penyerahan Jasa Konsultan adalah Rp. 2 milyar sedangkan penghasilan dari pendidikan adalah Rp. 500 juta.

Dengan menggunakan rumus X/Y x PM/T maka besarnya PM yang dihitung kembali adalah Rp. 1 juta.

Page 148: Materi ppn

01/29/15 148

Impor BKP

• Impor adalah setiap kegiatan memasukan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

• Dalam impor dikenal dua jenis impor:a. Kegiatan impor yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan importir yang bersangkutan;b. Kegiatan impor yang dilakukan oleh Importir untuk kepentingan pihak lain selaku indentor (Impor Indent). Atas impor ini Importir memperoleh Handling fee impor dari Indentor

yang merupakan objek pajak. • PPN terutang sebesar 10% x Nilai Impor

Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan + Pungutan

Pabean lainnya• PPN terutang disetor dengan SSPCP melalui Bea Cukai atau Bank

Devisa

Page 149: Materi ppn

01/29/15 149

Impor Sementara(Peraturan Menteri Keuangan No. 615/PMK.04/2004)

• Impor Sementara adalah pemasukan barang ke dalam Daerah Pabean yang nyata-nyata akan diekspor kembali dalam jangka waktu tertentu;

• Impor sementara yang mendapatkan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPn BM adalah impor barang berupa :1. barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari

Entrepot untuk Tujuan Pameran;2. barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;3. barang untuk keperluan peragaan atau demontrasi;4. barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan;5. barang pribadi untuk keperluan wisatawan;6. barang yang diimpor untuk keperluan olahraga serta perlombaan;7. kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang impor atau ekspor

secara berulang-ulang;8. barang keperluan contoh atau model;

Page 150: Materi ppn

01/29/15 150

9. Cetakan(mould);10. Kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui

lintas batas dan penggunaannya tidak bersifat regular;11. barang untuk diperbaiki, direkondisi, dimodifikasi;12. binatang hidup untuk keperluan pertunjukan umum,

olahraga, perlombaan, pelatihan, pejantan, dan penaggulangan gangguan keamanan;13. perlatanan khusus yang digunakan untuk penanggulanang bencana alam, kebakaran dan gangguan kemanan;14. barang untuk keperluan angkutan, laut dan udara dalam

negeri.

Page 151: Materi ppn

01/29/15 151

Impor Inden• Impor Inden adalah impor untuk dan atas nama pihak lain (indentor);• Ketentuan mengenai Impor Indent diatur dalam Kepmenkeu Nomor :

539/KMK.04/1990 sebagai berikut:a. Importir yang mengimpor barang diwajibkan mencantumkan tambahan

penjelasan “q.q.” yang dikuti dengan nama, alamat, dan NPWP indentor dalam setiap lembar PIB dan SSP (SSPCP);

b. Bank Devisa atau DJBC/KPLB tempat penyerahan PIB wajib membubuhkan cap

“IMPOR ATAS INDEN” pada setiap PIB yang bersangkutan;c. Penyerahan BKP (komoditi impor) dari importir kepada indentor bukan

penyerahan kena pajak sehingga tidak terutang PPN;d. Yang berhak mengkreditkan Pajak Masukan atas impor adalah Indentor;e. Atas penyerahan jasa handling import terutang PPN, oleh karena itu tagihan dari mportir ke Indentor dibuatkan Faktur Pajak (Pajak Keluaran bagi importir berkuota);f. Pajak Masukan atas jasa impor inden dapat dikreditkan Indentor sesuai ketentuanpengkreditan yang berlaku; g. Jika persyaratan pada nomor 1 dan 2 di atas tidak terpenuhi, penyerahan BKP ke Indentor oleh Importir terutang PPN.

Page 152: Materi ppn

01/29/15 152

Pemanfaatan BKP Tdk B’wujud/JKPdari Luar Daerah Pabean di Dlm Daerah Pabean

• Berbeda dengan mekanisme lainnya, pada objek pajak ini pajak dipungut dan disetor sendiri oleh pihak yang memanfaatkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan pemanfaatan.

• Besarnya PPN yang harus disetor adalah 10% dari jumlah yang dibayarkan (gross up).

• Kolom identitas pada SSP diisi dengan identitas pihak yang menyerahkan BKP/JKP tidak berwujud.

• Kolom NPWP diisi dengan angka 0 dan kode KPP dimana WP yang memanfaakan terdaftar.

• SSP lembar ke-3 dilampirkan pada SPT. Jika non PKP SSP lembarke-3 sebagai laporan (PL tanggal 20 bulan berikutnya).

Page 153: Materi ppn

01/29/15 153

Kegiatan Membangun Sendiri (Pasal 16C U PPN; KMK No. 554/KMK.04/2000 Jo No. 320/KMK.03/2002)

• Baik PKP atau non PKP yang melakukan kegiatan membangun sendiri berupa bangunan untuk kegiatan usaha atau tempat tinggal sendiri di luar kegiatan usaha atau pekerjaan-nya jika memenuhi kriteria terutang PPN Pasal 16C.

• Kriterianya adalah :1. Dilakukan tidak dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya;2. Yang dibangun adalah untuk tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha;3. Luas bangunan 200 M2 atau lebih dengan taksiran usia sekurang-kurangnya 20 tahun;4. Bangunan bersifat Permanen yang konstruksi utamanya terdiri

dari:a. tembok; dan ataub. kayu tahan lama; dan atauc. bahan lain yang mempunyai kekuatan sampai 20 (dua puluh) tahun atau lebih.

Page 154: Materi ppn

01/29/15 154

Jumlah PPN Terutang, Penyetoran dan Pelaporan Objek Pajak Pasal 16C

• Dasar Pengenaan Pajak = 40% dari Seluruh pengeluaranyang berkaitan dengankegiatan membangun sendiri selama satu bulan.

• Saat terutang Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri adalah pada saat dimulainya kegiatan membangun sendiri secara fisik seperti penggalian fondasi, pemasangan tiang pancang, atau kegiatan fisik lainnya.

• PPN terutang = 10% x DPP, tarif efektif = 4%.• PPN terutang disetor dengan SSP paling lambat tanggal 15

bulan berikutnya.• SSP lembar ke-3 dilampirkan pada SPT. Jika Non PKP SSP

lembar ketiga sebagai laporan.• Dalam hal Pihak pembangun belum punya NPWP, maka kolom

NPWP pada SPT ditulis angka nol dan kode KPP bangunan didirikan.

• Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Page 155: Materi ppn

01/29/15 155

Jumlah PPN Terutang, Penyetoran dan Pelaporan Objek Pajak Pasal 16C

• Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan di dalam kawasan realestat oleh pemilik kaveling berlaku ketentuan seperti kegiatan membangun sendiri.

• Pada saat ditandatanganinya Surat Pemesanan Tanah/Surat Perjanjian Pra Jual Beli/Perjanjian Pra Jual Beli/Akte Jual Beli atas transaksi penjualan tanah kaveling, pembeli tanah kaveling wajib mengisi dan menandatangani formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang diberikan oleh pihak realestat.

Page 156: Materi ppn

01/29/15 156

PENYERAHAN AKTIVA OLEH PKP YG MENURUT TUJUAN SEMULA

AKTIVA TSB. TDK UNTUK DIPERJUAL BELIKANPs. 16 D

(Ketentuan Khusus)

DIKENAKAN PPN

PPN YG DIBAYAR PADA SAAT

PEROLEHAN AKTIVA TSB.

DAPAT DIKREDITKAN

SEPANJANG

Page 157: Materi ppn

01/29/15 157

Penyetoran dan Pelaporan PPN terutang Pasal 16D

• PPN terutang sebesar 10 x harga jual (DPP).• PPN terutang dipungut dengan penerbitan Faktur Pajak,

yang kemudian pelaporannya digabungkan dengan penyerahan BKP/JKP lainnya dalam Formulir 1107 A SPT Masa PPN sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-146/PJ./2006 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)

Page 158: Materi ppn

01/29/15 158

Pemungut PPNPasal 1 angka 27 UU PPN – KMK 547/KMK.04/2000 – KMK 548/KMK.04/2000 – KMK 549/KMK.04/2000 – KMK 550/KMK.04/2000-KMK Nomor 563/KMK.03/2003

KANTOR PERBENDAHARAAN

KAS NEGERA(KPKN)

BENDAHARAWAN PEMERINTAH

PUSAT/DAERAH

KONTRA BAGI HASIL DAN

KONTRAK KARYA, MINYAK DAN GAS

BUMI

PEMUNGUT PPN(PKP rekanan)

Page 159: Materi ppn

01/29/15 159

Pemungut PPNPasal 1 angka 27 UU PPN , KMK Nomor 563/KMK.03/2003

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporannya;

Bendaharawan Pemerintah adalah :1. Bendahara Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah yaitu

Pejabat yang mengeluarkan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; atau

2. Penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) yaitu pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran, menguji tagihan kepada negara dan menandatangani SPM, yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.

Page 160: Materi ppn

01/29/15 160

Pemungut PPNPasal 1 angka 27 UU PPN , Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.03/2005

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.03/2005

Penunjukan Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporannya

Page 161: Materi ppn

01/29/15 161

PENYERAHAN BKP / JKPKEPADA PEMUNGUT PPN

Ps. 16 A (Ketentuan Khusus)

ATAS PENYERAHAN BKP / JKP KEPADAPEMUNGUT PPN

DILAPORKAN

DISETOR

DIPUNGUT

PPN YANG TERUTANG

PEMUNGUT

PPN

O

L

E

H

TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN

YANG TERUTANG DIATUR DGN KEP. MENTERI KEUANGAN

WAJIBWAJIB

Page 162: Materi ppn

01/29/15 162

Pemungut PPN

1. YANG JUMLAHNYA ≤ Rp. 1.000.000,- dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

2. UNTUK PEMBEBASAN TANAH.

3. ATAS BKP DAN ATAU JKP YANG PPN-NYA TIDAK DIPUNGUT ATAU DIBEBASKAN.

4. BBM DAN NON-BBM OLEH PERTAMINA.

5. REKENING TELEPON.

6. JASA ANGKUTAN UDARA.

7. ATAS BKP DAN ATAU JKP YANG PPN-NYA TIDAK DIKENAKAN PPN.

• SPT MASA PEMUNGUT PPN (1107 PUT) DIMULAI PER MASA PAJAK JANUARI 2007.

• PELAPORAN BENDAHARAWAN PEM. P.L. 14 HARI SETELAH BULAN TERJADINYA PEMBAYARAN DAN UNTUK BADAN PEMUNGUT LAINNYA ADALAH 20 HARI SETELAH BULAN TERJADINYA PEMBAYARAN.

• KHUSUS KPKN, HARUS MENYAMPAIKAN LEMBAR-3 FP YANG TELAH DIBUBUHI CATATAN NOMOR DAN TANGGAL ADVIS SPM DENGAN SURAT PENGANTAR SETIAP HARI KERJA.

• SPT MASA PEMUNGUT PPN (1107 PUT) DIMULAI PER MASA PAJAK JANUARI 2007.

• PELAPORAN BENDAHARAWAN PEM. P.L. 14 HARI SETELAH BULAN TERJADINYA PEMBAYARAN DAN UNTUK BADAN PEMUNGUT LAINNYA ADALAH 20 HARI SETELAH BULAN TERJADINYA PEMBAYARAN.

