MANUSKRIP ANIS.docx
-
Upload
anjar-hanif -
Category
Documents
-
view
21 -
download
2
Transcript of MANUSKRIP ANIS.docx
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
1
HUBUNGAN KEPATUHAN MENGONTROL GULA DARAH DENGAN
KEJADIAN RAWAT INAP ULANG PASIEN DIABETES MELITUS
Anisa Amtsalina
Anisa Amtsalina: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, kampus FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510
E-mail: [email protected]
Abstrak Diabetes Melitus merupakan sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Mengontrol kadar gula darah menjadi salah satu pilar pengelolaan yang sangat penting untuk menghambat timbulnya komplikasi Diabetes Melitus. Salah satu pengelolaan Diabetes Melitus yang penting, yaitu kepatuhan mengontrol kadar gula darah dengan cara pemeriksaan kadar gula darah, diet, kegiatan jasmani dan minum obat secara teratur. Pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol beresiko untuk rawat inap ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan mengontrol gula darah dengan rawat inap ulang pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016 di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Responden 80 sampel yang dipilih dengan metode random sampling dari pasien Diabetes Melitus yang telah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi. Data dianalisis menggunakan metode chi square, menggunakan perangkat lunak komputer dengan tingkat signifikasi 0.05. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kepatuhan Pemeriksaan Gula Darah, Kepatuhan Diet, Kepatuhan Minum Obat dengan Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes Mellitus dengan p value 0,000 (p<0,05), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara Kepatuhan Kegiatan Jasmani dengan Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes Mellitus dengan p value 0,102 (P>0,05). Peran perawat penting dalam memperhatikan pilar pengelolaan diabetes melitus agar dapat mengurangi resiko rawat inap ulang
Kata kunci : diabetes melitus, kepatuhan mengontrol kadar gula darah, rawat inap ulang.
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus disebut sebagai ‘gula
tinggi’ baik oleh klien maupun penyedia
layanan kesehatan. Diabetes melitus
merupakan sindrom yang di sebabkan
oleh ketidakseimbangan antara tuntutan
dan suplai insulin. Sindrom ini di tandai
oleh hiperglikemi (kadar gula darah
tinggi) dan berkaitan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein (Rumahorbo, 2012,
Black et all, 2014). Diabetes salah satu di
antara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya di masa datang.
Diabetes sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat
manusia pada abad ke-21. Perserikatan
bangsa-bangsa World Health
Organization (WHO) dalam Setiati
(2014) membuat perkiraan bahwa tahun
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
2
2000 jumlah pengidap diabetes di atas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
pada tahun 2025 jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang
(Setiati et all, 2014). Proporsi diabetes
mellitus pada usia 15 tahun keatas jumlah
penduduk di Indonesia yang terkena
adalah 176.689.336 jiwa. Dengan
proporsi penduduk yang pernah
didiagnosis menderita kencing manis
oleh dokter jumlah penduduknya adalah
diperkirakan 2.650.340 jiwa dan
penduduk yang belum pernah didiagnosis
menderita kencing manis tetapi dalam 1
bulan terakhir mengalami gejala sering
lapar, sering haus, sering buang air kecil
dan berat badan menurun Jumlah
penduduknya adalah 1.060.136 jiwa
(Riskesdas, 2013). Perawatan kesehatan
preventif untuk penyakit Diabetes
Melitus bisa melalui pencegahan primer,
sekunder dan tersier (Baradero et al,
2009). Pencegahan primer merupakan
suatu upaya yang ditujukan pada orang-
orang yang termasuk kelompok beresiko
tinggi, yakni mereka yang belum
menderita diabetes melitus, tetapi
berpotensi untuk menderita diabetes
melitus seperti faktor keturunan,
kegemukan, dan usia. Pencegahan
sekunder merupakan upaya pencegahan
atau menghambat timbulnya komplikasi
dengan deteksi dini dan memberikan
pengobatan sejak awal penyakit.
Pengelolaan Diabetes Melitus meliputi 5
pilar penting yaitu pendidikan kesehatan,
perencanaan makanan (diet), kegiatan
jasmani, pengobatan medis dan
monitoring gula darah. Monitoring kadar
gula darah adalah kemampuan pasien
dalam melakukan pemeriksaan gula
darah secara teratur baik secara mandiri
maupun dengan bantuan tenaga
kesehatan. Sementara itu, penelitian yang
dilakukan oleh (Mayasari, 2014),
menyebutkan penderita Diabetes Melitus
harus rutin mengontrol kadar gula darah
sesuai dengan jadwal yang ditentukan,
agar diketahui nilai kadar gula darah
untuk mencegah gangguan dan
komplikasi yang mungkin muncul agar
ada penanganan yang cepat dan tepat.
