PPN dan PPnbm

72
PPN dan PPnBM Fransiskus J.S, Ak., CA

Transcript of PPN dan PPnbm

Page 1: PPN dan PPnbm

PPN dan PPnBMFransiskus J.S, Ak., CA

Page 2: PPN dan PPnbm

Mekanisme PPN di Indonesia Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP)

wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan, dengan membuat Faktur Pajak. PPN yang tercantumdalam Faktur Pajak tersebutmerupakan Pajak Keluaran (Out Put Tax) bagi PKP

Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak). Pada waktu PKP di atasmelakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN, PPN

tersebut merupakan Pajak Masukan (Input Tax), yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar dimuka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.

Untuk setiapmasa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan, selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelumSurat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, selisihnyamerupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Atas kelebihan Pajak Masukan tersebut dapat diajukan permohonan pengembalian (restitusi) pada akhir tahun buku.

Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

Page 3: PPN dan PPnbm

Mekanisme khusus Pemungut PPN Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP

dipungut oleh PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%).

Namun demikian, apabila yang bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjualsebesar harga jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke Kas Negara.

Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari:a. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) serta Bendaharawan

Pemerintah (Pusat/Daerah) yang dananya berasal dariAPBN/APBDb. Perusahaan Kontrak Karya (KK) dan Kontrak Bagi Hasil (KBH)

Pertambangan atau Pengeboran

Page 4: PPN dan PPnbm

Karakteristik PPN

Pajak Tidak Langsung Pajak Objektif Pajak atas konsumsi umum dalam negeri Indirect Subtraction Method/Credit

Method/Invoice Method Bersifat netral Tidak menimbulkan pengenaan pajak

berganda Menggunakan tarif tunggal

Page 5: PPN dan PPnbm

PPN

SISTEM PEMUNGUTAN

PPN ATAS

NILAI TAMBAH

Harga Beli 1.000

Harga Jual 1.700

NILAI TAMBAH700

Indirect Subtraction/Credit

/Invoice

Page 6: PPN dan PPnbm

Subjek PPN

Page 7: PPN dan PPnbm

Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.

Page 8: PPN dan PPnbm

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud diwajibkan :1. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak2. Memungut pajak terhutang3. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus

dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan

4. melaporkan penghitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha

kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Page 9: PPN dan PPnbm

Pengusaha Kecil Pengusaha Kecil dalam PPN adalah pengusaha yang

selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta rupiah).

Dasar Hukum :

Ketentuan ini tidak dapat diaplikasikan kepada pengusaha kecil yang bersedia untuk dikukuhkan untuk dikenakan Pajak PPN

PMK 197/PMK.03/2013

Page 10: PPN dan PPnbm

Terkait dengan kewajiban perpajakan pengusaha kecil, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/ atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)

Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dapat mengukuhkan pengusaha tersebut sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau surat tagihan pajak untuk Masa Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak terhitung sejak saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp 4,8 M

Page 11: PPN dan PPnbm

CONTOH PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik

sejak 2 Januari 2016 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter. Peredaran bruto selama tahun 2016 sbb:

Kapan paling lama PT ABC harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak?

Page 12: PPN dan PPnbm

Objek PPN Pasal 4 UU PPN

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

b. impor Barang Kena Pajakc. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

yang dilakukan oleh Pengusahad. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari

luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabeane. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabeanf. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha

Kena Pajakg. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh

Pengusaha Kena Pajakh. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

Page 13: PPN dan PPnbm

Barang Kena Pajak Semua barang pada prinsipnya merupakan

Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yg ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri. (UU PPN menganut azas negatif list).

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.

Yang diatur secara rinci oleh Undang Undang PPN adalah barang-barang yg tidak dikenakan PPN, dengan demikian, secara otomatis barang-barang lainnya merupakan Barang Kena Pajak

Page 14: PPN dan PPnbm

Barang Yang Tidak Dikenakan PPN (Non BKP) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya minyak mentah (crude oil); gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap

dikonsumsi langsung oleh masyarakat; panas bumi; asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;

batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,

bijih perak, serta bijih bauksit.

Page 15: PPN dan PPnbm

Barang Yang Tidak Dikenakan PPN (Non BKP) barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

beras; gabah; jagung; sagu; kedelai; garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti,

dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;

telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas; susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak

mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,

disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada

suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah

Page 16: PPN dan PPnbm

Barang Yang Tidak Dikenakan PPN (Non BKP) makanan dan minuman yang disajikan di hotel,

restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah

Uang, emas batangan, dan surat berharga.