• KHUSUS KPKN, HARUS MENYAMPAIKAN LEMBAR-3 FP YANG TELAH DIBUBUHI CATATAN NOMOR DAN TANGGAL ADVIS SPM DENGAN SURAT PENGANTAR SETIAP HARI KERJA.

PPN dan PPn BM tidak dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah untuk pembayaran :

Page 163: Materi ppn

01/29/15 163

Pemungut PPN

1.YANG JUMLAHNYA ≤ Rp. 1.000.000,- dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

2.ATAS BKP DAN ATAU JKP YANG PPN-NYA TIDAK DIPUNGUT ATAU DIBEBASKAN.

3.BBM DAN NON-BBM OLEH PERTAMINA.

4.REKENING TELEPON.

5.JASA ANGKUTAN UDARA.

6.ATAS BKP DAN ATAU JKP YANG PPN-NYA TIDAK DIKENAKAN PPN.

PPN dan PPn BM tidak dipungut oleh Selain Bendaharawan Pemerintah (dalam hal ini adalah Kontraktor) untuk pembayaran :

Page 164: Materi ppn

01/29/15 164

Mekanisme PPN Pemungut Pemungut PPN(Pasal 16A UU PPN)

– Pemungutan PPN atau PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah, adalah pada saat pembayaran dengan cara memotong langsung tagihan dari PKP Rekanan Pemerintah.

– Pemungutan PPN atau PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh Pemungut selain Bendaharawan Pemerintah, adalah paling lambat:

1 pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP; atau

2 pada saat melakukan pembayaran dalam hal:- pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya

setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP;- pembayaran dilakukan sebelum penyerahan BKP

dan/atau JKP; atau- pembayaran dilakukan pada saat yang sama dengan saat

penyerahan BKP dan/atau JKP.

Page 165: Materi ppn

01/29/15 165

Mekanisme PPN Pemungut Pemungut PPN(Pasal 16A UU PPN)

Batas Waktu Penyetoran – PPN atau PPN dan PPn BM yang dipungut oleh

Bendaharawan Pemerintah harus disetor paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya bulan terjadinya pembayaran tagihan.

– PPN atau PPN dan PPn BM yang dipungut oleh selain Bendaharawan Pemerintah dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.

– Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Page 166: Materi ppn

01/29/15 166

Mekanisme PPN Pemungut Pemungut PPN(Pasal 16A UU PPN)

Batas Waktu pelaporan SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN:

1.SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN harus disampaikan oleh Bendaharawan Pemerintah setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak dilakukannya pembayaran tagihan berakhir.

2.SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN harus disampaikan oleh selain Bendaharawan Pemerintah setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak dilakukannya pemungutan berakhir.

Dalam hal hari ke-20 adalah hari libur, maka SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelum hari libur.

Page 167: Materi ppn

01/29/15 167

Kasus

• Perusahaan A menyerahkan Semen ke instansi pemerintah seharga 10.000 US $, kurs pada saat pembuatan Faktur Pajak adalah Rp. 8.000 per dolar. Instansi pemerintah membayar pada bulan berikutnya setelah penagihan dengan kurs Rp. 8.500.

Pertanyaan :

Berapa Pajak Keluaran yang dilaporkan pada SPT dan apakah ada koreksi Faktur Pajak/SPT?

Page 168: Materi ppn

01/29/15 168

PPn BM (Pasal 5,8 dan 10 UU PPN)

• Karakteristik PPn BM :

- pungutan tambahan disamping PPN;

- dipungut hanya pada saat impor BKP Mewah atau

penyerahan BKP Mewah oleh Pabrikan;

- tidak dapat dikreditkan dengan PPN;

- PPn BM yang dibayar menjadi unsur DPP (harga pokok) untuk penghitungan PPN berikutnya;

Page 169: Materi ppn

01/29/15 169

Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah (Pasal 8 UU PPN)

• Tarif PPn BM paling rendah 10% dan paling tinggi 75%.• Pengelompokan Barang Mewah diatur dengan Peraturan

Pemerintah ( PP. 145 Tahun 2000 dengan perubahan ketiga PP. 6 Tahun 2003) yang dijabarkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

• Pengelompokan Barang Mewah meliputi :- Kendaraan Bermotor, diatur lebih lanjut dengan

KMK Nomor 569/KMK.04/2000 yang telahdiubah terakhir dengan No. 355/KMK.03/2003 dan

- Selain Kendaraan Bermotor, diatur lebih lanjut dengan KMKNo.39/KMK.03/2003

Page 170: Materi ppn

01/29/15 170

PPn BMATAS KENDARAAN BERMOTOR – PP No. 145 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No. 60 Tahun 2001 jo. KMK 569/KMK.04/2000 s.t.d.d. KMK 460/KMK.03/2000

PERBANDINGAN TARIF PPn BM KENDARAAN BERMOTOR

JENISKAPASITAS

(cc)KMK

569/KMK.04/2000KMK

460/KMK.03/2001

Angkutan Penumpang Untuk 10 (sepuluh) orang atau lebih

Semua Kapasitas

- 10 10 10

Angkutan Penumpang < 10 orang1 (satu) gandar penggerak (4 X 2)

s.d. 1500 10 10 10 10

1500 – 2500 20 20

1500 – 3000 20

1500 – 2500 20

2500 – 3000 30

2500 – 3500 50 75

3000 – 4000 50 75

> 3500 75 75

> 4000 75 75

Page 171: Materi ppn

01/29/15 171

PPn BM

PERBANDINGAN TARIF PPn BM KENDARAAN BERMOTOR

JENISKAPASITAS

(cc)KMK

569/KMK.04/2000KMK

460/KMK.03/2001

Angkutan Penumpang Untuk 10 (sepuluh) orang atau lebih

Semua Kapasitas

- 10 10 10

Angkutan Penumpang < 10 orang2 (dua) gandar penggerak (4 X 4)

s.d. 1500 30 30 30 30

1500 – 2500 40 40

1500 – 3000 40 40

2500 – 3500 50 75

3000 – 4000 50 75

> 3500 75 75

> 4000 75 75

Page 172: Materi ppn

01/29/15 172

PPn BM

PERBANDINGAN TARIF PPn BM KENDARAAN BERMOTOR

JENISKAPASITAS

(cc)KMK

569/KMK.04/2000KMK

460/KMK.03/2001

Angkutan Penumpang Untuk 10 (sepuluh) orang atau lebih

Semua Kapasitas

- 10 10 10

Sedan/Station Wagon s.d. 1500 30 30 30 30

1500 – 2500 40 40

1500 – 3000 40 40

2500 – 3500 50 75

3000 – 4000 50 75

> 3500 75 75

> 4000 75 75

Page 173: Materi ppn

01/29/15 173

PPn BM

PERBANDINGAN TARIF PPn BM KENDARAAN BERMOTOR

JENISKAPASITAS

(cc)KMK

569/KMK.04/2000KMK

460/KMK.03/2001

Kendaraan Bermotor Beroda Dua

250 - 500 50 60

> 500 60 75

Kendaraan Khusus : 30 30

Golf 40 40

Salju, Pantai, Gunung atau sejenisnya 40 40

Trailer atau Semi Trailer dari Tipe Caravan, untuk Perumahan atau Kemah

50 75

Page 174: Materi ppn

01/29/15 174

PERBANDINGAN TARIF Ppn BM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 620/PMK.03/2004 TENTANG JENIS BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS

BARANG MEWAH

JenisTarif

PPn BMKelompok Barang

I 10 %a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran

televisi.1) Lemari pendingin2) Pemanas air instant atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, bukan listrik, untuk

keperluan rumah tangga 3) Mesin cuci dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga, termasuk mesin yang dapat digunakan

untuk mencuci dan mengeringkan pakaian, kain atau sejenisnya4) Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, listrik; peralatan elektro

termal lainnya dari jenis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.5) Aparatus penerima untuk televisi, digabung atau tidak dengan penerima siaran radio atau

aparatus perekam atau pereproduksi suara atau video; monitor video

b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.– Perlengkapan memancing dengan nilai impor atau harga jual RP. 500.000,00 (lima ratus ribu

rupiah) atau lebih per unit mencakup Joran & Penggulung tali pancing.

a. Kelompok mesin pengatur suhu udara.– Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang digerakkan dengan motor dan elemen untuk

mengubah suhu dan kelembaban udara, termasuk mesin tersebut yang tidak dapat mengatur kelembaban udara secara terpisah, dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas pendingin di atas 1 PK sampai dengan 2 PK

a. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio.b. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

Page 175: Materi ppn

01/29/15 175

PPn BMPERBANDINGAN TARIF Ppn BM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

Jenis Tarif PPn BM

Kelompok Barang

II 20 % a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang dimaksud dalam Romawi (I);

b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya:

– Rumah, termasuk rumah kantor atau rumah toko, yang luas bangunannya 400 M2 atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau lebih per M2 tidak termasuk nilai tanahnya

– Apartemen, Kondiminium, townhouse, dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 M2 atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) atau lebih per M2 tidak termasuk nilai tanahnya

a. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang disebut dalam Lampiran I

b. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat elektromagnetik dan instrumen musik, selain yang disebut dalam Lampiran I.

c. Kelompok wangi-wangian– Parfum dan cairan pewangi yang siap untuk dijual eceran dengan nilai impor atau harga jual Rp.

2.000,00 (dua ribu rupiah) atau lebih per ml.

III 30 % a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga, selain yang disebut dalam Romawi (I); meliputi Perlengkapan golf (Bola golf & Perlengkapan golf lainnya selain tongkat golf), Perlengkapan menyelam (Pakaian selam & Kacamata pelindung untuk selam).

Page 176: Materi ppn

01/29/15 176

PPn BM

PERBANDINGAN TARIF Ppn BM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

JenisTarif

PPn BMKelompok Barang

IV 40 % a. Kelompok minuman tertentu yang mengandung alkohol;b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari kulit atau kulit

tiruan;c. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari sutera atau wool ;d. Kelompok barang kaca dari kristal timah timbal dari jenis yang digunakan untuk

meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;e. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia

atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, selain yang disebut dalam Romawi (III),

kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;g. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara

lainnya tanpa tenaga penggerak;h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;i. Kelompok jenis alas kaki;j. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;k. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau

keramik;l. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu, selain

batu jalan dan batu tepi jalan.