Pada pasien Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol menjadi salah satu penyebab
terjadinya rawat inap berulang, sehingga
peneliti tertarik untuk mengambil judul
Hubungan Kepatuhan Mengontrol Gula
Darah dengan Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Melitus
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
3
METODEJenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan desain cross sectional.
Dalam penentuan sampel penelitian
ditetapkan kriteria inklusi :
1. Semua pasien diabetes mellitus yang
sudah pernah mengalami rawat inap
2. Dapat membaca dan menulis, hal ini
dibutuhkan karena kuesioner harus
diisi sendiri oleh responden.
3. Bersedia mengisi lembar kuesioner
dan menjadi responden.
Sampel dalam penelitian ini berdasarkan
teori yang didapat dari (Nursalam, 2014)
adalah 80 sampel.
Adapun alat yang digunakan selama
pengumpulan data yaitu lembar
kuesioner. Melalui kuesioner dapat
diambil data tentang persepsi atau
pendapat responden tentang tingkat
kepatuhan. Kuesioner terdiri dari
karakteristik responden, mengontrol gula
darah (Pemeriksaan kadar gula darah,
diet, kegiatan jasmani, minum obat).
Kuesioner ini menggunakan skala
likert.Untuk pernyataan positif: 4 =
selalu, 3 = sering, 2 = kadang-kadang, 1=
tidak pernah.
Terdapat beberapa prinsip etika
penelitian yang diterapkan oleh peneliti
menurut (Notoatmodjo, 2012) yaitu :
1. Respect for human dignity yakni
peneliti perlu mempertimbangkan hak-
hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan
penelitian tersebut dan peneliti juga
memberikan kebebasan untuk
memberikan informasi atau tidak.
2. Respect for privacy and confidentiality
yakni setiap resonden mempunyai
hak-hak dasar individu dalam
memberikan informasi. Setiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa
yang diketahuinya kepada orang lain.
3. Respect for justice an inclusiveness
yakni prinsip keterbukaan dan adil
perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan, dan kehati-
hatian. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian.
Pengolahan data menurut (Notoadmodjo,
2012) dimulai saat pengumpulan data
telah selesai, kemudian Peneliti
melakukan pengolahan data melalui
beberapa tahapan yaitu :
1. Editing
Editing yaitu proses memeriksa data
yang sudah terkumpul, meliputi
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
4
kelengkapan isian, keterbacaan
tulisan, kejelasan jawaban, relevansi
jawaban, keseragaman satuan data
yang digunakan, dan sebagainya.
2. Coding
Coding yaitu kegiatan memberikan
kode pada setiap data yang terkumpul
di setiap instrumen penelitian.
3. Proccesing
Processing yaitu memproses data
untuk mendapatkan hasil interpretasi
dari nilai kuesioner yang di dapatkan
dengan cara memasukan data dari
lembar observasi yang telah
direkapitulasi ke komputer.
4. Cleaning
Cleaning yaitu Peneliti akan
melakukan kegiatan membersihkan
data dengan melakukan pengecekan
kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
Analisa Data dalam penelitian ini teridiri
dari:
1. Analisa Univariat
Mendeskripsikan karakteristik
reponden (usia, jenis kelamin,
pendidik, pekerjaan).
2. Analisis Bivariat
untuk mengetahui adanya hubungan,
yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Uji bivariat
menggunakan analisa statistik dengan
uji chi square dengan derajat
kepercayaan 95%.