Page 17: PPN dan PPnbm

Penyerahan Barang Kena PajakPasal 1A UU PPN

a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian

b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);

c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang

d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak

e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

f. penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya

g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasih. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena

Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak

Page 18: PPN dan PPnbm

Tidak Termasuk dalam Pengertian Penyerahan BKP

penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

• Yang dimaksud dengan "makelar" adalah makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orang-orang lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja

penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang

Page 19: PPN dan PPnbm

Tidak Termasuk dalam Pengertian Penyerahan BKP

Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang, dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang.

pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.

Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

Page 20: PPN dan PPnbm

Jasa Kena Pajak Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untukmenghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

Semua jasa pada prinsipnya merupakan Jasa Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yg ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri.

Dengan demikian, secara otomatis jasa-jasa lainnya merupakan Jasa Kena Pajak

Page 21: PPN dan PPnbm

Jasa Tidak Kena Pajak Jasa pelayanan kesehatan medis Jasa pelayanan sosial Jasa pengiriman surat dengan perangko Jasa keuangan Jasa asuransi Jasa keagamaan Jasa pendidikan Jasa kesenian dan hiburan Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang

menjadi bagian tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri Jasa tenaga kerja Jasa perhotelan jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara

umum; Jasa penyediaan tempat parkir Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam Jasa pengiriman uang dengan wesel pos, dan Jasa katering

Page 22: PPN dan PPnbm

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak

PPN Terutang = Tarif x DPP

Page 23: PPN dan PPnbm

Jenis Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain

Page 24: PPN dan PPnbm

Harga Jual Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua

biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

Yang termasuk dalam pengertian biaya yg merupakan unsur harga jual, antara lain : pengangkutan, asuransi, bantuan teknik, pemeliharaan, & garansi

Page 25: PPN dan PPnbm

Penyerahan Aset Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan

Atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, Dasar Pengenaan Pajak dihitung berdasarkan Harga Jual.

Page 26: PPN dan PPnbm

Penggantian

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

Page 27: PPN dan PPnbm

Nilai Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini

Nilai Impor : Harga Impor (CIF) + Bea MasukPPN = 10% X Nilai ImporC =Cost/ HargaI = InsuranceF = Freight

Page 28: PPN dan PPnbm

Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu nilai yg tercantum dalam dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)

PPN Ekspor = 0% X Nilai Ekspor

Page 29: PPN dan PPnbm

Nilai Lain

untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.

untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.

untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata.

untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.

untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.

untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar

Page 30: PPN dan PPnbm

Nilai Lain

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;.

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang

untuk penyerahan jasa pengiriman paket, jasa biro perjalanan, dan jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih (PMK No. 75/PMK.03/2010).

Page 31: PPN dan PPnbm

Perlakuan Pajak Masukan

Pajak masukan yang berhubungan dengan penyerahan jasa pengiriman paket, jasa biro perjalanan, dan jasa biro pariwisata TIDAK dapat dikreditkan.

Page 32: PPN dan PPnbm

Transaksi Dengan Valas Apabila pembayaran atau Harga Jual atau

Penggantian dilakukan dengan mempergunakan mata uang asing, maka penghitungan besarnya Pajak yang terutang harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah dengan mempergunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan (KMK) pada saat pembuatan Faktur Pajak.

Page 33: PPN dan PPnbm

Tarif PPN Tarif PPN adalah10% (sepuluh persen) Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

1. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud2. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud3. Ekspor Jasa Kena Pajak

Page 34: PPN dan PPnbm

Tarif PPnBM Tarif PPnBm paling rendah adalah 10% (sepuluh

persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus persen) Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

Page 35: PPN dan PPnbm

Saat dan Tempat Pajak Terutang

Page 36: PPN dan PPnbm

Saat Pajak TerutangPasal 11 UU PPN

Saat pajak terutang diartikan sebagai saat mulai timbulnya utang pajak kepada negara, sehingga bukan merupakan batas akhir pembayaran pajak ke kas negara.

Terutangnya pajak terjadi pada saat :1. Penyerahan barang kena pajak2. Impor barang kena pajak3. Penyerahan jasa kena pajak4. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar

Daerah Pabean5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean6. Ekspor barang berwujud kena pajak 7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud8. Ekspor Jasa Kena Pajak

Page 37: PPN dan PPnbm

Saat Pajak TerutangPasal 11 UU PPN

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah menganut prinsip Akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat

penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima atau pada saat impor Barang Kena Pajak.

Saat terutangnya pajak untuk transaksi yang dilakukan melalui electronic commerce tunduk pada ketentuan ini

Page 38: PPN dan PPnbm

Saat Pajak TerutangPasal 11 UU PPN

Dalam hal pembayaran diterima sebelum: penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

Saat terutangnya pajak adalah saat pembayaran

Page 39: PPN dan PPnbm

Tempat Pajak Terhutang

Tempat Tinggal Tempat kedudukan Tempat Kegiatan Usaha dilakukan Tempat lain selain tempat tinggal,

tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha dilakukan.

