Mata Ujian Kasus 2

16
Laporan Kasus Korpus Alienum OD + Pinguekula ODS Oleh: Steaffie Eunike Cassandra 11.2014.169 Pembimbing : dr. Saptoyo A. M, Sp.M Fakultas Kedokteran UKRIDA 1

description

lkhl

Transcript of Mata Ujian Kasus 2

Laporan KasusKorpus Alienum OD + Pinguekula ODS

Oleh:Steaffie Eunike Cassandra11.2014.169

Pembimbing :dr. Saptoyo A. M, Sp.M

Fakultas Kedokteran UKRIDAKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataPeriode 30 Maret s/d 2 Mei 2015RS Family Medical Center (FMC), SentulFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : April 2015SMF ILMU PENYAKIT MATARumah Sakit Family Medical Center-Sentul

Tanda TanganNama: Steaffie Eunike CassandraNIM: 11-2014-169.............................

Dr. Pembimbing: dr. Saptoyo A. M, Sp.M.............................

STATUS PASIENI. IDENTITASNama: Tn. AgustinusUmur: 34 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: KatolikPekerjaan: Karyawan SwataAlamat: Birit RT 002/001 SukorejoTanggal Pemeriksaan: 24 April 2015

II. ANAMNESISDilakukan Autoanamnesis pada tanggal 24 April 2015.

Keluhan Utama:Mata sebelah kanan kemasukan besi saat sedang bekerja gerinda besi.

Keluhan Tambahan:Pasien mengeluh mata sebelah kanan merah, nyeri saat digerakan, seperti kelilipan, berair.

Riwayat Penyakit Sekarang:Sejak malam hari sebelum datang ke poli mata RS FMC pasien mengaku mata sebelah kanan nya kemasukan besi saat sedang bekerja gerinda besi. Setelah kemasukan besi pasien mengaku mata kanan nya menjadi nyeri, ada rasa seperti kelilipan, banyak keluar air. Pasien mengaku sudah memberikan obat tetes insto (Tetrahidrozolin HCl 0,05%, Benzalklonium klorida 0,01%, Asam borat) satu jam setelah mata pasien kemasukan besi, dan pada pagi hari sebelum datang ke poli RS FMC. Pasien tidak pernah mennggunakan alat pelindung saat sedang melakukan gerinda besi. Pasien juga mengaku jarang menggunakan helm sehari-hari karena jarak dari rumah ke tempat kerja berdekatan.

Riwayat Penyakit Dahulua. Umum Asthma: di sangkal Alergi : di sangkalb. Mata Riwayat sakit mata sebelumnya: di sangkal Riwayat penggunaan kaca mata: di sangkal Riwayat operasi mata: di sangkal Riwayat trauma mata sebelumnya: di sangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:Riwayat alergi, asma, diabetes melitus dan hipertensi di sangkal oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS GENERALISKeadaan Umum: BaikKesadaran: Compos MentisTanda Vital: Tekanan Darah: 110/80mmHg Nadi: 64 x/menit Respirasi: 23 x/menitKepala: NormosefaliThorax, Jantung: dalam batas normalParu: dalam batas normalAbdomen: dalam batas normalEkstremitas: dalam batas normalB. STATUS OPTHALMOLOGIS

PEMERIKSAANODOS

Visus1,01,0

TIOTidak dilakukanTidak dilakukan

Posisi Bola MataNormalNormal

PalpebraNormalNormal

Konjuntiva(+) benjolan kekuningan (+) injeksi konjungtiva, (+) injeksi siliaris, (+) benjolan kekuningan

KorneaNormal(+) korpus alienum

Bilik mata depanNormalNormal

IrisBerwarna coklatBerwarna coklat

PupilBulat, sentral, diameter 2 mm, refleks pupil (+)Bulat, sentral, diameter 2 mm, refleks pupil (+)

LensaNormalNormal

FundusRF (+), Papil bulat batas tegas, C/D 0,3; A/V 2:3, RM (+)RF (+), Papil bulat batas tegas, C/D 0,3; A/V 2:3, RM (+)

Pergerakan Bola MataKe segala arahKe segala arah

KonfrontasiBaik pada ke 4 kuadranBaik pada ke 4 kuadran

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGDilakukan pemeriksaan menggunakan slit-lamp dengan didapatkan gambaran adanya benda asing yang terbenam di kornea.