Page 177: Materi ppn

01/29/15 177

PPn BM

PERBANDINGAN TARIF Ppn BM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

JenisTarif

PPn BMKelompok Barang

V 50 % a. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari wol atau bulu hewan halus;b. Kelompok pesawat udara selain yang disebut dalam Romawi (IV) kecuali yang

digunakan untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga;c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut dalam Romawi

(I) dan Romawi (III);d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

VI 75 % a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut dalam Romawi (IV);

b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan atau mutiara atau campuran daripadanya; dan

c. Kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

Page 178: Materi ppn

01/29/15 178

Ilustrasi PPnBM untuk Apartemen

PT ABC adalah perusahaan yang bergerak di bidang real estate (developer), dimana produk yang dibangun berupa unit apartemen yang menjadi objek PPnBM. Untuk kasus penyerahan 1 unit apartemen dengan luas 145m2 dengan harga Rp 880.000.000,- PT ABC melakukan penghitungan PPnBM dengan cara sebagai berikut:_____________________________________________________________________________ Objek Harga Jual PPN 10% PPnBM 20% Total_____________________________________________________________________________Tanah 155.000.000 15.500.000 0 170.500.000_____________________________________________________________________________Bangunan 725.000.000 72.500.00 145.000.000 942.500.000_____________________________________________________________________________Total 880.000.000 88.000.000 145.000.000 1.113.000.000_____________________________________________________________________________Apakah penghitungan PPnBM tersebut sudah benar?Jawab:Karena apartemen yang dibangun mempunyai harga bangunan Rp 725.000.000,- untuk luas 145 m2 atau Rp 5.000.000,-/m2, maka apartemen tersebut termasuk dalam golongan apartemen yang dikenakan PPnBM dengan tarif 20%.Dengan demikian penghitungan PPN dan PPnBM untuk penyerahan apartemen adalah:Harga jual apartemen : Rp 880.000.000,-PPN 10% : 88.000.000,-PPnBM 20% : 176.000.000,- (20% x Harga jual apartemen)Total : Rp 1.144.000.000,-

Page 179: Materi ppn

01/29/15 179

Ilustrasi PPnBM untuk Apartemen

PT ABC adalah perusahaan persewaan apartemen. Untuk mendukung usaha tersebut, tahun 2006 PT ABC membeli 334 unit Taman XXX Apartemen dari PT XYZ. Selanjutnya, untuk efisiensi beberapa Apartemen yang ada dijual di tahun 2007. Luas 334 unit apartemen yang dibeli oleh PT ABC dari PT XYZ tersebut masing-masing tidak lebih dari 150 m2 yaitu antara 53 m2 sampai dengan 93 m2 per unit apartemen dengan nilai pembelian sebesar Rp 3.510.486 per m2. Disamping itu, dari seluruh apartemen yang dimiliki sampai dengan saat ini, tidak terdapat perubahan bentuk, ukuran serta spesifikasi atas ruangan apartemen tersebut. Nilai penjualan unit apartemen sebesar Rp 5.000.000 per m2.

Pertanyaan:1. Apakah transaksi pembelian apartemen untuk kasus diatas yang dilakukan oleh PT ABC merupakan Objek

PPnBM?2. Jika kemudian PT ABC melakukan penjualan unit apartemen dengan harga yang telah memenuhi kriteria

Objek PPnBM, apakah kewajiban pemungutan PPnBM tersebut dapat bergeser kepada PT ABC sebagai penjual tingkat kedua?

Jawab:• Sepanjang penyerahan apartemen oleh PT XYZ kepada PT ABC pada tahun 2006 memiliki luas

kurang dari 150 m2 atau harga jual bangunannya per m2 adalah kurang dari Rp 4.000.000,00, maka atas penyerahan tersebut tidak dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

• Penyerahan (penjualan) apartemen yang dilakukan oleh PT ABC tahun 2007 tidak terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), mengingat Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) hanya dikenakan satu kali, yaitu terhadap penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah tersebut dan PT ABC bukan merupakan Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah tersebut.

Page 180: Materi ppn

01/29/15 180

Perlakuan PPn BM atas KBm

Terutang PPn BM

Dibebaskan dariPPn BM

Tidak Terutang PPn BM

Page 181: Materi ppn

01/29/15 181

Perlakuan PPn BM atas KBmKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NO.355/KMK.03/2003 TANGGAL 11 -08- 2003TENTANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAKPENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PPnBM dikenakan atas:

a) Impor Kendaraan CBU berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, kendaraan Double Cabin, Kendaraan khusus, kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih dari 250 CC.

b) Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah Pabean berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus, kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih dari 250 CC.

c) Penyerahan kendaraan bermotor berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi dan kendaraan Double Cabin hasil pengubahan dari Kendaraan sasis atau Kendaraan pengangkutan barang.

Page 182: Materi ppn

01/29/15 182

Additional Note:

• Kendaraan bermotor dalam keadaan jadi (Completely Built Up) yang selanjutnya disebut Kendaraan CBU adalah kendaraan bermotor dalam keadaan tidak terurai menjadi bagian-bagian termasuk perlengkapannya serta memiliki sifat utama kendaraan bermotor yang bersangkutan.

• Kendaraan pengangkutan orang adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan penumpang termasuk sedan atau station wagon.

• Kendaraan Double Cabin adalah kendaraan bermotor dengan kabin ganda dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan massa total tidak lebih dari 5 ton.

• Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang dibuat untuk digunakan secara khusus seperti untuk golf, perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, termasuk trailer dan semi trailer dari jenis tipe caravan untuk perumahan atau kemah.

Page 183: Materi ppn

01/29/15 183

Perlakuan PPn BM atas Kendaraan Bermotor

2. PPnBM tidak dikenakan atas impor atau penyerahan:

1. Kendaraan CKD;

2. Kendaraan sasis;

3. Kendaraan pengangkutan barang;

4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 250 CC;

5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang atau lebih termasuk pengemudi.

Page 184: Materi ppn

01/29/15 184

• Kendaraan bermotor dalam keadaan terurai sama sekali (Completely Knocked Down) yang selanjutnya disebut Kendaraan CKD adalah kendaraan bermotor dalam keadaan terurai menjadi bagian-bagian termasuk perlengkapannya yang memiliki sifat utama kendaraan bermotor yang bersangkutan.

• Kendaraan sasis adalah rangka kendaraan yang telah dilengkapi dengan motor bakar dan atau dengan transmisinya serta gandar poros dan gandar yang terpasang yang bisa dimodifikasi menjadi kendaraan bermotor sesuai dengan kegunaannya.

• Kendaraan pengangkutan barang adalah kendaraan bermotor dengan kabin tunggal dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan jumlah penumpang tidak lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan barang baik yang disediakan untuk umum maupun pribadi.

Additional Note:

Page 185: Materi ppn

01/29/15 185

Perlakuan PPn BM atas Kendaraan Bermotor

3.Dibebaskan, yaitu atas impor / penyerahan :1) Kbm yang digunakan untuk kendaraan ambulan,

kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum;

2) Kbm yang digunakan untuk protokoler kenegaraan sepanjang dananya dari APBN/APBD;

3) Kbm untuk angkutan orang dengan kapasitas 10 s.d. 15 orang temasuk sopir yang dipakai untuk kendaraan dinas TNI/Polri sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD;

4) Kendaraan bermotor yang digunakan untuk patroli TNI/Polri sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD.

“Pembebasan PPnBM dilakukan dengan menggunakan SKB.”

Page 186: Materi ppn

01/29/15 186

• Kendaraan pengangkutan umum adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan orang dan/atau barang yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran selain dengan cara persewaan, baik dalam trayek maupun tidak dalam trayek, sepanjang menggunakan plat dasar polisi dengan warna kuning.

• Kendaraan protokoler kenegaraan adalah semua jenis kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan rombongan kepresidenan atau yang digunakan berkenaan dengan penyambutan tamu-tamu kenegaraan, tidak termasuk kendaraan bermotor yang digunakan oleh pejabat atau karyawan.

• Kendaraan patroli TNI/POLRI adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.

Additional Note:

Page 187: Materi ppn

01/29/15 187

TATACARA PEMBEBASAN PPn BM ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTORKEP-586/PJ./2001

1. Permohonan SKB PPn BM diajukan oleh TNI/POLRI untuk impor atau pembelian kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan dinas atau patroli TNI/POLRI dan oleh Sekretariat Negara untuk impor atau pembelian kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan Protokoler Kenegaraan, Kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Bendaharawan TNI/POLRI atau Bendaharawan Sekretariat Negara terdaftar

2. Permohonan SKB PPn BM diajukan oleh importir atau pembeli kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan kendaraan tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah, dan kendaraan angkutan umum, kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat importir atau pembeli kendaraan bermotor terdaftar (berdomisili),

Page 188: Materi ppn

01/29/15 188

TATACARA RESTITUSI PPn BM ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR YANG SUDAH DIPUNGUT PPn BM SEBELUM MENDAPATKAN SKB PPn BM

1. Distributor/Dealer/Agen/Penyalur yang menjual kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI/POLRI, kendaraan patroli TNI/POLRI, kendaraan Protokoler Kenegaraan, kendaraan ambulan, kendaraan tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah, dan kendaraan angkutan umum yang memperoleh SKB PPn BM, dapat mengajukan surat permohonan restitusi atas PPn BM yang telah dibayar kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak ditempat Distributor atau Dealer atau Agen atau Penyalur dikukuhkan.

2. Pengusaha angkutan umum yang telah dipungut PPn BM atas impor atau pembelian kendaraan bermotor sebelum/tanpa mendapatkan SKB PPn BM, dapat mengajukan permohonan restitusi atas PPn BM yang telah dibayar kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat importir atau pembeli kendaraan bermotor terdaftar (berdomisili)

3. TNI/POLRI yang telah dipungut PPn BM atas impor atau Pembelian kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan kendaraan dinas atau patroli TNI/POLRI atau Sekretariat Negara yang telah dipungut PPn BM atas impor atau pembelian kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan Protokoler Kenegaraan dapat mengajukan permohonan restitusi atas PPn BM yang telah dibayar kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Bendaharawan TNI/POLRI atau Bendaharawan Sekretariat Negara terdaftar

Page 189: Materi ppn

01/29/15 189

• Importir/pembeli yang telah dipungut PPn BM atas impor atau pembelian kendaraan ambulan, kendaraan tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan jenazah, dapat mengajukan permohonan restitusi atas PPn BM yang telah dibayar kepada Kepala Kantor elayanan Pajak di tempat impotir atau pembeli kendaraan bermotor terdaftar (berdomisili)

• Pengajuan permohonan restitusi PPn BM ini, harus dilakukan paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah bulan terjadinya penyerahan kendaraan kepada pembeli atau setelah bulan terjadinya impor (untuk impor yang dilakukan sendiri). Untuk menentukan saat penyerahan dimaksud, berpedoman pada Bukti Tanda Terima penyerahan kendaraan kepada pembeli.Contoh: Penyerahan kendaraan bermotor oleh Dealer "A" Kepada PO "B" dilakukan tanggal 15 September 2001, maka batas akhir pengajuan permohonan restitusi PPn BM adalah tanggal 14 September 2002.

TATACARA RESTITUSI PPn BM ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR YANG SUDAH DIPUNGUT PPn BM SEBELUM MENDAPATKAN SKB PPn BM

Page 190: Materi ppn

01/29/15 190

Pasal 7 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP - 229/PJ/2003:• Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari

pengenaan PPn BM,, sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor atau perolehannya dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula, maka PPn BM terutang yang dibebaskan tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak kendaraan bermotor tersebut dipindahtangankan atau diubah peruntukannya.

• Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan , PPn BM yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PPn BM ATAS IMPOR & PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR

Page 191: Materi ppn

01/29/15 191

Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam keadaan CBU

Transaksi Importir Distributor Dealer Sub Dealer/Showroom

KonsumenAkkhir

Impor / Pembelian1.Nilai Impor / Harga Pembelian2.PPN (10%)--PM3.PPnBM (50%)

200.000.00020.000.000

100.000.000

320.000.00032.000.000

340.000.00034.000.000

360.000.00036.000.000

418.000.000

Penyerahan / Penjualan1.Harga Beli2.Keuntungan3.PPnBM dibayar4.Harga Jual5.PPN (10%)--PK6.Harga Penjualan

200.000.00020.000.000

100.000.000320.000.000

32.000.000342.000.000

320.000.0020.000.000

-340.000.000

34.000.000374.000.000

340.000.00020.000.000

-360.000.00036.000.000

396.000.000

360.000.00020.000.000

-380.000.000

38.000.000418.000.000

Catatan:

1. Pada tiap tahapan penyerahan, masing-masing pihak (importir, distributor, dealer, sub dealer) mengenakan margin sebesar Rp 20 juta.

2. Konsumen akhir t idak memil iki SKB (Surat Keterangan Bebas) PPnBM.

Page 192: Materi ppn

01/29/15 192

Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam keadaan CBU

Transaksi Importir Distributor Dealer Sub Dealer/Showroom

KonsumenAkkhir

Impor / Pembelian1.Nilai Impor / Harga Pembelian2.PPN (10%)--PM3.PPnBM (50%)

200.000.00020.000.000

100.000.000

320.000.00032.000.000

340.000.00034.000.000

360.000.00036.000.000

308.000.000

Penyerahan / Penjualan1.Harga Beli2.Keuntungan3.PPnBM dibayar4.Harga Jual5.PPN (10%)--PK6.Harga Penjualan

200.000.00020.000.000

100.000.000320.000.00032.000.000

342.000.000

320.000.0020.000.000

-340.000.00034.000.000

374.000.000

340.000.00020.000.000

-360.000.00036.000.000

396.000.000

360.000.00020.000.000

(100.000.000)280.000.00028.000.000

308.000.000

Catatan:

1. Pada tiap tahapan penyerahan, masing-masing pihak (importir, distributor, dealer, sub dealer) mengenakan margin sebesar Rp 20 juta.

2. Konsumen akhir memiliki SKB (Surat Keterangan Bebas) PPnBM. Sub Dealer dapat mengajukan surat permohonan restitusi atas PPn BM yang telah dibayar kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak ditempat Sub Dealer tersebut dikukuhkan.

Page 193: Materi ppn

01/29/15 193

Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam keadaan CKD

Transaksi Importir/Pabrikan/ ATPM

Distributor Dealer Sub Dealer/Showroom

KonsumenAkkhir

Impor / Pembelian1.Nilai Impor / Harga Pembelian2.PPN (10%)--PM3.PPnBM (50%)

200.000.00020.000.000

-

220.000.00022.000.000

110.000.000

350.000.00035.000.000

370.000.00037.000.000

429.000.000

Penyerahan / Penjualan1.Harga Beli2.Keuntungan3.Harga Jual4.PPnBM (50%)5.PPN (10%)--PK6.Harga Penjualan

200.000.00020.000.000

220.000.000110.000.00022.000.000

352.000.000

330.000.0020.000.000

350.000.000-

35.000.000385.000.000

350.000.00020.000.000

370.000.000-

37.000.000407.000.000

370.000.00020.000.000

390.000.000

39.000.000429.000.000

Catatan:

1. Pada t iap tahapan penyerahan, masing-masing pihak (import ir, distributor, dealer, sub dealer) mengenakan margin sebesar Rp 20 juta.

2. Konsumen akhir t idak memiliki SKB (Surat Keterangan Bebas) PPnBM.

Page 194: Materi ppn

01/29/15 194

Contoh mekanisme retur BKP Mewah yang mengakibatkan PPnBM Lebih Bayar

Transaksi SPT Masa PPnBM BKP Mewah oleh Distributor

Importir/Pabrikan/ ATPM

Distributor 1 Distributor 2

Penyerahan / Penjualan tunai Mei ‘06:1. Harga Jual (termasuk marjin)2. PPN (10%)3. PPnBM yang harus dipungut (50%)4. Setor ke kas negara

220.000.00022.000.0000110.000.000132.000.000

100.000.00010.000.00050.000.000

120.000.00012.000.00060.000.000

BKP Mewah di Masa Juni ‘06:3. Harga Jual/ Beli4. PPN (10)5. PPnBM (50%)6. PPN yang diretur7. PPnBM yang diretur8. PPN LB [4-6]9. PPnBM LB [5-7]

100.000.00010.000.00050.000.00022.000.000

(110.000.000)12.000.00060.000.000

Retur: 180 juta100.000.0010.000.00050.000.000

Retur: 100juta120.000.00012.000.00060.000.000

Catatan: PPnBM LB t idak dapat dikompensasi tetaoi dapat direstitusi oleh Pabrikan dengan PPnBM LB t idak dapat dikompensasi tetaoi dapat direstitusi oleh Pabrikan dengan menggunakan surat permohonan tersendiri (t idak melalui SPT PPnBM).menggunakan surat permohonan tersendiri (t idak melalui SPT PPnBM).

Page 195: Materi ppn

01/29/15 195

Kasus

• PT. A merupakan ATPM sebuah merk Kbm, mengimpor 100 unit KBm dalam keadaan CKD. Dengan Nilai Impor Rp. 10 Milyar. BM yang telah dibayar adalah 20%. Semua Kendaraan Bermotor dirakit sendiri dengan biaya Rp. 20 juta perunit. Setelah selesai dijual dengan menambahkan unsur laba kotor sebesar Rp. 10 juta per unit. 50 unit dijual ke perusahaan Taksi yang telah dapat SKB.sedangkan sisanya dijual ke PT. B (dealer) dengan menambah unsur laba 8 juta. PT. B berhasil menjual 20 unit Kbm kepada PT. Newmont dengan menambah unsur laba kotor Rp. 3 juta perunit.

(Tarif PPn BM = 30%).Pertanyaan :- Berapa PPN dan PPn BM terutang atas impor ?- Berapa PPN dan PPn BM dipungut PT. A ?- Berapa PPN dan Pn BM yang dibayar PT. Newmont ?

• Apakah atas penyerahan Barang Mewah ke cabang terutang PPN dan PPnBM ?

Page 196: Materi ppn

01/29/15 196

SEBELUM 1 JANUARI 1995:1. PENANGGUHAN PEMB.PPN & PPnBM2. PENUNDAAN PEMB. PPN & PPnBM3. PPN & PPnBM DTP4. PPN & PPnBM DIBAYAR PEMERINTAH5. PPN & PPnBM TIDAK DIPUNGUT6. DIBEBASKAN

SEJAK 1 JANUARI 2001:1. PAJAK TERUTANG

TIDAK DIPUNGUT2. DIBEBASKAN DARI

PENGENAAN PAJAK

FASILITAS DI BIDANG PPN

SEJAK 1 JANUARI 1995 S.D 31 DESEMBER 2000:

1. PENANGGUHAN PEMB.PPN & PPnBM2. PENUNDAAN PEMB. PPN & PPnBM3. PPN & PPnBM DTP4. PPN & PPnBM TIDAK DIPUNGUT5. DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

Page 197: Materi ppn

01/29/15 197

PERBEDAAN PENANGGUHAN DENGAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PPN & PPnBM

• Dasar hukumKemenkeu No.577/KMK.00/1989, 1-4-1989 dg penegasan SE-10/PJ.51/1996, 11-4-1996

• Tujuan– Mempercepat pengkreditan Pajak

Masukan– Membantu Likuiditas perusahaan

• Subjek– pra 1/1/95: PKP– post 1/1/95: PMA/PMDN selaku PKP

yang surat persetujuan PMA/DN sudah ditandatangani pada 2/1/1992 atau selambat-lambatnya 31/3/1998

• Objek– pra 1/1/95: Impor & perolehan Br.

Modal berupa mesin & peralatan pabrik t idak termasuk suku cadang

– post 1/1/95: Impor yang dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun sejak penandatanganan Surat Persetujuan PMA/DN

• Jangka Waktu : Tidak Terbatas• Wewenang:

pra 1/1/95 : KPP & BKPMpost 1/1/95 : BKPMsejak 31/3/2001 : t idak adaPenangguhan mengandung pengertian pajak yang terutang tidak perlu dibayar

• Dasar hukumKeppres No.37/1986Keppres No.22/1989

• TujuanMenunjang peningkatan investasi

• Subjek– pra 1/1/95: PKP :Non PMA/PMDN

bidang usaha tertentu– post 1/1/95: Kontraktor Kontrak

BH / Karya di bidang pertambangan Migas (Berakhir Maksimal 31/12/1999)

• Objek– Impor Barang Modal– Jasa Pencarian & Pengeboran

Sumber Migas• Jangka Waktu

– Tidak > 5 tahun sejak perusahaan mulai berproduksi komersial

– Berakhir pada saat perusahaan berproduksi komersial

– Khusus bagi kontraktor Kontrak BH / karya di bidang Pertanbangan migas, berakhir pada saat berproduksi komersial

• Wewenang:Direktur Jenderal Pajak

PENANGGUHAN PENUNDAAN

Page 198: Materi ppn

01/29/15 198

PAJAK TERUTANGTIDAK DIPUNGUT

•Mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Kawasan Berikat dan Entreport Produksi untuk tujuan Ekspor (EPTE), atau untuk pengembangan Wilayah lain dalam Daerah Pabean yang dibentuk khusus untuk maksud tersebut;

•menampung kemungkinan perjanjian dengan negara tau negara-negara lain dalam bidang perdagangan dan investasi;

•Mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengadaan vaksin-vaksin yang diperlukan dalam rangka Program Imunisasi Nasional;

•Menjamin tersedianya peralatan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia (TNI/POLRI)

•Menjamin tersedianya data batas dan photo udara wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mendukung pertahanan nasional;

•Meningkatkan pendidikan pembangunan tempat-tempat ibadah;

•Menjamin tersedianya perumahan yang terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah & mendorong pengembangan armada nasional di bidang angkutan darat, air, dan udara;

•Mendorong pembangunan nasional dengan membantu tersedianya barang-barang yang bersifat strategis setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

FASILITAS DI BIDANG PPN( Ps.16 B ayat (1) UU PPN 1984)

1. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;

2. Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;

3. Impor Barang Kena Pajak tertentu / bersifat strategis

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak t idak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

Page 199: Materi ppn

01/29/15 199

Fasilitas PPN (Pasal 16B)

Fasilitas

Tidak Dipungut Fasilitas Dibebaskan

Perbedaan yang prinsip pada fasilitas ini adalah pada perlakuan Pajak Masukan :

- PaJak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan yang mendapat fasilitas tidak dipungut dapat dikreditkan;

- Sedangkan yang penyerahannya dibebaskan tidak dapat dikreditkan.

