masa nifas
-
Upload
farida-ariani -
Category
Documents
-
view
121 -
download
4
description
Transcript of masa nifas
![Page 1: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istlah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genetal pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi ini merupakan
penyebab kematian maternal, di negara-negara sedang berkembang, dengan pelayanan kebidanan
yang masih jauh dari sempurna, peran infeksi nifas masih besar (Sarwono, 2006. hal : 690).
Infeksi nifas sudah dikenal sejak jaman Hippocrates dan Galenius yang diduga penyebabnya
karena tidak mengeluarkan lokia. Pada tahun 1849 Semmelweis untuk pertama kalinya
berdasarkan pengalamannya pada Wiener Gebaranstalt menyatakan bahwa penyakit dalam nifas
disebabkan oleh infeksi pada luka. Luka di jalan lahir yang sebagian besar datang dari luar.
Pendapat Semmelweis ini mendapat tantangan hebat dan baru setelah lama kemudian Lister
melaksanakan antisepsis pada pembedahan dengan hasil baik dan penemuan sebab-sebab infeksi
nifas berkat kemajuan mikrobiologi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1
![Page 2: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
a. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu
(Fairer, Helen, 2001:225)
b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2001:122)
c. Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
d. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, Rustam, 1998:115)
e. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau
lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab infeksi nifas
Masuknya kuman ke dalam alat kandungan bisa secara eksogen (kuman datang dari luar),
autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) maupun endogen (dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain adalah :
2
![Page 3: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuk ke dalam alat kandungan secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius
4. Clostridium Welchii
Kuman bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a. Tangan penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. bisa juga sarung tangan
atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak steril.
3
![Page 4: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/4.jpg)
b. Droplet infection.
Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas
yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Infeksi nosokomial
Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara
kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat
wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak menyebabkan infeksi kecuali apabila mengakibatkan
pecahnya ketuban.
2.3 PATOLOGI.
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter
kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-
jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan,
begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang
dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan:
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan
endometrium.
4
![Page 5: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/5.jpg)
a. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak,
tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus
dan megeluarkan pus.
Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan
mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar
dari daerah ulkus.
Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan
meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
Endometritis.
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi
setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
b. Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena
infeksi nifas.
5
![Page 6: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/6.jpg)
c. Penyebaran melalui jalan limfe.
Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)
d. Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis.
2.4 FAKTOR PREDISPOSISI INFEKSI NIFAS
a. Semua keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh penderita seperti
perdarahan banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain
yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
b. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban
pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatic kurang baiknya proses
pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d. Retensio sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
e. Episiotomi atau laserasi.
2.5 GAMBARAN KLINIS INFEKSI NIFAS
a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih
bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C
dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
6
![Page 7: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/7.jpg)
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada
hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam
beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah
normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak
boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang
sedikit dan tidak berbau.
c. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak
dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu
berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160
kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia
hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu
agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil
terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri
khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari
tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis.
Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d. Peritonitis
7
![Page 8: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/8.jpg)
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan
bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-
gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses.
Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia
posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat. Suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense muscular.
Wajah penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi
e. Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu
tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih
jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan
tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di
tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-
mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan
suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit,
dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
8
![Page 9: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/9.jpg)
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses
mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
f. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.
2.6 PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS
a. Masa kehamilan
1 Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2 Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3 Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir.
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya
kuman-kuman dalam jalan lahir :
1 Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut
2 Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
3 Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
9
![Page 10: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/10.jpg)
4 Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan tranfusi darah.
5 Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker;
yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
6 Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus steril.
7 Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c. Selama nifas
1 Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2 Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
3 Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat
mungkin.
2.7 PENGOBATAN INFEKSI NIFAS.
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah,
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan
adekuat. Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan
mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat
yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
10
![Page 11: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi nifas dapat
terjadi karena kuman pemeriksa atau penolong, penanggulangan membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir.
3.2 SARAN
11
![Page 12: masa nifas](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082501/5452b8acb1af9f974a8b4735/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
12