MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

22
PENGARUH INTERVENSI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)TERHADAP TINGKAT DEPRESI, KECEMASAN, DAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI BENKULU Derison Marsinova Bakara, 1 Yusniarita, 2 Yanti Sutriyanti 3 ABSTRAK Latar Belakang: Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit penyebab kematian. Gejala depresi kecemasan, dan stres meningkat pada pasien GGK. Gejala ini dapat mempengaruhi proses pengobatan dan penyembuhan serta menimbulkan komplikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK yang dirawat di ruang haemodilisis. Metode: Rancangan penelitian menggunakan quasi experimental, teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling, ukuran sampel 30 orang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan SEFT selama 15 menit. Sebelum dan sesudah intervensi diukur tingkat depresi, kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stress Scales (DASS). Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney. 1 Peneliti adalah dosen di Prodi Keperawatan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] 2 Peneliti adalah dosen di Prodi Keperawatan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu 3 Peneliti adalah dosen di Prodi Kebidanan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu 0

description

petunjuk bagi penggunaan terapi spiritual emotional freedom technique

Transcript of MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

Page 1: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

PENGARUH INTERVENSI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)TERHADAP TINGKAT DEPRESI, KECEMASAN, DAN STRES PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI BENKULU

Derison Marsinova Bakara,1 Yusniarita,2 Yanti Sutriyanti3

ABSTRAK

Latar Belakang: Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit penyebab kematian. Gejala depresi kecemasan, dan stres meningkat pada pasien GGK. Gejala ini dapat mempengaruhi proses pengobatan dan penyembuhan serta menimbulkan komplikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK yang dirawat di ruang haemodilisis.

Metode: Rancangan penelitian menggunakan quasi experimental, teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling, ukuran sampel 30 orang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan SEFT selama 15 menit. Sebelum dan sesudah intervensi diukur tingkat depresi, kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stress Scales (DASS). Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil: Hasil menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi SEFT (p <0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05). Intervensi SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK.

Kesimpulan: Implikasi penelitian ini bahwa intervensi SEFT dapat menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK.

Kata kunci :Intervensi SEFT, Depresi, Kecemasan, Stres, Gagal Ginjal Kronik (GGK)

1 Peneliti adalah dosen di Prodi Keperawatan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu

Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] Peneliti adalah dosen di Prodi Keperawatan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu

3 Peneliti adalah dosen di Prodi Kebidanan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu

0

Page 2: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

ABSTRACT

Background : Chronic Renal Failure ( CRF ) is a disease cause of death . Symptoms of depression anxiety and stress increased in CRF patients . These symptoms can affect the treatment and healing process and cause complications . This study aims to determine the effect of the intervention Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT ) to decrease depression , anxiety , and stress in CRF patients were treated in haemodilisis.

Methods: The study used a quasi -experimental design , sampling techniques with consecutive sampling , sample size of 30 people divided into intervention and control groups . The intervention group was given SEFT for 15 minutes . Before and after intervention measured levels of depression , anxiety , and stress using the Depression Anxiety Stress questionnaire Scales ( DASS ). Data were analyzed with the Wilcoxon and Mann Whitney .

Results : The results showed no significant differences between levels of depression , anxiety , and stress before and after the intervention SEFT ( p < 0.05 ) between the intervention group and the control group ( p < 0.05 ). SEFT intervention helps reduce depression , anxiety , and stress in patients with CRF .

Conclusions : The implications of this study that SEFT intervention can reduce depression , anxiety , and stress in patients with CRF.