Ada Dua Fasilitas

Page 200: Materi ppn

01/29/15 200

• Impor dan atau penyerahan BKP tertentu dan penyerahan JKP tertentu ( PP 146 Tahun 2000 Jo PP 38 Tahun 2003)

• Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis (PP 12 Tahun 2000 Jo. PP 46 Tahun 2003)

• Restitusi/Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara Asing/Badan-badan Internasional Serta Pejabat/Tenaga Ahlinya sesuai Vienna Convention Tahun 1961 dan Tahun 1963 jis. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1982 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.01/1998 yang diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.52/1998

Fasilitas Dibebaskan

Page 201: Materi ppn

01/29/15 201

Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya, dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT. PINDAD, untuk keperluan TNI dan POLRI yang belum dibuat di dalam negeri

IMPOR BKP TERTENTU

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 1 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional;

ContinuedContinuedContinuedContinued

Pembebasan PPN diberikan setelah memperoleh SKB PPN dari Dirjen Pajak

Page 202: Materi ppn

01/29/15 202

Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan angkutan Udara Niaga NasionaI

IMPOR BKP TERTENTUKereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;

Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia

Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN

Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 1 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Pembebasan PPN diberikan setelah memperoleh SKB PPN dari Dirjen Pajak

Page 203: Materi ppn

01/29/15 203

Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

PENYERAHAN BKP TERTENTU

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 2 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT. PINDAD, untuk keperluan TNI dan POLRI;

ContinuedContinuedContinuedContinued

Pembebasan PPN diberikan setelah memperoleh SKB PPN dari Dirjen

Pajak

Pembebasan PPN TANPA MEMERLUKAN SKB PPN dari Dirjen

Pajak

Page 204: Materi ppn

01/29/15 204

BATASAN RUMAH SEDERHANA, RUMAH SANGAT SEDERHANA, RUMAH SUSUN SEDERHANA, PONDOK BORO, ASRAMA MAHASISWA, DAN PELAJAR SERTA PERUMAHAN LAINNYA

Dasar Hukum: PMK No: 36/PMK.03/2007 tanggal 11 April 2007.• Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan

Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang perolehannya, secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 49.000.000,- (empat puluh sembilan juta rupiah); dan2. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan

tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.• Termasuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari

pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang diserahkan kepada Bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 49.000.000,-(empat puluh sembilan juta rupiah);2. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat yang

berpenghasilan rendah dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan3. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam

jangkawaktu 6 (enam) bulan sejak dibeli.

Page 205: Materi ppn

01/29/15 205

BATASAN RUMAH SEDERHANA, RUMAH SANGAT SEDERHANA, RUMAH SUSUN SEDERHANA, PONDOK BORO, ASRAMA MAHASISWA, DAN PELAJAR SERTA PERUMAHAN LAINNYA

Dasar Hukum: PMK No: 36/PMK.03/2007 tanggal 11 April 2007.•Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:

a) harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah);

b) luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi);

c) pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan

d) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

•Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.

Page 206: Materi ppn

01/29/15 206

BATASAN RUMAH SEDERHANA, RUMAH SANGAT SEDERHANA, RUMAH SUSUN SEDERHANA, PONDOK BORO, ASRAMA MAHASISWA, DAN PELAJAR SERTA PERUMAHAN LAINNYA

Dasar Hukum: PMK No: 36/PMK.03/2007 tanggal 11 April 2007.• Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.

• Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 meliputi:

a) Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, huruf b, ayat (3) atau Pasal 3 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh;

b) Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam nasional.

Page 207: Materi ppn

01/29/15 207

Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapall pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional;

PENYERAHAN BKP TERTENTU

Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN

Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama

ContinuedContinuedContinuedContinued

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 2 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Pembebasan PPN diberikan setelah memperoleh SKB PPN dari Dirjen Pajak

Page 208: Materi ppn

01/29/15 208

Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;

PENYERAHAN BKP TERTENTU

Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia kepada Tentara Nasional Indonesia.

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 2 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Pembebasan PPN diberikan setelah memperoleh SKB PPN dari Dirjen Pajak

Page 209: Materi ppn

01/29/15 209

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga NasionaI atau perusahaan penangkapan ikan nasional yang meliputi :

a. Jasa persewaan kapal;b. Jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda,

jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh;c. Jasa perawatan atau reparasi (docking)

kapal;

PENYERAHAN JKP TERTENTU

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 3 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi :

a) Jasa persewaan pesawat udara;

b) Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara;

Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah

Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT Kereta Api Indonesia;

ContinuedContinuedContinuedContinued

Page 210: Materi ppn

01/29/15 210

Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana;

PENYERAHAN JKP TERTENTU

Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 3 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Page 211: Materi ppn

01/29/15 211

(1) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ternyata digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka 5 (lima) tahun sejak saat impor dan atau perolehan, maka Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindahtangankan.

(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

(3) Pajak Pertambahan Nilai yang wajib dibayar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak dapat dikreditkan

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPs. 4 PP No.146/2000 jo PP No.38/2003

Page 212: Materi ppn

01/29/15 212

PPN Dibebaskan atas Kelompok Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat Strategis

No Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tanggal 22 Maret 2001 mulai 1 Januari 2001

s.d 31 Juli 2002

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2002 tanggal 23 Juli 2002 Mulai 1 Agustus

20021 Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam

keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;Dihapus;

2 Makanan ternak, unggas, dan ikan, dan atau bahan baku untuk pembuatan makanan

Makanan ternak, unggas, dan ikan, dan atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan;

3 Barang hasil pertanian; Barang hasil pertanian;

4 Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan;

Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan;

5 Bahan baku perak dalam bentuk butiran (granule) dan atau dalam bentuk batangan;

Dihapus;

6 Bahan baku untuk pembuatan uang kertas rupiah dan uang logam rupiah;

Dihapus;

7 Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan

Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum

8 Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 watt. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 watt.

Page 213: Materi ppn

01/29/15 213

PPN Dibebaskan atas Kelompok Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat Strategis

No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 tanggal 01 Mei 2007 Mulai 1 Mei 2007

1 Impor dan Penyerahan di dalam daerah pabean atas Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang; yang diperlukan langsung dalam proses menghasilkan BKP Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak

2 Impor dan Penyerahan di dalam daerah pabean atas bahan baku makanan ternak atau makanan ternak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak

3 Impor dan Penyerahan di dalam daerah pabean atas Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak.

4 Impor dan Penyerahan di dalam daerah pabean atas Barang hasil pertanian yang meliputi hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perburuan atau penangkapan maupun penangkaran atau perikanan baik dari penangkapan atau budidaya Tidak Memerlukan SKB PPN

5 Penyerahan Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum Tidak Memerlukan SKB PPN

6 Penyerahan Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 watt Tidak Memerlukan SKB PPN

7 Penyerahan Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut RUSUNAMI.

Page 214: Materi ppn

01/29/15 214

Adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan :

1) luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);

2) harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah);

3) diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan

5) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

Rumah Susun Sederhana Milik ( RUSUNAMI)

Page 215: Materi ppn

01/29/15 215

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN & PPnBM(Kep. Menkeu No. 25/KMK.01/1998, 27/1/1998)

Asas Timbal Balik

PerwakilanNegara Asing

Badan Internasional di Indonesia yg memperoleh

kekebalan diplomatikserta Pejabat/ tenaga ahlinya

Atas RekomendasiDeplu/Sekab

KPP BADORA

SURAT PEMBEBASAN PPN/PPnBM

Dlm hal terlanjur dipungut dptDimintakan restritusi

SE-10/PJ.52/199818 mei 1998

Restitusi mengacu pd surat DJP kpd KPP BADORANo. S-2677/PJ.55.1993, 13/10/1993

SE-10/PJ.52/199818 Mei 1998

Page 216: Materi ppn

01/29/15 216

Fasilitas Tidak Dipungut

• Penyerahan BKP/JKP dalam rangka proyek Pemerintah yang dananya dari Hibah atau bantuan luar negeri ( PP. 42 tahun 1995 Jo. PP. 25 Thn 2001 )

• EPTE (Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor) dan Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat ( PP. 3 Tahun 1996 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 855/KMK.01/1993 Tentang Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE).

• Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam (Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun jo. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2005).

• Penyerahan Avtur Untuk Keperluan Penerbangan Internasional (Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2005 ).

• Toko Bebas (Bea Keputusan Menteri Keuangan Nomor 128/KMK.05/2000)

• Tempat Penimbunan Berikat di Pulau Batam, Bintan dan Karimun (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.04/2005 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.04/2005 )

Page 217: Materi ppn

01/29/15 217

Fasilitas Tidak Tipungut

• Tempat Penimbunan Berikat (Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.04/2005)

• KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) (PP. 20 Tahun 2000 jo. PP.147 Tahun 2000)

• Impor barang dan atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan diekspor eks BAPEKSTA (KMK No.129/KMK.04/2003 tanggal 9 April 2003,mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2003), ditindaklanjuti dengan Tata Laksana Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE)-KMK No.580/KMK.04/2003 tanggal 31 Desember 2003).

• Impor barang operasi perusahaan nasional atau asing atau patungan yang bekerjasama dengan PERTAMINA dalam usaha pemurnian dan Pengolahan minyak dan gas bumi (Kep.Presiden No.42 Tahun 1989 jo. KMK No.1447/KMK.013/1990 jo. SE. No:02/PJ.32/1991).

• Impor Barang Berdasarkan Kontrak bagi Hasil (Production Sharing Contracts) Minyak dan Gas Bumi (Peraturan Menteri Keuangan No:20/PMK.010/2005 tanggal 3 Maret 2005).

Page 218: Materi ppn

01/29/15 218

Proyek Pemerintah yang Dananya dari Hibah atau Bantuan Luar Negeri(PP. 42/1995 Jo. KMK. 239/KMK.01/1996)

• Yang memperoleh Fasilitas adalah Pemerintah.• Perlakuan PPN :1. Fasilitas PPN tidak dipungut diberikan atas :

Pemasukan barang/jasa dari luar Daerah Pabean oleh kontraktor utama meliputi : impor BKP, Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean;

Penyerahan BKP/JKP oleh kontraktor utama kepada pemilik proyek

2. Perolehan BKP/JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh kontraktor utama dari sub kontraktor atau pihak lain tetap terutang PPN.

Page 219: Materi ppn

01/29/15 219

Proyek Pemerintah yang Dananya dari Hibah atau Bantuan Luar Negeri

3. Dalam hal dana selain dari hibah/bantuan luar negeri juga dari APBN/APBD berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. Atas penyerahan/penerimaan termijn proyek yang dibiayai dari hibah/

pinjaman luar negeri: - PPN/PPnBM tidak dipungut; - Faktur Pajak tetap dibuat dengan diberi cap “PPN dan

PPnBM tidak dipungut; - Surat Setoran Pajak tidak perlu dibuat; b. Atas penyerahan/penerimaan termijn proyek yg dibiayai dari

APBN/APBD: - PPN/PPnBM terutang wajib dipungut; - Faktur Pajak wajib dibuat;

- SSP wajib dibuat sesuai dengan ketentuan. c. Meskipun tidak ada SSP, dalam pelaporan SSP dianggap

sudah diterima.