Page 40: PPN dan PPnbm

Pajak Masukan Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan

Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur

Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

Page 41: PPN dan PPnbm

Pajak Masukan Pengkreditan Pajak tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran

untuk:1. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).2. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai

hubungan langsung dengan kegiatan usaha;3. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station

wagon4. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

5. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

6. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

Page 42: PPN dan PPnbm

FAKTUR PAJAK

Page 43: PPN dan PPnbm

Pengertian Pasal 1 ayat 23UU No.42 Tahun 2009

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

Page 44: PPN dan PPnbm

Kewajiban membuat Faktur Pajak Pengusaha Kena Pajak wajib membuat

Faktur Pajak untuk setiap :penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D

penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c;

ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujudekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h

Page 45: PPN dan PPnbm

Kapan Faktur Pajak Akan Dibuat? Faktur Pajak harus dibuat pada :

saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak

saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak

saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan

Pemerintah sebagai Pemungut PPN.

PKP dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan Kalender yang HARUS dibuat pada akhir bulan pada penyerahan BKP/JKP.

Page 46: PPN dan PPnbm

Keterangan yang Harus DimuatUU No.42/2009 Pasal 13 ayat 5

Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:a) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang

Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;b) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak

atau penerima Jasa Kena Pajakc) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan

potongan hargad) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungute) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;f) kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dang) nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material.

Page 47: PPN dan PPnbm

Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan.

Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar serta ditandatangani oleh pihak yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya.

Namun, keterangan mengenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya diisi apabila atas penyerahan Barang Kena Pajak terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Faktur Pajak yang tidak diisi sesuai dengan ketentuan dalam ayat ini mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f

Page 48: PPN dan PPnbm

Bentuk dan Ukuran Faktur Pajak Bentuk dan ukuran Faktur Pajak

disesuaikan dengan kepentingan PKP.

Page 49: PPN dan PPnbm

Pengisian Faktur PajakManual

Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap, jelas dan benar serta ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya.

Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Page 50: PPN dan PPnbm

Pengisian Faktur Pajak efaktur

Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap, jelas dan benar dan tidak perlu ditandatangani oleh pejabat ditunjuk oleh PKP.

Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Page 51: PPN dan PPnbm

Pengisian Alamat dalam Faktur Pajak Alamat penjual dan pembeli harus diisi sesuai dengan

alamat yang sebenarnya atau sesungguhnya.

Dalam hal alamat PKP yang sebenarnya atau sesungguhnya berbeda dengan alamat dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP, maka PKP harus memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan untuk meminta perubahan alamat dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau sesungguhnya

Page 52: PPN dan PPnbm

Jenis barang atau jasa dalam Faktur Pajak Jenis barang atau jasa harus diisi dengan

keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan

Page 53: PPN dan PPnbm

Kode dan Nomor Seri Faktur PKP harus membuat Faktur Pajak dengan

menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER 24/PJ/2012

Kode dan Nomor Seri terdiri dari 16 digit, yang terdiri:2 digit kode transaksi1 digit kode status13 digit nomor seri FP yang ditentukan oleh DJP

Page 54: PPN dan PPnbm

Kode dan Nomor Seri Faktur[x] [x] [x] [0] [0] [0] . [0] [0]. [0] [0] [0] [0] [0] [0] [0] [0]

Hal yang perlu diperhatikan: PKP hanya dapat membuat Faktur Pajak menggunakan Nomor

Seri yang telah diberikan oleh DJP. Apabila diperlukan, PKP dapat mengajukan lagi permintaan Nomor

Seri Faktur Pajak ke KPP. Dalam membuat Faktur Pajak, PKP harus menambahkan sendiri 3

(tiga) digit di depan Nomor Seri Faktur Pajak yang telah diberikan oleh DJP

Kode transaksi Nomor seri fatkur pajak sesuai yang diberikan oleh KPP

Kode status

Page 55: PPN dan PPnbm

Kode Faktur PajakKode Transaksi : 01-kepada Selain Pemungut PPN 02-kepada Pemungut Bendaharawan 03-kepada Pemungut PPN lainnya 04-yg mnggnkn DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN 05-tidak digunakan sejak 1 April 2010 06-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN 07-yang PPN-nya TDP kpd Selain Pemungut PPN 08-yg dibebaskan dr pengenaan PPN kpd Selain Pemungut PPN 09-pnyrhn Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN

Kode Status : 0 – Normal 1 - Penggantian

Page 56: PPN dan PPnbm

Contoh 010.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutangPajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan PPNnya dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Penjual yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), Faktur Pajak Normal (bukan Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai dengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal Pajak.

011.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan status Faktur Pajak Pengganti. Faktur Pajak Pengganti diterbitkan dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai dengan nomor seri Faktur Pajak yang diganti.