Keywords : SEFT Intervention, Depression, Anxiety, Stress, Chronic Renal Failure (CRF )

1

Page 3: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

PENDAHULUAN

Pasien selama mengalami hemodialisis akan mengalami peningkatan depresi. Depresi

dan kecemasan dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri (Patel, Sachan, Nischal,

and Surendra, 2012). Depresi dan kecemasan merupakan permasalahan psikiatri yang

utama pada pasien gagal ginjal kronik, depresi dan kecemasan merupakan gejala

psikopatologi yang meningkat pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik (Drayer,

Piraino, dan Reynolds. 2006). Hemodialisis menimbulkan pengaruh terhadap fisik dan

psikologi, dan berpengaruh terhadap keluarga, pekerjaan, menimbulkan ketergantungan

terhadap pengobatan, kualitas hidup yang negatif serta berpengaruh terhadap

kemampuan untuk mengontrol diri dalam berhubungan (Kimmel, 2001). Beberapa

memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah (Kimmel, 2000 dan Boulware, 2006).

Menurut Suharjono (2006) mengemukakan bahwa penyakit gagal ginjal kronis dapat

digolongkan sebagai stressor yaitu peristiwa yang menimbulkan stres pada seseorang.

Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang mempunyai karakteristik bersifat

menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam

jangka waktu yang lama. Selain itu, umumnya pasien juga tidak dapat mengatur dirinya

sendiri dan biasanya tergantung kepada para profesi kesehatan. Kondisi tersebut, tentu

saja menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi,

sosial dan spiritual pasien. Seperti, perilaku penolakan, marah, perasaan takut, cemas,

rasa tidak berdaya, putus asa bahkan bunuh diri (IKCC, 2010)

Intervensi SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh

(energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada

beberapa titik tertentu pada tubuh. Selain itu teknik ini juga dapat membantu pasien

untuk lebih mandiri dalam mengurangi kecemasan, serta relatif lebih cepat, serta tidak

2

Page 4: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

memiliki risiko yang membahayakan. SEFT adalah sebuah metode yang menggunakan

dasar sistem energi tubuh dalam menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi

secara cepat.mulai dari rasa takut, kecemasan, sedih, kecewa, stress, pobia, trauma,

mentalitas kelangkaan dan penyakit psikologis (Anwar, 2007). Penelitian ini bertujuan

untuk menguji pengaruh intervensi SEFT terhadap tingkat depresi, kecemasan dan stres

pada pasien gagal ginjal kronik.

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana rancangan penelitian yang

digunakan adalah rancangan Quasi Eksperimental, dengan pre test and post test design

with control group. Kelompok intervensi dalam penelitian ini adalah pasien gagal

ginjal kronik yang mengalami depresi, kecemasan, dan stres dan mendapatkan

intervensi SEFT.Sebelum dan sesudah dilakukan pengukuran depresi, kecemasan,

dan stres. Sedangkan kelompok kontrol dilakukan pre test dan post test untuk

mengukur depresi, kecemasan, dan stres.

Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mengalami terapi hemodialisis di

ruangan hemodialisis RSUD Curup dan RSUD M. Yunus Bengkulu. Sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ádalah 30, dengan pembagian 15 sampel untuk

kelompok intervensi diruangan hemodialisis RSUD Curup dan 15 sampel untuk

kelompok kontrol diruangan hemodialisis RSUD M. Yunus Bengkulu. Penelitian

dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2012.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian adalah

menggunakan Depression Anxiety Sress Scale 21 (DASS 21) Lovibond & Lovibond

(1995).DASS 21 merupakan hasil revisi dari DASS 42 yang digunakan untuk mengukur

3

Page 5: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

depresi, kecemasan, dan stres.DASS dirancang dan digunakan sebagai alat untuk

mengukur keadaan emosinal negatif yang meliputi depresi, kecemasan, dan stres.

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Tabel 1 Hasil Uji Beda Karakteristik Responden pada Kelompok Intervensi (n=15) dan Kelompok Kontrol (n=15)

Karakteristik KelompokX2 Nilai pIntervensi

Frekuensi (%)KontrolFrekuensi %)

Jenis kelamin :- Perempuan- Laki-laki

9 (60)6 (40)

9 (60)6 (40)

0,000 1,000

Usia (tahun) : - ≤ 51 - 52 ke atas

Rerata (SD)

11(73,3) 4(26,7)47,1(13,87)

8(53,3)7(46,7)49.1(9,44)

1,292 0,026

Pendidikan- SD- SMP- SMA/SLTA- PT

2 (13,3)7 (46,7)6 (40,)0 ( 0)

4 (26,7)4 (26,7)1 ( 6,7)6 (40.)