Page 220: Materi ppn

01/29/15 220

PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH YG DANANNYA BERASAL DARI BANTUAN

LUAR NEGERI

FAKTUR PAJAK

SUB KONTRAKTORSUB KONSULTANSUB PEMASOK

BKP/JKP

PPN/PPnBM

KONTRAKTOR UTAMAKONSULTAN UTAMAPEMASOK UTAMA

FAKTUR PAJAK

BKP/JKP

FAKTUR PAJAK DICAP“PPN&PPnBM TDK DIPUNGUT

eks PP No.42 Th 1995”

PEMERINTAH

Bantuan LN

IMPOR BKPBKP TIDAK BERWUJUDJKP

PPN & PPnBM TIDAK

DIPUNGUT

PM YANG DAPAT

DIKREDITKANSE-19/PJ.53/1996, 4-6-1996

(SERI PPN 34-95)

Page 221: Materi ppn

01/29/15 221

Kawasan Berikat Pulau Batam(PP 63 Tahun 2003 Jo KMK 583/KMK.03/2003)

• Diberikan Fasilitas tidak dipungut yaitu atas :a. penyerahan Barang Kena Pajak, yaitu :– penyerahan BKP antar Pengusaha;– penyerahan BKP dari PKP di Daerah Pabean di luar kawasan

berikat daerah industri pulau Batam; Sepanjang BKP tersebut akan digunakan untuk menghasilkan

BKP yang diekspor.

b. Impor BKP oleh pengusaha sepanjang BKP tersebut akan digunakan

untuk menghasilkan BKP yang diekspor• Atas penyerahan BKP dan/atau impor BKP selain yang digunakan

untuk menghasilkan BKP untuk diekspor dan penyerahan JKP di/ke/dari Kawasan Berikat daerah industri pulau Batam, terutang PPN dan atau PPnBM, yang pengenaannya dilakukan secara bertahap.

• Atas penyerahan yang dapat fasilitas Faktur Pajak di cap “PPN TIDAK DIPUNGUT SESUAI DENGAN PP. 63 TAHUN 2003”

Page 222: Materi ppn

01/29/15 222

PPN DI KAWASAN BERIKAT PULAU BATAM(Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2003 jo. Kepmenkeu No.583/KMK.03/2003)

Kaber P. Batam

PT A

PT B PT C

Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean

PT D PT FDikenakan PPN/PPnBMPT E

BKP/JKP

PPN/PPnBM TDK

DIPUNGUT

BKP

Belum diperlakukan sebagai Impor

JKP BKPTERTENTU

TIDAK DIKENAKAN PPN /PPnBM

PPN & PPnBM TIDAK DPUNGUT

EKSPOR BKP

PIB dibubuhi cap “ PPN dan PPnBM Tidak Dipungut sesuai dengan PP Nomor 63 Tahun 2003

1. PT C DIKUKUHKAN SBG PKP2. MEMBAYAR PPN ATAS IMPOR

BAHAN (BKP) MENGGUNAKAN SSP & PIB

3. MEMBUAT FP UTK MEMUNGUT PPN/PPnBM THT PT F

FP dibubuhi cap “ PPN dan PPnBM Tidak Dipungut sesuai dengan PP Nomor 63 Tahun 2003

EKSPOR BKP

Page 223: Materi ppn

01/29/15 223

PPN Di Kawasan Berikat P. Batam(Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2003 jo. Kepmenkeu No.583/KMK.03/2003

PT B PT A

PT FPKP E

FP dibubuhi cap “ PPN dan PPnBM Tidak Dipungut sesuai dengan PP Nomor 63 Tahun 2003

Tdk dikenakan PPN/PPnBM

Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean

KABER P. BATAM

Dikenakan PPN/PPnBM

Minuman Berakohol

Rokok dan Hasil Tembakau Lainnya

Kend. Bermotor

Minuman Berakohol

Rokok dan Hasil Tembakau Lainnya

Kend. Bermotor

BKP UTK DIOLAH TUJUAN EKSPOR

BKP DIGUNAKAN UTK MENGHASILKAN BKP YANG AKAN DIEKSPOR

Barang Elektronik

Barang Elektronik

PT CJKP

PPN/PPnBM TIDAK DPUNGUT

Dikenakan PPN/PPnBM

Page 224: Materi ppn

01/29/15 224

Kawasan Berikat(Kepmenkeu No.291/KMK.05/1997, 26 Juni 97 jo

No.292/KMK.01/1998, 20 Mei 1998) Mulai berlaku 1 April 1997

Suatu bangunan Tempat/kawasan dg batas tertentu

Pengo-lahan

Ranc.Bangun

Pereka-yasaan

Pennyor-tiran

Pemrksaan.Awal/Akhir

Penge-pakan

Pergud./Penimb.

Barang dan bahan asal impor atauDari Daerah Pabean Ind. Lainnya

HasilnyaTerutama utk

Ekspor

PENYELENGGARAKAWASAN BERIKAT (PKB)

PT Koperasi (BH)

Yayasan

Memiliki, menguasai, mengelola & menyediakan sarana,Prasarana guna keperluan Pengusaha di KB (PDKB)

Page 225: Materi ppn

01/29/15 225

Perlakuan PPN di Kawasan Berikat Diluar Kawasan Berikut Pulau Batam(KMK No. 291/KMK.03/1997 Jo. PER No.587/KMK.04/2004)

Fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut :1. Impor barang modal atau peralatan perkantoran yang

semata-mata dipakai oleh PKB termasuk PKB merangkap sb. PDKB;

2. Impor barang modal dan peralatan pabrik yang berhubunganlangsung dengan kegiatan produksi PDKB yang semata- matadipakai di PDKB;

3. Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB4. Pemasukan BKP dari DPIL ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;5. Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB

lainnya untuk diolah lebih lanjut;6. Pengeluaran barang dari dan/atau bahan dari PDKB ke

perush. Industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangkasubkontrak;

Page 226: Materi ppn

01/29/15 226

7. Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak oleh PKP di DPIL atau PDKB lainnya kepada PKP PDKB asal;

8. Peminjaman mesin dan/atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembalian-nya ke PDKB asal;

9. Pengeluaran barang dari KB yang ditujukan kepada orang yang memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor

10. Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas Kemudahan Impor Untuk Tujuan Ekspor dari DPIL untuk diolah lebih lanjut oleh PDKB diberikan fasilitas yang sama dengan perlakuan barang yang diekspor;

11. Pengeluaran barang dari KB yang ditujukan kepda orang yang memperoleh fasilitas pembebasan atau penangguhan BM,Cukai dan pajak dalam rangka impor;

12. Pemasukan pengemas (packing material) dari DPIL ke KB untuk menjadi satu kesatuan dengan barang hasil olahan PDKB.

Lanjutan KB

Page 227: Materi ppn

01/29/15 227

Kawasan Pengembangan Ekonomi TerpaduFasilitas PPN & PPnBM Tidak Dipungut kepada PDKB di dalam wilayah KAPET

(Peraturan Pemerintah No:20 Tahun 2000 jo. SE-04/PJ.32/2000)

• Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut KAPET, merupakan wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan:

a) memiliki potensi untuk cepat tumbuh; dan ataub) mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya; dan atauc) memerlukan dana investasi yang besar bagi

pengembangannya.

Penetapan KAPET berikut batas-batasnya dilakukan dengan Keputusan Presiden tersendiri (Biak, Batulicin, Samarinda, Sanga-Sanga dan Muara Jawa, dan Balikpapan, Sanggau, Manado-Bitung, Mbay, Pare-Pare, Seram, Bima,Batui, Buton, Kolaka dan Kendari, Daerah Aliran Sungai Kahayan, Kapuas dan Barito, Sabang)

Page 228: Materi ppn

01/29/15 228

Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1993 Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Pabean, Perpajakan Dan Tata Niaga Impor Bagi Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (Epte) Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1993Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 855/Kmk.01/1993 Tentang Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (Epte)

• Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor yang selanjutnya disebut EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri dengan batas-batas tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan dan tata niaga impor, yang diperuntukan bagi pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal dari luar daerah pabean Indonesia, kawasan Berikat, EPTE lainnya, atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor

• Penetapan suatu tempat atau bangunan sebagai EPTE dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan menerbitkan izin EPTE

• Suatu tempat atau bangunan dari suatu Perusahaan Industri dapat ditetapkan sebagai EPTE apabila merupakan tempat atau bangunan dengan pengamanan tertentu untuk menjamin keamanan dan keselamatan barang-barang yang berada dalam EPTE serta untuk memudahkan pengawasan oleh petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Page 229: Materi ppn

01/29/15 229

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 399/KMK.01/1996TENTANG GUDANG BERIKAT

• Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian merek/label, pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat, atau reekspor tanpa adanya pengolahan

• Penetapan suatu bangunan, tempat, atau kawasan sebagai GB diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.atas nama Menteri kepada PGB dengan menerbitkan izin penyelenggaraan GB

• Barang dan peralatan yang digunakan dalam rangka pembangunan dan kegiatan Gudang Berikat (GB) yang diimpor oleh PGB diberikan penangguhan bea masuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22.

• Barang atau bahan asal impor yang dimasukkan ke GB oleh PPGB diberikan fasilitas berupa penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, tidak dipungut PPN, PPn BM, dan PPh Pasal 22.

• Barang atau bahan asal impor yang dimasukkan ke GB dengan tujuan untuk dikonsumsi di dalam GB, dikenakan bea masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor.

Page 230: Materi ppn

01/29/15 230

TATA LAKSANA KEMUDAHAN IMPOR UNTUK TUJUAN EKSPOR (KITE)(KMK No:580/KMK.04/2003)

• Fasilitas PPN/PPnBM tidak dipungut atas:– Impor BKP dan/atau bahan asal impor untuk diolah, dirakit, atau dipasang

pada BKP lain dengan tujuan untuk diekspor;– Terhadap barang hasil olahan yang bahan bakunya berasal dari impor yang

diserahkan ke Kawasan Berikat untuk diproses lebih lanjut.• Dalam hal PPN/PPnBM telah dibayar, dapat diberikan pengembalian

setelah dilakukan ekspor/penyerahan.• Untuk mendapatkan fasilitas, perusahaan terkait harus memiliki Nomor

Induk Perusahaan (NIPER) yang diterbitkan oleh Dit.Jenderal Bea dan Cukai.

• Dalam hal permohonan dikabulkan, maka pemohon wajib:– Menyerahkan jaminan berupa jaminan Bank, Customs Bond atau Surat

Sanggup Bayar (SSB) kepada Ditjen Bea CUkai sebesar pajak terutang yang memperoleh fasilitas, sebelum pengeluaran barang.

• Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal persetujuan fasilias, rencana ekspor atau penyerahan kepada Kawasan Berikat tidak direalisasi, maka pajak terutang yang telah memperoleh fasilitas wajib disetor ke kas negara dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.`

• PEnjualan produk di dalam negeri dapat dilakukan apabila rencana ekspor atau penyerahan kepada Kawasan Berikat sudah direalisasi dengan mengajukan permohonan kepada Ditjen Bea Cukai.

Page 231: Materi ppn

01/29/15 231

Restitusi

• Restitusi terjadi bila terjadi lebih bayar (Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran)

• Lebih bayar umumnya terjadi karena :1. PKP melakukan ekspor;2. PKP menjadi pemasok pengusaha di kawasan berikat atau

PKP berstatus EPTE;3. PKP melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pihak yang

memperoleh fasilitas PPN tidak dipungut;4. PKP melakukan penyerahan kepada WAPU;5. Terjadi kekeliruan sehingga setelah pembetulan terjadi lebih

bayar;

Page 232: Materi ppn

Hal-232

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/Pj/2006 Tentang Jangka Waktu Penyelesaian Dan Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

SE-08/PJ.53/2006 Tentang Jangka Waktu Penyelesaian Dan Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

SE-09/PJ.53/2006 Tentang Jangka Waktu Penyelesaian Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Page 233: Materi ppn

01/29/15 233

DEFINISIRESTITUSI

Permohonan pengembalian (RESTITUSI) adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak melalui:

a) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom “Dikembalikan (restitusi)”; atau

b) Surat permohonan tersendiri, apabila kolom “Dikembalikan (restitusi)” dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Page 234: Materi ppn

01/29/15 234

CAKUPANRESTITUSI

KELEBIHAN PEMBAYARAN PPN / PPnBM TERHADAP:• Pengusaha Kena Pajak yang mengkreditkan Pajak

Masukan lebih besar terhadap Pajak Keluaran dalam suatu masa pajak (Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983).

