Manuskrip Studi Kasus

download Manuskrip Studi Kasus

of 8

Transcript of Manuskrip Studi Kasus

Manuskrip Studi KasusTuberculosis Paru Aktif dengan BTA + Pada Wanita Ibu Rumah Tangga Yang Tinggal Bersama Anak dan Suami

Fransisca Dewi KumalaFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

AbstrakLatar Belakang: Tuberkulosis paru adalah penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB paru dapat menular melalui percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Resiko penularan lebih tinggi pada geriatrik dan anak-anak. . Tata laksana yang digunakan memerlukan pendekatan kedokteran keluarga karena selain menggunakan modalitas farmakologis, diperlukan pula dukungan dari keluarga pasien. Pencegahan dalam penularan penyakit ini penting, terutama kepada orang-orang yang tinggal dalam satu rumah. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Khalilzadeh et al, ditemukan dari 147 kontak dekat dari 34 pasien TB paru aktif ditemukan 7 kontak yang positif berdasarkan penemuan klinis, radiologis dan sputum BTA. Dari 147 kontak tersebut, ada 49 kontak yang memiliki gambaran radiologis TB paru. Namun, pengaruh antara kontak dekat dengan pasien TB aktif dalam menimbulkan penyakit TB masih terdapat tanda tanya. Hal ini disebabkan belum ada penelitian skala besar, dengan validitas tinggi, yang menunjukkan pengaruh hubungan tersebut.Tujuan: Untuk mengetahui Mengetahui pengaruh pasien TB paru aktif dewasa dengan anggota keluarga yang tinggal serumah dalam menularkan TB paru. Metode: Pengambilan data anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah serta pembinaan keluarga sehingga bisa didapatkan diagnosis holistik dan dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan prinsip kedokteran keluarga. Selain itu dilakukan juga pencarian terstruktur dilakukan pada Pubmed dan Cochrane untuk mendapatkan bukti ilmiah. Setelah menyaring 86 artikel dan abstrak menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan satu artikel utuh yang dianggap penting oleh penulis. Telah kritis dilakukan berdasarkan kesahihan, kepentingan, dan aplikabilitasnya pada pasien.Hasil: Pada studi yang dilakukan oleh Khalilzadeh et al, ditemukan bahwa dari 147 kontak dekat dari 34 pasien TB paru aktif ditemukan 7 kontak yang positif. Pair Dong Wang et al menemukan 284 kontak dekat dari 4595 yang TB paru aktif. Studi yang dilakukan Aziz et al (2008) membandingkan antara responden sehat-kontak dekat dengan responden sehat-kontak tidak dekat. Pada kontak dekat, ditemukan tes Mantoux positif 49 kontak (40,8%) dibandingkan keselurahan 120 kontak. Dari hasil pembinaan keluarga, dimana pasien telah mengerti pencegahan yang dapat dilakukan dalam penularan penyakit, seperti etika cara batuk yang baik. Simpulan: Pengaruh antara kontak dekat dengan pasien TB aktif dalam menimbulkan penyakit TB masih terdapat tanda tanya. Hal ini disebabkan belum ada penelitian skala besar, dengan validitas tinggi, yang menunjukkan pengaruh hubungan tersebut. Akan tetapi, pencegahan dalam penularan penyakit TB paru harus tetap dilakukan. Konseling dapat dilakukan kepada pasien cara pencegahan yang dapat dilakukan, misalnya etika batuk yang benar dan penggunaan masker. Kepada keluarga juga harus diberikan konseling mengenai penularan dan deteksi dini TB paru. Kondisi rumah dan lingkungan yang bersih untuk mencegah penularan TB serta kondisi tubuh juga harus diperhatikan.Case Study Manuscript

Fransisca Dewi KumalaFaculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta

PendahuluanTuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, demam, terjadi penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik/jasmani dapat ditemukan rhonki pada saat auskulatasi. Pada kasus tersebut diperlukan pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Efek samping OATEfek sampingKemungkinan PenyebabTatalaksana

MayorHentikan pengobatan

Gatal dan kemerahan pada kulitSemua jenis OATBeri antihistamin dan dievaluasi ketat

TuliStreptomisinStreptomisisn dihentikan, ganti etambutol

Gangguan keseimbangan (vertigo dan nistagmus)StreptomisinStreptomisisn dihentikan, ganti etambutol