11,056 0,011

Pekerjaan- Bekerja - Tidak bekerja

0 (0)15 (100)

6 (40)9 (60)

7,500 0,006

Pada tabel 1 dapat menunjukan bahwa data karakteristik jenis kelamin, usia,

pendidikan, pekerjaan, antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi menunjukan

nilai p<0,05. Hasil hasil uji beda karakteristik responden tersebut dapat disimpulkan

bahwa antara karakteristik responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

4

Page 6: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

B. Analisis Bivariat

1. Hasil Uji Normalitas Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan

Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Uji normalitas tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah

intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Waktu Kelompok Rerata SD Nilai p

Depresi - Sebelum

- Sesudah

- Kontrol- Intervensi

- Kontrol- Intervensi

18,9321,73

18,9316,00

4,7135,284

4,7133,464

0,0840,047

0,0840,004

Kecemasan - Sebelum

- Sesudah

- Kontrol- Intervensi

- Kontrol- Intervensi

17,2016,87

17,20 12,93

5,0602,167

5,0602,251

0,0010,048

0,0010,001

Stres - Sebelum

- Sesudah

- Kontrol- Intervensi

- Kontrol- Intervensi

17,2022,67

17,20 17,47

5,0603,266

5,0602,200

0,0010,158

0,0010,246

Pada tabel 2 ditampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik

Shpiro-Wilk. Hasil uji normalitas menunjukan nilai p tingkat depresi, kecemasan, dan

stres sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

sebagian besar kurang dari 0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat

depresi, kecemasan, dan stress pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat

disimpulkan data tidak berdistribusi normal, sehingga uji statistik yang tepat untuk

dilakukan adalah dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu Wilcoxon.

5

Page 7: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

2.Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah

pada Kelompok Kontrol

Uji statistik yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres adalah

non parametrik Wilcoxon karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah pada

kelompok kontrol didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan tidak homogen.

Tabel 3. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol

Pengukuran Kelompok Rerata z p

Depresi - Sebelum- Sesudah

18,9318,93

0,001 1,000

Kecemasan - Sebelum- Sesudah

17,2017,20

0,001 1,000

Stres - Sebelum- Sesudah

17,2017,20

0,001 1,000

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 3 didapatkan nilai p˃0,05. Hasil

tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan dan stres sebelum

dan sesudah pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna.

3. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah

Intervensi pada Kelompok Intervensi

Uji statistik yang yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres

adalah non parametrik Wilcoxon karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah

intervensi pada kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

6

Page 8: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

Tabel 4. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Sebelum- Sesudah

21,7316,00

- 3,316 0,001

Kecemasan - Sebelum- Sesudah

16,87 12,93

- 3,571 0,001

Stres - Sebelum- Sesudah

22,6717,47

- 3,347 0,001

Uji statistik yang ditampilkan pada tabel 4 pada skala ukur depresi, kecemasan,

dan stres didapatkan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata

tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi

ada perbedaan yang bermakna.

4. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum Intervensi

pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Uji statistik yang yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres

adalah non parametrik Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah

intervensi pada kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

Tabel 5. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Kontrol- Intervensi

18,9321,73

- 1,445 0,146

Kecemasan - Kontrol- Intervensi

17,2016,87

- 0,839 0,402

Stres - Kontrol- Intervensi

17,2022,67

-3 ,152 0,200

Hasil uji statistik beda rerata tingkat depresi sebelum intervensi pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan nilai z adalah

7

Page 9: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

-1,445 dan nilai p˃0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi

sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak ada perbedaan

yang bermakna. Sedangkan pada beda rerata tingkat kecemasan sebelum intervensi pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan

nilai z adalah -0,839 dan nilai p˃0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata

tingkat kecemasan sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

tidak ada perbedaan yang bermakna.