HASIL
1. Data demografi
Table 5.1Distribusi frekuensi data demografi
pasien diabetes mellitusDi Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih Tahun 2016 n=80
a. Distribusi frekuensi table diatas
didapatkan mayoritas dewasa akhir
sejumlah 57 orang (71,3%). Sedangkan
lansia sejumlah 18 orang (22,5%) dan
dewasa awal 5 orang (6,3%)
b. Distribusi frekuensi jenis kelamin
responden yang terbanyak sejumlah 46
orang (57,5%) perempuan. Sedangkan
Variable Kategori Jumlah
Presentase
Umur Dewasa awalDewasa akhirLansia
5
57
18
6,3 %
71,3 %
22,5 %
Jenis kelamin
Laki-lakiperempuan
3446
42,5%57,5%
Pendidikan terakhir
SDSMPSMA
Perguruan Tinggi
1374515
16,8 %8,8 %56,3 %18,8 %
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
5
jenis kelamin laki-laki sejumlah 34
orang (42,4%).
c. Distribusi frekuensi pendidikan terakhir
table diatas didapatkan mayoritas
pendidikan SMA yaitu 45 orang (56,3
%). Perguruan tinggi sejumlah 15 orang
(18,8%), SD sejumlah 13 orang (16,8%),
sedangkan terendah sejumlah 7 orang
(8,8%) berpendidikan SMP.
2. Distribusi Kepatuhan Mengontrol
Kadar Gula Darah
Table 5.2Distribusi frekuensi kepatuhan mengontrol kadar gula darah
pasienDi Rumah Sakit Islam Jakarta
Tahun 2016 (n=80)
a. Hasil distribusi frekuensi kepatuhan
pemeriksaan kadar gula darah pasien
yang paling banyak didapatkan yaitu
sebanyak 59 orang (73,8%) yang tidak
patuh melakukan pemeriksaan kadar
gula darah. Sedangkan sebanyak 21
orang (26,2%) yang patuh melakukan
pemeriksaan kadar gula darah.
b. Hasil distribusi table diatas
didapatkan kadar gula darah awal
jumlah yang paling banyak yaitu
sebanyak 71 orang (88,8 %) yang
kadar gula darah tidak normal pada
awal masuk. Dan sejumlah 9 orang
(11,2 %) yang kadar gula darah
normal pada awal masuk.
c. Hasil distribusi frekuensi table
diatas kepatuhan diet pasien yang
paling banyak yaitu kepatuhan diet
sebanyak 53 orang (66,2 %) yang
tidak patuh. Sedangkan sebanyak 27
orang (33,8 %) yang patuh dalam
kepatuhan diet.
d. Hasil distribusi frekuensi table
diatas yang paling banyak ialah
kepatuhan minum yaitu 50 orang
(62,5 %) yang tidak patuh.
Sedangkan sebanyak 30 orang
(37,5%) yang patuh minum obat.
e. Hasil distribusi frekuensi table
diatas yang mayoritas ialah tidak
patuh kegiatan jasmani yaitu 42
orang (52,5 %). Sedangkan
Variable Kategori Jumlah
Persentase
Kepatuhan pemeriksaan kadar
gula darah
Tidak PatuhPatuh
5921
73,826,2
Kadar Gula Darah Awal Masuk
NormalTidak
normal
971
11,2 %88,8 %
Kepatuhan diet Tidak Patuhpatuh
5327
66,2 %33,8 %
Kepatuhan minum obat
Tidak Patuh patuh
5030
62,5 %37,5 %
Kepatuhan jasmani Tidak Patuhpatuh
4238
52,5 %47,5 %
Rawat inap ulang Rawat inap ulang
Tidak rawat inap ulang
6218
77,5 %22,5 %
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
6
sebanyak 38 orang (47,5 %) patuh
dalam kegiatan jasmani.
f. Hasil distribusi frekuensi table diatas
yang paling banyak ialah yaitu 62 orang
(77,5 %) rawat inap ulang. Sedangkan
18 orang (22,5 %) tidak rawat inap.
Rawat inap ulang apabila >1x rawat
inap, dan tidak rawat bila tidak lebih dari
1x rawat inap.
3. Hubungan kepatuhan pemeriksaan
kadar gula darah dengan kejadian
rawat inap ulang pasien diabetes
mellitusTable 5.3
Analisis Hubungan Kepatuhan Pemeriksaan Gula Darah dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta
Tahun 2016 (n=80)
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, hasil
analisis Hubungan Kepatuhan
Pemeriksaan Gula Darah dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam
Jakarta Tahun 2016 di dapatkan
responden yang tidak patuh melakukan
pemeriksaan gula darah secara rutin dan
pernah rawat inap ulang sejumlah 55
responden (93,2%), dan yang tidak rawat
inap ulang sejumlah 4 responden (6,8%).