• Pengusaha Kena Pajak yang mengekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dapat meminta kembali Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dibayar pada waktu perolehan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang diekspor tersebut (Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 )

Page 235: Materi ppn

01/29/15 235

Mengajukan Permohonan Restitusi PPN / PPnBM

ALUR RESTITUSI PPN / PPnBM

Memproses resitusi PKP melalui:

1.Pemeriksaan2.Penelitan

Surat Ketetapan Pajak(SKP)

1. SPT Masa PPN / Surat Permohonan,dan

2. Dokumen atau bukti pendukung

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPPKPP)

Page 236: Materi ppn

01/29/15 236

PERMOHONAN RESTITUSI

OLEH OLEH

Disampaikan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Di Tempat Pengusaha

Kena Pajak Dikukuhkan

PKP SELAIN PKP KRITERIA TERTENTU, TERMASUK PKP DENGAN KEGIATAN TERTENTU (EKSPORTIR & REKANAN

WAPU)

Permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa

Pajak

PKP KRITERIA TERTENTU (WP SESUAI DGN Ps.17 UU

KUP)

Page 237: Materi ppn

01/29/15 237

Saat diterimanya permohonan pengembalian secara lengkap SE-08/PJ.53/2006

Dalam hal PKP selain PKP kriteria tertentu, saat diterimanya permohonan pengembalian secara lengkap adalah saat permohonan diterima dan telah dilengkapi dengan bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam pengajuan permohonan..!

Dalam hal PKP selain PKP kriteria tertentu, saat diterimanya permohonan pengembalian secara lengkap adalah saat permohonan diterima dan telah dilengkapi dengan bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam pengajuan permohonan..!

Betul…dan jika sampai dengan jangka waktu berakhir, PKP tidak melengkapi bukti atau

dokumen yang dipersyaratkan maka saat permohonan

pengembalian diterima secara lengkap adalah saat

berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan sejak saat permohonan diterima..

Betul…dan jika sampai dengan jangka waktu berakhir, PKP tidak melengkapi bukti atau

dokumen yang dipersyaratkan maka saat permohonan

pengembalian diterima secara lengkap adalah saat

berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan sejak saat permohonan diterima..

Page 238: Materi ppn

01/29/15 238

Kriteria WP yang dapat diberikan SKPPKP[ WP KRITERIA TERTENTU]

Kriteria WP yang dapat diberikan SKPPKP[ WP KRITERIA TERTENTU]

WP YANG :1. TEPAT WAKTU DALAM PENYAMPAIAN SPT (2 TAHUN TERAKHIR)2.TIDAK MEMPUNYAI TUNGGAKAN PAJAK (KECUALI YANG

MEMPUNYAI IZIN UNTUK MENUNDA ATAU MENGANGSUR)3. TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN KARENA MELAKUKAN TINDAK

PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DALAM JANGKA WAKTU 10 TAHUN TERAKHIR

4. DALAM HAL LAPORAN KEUANGAN DIAUDIT , HARUS DENGAN PENDAPAT WAJAR TANPA PENGECUALIAN ATAU WAJAR DG PENGECUALIAN SEPANJANG TIDAK MEMPENGARUHI R/L FISKAL

5. DALAM HAL L/K TIDAK DIAUDIT : a. WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN SEPANJANG MEMENUHI SYARAT 1, 2, 3 b. DALAM 2 (DUA) TAHUN PAJAK TERAKHIR, BILA PERNAH DIPERIKSA SEPANJANG KOREKSI ATAS PAJAK TERUTANG MAKSIMAL 5 %

WP YANG :1. TEPAT WAKTU DALAM PENYAMPAIAN SPT (2 TAHUN TERAKHIR)2.TIDAK MEMPUNYAI TUNGGAKAN PAJAK (KECUALI YANG

MEMPUNYAI IZIN UNTUK MENUNDA ATAU MENGANGSUR)3. TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN KARENA MELAKUKAN TINDAK

PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DALAM JANGKA WAKTU 10 TAHUN TERAKHIR

4. DALAM HAL LAPORAN KEUANGAN DIAUDIT , HARUS DENGAN PENDAPAT WAJAR TANPA PENGECUALIAN ATAU WAJAR DG PENGECUALIAN SEPANJANG TIDAK MEMPENGARUHI R/L FISKAL

5. DALAM HAL L/K TIDAK DIAUDIT : a. WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN SEPANJANG MEMENUHI SYARAT 1, 2, 3 b. DALAM 2 (DUA) TAHUN PAJAK TERAKHIR, BILA PERNAH DIPERIKSA SEPANJANG KOREKSI ATAS PAJAK TERUTANG MAKSIMAL 5 %

KMK No 544//KMK.04/2000

KUP 60

Page 239: Materi ppn

Hal-239

BUKTI-BUKTI ATAU DOKUMEN-DOKUMEN

YANG HARUS DISAMPAIKAN DALAM RANGKA RESTITUSI

OLEHPKP SELAIN PKP

KRITERIA TERTENTU

Page 240: Materi ppn

01/29/15 240

Dalam hal penyerahan/perolehan/penerimaan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak serta pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean

Dokumen dan bukti yang harus disampaikan:

1. Faktur Pajak Keluaran dan,2. Faktur Pajak Masukan yang berkaitan dengan

kelebihan pembayaran pajak yang dimintakan pengembalian,termasuk

3. Dokumen-dokumen pendukung yaitu:1) Faktur penjualan/faktur pembelian, apabila

Faktur Pajak dibuat berbeda dengan faktur penjualan/faktur pembelian;

2) Bukti pengiriman/penerimaan barang; dan3) Bukti penerimaan/pembayaran uang atas

pembelian/penjualan barang/jasa.

Page 241: Materi ppn

01/29/15 241

Dalam hal impor Barang Kena Pajak

Dokumen dan bukti yang harus disampaikan:

• Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Setoran Pajak atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut;

• Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS), sepanjang termasuk dalam kategori wajib LPS;

• Surat kuasa kepada atau dokumen lain dari Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) untuk pengurusan barang impor, dalam hal pengurusan dikuasakan kepada PPJK.

Page 242: Materi ppn

01/29/15 242

Dalam hal Ekspor Barang Kena Pajak

Dokumen dan bukti yang harus disampaikan:• Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan

persetujuan ekspor oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berwenang dan dilampiri dengan faktur penjualan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut.

• Instruksi pengangkutan (melalui darat, udara atau laut), ocean B/L atau Master B/L atau Airway Bill (dalam hal ocean B/L atau Master B/L tidak ada, maka B/L harus dilampiri dengan fotokopi ocean B/L atau Master B/L yang telah dilegalisasi oleh pihak yang menerbitkannya), dan packing list;

• Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari bank, yang telah dilegalisasi oleh bank yang bersangkutan atau fotokopi L/C yang telah dilegalisasi oleh bank koresponden, dalam hal ekspor menggunakan L/C;

• Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi Barang Kena Pajak yang diekspor, dalam hal Barang Kena Pajak yang diekspor diasuransikan; dan

• Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti kedutaan besar negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya sertifikasi.

Page 243: Materi ppn

01/29/15 243

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

Dokumen dan bukti yang harus disampaikan:

• Kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) atau surat pesanan atau dokumen sejenis lainnya; dan

• Surat Setoran Pajak.

Page 244: Materi ppn

01/29/15 244

Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi kelebihan pembayaran pajak akibat kompensasi dari Masa Pajak sebelumnya

Bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disampaikan meliputi se luruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen pendukung yang di je laskan sebelumnya berkenaan dengan kelebihan pembayaran pajak Masa Pajak yang bersangkutan.

Page 245: Materi ppn

Hal-245

PENYAMPAIAN DOKUMEN

ATAU

Page 246: Materi ppn

Hal-246

Pengusaha Kena Pajak harus melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut paling lambat 1

(satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan

Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Surat permintaan bukti atau dokumen kepada

Pengusaha Kena Pajak

Page 247: Materi ppn

Hal-247

Bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disusulkan tetap harus dilengkapi seluruhnya paling lambat 1 (satu) bulan

sejak saat diterimanya permohonan

Apabila sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau

dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam permohonan pengembalian, maka permohonan pengembalian tetap diproses sesuai

dengan data yang ada atau diterima.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan surat pemberitahuan kepada Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, paling lambat pada saat penyampaian pemberitahuan hasil pemeriksaan.

Page 248: Materi ppn

Hal-248

Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen disusulkan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud berakhir (lewat satu bulan sejak saat diterimanya permohonan), maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut merupakan data yang tidak diperhitungkan pada saat pemeriksaan, pada saat keberatan, maupun pada saat banding.

WARNING

Page 249: Materi ppn

01/29/15 249

Permohonan Pengembalian Diajukan Oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu

Bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana

dimaksud sebelumnya tidak wajib disampaikan….Wah,

enak ya ..!!!!

Bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana

dimaksud sebelumnya tidak wajib disampaikan….Wah,

enak ya ..!!!!

Page 250: Materi ppn

01/29/15 250

Tetapi, jika terdapat kompensasi kelebihan pembayaran pajak dari Masa-masa Pajak

sebelum Pengusaha Kena Pajak ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu dilakukan pemeriksaan, maka

Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu wajib melengkapi bukti-bukti atau dokumen-

dokumen sebagaimana dijelaskan sebelumnya…Nah, ini yg repot…!!!

Tetapi, jika terdapat kompensasi kelebihan pembayaran pajak dari Masa-masa Pajak

sebelum Pengusaha Kena Pajak ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu dilakukan pemeriksaan, maka

Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu wajib melengkapi bukti-bukti atau dokumen-

dokumen sebagaimana dijelaskan sebelumnya…Nah, ini yg repot…!!!

Permohonan Pengembalian Diajukan Oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu

Page 251: Materi ppn

01/29/15 251

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN RESTITUSIMELALUI PEMERIKSAAN PAJAK (TAX AUDIT)

No Kriteria PKP Jangka Waktu

1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu yang memiliki risiko rendah

2 (dua) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap

2.

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada no.1 diatas

4 (empat) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap

3.

Pengusaha Kena Pajak selain Pengusaha Kena Pajak dengan kriteria tertentu dan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada no.1 dan no.2 diatas

12 (dua belas) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap

4.