V. RESUMEAnamnesisSejak malam hari sebelum datang ke poli mata RS FMC pasien mengaku mata sebelah kanan nya kemasukan besi saat sedang bekerja gerinda besi. Setelah kemasukan besi pasien mengaku mata kanan nya menjadi nyeri, ada rasa seperti kelilipan, banyak keluar air. Pasien mengaku sudah memberikan obat tetes insto satu jam setelah kemasukan besi dan pagi hari sebelum ke poli. Pasien tidak pernah mennggunakan alat pelindung saat sedang melakukan gerinda besi. Pasien juga mengaku jarang menggunakan helm sehari-hari karena jarak dari rumah ke tempat kerja berdekatan.

Dari status oftalmologis didapatkan :PEMERIKSAANODOS

Visus1,01,0

TIOTidak dilakukanTidak dilakukan

Posisi Bola MataNormalNormal

PalpebraNormalNormal

Konjuntiva(+) benjolan kekuningan (+) injeksi konjungtiva, (+) injeksi siliaris, (+) benjolan kekuningan

KorneaNormal(+) korpus alienum

Bilik mata depanNormalNormal

IrisBerwarna coklatBerwarna coklat

PupilBulat, sentral, diameter 2 mm, refleks pupil (+)Bulat, sentral, diameter 2 mm, refleks pupil (+)

LensaNormalNormal

FundusRF (+), Papil bulat batas tegas, C/D 0,3; A/V 2:3, RM (+)RF (+), Papil bulat batas tegas, C/D 0,3; A/V 2:3, RM (+)

Pergerakan Bola MataKe segala arahKe segala arah

KonfrontasiBaik pada ke 4 kuadranBaik pada ke 4 kuadran

Korpus Alienum OD

Pinguekula ODS

VI. DIAGNOSIS KERJA1. Korpus Alienum OD2. Pinguekula ODS

VII. DIAGNOSIS BANDING1. Pada kasus korpus alienum OD, tidak ada diagnosis banding karena melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang mendukung diagnosis kerja iron foreign body2. Pterigium ODS

VIII. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa: Eksisi Korpus Alienum: Pengeluaran benda asing, dapar diberikan anastetik topical dan digunakan sebuah spud (alat pengorek) atau jarum berukuran kecil untuk mengeluarkan benda asing sewaktu pemeriksaan slitlamp. Jangan menggunakan aplikator berujung kapas karena alat ini menggosok permukaan epitel secara luas, sering tanpa mengeluarkan benda asingnya. Cincin logam yang mengelilingi fragmen besi atau tembaga dapat dikeluarkan dengan bor baterai berujung logam. Setelah benda asing dikeluarkan, mata harus diberikan salep antibiotic dan ditutup. Luka harus diperiksa tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh sempurna.Medikamentosa: Artificial tears, 1-2 tetes 4 kali dalam sehari pada kedua bola mata. Antibiotik topical: Levofloxacin 0,5% 3 kali sehari.Edukasi: Menghindari eksposure dengan factor pencentus perlindungan mata.