Ikterik/Hepatitis Imbas Obat (penyebab lain disingkirkan)Sebagian besar OATHentikan semua OAT sampai ikterik menghilang dan boleh diberikan hepatoprotektor

Muntah dan bingung (suspect drug-induced pre-icteric hepatitis)Sebagian besar OATHentikan semua OAT dan lakukan uji fungsi hati

Gangguan penglihtatanEtambutolHentikan Etambutol

Kelainan sistemik, termasuk syok dan purpuraRifampisinHentikan Rifampisin

Pencegahan dalam penularan penyakit TB paru sangan penting, terutama bagi orang-orang yang sering kontak misalnya orang-orang yang tinggal dalam satu rumah. Karena berdasarkan studi yang dilakukan oleh Khalilzadeh et al, ditemukan bahwa dari 147 kontak dekat dari 34 pasien TB paru aktif ditemukan 7 kontak yang positif berdasarkan penemuan klinis, radiologis dan sputum BTA. Dari 147 kontak tersebut, ada 49 kontak yang memiliki gambaran radiologis TB paru, namun setelah dikonfirmasi dengan tes Mantoux untuk usia anak dan sputum BTA untuk dewasa, ditemukan 7 orang yang positif. Maka perlu dilakukan pencegahan dalam penularan penyakit TB paru. Deteksi dini pada keluarga pasien yang telah didiagnosis TB penting dalam hal pencegahan penularan.

Penatalaksanaan pasien TB paru menggunakan kombinasi modalitas nonfarmakologis dan farmakologis dinilai sebagai cara yang paling efektif dalam pengobatan TB paru. Kepatuhan minum OAT sangat penting dalam keberhasilan pengobatan. Maka, diperlukan pula partisipasi keluarga karena pasien untuk memotivasi pengobatan pasien dan juga karena TB paru dapat menular terutama yang sering kontak biasanya orang-orang yang tinggal dalam satu rumah. Oleh karena itu dilakukan penatalaksanaan dengan pendekatan kedokteran keluarga dan berdasarkan bukti sehingga penatalaksanaan pasien dapat tepat dan sesuai.

Ilustrasi KasusPasien ialah Ny. S, 56 tahun, dengan pendidikan terakhir Sarjana Hukum, berdomisili di Jln. Bangunan Barat, bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Pasien merupakan istri dengan satu orang suami dan 2 orang anak datang ke Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu. yang tidak kunjung sembuh. Batuk disertai dengan dahak berwarna putih keruh, kental dan sulit dikeluarkan. Keluhan batuk disertai darah disangkal. Batuk semakin memberat terutama pada malam hari, timbul secara tiba-tiba dan bersifat terus-menerus, disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, dan berkeringat pada malam hari. Keluhan nafsu makan yang menurun sehingga pasien merasa lemas, serta penurunan berat badan.

Pasien merasa malu akan penyakitnya sehingga tidak beribadah kegereja sejak keluhan muncul. Ny.S takut kalau penyakitnya diketahui orang banyak dan dihindari oleh orang sekitarnya. Ny.S telah meminum obat yang dibeli di warung untuk mengobati keluhan batuknya. Namun, setelah mengkonsumsi obat tersebut, keluhan batuk tidak berkurang. Kemudian dokter memberikan obat batuk sirup dan menyarankan untuk dilakukannnya pemeriksaan rontgen paru. Ny.S kembali ke Klinik Dokter Keluarga untuk mengambil hasil rontgen dan meminta penjelasan tentang hasil rontgen. Dari hasil pemeriksaan, pasien mengaku mendapat penjelasan dari dokter bahwa penyakit pasien mengarah ke TBC (Tuberkulosis) dan pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak.

Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat alergi, yaitu obat antibiotik dan makanan laut. Riwayat kontak dengan penderita batuk seperti ini disangkal. Riwayat anggota keluarga lainnya yang memiliki batuk lama dan pengobatan TB disangkal. Riwayat mendapat pengobatan TB disangkal. Riwayat memelihara hewan unggas disangkal. Pasien tidak mengetahui apakah teman di lingkungan kerja dan tetangga sekitar rumah yang memiliki penyakit sepertinya. Setelah dilakukan pemeriksaan dahak, didapatkan hasil TB BTA +3. Dokter menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan memberikan OAT.