Hasil uji statistik beda rerata tingkat stres sebelum intervensi pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan nilai z adalah

-3,152 dan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat stres

sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang

bermakna.

5. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sesudah Intervensi

pada Kelompok Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Uji statistik yang yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres

adalah non parametrik Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah

intervensi pada kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

Tabel 6. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres SesudahIntervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok IntervensiPengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Kontrol- Intervensi

18,9316,00

- 2,214 0,027

Kecemasan - Kontrol- Intervensi

17,20 12,93

- 2,647 0,008

Stres - Kontrol- Intervensi

17,4717,20

- 3,152 0,002

8

Page 10: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 6 didapatkan nilai p<0,05. Hasil

tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah

intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang

bermakna.

6. Perbedaan Selisih Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan

Sesudah Intervensi pada Kelompok Kelompok Kontrol dan Kelompok

Intervensi.

Uji statistik yang yang digunakan untuk melihat rerata depresi, kecemasan, dan

stres adalah non parametrik Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan

sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan hasil

distribusi data tidak normal.

Tabel 7 Perbedaan Selisih Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z PDepresi - Kontrol

- Intervensi0,0004,421 0,000 0,001

Kecemasan - Kontrol- Intervensi

0,0005,894

0,000 0,001

Stres - Kontrol- Intervensi

0,0004,000

0,000 0,001

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 7 didapatkan nilai p<0,05. Hasil

tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah

intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang

bermakna.

9

Page 11: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien GGK

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatdepresi sesudah

intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang

bermakna dengan nilai z adalah -2,214 dan p >0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh

intervensi SEFT terhadap penurunan depresi pada pasien GGK. Dapat disimpulkan ada

perbedaan yang bermakna tingkat depresi responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi SEFT pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang

tidak diberikan intervensi SEFT tidak mengalami penurunan tingkat depresi.

Terapi spiritual dapat memberikan ketenangan, mengurangi rasa takut dan

mendekatkan diri kepada Tuhan dan menguatkan keyakinan spiritual, keyakinan kepada

Tuhan untuk menyembuhkan penyakitnya. Terapi spiritual menimbulkan respon

relaksasi dan kesehatan, dapat menimbulkan keyakinan dalam perawatan diri, dan

bermanfaat terhadap kecemasan dan panik pada pasien terminal yang dapat

menimbulkan ketenangan (Syed,2003). Menurut Kozier, Berman, & Snyder (2010)

keyakinan spiritual ini akan memberikan rasa tenang dan harapan positif bagi yang

mengalami sakit, sehingga diharapkan dapat menurunkan kecemasannya.

Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistim limbik dan saraf

otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan menyenangkan sehingga merangsang

pelepasan zat kimia gamma amino butric acid, enchepalin dan beta endorfin yang akan

mengeliminasi neurotranmiter rasa nyeri maupun kecemasan sehingga menciptakan

ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood) pasien. Endorfin adalah polipeptida

yang mengandung 30 unit asam amino yang mengikat pada reseptor opiat di otak dan

dapat menimbulkan perasaan euforia, lepaskan nafsu makan, modulasi hormon dan

10

Page 12: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

memiliki sifat menghilangkan rasa sakit. Endorfin adalah neurotransmitter yang

berinteraksi dengan neuron reseptor morfin untuk mengurangi rasa sakit. Pada gangguan

nyeri kronis, endorfin ditemukan dalam jumlah tinggi (Bailey, 2006).

2. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien GGK

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatkecemasan sesudah

intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang

bermakna dengan nilai z adalah -2,647 dan p>0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh

intervensi SEFT terhadap penurunan kecemasan pada pasien GGK. Dapat disimpulkan

ada perbedaan yang bermakna tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah di

berikan intervensi SEFT pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol

yang tidak diberikan intervensi SEFT tidak mengalami penurunan tingkat depresi.