IX. PROGNOSISOCCULI DEXTRA (OD)OCCULI SINISTRA (OS)Ad Vitam:Bonam BonamAd Fungsionam:BonamBonamAd Sanationam:BonamBonam

TINJAUAN PUSTAKAPendahuluanAbrasi dan benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dirasakan sewaktu mata dan palpebra digerakkan; defek epitel kornea dapat menimbulkan sensasi serupa. Fluoresein akan mewarnai membrane basal epitel yang defek dan dapat memperjelas kebocoran aqueous akibat luka tembus (uji Seidel positif). Pinguekula sangat sering terjadi pada orang dewasa. Keadaan ini tampak seperti modul kuning pada kedua sisi kornea (banyak pada sisi nasal) di daerah apertura palpebra. Nodul terdiri atas jaringan hialin dan jaringan elastic kuning, jarang bertumbuh besar, tetapi sering meradang. Pada umumnya tidak perlu dilakukan terapi, tetapi pada kasus pingekulitis tertentu, dapat diberikan steroid topical atau obat anti-inflamasi non-steroid topical.Tujuan Presentasi KasusDengan adanya presentasi kasus ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada dokter layanan primer dalam mengidentifikasi dan melakukan rujukan kepada spesialis sebagai dokter umum pada pasien-pasien yang mengalami kelainan seperti korpus alineum pada kornea dan pinguekula pada konjungtiva. Masalah dalam Penanganan Korpus Alineum KorneaMasalah yang ditemukan pada kasus korpus alineum kornea adalah apabila tidak dilakukan ekstraksi serta pemberian antibiotik maka dapat timbul kerusakan lebih lanjut oleh karena corpus alienum yang masuk ke dalam mata atau bahkan dapat terjadi ulkus kornea maupun recurrent corneal erosion.Korpus Alienum pada KorneaMengidentifikasi kemungkinan komposisi dari korpus alienum berdasarkan dari riwayat paparan yang paling mungkin menjadi penyebab infeksi. Harus dieksplorasi apa ada korpus alienum yang masuk ke dalam intraocular mata bila ada riwayat paparan dengan benda asing (korpus alineum) logam dengan kecepatan tinggi, paling sering disebabkan oleh alat gerinda berkecepatan tinggi dan alat penempa logam.Korpus alienum pada kornea paling efektif diidentifikasi pada pemeriksaan dengan slit-lamp. Sebelum mengeluarkan korpus alineum, dokter harus menilai kedalaman penetrasi pada kornea. Jika terdapat atau dicurigai masuk sampai ke ruang anterior korpus alienum harus dikeluarkan di ruang operasi yang steril dengan perbesaran mikroskopis yang memadai dan penerangan koaksial, dengan anastesi yang cukup dan alat-alat instrument yang sesuai. Perlakuan terlalu agresif untuk mengeluarkan korpus alienum yang masuk terlalu dalam dengan bantuan slit-lamp dapat menyebabkan kebocoran pada humor aqueous dan kerusakan pada ruang anterior. Jika terjadi kebocoran yang seperti itu dan tidak dapat ditangani dengan bantuan balutan lensa kontak, maka dibutuhkan operasi darurat untuk memperbaiki jaringan tersebut. Jika korpus alienum berupa kaca yang banyak, maka semua pecahan kaca tersebut harus segera dikeluarkan. Pecahan yang masuk terlalu dalam di kornea biasanya bersifat inert dan dapat dibiarkan. Evaluasi gonioskopi yang teliti pada ruang anterior sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa iris dan sudut bebas dari segala sisa-sisa partikel kaca.Bila korpus alineum yang masuk ke dalam kornea berupa besi sudah ada lebih dari beberapa jam, maka akan terjadi gambaran rust ring yang berwarna jingga kecoklatan. Korpus alienum besi di kornea dan rust ring biasanya dapat dikeluarkan dengan bantuan slit-lamp menggunakan anestesi topical dan jarum (ukuran 25/26), dengan hasil kerusakan minimal. Dental burr bertenaga baterai dengan ujung steril juga dapat digunakan, tetapi dibutuhkan ketelitian yang lebih agar tidak terjadi kerusakan pada jaringan yang besar dan memimalisir sikatrik. Korpus alineum berbahan metal yang masuk ke dalam stroma kornea dibawah lapisan Bowman selalu menyebabkan sikartik. Ketika sikatrik mengenai aksis visual dapat menyebabkan keburaman pada mata dan penurunan ketajaman penglihatan yang disebabkan astigmatisma irregular. Perforasi kornea merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pengeluaran korpus alineum. Pilihan yang tepat sangat diperlukan; jika banyak, korpus alineum yang sangat kecil terlihat di dalam storma (contohnya yang terjadi karena ledakan) dengan tidak ada pembengkakan atau tanda-tanda infeksi, pasien seharusnya di monitor dengan teliti, karena operasi manipulasi pada kornea secara agresif dalam pencarian partikel terakhir tidak perlu dilakukan. Terapi setelah pengeluaran korpus alienum di kornea berupa antibiotic topical, sikloplegik dan terkadang aplikasi penutup mata dengan tekanan atau balutan lensa kontak dapat membantu proses penyembuhan. Observasi yang teliti biasanya diperlukan. Jika terdapat sisa abrasi kornea yang tidak sembuh atau diperlukan tambahan kuretase untuk menghilangkan rust ring, sikloplegik dan antibiotic tetes harus ditetes sebelum penutup mata dipakai. PinguekulaPinguekula merupakan kondisi yang sering terjadi pada konjungtiva terjadi biasanya pada daerah nasal dan temporal anterior konjungtiva bulbi yang merupakan efek dari sinar ultraviolet (actinic exposure), walaupun dapat berhubungan dengan penyebab lainnya, seperti sinar las (pengelasan). Pinguekula mucul berdekatan dengan limbus pada zona interpalpebra, sering terjadi di daerah nasal, dan muncul gambaran kuning-putih, deposit subepitel amorf. Pinguekula dapat bertahap semakin besar dalam jangka waktu yang lama. Inflamasi rekuren dan iritasi pada mata mungkin timbul. Terapi dengan lubrikan dapat meringankan iritasi pada mata dan merupakan pengobatan yang masih diandalkan. Eksisi diindikasikan bila menimbulkan inflamasi kronik. Penggunaan kortikosteroid secara bijak dapat dipertimbangkan tetapi dapat terjadi efek samping dari penggunaan kortikosteroid kronik. Walaupun sudah dilakukan pengangkatan dengan pembedahan pinguekula masih dapat timbul kembali. Menghindari eksposure dengan factor pencentus merupakan cara terbaik untuk menghindari rekurensi, meliputi perlindungan mata yang adekuat dari sinar UVdengan kacamata, melindungi mata dari kering dan debu. Diagnosa Banding: PterigiumPterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter. Etiologi pterygium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini lebih sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena itu gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor-faktor lingkungan seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet), daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. Pterygium lebih sering dijumpai pada laki-laki yang bekerja di luar rumah. Bisa unilateral atau bilateral. Kira-kira 90% terletak di daerah nasal. Pterygium yang terletak di nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan walaupun pterygium di daerah temporal jarang ditemukan. Kedua mata sering terlibat, tetapi jarang simetris. Perluasan pterygium dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu penglihatan, menyebabkan penglihatan kabur. Secara klinis pterygium muncul sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke kornea pada daerah fissura interpalpebra. Biasanya pada bagian nasal tetapi dapat juga terjadi pada bagian temporal.