Ny. S (pasien) merupakan istri dari keluarga inti dengan siklus keluarga berupa tahap keluarga dengan anak usia sekolah. 2 orang anaknya yang tinggal serumah, duduk dibangku kuliah dengan ukuran rumah 7 x 8 m2. Kondisi rumah dapat dikatakan cukup baik, namun untuk ventilasi masih kurang. Pasien adalah Ibu Rumah Tangga yang semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Hubungan dengan keluarga di rumah terjalin baik, biasanya anggota keluarga mengobrol saat setelah makan dan menonton televisi.

Dari anamnesis didapatkan keluhan batuk berdahak sudah 3 minggu. Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan sering berkeringan pada malam hari. Pasien juga mengeluh lemas dan berat badan pasien mengalami penurunan. Riwayat kontak dengan pasien TB dengan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tidak ada. Tetapi, lingkungan diluar rumah pasien tidak mengetahui secara pasti.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien tampak sakit ringan dan kesan gizi normal. Tanda vital yang didapatkan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu dalam batas normal. Pemeriksaan kepala, leher, abdomen, jantung, ekstremitas dalam batas normal.

Pemeriksaan paru tampak gerakan dada simetris kanan dan kiri. Pada perabaan juga tidak ditemukan masaa, nyeri dan fremitu taktil dalam batas normal. Pada saat diperkusi terdengar sonor. Namun, pada saat auskultasi terdengar rhonki basah kasar (+/+).

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis holistik pada pasien: Aspek personal : batuk berdahak sudah 3 minggu, berharap agar batuknya sembuh, dan khawatirnya bertambah buruk dan malu akan penyakitnya, bertambah buruk dan lama untuk sembuh. Aspek klinis : TB paru aktif Aspek resiko internal : pengetahuan pasien mengenai TBC kurang, aktifitas yang banyak sehinggan kondisi pasien lelah dan sistem imun menurun, perilaku bersifat kuratif, belum menerapkan hidup bersih dan sehat. Aspek psikososial keluarga : Pasien sudah tidak satu rumah dengan anak pertama karena anak pasien sudah berkerja dan tinggal diluar kota. Derajat fungsional : 1

Berdasarkan diagnostik holistik di atas direncanakan tata laksana farmakologi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Sedangkan terapi nonfarmakologi yang diberikan berupa konseling mengenai penyakit, penyebab, penularan, gelaja, pengobatan, efek samping obat, komplikasi, faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan penyakit, dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien, cara batuk yang benar untuk mencegah penularan, deteksi dini pada keluarga mengenai penyakit, menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, dan melakukan pemeriksaan lanjutan sesuai dengan yang dijadwalkan. Setelah dilakukan pembinaan dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pasien dan keluarganya didapatkan hasil, yaitu: Keluarga dan pasien sudah lebih mengerti benar mengenai penyakit pasien Pasien meminum obatnya secara teratur Perilaku pasien batuk pasien sudah benar pada waktu kunjungan. Suami dan anak pasien selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat Pasien dan keluarga pasien menerapkan hidup bersih dan sehat Pasien percaya diri kembali dan tidak malu untuk bepergian

Pembahasan Laporan Kasus Berdasarkan Bukti

Pada studi yang dilakukan oleh Khalilzadeh et al, ditemukan bahwa dari 147 kontak dekat dari 34 pasien TB paru aktif ditemukan 7 kontak yang positif berdasarkan penemuan klinis, radiologis dan sputum BTA. Dari 147 kontak tersebut, ada 49 kontak yang memiliki gambaran radiologis TB paru, namun setelah dikonfirmasi dengan tes Mantoux untuk usia anak dan sputum BTA untuk dewasa, ditemukan 7 orang yang positif.Summary BoxPasien seorang wanita berusia 56 tahun tinggal dengan satu suami dan satu oranga ank telah didiagnosis menderita TB paru aktif yang mengeluhkan batuk berhadak sudah 3 minggu, demam, sering berkeringan pada malam hari, lemas dan berat badab menurun.

Pasien adalah Ibu Rumah Tangga tinggal di daerah pemukiman padat. Kondisi rumah pasien cukup baik, namun ventilasi masih kurang. Suami sudah pensiun berusia 58 tahun dan anak duduk dibangku kuliah. Tidak ada dalam keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.