Hasil penelitian lain juga mengemukakan bahwa spiritual berpengaruh terhadap

stress pada pasien penyakit kronis dan berpengaruh terhadap ketenangan psikologis

(Rowe & Allen 2004). Pemenuhan kebutuhan spiritual sangat penting ketika sedang

mengalami sakit fisik.Ketika kondisi fisik terganggu ada kemungkinan mengalami

perubahan emosi.Pada kondisi tersebut, komponen spiritual seseorang sangat penting

untuk mengatasi perubahan emosi tersebut. Mendekat pada Tuhan, diyakini akan

memudahkan seseorang untuk mengatasi perubahan emosional selama sakit

(Lueckenotte, 1995).

3. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Stres pada Pasien GGK

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatstres sesudah intervensi

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna dengan

nilai z adalah -3,152 dan p>0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh intervensi SEFT

terhadap penurunan stres pada pasien GGK. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang

11

Page 13: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

bermakna tingkat stres responden sebelum dan sesudah di berikan intervensi SEFTpada

kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi

SEFT tidak mengalami penurunan tingkat stres.

Spiritual dapat mempengaruhi psikoneuroimunologi yang merangsang imunitas

sehingga mempengaruhi relaksasi dan dapat menyebabkan sistem syaraf mengeluarkan

endorfin, delison dan berbagai neurotransmiter yang lain yangmembawa manfaat pada

peningkatan imunitas, peningkatan aktifitasinterferon dan makrofag (Spencer &

McEwen, 1990).

KESIMPULAN

Pemberian intervensi SEFT menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres

pada pasien GGK secara bermakna karena intervensi SEFT memiliki nilai spiritual

sehingga dapat memberi efek ketenangan dan nilai spiritual, diharapkan dapat

melakukan penelitian dengan menggunakan metode intervensi SEFT pada pasien yang

menderita penyakit lain yang memiliki respon depresi, kecemasan, dan stres, serta

respon tubuh yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar.Z. (2010).Terapi SEFT.Diunduh 6 Juni 2012 dari http://zainulanwar.staff.umm.ac.id.

Bailey R. (2006).The Power Of Endorphins Diunduh tanggal 20 September 2012 dari http://www.parkridgecardiology.com

Cohen LM, Dobscha SK, Hails KC, (2002). Depression and suicidal ideation in Patients who discontinue the life-support treatment of dialysis.Psychosom Med; 64:889–896

Drayer RA, Piraino B, Reynolds CF 3rd, et al (2006). Characteristics of depression in hemodialysis patients: symptoms, quality of life, and mortality risk. Gen Hosp Psychiatry 2006; 28:306–312

12

Page 14: MANUSKRIP INTERVENSI SEFT

Hughes, (2005).Nursing Faculty Attitudes, Knowledge and Practice Of Therapeutic Touch, Thesis. Montana State University

IKKC (2010).Mengatasi Dampak Psikologis Pasien Gagal Ginjal.Diunduh tanggal 5 Juni 2012dari http://www.ikcc.co.id

Kimmel, P.L. , (2000). Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.

Kimmel. (2001). PL: Psychosocial factors in dialysis patients. Kidney Int ; 59:1599–1613.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik (Vol. 2). New Jersey: EGC.

Lueckenotte Annette G. (1995). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book

Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. (1995).Manual for the Depression Anxiety Stress Scales (2nd ed.). Sydney: Psychology Foundation.

Patel ML, Sachan R, Nischal A, and Surendra (2012).Anxiety and Depression - A Suicidal Risk in Patients with Chronic Renal Failure on Maintenance hemodialysis.International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 3

Spencer RL & McEwen BS.(1990). Adaptation of the hypothalamic pituitary-adrenal axis stress tochronic ethanol.Neuroendocrinol.: 52; 481-89. 1. Atkinson

Syed. I.B,. (2003). Spiritual Medicine in the History of Islamic Medicine. Medicine University of Louisville School of Medicine Louisville

Suharjono (2000) Kualitas Hidup Penderita Pasien Haemodialisa.Disampaikan pada Simposium Ginjal dan Hipertensi. Jakarta

13