PEMBAHASAN KASUSPada diagnosis kasus korpus alineum dan pinguekula dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien seorang laki-laki berusia 34 tahun sejak malam hari sebelum datang ke poli mata RS FMC pasien mengaku mata sebelah kanan nya kemasukan besi saat sedang bekerja gerinda besi. Setelah kemasukan besi pasien mengaku mata kanan nya menjadi nyeri, ada rasa seperti kelilipan, banyak keluar air. Pasien mengaku sudah memberikan obat tetes insto (Tetrahidrozolin HCl 0,05%, Benzalklonium klorida 0,01%, Asam borat) satu jam setelah mata pasien kemasukan besi, dan pada pagi hari sebelum datang ke poli RS FMC. Pasien tidak pernah mennggunakan alat pelindung saat sedang melakukan gerinda besi. Pasien juga mengaku jarang menggunakan helm sehari-hari karena jarak dari rumah ke tempat kerja berdekatan.

Pemeriksaan opthalmologi pada kasus ini pada oculi dekstra pasien terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, melalui slit-lamp ditemukan adanya korpus alienum di kornea OD pasien. Penatalaksanaan pada pasien adalah eksisi korpus alienum pada OD. Pertama-tama diberi anestesi topikal kemudian dilakukan pengangkatan korpus alienum OD dengan ujung jarum steril. Setelah penanganan selesai, pasien diberikan medika mentosa berupa antibiotik topical. Pasien dengan korpus alienum di kornea bukan merupakan kompetensi dari dokter umum, sehingga bila dokter umum menemukan kasus ini, pasien segera dirujuk ke dokter spesialis mata.Prognosis pada pasien ini setelah ditatalaksana oleh dokter spesialis mata berupa ekstraksi korpus alienum pada kornea ad vitam: bonam; ad functionam: bonam; ad sanationam: bonam pada OD. Pada pasien tidak mengeluh dengan pinguekula pada ODS.

Daftar Pustaka

1. Hamill MB: Corneal and sclera trauma. Ophtalmol Clin North Am. 2002;15:185.2. Kanski JJ. Clinical ophthalmology a systematic approach. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2008. p. 854.3. American academy of ophthalmology. External disease and cornea: Basic and clinical science course. Section 8. San Francisco: American academy of ophthalmology; 2010. p. 3724. Verma A. Corneal abrasion. Medscape: Updated Feb 20 2014. [Online]. http://emedicine.medscape.com/refarticle/1195402-overview.5. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2013. h. 266-7.

12