Sedangkan yang patuh dalam
pemeriksaan gula darah 7 responden
(33,3%) yang rawat inap ulang, dan yang
tidak rawat inap ulang sejumlah 14
orang (66,7%) yang patuh melakukan
pemeriksaan gula darah.
Dari hasil tersebut didapatkan ada
hubungan yang signifikan antara
Kepatuhan Pemeriksaan Gula Darah
dengan Kejadian Rawat Inap Ulang
Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Islam Jakarta Tahun 2016, dengan hasil
uji statistik diperoleh P Value = 0,000 (
P Value 0,000 < α 0,05). Dan diperoleh
pula nilai OR = 27,5 responden yang
tidak patuh melakukan pemeriksaan gula
darah secara rutin beresiko 27,5 kali
untuk rawat inap ulang dibanding
responden yang rutin melakukan
pemeriksaan gula darah.
Rawat InapKepatuhan Pemeriksaa
n Gula Darah
Rawat Inap
Ulang
Tidak Rawat Inap
Ulang
Total OR
95%C
I
P Value
N % N % N %
Tidak PatuhPatuh
557
93,2
33,3
414
6,866,7
5921
100100 27,
00
7,048-107,294
0,000
Total 62 77,5
18 22,5
80 100
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
7
4. Hubungan Kepatuhan Diet dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes MellitusTable 5.4
Analisis Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2016 (n=80)
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, hasil analisis
Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes Mellitus
di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2016 di
dapatkan responden yang tidak patuh
melakukan diet dan pernah rawat inap ulang
sejumlah 46 responden ( 86,8%), dan yang
tidak pernah rawat inap 7 responden
(13,2%). Sedangkan yang patuh melakukan
diet 16 orang (59,3%) yang rawat inap, dan
yang tidak rawat inap ulang 11 orang
(40,7%) yang patuh melakukan diet.
Dari hasil tersebut didapatkan ada
hubungan yang signifikan antara
Kepatuhan Diet dengan Kejadian Rawat
Inap Ulang Pasien Diabetes Mellitus di
Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2016.
Dengan hasil P Value = 0,012 ( P Value
0,012 < α 0,05). Dan diperoleh pula nilai
OR = 4,518 artinya responden yang
tidak patuh melakukan diet secara rutin
beresiko 4,518 kali untuk rawat inap
ulang dibanding responden yang patuh
melakukan diet.
5. Hubungan kepatuhan minum obat
dengan kejadian rawat inap ulang
pasien diabetes mellitusTable 5.5
Analisis Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2016 (n=20)
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, hasil analisis
Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta
Tahun 2016 di dapatkan responden yang
Rawat Inap
Kepatuhan Diet Rawat Inap Ulang
Tidak Rawat Inap
Ulang
Total OR 95%CI P Value
N % N % N %
Tidak PatuhPatuh
4616
86,859,3
711
13,240,7
5327
100100 4,518
1,496-13,66 0,012
Total 62 77,5 18 22,5 80 100
Rawat Inap
Kepatuhan MinumObat
Rawat Inap Ulang
Tidak Rawat Inap
Ulang
Total OR 95%CI P Value
N % N % N %
Tidak PatuhPatuh
4319
86,063,3
711
14,036,7
5030
100100 3,556
1,195-10,585 0,038
Total 62 77,5 18 22,5 80 100
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
8
tidak patuh minum obat dan pernah rawat
inap ulang sejumlah 43 responden
(86,0%), dan yang tidak rawat inap ulang
7 responden (14,0%). Sedangkan yang
patuh dalam minum obat 19 responden
(63,3%) yang rawat inap ulang, dan yang
tidak rawat inap ulang 11 orang (36,7%)
yang patuh dalam minum obat.
Dari hasil tersebut didapatkan ada
hubungan yang siginifikan antara
Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta
Tahun 2016. Dengan hasil uji statistik
diperoleh P Value = 0,038 ( P Value
0,038 < α 0,05), dan nilai OR = 3,556
artinya responden yang tidak patuh minum
obat beresiko 3,556 kali untuk rawat inap
ulang dibanding responden yang patuh
minum obat.