Page 57: PPN dan PPnbm

Penggunaan Kode Transaksi 01 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang terutang PPN dan

PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.

02 digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.

03 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN Lainnya

04 digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP yang menggunakan DPP Nilai Lain yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/ atau JKP.

05 tidak digunakan

Page 58: PPN dan PPnbm

Penggunaan Kode Transaksi 06 digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual

yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP, dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Kode ini digunakan atas penyerahan BKP dan/ atau JKP selain jenis penyerahan pada kode 01 sampai dengan kode 04 dan penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing), antara lain:a) Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%.b) Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha Pabrik

hasil tembakau atau hasil tembakau yang dibuat di luar negeri oleh importir hasil tembakau dengan mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/KMK.03/ 2002 tentang Dasar. Penghitungan, Pemungutan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Hasil Tembakau.

c) Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) oleh PKP Toko Retail yang ditunjuk, terkait dengan penerbitan Faktur Pajak Khusus.

Page 59: PPN dan PPnbm

Penggunaan Kode Transaksi 07 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN

Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP). 08 digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP yang mendapat fasilitas

Dibebaskan dari pengenaan PPN.

Kode ini digunakan atas penyerahan yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN, berdasarkan peraturan khusus yang berlaku antara lain:1. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/ atau Penyerahan Barang Kena

Pajak Tertentu dan/ atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

3. Ketentuan yang mengatur mengenai pemberian pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan/ atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya

09 digunakan untuk penyerahan aktiva

Page 60: PPN dan PPnbm

Penggunaan Kode StatusKode Status : 0 – Normal 1 - Penggantian

Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak pengganti ke-2, ke-3, dan seterusnya, maka Kode Status yang digunakan Kode Status '1'.

Page 61: PPN dan PPnbm

Menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati

batas waktu sebagaimana dimaksud dalam dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (2% x DPP)

PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak. PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang menerima Faktur Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya sebagai Pajak Masukan.

Page 62: PPN dan PPnbm

Konsekuensi FP Tidak LengkapPER 24/PJ/2012

Page 63: PPN dan PPnbm

Pajak Masukan Pengkreditan Pajak tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:

1. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

3. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon4. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

5. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

6. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

7. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak terutang PPN atau mendapat fasilitas PPN dibebaskan (pasal 9 ayat (5))

Page 64: PPN dan PPnbm

Perolehan BKP atau JKP Yang Pajak Masukannya Ditagih dengan Penerbitan Ketetapan Pajak

Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak.

Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Page 65: PPN dan PPnbm

Perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT, yang ditemukan pada waktu pemeriksaan

Pajak Keluaran = Rp 10.000.000Pajak Masukan = Rp 8.000.000

Dari hasil pemeriksaan diketahui:

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000Pajak Masukan = Rp 11.000.000

Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp11.000.000,00, tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000Pajak Masukan = Rp 8.000.000 (-)Kurang Bayar = Rp 7.000.000 (-)Kurang Bayar menurut SPT = Rp 2.000.000

Masih kurang Bayar Rp 5.000.000

Page 66: PPN dan PPnbm

Pajak masukan terkait dengan penyerahan yang tidak terutang pajak

Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.

Page 67: PPN dan PPnbm

Objek PPN Khusus

Kegiatan Membangun SendiriYang Dilakukan Tidak DalamKegiatan Usaha Atau Pekerjaan (Pasal 16 C)

Penyerahan Barang Kena Pajak Berupa AktivaYang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan (Pasal 16 D)

Page 68: PPN dan PPnbm

Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain

Page 69: PPN dan PPnbm

163/PMK.03/2012 tanggal 22 Oktober 2012

Atas kegiatan membangun sendiri terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai terutang bagi orang pribadi atau badan yang

melakukan kegiatan membangun sendiri. Pajak Pertambahan Nilai terutang bagi orang pribadi atau badan yang

melakukan kegiatan membangun sendiri. Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau

dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau

bahan sejenis, dan/atau baja;2. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan3. luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).

Page 70: PPN dan PPnbm

Tarif Dan DPP

Pajak Pertambahan Nilai terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% (sepuluh persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak.

Dasar Pengenaan Pajak adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Page 71: PPN dan PPnbm

Saat dan Tempat Tehutang Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas

kegiatan membangun sendiri dimulai pada saat dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai.

Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Page 72: PPN dan PPnbm

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP

Penyerahan Barang Kena Pajak, antara lain, berupa mesin,bangunan, peralatan, perabotan, atau Barang Kena Pajak lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak dikenai pajak.

Namun, Pajak Pertambahan Nilai tidak dikenakan atas pengalihan Barang Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yaitu kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, yang menurut ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c Pajak Masukan atas perolehan aktiva tersebut tidak dapat dikreditkan