Pengusaha Kena Pajak, termasuk Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada no.1 yang semula memiliki risiko rendah yang berdasarkan hasil pemeriksaan Masa Pajak sebelumnya ternyata diketahui memiliki risiko tinggi

12 (dua belas) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap

Page 252: Materi ppn

01/29/15 252

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN RESTITUSIMELALUI PENELITIAN

Kriteria PKP Jangka Waktu

Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu (Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPPKPP) paling lambat diterbitkan 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan

Dasar Hukum dan Pertimbangan Jangka Waktu

• SE-09/PJ./2006 tentang Waktu Penyelesaian Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tanggal 15 Agustus 2006.

• Pertimbangan: dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada PKP kriteria tertentu

SKPPKP diterbitkan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima, dan apabila jangka waktu tersebut telah lewat, Kepala KPP tidak menerbitkan SKPPKP maka aparatur pajak yang lalai dapat dikenakan sanksi kepegawaian yang berlaku.

Page 253: Materi ppn

01/29/15 253

Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Kegiatan Tertentu Yang Memiliki Risiko Rendah

Adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan:

a) produsen;

b) perusahaan terbuka; atau

c) perusahaan yang pemegang saham terbesarnya adalah Pemerintah pusat atau daerah.

Adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan:

a) produsen;

b) perusahaan terbuka; atau

c) perusahaan yang pemegang saham terbesarnya adalah Pemerintah pusat atau daerah.

Adalah Pengusaha Kena Adalah Pengusaha Kena Pajak yang paling sedikit Pajak yang paling sedikit 75% (tujuh puluh lima 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah persen) dari jumlah penyerahan tahun penyerahan tahun sebelumnya merupakan sebelumnya merupakan produksi yang dihasilkan produksi yang dihasilkan dari mesin dan/atau dari mesin dan/atau peralatan pabrik yang peralatan pabrik yang dimiliki sendiri.dimiliki sendiri.

Adalah Pengusaha Kena Adalah Pengusaha Kena Pajak yang paling sedikit Pajak yang paling sedikit 75% (tujuh puluh lima 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah persen) dari jumlah penyerahan tahun penyerahan tahun sebelumnya merupakan sebelumnya merupakan produksi yang dihasilkan produksi yang dihasilkan dari mesin dan/atau dari mesin dan/atau peralatan pabrik yang peralatan pabrik yang dimiliki sendiri.dimiliki sendiri.

Page 254: Materi ppn

01/29/15 254

KETETAPAN / KEPUTUSAN ATAS RESITUSI PPN / PPnBMKETETAPAN / KEPUTUSAN ATAS RESITUSI PPN / PPnBM

SKPPKP = Permohonan PKP Kriteria Tertentu

SKPLB = SPTDITAMBAH

IMBALAN BUNGA2 % SEBULAN

BAGI PKP SELAIN KRITERIA TERTENTU

APABILA SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU APABILA SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK TIDAK SURAT KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK TIDAK DITERBITKAN SETELAH LEWAT JANGKA DITERBITKAN SETELAH LEWAT JANGKA

WAKTU PENELITIAN / PEMERIKSAANWAKTU PENELITIAN / PEMERIKSAAN

DITERBITKAN DALAM WAKTU DITERBITKAN DALAM WAKTU PALING LAMBATPALING LAMBAT

1 BULAN SETELAH JANGKA 1 BULAN SETELAH JANGKA WAKTU PENELITIAN BERAKHIRWAKTU PENELITIAN BERAKHIR

Pasal 17B ayat (2), ayat (3) UU KUP & Ps.9 PER-122/PJ/2006

DITERBITKAN LEWATDITERBITKAN LEWAT1 BULAN SETELAH JANGKA 1 BULAN SETELAH JANGKA

WAKTU PEMERIKSAAN WAKTU PEMERIKSAAN BERAKHIRBERAKHIR

DITERBITKAN DALAM DITERBITKAN DALAM WAKTU PALING LAMBATWAKTU PALING LAMBAT

1 BULAN SETELAH JANGKA 1 BULAN SETELAH JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN WAKTU PEMERIKSAAN

BERAKHIRBERAKHIR

SKPLB = SPT

BAGI PKP SELAIN KRITERIA TERTENTU

Page 255: Materi ppn

01/29/15 255

MENILAI KELENGKAPAN PENGISIAN SPT dan LAMPIRANNYA

MENILAI KELENGKAPAN PENGISIAN SPT dan LAMPIRANNYA

PENELITIANPENELITIAN

SERANGKAIANKEGIATAN

SERANGKAIANKEGIATAN

Termasuk : KEBENARAN PENULISAN dan PENGHITUNGANTermasuk : KEBENARAN PENULISAN dan PENGHITUNGAN

BERSIFAT

FORMALBERSIFAT

FORMAL

Pasal 1 angka 27 UU KUP

Page 256: Materi ppn

01/29/15 256

PENGERTIAN PEMERIKSAAN

Untuk : menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tujuan lain dalam rangka melaksanakan Ketentuan peraturan

per- UU perpajakan

Serangkaian kegiatan untuk Mencari Mengumpulkan MengolahDATA dan atau KETERANGAN LAINNYA

Pasal 1 angka 24 UU KUP

Page 257: Materi ppn

01/29/15 257

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL), Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK), atau Pemeriksaan Lengkap (PL) baik untuk satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, maupun meliputi semua jenis pajak (all taxes).

Acuan Pelaksanaa Teknis Pemeriksaan Pajak

Page 258: Materi ppn

01/29/15 258

Hak Pemeriksa Pajak

Tapi dingat ya..!! Pemeriksa pajak dapat meminjam buku-buku, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan permohonan

pengembalian untuk meyakinkan secara material adanya transaksi.

Tapi dingat ya..!! Pemeriksa pajak dapat meminjam buku-buku, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan permohonan

pengembalian untuk meyakinkan secara material adanya transaksi.

Page 259: Materi ppn

01/29/15 259

Temuan Pemeriksaan

Ingat

Apabila dalam melakukan pemeriksaan ditemukan adanya data ekspor atau impor yang tidak diyakini kebenarannya, maka:

a) Terhadap ekspor tersebut tidak dapat diterapkan pengenaan PPN dengan tarif 0% (nol persen);

b) Terhadap impor tersebut tidak dapat diakui pengkreditan Pajak Masukan-nya.

Apabila dalam melakukan pemeriksaan ditemukan adanya data ekspor atau impor yang tidak diyakini kebenarannya, maka:

a) Terhadap ekspor tersebut tidak dapat diterapkan pengenaan PPN dengan tarif 0% (nol persen);

b) Terhadap impor tersebut tidak dapat diakui pengkreditan Pajak Masukan-nya.

Konsekuensinya adalah:1. tidak dapat diakui sebagai ekspor karena tidak ada

bukti atau dokumen yang dapat meyakinkan pemeriksa tentang kebenaran ekspor tersebut;

2. apabila bukti atau dokumen yang ada atau diperoleh justru meyakinkan pemeriksa bahwa transaksi tersebut adalah penjualan dalam negeri atau lokal, maka atas transaksi tersebut diterapkan tarif 10% (sepuluh persen)

Konsekuensinya adalah:1. tidak dapat diakui sebagai ekspor karena tidak ada

bukti atau dokumen yang dapat meyakinkan pemeriksa tentang kebenaran ekspor tersebut;

2. apabila bukti atau dokumen yang ada atau diperoleh justru meyakinkan pemeriksa bahwa transaksi tersebut adalah penjualan dalam negeri atau lokal, maka atas transaksi tersebut diterapkan tarif 10% (sepuluh persen)

Page 260: Materi ppn

01/29/15 260

WP DENGAN KRITERIA TERTENTU WP DENGAN KRITERIA TERTENTU

DAPAT DIPERIKSADALAM JANGKA WAKTU 10 TAHUN

DAPAT DIPERIKSADALAM JANGKA WAKTU 10 TAHUN

SKPLBSKPLBSKPNSKPN SKPKBSKPKB

DITAMBAH SANKSIDITAMBAH SANKSIKENAIKAN 100 %KENAIKAN 100 %

Pasal 17C ayat (4) , (5) dan Penjelasan UU KUP

SETELAH DITERBITKAN SKPPKPP

Page 261: Materi ppn

01/29/15 261

Ketentuan Transisi Untuk permohonan pengembalian yang telah diterima oleh Kantor

Pelayanan Pajak atau disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, berlaku ketentuan sebagai berikut: Dalam hal Surat Ketetapan Pajak-nya belum diterbitkan maka

permohonan pengembalian harus diselesaikan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-160/PJ./2001 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah, paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan;

Dalam hal Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak-nya belum diterbitkan maka permohonan pengembalian harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan.

Page 262: Materi ppn

Hal-262

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku, Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP-160/PJ./2001 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dinyatakan tidak berlaku

Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 15 Agustus 2006.

Page 263: Materi ppn

01/29/15 263

Page 264: Materi ppn

01/29/15 264

Ilustrasi PT Jaya Karya, NPWP: 01.234.567.8-021.000, status PKP bergerak di

bidang perdagangan domestik (t idak termasuk PKP kegiatan tertentu dan kri teria tertentu ) mengajukan restitusi atas SPT Masa PPN September 2006 dengan mencantumkan permohonan resitusi pada SPT Masa PPN yang diterima oleh KPP pada tanggal 20 Oktober 2006. Perhitungan PPN dalam SPT Masa tersebut sebagai berikut: Pajak Keluaran Rp

15.000.000.000 Pajak yang dapat diperhitungkan:

Pajak Masukan Rp 3.000.000.000 Kompensasi PPN bulan Lalu Rp 20.000.000.000

Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan Rp 23.000.000.000

PPN Kurang (lebih) Bayar (Rp 8.000.000.000)

Diketahui bahwa kompensasi PPN bulan lalu merupakan jumlah lebih bayar yang telah dilaporkan pada SPT Masa PPN Masa Januari s.d Agustus 2006 dan belum dilakukan pemeriksaan pajak atas masa-masa tersebut.

PKP tidak menyertakan dokumen dan bukti pendukung pada saat permohonan dan memilih untuk menyusulkan dokumen pendukung restitusi yang terkait.

Page 265: Materi ppn

01/29/15 265

Penjelasan Berdasarkan kasus sebelumnya, maka:

PT Karya Jaya harus melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut paling lambat tanggal 19 Nopember 2006 (satu bulan sejak saat diterimanya permohonan) termasuk bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran pajak pada SPT Masa PPN Masa Pajak Januari s.d Agustus 2006.

Jika KPP Pratama Jakarta Menteng Satu menerbitkan surat permintaan bukti atau dokumen kepada Pengusaha Kena Pajak, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disusulkan tetap harus dilengkapi seluruhnya paling lambat tanggal 19 Nopember 2006 (satu bulan sejak saat diterimanya permohonan).

Jika PKP menyampaikan dokumen dan bukti pendukung secara lengkap pada periode satu bulan sejak permohonan diterima, misal tanggal 30 Oktober 2006, maka Surat Ketetapan Pajak sebagai hasil pemeriksaan pajak wajib diterbitkan paling lambat tanggal 30 Oktober 2007 (dua belas bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap / tanggal 30 Oktober 2006).

Jika PKP tidak menyampaikan kelengkapan dokumen sampai dengan batas akhir penyampaian dokumen diatas berakhir maka Surat Ketetapan Pajak sebagai hasil pemeriksaan wajib diterbitkan paling lambat tanggal 19 Nopember 2007 (dua belas bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap / tanggal 19 Nopember 2006).