6. Hubungan kepatuhan kegiatan
jasmani dengan kejadian rawat inap
ulang pasien diabetes mellitusTable 5.6
Analisis Hubungan Kepatuhan Kegiatan Jasmani dengan Kejadian Rawat Inap Ulang
Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2016 (n=80)
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, hasil analisis
Hubungan Kepatuhan Kegiatan Jasmani
dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam
Jakarta Tahun 2016 di dapatkan responden
yang patuh melakukan kegiatan jasmani dan
pernah rawat inap ulang sejumlah 33
responden (86,8%), dan yang tidak rawat
inap 13 orang (31%) yang tidak patuh dalam
kegiatan jasmani. Sedangkan yang patuh
dalam kegiatan jasmani 33 responden
(86,8%) yang rawat inap ulang, dan tidak
Rawat Inap
Kepatuhan
kegiatan jasmani
Rawat Inap
Ulang
Tidak Rawat Inap
Ulang
Total OR
95%CI
P Value
N % N % N %
Tidak PatuhPatuh
29
33
69
86,8
13
5
31,0
13,2
4238
100100
0,338
0,107-1,063
0,102
Total 62 77,5
18 22,5
80 100
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
9
rawat inap ulang 5 responden (13,2%)
yang patuh dalam kegiatan jasmani.
Dari hasil tersebut didapatkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara
Kepatuhan Kegiatan Jasmani dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam
Jakarta Tahun 2016. Dengan Hasil uji
statistik diperoleh P Value = 0,102 ( P
Value 0,102 > α 0,05), dan diperoleh pula
nilai OR = 0,338 yang artinya responden
yang tidak patuh melakukan kegiatan
jasmani beresiko 0,338 kali untuk rawat
inap ulang dibanding responden yang patuh
melakukan kegiatan jasmani.
PEMBAHASAN
1. Univariat
a) Data demografi
1) Umur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
mayoritas umur responden ialah deawasa
akhir. Penelitian ini sesuai dengan pendapat
WHO dalam Rohmah (2010), yang
menyatakan bahwa pada umur diatas 30
tahun, konsentrasi glukosa darah akan naik
1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan
naik sekitar 6-13 mg% pada 2 jam setelah
makan.
2) Jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas
jenis kelamin responden pasien diabetes
mellitus adalah perempuan. Menurut
Arisman (2011) pasien DM tipe 2 lebih
sering terjadi pada perempuan yang
obesitas dimana semakin banyak lemak
pada jaringan tubuh pasien, semakin tinggi
pula resistensinya terhadap insulin.
3) Pendidikan terakhir
Hasil penelitian ini sebagian besar
pendidikan responden adalah
menengah. Pendidikan menengah dan
tinggi sesuai dengan pendidikan yang
baik pengetahuan yang baik. Pasien
lebih paham mengenai kondisi sakit dan
lebih cepat mengetahui fasilitas
kesehatan.
b) Kepatuhan mengontrol gula darah
1) Pemeriksaan kadar gula darah
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan responden yang tidak
patuh melakukan pemeriksaan kadar
gula darah lebih banyak
dibandingkan dengan responden
yang patuh melakukan pemeriksaan
kadar gula darah. Menurut Arisman
(2011) salah satu pengelolaan
Diabetes Melitus yang penting yaitu
kepatuhan mengontrol kadar gula
darah. Pasien sering kembali ke
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
10
klinik atau rumah sakit di akibatkan
adanya sindrom yang di sebabkan
oleh ketidakseimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin akibat
penyakit Diabetes Melitus
(hiperglikemi).
2) Kepatuhan diet
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
responden yang tidak patuh melakukan
diet lebih banyak (66,2%) di rawat inap
dibandingkan dengan responden yang
patuh melakukan diet. Menurut Barbara
Taylor (2009) diet merupakan metode
penting yang harus dilakukan untuk
mengontrol penyakit diabetes mellitus.
3) Kepatuhan minum obat
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
responden yang tidak patuh minum obat
lebih banyak (62,5%) dibandingkan
dengan responden yang patuh minum
obat. Tujuan pengobatan medis diabetes
adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal.
4) Kepatuhan kegiatan jasmani
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
responden yang tidak patuh melakukan
kegiatan jasmani lebih banyak (52,5%)
dibandingkan yang patuh. Menurut
Barbara Taylor (2009) olahraga bisa
membuat insulin bekerja secara lebih
efisien sehingga control gula darah
menjadi lebih mudah.
2. BIVARIAT
a) Hubungan Kepatuhan
Pemeriksaan Gula Darah dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang
Berdasarkan penelitian didapatkan p
value 0,000 (p<0,05). Maka dapat
simpulkan ada hubungan yang
signifikan antara Kepatuhan
Pemeriksaan Gula Darah dengan
Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes
Mellitus. Menurut Soewondo (2009),
pemeriksaan kadar gula darah dapat
mendeteksi keadaan hipoglikemia
atau hiperglikemia. Berbagai
penelitian menunjukan bahwa kadar
glukosa yang baik dapat
memperlambat atau mencegah
komplikasi diabetes. Pada pasien
Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol menjadi salah satu
penyebab terjadinya rawat inap
berulang (Junianty, 2012).
b) Hubungan Kepatuhan Diet dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang
Hasil penelitian ini diperoleh p value
0,012 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
ada hubungan yang signifikan antara
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
11
Kepatuhan Diet dengan Rawat Inap
Ulang Pasien Diabetes Mellitus.
Menurut Yunir, dkk (2010) terapi gizi
merupakan salah satu terapi non
farmakologi yang sangat
direkomedasikan bagi penyandang
diabetisi. Tujuan dari diet diabetisi
adalah untuk menurunkan kadar glukosa
darah sampai batas normal, memperbaiki
profil lipid untuk mengurangj resiko
penyakit vaskuler, mencapai tekanan
darah normal, mencegah berkembangnya
komplikasi kronik diabetes, menurunkan
berat badan, meningkatkan sensitivitas
reseptor insulin dan memperbaiki system
koagulasi darah. Dengan demikian diet
yang tidak seimbang akan menyebabkan
atau beresiko mengalami komplikasi
kronik diabetes yang pada akhirnya akan
menjalani rawat inap ulang.
c) Hubungan Kepatuhan Minum obat
dengan Kejadian Rawat Inap Ulang
Hasil penelitian ini diperoleh p value
0,038 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Kepatuhan Minum Obat dengan
Rawat Inap Ulang Pasien Diabetes
Mellitus. Menurut Soegondo (2010)
langkah-langkah pengendalian DM, salah
satunya ialah terapi medis selain dari
pengaturan makan dan aktivitas fisik
yang sesuai. Terapi medis yang
digunakan ialah obat hipoglikemi oral
(OHO) dan terapi insulin yang masing-
masing jenisnya memiliki fungsi yang
berbeda-beda antara lain menurunkan
kadar gula darah, meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan
penyerapan glukosa, mereangsang sekresi
insulin dan sabagainya. Sehingga bila
terapi medis tidak lakukan akan beresiko
meningkatkan kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa akan
memberikan efek yang merugikan bagi
penyandang diabetes mellitus seperti
komplikasi dari diabetes mellitus.
Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi
rawat inap ulang bagi pasien.
d) Hubungan Kepatuhan Kegiatan
Jasmani dengan Kejadian Rawat Inap
Ulang
Hasil penelitian ini diperoleh p value
0,102 (p>0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara Kepatuhan Kegiatan
Jasmani dengan Rawat Inap Ulang Pasien
Diabetes Mellitus. Menurut Barbara
Taylor (2009) melakukan olahraga bisa
membakar energy dan menurunkan kadar
gula darah. Dengan demikian, olahraga
bisa membantu menurunkan jumlah
insulin yang dibutuhkan tubuh. Olahraga
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
12
juga bisa membuat insulin bekerja secara
lebih efisien sehingga control gula darah
menjadi lebih mudah.
Menurut Arisman (2011), olahraga dapat
mengubah lipid darah, meningkatkan
kadar lipoprotein berdensitas tinggi
(HDL), menurunkan kolesterol total,
kadar trigliserida, gula darah puasa dan
post prandial, menurunkan berat badan,
menghilangkan stress. Berbagai
penelitian menyimpilkan bahwa olahraga
yang teratur bersama dengan diet yang
tepat merupakan hal yang mutlak yang
harus dilakukan oleh pasien diebetes
melitus.
KESIMPULAN
1. Data univariat antara lain data demografi
umur didapatkan mayoritas dewasa akhir
(71,3%), berdasarkan mayoritas jenis
kelamin (57,5 %) perempuan.
Sedangkan tingkat pendidikan mayoritas
(56,3 %) SMA. Dan gambaran
karakteristik responden berdasarkan
variabel independen yaitu mayoritas
responden (73,8%) tidak patuh dalam
pemeriksaan kadar gula darah, (66,3%)
tidak patuh diet, (62,5%) tidak patuh
minum obat dan (52,5%) tidak patuh
kegiatan jasmani.
2. Data bivariate antara lain didapatkan ada
hubungan kepatuhan pemeriksaan kadar
gula darah, kepatuhan minum obat,
kepatuhan diet dengan kejadian rawat
inap ulang pasien diabetes melitus di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih. Dan Tidak ada hubungan
kepatuhan kegiatan jasmani dengan
kejadian rawat inap ulang pasien
diabetes melitus di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih
SARAN
1. Instansi Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih
Bagi institusi kesehatan diharapkan
dapat lebih meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pasien diabetes
melitus dan dapat memberikan informasi
tentang pentingnya edukasi tentang
mengontrol kadar gula darah agar tidak
terjadi rawat inap secara berulang.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian dapat dijadikan
sebagai gambaran bahwa pengontrolan
gula darah menjadi hal penting untuk
diperhatikan.
3. Penelitian keperawatan
Sebagai dasar pengembangan ilmu
mengenai keperawatan medical medah.
Dan diharapkan dapat dikembangkan
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
13
lagi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi rawat inap ulang pada
pasien diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, M. A.,Clarke, M. M., Helms, L. B., & Foreman, M. D. (2005). Hospital readmission from home health care before and after prospective payment. Journal of Nursing Scholarship. Retrieved from https://search.proquest.com/docview/236403291?accountid=33171
Arisman, MB. (2010). Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia. Jakarta : ECG.
Asmoro, Sudigdo & Ismail (2008). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Baradero, M. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: ECG.
Black, M.Joyce et al. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.
Darni Zahri. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien DM Tipe 2 Di RSUP Persahabatan Tahun (2013). Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Feldpush, B., & Drevna, H. (2010). Readmission policy and Prevention. Trustee, 63(3), 17-4 p following 16. Retrieved from http://search.proquest.com./docview/200450908?acountid=33171
Gold Field, N. (2010). Strategies to Decrease the rate of preventable readmission to hospital. Canadian Medical Assosiation Journal.
Hasbi Muhammad. Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah Tahun (2012). Jakarta : FKUI
Ignatavicius, D, MS. (2010). Medical Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. 7th ed.St, Missori: Elseiver
Ilyas, E.I., (2009). Olah Raga Diabetesi. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P.Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Junianty, et al. (2012). Hubungan Tingkat Self Care dengan Kejadian Komplikasi pada Pasien DM Tipe 2 Di Ruang Rawat Inap RSUD. FIK: Universitas Padjajaran.
Mayasari, Et Al (2014). Faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Gula Darah Di Poliklinik Interna
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
14
Rsud Labuang Baji Makassar. STIKES: Nani Hasanuddin Makassar
Madjid, A. (2010). (Analisa faktor-faktor yang berrhubungan dengan kejadian rawat inap ulang pasien dengan gagal jantung Kongestif) Tesis. Jakarta: UI
Maldona, M.R. (2003). The Business og Hospital Care of Diabetic Patients. A New Model for Inpatient Support Service. Clinical Diabetes.
Mangoenprasadjo, S. (2005). Hidup Sehat dan Normal dengan Diabetes. Yogyakarta: Thinkfresh
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
RISKESDAS. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Jakarta
Rumahorbo, H. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sitem Endokrin. Jakarta : ECG.
Rohmah, W. (2010). Diabetes Melitus pada Usia Lanjut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Saraswati, Sylvia. (2009). Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.
Setiati, S, et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing.
Soegondo, S. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi Kedua. Jakarta: FKUI
Soewondo P. (2005). Pemantauan Pengendalian Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Penerbit FKUI.2005.
Sudoyo, A, et al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
Stanley, M. et all. (2006). Buku Ajaran Keperawatan Gerontik. Jakarta: ECG
Taylor Barbara. (2009). Diabetes tak bikin lemes. Yogyakarta : Penerbit Paradigma Indonesia
Yunir, M. et al. (2010). Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus. Penatalaksaan Diabetes Terpadu. Jakarta: FKUI
Waspadji S. (2004). Diabetes Mellitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Penerbit FKUI.
Kepatuhan mengontrol gula darahDengan kejadian rawat inap ulang pasien diabetes melitus
15
Wicaksana, A. (2010). Hubungan Antara Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sewaktu Dengan Kejadian Retinopati Diabetika pada pasien DM tipe 2 di RSUD Saras Husada Kabupaten Purworejo. Skripsi. FIK : UI